Anda di halaman 1dari 1

Tupai Yang Nakal

Sekali waktu hidup seekor tupai. Ia rakus dan pemalas. Bersama neneknya ia tinggal di sebuah
gubuk kecil di pinggir hutan.
“Nenek sekarang sudah tidak kuat lagi bekerja di ladang. Mulai sekarang cucuku, kau harus
menggali tanah, menyebar benih, merawatnya dan kalau sudah tiba masa panen kau harus
menuainya.”
Tupai nakal ini mengangguk setuju, tetapi ia terlalu malas untuk mengerjakan perintah neneknya.
Setiap hari, neneknya menyangka ia sibuk bekerja di ladang, padahal ia bermain-main bersama
teman-temannya.

Segera waktu untuk menanam kacang datang. Sang tupai meminta kepada neneknya untuk
memberinya beberapa benih kacang untuk ditanam, dan setiap pagi ia berangkat ke ladang
membawa benih-benih itu. Tetapi benih-benih itu tidak ditanamnya melainkan dimakan, dan tupai
nakal ini tidak pernah menanam benih sekalipun.

Suatu ketika neneknya berkata bahwa ia akan ikut bersama cucunya untuk melihat bagaimana
tanaman kacang mereka tumbuh. Tupai nakal ini bingung, namun ia ingat bahwa tetangganya,
yang sedang pergi ke pasar hari itu memiliki kebun kacang yang subur.
“Ah, tentu saja, Nek,” katanya. “Mari kita pergi.”
Neneknya kagum akan kesuburan kebun kacang milik tetangganya itu. Ia pikir kebun itu adalah
hasil kerja cucunya. Dan tupai yang nakal ini menyombongkan diri kepada neneknya bahwa
semua ini adalah hasil kerjanya.

Akhirnya tibalah saat panen. Sekarang si tupai benar-benar merasakan kesulitan. Ia tidak punya
sebutir kacang pun untuk dituai. Ia berpikir keras dan memutuskan untuk mencuri dari kebun
tetangganya, saat mereka berhenti bekerja pada suatu siang.

Tetapi petani tetangganya tahu akan apa yang akan terjadi.


Ia kemudian membuat jebakan untuk menjebak tupai itu. Ia mengambil labu yang besar dan
dilumurinya dengan lem, dan diletakkan di tengah-tengah ladang. Di panas siang hari, labu itu
akan sangat lengket.
Tak lama kemudian sang tupai datang sambil berlari-lari. Ia memikirkan tentang makanan enak
dari kebun petani.
Di tengah ladang ia melihat labu itu.
“Siapa itu,” katanya pada dirinya sendiri. Dan ia berlari menuju ke labu itu dengan marah.
“Siapa kamu dan apa yang kamu lakukan di sini?” bentaknya pada labu itu, tetapi tidak ada
jawaban.
“Siapa kamu?” jeritnya. “Katakan padaku sekarang juga, tolol! Atau aku pukul dan aku tendang.”

Tetapi tentu saja labu itu tidak berkata sepatah pun juga.
Tupai itu marah sekali dan menendang si labu. Alangkah tekejutnya ia sewaktu merasa kakinya
tidak dapat ia lepaskan.
“Lepaskan aku!” jeritnya dan ia memukul labu itu. Kali ini tangannya melekat pada lem itu.
Sepanjang hari tupai itu melekat erat pada labu itu. Ia sangat kelaparan dan kehausan. Akhirnya
ketika senja tiba, si petani datang ke ladangnya.
“Ho, ho,” tawanya, ketika ia melihat si tupai melekat erat pada labu.
“Maling itu akhirnya tertangkap! Kau tidak akan pernah bisa mencuri lagi, tupai nakal!”
Kemudian ia mengambil tupai itu dan membawanya pulang.

Diceritakan kembali oleh Nurmini Desy

Anda mungkin juga menyukai