Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

KELUARGA
IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI

DEPARTEMEN KEPERAWATAN KELUARGA


PUSKESMAS DINOYO

DISUSUN OLEH :
KAMARIAH
201410461011004

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


2015
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini telah disahkan
sebagai salah satu tugas praktik Departemen Keperawatan Keluarga
Program Pendidikan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Malang di
Puskesmas Dinoyo Kota Malang dari tanggal 24 Agustus 30 Agustus
2015.
Malang,

Agustus 2015
Mahasiswa

(Kamariah, S.Kep)
201410461011004

Mengetahui,

Pembimbing Klinik/Lahan

Pembimbing Akademik

()

()

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat terdiri atas kepala
keluarga, serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes, 2010).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan
ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki
hbungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya. (Menurut BKKBN, 2008).
2. Ciri-Ciri keluarga
Ada beberapa ciri-ciri keluarga menurut Nasrul Effendi (2007) sebagai
berikut :
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Diikat dalam satu perkawinan


Ada ikatan batin
Ada tanggung jawab masing-masing anggota
Ada pengambilan keputusan
Kerjasama di antara anggota keluarga
Komunikasi interaksi antar anggota keluarga

3. Tipe atau Bentuk Keluarga


Bentuk-bentuk keluarga antara lain (Ali, 2009) :
a) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu Keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak.
b) Keluarga Besar (Ekstended Family)

Adalah keluarga inti di tambah dengan sanak saudara, misal: nenek,


kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
c) Single parent family
Adalah satu keluarga yang di kepalai oleh satu kepala keluarga dan
hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya.
d) Nuclear dyed
Adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
tinggal dalam satu rumah yang sama.
e) Blended Family
Adalah suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan,
yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil
perkawinan terdahulu.
f) Three Generation Family
Adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek,
bapak, ibu dan anak-anak dalam satu rumah.
g) Single adult living alone
Adalah bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa
yang hidup dalam rumahnya.
h) Middle age atau Elderly Couple
Adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.
4. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga antara lain: (Zaidin Ali, 2009)
1) Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:
a) Sandang, Pangan dan papan
b) Hubungan seksual suami istri
c) Reproduksi atau pengembangan keturunan
2) Fungsi ekonomi
Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban menafkahi
keluarganya (istri dan anaknya)
3) Fungsi pendidikan
Disini keluarga berfungsi sebagai

(transmiter

budaya

atau

mediator sosial budaya bagi anak)


4) Fungsi sosialisasi
Keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa depan dan
lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat
mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang
5) Fungsi perlindungan
Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga dari
gangguan,

ancaman

atau

kondisi

yang

menimbulkan

ketidaknyamanan (fisik, psikologis) para anggotanya

6) Fungsi rekreasi
Keluarga
diciptakan

sebagai

lingkungan

yang

memberi

kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi


anggotanya
7) Fungsi agama (religius)
Keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama kepada anak
agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar
5. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu :
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usianya yang terlalu muda.
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan kepribadian anggota

keluarga

dan

lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan


baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
6. Tugas Perkembangan Sesuai Dengan

Tahap Perkembangan

(Duval) (Sociological Perspective)


a) Keluarga baru menikah
Membina hubungan Intim
Bina hubungan, dengan keluarga lain: teman dan kelompok
sosial mendiskusikan rencana punya anak
b) Keluarga dengan anak baru lahir
Persiapan menjadi orang tua
Adaptasi keluarga baru, interaksi keluarga,

hubungan

seksual
c) Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga: rumah, rasa aman
Membantu anak untuk bersosialisasi
Mempertahankan hubungan yang sehat keluarga intern dan

luar
Pembagian tanggung jawab
Kegiatan untuk stimulasi perkembangan anak

d) Keluarga dengan anak usia sekolah


Membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
Mempertahankan keintiman pasangan
Memenuhi kebutuhan yang meningkat
e) Keluarga dengan anak remaja
Memberikan kebebasan seimbang dan bertanggung jawab
Mempertahankan hubungan intim dengan keluarga
Komunikasi terbuka: hindari, debat, permusuhan
Persiapan perubahan sistem peran
f) Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
Perluas jaringan keluarga dari keluarga inti ke extended
pertahnakan keintiman pasangan
Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru
Penataan kembali peran orang tua
g) Keluarga dengan usia pertengahan

Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia


pertengahan

Hubungan serasi dan memuaskan dengan anak-anaknya


dan sebaya

Meningkatkan keakraban pasangan

h) Keluarga usia tua

Pertahankan suasana saling menyenangkan

Berdapatasi

dengan

perubahan:

kehilangan

pasangan,

kekuatan fisik, dan pengha-silan

Pertahankan keakraban pasangan

Melakukan life review masa lalu

7. Peran Perawat Keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang
ditujukan pada keluarga sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan
keluarga

sehat.

menyelesaikan

Fungsi

masalah

perawat
kesehatan

membantu
dengan

keluarga

cara

untuk

meningkatkan

kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan

keluarga (Suprajitno, 2004). Peran perawat dalam melakukan perawatan


kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Suprajitno, 2004) :
a) Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga
agar :
1) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara
mandiri.
2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b) Koordinator
Koordinasi

diperlukan

pada

perawatan

agar

pelayanan

komperhensif dapat dicapai. Koordianasi juga diperlukan untuk


mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu
agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c) Pelaksanaan
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan
keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.
d) Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan home visit yang
teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang
kesehatan keluarga.
e) Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada
perawat, hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik,
kemampuan

perawat

dalam

menyampaikan

informasi

yang

disampaikan secara terbuka dapat dipercaya.


f) Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga
yang optimal.
g) Fasilisator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah


sosial

ekonomi,

sehingga

perawat

harus

mengetahui

sistem

pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.


h) Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat
sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah.
i) Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun
masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.

B. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Pengkajian
a) Identitas kepala keluarga
b) Komposisi keluarga
Komposisi keluarga biasanya nama, jenis kelamin, hubungan
dengan kk, dan imunisasi bagi balita dan disertai genogram
keluarga tersebut
c) Tipe keluarga
Tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan
jenis tipe keluarga tersebut
d) Suku bangsa (etnis)
Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga, tempat
tinggala keluarga, dan kegiatan keagamaan.
e) Agama dan kepercayaan
Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktek keyakinan
beragama mereka.
f) Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan berdasarkan tingkat
kesejahteraan keluarga.
g) Aktifitas rekreasi keluarga

Menonton tv bersama, kadang pergi sekeluarga untuk makan bakso


, dll
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap

perkembangan

keluarga

adalah

mengkaji

keluarga

berdasarkan tahap perkembangan keluarga berdasarkan duvall


b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap ini ditentukan sampai dimana perkembangan keluarga saat
ini dan tahap apa yang belum dilakukan oleh keluarga serta
kendalanya
3. Riwayat kesehatan inti
Yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masingmasing anggota dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Disini

diuraikan

riwayat

kepala

keluarga

sebelum

membentuk

keluarga sampai saat ini


5. Data lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal yang lebih
luas
c) Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) System pendukung keluarga
Yang termasuk system pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat.
6. Struktur Keluarga
a) Struktur peran
Peran masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun
informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga
b) Nilai dan norma keluarga

Nilai dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan


kesehatan
c) Pola komunikasi keluarga
Cara komunikasi antar anggota keluarga, bahasa, frekuensi dan
kualitas komunikasi
d) Strukur kekuatan keluarga
Kemampuan

anggota

keluarga

dalam

mengendalikan

dan

mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilakunya


7. Fungsi Keluarga
a) Fungsi ekonomi
b) Fungsi mendapatkan status sosial
c) Funsi pendidikan
d) Fungsi sosialisasi
e) Fungsi perawatan kesehatan
o Mengenal masalah kesehatan
o Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
o Merawat anggota keluarga yang sakit
o Memelihara, memodifikasi lingkungan keluarga yang sehat
o Menggunakan fasilitas kesehatan atau pelayanan kesehatan di
masyarakat
f) Fungsi religious
Menjelaskan tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari dan
dijalankan oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan

8. Kriteria Penilaian
No
.
1.

Kriteria

Skal

Bob

Scori

Sifat masalah

a
3

ot
1

ng
2/3 x 1

ancaman
2.

kesehatan
Kemungkina

= 2/3
2

n masalah

2/2 x 2
=2

dapat
diubah:Muda
3.

h
Potensial

masalah

2/3 x 1
= 2/3

untuk
4.

diubah:cukup
Menonjolnya
masalah;

0/2 x 1
=1

masalah
tidak
dirasakan
oleh keluarga
Total

= 3 1/3

Pembenaran

DAFTAR PUSTAKA
Suharto, S.Kp. M.Kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Pendekatan Keperawatan Transkurtural. Jakarta : EGC
Suprajitno, S.Kp. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Mubarak, wahit iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Buku
2. Jakarta : EGC

LAPORAN PENDAHULUAN
IBU HAMIL DENGAN RESIKO TINGGI

A. Definisi
Kehamilan resiko tinggi adalah salah satu kehamilan yang di
dalamnya kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat
gangguan dalam kehamilan yang kebetulan atau unik (Bobak, 2005).
Kehamilan dengan resiko tinggi adalah kehamilan yang memiliki resiko
meninggalnya bayi, ibu atau melahirkan bayi yang cacat atau terjadi
komplikasi kehamilan, yang lebih besar dari resiko pada wanita normal
umumnya (Nadia Yuniardo, 2010).
Kehamilan resiko tinggi adalah

kehamilan

yang

menyebabkan

terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun
janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan ataupun nifas
bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal. Ibu
hamil resiko tinggi/ komplikasi adalah ibu hamil dengan keadaan
penyimpangan dari normal yang secara langsung meyebabkan kesakitan
dan kematian bagi ibu maupun bayinya (profil kesehata Jatim, 2011).
Resiko adalah suatu keadaan patologi yang dapat mempengaruhi
keadaan ibu dan janin (Syahrin, 2013).
Jadi, ibu hamil dengan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mengalami
resiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun
persalinan, bila dibandingkan dengan ibu hamil yang normal.
B. Penyebab
Penyebab dari kejadian kehamilan resiko tinggi adalah kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, tingkat ekonomi yang
rendah dan minimnya pendidikan ibu.
Penyakit yang menyertai kehamilan
a. Penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dan ginjal
misalnya darah tinggi, rendahnya kadar protein dalam darah dan
tingginya kadar protein dalam urin.

b. Inkompatibilitas

darah

atau

ketidaksesuaian

golongan

darah

misalnya pada janin dan ibu yang dapat menyebabkan bahaya baik
bagi janin maupun ibu seperti ketidaksesuaian resus.
c. Endokrinopati atau kelainan endokrin seperti penyakit gula
d. Kardiopati

atau

kelainan

jantung

pada

ibu

yang

tidak

memungkinkan atau membahayakan bagi ibu jika hamil dan


melahirkan.
e. Haematopati atau kelainan darah, misalnya adanya gangguan
pembekuan darah yang memungkinkan terjadinya perdarahan yang
lama yang dapat mengancam jiwa.
f. Infeksi,

misalnya

infeksi

TORCH

(Toksoplasma,

Rubella,

Citomegalo virus dan Herpes simpleks), dapat membahayakan ibu


dan janin.

Penyulit kehamilan
a. Partus prematurus atau melahirkan sebelum waktunya yaitu
kurang dari 37 minggu usia kehamilan. Hal ini merupakan sebab
kematian neonatal yang terpenting.
b. Perdarahan dalam kehamilan, baik perdarahan pada hamil muda
yang disebabkan oleh abortus atau keguguran, kehamilan ektopik
atau kehamilan diluar kandungan dan hamil mola, maupun
perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan yang disebabkan
oleh plasenta previa atau plasenta (ari-ari) yang berimplantasi atau
melekat tidak normal dalam kandungan dan solutio plasenta atau
pelepasan plasenta sebelum waktunya.
c. Ketidaksesuaian antara besarnya rahim dan tuanya kehamilan,
misalnya hidramnion atau cairan ketuban yang banyak, gemelli
atau kehamilan kembar dan gangguan pertumbuhan janin dalam
kandungan.
d. Kehamilan serotin atau kehamilan lewat waktu yaitu usia kehamilan
lebih dari 42 minggu.
e. Kelainan uterus atau kandungan, misalnya bekas seksio sesarea
dan lain-lain

Riwayat obstetris yang buruk

a. Kematian anak pada persalinan yang lalu atau anak lahir dengan
kelainan kongenital (cacat bawaan).
b. Satu atau beberapa kali mengalami partus prematurus atau
melahirkan belum pada waktunya.
c. Abortus habitualis atau keguguran yang terjadi berulang kali dan
berturut-turut terjadi, sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut.
d. Infertilitas tidak disengaja lebih dari 5 tahun yaitu tidak
merencanakan untuk menunda kehamilan dengan cara apapun,

tapi selama 5 tahun tidak hamil.


Keadaan ibu secara umum
a) Umur ibu, kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b) Paritas atau banyaknya melahirkan, berisiko tinggi pada ibu yang
sudah melahirkan lebih dari 4 orang anak.
c) Berat badan ibu, yaitu ibu yang terlalu kurus atau ibu yang terlalu
gemuk.
d) Tinggi badan ibu, yaitu tinggi badan kurang dari 145 cm.
e) Bentuk panggul ibu yang tidak normal.
f) Jarak antara dua kehamilan yang terlalu berdekatan yaitu kurang
dari 2 tahun.
g) Ibu yang tidak menikah, berhubungan dengan kondisi psikologis
h) Keadaan sosio ekonomi yang rendah
i) Ketagihan alkohol, tembakau dan morfin.
j) Jumlah anak lebih dari 4 orang.
k) Adanya kesulitan pada kehamilan atau persalinan yang lalu
l) Sering terjadi keguguran sebelumnya.
m) LILA kurang dari 23,5 cm

Batasan Faktor Risiko / Masalah


1) Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO ( Faktor Resiko I )
( Kehamilan yang perlu diwaspadai )
a. Primi muda
Ibu hamil pertama pada umur 16 tahun
Rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa.
Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam
kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa.
Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:

Bayi lahir belum cukup umur


Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir

Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji Rochjati,


2003).

b. Primi tua
Lama perkawinan 4 tahun
Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan
kehidupan perkawinan biasa: Suami istri tinggal serumah, suami
atau

istri

tidak

sering

keluar

kota,

tidak

memakai

alat

kontrasepsi (KB)
Bahaya yang terjadi pada primi tua:
Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh
karena kehamilannya, misalnya pre-eklamsia.

Persalinan tidak lancar. (Poedji Rochjati, 2003).

Pada umur ibu 35 tahun


Ibu yang hamil pertama pada umur 35 tahun. Pada usia
tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan
yang menua. Jalan lahir juga tambah kaku. Ada kemungkinan
lebih

besar

ibu

hamil

mendapatkan

anak

cacat,

terjadi

persalinan macet dan perdarahan.


Bahaya yang terjadi antara lain:
Hipertensi / tekanan darah tinggi
Pre-eklamsia
Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan
Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari
satu jam, bayi tidak dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri

melalui jalan lahir biasa.


Perdarahan setelah bayi lahir
Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500

gr. (Poedji Rochjati, 2003).


Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami
kelainan-kelainan antara lain:
Frekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada
awal atau akhir usia subur relatif lebih tinggi. Efek paling

berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari 45 tahun.


Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat

26% pada mereka yang usianya lebih dari 45 tahun


Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima
kali lebih mungkin mengalami kehamilan ektopik daripada
wanita kulit putih berusia 15 sampai 24 tahun.

Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit


tertahan dalam midprofase dari miosis 1 sejak lahir sampai
ovulasi, penuaan diperkirakan merusak kiasma yang menjaga
agar

pasangan

kromosom

tetap

menyatu.

Apabila

miosis

dilanjutkan sampai selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi


menyebabkan salah satu gamet anak mendapat dua salinan dari
kromosom yang bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak
lahir dengan cacat bawaan sindrom down. (Mochtar, 2002)
c. Anak terkecil < 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari
2 tahun. Kesehatan fisik dan

rahim ibu masih butuh cukup

istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak


masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang
dapat terjadi:
Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah
Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu

Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr (Poedji


Rochjati, 2003).

d. Primi tua sekunder


Ibu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu.
Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi
persalinan yang pertama lagi. Kehamilan ini bisa terjadi pada:
anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi,
anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.
Bahaya yang dapat terjadi:
Persalinan dapat berjalan tidak lancar
Perdarahan pasca persalinan

Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan


lain-lain (Poedji Rochjati, 2003).

e. Grande multi
Ibu

pernah

hamil

melahirkan

kali

atau

lebih.

Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6


kali atau lebih hidup atau mati. Grandemultipara solusio
plasenta dan plasenta previa (Mochtar, 2002). Ibu yang sering
melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:

Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi


Kekendoran pada dinding perut
Tampak ibu dengan perut menggantung
Kekendoran dinding rahim

Bahaya yang dapat terjadi:

Kelainan letak, persalinan letak lintang


Robekan rahim pada kelainan letak lintang
Persalinan lama

Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

f. Umur 35 tahun atau lebih


Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia
tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan
dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan
didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat
terjadi:
Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia
Ketuban pecah dini
Persalinan tidak lancar / macet

Perdarahan setelah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).

g. Tinggi badan 145 cm atau kurang


Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini:

Ibu hamil pertama


Sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu
dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal
ini ada dua kemungkinan yang terjadi:
- Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan
-

janin / kepala tidak besar.


Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala

besar
Ibu hamil kedua
Dengan kehamilan, lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati
dalam waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang.
Ibu hamil
Kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan,
dan berat badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang

dapat terjadi: persalinan berjalan tidak lancar, bayi sukar


lahir,

dalam

bahaya.

Kebutuhan

pertolongan

medik

persalinan operasi sesar. (Poedji Rochjati, 2003).


h. Riwayat obstetrik jelek (ROJ)
Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:
Kehamilan kedua, dimana kehamilan

yang

pertama

mengalami: Keguguran, lahir belum cukup bulan, lahir mati,

lahir hidup lalu mati umur 7 hari


Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah
mengalami keguguran 2 kali

Bahaya yang dapat terjadi:

Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan


tanda-tanda pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya
keluar darah, perut kencang.

Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan,


misalnya: Diabetes mellitus, radang saluran kencing, dll.
(Poedji Rochjati, 2003).

i. Persalinan yang lalu dengan tindakan


Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa
atau per-vaginam:
Tindakan dengan cunam / forcep / vakum.
Bahaya yang dapat terjadi: Robekan / perlukaan jalan lahir,
perdarahan pasca persalinan, Uri manual, yaitu: tindakan
pengeluaran

plasenta

dari

rongga

rahim

dengan

menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan


bila:
1) Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri
2) Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan

banyak > 500 cc


Bahaya yang dapat terjadi:
1) Radang, bila tangan penolong tidak steril
2) Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim
3) Perdarahan
Ibu diberi infus / tranfusi pada persalinan lalu.
Persalinan yang lalu mengalami perdarahan pasca persalinan
yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi syok dan

membutuhkan infus, serta transfusi darah. (Poedji Rochjati,


2003).
j. Bekas operasi sesar
Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar.
Oleh karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas
luka operasi. Bahaya pada robekan rahim : kematian janin dan
kematian ibu, perdarahan dan infeksi (Poedji Rochjati, 2003).
2) Ada Gawat Obstetri / AGO ( Faktor resiko II )
(tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas)
a. Penyakit pada ibu hamil

Anemia (kurang darah)


Keluhan yang dirasakan ibu hamil:
1) Lemah badan, lesu, lekas lelah
2) Mata berkunang-kunang
3) Jantung berdebar
4) Dari inspeksi didapatkan keadaan ibu hamil: Pucat pada
muka, Pucat pada kelopak mata, lidah dan telapak tangan.
Dari hasil Laboratorium:
1) Kadar Hb < 11 gr%
Pengaruh anemia pada kehamilan:
1) Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit
2) Menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan
berat badan lahir rendah
3) Persalinan premature
Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr
%):
1) Kematian janin mati
2) Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu
3) Persalinan lama
4) Perdarahan pasca persalinan (Poedji Rochjati, 2003).
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar
Hemoglobin di bawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar
< 10,5 g% pada trimester 2. Hipoksia akibat anemia dapat
menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit,
walaupun tidak terjadi perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi,
anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik,
seperti:
1) Kematian mudigah
2) Kematian perinatal
3) Prematuritas

4) Dapat terjadi cacat bawaan


5) Cadangan besi kurang (Prawirohardjo, 2002).

Tuberculosa paru
Keluhan yang dirasakan:
1) Batuk lama tak sembuh-sembuh
2) Tidak suka makan
3) Badan lemah dan semakin kurus
4) Batuk darah
Penyakit ini tidak secara langsung berpengaruh pada janin.
Janin baru tertular setelah dilahirkan. Jika TBC berat dapat

menurunkan fisik ibu, tenaga, dan ASI ikut berkurang.


Bahaya yang dapat terjadi:
1) Keguguran
2) Bayi lahir belum cukup umur
3) Janin mati dalam kandungan (Poedji Rochjati, 2003).
Payah jantung
Keluhan yang dirasakan:
1) Sesak napas
2) Jantung berdebar
3) Dada terasa berat, kadang-kadang nyeri
4) Nadi cepat
5) Kaki bengkak
Bahaya yang dapat terjadi:
1) Payah jantung bertambah berat
2) Kelahiran prematur
3) Dalam persalinan:
-

BBLR

Bayi dapat lahir mati (Poedji Rochjati, 2003).

Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada


kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu
menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat
menderita pula dan mati, yang kemudian disusul oleh
abortus (Rinandina, 2002)

Diabetes mellitus
Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila:

1) Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang


besar
2) Pernah

mengalami

kematian

janin

dalam

rahim

pada

kehamilan minggu-minggu terakhir


3) Ditemukan glukosa dalam air seni (Glikosuria)
Bahaya yang dapat terjadi:
1) Persalinan prematur
2) Hydramnion
3) Kelainan bawaan
4) Makrosomia
5) Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu
ke-36
6) Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7
hari) (Poedji Rochjati, 2003).
Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan
sebagai berikut:
1) Pre-eklamsia
2) Kelainan letak janin
3) Insufisiensi plasenta
Diabetes

sebagai

penyulit

yang

sering

dijumpai

dalam

persalinan ialah:
1) Inersia uteri dan atonia uteri
2) Distosia bahu karena anak besar
3) Lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk
seksio sesarea
4) Lebih mudah terjadi infeksi
5) Angka kematian maternal lebih tinggi
Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis,
dan menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur
perinea maupun luka episiotomi (Wiknjosastro, 2006)

HIV / AIDS
Bahaya yang dapat terjadi:

1)

Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu


hamil mudah terkena infeksi

2) Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada


kehamilan adalah pertumbuhan intra uterin terhambat dan
berat lahir rendah, serta peningkatan risiko premature
3) Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui
ASI (Poedji Rochjati, 2003).

Toksoplasmosis
Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau
kurang masak, yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi.
Bahaya yang dapat terjadi:
1) Infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus
2) Infeksi

pada

kehamilan

lanjut

menyebabkan

kelainan

kongenital, hidrosefalus. (Poedji Rochjati, 2003).


b. Pre-Eklamsia ringan
Tanda-tanda:
1)

Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan


disela-sela jaringan tubuh

2) Tekanan darah tinggi


3) Dalam urin terdapat Proteinuria
Sedikit

bengkak

pada

tungkai

bawah

atau

kaki

pada

kehamilan 6 bulan ke atas mungkin masih normal karena


tungkai banyak di gantung atau kekurangan Vitamin B1.
tetapi bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya
tekanan darah sedikit, berarti ada Pre-Eklamsia ringan.
Bahaya bagi janin dan ibu:
1) Menyebabkan gangguan pertumbuhan janin
2) Janin mati dalam kandungan (Poedji Rochjati, 2003).
c. Hamil kembar
Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet)
atau lebih dalam rahim. Rahim ibu membesar dan menekan
organ dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan:
1) Sesak napas

2) Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai


3) Varises
4) Hemorrhoid
Bahaya yang dapat terjadi:
1) Keracunan kehamilan
2) Hidramnion
3) Anemia
4) Persalinan prematur
5) Kelainan letak
6) Persalinan sukar
7) Perdarahan saat persalinan (Poedji Rochjati, 2003).
d. Hidramnion / Hamil kembar air
Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan
biasanya nampak pada trimester III, dapat terjadi perlahanlahan atau sangat cepat.
Keluhan-keluhan yang dirasakan:
1) Sesak napas
2)

Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan


amnion > 2 liter

3) Edema labia mayor, dan tungkai


Bahaya yang dapat terjadi:
1) Keracunan kehamilan
2) Cacat bawaan pada bayi
3) Kelainan letak
4) Persalinan prematur
5) Perdarahan pasca persalinan (Poedji Rochjati, 2003).
Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban
jauh lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2
liter. Walau etiologi belum jelas, namun ada faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi hidramnion, antara lain:
1) Penyakit jantung
2) Nefritis
3) Edema umum (anasarka)

4) Anomaly congenital (pada anak), seperti enensepali, spina


bifida, atresia atau striktur esophagus, hidrosefalus, dan
struma blocking oesophagus (Mochtar, 2002).

e. Janin mati dalam rahim


Keluhan-keluhan yang dirasakan:
1) Tidak terasa gerakan janin
2) Perut terasa mengecil
3) Payudara mengecil
Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada
umur kehamilan 4-5 bulan. Bila gerakan janin berkurang,
melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam,
kehidupan janin mungkin terancam.
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam
rahim, yaitu:
1) Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringanjaringan mati yang masuk ke dalam darah ibu (Poedji
Rochjati, 2003).
f. Hamil serotinus / Hamil lebih bulan
Ibu dengan umur kehamilan 42 minggu. Dalam keadaan ini,
fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah menurun. Dampak
tidak baik bagi janin:
1) Janin mengecil
2) Kulit janin mengkerut
3) Lahir dengan berat badan rendah
4) Janin dalam rahim dapat mati mendadak (Poedji Rochjati,
2003).
g. Letak sungsang
Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak
janin dalam rahim dengan kepala diatas dan bokong atau kaki
dibawah.
Bahaya yang dapat terjadi:

1) Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat


2) Bayi dapat mati (Poedji Rochjati, 2003).
h. Letak lintang
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan
tua (hamil 8-9 bulan): kepala ada di samping kanan atau kiri
dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui
jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap
sumbu tubuh ibu.
Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi
dapat

dilahirkan

dengan

alat

melalui

jalan

lahir

biasa.

Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa waktu mati


masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa. Bahaya yang
dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang
tidak di tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan
akibatnya:
Bahaya bagi ibu:
1) Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat
2) Infeksi
3) Ibu syok dan dapat mati
Bahaya bagi janin
1) Janin mati (Poedji Rochjati, 2003).
3) Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO ( Faktor Resiko III )
(Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)
a. Perdarahan antepartum
(Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum
kelahiran bayi)
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil
setelah 28 minggu, disebut perdarahan antepartum. Perdarahan
antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan
tanda bahaya yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau
janinnya, perdarahan dapat keluar:
1) Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita
anemia berat

2) Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi


dan tekanan darah menurun.
Perdarahan dapat terjadi pada:
1)

Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan


menutupi sebagian / seluruh mulut rahim.

2)

Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas


dari tempatnya. Biasanya

disebabkan karena trauma

kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, maka


terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta. Akibat
perdarahan, dapat menyebabkan adanya penumpukan darah
beku dibelakang plasenta.
Bahaya yang dapat terjadi:
1) Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan
2) Dapat membahayakan ibu:
-

Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok


Ibu dapat meninggal

3) Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan


(Poedji Rochjati, 2003).

b. Pre-Eklamsia berat / Eklamsia


Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan
tidak dirawat, ditangani dengan benar. Pre-eklamsia berat bila
tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang,
menjadi eklamsia. Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan
ke dalam mulut ibu diantara kedua rahang, supaya lidah tidak
tergigit.
Bahaya yang dapat terjadi:
1) Bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal
2) Bahaya bagi janin:
-

Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan


bayi lahir kecil

Mati dalam kandungan (Poedji Rochjati, 2003).

4) Sistem SKOR Poedji Rochjati


a. Kelompok faktor resiko I (APGO): masing-masing resiko memiliki
skor 4
b. Kelompok faktor resiko II (AGO): masing-masing resiko memiliki
skor 4, kecuali persalinan sesar, letak sungsang dan letak
lintang dengan skor 8
c. Kelompok Faktor resiko III (AGDO): masing-masing resiko
memiliki skor 8 (Rinandina, 2011 )
C. Klasifikasi
Menurut Poedji Rochyati dkk. (2003) mengemukakan kriteria KRT
sebagai berikut:

Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan


untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan
pada masa mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan,

ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi.
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR.
Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8
pada tiap faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko
menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi
tiga kelompok:
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis

dan

kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan


bayi hidup sehat.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu
maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan
baik bagi ibu maupun janinnya.
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor
12
Kehamilan dengan faktor risiko:
Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan
darurat bagi jiwa ibu dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk
tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam
upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya. Ibu dengan faktor

risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang


membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter
Spesialis (Poedji Rochjati, 2003).
SKOR POEDJI ROCHAYATI
I
Kel
.
F.R

II
N
O

1
2
3
4
5
6
7
8
9

II

10
11

12
13
14
15
16
17
18
19
20

III
Masalah/ faktor resiko
Skor awal ibu hamil
Tertalu muda, hamil 16 tahun
Terlalu tua hamil 35
Terlalu lambat hamil, kawin 4
tahun
Terlalu lama hamil lagi 10
tahun
Terlalu cepat hamil lagi 2
tahun
Terlalu banyak anak, 4 atau lebih
Terlalu tua, umur 35 tahun
Terlalu pendek <145 cm
Pernah gagal kehamilan
Pernalh melahirkan dengan :
Tarikan tang / vakum
Uri dirogah
Diberi infus atau transfusi
Pernah operasi sesar
Penyakit pada ibu hamil
Kurang darah
Malaria
Jantung
Kencing manis
TBC paru
Penyakit menular seksual
Bengkak pada muka, tungkai dan
tekanan darah tinggi
Hamil kembar 20 atau lebih
Hamil kembar air (hydramnion)
Bayi mati dalm kandungan
Kehamilan lebih bulan
Letak sunsang
Letak lintang
Perdarahan dalam kehamilan
Preeklamsi berat/ kejang-kejang

IV
Skor
e
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4

8
4

4
4
4
4
4
8
8
8
8

Tribulan
I
II III.
1

III.
2

D. ManifestasiKlinis

Muntah terus menerus

Tidak nafsu makan

Perdarahan/flek

Tekanan darah tinggi

Pusing

Bengkak pada wajah, tangan, kaki

BB tidak naik

Keluar cairan ketuban sebelum melahirkan

Demam tinggi

Letak sungsang

Mempunyai penyakit jantung, TBC, anemia, kencing manis

E. Patofisiologi
Kehamilan resiko tinggi dapat disebabkan karena beberapa factor
seperti pernah mengalami abortus, persalinan Caesar, umur 35 tahun,
mengalami tanda- tanda anemia, dan tinggi kurang dari 145 cm dan lain lain. Abortus dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan
ini adalah kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X b
mengakibatkan fetus tidak terbentuk secara sempurna, lingkungan
sekitar tempat impaltasi kurang sempurna, pengaruh teratogen akibat
radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol faktor lain yaitu
kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis

vili korialis karena

hipertensi menahun. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia


berat, keracunan dan toksoplasmosis. Kelainan traktus genetalia, seperti
inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi
uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Pengaruh endokrin, kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh
hipertiroidisme, diabetes mellitus dan defisiensi progesterone. Defisiensi
progesterone karena kurangnya sekresi progesterone dari korpus luteum

atau plasenta, mempunyai kaitan dengan insiden abortus. Karena


progesterone berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormone
tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi
dan berperan dalam peristiwa kematian janin.Abortus biasanya disertai
dengan pendarahan didalam desidua basalis dan perubahan nekrotik di
dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan.
Hal tersebut menyebabkan ovum dapat terlepas seluruhnya atau
sebagian dan mungkin menjadi benda asing dalam uterus, sehingga
meragsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin.
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2
tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan
lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum
pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat
berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko
terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena
alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Disamping itu infeksi kronis
juga dapat menimbulkan abortus janin seperti Listeria monocytogenes
dan Toxoplasa.
Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh
karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi.
Bahaya pada robekan rahim : dapat menimbulkan kematian janin dan
kematian ibu, perdarahan dan infeksi. Sebuah penelitian yang dilakukan
di Australia Selatan menyatakan bahwa wanita yang melahirkan anak
pertama melalui operasi sesar memiliki risiko yang lebih besar pada
persalinan selanjutnya dibandingkan wanita yang melahirkan secara
normal.
Anemia pada Kehamilan disebabkan meningkatnya kebutuhan zat besi
untuk pertumbuhan janin. Kurangnya asupan zat besi pada makanan
yang dikonsumsi ibu hamil, pola makan ibu terganggu akibat mual
selama kehamilan, adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi
(Fe) pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi dapat
mengakibatkan timbulnya anemia pada ibu hamil. Besi merupakan
bagian dari Haemoglobin yg berfungsi sebagai alat angkut oksigen dari

paru paru ke jaringan tubuh. Dengan berkurangnya Fe, sitesis


Haemoglobin berkurang dan akhirnya kadar haemoglobin akan menurun.
Kekurangan Zat besi Hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak,Kematian janin, abortus, cacat bawaan, BBLR (Berat
Badan Lahir Rendah), Anemia pada bayi yang dilahirkan, lahir prematur,
Pendarahan, rentan infeksi.
Tinggi badan kurang dari 145 biasanya akan memiliki ukuran panggul
yang

kecil

sehingga

dapat

merupakan

sebagai

penghalang

jalan

kaluarnya bayi sehingga bayi tidak bias dikeluarkan secara normal dan
harus di indikasikan untuk sesar. Semua riwayat dan gejala yang
disebutkan diatas akan menjadikan kehamilan yang berisiko tinggi pada
ibu. Kehamilan resiko tinggi akan berdampak: terjadinya kelahiran bayi
premature, perdarahan saat persalinan, proses persalinan yang lama dan
macet, abortus pada janin, kematian pada ibu.

PATWAY
Postur ibu (tinggi
badan < 145cm )

Usia ibu > 30 tahun

Panggul sempit

Kesuburan Alat
reproduksi menurun

Ketidakcukupan ruang
untuk bayi melakukan
putar paksi
Trauma jalan lahir
Perdarahan

Bayi bereiko lahir


cacat/ mati dalam
kandungan
Terjadi penyulit
ketika persalinan

Proses kelahiran bayi


ditolong dengan
vakum
Trauma bayi/ cacat
bawaan
Kehamilan resiko
tinggi
Keluarga dan ibu
jarang terpapar
inform tentang
kehamilan resiko

Ketidakmampuan
keluarga mengenal
permasalahan
kehamilan dan

Resiko
terjadi
penyulit saat
persalinan
Kecemasan

Kurang pengetahuan
keluarga tentang
informasi kehamilan
Ketidakmampuan
mengambil
keputusan
F. Komplikasi

Resiko
ketidakefektifan
menyususi
Ketidakfektifa
n koping
keluarga.

Menurut Prawirohardjo (2008) bahaya yang ditimbulkan akibat dari


kehamilan yang berisiko yaitu:
1) Bayi lahir belum cukup bulan.
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari).
Hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang
diperlukan berkurang.
2) Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR).
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500
gram. Kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil,
umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. Dapat juga dipengaruhi
penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.
3) Keguguran (abortus).
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran.
Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang
disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat. Persalinan
tidak lancar / macet.
4) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot
rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu juga
disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal
didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan
juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
5) Janin mati dalam kandungan.
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau
kematian perinatal yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500

gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran


kongenital serta lahir dengan asfiksia.
6) Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena
perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur
kandung juga cukup tinggi yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga
non profesional (dukun).
7) Keracunan kehamilan/kejang-kejang.
G. Peatalaksanaan
1) Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke
Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa
kehamilan.
2) Dengan mendapatkan imunisasi TT 2X.
3) Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering
dan lebih intensif.
4) Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
5) Kelahiran dibantu oleh dokter atau bidan
6) Istirahat yang cukup
1. PENDIDIKAN KESEHATAN KRT ( HE )
a. KIE Untuk Mengantisipasi Kemungkinan Komplikasi KRT :
Informasi dan edukasi untuk memeriksakan kehamilan secara

teratur pada dokter/bidan untuk memantu kehamilan


Membantu perencanaan meahirkan pada bidan/puskesmas atau
rumah sakit mengingat ibu memiliki faktor risiko sangat tingi

pada kehamilan.
Berikan dukungan dan membantu kesiapan mental, biaya dan

tranportasi diman ibu ada riwayat sesar


KIE untuk melakukan persalinan di rumah sakit dan dokter

spesialis mengingat ibu dengan kehamilan risiko tinggi.


KIE setiap persalinan kemungkinan mengalami komplikasi
persalinan

K,

yaitu

Kematian,

Kesakitan,

kecacatan,

ketidakpuasaan, ketidaknyaman.
Berikan informasi ibu hamil dengan anemia dianjurkan untuk
mengkonsumsi

makanan

yang

mengandung

zat

besi

dan

makanan yang bergizi tinggi (susu, sayur, buah segra, ikan,


telor) jika tidak ada pantangan. Selama kehamilan, anda akan
memerlukan lebih banyak asam folat, kalsium, zat besi, protein
dan nutrisi penting lainnya.

Klien dianjurkan untuk hidup dengan cara yang sehat (hindari


rokok, alcohol, dll),serta makan makanan yang bergizi sesuai
kebutuhan selama kehamilan.

b. KIE Cara Menjaga Kesehatan Ibu Hamil :


Mandi pakai sabun setiap pagi dan sore, gosok gigi dua kali
sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur mandi teratur
mencegah sakit kulit gosok gigi secara teratur mencegah sakit
gigi dan gusi serta mencegah kerusakan gigi yang berdampak

lubang pada gigi ( bisa mengakibatkan tetanus )


Istirahat berbaring sedikitnya 1 jam pada siang hari dan kurangi

kerja berat. Istirahat yang cukup akan memulihkan tenaga.


Boleh melakukan hubungan suami istri, namun sebelumnya
harus berkonsultasi terebih dahulu dengan bidan atau dokter
tentang hubungan suami-istri yang aman selama kehamilan

Minum obat sesuai petunjuk dokter atau bidan. Hindari asap


rokok, merokok, minuman keras, narkoba, jamu dan obat
obatan

yang

bisa

menggangu

pertumbuhan

bayi

dalam

kandungan. (Saifuddin, 2002)


c. KIE Makan Yang Baik Selama Kehamilan

Makan makanan yang bergizi sesuai dengan anjuran petugas


kesehatan

Makan 1 piring lebih banyak dari sebelum hamil

Untuk menambah tenaga makan makanan selingan pagi dan sore hari
seperti kolak, bubur kacang hijau, kue kue dan lain lain. (Saifuddin,
2002)
2. PEMERIKSAAN ANTENATAL (ANTENATAL CARE)
ANC atau pemeriksaan pengawasan antenatal adalah pemeriksaan
kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil
sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, pesiapan memberikan

ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Saifuddin,


2002).
Tujuan ANC:
a.

Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan


kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

b.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,


mental dan sosialibu dan bayi.

c.

Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau


komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

d.

Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan


secara selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.

e.

Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan nomal


dengan pemberian ASI eksklusif.

f.

Mempersiapkan

peran

ibu

dan

keluarga

dalam

menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara


normal (Saifuddin, 2002).
Kunjungan ANC:
Untuk

menghindari

komplikasi

wanita

hamil

memerlukan

paling

sedikitnya 4 kali kunjungan pada periode antenatal :


a. 1 kali kunjungan pada trimester I (sebelum 14 minggu)
b. 1 kali kunjungan pada trimester II (14 - 28minggu)
c. 2 kali kunjungan pada trimester III ( 28 - 36 minggu dan sesudah
minggu 36)
(Saifuddin, 2002)
Pelayanan asuhan standar minimal 10 T :
1. Timbang berat badan dan Tinggi Badan
2. Tentukan status gizi
3. Tekanan darah
4. Tinggi fundus uteri
5. TT (tatanus toxoid)
6. Tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan

7. Tengok/ periksa ibu hamil dari ujung rambut sampai dengan ujung
kaki
8. Tanya (temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan
9. Tata laporan kasus
10.

Test laboratorium

(Saifuddin, 2002)
Klasifikasi pada periode Antenatal ini dibedakan secara katagori
kehamilan yang akan diberikan asuhan antenatal adalah :
KATEGORI
Kehamilan normal

GAMBARAN
Ibu sehat
Tidak ada riwayat obsterri
buruk, ukuran uterus
sama/sesuai usia kehamilan.
Pemeriksaan fisik dan
laboraturium lengkap.

Kehamilan dengan
masalah khusus

Seperti masalah keluarga


atau psikososial, kekerasan
dalam rumah tangga dan

Kehamilan dengan

kebutuhan financial.

masalah kesehatan yang


membutuhkan rujukan

Seperti hipertensi, anemia

untuk konsultasi dan

berat, preeklamsia,

atau kerjasama

pertumbuhan janin terhambat,

penanganannya

infeksi saluran kemih,


penyakit kelamin dan kondisi

Kehamilan dengan

lain-lain.

kondisi
kegawatdaruratan yang

Seperti pendarahan ,

membutuhkan rujukan

eklamsia, ketuban pecah dini

segera.

atau kondisi-kondisi
kegawatdaruratan lain pada
ibu dan bayi.

(Saifuddin, 2001)
Informasi periode antenatal:
a. Gizi

Peningkatan konsumsi sampai 300 kal/hari dengan makanan yang


mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan.

b. Kegiatan harian
Normal, istirahat jika lelah
c. Perubahan fisiologi (normal ) yang akan terjadi
Peningkatan berat badan
Breast change
Penurunan tenaga
Mual dan muntah serta punggung kiri di trimester I
Rasa panas
Varises
Oedema
d. Segera mencari pertolongan medis jika mendapati tanda-tanda
bahaya, seperti:
Perdarahan pervaginam
Sakit kepala luar biasa
Gangguan penglihatan
Pembengkakan pada wajah ataupun tangan
Nyeri abdomen
Janin tidak bergerak (tidak seperti biasa)
e. Merencanakan kebutuhan persiapan kelahiran
f. Menjaga kebersihan diri
g. Perawatan payudara
h. Memberikan zat besi untuk maturasi sel eritrosit
i. Pemberian Tetanus Toksoid (I, II atau Ulang) 0,5 ml.
Imunisasi tetanus toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan
sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Imunisasi TT
untuk ibu hamil diberikan minimal 2 kali dengan dosis 0,5 cc
diinjeksikan secara IM. Jarak pemberian atau interval imunisasi TT 1
dengan TT 2 adalah minimal 4 minggu.
H. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium
untuk memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan
sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien.
Pengkajian meliputi:
a. Biodata Klien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Status

Perkawinan,

Agama,

Pendidikan, Pekerjaan, Suku Bangsa, Alamat, Tgl pengkajian.


b. Status Kesehatan

c. Pemeriksaan Fisik
DS:

Umur kurang dari 20 tahun/lebih dari 35 tahun


Jumlah anak lebih dari 4 orang
Jarak kehamilan dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun
Pernah mengalami kesulitan dalam kehamilan dan persalinan
terdahulu

misalnya

kejang-kejang,

demam,

operasi

sectio

caesaria
Tidak nafsu makan
Perdarahan waktu hamil/flek-flek
Keluar cairan ketuban sebelum melahirkan.
Berat badan tidak naik
Mempunyai penyakit seperti : penyakit jantung, anemia, TBC,

kencing manis
Pusing-pusing

DO:

Muntah terus-menerus
Tekanan darah tinggi
Bengkak paad wajah, tangan, dan kaki.
Demam tinggi, keluar cairan dari rahim dan berbau
Letak lintang/sungsang
Lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm
Tinggi badan kurang dari 145 cm

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
1. Ketidakmampuan

mempertahankan

kesehatan

b/d

kurang

kemampuan mengambil keputusan


2. Ketidakmampuan
kemampuan

dalam

melakukan

berperilaku

sehat

pertimbangan

b/d

dan

kurangnya
pengambilan

keputusan
3. Konflik/ketidakmampuan pengambilan keputusan
4. Rentan koping keluarga b/d ketidakmampuan berperilaku sehat
5. Ketidakmampuan

dalam

pemeliharaan

rumah/modifikasi

lingkungan b/d kurang finansial


6. Perilaku mencari hidup sehat b/d adanya penyakit

POA ASKEP KELUARGA

NO

DIAGNOSA

TUJUAN
UMUM

EVALUASI
KHUSUS

KRITERIA

STANDAR

Ketidakmampu Setelah

Setelah dilakukan

an

kunjungan selama 1 x dan Rumah

benar mengerti

kan tentang

mempertahank tindakan

45 menit, keluarga

tampak

tentang kehamilan

kehamilan

an kesehatan

keperawatan,

dapat mengenal

bersih

b/d kurang

ketidak

masalah

kemampuan

mampuan

ketidakmampuan

mengambil

mempertahanka

mempertahankan

keputusan

n kesehatan

kesehatan

dilakukan

R. verbal

INTERVENSI

1.

Keluarga benar-

resti
2.
Keluarga benar-

1.

Menjelas

resti

benar mengerti
tentang penanganan
pada kehamilan resti

tidak terjadi
pada keluarga
2

Ketidakmampu Setelah

Setelah dilakukan

R. verbal

an dalam

dilakukan

kunjungan selama 1 x dan

benar mengerti

tentang

berperilaku

tindakan

45 menit, keluarga

tentang kehamilan

kehamilan

sehat b/d

keperawatan,

dapat mengenal

kurangnya

ketidakmampua

masalah

kemampuan

n berperilaku

ketidakmampuan

melakukan

sehat tidak

dalam berperilaku

perilaku

1.

Keluarga benar-

resti
2.
Keluarga benarbenar mengerti
tentang penanganan

1. Menjelaskan

resti

pertimbangan

terjadi pada

dan

keluarga

sehat

pada kehamilan resti

pengambilan
keputusan

Konflik/ketidak Setelah

Setelah dilakukan

R. verbal

mampuan

dilakukan

kunjungan selama 1 x dan

benar mengerti

tentang

pengambilan

tindakan

45 menit, keluarga

tentang kehamilan

kehamilan

keputusan

keperawatan,

dapat mengenal

ketidakmampua

masalah

n pengambilan

ketidakmampuan

keputusan tidak

pengambilan

terjadi pada

keputusan

perilaku

1.

Keluarga benar-

resti
2.
Keluarga benar-

1. Menjelaskan

resti

benar mengerti
tentang penanganan
pada kehamilan resti

keluarga
4

Rentan koping

Setelah

Setelah dilakukan

R. verbal

keluarga b/d

dilakukan

kunjungan selama 1 x dan

benar mengerti

tentang

ketidakmampu

tindakan

45 menit, keluarga

tentang kehamilan

kehamilan

an berperilaku

keperawatan,

dapat mengenal

sehat

ketidak

masalah

mampuan dalam

ketidakmampuan

perilaku

1.

Keluarga benar-

resti
2.
Keluarga benarbenar mengerti
tentang penanganan

1. Menjelaskan

resti

perilaku sehat

dalam perilaku sehat

pada kehamilan resti

tidak terjadi
pada keluarga
5

Ketidakmampu Setelah

Setelah dilakukan

R. verbal

an dalam

dilakukan

kunjungan selama 1 x dan

benar mengerti

kan tentang

pemeliharaan

tindakan

45 menit, keluarga

tentang kehamilan

kehamilan

rumah/modifik

keperawatan,

dapat mengenal

resti dan

asi lingkungan

ketidakmampua

masalah

penanganannya

b/d kurang

n dalam

ketidakmampuan

finansial

pemeliharaan

dalam pemeliharaan

rumah/modifikas

rumah/modifikasi

i lingkungan

lingkungan

perilaku

1.

Keluarga benar-

1.

Menjelas

resti
2.
Anjurkan
keluarga
untuk dapat
memodifikasi
lingkungan

tidak terjadi
pada keluarga
6

Perilaku

Setelah

Setelah dilakukan

mencari hidup

dilakukan

kunjungan selama 1 x dan

benar mengerti

tentang

sehat b/d

tindakan

45 menit, keluarga

tentang kehamilan

kehamilan

adanya

keperawatan,

dapat hidup sehat

penyakit

keluarga mampu
hidup sehat

R. verbal
perilaku

1.

Keluarga benar-

resti
2.
Keluarga benarbenar mengerti
tentang penanganan

1. Menjelaskan

resti

pada kehamilan resti

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene. 2005. Perawatan Maternitas dan Ginekologi Edisi 4.
Jakarta: EGC
Dochterman,

Joanne

McCloskey.

2004.

Nursing

Interventions

Classification (NIC). St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier


Mochtar, Rustam. 2002. Synopsis Obstetric jilid II. Jakarta: EGC
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis,
Missouri: Mosby Elsevier
NANDA

Internasional

2010.

Diagnosis

Keperawatan

Definisi

dan

Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC


Prawirohardjo,

Sarwono.

2001.

Buku

Acuan

Nasional

Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Nasional Cetakan ke-2. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka
Pudji Rochjati dalam buku Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:PT
Bina Pustaka
Saifuddin,

A.B.

2001.

Maternal/Neonatal.

Buku

Panduan

Jakarta:

Yayasan

Pelayanan
Bina

Pustaka

Kesehatan
Sarwono

Prawiroharjo
Wiknjosastro dkk. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai