Hormon Insulin
Hormon Insulin
1. Pendahuluan
Hubungan hormon dengan program latihan pada seorang atlet yang melaksanakan
latihan terjadi banyak proses fisiologis pada tubuhnya sehingga dengan berbagai macam
aktivitas yang dilakukan berpengaruh terhadap kecepatan metabolisme tubuh yang berakibat
meningkatnya sekresi hormon. Latihan fisik adalah suatu rangsangan yang berpengaruh nyata
dalam pengaturan proses metabolik dan transkriptional di otot rangka. Antara lain, latihan
meningkatkan serapan glukosa otot rangka. Setelah latihan, ada peningkatan kecepatanangka dari serapan glukosa dan sintesa gliklogen.
Selama olahraga sel-sel otot menggunakan banyak glukosa dan bahan bakar nutrien
lain dari biasanya untuk kegiatan kontraksi otot. Kecepatan transportasi glukosa ke dalam
otot yang digunakan dapat meningkat sampai 10 kali lipat selama aktivitas fisik. Mekanisme
yang bertanggung jawab terhadap peningkatan pengambilan glukosa oleh otot-otot yang
bekerja masih belum jelas. Pada banyak sel termasuk otot yang sedang istirahat, difusiterfasilitasi glukosa bergantung pada hormon insulin (10, 16, 17). Ketika aktivitas fisik
kepekaan insulin meningkat menyebabkan penurunan kadar glukosa plasma. Oleh karena itu
insulin mungkin tidak berperan dalam meningkatkan transpor glukosa ke dalam otot yang
sedang bekerja.
Mekanisme kerja dari kedua hormon insulin dan glukagon ketika terjadi aktivitas fisik
atau latihan olahraga masih memerlukan penjabaran dan kajian lebih lanjut. Untuk itu tulisan
ini berusaha mengungkap bagaimana kerja kedua hormon ini ketika latihan dan adaptasinya
yang terjadi ketika latihan.
2. Perubahan Fisiologis tubuh pada Latihan Olahraga
Ketika tubuh melakukan latihan fisik yang merupakan salah satu bentuk stressor fisik
dapat menyebabkan gangguan homeostatis, maka tubuh akan memberi tanggapan berupa
mekanisme umpan balik negatif (7, 8). Tanggapan tersebut berupa:
(1) Respon jawaban sewaktu adalah perubahan fungsi organ tubuh yang sifatnya
sementara dan berlangsung tiba-tiba, sebagai akibat dari aktivitas fisik. Perubahan
fungsi ini akan hilang dengan segera dan kembali normal setelah aktivitas
dihentikan.
(2) Adaptasi jawaban lambat adalah perubahan struktur atau fungsi organ-organ tubuh
yang sifatnya lebih menetap karena latihan fisik yang dilakukan dengan teratur
dalam periode waktu tertentu. Reaksi adaptasi hanya akan timbul apabila beban
latihan yang diberikan intensitasnya cukup memadai dan berlangsung cukup lama.
Berdasarkan teori stres fisik adaptasi jaringan terjadi sebagai respon terhadap stres
fisik (1).
Ada dua istilah latihan yang kita kenal yaitu acute exercise dan chronic exercise.
Acute exercise adalah latihan yang dilakukan hanya sekali saja atau disebut juga dengan
exercise, sedangkan chronic exercise adalah latihan yang dilakukan berulang-ulang sampai
beberapa hari atau sampai beberapa bulan (training)(4, 5). Hal penting yang perlu
diperhatikan ialah bahwa dengan melakukan training pelatihan akan terjadi perubahan
penting di dalam tubuh sedangkan dengan melakukan exercise perubahan yang terjadi kurang
penting. Perubahan yang terjadi pada waktu seseorang melakukan exercise disebut dengan
respon. Sedangkan perubahan yang terjadi karena training disebut adaptasi. (8). Adaptasi
sistem tubuh akibat latihan aerobik sebagai berikut (4):
(1) Perubahan otot , terjadi hiperthropi otot.
(2) Perubahan kardiorespirasi, fungsi jantung paru lebih baik.
(3) Rendahnya akumulasi laktat darah seiring dengan peningkatan intensitas latihan
disebabkan karena peningkatan oksidasi asam laktat menjadi pirufat.
(4) Perubahan komposisi tubuh dengan berkurangnya massa dan lemak tubuh karena
latihan aerobik meningkatkan kapasitas penggunaan asam lemak sebagai energi.
(5) Pada individu yang terlatih terjadi peningkatan pengaturan panas tubuh karena
dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi panas dengan mudah, hal ini disebabkan
oleh besarnya volume plasma dan lebih responsifnya mekanisme termoregulator.
(6) Perubahan penampilan atau performa dengan meningkatnya kapasitas endurance
daya tahan.
(7) Latihan yang dilakukan secara teratur bermanfaat terhadap kondisi psikologis
3. Kontrol Hormon Insulin dan Glukagon dalam Perubahan Metabolisme
Peredaran zat-zat gizi dari karbohidrat, lemak, dan protein dalam proses metabolisme
dipengaruhi oleh berbagai hormon, termasuk hormon insulin, glukagon, ephineprin, kortisol,
dan hormon pertumbuhan. Pada berbagai kondisi insulin dan glukagon secara normal
merupakan hormon pengatur yang paling dominan mengubah jalur metabolik dari anabolisme
netto menjadi katabolisme netto bolak-balik dan penghematan glukosa, yang masing-masing
bergantung pada apakah tubuh berada dalam keadaan kenyang atau puasa (17).
Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ
endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans (Islets of Langeerhans)yang terdiri tiga jenis
sel yaitu; sel alpha () menghasilkan glukagon, sel beta () menghasilkan insulin dan
merupakan jenis sel pankreas paling banyak, sel deltha (D) menghasilkan somatostatin
namun fungsinya belum jelas diketahui, dan sel PP menghasilkan polipeptida pankreas (15,
17)
Kita akan lebih banyak membahas dan mengkaji hormon glukagon dan insulin, karena
kedua hormon ini memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat dipengaruhi oleh kedua hormon ini.
Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Kalau secara umum, sekresi hormon
insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah sebaliknya untuk sekresin hormon
glukagon
akan
meningkatkan
kadar
gula
dalam
darah.
Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah
meningkat. Efek glukagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam
meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen
menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan
glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat).
a. Insulin
Insulin memiliki efek penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Hormon ini menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta
mendorong penyimpanan zat-zat gizi tersebut (17). Hormon insulin digunakan secara nyata
untuk mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan protein pada otot rangka. Hormon ini
memudahkan penyerapan glukosa dan asam amino ke dalam otot rangka dan hati, dengan
demikian berperan dalam proses glycogenesis. Secara bersamaan, insulin menghalangi
pelepasan glukosa hati (glycogenolysis) dan produksi glukosa baru dari nutrien
nonkarbohidrat (gluconeogenesis) (2, 11, 12, 13).
Hormon insulin juga memainkan peran yang krusial dalam metabolisme lemak, yakni
dalam mengatur lipolysis dan lipogenesis. Lipolysis, hidrolisis dari triglycerida, adalah salah
satu langkah syarat dari oksidasi lemak, dimana dengan melepaskan ikatan asam lemak untuk
ditranspor ke mitokhondria untuk oksidasi. Banyak kajian yang menunjukkan bahwa hormon
insulin dengan jelas berperan dalam lipolysis pada posisi istirahat. Demikian juga ketika
memfasilitasi
serapan glukosa di hati dan jaringan adipose jaringan, hormon insulin
merangsang lipogenesis juga. Konversi glikolitik dari glukosa ke acetyl CoA merupakan
pendahuluan ke sintese asam lemak.
Dalam kaitan dengan metabolisme protein, peran utama hormon insulin adalah
mengurangi dari menguraikan protein (katabolisme). Walau hormon ini juga berperan di
dalam meningkatkan sintese protein (anabolisme), akibatnya sebagian besar bergantung pada
kemampuan asam amino. Beberapa studi telah mencatat bahwa elevasi hormon insulin tanpa
diikuti dengan peningkatan pada kemampuan asam amino sebenarnya menurunkan sintese
protein sebagai hasil rendahnya konsentrasi asam amino plasma.
1) Peranan hormon insulin pada sel sebagai berikut :
(1) Mentranslokasi dari GLUT-4 transporter ke membran plasma dan mengalirkan atau
memasukkan glukosa, sintese glikogen, glikolisis dan sintesis asam lemak.
(2) Mengontrol substrat masukan selular , secara jelas mencolok adalah glukosa di otot
dan jaringan adipose.
(3) Meningkatkan replikasi DNA dan sintesa protein melalui kontrol dari serapan asam
amino.
Dari Gambar di atas Menunjukkan bahwa masuknya glukosa ke dalam sel otot rangka
dan ke jaringan adiposa hanya melalui pembawa di membran plasma yang dikenal sebagai
glucose transporter. Glukosa transporter ini adalah glucose transporter 4 atau yang lebih
dikenal dengan istilah GLUT 4. Glut 4 ini ditemukan pada jaringan adiposa dan otot
serang lintang (otot rangka dan jantung) (10, 11, 12, 13). Insulin meningkatkan mekanisme
difusi terfasilitasi (dengan perantara pembawa) glukosa ke dalam sel-sel tergantung insulin
tersebut melalui fenomena transporter recruitment (17). Pengangkut-pengangkut tersebut
diinsersikan ke dalam membran plasma sebagai respon terhadap peningkatan sekresi
insulin, sehingga terjadi peningkatan pengangkutan glukosa ke dalam sel. Apabila sekresi
insulin berkurang, GLUT4 tersebut sebagian ditarik dari membran sel dan dikembalikan
ke simpanan intrasel ( 2,10,11, 12, 13). Proses ini seperti ditunjukkan oleh gambar 2 di
bawah ini:
Akan tetapi pada beberapa jaringan masuknya glukosa tidak tergantung pada
insulinyaitu otak, otot yang aktif, dan hati (17). Pada otot yang aktif seperti ketika
digunakan dalam latihan olahraga memang tidak tergantung pada insulin tetapi pada kondisi
istirahat sel-sel tersebut tetap bergantung pada insulin. Kontrol insulin ketika olahraga akan
dijelaskan berikutnya.
2) Faktor yang Mengontrol Sekresi Insulin
Kontrol utama atas sekresi insulin adalah sistem umpan balik negatif langsung antara
sel pankreas yang menghasilkan insulin dengan konsentrasi glukosa dalam darah.
Peningkatan kadar glukosa darah, sepeti yang terjadi setelah proses pencernaan makanan
secara langsung akan merangsang sintesa dan sekresi insulin oleh sel pankreas (2, 15).
Dengan adanya kadar insulin yang meningkat, maka akan menurunkan kadar glukosa darah
ke tingkat yang normal karena terjadi peningkatan pemakaian dan penyimpanan glukosa.
Sebaliknya penurunan kadar glukosa darah akan secara langsung menghambat sekresi
insulin. Penurunan kecepatan sekresi insulin ini menyebabkan perubahan metabolisme dari
keadaan absorptif ke keadaan pascaabsorptif. Dengan demikian sistem umpan balik negatif
sederhana ini mampu mempertahankan pasokan glukosa ke jaringan secara konstan tanpa
memerlukan fungsi hormon insulin.
Faktor lain yang mengontrol sekresi hormon insulin adalah:
(1) Peningkatan kadar asam amino plasma.
(2) Hormon pencernaan utama yang disekresikan oleh saluran pencernaan sebagai respon
adanya makanan.
(3) Sistem saraf otonom, secara skematik seperti tampak pada gambar. 3 di bawah ini:
Hormone
pencernaa
n
Konsentrasi glukosa
darah
+
Kontrol utama
+
Asupan makanan
+
+
+
+
Konsentrasi asam
amino
+
Stimulasi
parasimpatis
Sel-sel pankreas
Sekresi insulin
Glukosa darah
simpanan glukosa
b. Glukagon
Banyak ahli fisiologi memandang sel-sel pankreas penghasil insulin dan sel-sel
pankreas penghasil glukagon sebagai pasangan sistem endokrin yang sekresinya
kombinasinya merupakan faktor utama dalam mengatur metabolisme bahan bakar (17).
Glukagon mempengaruhi banyak proses metabolisme yang juga dipengaruhi oleh insulin dan
berlawanan dengan efek insulin (2, 15, 17). Glukagon bekerja terutama di hati, tempat
hormon ini menimbulkan berbagai efek pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yaitu:
(1) Efek pada karbohidrat, mengakibatkan peningkatan pembentukan dan pengeluaran
glukosa oleh hati sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa darah. Glukagon
menimbulkan efek hiperglikemik dengan menurunkan sintesis glikogen, meningkatkan
glikogenolisis, dan merangsang glukoneogenesis.
(2) Efek pada lemak, mendorong penguraian lemak dan menghambat sintesa trigliserida.
Glukagon meningkatkan pembentukan keton (ketogenesis) di hati dengan mendorong
perubahan asam lemak menjadi badan keton (gambar 1).
(3) Efek pada protein, glukagon menghambat sintesa protein dan meningkatkan penguraian
protein di hati. Stimulasi glukoneogenesis juga memperkuat efek katabolik glukagon pada
metabolisme protein di hati. Walaupun meningkatkan katabolisme protein di hati,
glukagon tidak memiliki efek bermakna pada kadar asam amino darah karena hormon ini
tidak mempengaruhi protein otot, simpanan protein yang utama di tubuh. Secara
sekematik ditunjukkan oleh Gambar 4 :
Seperti sekresi insulin, faktor utama yang mengatur sekresi glukagon adalah efek
langsung konsentrasi glukosa darah pada pankreas endokrin (17). Ketika glukosa darah
mengalami penurunan maka sel pankreas meningkatkan sekresi glukagon. Efek
hiperglikemik hormon ini cenderung memulihkan konsentrasi glukosa darah ke tingkat
normal. Sebaliknya peningkatan glukosa darah seperti yang terjadi setelah makan akan
menghambat sekresi glukagon yang juga cenderung memulihkan kadar glukosa ke kadar
normal, seperti ditunjukkan gambar 5 berikut:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jadi, selama latihan ada berbagai mekanisme aktivator dan penghambat dari sekresi
hormon insulin yang terjadi secara serempak. Fakta ini untuk menjelaskan penemuan oleh
peneliti berbeda, hasil yang kontradiksi tentang modifikasi plasma dari hormon insulin
selama latihan, terutama ketika mempertimbangkan variasi dari pengeluaran hormon dalam
hubungannya dengan aktivitas latihan seseorang.
1) Fungsi Metabolik Selama Latihan
a) Efek pada Carbohydrates. peningkatan dari hasil pengeluaran dari hormon insulin plasma
:
(1) Kenaikan dari serapan glukosa oleh otot dan dengan jaringan lain melalui suatu
mekanismme pada membran selular:
(a) Kenaikan dari serapan glukosa oleh jaringan adipose .
(b) Kenaikan dari sintesa glikogen otot .
(c) Pengurangan dari cAMP, dari gluconeogenesis dan dari sintese glikogen hati.
(2) Akibat yang relevan bahwa hormon insulin itu dapat menghasilkan ambilan
glukosa selama latihan menyisakan keraguan, paling tidak, ada dua alasan yakni
pendapat yang dikemukakan oleh Company, Balagu and Barbany (17) :karena
akibat fluktuasi (kenaikan atau penurunan) pada kadar insulin plasma dalam
darah yang dihasilkan selama aktivitas; dan sehubungan dengan fakta yang benar
bahwa ambilan dari glukosa oleh otot rangka selama latihan meningkat bahkan
ketika hormon insulin tidak ada (16).
2) Efek pada lemak, peningkatan dari hasil pengeluaran insulin akan terjadi :
(1) Kenaikan dari sintesa dari asam lemak di jaringan adipose.
(2) Kenaikan dari sintese dari fosfat glycerol di jaringan adipose .
(3) Kenaikan dari penyimpanan dari triglycerides di jaringan adipose
(4) Kenaikan dari sintese dari lipids pada hati.
Dengan demikian, proses lipolisis ini dapat dipastikan diakibatkan ada peranan dari glukagon
yang juga berpartisipasi dalam meningkatnya asam lemak bebas yang dihasilkan selama
latihan. Oleh karena itu, ada hubungan yang parallel antara tingkat latihan dengan kadar
glukagon darah dan asam lemak bebas.
4. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan kontrol
hormone insulin dan glukagon dalam perubahan metabolisme selama latihan :
(1) Pada berbagai kondisi insulin dan glukagon secara normal merupakan hormon
pengatur yang paling dominan mengubah jalur metabolik. Insulin memiliki efek
penting pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Hormon ini menurunkan
kadar glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah serta mendorong
penyimpanan zat-zat gizi tersebut (glikogenesis). Perangsangan glukagon bila kadar
gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Efek glukagon ini juga sama
dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam meningkatkan kadar gula darah,
glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan
meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis
(pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat).
(2) Selama latihan, glukosa dan asam lemak bersamaan dibutuhkan sebagai bahan bakar
metabolisme, maka glukagon meningkat sedangkan insulin menurun. Sekresi
hormon insulin selama aktivitas fisik diatur oleh konsentrasi glukosa darah,kadar
glukagon plasma , konsentrasi katekholamin pada darah, kadar camp, somatostatin.
Mekanisme kontrol sekresi glukagon selama latihan dapat digolongkan ke dalam dua
kategori yaitu glukagon aktivator dan glukagon inhibitor.
(3) Kerja kedua hormon walaupun berlawanan namun membutuhkan kesinambungan dan
kesinergisan peran diantara keduanya baik dalam kondisi normal maupun dalam
dalam kondisi latihan. terutama pada latihan yang intense dan prolonge atau waktu
yang sangat lama.
Daftar Rujukan
1. Cooper, C.E., Vollaard, N.B., Choueiri, T. & Wilson, M.T. 2002. Exercise, Free Radicals
and Oxidative Stress. Biochem. Soc. Tras, 30: 280-285
2. Fox El, Bowers R.W & Foss ML. 1998. The Pysiological Basis of Physical Education
and Athletics (4th Ed.). Philadelphia: Saunders College.
3. Harjanto & Santoso, Kuncoro, Puguh. 2001. Penelitian Pendahuluan Tentang Pengaruh
Intensitas dan Durasi Latihan Renang pada Tikus terhadap Derajat Stres Oksidatif.
Majalah Ilmu Faal Indonesia, 01(1): 13-21.
4. Harsono. 1997. Prinsip-Prinsip Latihan dan Kondisi Fisik. Jakarta: PIO KONI Pusat.
5. McArdle, William D, Katch, Frank I. & Katch, Victor L. 2001. Exercise Physiology:
6. Energy, Nutrition, and Human Performance. Philadelphia etc: Lippincott
7. Sugiharto. 2000. Pembentukan Radikal Bebas Oksigen dalam Aktivitas Fisik. Lab
Jurnal Ilmu Keolahragaan dan Pendidikan Jasmani, 10(1): 22-32.
8. Supriadi. 2000. Pengaruh Latihan Aerobik dan Anaerobik terhadap Luas Penampang
9. Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Texbook of Medical Physiology)
(9th Ed.). Terjemahan oleh Setiawati Irawan, Tengadi, LMA Ken Ariata Santoso dan
Alex. Jakarta: EGC.
10. Balagu, A., Company, X., Barbany, J.R. (1979). Endocrine Kontrol of Carbohydrat and
Lipid Metabolic Change during Exercise, Apuntes de Medicina Deportiva, 16(61), 9-17.
2003 humanmovement.com
11. Chavez B. Insulin: The Science Stuff, www.EvilGenius.SP.com, February 08
12. F. Gyntelberg, M. J. Rennie, R. C. Hickson and J. O. Holloszy. Effect of training on the
response of plasma glucagon to exercise. Journal of Applied Physiology, Vol 43, Issue 2
302-305, Copyright 1977 by American Physiological Society.
13. Victoria Matas Bonjorn, Martin G. Latour, Patrice Blanger, and Jean-Marc Lavoie.
Influence of prior exercise and liver glycogen content on the sensitivity of the liver to
glucagons.
Journal
of
Applied
Physiolog
92(1):188-194
8750-7587/02 $5.00 Copyright 2002 the American Physiological Society.
14. James Norman, M.D., F.A.C.S., The Importance of Insulin and Glucagon . Diabetes and
Hypoglicemia, Endocrine Web. 2008.
15. Brooks GA, Fahey TD, 1984. Exercise Physiology Human Bioenergetics and Its
Aplications. New York : Macmillan Publishing Company, pp 701 715. Kedokteran
EGC, hlm 275.
16. Ganong WF, 1996. Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Ed 20, Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
17. Sherwood L., Fisiolofi Manusia: dari Sel ke Sistem, Alih Bahasa: dr. Brahm U.P. SP.KK.
edisi 2: Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.