Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

Pengamatan matahari
Geoinformatika

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
Agustinus
Deswanti
Et-ding
Faisal amin
Fathir muh.
Niken susilowati

: 140 500 185


: 140 500 195
: 140 500 200
: 140 500 201
: 140 500 202
: 140 500 212

POLITEKNIK PERTANIAN
NEGERI SAMARINDA

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah, segala puji dan syukur berkat rahmat Allah SWT yang selalu
melimpahkan

rahmat,

nikmat

serta

hidayah-Nya

karenaNya

penulis

dapat

menyelesaikan penyusunan laporan praktiku pengamatan matahari ini.


Dengan adanya laporan ini adalah sebagai bukti dalam mengikuti kegitan
praktikum SAG satelit astronomi geodesi yang di ikuti oleh kelompok 5.
Dengan adanya sumber untuk referensi dalam penyusunan laporan ini penulis
mengucapkan terimakasih karena sudah mempermudah penulis untuk mencari dan
memberikan informasi.

Akhir kata penulis menyadari laporan ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan saran yang membangun untuk perbaikan
laporan ini.
Wassalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Samarinda,15 januari 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.2
DAFTAR ISI....3
BAB I . PENDAHULUAN
a. Latar belakang............4
b. Maksud dan tujuan.4
BAB II. DASAR TEORI
a. Astronomi geodesi.5
b. Azimuth..5
c. Pemgamatan tinggi matahari..5
d. Koreksi-koreksi pengamatan matahari..6
BAB III. METODELOGI PRAKTIKUM
a. Pelaksanaan pengukuran......11
b. Alat dan bahan.11
c. Langkah kerja...11
BAB IV. HASIL
a. Hasil perhitungan.....13
BAB V. PENUTUP
a. Kesimpulan .........16
b. Saran16
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geodesi satelit dapat didefinisikan sebagai sub-bidang ilmu geodesi yang menggunakan
bantuan satelit (alam maupun buatan) untuk menyelesikan problem- problem geodesi. (Seeber
1983). Geodesi satelit meliputi teknik-teknik pengamatan dan perhitungan yang digunakan
untuk menyelesaikan masalh geodesi dengan menggunakan pengukuran-pengukuran yang teliti
ke, dari, dan antara satelit buatan yang umumnya dekat dengan permukaan bumi. Dalam
menentukan posisi suatu titik dipermukaan bumi dapat dilakukan dengan cara astronomi dan
geodetik. Posisi astronomis dinyatakan dengan bujur dan lintang astronomis. Sedangkan posisi
astronomis itu sendiri dapat didefinisikan sebagai posisi setiap titik dipermukaan bumi diwakili
oleh posisi zenit astronomi titik itu di bola langit. Penentuan posisi secara astronomi ini terlebih
dahulu harus melakukan pengamatan matahari. Praktikum pengamatan matahari ini dilakukan
untuk mendapatkan sudut azimuth matahari.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan praktikum pengamatan matahari ini adalah :
hari dengan menggunakan prinsip prinsip
pengamatan matahari yang benar
Mahasiswa mampu menghitung azimuth matahari dari data yang telah diperoleh pada
praktikum

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Astronomi Geodesi


Sistem Astronomi merupakan sistem geodesi satelit paling tua yang
berbasiskan pengamatan pada bintang. Meski terbatas, sistem ini masih digunakan sampai saat
ini untuk keperluan keperluan khusus. Sesuai namanya astronomi geodesi merupakan suatu
metode dalam penentuan posisi dengan mengamati bintang ataupun benda langit lainnya.
Astronomi geodesi merupakan salah satu cara untuk menetukkan sudut jurusan dari dari dua
buah titik yang ada di permukaan bumi. Pengamatan yang paling sering dilakukan adalah
pengamatan matahari.

2.2 Azimuth
Azimuth berfungsi untuk mendapatkan arah suatu sisi terhadap arah utara. Pada alat ukur
yang dilengkapi dengan kompas, pembacaan sudut horisontalnya ada ketentuan bahwa
azimuth adalah besar sudut yang
dimulai dari arah utara atau selatan jarum magnet sampai obyektif garis bidik yang besarnya
sama dengan angka pembacaan Azimuth dapat didapatkan melalui beberapa cara, yaitu :
Cara Lokal
Pengikatan pada dua buah titik tetap
Dengan kompas
Pengamatan Astronomis

2.3 Pengamatan Tinggi Matahari


Pengukuran azimuth geografi dengan pengamatan tinggi matahari dapat dilakukan
dengan cara ditadah, filter dan prisma roelofs. Pengamatan dilakukan dengan
menempatkan penadah atau tabir, di belakang lensa okuler, penadah tersebut bisa sebuah kertas
putih, sebagai layar yang menangkap bayangan matahari dan bayangan benang diafragma.
Bayangan yang jelas dapat diatur sedemikian r-rpa dengan menekan tromol pengatur bayangan
atau fokus

2.1 Gambar azimuth matahari

2.4 Koreksi 1/2 d sudut vertikal


Pembidikan dikakukan terhadap tepi-tepi matahari, untuk mendapatkan tinggi ke pusat
matahari, maka sudut vertikal harus diberi koreksi t/z diameter bayangan matahari. ('d) adalah
sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan stasiun pengamatan ke tepi-tepi matahari.
Makanya dinyatakan dalam satuan sudut. Namun karena jarak rnatahari ke burni berubahubah, maka harga d juga berubah-ubah sesuai dengan jarak bumi. Pada bulan Desember nilai d
adalah 32'34" sedangkan pada bulan Juli nilainya 31 '35" . Untuk keperluan hitungan, diambil
pembulatan rata-rata sebesar 32'. Koreksi d yang diberikan pada sudut vertikal tergantung pada
kuadran berapa bayangan matahari ditempatkan. .

2.2 Gambar Sistem kuadran dalam Geodesi

2.5 Koreksi d sudut horizontal


Koreksi d ini tidak hanya diberikan kesudut horizontal saja, akan tetapi juga diberikan
ke sudut horizontal yang tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan sudut ke pusat matahari.
Pemakaian tanda (+) / (-) juga dipengaruhi posisi bayangan, matahari dalam sistem kuadran. 2.3
Gambar sistem koreksi Diameter untuk sudut horizontal

2.6 Koreksi Paralaks dan Refraksi


-Koreksi Paralaks horizontal

2.4 Gambar Koreksi Paralaks Horizontal


Dimana:
D : jarak dari burni ke matahari (C-M)
Z' : sudut zenith pengamat
Z : sudut zenith geosentris
p : Z'-Z : paralaks horizontal
R : jari-jari bumi (C-O)
Perhatikan segitiga OCM :

Secara pendekatan :

Jika Z ' : 90", maka diperoleh paralaks horizontal :

Harga paralaks ini dapat diperoleh dari tabel yang terdapat pada Almanak Matahari dan
bintang.

Koreksi Refraksi Faktor alam, seperti temperatur, tekanan, dan kelembaban udara adalah
hal yang sangat berpengaruh terhadap pengukuran yang dilakukan. Hal ini jelas diketahui
karena dapat memberikan efek pemuaian ataupun melengkungnya sinar yang masuk ke
8

dalam teropong (refiaksi). Semua gejala ini dialami oleh hasil pengukuran sejak rnulai
dari target yang dibidik sampai didalarn teropong itu sendiri. Oleh karenanya jadi
diperlukan koreksi. Harga koreksi refraksi tersebut dapat diperoleh dari tabel pada
Almanak tahunan Matahari dan Bintang, dengan rumus sebagai berikut

Dimana:
Rm :Koreksi refraksi menengah ( pada p '=760mmHg ; t : l0"C; kelembaban nisbi 60%) dengan
argumen adalah tinggi ukuran dari matahari.
Cp :Faktor koreksi barometric, dengan argumen adalah tekanan udara stasion pengamat atau
ketinggian pendekatan dari stasion pengamat.
Cl :Factor koreksi temperature, dengan argument adalah temperatur udara stasion pengamat.

2.7 Segitiga Astronomi


Segitiga astronomi adalah segitiga bola langit yang dibatasi oleh lingkaran besar yang
dibentuk oleh titik zenith, titik matahari atau bintang yang diamati dan sebuah titik kutub (
lndonesia mengambil kutub utara sebagai acuan). Penentuan azimuth geografi dengan
metoda pengamatan tinggi matahari diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan data:

Tinggi matahari (h) diperoleh dari hasil pengamatan dari stasion pengamat.
Deklinasi matahari (6) yang diperoleh dari tabel pada almanak matahari dan
bintang dengan argument adalah waktu, tanggal dan tahun pengamatan.
Lintang (g) stasion pengamat yang diperoleh dari hasil interpolasi peta, yaitu dari
peta topografi daerah pengamatan

Dengan menggunakan rumus cosinus pada segitiga bola di peroleh :


Cos A = (sin

Apabila yang di ukur adalah sudut zenith (z-90 h), maka :


Cos A =(sin

10

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Pelaksanaan Pengukuran


Surveyor : Kelompok 5
Waktu Pelaksanaan
o Hari, tanggal : jumat 15 januari 2016
o Jam : 06.00 10.45 WITA
Tempat Pelaksanaan : Samping jurusan budidaya tanaman perkebunan (BTP)
Kondisi Cuaca : Cerah
3.2 Alat dan bahan
1.Theodolit merk horizon 3911
2. Paku payung
3. tripod statif
4. kertas HVS dan bolpoin
5. kompas
6. gps merk garmin
7. payung
3.3 langkah kerja
1. hal pertama yang dilakukan adalah menentukan tempat pengamatan matahari .
2. menentukan tempat berdirinya alat , kemudian mendirikan alat tripod dan theodolite.
3. mencari arah sudut utara magnetis dengan menggunakan kompas, lalu membidik ke titik P1
dengan sudut biasa dan luar biasa . lalu catat sudut horizontal dan vertical serta jam .
4. Arahkan teropong kearah matahari. Pada saat mengarahkan teropong kearah matahari, letakan
selembar kertas HVS putih di depan lensa okuler, kemudian amati bayangan matahari yang ada
pada kertas HVS dengan visier . Atur fokus teropong theodolit sehingga bayangan matahari yang
ada pada HVS menyentuh sumbu. Dengan menggunakan sekrup halus horisontal dan vertikal
tempatkan bayangan matahari ke dalam kwadran( sesuai dengan waktu pengarnatan). Dengan sekrup gerak
halus horisontal temparkan tepi bayangan matahari pada benang vertical, lalu baca sudut
horizontal ,vertical serta jam. Serta ambil juga dengan sudut biasa dan luar biasa.
5. Posisi pengamat membelakangi matahari dan menghadap pada kertas tadi. Longgarkan sekrup
pengunci horisontal dan vertikal, sehingga mudah untuk mengatur gerakkan teropong yang
mengarah ke matahari sedemikian rupa sehingga bayangan matahari terlihat yang merupakan
lingkaran penuh pada kertas tadah.
6. Kunci sekrup pengunci gerakan horisontal dan vertikal kemudian bayangan matahari
dipertajam dengan menggunakan pengatur fokus dan benang diafragma diperjelas dengan
pengatur benang diafrgma.

11

7. Setelah bayangan matahari sudah tampak dengan jelas di HVS, maka baca sudut vertikal dan
horisontal pada theodolit melalui lensa okuler dan tidak lupa untuk menutup teropong dengan
buku atau sejenisnya supaya cahaya matahari tidak masuk ke dalam teropong.
8. Lakukan langkah kedua hingga ketujuh untuk mendapatkan kuadran 1 dan 3
9. Hitung hasil dari data yang telah didapat, maka akan mendapatkan hasil pengamatan dan hasil
penghitungan azimuth matahari

12

BAB IV
HASIL

Hasil kwadran 1 matahari biasa

Hasil kwadran 1 matahari luar biasa

13

Azimuth MB & MLB kwadran 1

Hasil kwadran 3 matahari biasa

Hasil kwadran 3 matahari luar biasa

14

Hasil azimuth kwadran 3

15

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pengukuran pengamatan matahari yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa :
1.Pengukuran yang digunakan adalah pengamatan matahari dengan metode tadah.
2.Pada pengukuran azimuth matahari dibutuhkan posisi lintang pengamat, waktu pengamatan,
sudut horisontal, sudut vertikal (zenith) matahari, suhu, dan tekanan udara.
3.Pengukuran azimuth matahari tidak boleh dilakukan di atas jam 9, karena pada saat itu
matahari sudah mulai terbit ke atas, sehingga sudut vertikal (zenith) matahari cukup kecil. Hal itu
menyebabkan susahnya dalam membaca sudut.
4.Kesalahan dalam pengukuran menyebabkan hasil dari perhitungan berbeda jauh dari data yang
satu dengan data lainnya sehingga menyebabkan pengukuran tidak presisi. Tidak presisinya
hasil penghitungan tersebut di antaranya disebabkan oleh: - Alatnya tidak center - Bayangan
matahari tidak jatuh tepat bersinggungan dgn benang diafragma - Rentang waktu antar
pengamatan terlalu jauh sehingga kemungkinan terjadi kesalahan cukup besar - Waktu yg
tercatat kurang tepat - Alat ukur yg sudah harus dikalibrasi .

5.2 Saran
1.Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan sudut.
2.Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan, keadaan cuaca yang cerah.
3. Melakukan pengukuran sebaiknya pada waktu pagi hari pukul 06.00 -09.00

16

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/6230456/materi_Pengamatan_Matahari
http://putra-syafrisar.blogspot.co.id/2012/06/penentuan-azimuth-dengan-pengamatan.html
http://kafeastronomi.com/sejarah-pengamatan-matahari.html

17

Anda mungkin juga menyukai