elemen
epistemologis
dalam
filsafat
ilmu
adalah
mencoba
yang tajam antara ketepatan dan kesempurnaan dari ilmu fisika dan
ketidakjelasan dan ketidaktepatan dari ilmu sosial.
Positivisme menempatkan metode ilmiah eksperimental sebagai satusatunya metode dan bahasa keilmuan yang universal sehingga segala
pengetahuan yang tidak dapat diferivikasi oleh metode itu dianggap tidak
bermakna apa-apa (Heryanto, 2003).
Positivisme adalah anak kandung paradigma Cartesian-Newtonian
yang merupakan master fisika klasik. Dalam pandangan Newtonian,
semua fenomena fisis dapat direduksi menjadi gerak partikel benda, yang
disebabkan oleh kekuatan gaya gravitasi. Pengaruh gaya ini pada partikel
atau benda lain digambarkan secara matematis oleh persamaan gerak
Newton F= m.a, yang kemudian menjadi dasar bagi seluruh mekanika
klasik. Salah satu ciri khas mekanika Newtonian adalah reduksionis.
Newtonian memberikan inspirasi bagi positivis untuk melihat segala
sesuatu
yang
statis.
Positivisme
Newtonian
mengajarkan
bahwa
kebenaran ialah yang logis, ada bukti empiris yang terukur. Misalnya,
tentang panas. Positivisme mengatakan bahwa air mendidih adalah 100
derajat celcius, dan yang lainnya misalnya tentang ukuran meter,
kilogram, dan seterusnya. Ukuranukuran tersebut adalah operasional,
kuantitatif, terukur dan objektif.
Ilmu alam menyelidiki realitas alam yang berbasis pada eksperimen
di laboratorium sebagai sarana bantu dalam pengamatan dengan objek
yang serba terukur, reduksionis, objektif, kuantitatif dan menolak nilai
(value free). Praktek eksperimen diartikan sebagai suatu situasi artifisial
yang dibangun untuk tujuan menjajagi atau menguji suatu teori.
Ilmu pengetahuan yang diteorikan oleh seorang ilmuwan kadangkadang mempunyai kaitan yang erat dengan pengetahuan yang
ditemukan oleh orang lain. Bisa jadi teori-teori yang sudah ada tersebut
merupakan konstruksi dari dari sebuah pengetahuan yang lebih kompleks
hingga tanpa disadari keberadaan teori-teori tersebut bisa saling
mendukung satu sama lain. Kaitan-kaitan ini tidak hanya yang bersifat
positif saja, kadang-kadang kaitan yang terjadi adalah kaitan yang saling
mematahkan satu sama lain. Dalam dua kasus ini, saling kaitan terjadi
secara objektif diantara bagian-bagian struktur itu, terlepas dari kesadaran
individu terhadap saling kaitan tersebut.
Ilmu alam memiliki objek kajian yang amat luas, mulai dari atom
termasuk benda-benda anorganik hingga skala jagad raya, tempat bagi
tata surya, bintang dan galaksi bertebaran. Dengan demikian memiliki
objek yang statis. Keberadaannya tidak ada hubungannya dengan sikap,
keyakinan atau keadaan subjektif lainnya. Dengan demikian berarti
objektif.
Titik berat objektivitas adalah
keluar yaitu sistem fisis itu hanya merupakan suatu cuplikan kecil saja dari
keseluruhan. Bahwa cuplikan itu tidak akan sedikitpun mempengaruhi
sistem yang lain. Perubahan satu sistem tidak akan memberi dampak
pada sistem yang lain. Paham ini dikenal sebagai reduksionisme yaitu
prosedur menyederhanakan gejala, data, dsb yang kompleks sehingga
menjadi tidak kompleks.
Reduksionisme adalah suatu kebiasaan untuk memandang sebuah
bagian utuh dari sebuah objek dengan meneliti bagian-bagiannya.
Sebagai contohnya kita meneliti sebuah mesin, kita akan meneliti bagian
bagiannya seperti roda, mesin, generator dan lain sebagainya.
Kita menemukan praktek reduksionisme dalam pengetahuan,
seperti di dalam teori determinisme. Determinisme menganggap bahwa
selalu ada penjelasan atas fenomena dan gejala alam.
Teori-teori ilmu alam dibangun melalui ekperimentasi laboratorim.
Jika kondisi laboratoriumnya sama dan dapat dikontrol secara ketat maka
teori yang tercipta dapat berlaku secara universal.
C. Positivisme Ilmu Sosial
Ilmu sosial adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari
aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan
sosialnya. Sedangkan ilmu alam adalah ilmu yang objek penelitiannya
adalah tentang benda-benda alam, dengan hukum-hukum yang pasti dan
umum, yang dimana sifat hukum itu berlaku dimanapun dan kapanpun.
dan
waktu. Positivisme
merupakan
usaha
membersihkan
10
metode-metode
yang
bukan
tidak
sesuai
dengan
11
individu
dalam
kegiaan
ekonomi
menghasilkan
spesialisasi
yang
kemudian
mendorong
pemerintahan
yang
semakin
ini
perlu
bertambah
untuk
yang
mengimbangi
muncul
karena
Comte
mendahului
beberapa
sumbangan
utama
dari
12
dengan
realitas
sosial.
Pengumpulan
dan
analisis
data
13
14
Melihat sebuah
sebagai
cita-cita
normatifnya,
ini
merupakan
pokok
Dalam
intelek,
perasaan
melebihi
akal
budi;
terus
menerus
15
sendiri
cemas
dan
orang
luar
mencemoohnya. Agama
dengan bentuk sebuah kalender baru yang dia susun dengan hari-hari
tertentu untuk menghormati ilmuwan-ilmuwan besar dan lain-lain yang
sudah berjasa dan bekerja demi kemanusiaan. Disamping itu akan ada
ritus dan doa yang disusun untuk menyalurkan hasrat-hasrat individu dan
memasukkannya ke dalam the gret being of humanity. Ada juga kultus
terhadap kewanitaan dengan dirayakannya perasaan altruistik wanita.
Comte sendiri sebagai imam agungnya berlutut didepan altarnya sendiri
(sebuah kursi mewah) sambil memegang seikat rambut kepala Clothide
de vaux, dan dia mengusulkan supaya kuburnya merupakan tempat
ziarah.
16
dapat
mempergunakan.metode-metode
penelitian
17
18
atau
memahami
realitas
(verstehen)
kemudian
Dasar-dasar
positivisme
itu
pun
kemudian
terbukti
rapuh.
19
positivisme
pada
awalnya,
khususnya
ketika
ia
mempengaruhi studi ilmu sosial saat ini, diketemukan dalam karya David
Hume Treatise of Human Nature, ia mengatakan bahwa pengetahuan
yang
didasarkan
pada
pengalaman
adalah
bersifat
objektif
dan
20
dia
mempertahankan
metodenya
dan
memperbaikinya,
21
telah
meninggalkan
positivism
dan
mengembangkan
22
23
24
2. Post-positivisme
Secara ontologis, post-positivisme bersifat critical realism. Critical
realism memandang bahwa realitas memang ada dalam kenyataan sesuai
dengan hukum alam, tetapi suatu hal yang mustahil bila manusia dapat
melihat realitas tersebut secara benar.
25
pendekatan
terhadap
26
data
kuantitatif
(jumlah,
angka-angka)
yang
pergeseran.
Faktor
utamanya
adalah
tuduhan
bahwa
27
Penedakatan
kualitatif
secara
generik
dimaknai
sebagai
dengan
istilah
yang
beragam,
seperti
constructivist,
28
3. Mix Methode
Setiap metode penelitian memiliki keunggulan dan kelemahan.
Oleh karena itu metode kualitatif dan metode kuantitatif keberadaannya
tidak perlu dipertentangkan karena keduanya justru saling melengkapi.
Metode kuantitatif dikenal juga dengan nama metode positivistik
sedangkan metode kualitatif
positivistik.
Ditengah maraknya positivism dan post-positivisme tersebut
muncullah
sosok
Mix
Methode
yang
seperti
penengah,
tidak
kuantitatif
dapat
menggabungkan
penggunaan
teknik
29
negara
yang
bersifat
interdisipiliner,
terapan,
dan
30
31
PPBS
mengancam
konsepsi
mereka
mengenai
32
sebagai
memberikan
serangan
intelektual
yang
paling
moderen
yang
digunakan
untuk
mengorganisir
dan
33
Woodrow
Wilson
yang
berjudul
Introduction
To
Study
tidak
hanya
masalah
personal
tapi
juga
masalah
34
35
akan
memberikan
publik
yang
bentukan
yang
dilakukan
beragam
oleh
terhadap
pemerintah.
36
37
pula. Hal yang paling penting adalah membuat setiap orang dalam
organisasi pada kualitas.
kualitas
pelayanan
sebagai
berikut:
dalam
rangka
memenuhi
kebutuhan
pengguna
jasa.
38
39
dan
demokrasi
sebagai
alternative
pasangan.
Waldo
pasangan.
Dalam
satu
alternative
pasangan,
waldo
40
41
pesat. Zhiyong Lan dan Kathleen K. Anders (2000), dalam jarak waktu
penelitian yang relatif dekat dengan penelitian Adams dan White,
menemukan fakta bahwa penelitian bidang administrasi negara yang
menggunakan pendekatan kualitatif relatif lebih banyak dibandingkan
pendekatan kuantitatif (Adams dan White, 1992).
42
juga tentu saja karena faktor karakter dari pendekatan kualitatif itu
sendiri. Karakter tersebut merupakan keunggulan pendekatan kualitatif,
sehingga mudah diterapkan pada penelitian bidang administrasi negara;
yang antara lain meliputi:
persoalan
etika
dan
integritas,
tetapi
juga
kualitas
43
ini. Agar ilmu administrasi publik bisa tampil sebagai ilmu administrasi
publik sejati maka ilmu administrasi publik harus dibangun dengan tertib
berpikir yang dibangun di atas paradigma holistik.
Paradigma holistik
dan
Penutup
Positivisme dalam ilmu alam jelas berbeda dengan positivisme ilmu
sosial. Teori-teori ilmu alam dibangun melalui ekperimentasi laboratorim.
44
Jika kondisi laboratoriumnya sama dan dapat dikontrol secara ketat maka
teori yang tercipta dapat berlaku secara universal. Teori-teori dalam ilmu
sosial dibangun sangat terkait dengan dimensi lokasi dan waktu di mana
teori itu muncul. Teori yang tercipta
45
DAFTAR PUSTAKA
Alan Bullock and Stephen Trombley, [Eds] 1999. The Fontana Dictionary
of Modern Thought, London: Harper-Collins.
Anthony Giddens (Ed.), 1975. Positivism and Sociology, London:
Heinemann.
Bogdan,Robert and Steven J. Taylor.1993. KUALITATIF (Dasar-dasar
Penelitian).Surabaya:Usaha Nasional
Caiden, Gerald E. 1982. Public Administration. Pasific Palisades
California: Palisades Publishers.
Caiden, Gerald. 1996. The Future of Pulic Administration in Public
Administration Under Scrutiny. Canberra: Centre For
Research in
Public Sector Management University of
Canberra. Australia: Institute of Public Administration.
F. Budi Hardiman, 1990. Kritik Ideologi, Pertautan Pengetahuan dan
Kepentingan, cet. 2, Yogyakarta: Kanisius.
F. Budi Hardiman, (2003), Melampaui Positivisme dan Modernitas
Diskursus Filosofis Tentang Metode Ilmiah dan Problem
Modernitas. Yogyakarta: Kanisius
Fox, Charles J. & Hugh T. Miller. 1995. Post Modern Public Administration.
London: Sage Publications. Hughes, Owen E. 1994. Public
Management and Administration. New York: St. Martin Press.
Henry, Nicholas. 2004. Public Administration And Public Affairs. (9th ed.).
New Jersey: Prentice Hall International Inc. Englewoods Cliffs
Henry, Nicholas. 1995. Administrasi Negara Dan Masalah-Masalah Publik.
Jakarta: RajaGrafindo Persada
Islamy, M. Irfan. 2003. Prinsip-Prinsip Kebijaksanaan Negara. Jakarta:
P.T. Bumi Aksara.
Norma Riccucci. (2010), Public Administration; Traditions of Inquiry and
Philosophies of Knowledge,.
46
47