TOPIK :
POTENSI DAN PROSPEK LAHAN RAWA
UNTUK MENUNJANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL
Disusun oleh :
SOLIKIN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia dan kasih-NYA
yang besar maka tugas mata kuliah Reklamasi ini dapat terselesaikan dengan baik. Judul
makalah ini adalah Potensi dan Prospek Lahan Rawa Untuk Menunjang Ketahanan
Pangan Nasional.
Menyadari kekurangan dan kelemahan yang terkandung di dalam makalah ini,
maka sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
masukan bagi studi, khususnya pada mata kuliah Reklamasi.
Atas segala bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih.
Malang,
Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1.
Intensifikasi Pertanian................................................................................................5
2.2.
Ekstensifikasi Pertanian..............................................................................................8
3.2.
3.3.
4.2.
Kegiatan Desain.......................................................................................................15
BAB V PENUTUP..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan beras..............................................1
Gambar 1. 2. Peta penyebaran sawah di Indonesia................................................................3
Gambar 1.3. Potensi lahan pertanian di Indonesia.................................................................4
Gambar 3.1. Peta sebaran lahan rawa di Indonesia................................................................9
Gambar 3. 2 Pembagian zona lahan rawa di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) bagian
bawah dan tengah.................................................................................................................10
Gambar 3.3. Kategori hidro-topografi rawa pasang surut....................................................11
Gambar 3.4. Kategori hidro-topografi rawa lebak (tidak pasang surut)..............................12
Gambar 4.1. Tahapan Perencanaan Jaringan Irigasi............................................................15
Gambar 4.2. Bagan Alir Perencanaan Proyek Reklamasi Rawa.........................................16
Gambar 4.3. Sanitasi............................................................................................................18
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Areal panen, produktifitas, dan produksi padi di Indonesia 2007-2010................
Tabel 1.2. Data perpadian Indonesia......................................................................................
Tabel 4.1. Kelasifikasi kedalaman pirit...............................................................................
Tabel 4.2. Klasifikasi posisi lapisan gambut........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Konsumsi beras penduduk indonesia adalah 139 kg per-kapita pertahun (IRRI, 2010).
Indonesia membutuhkan sekurang-kurangnya 33 juta ton beras pertahun untuk makanan pokok.
Laju pertumbuhan penduduk harus seimbang dengan pertumbuhan produksi pangan.
Ketidakseimbangan pertumbuhan produksi pangan dapat menyebabkan ketahanan pangan
nasional rendah. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk telah memunculkan
kerisauan akan terjadinya keadaan rawan pangan di masa yang akan datang.
Kekuatan ketahanan pangan nasional adalah penguatan fungsi dan peran bidang sektor
pertanian. Sektor pertanian memiliki peran strategis dan utama sebagai lokomotif pembangunan
ekonomi nasional. Menurut Manan-Hilman (2006) menyatakan ada lima pertimbangan
fundamental sektor pertanian sebagai lokomotif pembangunan ekonomi nasional:
1. Penyedia pangan untuk ketahanan nasional;
2. Penyedia lapangan kerja sebesar 44 persen dari 94 juta tenaga kerja nasional;
3. Penghasil devisa sebesar 2,55 milyar US $ dan penyumbang produk demestik bruto
sebesar 15,23 persen;
4. Penyedia bahan baku sektor industri dan pengembangan teknologi lintas sektor;
5. Pendistribusi dan penyeimbang pembangunan antar sektor.
Peran yang besar belum sepenuhnya mendapat dukungan yang memadai dari sektorsektor yang lain. Kurangnya infrastruktur pertanian, pasokan air yang menurun, alih fungsi
lahan pertanian serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tidak hanya itu, anomali iklim
baik lokal, regional dan global secara langsung dan tidak memberi mempengaruhi ketahanan
pangan nasional. Laju penyusutan lahan pertanian dirasakan sangat mengganggu kelestarian
pangan. Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan ketahanan pangan yang bersumber
dari peningkatan produksi dalam negeri. Untuk memenuhi kebutuhan pangan diperlukan
ketersediaan pangan dalam jumlah yang mencukupi dan tersebar.
Tabel 1.1. Areal panen, produktifitas, dan produksi padi di Indonesia 2007-2010
(sumber: BPS, 2010. * Data tahun 2010 adalah angka ramalan III dalam IRRI, 2010)
2
Data perpadian Indonesia dalam International Rice Research Institute tahun 2010:
Luas sawah di Indonesia saat ini adalah sebesar 8.183.886 ha. Tingkat laju konversi
lahan persawahan sebesar 110.000 ha/tahun. Potensi lahan pertanian Indonesia adalah sebagai
berikut:
BAB II
PENINGKATAN PRODUKTIFITAS BERAS
Mengolah tanah bertujuan agar tanah dapat menumbuhkan tanaman yang baik dan hasil
yang berlimpah. Bangsa indonesia telah mengenal cara-cara mengolah tanah agar
mendapatkan hasil yang baik. Beberapa alat sederhana yang digunakan diantaranya:
cangkul, garu, garu tangan bajak, landak, dan lain sebagainya.
Makin maju peradaban, makin modern dan canggih alat-alat dan teknik yang digunakan
untuk mengolah lahan pertanian. Pemakaian alat-alat sederhana telah mulai tersisihkan
dengan berkembangnya peralatan baru. Penggunakan alat seperti cangkul telah
tergantikan dengan pemakaian traktor. Dengan demikian bercocok tanam di sawah lebih
ringan, cepat, mudah, dan hasilnya lebih sempurna.
Syarat-syarat tanah yang baik adalah:
a. Memiliki cukup rongga udara, gembur, dan tidak padat;
b. Mengandung banyak unsur organik;
c. Banyak mengandung mineral dan unsur hara;
d. Mampu menahan air;
e. Memiliki kadar asam dan basa tertentu.
3. Pengaturan irigasi
Untuk meningkatkan produksi perlu diatur sistem irigasi yang baik. Air merupakan
kebutuhan vital bagi tanaman. Pengaturan air yang baik dapat juga membantu
mengurangi dan menambah keasaman tanah. Air membantu pelarutan garam-garam
mineral yang sangat diperlukan oleh tanaman. Akar tanaman menyerap garam-garam
mineral dari dalam tanah. Pemberian air irigasi untuk tanaman harus sesuai dengan kadar
kebutuhan tanaman.
4. Pemupukan
Pemberian pupuk adalah memberikan zat-zat makanan yang dibutuhkan bagi
pertumbuhan tanaman. Secara alamiah, didalam tanah terkandung unsur hara yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Tetapi masih perlu ditambah untuk mendapatkan
jumlah unsur hara yang sesuai. Pemupukan harus dilakukan secara tepat, baik dalam
jumlah, masa pemupukan, dan jenis pupuk. Jenis pupuk dibedakan dalam dua macam
yaitu:
a. Pupuk alami
Adalah pupuk yang terbentuk secara alamiah. Terbuat dari proses pembusukan
yang dilakukan mikroorganisme atau makhluk pengurai. Menguraikan bangkai,
sampah, atau kotoran hewan, atau manusia menjadi tanah. Dimana didalamnya
6
BAB III
KONDISI DAN POTENSI RAWA DI INDONESIA
Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam
setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Rawa
merupakan salah satu sumber daya alam potensial yang tersebar di seluruh kepulauan
Indonesia. Luas lahan rawa 33,4 juta ha yang terdiri dari rawa pasang surut 20 juta ha dan
sisanya rawa lebak. Menurut PPPSDA (1998) data areal sebaran rawa di Indonesia tersebar di
beberapa pulau:
1.
2.
3.
4.
Sumatera
Kalimantan
Sulawesi
Papua
= 10,87 juta ha
= 10,56 juta ha
= 1,45 juta ha
= 10,52 juta ha
Gambar 3.2. Pembagian zona lahan rawa di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) bagian
bawah dan tengah
Dari ketiga zona wilayah rawa kegunaannya untuk pertanian, didasarkan atas urutan
potensial lahan adalah sebagai berikut:
1. Lahan rawa lebak, dan kemudian:
2. Lahan rawa pasang surut air tawar, dan;
3. Terakhir lahan rawa pasang surut air asin/payau.
Lahan pasang surut memiliki potensi dan prospek besar dijadikan pilihan strategis
pengembangan areal produksi pertanian ke depan. Mendukung dan mengamankan ketahahan
pangan nasional.
3.1.
10
11
3.2.
air hujan, daerah tersebut tergenang. Di musim kemarau berangsur-angsur air rawa menjadi
kering dan kering sama sekali
Zona lebak pematang, lahan dengan genangan relatif dangkal dengan periode
waktu pendek
Zona II:
Zona lebak tengahan, lahan dengan genangan relatif agak dalam dengan periode
waktu agak lama
Zona III:
Zona lebak dalam, lahan dengan genangan relatif dalam dengan periode waktu
lama dan terus menerus.
Umumnya pola pemanfaatan dari rawa lebak selama ini diprioritaskan pada zona lebak
pematang dan zona tengahan sedangkan zona lebak dalam tetap dipertahankan seperti keadaan
alaminya.
3.3.
sejarah pengembangan rawa berdasarkan waktu dan cara serta luas wilayah tebagi dalam 3
(tiga) era, yaitu: Periode 1945-1960, Periode 1969-1995, dan periode 1995-2000.
Lahan rawa sangat potensial untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian.
12
BAB IV
SURVEI, INVESTIGASI DAN DESAIN DALAM
PENGEMBANGAN RAWA
Lingkup pekerjaan survei dan investigasi pada kegiatan pengembangan rawa untuk
budidaya pertanian pada umumnya sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
14
hidrologi, tanah (pertanian), agronomi, lingkungan, dan sosial budaya yang dirangkum dalam
rencana pengembangan rawa.
Gambar 4.2. Bagan Alir Perencanaan Proyek Reklamasi Rawa (Suhardjono et al, 2010)
Dalam perencanaan juga disusun kebutuhan petani, beserta segenap sarana tata air,
jaringan transportasi, berikut tata cara pengelolaan, dan pemeliharaannya mencakup kegiatan
survei, investigasi, desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan.
Faktor yang mempengaruhi dalam perencanaan reklamasi rawa adalah:
1. Curah hujan
Jumlah curah hujan mencukupi untuk satu atau dua kali penanaman (padi) per tahun.
2. Kualitas air
Kandungan pH, keasinan, unsur racun pada air di daerah rawa sesuai batas toleransi.
3. Kualitas Tanah
15
4. Kondisi hidro-topografi
Hidrotopografi merupakan perbandingan antara ketinggian permukaan lahan terhadap
permukaan air pasang di sungai/atau saluran di titik yang terdekat. Berdasarkan
hidrotopografinya, lahan di daerah pasang-surut dapat dibedakan menjadi empat kategori.
Apabila yang diketahui hanya ketinggian air pasang di sungai utama atau di saluran
primer, maka perlu terlebih dahulu dilakukan analisis hidrolika untuk mengetahui sebaran
ketinggian muka air di saluran terdekat untuk lokasi tertentu pada suatu unit
pengembangan lahan rawa tertentu. Salah satu metoda untuk menganalisis kondisi
hidrotopografi lahan rawa adalah dengan mempergunakan kombinasi antara perhitungan
hidrolika dan analisis dengan sistem informasi geografis (Suryadi, 1996).
5. Tinggi muka air dilahan
Tinggi air yang dapat dikendalikan untuk drainasi maupun potensi irigasi.
6. Drainabilitas
Untuk analisis kesesuain lahan yang berkaitan dengan pengembangan budu daya
pertanian, drainabilitas lahan rawa pasang surut dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Suryadi, 1996) :
-
Jenis tanah di lahan rawa pasang surut secara umum dapat dibedakan menjadi jenis
gambut dan jenis mineral dengan kandungan pirit.
8. Kedalaman pirit
Tabel 4. 1 Kelasifikasi kedalaman pirit (Suryadi, 1996)
10. Salinitas
Kadar salinitas pada sistem tata air lahan rawa pasang surut dipengaruhi oleh
hidrodinamika muara di mana terjadi pertemuan antara air sungai yang tawar dengan air
laut yang asin.
17
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2015. Jumlah dan distribusi penduduk, Jakarta. http://www.bps.go.id.
Maret, 12, 2015.
Haryono, 2013. Strategi kebijakan kementerian pertanian dalam optimalisasi lahan sub optimal
mendukung ketahanan pangan nasional. Prosiding Seminar Nasional Lahan Sub Optimal
Intensifikasi dalam rangka mendukung kemandirian pangan nasional, Palembang.
International Rice Research Institute (IRRI), 2010. Padi untuk ketahanan pangan. Hasil
penelitian Badan Litbang Pertanian bersama IRRI, Desember, 2010, Bogor. h. 2.
Manan, H. 2006. Teknologi pengelolaan lahan dan air mendukung ketahanan pangan, Jurnal
disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Jakarta. H. 88.
Noor, M. 2012. Seminar nasional pengelolaan lahan gambut berkelanjutan.
Nuri,
I.
2011.
Panca
usaha
tani-sapta
usaha
tani,
Kotabumi.
A.
Y.
2010.
Program
intensifikasi
dan
ekstensifikasi
tanaman,
http://www.anandayopantry.blogspot.com/2010/11/program-intensifikasi-dan.html. Maret,
17, 2015.
19
20
21