DOSEN PEMBIMBING :
MUHAMMAD AZHARI NOOR, M.Eng
OLEH :
M. AQLY SATYAWAN
H1E108056
MEVI AYUNINGTYAS
H1E108055
NUGROHO PRATAMA
H1E108058
M. SADIQUL IMAN
H1E108059
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan petunjuk yang dicurahkan-Nya kami dapat menyelesaikan
penulisan laporan ini.
Penulisan
laporan
Macam-Macam
Akuifer
dan
Analisis
Kondisi
Hidrogeologi Kota Banjarbaru ini merupakan tugas yang diberikan oleh bapak
Muhammad Azhari Noor, M.Eng., yang mana tujuan yang kami ambil dari
kegiatan penulisan laporan ini adalah untuk mengembangkan daya kreativitas
remaja khususnya mahasiswa dalam mengembangkan daya cipta untuk
melakukan suatu perubahan dalam upaya sumbangan pikiran untuk pengetahuan
yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat.
Penulisan laporan ini dapat diselesaikan karena berkat bimbingan secara
terpadu oleh bapak Muhammad Azhari Noor, M.Eng.,dan dukungan dari semua
pihak. Untuk itu dalam kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya. Dan akhirnya diharapkan agar penulisan laporan ini dapat
berguna bagi kita semua serta kemajuan ilmu pengetahuan. Penulisan ini tentunya
tidak lepas dari kritik dan saran yang besifat membangun.
Banjarbaru,
Desember 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok makhluk hidup baik manusia, hewan
maupun tumbuh-tumbuhan. Dan untuk kelangsungan hidupnya, harus tersedia air
dalam bentuk cair. Manusia dan makhluk hidup lainnya yang tidak hidup dalam
air, senantiasa mencari tempat tinggal dekat air supaya mudah untuk mengambil
air untuk keperluan hidupnya.
Air terkenal sebagai materi (zat) yang dapat berbentuk gas, cair dan padat
secara alami dalam rentang suhu yang cukup kecil. Jumlah air yang ada di seluruh
bumi adalah sekitar 1,39 billion km3. Sebagian besar terdapat di samudera, sekitar
1,7 % nya tersimpan sebagai air tanah, danau, sungai dan tanah-tanah.
Air dapat digolongkan sebagai air permukaan dan air tanah. Pada dasarnya
air tanah merupakan air permukaan yang tertampung dalam bumi dan
terakumulasi pada lapisan-batuan pembawa air atau yang disebut sebagai akuifer,
air tanah dapat berasal dari air hujan, baik melalui proses infiltrasi secara
langsung maupun tidak langsung dari ais sungai, danau rawa, dan genangan air
lainnya.
Dalam menentukan kesesuaian formasi geologi untuk tujuan pengisian air
tanah, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, terutama tipe akifer,
karakteristik zona tanah tidak jenuh, dan juga kaakteristik zona tanah jenuh.
Untuk studi kelayakan atau penelitian yang menekankan pentingnya proses dan
mekanisme pengisian air tanah, karakteristik formasi geologi atau akifer yang
relevan untuk dipelajari adalah : pertama tipe formasi batuan, karena jenis batuan
akan menetukan tingkat permeabilitas akifer, yang kedua yaitu kondisi tekanan
hidrolik dalam tanah, yakni untuk menetukan apakah air tanah berada di zona
bebas atau zona terkekang dan yang ketiga adalah kedalaman permukaan
potensiometrik di bawah permukaan tanah, terutama di sekitar daerah pelepasan
atau pengambilan air.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan laporan ini meliputi :
a. Untuk mengetahui macam-macam akuifer, beserta pengertian akuiklud,
akuitard dan akuifug, serta
b. Untuk mengetahui kondisi hidrogeologi Kota Banjarbaru, termasuk
ketersediaan dan kedalaman akuifer yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumberdaya Air Tanah
Air tanah dapat didefinisikan sebagai semua air yang terdapat dalam ruang
batuan dasar atau regolith. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir
ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Noer Aziz, 2000:81).
Kebanyakan air tanah berasal dari hujan. Air hujan yang meresap ke dalam
tanah menjadi bagian dari air tanah, perlahan-lahan mengalir ke laut, atau
mengalir langsung dalam tanah atau di permukaan dan bergabung dengan aliran
sungai. Banyaknya air yang meresap ke tanah bergantung pada selain ruang dan
waktu, juga di pengaruhi kecuraman lereng, kondisi material permukaan tanah
dan jenis serta banyaknya vegetasi dan curah hujan. Meskipun curah hujan besar
tetapi lerengnya curam, ditutupi material impermeabel, persentase air mengalir di
permukaan lebih banyak daripada meresap ke bawah. Sedangkan pada curah
hujan sedang, pada lereng landai dan permukaannya permiabel, persentase air
yang meresap lebih banyak. Sebagian air yang meresap tidak bergerak jauh karena
tertahan oleh daya tarik molekuler sebagai lapisan pada butiran-butiran tanah.
Sebagian menguap lagi ke atmosfir dan sisanya merupakan cadangan bagi
tumbuhan selama belum ada hujan (Anonim1, 2009).
Berikut adalah simulasi dari terbentuknya air tanah
Air yang berhasil meresap ke bawah tanah akan terus bergerak ke bawah
sampai dia mencapai lapisan tanah atau batuan yang jarak antar butirannya
sangat-sangat sempit yang tidak memungkinkan bagi air untuk melewatinya. Ini
adalah lapisan yang bersifat impermeabel. Lapisan seperti ini disebut lapisan
aquitard (gambar sebelah kanan bersifat impermeabel yang sulit diisi air,
sementara yang kiri bersifat permeabel yang berisi air).
Air yang datang kemudian akan menambah volume air yang mengisi
rongga-rongga antar butiran dan akan tersimpan disana. Penambahan volume air
akan berhenti seiring dengan berhentinya hujan.
Air yang tersimpan di bawah tanah itu disebut air tanah. Sementara air
yang tidak bisa diserap dan berada di permukaan tanah disebut air permukaan.
Permukaan air tanah disebut water table, sementara lapisan tanah yang terisi air
tanah disebut zona saturasi air.
Model aliran air tanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan
airtanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan air tanah (recharge
zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik
air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara
gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan
(Anonim1, 2009).
Air yang tidak tertahan dekat permukaan menerobos kebawah sampai zona
dimana seluruh ruang terbuka pada sedimen atau batuan terisi air (jenuh air). Air
dalam zona saturasi ( zone of saturation ) ini dinamakan air tanah ( ground water).
Batas atas zona ini disebut muka air tanah ( water table ). Lapisan tanah, sedimen
atau batuan diatasnya yang tidak jenuh air disebut zona aerasi ( zone of aeration ).
Muka air tanah umumnya tidak horisontal, tetapi lebih kurang mengikuti
permukaan topografi diatasnya. Apabila tidak ada hujan maka muka air di bawah
bukit akan menurun perlahan-lahan sampai sejajar dengan lembah. Namun hal ini
tidak terjadi, karena hujan akan mengisi ( recharge) lagi. Daerah dimana air hujan
meresap kebawah (precipitation ) sampai zona saturasi dinamakan daerah
rembesan ( recharge area ). Dan daerah dimana air tanah keluar dinamakan
discharge area (Wuryantoro, 2007).
Air tanah atau air bawah permukaan adalah batasan yang digunakan untuk
menggambarkan semua air yang ditemukan di bawah permukaan tanah.
Keberadaan air tanah dikontrol oleh sejarah dan kondisi geologi, deliniasi dan
kondisi batas tanah dan formasi batuan di suatu wilayah dimana air mengalami
perkolasi. Faktor lain yang berpengaruh adalah aktivitas dan iklim lingkungan
sekitarnya, baik secara alami maupun dipengaruhi oleh manusia. Jika airtanah
tersebut secara ekonomi dapat dikembangkan dan jumlahnya mencukupi untuk
keperluan manusia, maka formasi atau keadaan tersebut dinamakan lapisan
pembawa air atau akuifer baik berupa formasi tanah, batuan atau keduanya.
Berdasarkan perlakuannya terhadap air tanah, maka lapisan-lapisan batuan
dapat dibedakan menjadi:
1. Aquifer (Akuifer) adalah formasi geologi atau grup formasi yang
mengandung air dan secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi
alaminya. Batasan lain yang digunakan adalah reservoir air tanah, lapisan
pembawa air. Todd (1955) menyatakan bahwa akuifer berasal dari Bahasa
Latin yaitu aqui dari aqua yang berarti air dan ferre yang berarti membawa,
jadi akuifer adalah lapisan pembawa air. Contoh : pasir, kerikil, batupasir,
batugamping rekahan.
2. Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi
dalam kondisi alami tidak mampu mengalirkannya. Untuk keperluan praktis,
aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air. misalnya lempung, serpih, tuf
halus, lanau.
3. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak
mampu mengalirkan air. misalkan batuan kristalin, metamorf kompak.
misalnya lempung pasiran (sandy clay).
Muka
keterangan :
I
II
Air tanah
Gambar 5. Letak Zone zone jenuh air dan tidak jenuh air
Air tanah berasal dari bermacam sumber. Air tanah yang berasal dari
peresapan air permukaan disebut air meteorik (meteoric water). Selain berasal
dari air permukaan, air tanah dapat juga berasal dari air yang terjebak pada waktu
pembentukan batuan sedimen. Air tanah jenis ini disebut air konat (connate
water). Aktivitas magma di dalam bumi dapat membentuk air tanah, karena
adanya unsur hidrogen dan oksigen yamg menyusun magma. Air tanah yang
berasal dari aktivitas magma ini disebut dengan air juvenil (juvenile water). Dari
ketiga sumber air tanah tersebut air meteorik merupakan sumber air tanah
terbesar.
Air tanah di temukan pada formasi geologi permeabel (tembus air) yang
dikenal sebagai aquifer (juga disebut reservoir air tanah, fomasi pengikat air,
dasar-dasar yang tembus air) yang merupakan formasi pengikat air yang
memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada
kondisi lapangan yang biasa. Air tanah juga di temukan pada akiklud (atau dasar
semi permeabel) yaitu suatu formasi yang berisi air tetapi tidak dapat
usaha penyerapan air tanah. Litologi atau penyusupan batuan di lapisan akuifer di
Indonesia yang penting adalah:
a. Endapan aluvial : merupakan endapan hasil rombakan dari batuan yang
telah ada. Air tanah pada endapan ini mengisi ruang antar butir. Endapan ini
tersebar di daerah dataran.
b. Endapan Vulkanik muda : merupakan endapan hasil kegiatan gunung api,
yang terdiri dari batuan-batuan lepas maupun padu. Air tanah pada endapan
ini menempati baik ruang antar butir pada material lepas maupun mengisi
rekah-rekah atau rongga batuan padu. Endapan ini tersebar disekitar wilayah
gunung api.
c. Batu gamping : merupakan endapan laut yang mengandung karbonat, yang
karena proses geologis diangkat ke permukaan. Air tanah di sini mengisi
terbatas pada rekahan rongga, maupun saluran hasil pelarutan. Endapan ini
tersebar di tempat-tempat yang dahulu berwujud lautan karena proses
geologis, fisik dan kimia. Di beberapa daerah sebaran endapan batuan ini
membentuk suatu morfologi khas, yang disebut karst (Wuryantoro, 2007).
2.2 Akuifer
Berdasarkan litologinya, akuifer dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer)
Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah air tanah dalam akuifer
tertutup lapisan impermeable, dan merupakan akuifer yang mempunyai muka
air tanah. Unconfined Aquifer adalah akuifer jenuh air (satured). Lapisan
pembatasnya yang merupakan aquitard, hanya pada bagian bawahnya dan
tidak ada pembatas aquitard di lapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa
muka air tanah. Permukaan air tanah di sumur dan air tanah bebas adalah
permukaan air bebas, jadi permukaan air tanah bebas adalah batas antara zone
yang jenuh dengan air tanah dan zone yang aerosi (tak jenuh) di atas zone
yang jenuh. Akuifer jenuh disebut juga sebagai phriatic aquifer, non artesian
aquifer atau free aquifer (Wuryantoro, 2007).
Air tanah ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk berbagai
keperluan dengan kedalaman sumur umumnya antara 1 25 meter. Air tanah
bebas masih merupakan sumber utama air bersih bagi sebagian besar
penduduk dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemanfaatannya dilakukan
dengan cara pembuatan sumur gali dan sumur pantek pada kedalaman kurang
dari 20 meter di bawah permukaan, umumnya terdapat pada lapisan pasir,
pasir kerikilan, tufa pasiran dan pasir lanauan. Air tanah bebas di dataran
aluvial terdapat dalam lapisan pasir, pasir lempungan, pasir kerikilan dan pasir
lempungan.
Mutu air tanah bebas bervariasi dari baik hingga jelek, asin rasa airnya
hingga tawar, berwarna keruh hingga jernih. Kesadahannya berkisar antara 8,5
16,7, pH sekitar 6,7 11,2, sisa kering 353 580, sisa pijar 252 420, kadar
kandungan ion klorida berkisar 25,5 6.685 mg/l, SO4 antara 40,5 246,9
mg/l. Khususnya untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, kandungan air
tanah bebas di dataran aluvial terkecuali daerah-daerah sekitar pantai,
pemanfaatannya masih dapat dikembangkan. Sedangkan untuk daerah-daerah
yang terletak sekitar 1 3 km dari garis pantai, penggunaan air tanah
bebasnya sangat terbatas sekali disebabkan asin hingga payau rasa airnya.
(Anonim3, 2008).
a. Akifer bebas, yaitu akifer tak tertekan (unconfined aquifer) dan merupakan
airtanah dangkal (umumnya <20 m), umum dijumpai pada daerah endapan
aluvial. Airtanah dangkal adalah airtanah yang paling umum dipergunakan
sebagai sumber airbersih oleh penduduk di sekitarnya.
c. Akifer tertekan (confined aquifer), yaitu akifer yang terletak di antara lapisan
kedap air (akuiklud), umumnya merupakan airtanah dalam (umumnya > 40 m)
dan terletak di bawah akifer bebas. Airtanah dalam adalah airtanah yang kualitas
dan kuantitasnya lebih baik daripada airtanah dangkal, oleh karenanya umum
dipergunakan
oleh
kalangan
industri
termasuk
di
dalamnya
Gambar 11. Ilustrasi dari tiga jenis akifer menurut Kruseman dan deRieder, 1994
kawasan
Struktur geologi berpengaruh terhadap arah gerakan air tanah, tipe dan
potensi akuifer. Stratigrafi yang tersusun atas beberapa lapisan batuan akan
berpengaruh terhadap akuifer, kedalaman dan ketebalan akuifer, serta kedudukan
air tanah. Jenis dan umur batuan juga berpengaruh terhadap daya hantar listrik,
dan dapat menentukan kualitas air tanah. Pada mulanya air memasuki akuifer
melewati daerah tangkapan (recharge area) yang berada lebih tinggi daripada
daerah buangan (discharge area).
Daerah tangkapan biasanya terletak di gunung atau pegunungan dan
daerah buangan terletak di daerah pantai. Air tersebut kemudian mengalir
kebawah karena pengaruh gaya gravitasi melalui pori-pori akuifer. Air yang
berada dibagian bawah akuifer mendapat tekanan yang besar oleh berat air
diatasnya, tekanan ini tidak dapat hilang atau berpindah karena akuifer terisolasi
oleh akiklud diatas dan dibawahnya, yaitu lapisan yang impermeabel dengan
konduktivitas
hidrolik
sangat
kecil
sehingga
tidak
memungkinkan
air
melewatinya. Jika sumur di bor hingga confined aquifer, maka air akan memancar
ke atas melawan gaya gravitasi bahkan hingga mencapai permukaan tanah. Sumur
yang airnya memancar keatas karena tekanannya sendiri di sebut sumur artesis
(Wuryantoro, 2007).
sangat
bergantung
pada
permeabilitas.
Permeabilitas
merupakan
kemampuan batuan atau tanah untuk melewatkan atau meloloskan air. Air tanah
mengalir melewati rongga-rongga yang kecil, semakin kecil rongganya semakin
lambat alirannya. Jika rongganya sangat kecil, akan mengakibatkan molekul air
akan tetap tinggal. Kejadian semacam ini terjadi pada lempung. Secara kuantitatif
permeabilitas diberi batasan dengan koefisien permeabilitas. Banyak peneliti telah
mengkaji problema permeabilitas dan mengembangkan beberapa rumus.
Porositas juga sangat berpengaruh pada aliran dan jumlah air tanah.
Porositas adalah jumlah atau persentase pori atau rongga dalam total volume
batuan atau sedimen. Porositas dapat di bagi menjadi dua yaitu porositas primer
dan porositas sekunder. Porositas primer adalah porositas yang ada sewaktu bahan
tersebut terbentuk sedangkan porositas sekunder di hasilkan oleh retakan-retakan
dan alur yang terurai. Pori-pori merupakan ciri batuan sedimen klastik dan bahan
butiran lainnya. Pori berukuran kapiler dan membawa air yang disebut air pori.
Aliran melalui pori adalah laminer. Kapasitas penyimpanan atau cadangan air
suatu bahan ditunjukkan dengan porositas yang merupakan nisbah volume rongga
(Vv) dengan volume total batuan (V ), yang dirumuskan sebagai berikut:
n=
Vv X 100 %
V
Di mana: n = persen porositas (%)
Vv = volume rongga (cm3)
V = volume total batuan (gas, cair, dan padat (cm3)
Porositas merupakan angka tak berdimensi biasanya diwujudkan dalam
bentuk %. Umumnya untuk tanah normal mempunyai porositas berkisar antara 25
% sampai 75 % sedangkan untuk batuan yang terkonsolidasi (consolidated rock)
berkisar antara 0 sampai 10 %. Material dengan diameter kecil mempunyai
porositas besar, hal ini dapat dilihat dari diameter butiran material. Hal ini dapat
dilihat dengan besarnya porositas untuk jenis tanah di bawah ini:
a.
b.
c.
d.
dengan tanah berbutir kasar. Porositas pada material seragam lebih besar
dibandingkan material beragam (well graded material).
Batuan
Tanah
Lempung
Lumpur
Pasir kasar
Pasir sedang
Pasir halus dan sedang
Kerikil
Kerikil dan batu pasir
Batu pasir
Shale
Batu gamping
Porositas
(%)
50 60
45 55
40 50
35 40
30 40
30 35
30 40
20 35
10 20
1 10
1 10
tanah
secara
alamiah
menunjukan
kadar
khlorida
rendah
(Laboratorium Dinas Kesehatan Kab. Banjar, 2003). Sumber air baku diambil dari
sumur bor dalam dengan jumlah 8 unit dengan kapasitas masing-masing sebesar
12,5 l/dt sehingga total semuanya berjumlah 100 l/dt. Pada saat ini kondisi ke
delapan sumur bor tersebut yang berfungsi dan masih dioperasikan berjumlah 2
unit dengan kapasitas 10 l/dt. Hal ini dikarenakan debitnya yang terus menurun
(Sabella, 2009).
Drainase di Kota Banjarbaru tergolong baik, secara umum tidak terjadi
penggenangan. Namun ada daerah yang tergenang periodik yaitu tergenang
kurang dari 6 (enam) bulan, terdapat di Kecamatan Landasan Ulin yang
merupakan peralihan daerah rawa (persawahan) di Kecamatan Gambut dan AluhAluh. Demikian juga dengan ketersediaan air bersih yang semakin langka. Hal
inilah yang mengakibatkan orang mulai mencari alternatif lain untuk
menggunakan air bawah tanah. Misalnya kita ambil suatu wilayah di landasan
ulin. Untuk itu kita harus mengetahui pergerakan atau aliran air tanah. Ini sangat
penting karena ini menentukan suatu daerah kaya dengan air tanah atau tidak.
Akan tetapi tidak seluruh daerah memiliki potensi air tanah alami yang baik.
Model aliran air tanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan air tanah atau
sering juga disebut sebagai daerah imbuhan air tanah (recharge zone).
Misalnya di daerah landasan ulin yang mencakup luasan Bandara Syamsudin
Noor sampai daerah Pleihari, Bati-bati dan sekitarnya. Disini terdapat banyak
jenis tanah yang memiliki kandungan batuan, bentuk serta struktur yang beragam.
Kita dapat mengeksplorasi air tanah di landasan ulin dengan cara mengetahui ciriciri suatu kawasan yang memiliki air tanah. Misalnya untuk air tanah bebas
(akuifer tak tertekan). Titik pengambilan contoh air tanah bebas dapat berasal dari
sumur gali dan sumur pantek atau sumur bor dengan penjelasan sebagai berikut:
a) di sebelah hulu dan hilir sesuai dengan arah aliran air tanah dari lokasi yang
akan di pantau; b) di daerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin dan
beberapa titik ke arah daratan, bila diperlukan; c) tempat-tempat lain yang
dianggap perlu tergantung pada tujuan pemeriksaan (Jayadi, 2009).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat dari pembuatan laporan ini adalah :
1. Air tanah dapat didefinisikan sebagai semua air yang terdapat dalam ruang
batuan dasar atau regolith. Dapat juga disebut aliran yang secara alami
mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Noer Aziz,
2000:81).
2. Aquifer adalah formasi geologi atau grup formasi yang mengandung air
dan secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya.
Batasan lain yang digunakan adalah reservoir air tanah, lapisan pembawa
air. Contoh : pasir, kerikil, batupasir, batugamping rekahan.
3. Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi
dalam kondisi alami tidak mampu mengalirkannya. Untuk keperluan
praktis, aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air. misalnya lempung,
serpih, tuf halus, lanau.
4. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak
mampu mengalirkan air. misalkan batuan kristalin, metamorf kompak.
misalnya lempung pasiran (sandy clay).
5. Aquitard adalah formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air
tetapi dengan laju yang sangat lambat jika dibandingkan dengan akuifer.
Meskipun demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu
membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan lainnya.
6. Berdasarkan litologinya, akuifer dibagi menjadi 4 macam, yaitu : akuifer
bebas, akuifer tertekan, akuifer bocor dan akuifer melayang.
7. Permeabilitas merupakan kemampuan batuan atau tanah untuk melewatkan
atau meloloskan air. Sedangkan porositas adalah jumlah atau persentase
pori atau rongga dalam total volume batuan atau sedimen.
8. Secara Topografi Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru terletak pada
wilayah memiliki ketinggian antara 0 10 m, sedangkan wilayah bagian
Selatan memiliki ketinggian antara 11 130 m dari permukaan laut. Dari
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2009. Penurunan Muka Air Tanah Terhadap Faktor Tektonik.
http://www.snapdrive.net/files/578108/Hidrogeologi/Penurunan%20Muka
%20Air%20Tanah%20Terhadap%20Faktor%20Tektonik.doc
diakses tanggal 30 November 2009
Anonim2. 2009. Akuifer.
http://randyweblog.blogspot.com/search/akuifer/hidrogeology.html
diakses tanggal 6 Desember 2009
Anonim3. 2008. Laporan Akhir Atlas Pesisir Utara Jawa Barat.
http://www.bapeda-jabar.go.id/docs/perencanaan/20080603_115936.pdf
diakses tanggal 6 Desember 2009
Fatur. 2009. Sumber Air Tanah dan Kedalaman Akuifer di Banjarbaru.
http://bagibagiinformasi.blogspot.com/2009/04/sumber-air-tanah-dankedalaman-akuifer.html
diakses tanggal 30 November 2009
Iskandarsyah, T. Yan W. M. 2008. Aplikasi Geologi Tata Lingkungan Untuk
Daerah Pertambangan.
http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/padresources/Mak
alah-GTL%20Pertambangan.pdf
diakses tanggal 6 Desember 2009
Sabella, Billy. 2009. Mari Belajar Lahan Basah.
http://billysabella.blogspot.com/2009/04/tugas-lahan-basah-patotok.html
diakses tanggal 6 Desember 2009