Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

MOTION SICKNESS

Pembimbing :
dr. Erna M Marbun, Sp.
THT
Disusun oleh :
Vinta Pujilestari
( 406138149 )

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bagian Penyakit THT RS Husada


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 2 Februari 2015 7 Maret 2015
Jakarta

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Motion sickness atau kinetosis, juga dikenal sebagai penyakit
perjalanan, adalah suatu kondisi dimana ada perbedaan antara
sinyal yang diterima otak dari mata dan organ-organ sensitif
terhadap posisi lainnya termasuk sistem vestibular mengenai
posisi tubuh. Penyakit ini bukan merupakan suatu keadaan
patologis, tapi merupakan respon yang normal untuk stimulasi

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

terhadap individu yang tidak familiar yang karenanya harus


dilakukan adaptasi.
Motion sickness atau kinetosis adalah kondisi yang ditandai
dengan pucat, mual, dan muntah. Hal ini dikarenakan oleh
kejadian yang benar-benar terjadi. Banyaknya lingkungan yang
berbeda yang terjadi disekitar kita dapat menyebabkan mual dan
muntah, dan hal ini diindentifikasikan dengan terminologi sebagai
mabuk laut, mabuk udara, mabuk darat, mabuk ski, dan bahkan
mabuk gajah atau unta. Walaupun jelas kelihatan keragaman
stimulasi penyebab, terdapat ciri khas yang sama yang
memprovokasi stimulasi dan dalam hal gejala dan tanda. Pola dari
perkembangan gejala bergantung pada sifat dari kondisi terpapar
dan sifat individualnya.
Setiap orang yang mempunyai fungsi vestibular yang normal
mudah terkena penyakit ini sampai kebeberapa derajat walaupun
kepekaan mereka berbeda dalam tingkat kekuatan yang
melatarbelakanginya untuk pola yang sama dari gerakan
tubuhnya sendiri. Secara relatif, stimulasi yang diprovokasi
seperti gerakan yang lembut gejala-gejala dari kepala lebih
dominan seperti rasa sakit kepala, mengantuk. Sedangkan untuk
stimulasi yang diprovokasi seperti membuat kepala berputar
selama melakukan putaran gejala dari pencernaan lebih dominan
seperti rasa mual dan muntah.

Penyakit ini sulit diindentifikasi dalam kondisi tanpa


pemeriksaan laboratorium jika tidak terlihat rasa pucat dan
mualnya. Individu-individu yang kehilangan fungsi vestibularnya
secara total kebal terhadap penyakit ini dan individu yang
kehilangan setengahnya lebih sering terkena dibandingkan orang
normal.

Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )


Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anatomi dan Fisiologi Telinga

Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )


Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

Telinga merupakan sebuah badan organ yang mampu


mengesan bunyi dan juga berperanan dalam keseimbangan dan
kedudukan tubuh. Telinga pada hewan vertebrata memiliki dasar
yang sama daripada ikan hingga manusia, dengan beberapa jenis
bergantung kepada fungsi dan spesies. Setiap vertebrata memiliki
satu pasang telinga, keduanya terletak simetris pada bagian yang
berlawanan di kepala, untuk menjaga keseimbangan dan
kedudukan bunyi. Telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam.

Gambar 1. Anatomi Telinga

Telinga luar

Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )


Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar


meliputi daun telinga atau pinna, liang telinga atau meatus
auditorius eksternus.

Aurikel (Pinna) disebut juga daun telinga, bentuknya tidak


teratur, terdiri atas tulang rawan dan jaringan fibrosa,
kecuali pada ujung paling bawah, yaitu cuping telinga,
bagian cuping hanya tersusun oleh lemak. Daun telinga
berfungsi untuk membantu mengkonsentrasikan getaran
gelombang suara (vibrasi) menuju bagian dalam telinga.

Saluran luar auditori merupakan pipa pendengaran dengan


panjang sekitar 2,5 cm, sepertiga luarnya adalah tulang
rawan, sementara dua pertiga dalamnya berupa tulang.
Saluran ini berfungsi untuk meneruskan vibrasi yang telah
ditangkap oleh aurikel menuju membran timpani (selaput
gendang). Pada saluran ini juga terdapat rambut- rambut, yang
berfungsi untuk mencegah benda asing masuk ke dalam
telinga. Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang
menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen. Hanya
bagian saluran yang menghasilkan sedikit serumen yang
memiliki rambut. Pada ujung saluran terdapat gendang
telinga yang meneruskan bunyi ke telinga dalam.

Gambar 2.
Anatomi
Telinga
Luar

Telinga
tengah
Telinga
tengah
meliputi
Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )
Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

gendang telinga, 3 tulang- tulang pendengaran (maleus, inkus


dan stapes) dan pinggir tuba Eustachius. Getaran suara yang
diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang
pendengaran. Setiap tulang pendengaran akan menyampaikan
getaran ke tulang berikutnya. Tulang stapes yang merupakan
tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea.
Pada manusia dan hewan darat yang lain, telinga tengah dan
saluran pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal.
Tidak seperti pada bagian luar, udara pada telinga tengah tidak
berhubungan dengan udara di luar tubuh.

Membran timpani atau sering disebut sebagai gendang


telinga, dengan bentuk menyerupai gendang, terletak tepat
setelah saluran luar auditori dan merupakan penerima
rangsangan vibrasi pertama. Membran timpani berfungsi
untuk meneruskan vibrasi suara menuju tulang-tulang
pendengaran (osikula).

Osikula merupakan tulang-tulang pendengaran yang terdiri


atas tiga tulang kecil, tersusun pada rongga telinga tengah
seperti rantai dan bersambung dari membran timpani menuju
rongga telinga dalam. Tulang-tulang tersebut adalah tulang
martil (maleus), tulang landasan (inkus), dan tulang
sanggurdi (stapes). Semua tulang tersebut berfungsi
meneruskan vibrasi dari membran timpani menuju jendela
oval di telinga dalam secara berurutan, mulai dari tulang
martil, tulang landasan, dan tulang sanggurdi.

Saluran

Eustachius merupakan saluran di dalam rongga


telinga tengah yang menjorok menghubungkan telinga
dengan faring. Saluran Eustachius akan tertutup jika dalam
keadaan biasa, dan akan terbuka ketika kita menelan,
sehingga tekanan udara di dalam telinga tengah dengan
udara luar akan seimbang. Dengan begitu, cedera atau
ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara, dapat
dihindarkan. Dalam keadaan biasa, hubungan tuba
Eustachius dan telinga tengah tertutup dan terbuka ketika
Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )
Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

mengunyah dan menguap. Hal ini menjelaskan mengapa


penumpang kapal terbang berasa 'pekak sementara' ketika
mendarat. Rasa 'pekak' disebabkan perbedaan tekanan
antara udara sekeliling. Tekanan udara di sekitar telah
menurun, sedangkan di telinga tengah merupakan tekanan
udara biasa. Perbedaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
mengunyah sesuatu atau menguap.
Telinga dalam
Telinga dalam terdiri atas beberapa rongga yang menyerupai
saluran-saluran, yaitu vestibula, tiga saluran setengah lingkaran
(saluran semi serkuler), dan koklea (rumah siput).

Vestibula merupakan bagian pertama dari telinga dalam yang


berfungsi sebagai pintu penghubung bagian-bagian telinga.

Tiga saluran setengah lingkaran (Saluran semi serkuler),


yaitu saluran superior, posterior, dan lateral. Ketiga saluran
ini saling membuat sudut tegak lurus satu sama lain. Pada
salah satu ujung setiap saluran terdapat penebalan yang
disebut ampula. Saluran semi serkuler berfungsi untuk
membantu otak dalam mengendalikan keseimbangan, dan
kesadaran akan kedudukan tubuh kita.

Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang


membelit dirinya seperti rumah siput. Belitan-belitan
tersebut melingkari sebuah sumbu berbentuk kerucut yang
memiliki bagian tengah dari tulang, dan disebut modiolus.
Dalam koklea terdapat jendela oval (fenestra vestibuli) yang
menghubungkan telinga tengah dengan telinga dalam, dan
jendela melingkar (fenestra kokhlea) yang berfungsi sebagai
reseptor suara.

Proses Pendengaran
Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )
Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

Gambar 3.
Potongan
melintang
koklea.

Bunyi
memasuki
telinga melalui
kanalis
auditorius
ekternus
dan
menyebabkan
membrana
timpani
bergetar.
Getaran
menghantarkan suara, dalam bentuk energi mekanis, melalui
gerakan pengungkit osikulus oval. Energi mekanis ini kemudian
dihantarkan cairan telinga dalam ke koklea, di mana akan
menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus
vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan dianalisis dan
diterjemahkan dalam bentuk akhir sebagai suara. Selama proses
penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang jauh
lebih kecil, dari aurikulus yang berukuran sampai jendela oval
yang sangat kecil, yang mengakibatkan peningkatan amplitudo
bunyi.

Keseimbangan
Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat
organ keseimbangan. Bagian ini secara struktur terletak di
belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus
serta tiga salur setengah bulat atau kanalis semisirkularis. Kelima
bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan badan dan memiliki
sel rambut yang akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan
dari saraf vestibulokoklearis.
Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )
Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus


yang merupakan pelebaran labirin membran yang terdapat dalam
vestibulum labirin tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat
makula
utrikulus
yang
didalamnya
terdapat
reseptor
keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis
semisirkularis dimana tiap kanalis terdapat pelebaran yang
berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Didalamnya
terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel - sel reseptor
keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh substansi gelatin
yang disebut kupula.
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan
menimbulkan perpindahan cairan endolimfa labirin dan
selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia
menyebabkan permeabilitas membran sel berubah sehingga ion
kalsium masuk kedalam sel yang menyebabkan terjadinya
depolarisasi dan akan merangsang pelepasan neurotransmiter
eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris
melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu
berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi
hiperpolarisasi.
Organ vestibuler berperan sebagai tranduser yang
mengubah energi mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan
endolimfa di kanalis semisirkularis menjadi energi biolistrik
sehingga mendapat informasi mengenai perubahan posisi tubuh
akibat percepatan linier dan percepatan sudut. Dengan demikian
dapat memberikan informasi mengenai semua gerak tubuh yang
sedang berlangsung.
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh lain
sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem
tubuh bersangkutan. Kelainan sisten keseimbangan dan
vestibuler mengenai lebih dari 30 juta orang Amerika yang
berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000
Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )
Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

patah tulang panggul pada populasi lansia setiap tahun.


Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan
sendi tubuh (sistem proprioseptif), mata (sistem visual), dan
labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa informasi
mengenai keseimbangan, ke otak (sistem serebelar) untuk
koordinasi dan persepsi korteks serebelar. Otak, tentu saja,
mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem arteri. Satu
gangguan pada salah satu dari daerah ini seperti arteriosklerosis
atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan. Aparatus vestibularis telinga tengah memberi
umpan
balik
mengenai
gerakan
dan
posisi
kepala,
mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama
gerakan cepat gerakan kepala.

2.2. Definisi
Motion sickness atau kinetosis, juga dikenal sebagai penyakit
perjalanan, adalah suatu kondisi dimana ada perbedaan antara
sinyal yang diterima otak dari mata dan organ-organ sensitif
terhadap posisi lainnya termasuk sistem vestibular mengenai
posisi tubuh. Penyakit disekitar kita ini diindentifikasikan dengan
terminologi sebagai mabuk laut, mabuk udara, mabuk darat,
mabuk ski, dan bahkan mabuk gajah atau unta.

2.3. Etiologi
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa konflik berasal
dari dua organ penting keseimbangan yaitu mata dan koklea di
telinga dalam menyesuaikan diri terhadap kecepatan yang
berbeda ketika terjadinya gerakan. Mata menyesuaikan diri
secara cepat sedangkan telinga dalam lebih lama. Sampai kedua
organ ini menyesuaikan diri dan menetapkan sinyal yang indentik
untuk dikirimkan ke otak maka kekacauan pemusatan perhatian
terhadap posisi tubuh dapat terjadi. Penyakit ini dapat diprovokasi
oleh gerakan yang tiba-tiba seperti saat berada diperjalanan yang
Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )
Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

10

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

tidak rata, penerbangan yang berputar, dan pelayaran yang


bergelombang.

2.4. Patofisiologi
Sekarang
ini belum ada teori yang adekuat yang dapat
menjelaskan perjalanan penyakit ini. Dan ada banyak teori yang
menjelaskan mengenai penyakit ini.
1. Teori darah dan sistem pencernaan. Teori ini menjelaskan
bahwa muntah adalah respon refleks dari iritasi mukosa
lambung. Dan dari teori darah yaitu karena aliran darah yang
sedikit ke otak meyebabkan iritasi pada mata dan secara cepat
menyebabkan spasme kapiler otak yang menyebabkan
muntah. Dan teori ini ditolak karena individu yang kehilangan
fungsi vestibular kebal terhadap penyakit ini.
2. Teori detektor toksin. Sistem vestibuler bertindak sebagai
detektor toksin. Otak berkembang untuk mengetahui setiap
perubahan yang terjadi di sistem vestibular, visual dan
informasi kinetotik sebagi bukti dari malfungsi sistem saraf
pusat. Inisiasi muntah adalah sebagai pertahanan melawan
neurotoksin yang mungkin termakan. Sistem detektor toksin
yang utama adalah kemoreseptor di nervus vagus dan di
batang otak.
3. Teori perbedaan sensori berhubungan dengan perangsangan
penyakit sebagai perbedaan antara sistem vestibular sebagai
transduser dengan indera lain sebagai sinyal atau antara
kanalis semisirkularis dan otolith yang lebih spesifik terhadap
tubuh yang bergerarak. Bagaimanapun juga, teori ini kurang
dapat menjelaskan dan tidak dapat mengindentifikasi kenapa
beberapa keadaan dapat memprovokasi dan keadaan yang
lain tidak.
Binatang percobaan menunjukkan sensitivitas yang menurun
cukup dalam terhadap obat-obatan emesis setelah dilakukannya
Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )
Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

11

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

labirinthectomi bilateral. Banyak perubahan baik secara autonim


atau endokrin yang terjadi selama terserang penyakit ini dan
stress juga menyertainya. Pemindahan area proyeksi vestibular di
serebelum membuat monyet jadi tidak mudah terserang penyakit
ini, hal ini juga dapat membuktikan apakah pemindahan juga
menyingkirkan respon muntah terhadap obat-obatan yang
menyebabkan muntah.
Muntah disebabkan oleh aktivasi yang terkoordinir antara
otot polos dan somatik yang menghasilkan perubahan yang tepat
sesuai dengan tekanan intrabadominal dan tekanan intrathoracic
yang membuka spinkter esofagus. Mekanisme koordinasi sistem
saraf pusat adalah kompleks dan sekarang ini sudah banyak
dipahami secara baik. Penyakit ini yang parah dengan serangan
muntah yang hebat dan berulag dapat mengakibatkan suatu
keadaan alkalosis karena hilangnya ion hidrogen dan
menyebabkan peningkatan ekskresi ginjal terhadap bikarbonat
yang mengakibatkan defesiensi klorida yang dapat menyebabkan
otot-otot melemah, konstipasi dan aritmia.
Hilangnya natrium dapat menyebabkan hipotensi, pelepasan
Anti-Diuretic Hormone (ADH) juga meningkat. Adanya sisitem
vestibular tidaklah menjadi penting lagi terhadap proses
muntahnya. Muntah dapat ditimbulkan dari berbagai aktivasi baik
sentral atau perifer.
Kepekaan terhadap penyakit ini sulit ditentukan. Kepekaan
terhadap
satu
kondisi
tertentu
mungkin
tidak
dapat
disamaratakan terhadap situasi yang lain. Walaupun sistem
vestibular penting terhadap penyakit ini tetapi kepekaan penyakit
ini tidak berhubungan dengan sensitivitas sistem vestibular.
Setipa individu mempunyai kepekaan yang bervariasi terhadap
bentuk stimulasi yang berbeda.
Gerakan kepala yang dibuat selama rotasi tubuh yang pasif
dapat menyebabkan pola yang ganjil pada stimulasi sistem kanal
dan organ-organ otolith.
Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )
Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

12

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

2.5. Gejala dan Tanda


Gejala dan tanda dari penyakit ini adalah :
1.Sindroma mual.
2.Gangguan epigastrik seperti rasa tidak nyaman epigastrik,
mual dan
muntah.
3.Gejala-gejala pada kulit seperti pucat, keringat dingin, mulut
kering.
4.Gejala-gejala SSP seperti sakit kepala, mengantuk, rasa
tegang dimata, dan
lesu.

2.6. Penatalaksaan dan Pencegahan


Pencegahan dan pengobatan penyakit ini adalah kompleks.
Sebagian kecil individu normal sangat mudah terkena penyakit ini
untuk hampir pada semua keadaan, sebagian lagi tidak mudah
terkena dan yang lainnya berada diantaranya. Pencegahan
terbaik untuk orang-orang dengan kepekaan tinggi adalah
penghindaran dan membangun adaptasi terhadap situasi atau
keadaan yang memprovokasinya.
Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )
Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

13

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

Secara alternatif, penambahan paparan secara perlahanlahan meningkatkan derajat stimulasi provokasi seperti membuat
kepala bergerak selama tubuh secara pasif berotasi dengan
kecepatan rotasi yang tinggi dapat menyebabkan adaptasi dapat
dicapai tanpa membangkitkan penyakit ini bahkan derajat
stressor yang dicapai di step pertama bukanlah provokasi yang
dapat ditolerir.
Tehnik modifikasi perilaku telah sangat lama dipromosikan
untuk mencegah penyakit ini, keberhasilan juga sudah banyak
dilaporkan, tapi jarang disebarkan didunia sebenarnya dimana
pelatihannya pun tidak ada. Sebagai tambahan studi ini
sebenarnya tidak pernah mencakup kontrol yang sesuai dengan
plasebo. Sejumlah obat-obatan dapat mengurangi kepekaan
terhadap penyakit ini
seperti dimenhydrinate, meclizine,
cyclizine.
Obat-obatan penyakit ini bekerja dengan mengurangi
sensitivitas terhadap gerakan. Dengan menguranginya berarti
mengurangi kekacauan sinyal yang akan diterima oleh otak dan
obat-obatan ini dapat mencegah penyakiti ini. Obat-obatan ini
dapat diklasifiksikan kedalam dua kategori yaitu over the counter
(OTC) dan obat-obat yang harus diresepkan. Produk-produk OTC
berisikan antihistamin dan cocok untuk gejala yang ringan dan
merupakan self-medication. Sedangkan obat yang diresepkan
berisi scopolamin yaitu antikolinergik dan menurut penelitian
lebih efektif. Scopolamin cocok untuk mengobati gejala sedangberat.

Obat anti motion sickness:


Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )
Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

14

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

Obat

Dosis dewasa
(mg)

Rute

REFERAT MOTION
SICKNESS

Onset
(Jam )

Cyclizine

Oral

50

0.51

Dimenhydri
nate

Oral

50100

Durasi
(Jam)
1224

8
1224

Meclizine

Oral

2550

0.51

Diphenhydr
amine

Oral

2550

0.250.5

Promethazi
ne

Oral

25

0.51

Buclizine

Oral

50

0.5

Scopolamin
e Patch

Oral

0.40.8

Dermal

1.5

46

72

Tablet

46

812

12

Obat-obatan diatas mempunyai efek samping berupa rasa


ngantuk dan mulut kering. Scopolamin untuk meningkatkan
efeknya sering digunakan bersamaan dengan amfetamin, dan
promethazin sering digunakan bersamaan dengan efedrin.
Kontraindikasi penggunaan scopolamin adalah orang-orang
dengan glaukoma, hipertrofi prostat, penyakit hati dan ginjal.
Wanita hamil dan menyusui juga sebaiknya tidak mengkonumsi
Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )
Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

15

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

scopolamine kecuali keadaan yang sangat diperlukan. Alkohol


dapat meningkatkan efek ngantuk jika digunakan bersamaan
dengan scopolamin sehingga tidak boleh digunakan saat
berkendaraan.

Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )


Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

16

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

BAB III
KESIMPULAN

Motion sickness atau kinetosis, juga dikenal sebagai penyakit


perjalanan, adalah suatu kondisi dimana ada perbedaan antara
sinyal yang diterima otak dari mata dan organ-organ sesnsitif
terhadap posisi lainnya termasuk sistem vestibular mengeni
posisi tubuh.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa konflik berasal
dari dua organ penting keseimbangan yaitu mata dan koklea di
telinga dalam menyesuaikan diri terhadap kecepatan yang
berbeda ketika terjadinya gerakan.Sekarang ini belum ada teori
yang adekuat yang dapat menjelaskan perjalanan penyakit ini.
Dan ada banyak teori yang menjelaskan mengenai penyakit ini.
Gejala dan tanda dari penyakit ini meliputi sindroma mual,
gangguan epigastrik seperti rasa tidak nyaman epigastrik, mual
dan muntah, gejala-gejala pada kulit seperti pucat, keringat
dingin, mulut kering, gejala-gejala SSP seperti sakit kepala,
mengantuk, rasa tegang dimata, dan lesu.
Pencegahan dan pengobatan penyakit ini adalah kompleks.
Pencegahan terbaik untuk orang-orang dengan kepekaan tinggi
adalah penghindaran dan membangun adaptasi terhadap situasi
atau keadaan yang memprovokasinya.
Obat-obatan penyakit ini bekerja dengan mengurangi
sensitivitas terhadap gerakan. Dengan menguranginya berarti
mengurangi kekacauan sinyal yang akan diterima oleh otak dan
obat-obatan ini dapat mencegah penyakiti ini.

Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )


Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

17

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

DAFTAR PUSTAKA

1. Lackner, James R. Motion Sickness. 2004. Diunduh dari :


www.graybiel.brandeis.edupublications.pdf
2. Sherman, Craig R, dkk. Motion Sickness: Review of
Preventative Remedies. Diunduh dari :
www.motionsickness.net.pdf
3.

Benson, Alan J. Motion Sickness. Disadur dari : www.motion sickness2.pdf

4. Higler, Adams Boeis. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke IV. 1997.
Jakarta: EGC.
5. Motion Sickness. Diunduh Dari : www.emedicinehealth.com

Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )


Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

18

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT THT

REFERAT MOTION
SICKNESS

Disusun oleh: Vinta Pujilestari ( 406138149 )


Dokter pembimbing : dr. Erna M Marbun, Sp. THT

19

Anda mungkin juga menyukai