Hari/Tanggal
PJ Dosen
Asisten
J3E111018
J3E111050
J3E111091
Andal Jumenda K
J3E211157
Zaky Satrio P
J3E211160
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih
dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan
bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia.
Sanitasi memegang peranan penting dalam industri pangan karena
merupaka usaha taua tindakan ynag diterapkan untuk mencegah terjadinya
perpindahan penyakit pada makanan. Dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan
baik, maka keamanan dari pangan yang diproduksi akan dijmin aman untuk
dikonsumsi. Kata Hygiene menurut Lukman (2008), berarti kondisi atau tindakan
untuk meningkatkan kesehatan atau ilmu yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan. Higiene mencakup usaha perawatan kesahatah dirii akaibat pekerjaan.
Udara merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan
pangan. Tingkat pencemaran udara tidak mengandung mikroflora secara alami,
tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitarnya mengakibatkan udara mengandung
berbagai mikroorganisme. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya
melekat pada bahan padat, misalnya debu, atau terdapat di dalam droplet air.
Menurut Irianto (2002), jumlah mikroorganisme yang mencemari udara juga
ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran
pernapasan manusia yang disemprotkan melalui batuk dan bersin.
Ruangan merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan
pangan. Jika di dalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan air, mikroba yang
ditemukan di dalamnya juga bermacam-macam. Tingkat pencemaran udara di
dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti laju ventilasi,
padatnya orang, dan sifat serta taraf kegiatan orang-orang yang menempati
ruangan tersebut. Mikroorganisme dapat terhembuskan dalam bentuk percikan
dari hidung dan mulut.
Sanitasi dalam pengolahan pangan ditentukan juga oleh kebersihan pekerja
yang melakukan pengolahan, karena baik tangan, kaki, rambut maupun pakaian
BAB II
HASIL PENGAMATAN
2.1 Hasil Pengamatan
2.1.1 Sanitasi Udara (kuantitatif)
Tabel 1. Hasil pengamatan sanitasi udara di beberapa tempat
Perlakuan
Toilet
Laboratorium
Mikro
Laboratorium
Olah 1
Laboratorium
Olah 2
Laboratorium
Olah 4
Laboratorium
Olah 5
Kantin
Densitas/m2/jam
NA
APDA
4
2
4,3 x 10 mo/m /jam
1,2 x 103 mo/m2/jam
Jumlah
NA
139
Jumlah
APDA
4
524
63
356
183
72
62
Sebelum
Sesudah
dibersihkan
CFU/m2
1,6x104
dibersihkan
CFU/m2
1,7x103
45
22
7,8x104
3,8x104
Lab olah 1
43
7,5x104
3,4x103
Lab olah 2
56
9,9x104
1,2x104
Lab olah 3
TBUD
48
8,4x104
Lab olah 4
47
32
8,2x104
5,6x104
UKS
16
2,8x104
1,4x104
Sebelum
Sesudah
dibersihkan
dibersihkan
CB Link
Lab mikro
Tempat
Setelah dicuci
Setelah dicuci
dengan sabun
dengan gel
Sebelum dicuci
Sesudah dicuci
VJA
EMBA
VJA
EMBA
VJA
EMBA
VJA
EMBA
++
+++
+++
+++
+++
++
+++
++++
+++
++++
+++
++
++
++
++
+++
++++
++
+++
++++
++
+++
+++
++
++++
+++
*Keterangan :
(-) Tidak tumbuh
(+) Tumbuh sedikit
(++) Tumbuh sedang
(+++) Tumbuh banyak
Perlakuan
Sebelum dicuci
100
10-1
10-2
Cfu/ml
146/60
40/9
48/15
1,4x102
113/157
61/18
43/56
2,0x102
110/128
50/78
7/17
1,6x102
143/133
97/77
50/46
2,4x102
TBUD/TBU
TBUD/TBU
69/41
5,5x102
5/11
3/13
10/12
8,0x100
175/100
153/114
Tangan dicuci
sabun+Antiseptik
Dicuci dengan gel
antiseptik lalu pegang
rambut
Tangan dicuci dengan tisu
basah
Tangan dicuci dengan tisu
128/12
0
3,6x102
Media
APDA
NA
APDA
NA
APDA
NA
APDA
+
+
+++
-
*Keterangan :
(-) Tidak tumbuh
(+) Tumbuh sedikit
(++) Tumbuh sedang
(+++) Tumbuh banyak
BAB III
PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
++++
+++
+
++
-
samudera, dan jumlah ini semakin berkurang pada ketinggian (altitude) yang
tinggi
Menurut Irianto (2002), jumlah mikroorganisme yang mencemari udara
juga ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari
saluran pernapasan manusia yang disemprotkan melalui batuk dan bersin, dan
partikel-partikel debu, yang terkandung dalam tetes-tetes cairan berukuran besar
dan tersuspensikan, dan dalam inti tetesan yang terbentuk bila titik-titik cairan
berukuran kecil menguap. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut
sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer; sebagian segera mati dalam
beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama bermingguminggu, berbulan-bulan, bahkan lebih lama lagi.
3.2.2 Sanitasi Ruang
Percobaan menumbuhkan menumbuhkan mikroorganisme juga dilakukan
untuk melihat sanitasi ruang. Terdapat tujuh ruangan yang menjadi bahan uji.
ketujuh ruangan tersebut adalah CB link, Laboratorium mikro, Laboratorium olah
1, Laboratorium olah 2, Laboratorium olah 3, Laboratorium olah 4 dan UKS.
Percobaan ini juga dilakukan untuk melihat dua perbedaan antara lantai yang
dibersihkan dengan desinfektan dengan lantai yang tidak dibersihkan.
Metode yang digunakan untuk sanitasi ruang adalah dengan RODAC.
RODAC (Replicate Oraganism Direct Agar Contact Method) merupakan . cara
menghitung jumal mikroorganisme, terutama permukaan lantai, meja peralatan
dan lain - lain. Metode ini dipilih karena cepat untuk mengetahui hasilnya , tidak
dibutuhkan waktu yang terlalu lama. Metode RODAC dilakukan dengan
menempelkan cawan petri atau suntikan yang berisi media yang telah padat dan
menekannya ke permukaan yang diuji. Selanjutya diinkubasi selama 2 hari untuk
melihat koloni yang tumbuh dan dapat dilakukan perhitungan. Menurut
Rahmawan (2011), metode ini diterapkan pada peralatan atau sesuatu yang
permukaannya rata atau datar seperti panci, piring, talenan, lantai dan yang
lainnya. Hal ini dilakukan untuk melihat efektivitas pembersihan dan desinfeksi
yang dilakukan, jika kontaminasinya tinggi akan sulit dilakukan perhitungan
(Lukman dan Soejoedono, 2009).
(PDA)
merupakan salah satu media yang banyak digunakan untuk membiakkan kapang
dan khamir. Didapat hasil yang bervariasi dari hasil percobaan. Terjadi perbedaan
atau perubahan jumlah koloni setelah dibersihkan dengan desinfektan den
sebelum dibersihkan. Jumlah koloni pada lantai yang sudah dibersihkan berkurang
jika dibandingkan dengan lantai yang belum di bersihkan. Dari ketujuh tempat
yang dijadikan tempat pengujian, CB. Link merupakan tempat yang paling sedikit
terdapat kapang dan khamir, sedangkan laboratorium olah 3 terdapat paling
banyak dibandingkan dengan tempat yang lainnya. Sekalipun pada laboratorium
olah 3 sudah dibersihkan dengan desinfektan tapi tetap memiliki jumlah kapang
dan khamir paling banyak.
Banyaknya mikroba mungkin disebabkan oleh para manusia yang datang
membawa cemaran atau bisa saja dari udara. Perbedaan jumlah mikroba pada
setiap ruangan ini mungkin diakibatkan kegunaan dari masing masing lab yang
berbeda. Sehingga memberikan dampak yang berbeda karena sumber kontaminasi
yang berbeda pula. Maka dari itu khususnya jika bekerja pada industri pangan,
aspek sanitasi sangat diperhatikan. Sanitasi yang buruk akan berdampak buruk
juga terhadap proses pengolahan serta hasilnya. Ruangan merupakan salah satu
bagian yang perlu diperhatikan sanitasinya. Sanitasi ruangan dapat dipelihara atau
tetap dijaga kebersihannya dengan cara membersihkannya dengan rutin.
Membersihkan akan lebih efektif jika menggunakan desinfektan.
Dari hasil percobaan terlihat bahwa lantai yang dibersihkan jumlah
mikrobanya berkurang. Misalnya pada laboratorium olah 2 sebelum dibersihkan
jumlah mikrobanya 9,9x104 CFU/m2 dan sesudah dibersihkan sebesar 1,2x104
CFU/m2. Hal ini berarti desinfektan ini efektif, memberikan hasil yang baik.
Menurut Harrigan (1998), jumlah mikroorganisme < 5 cfu/cm 2 termasuk golongan
sanitasi memuaskan.
3.2.3. Sanitasi Tangan Pekerja (Kualitatif)
Pekerja yang menangani pangan dalam suatu industri pangan merupakan
sumber kontaminasi yang penting, karena kandungan mikroba patogen pada
manusia dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan. Manusia
yang sehat merupakan sumber potensial mikroba-mikroba seperti Staphylococcus
tersebut diinkubasi pada suhu 30oC selama 2 hari kemudian kembali dilakukan
pengamatan. Hasil yang diperoleh pada media VJA untuk tangan sebelum dicuci
tidak ditemukan koloni pada kelompok 1,2,3,4, dan 6. Pada kelompok 5 dan 7
ditemukan koloni berwarna hitam yang menandakan adanya Staphylococcus
aureus. Pada tangan dicuci air hanya ditemukan pada kelompok 3 dan 7. Pada
tangan yang dicuci dengan sabun hanya ditmeukan pada kelompok 3, 5, dan 7,
dan pada kelompok 3 jumlah koloni yang ditemukan lebih banyak dari tangan
sebelumnya. Pada tangan yang menggunakan antiseptik koloni hanya ditemukan
pada kelompok 5 dan 7. Dari pengamatan yang dapat dilihat pada contoh
kelompok 7 bahwa jumlah koloni pada tangan sebeum dicuci lebih banyak dari
pada tangan yang dicuci air, sabun, dan antiseptic. Dan jumlah koloni yang paling
sedikit adalah pada tangan yang menggunakan antiseptic.
Sedangkan untuk pengujian dengan media Eosin Methyln Blue Agar
(EMBA) hasil yang didapatkan kelompok 1 dari perlakuan pertama hingga ke
empat didapatkan adanya peningkatan jumlah koloni, pada kelompok 2 hanya
didapatkan pada pada perlakuan tangan sebelum dicuci. Pada kelompok 3 pada
tangan sebelum dicuci terdapat 3 poin koloni, selanjutnya 2 poin , 3 poin , dan 3
poin hasil tersebut menandakan pada saat praktik adanya kesalahan atau tidak
mencuci tangan dengan benar.
Pada kelompok 4 didapatkan hasil yang berkurang di mulai dari perlakuan
pertaa hingga keempat. Hasil ini sesuai dengan teori yang ada bahwa tangan yang
dicuci dengan sabun lebih baik dari tangan yang hanya dicuci dengan air. Untuk
kelompok 5 didapatkan hasil yang rata dan terjadi peningkatan pada perlakuan
ketiga yaitu mencuci tangan dengan sabun. Ini diduga karena pada saat proses
pencucian tangan yang tidak benar atau adanya kontaminasi air. Pada kelompok 6
pada perlakuan pertama terdapat 3 poin koloni, pada perlakuan kedua terjadi
peningkatan jumlah koloni menjadi 4 point, ini diduga disebabkan karena adanya
kontaminasi dari air yang digunakan untuk mencuci, pada perlakuan ketiga hasil
didapatkan berkurang dan akhirnya pada perlakuan keempat yaitu dengan
antiseptic tidak didapati adanya koloni. Hasil kelompok 7 pada perlakuan pertama
didapati 3 point, pada perlakuan kedua didapati 2 poin, tetapi terjadi peningkatan
jumlah koloni pada perlakuan ke tiga , dan pada perlakuan keempat 3 point atau
tidak berkurang.
Dari hasil pengamatan dapat dilihat pada kelompok 4 bahwa antiseptic
dapat membunuh kuman secara steril.8 Antiseptic yang digunakan adalah yang
berjenis Triclosan sebagai zat aktifnya. Triclosan juga banyak digunakan pada
sabun-sabun sebagai zat aktifnya. Triclosan menghambat biosintesis asam lemak
pada bakteri dengan cara menghambat kerja enzim enoyl-acyl carrier protein
reductase yang dikode oleh FabI atau homolognya, InhA pada Mycobacterium
smegmatis dan Mycobacterium tuberculosis, dengan cara menyempai substrat
naturahya. Triclosan juga mempunyai efek membranotropik, yaitu mengganggu
stabilitas struktur membran yang mengakibatkan penurunan integritas fungsional
membran sel tanpa menginduksi terjadinya lisis sel tersebut. Pada konsentrasi
bakterisidal, triclosan menyebabkan kebocoran kalium yang menandakan
terjadinya kerusakan membran (Loho 2007).
Terdapat beberapa hasil yang pada perlakuan pertama tidak didapati koloni
atau lebih sedikit, ini diduga karena mahasiwa yang sudah menyemprotkan
alchohol pada saat penuangan media atau pembuatan media.
3.2.4 Sanitasi Tangan Pekerja (Kuantitatif)
Tangan pekerja merupakan bagian tubuh yang paling sering kontak dengan
bahan pangan selama pengolahan. Perilaku yang kurang baik dari seorang pekerja,
misalnya tidak mencuci tangan sebelum bekerja, mengorek kuping, tidak mencuci
rambut, memegang hidung yang kena flu, bersin, mengeluarkan dahak selama
bekerja, toilet yang kurang bersih dan kebiasaan lainnya sangat potensial dapat
memindahkan mikroorganisme patogen yang ada pada tubuhnya ke dalam
makanan yang sedang diolah. Hal tersebut dapat berakibat terkontaminasinya
makanan tersebut.
Sanitasi dalam pengolahan pangan juga ditentukan oleh tingkat kebersihan
dan kesehatan pekerja yang melakukan pengolahan seperti tangan kotor yang
dapat menyebabkan kontaminasi pada bahan pangan yang diolahnya. Cara
pemebersihan
tangan
pun
mempengaruhi
jumlah
mikroba
yang
dapat
air saja dengan jumlah mikroba 2,0 x 102 terlihat bahwa jumlah mikroba tangan
yang dicuci dengan air saja lebih banyak mengandung mikroba. Pada perlakuan
tangan yang belum dicuci ini, pada pengenceran 102 dan 103 adanya hasil yang
tidak dimungkinkan karena jumlah mikroba pada perlakuan duplo keduanya tidak
masuk range. Hal ini mungkin dapat disebabkan kesalahan praktikan dalam
perhitungan.
Pada perlakuan tangan yang dicuci dengan air saja dan dibandingkan
dengan tangan yang dicuci dengan sabun terlihat bahwa jumlah mikroba lebih
banyak terdapat pada perlakuan tangan yang dicuci dengan air saja. Penggunaan
air saja dalam mencuci tangan pun tidak efektif untuk membersihkan kulit karena
air terbukti tidak dapat melepaskan lemak, minyak, dan protein dimana zat-zat ini
merupakan bagian dari kotoran organik. Sedangkan penggunaan sabun sebenarnya
dapat membunuh kuman dan bakteri khususnya Staptylococeus sp. tetapi
keefektifan sabun masih belum dapat membunuh semua bakteri karena mungkin
adanya kontaminasi pada wadah sabun yang dipakai berulang-ulang atau sabun
batang yang dapat terjadi kontaminasi silang.
Pada perlakuan tangan yang dicuci dengan sabun kemudian diberi
antiseptik terlihat jumlah mikroba lebih banyak jika dibandingkan dengan
perlakuan tangan yang dicuci dengan sabun saja. Hal ini dapat dikarenakan faktorfaktor eksternal seperti kesalahan praktikan dalam perhitungan atau adanya
kontaminasi pada saat platting. Padahal hand sanitizer sudah teruji keefektifannya
untuk sanitasi tangan karena kandungannya sebagai antibakteri dan antivirus.
Walaupun tidak membunuh seluruh jenis virus dan bakteri, hand sanitizer dengan
kandungan alkohol 60% terbukti dapat melawan virus penyebab influenza.
Seperti yang terlihat dari hasil pengamatan, pengunaan tisu basah tidak
efektif untuk membunuh bakteri yang ada pada tangan. Hal ini disebabkan
penggunaan tisu basah dapat terjadinya kontaminasi silang dari pembolak-balikan
tisu yang digunakan. Dari hasil pengamatan perlakuan tangan yang dicuci dengan
tisu basah didapatkan hasil yang tidak masuk range. Jumlah mikroba pada tiga
tingkat pengenceran menunjukkan jumlah mikroba yang < 25. Hal ini disebabkan
terbentuknya koloni yang besar pada media akibat tidak dilakukannya
homogenisasi setelah penambahan media ke dalam cawan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pada percobaan yang dilakukan untuk melihat sanitasi pekerja, ruang dan
udara dapat dilakukan dengan beberapa cara. Dapat dilakukan dengan pengamatan
secara kualitatif maupun kuantitatif untuk lebih akurat. Pada sanitasi ruang dapat
dilihat bahwa udara disekitar kita mengandung kontaminas dari lingkungan
sekitar yang membuat udara mengandung mikroorganisme. Tempat yang berbeda
akan merupakan kontaminasi yang berbeda pula.
Pada sanitasi ruang dilihat efektivitas desinfektan yang digunakan. Dapat
dilihat bahwa lantai yang dibersihkan dengan desinfektan memiliki kandungan
mikroba yang lebih sedikit dibanding dengan lantai yang tidak dibersihkan. Maka
kebersihan ruangan juga penting untuk diperhatikan. Begitu pula pada sanitasi
pekerja, rambut dan tangan merupakan aspek yang penting karena akan kontak
langsung dengan pengolahan. Rambut yang dibersihkan bisa menjadi kontaminasi
yang berbahaya begitu juga dengan tangan yang kotor. Cara membersihkan tangan
yang baik adalah dengan menggunakan sabun tidak hanya air saja. Bahkan tisu
basah juga tidak terlalu baik untuk membersihkan tangan pekerja.
4.2 Saran
Dalam melakukan pengolahan di laboratorium, tentunya praktikan harus
bekerja secara benar untuk menghindari terjadinya kontaminasi yang dapat
mencemari atau mengubah hasil percobaan menjadi tidak tepat sasaran atau hasil
yang diinginkan tidak sesuai dengan literatur yang ada. Penggunaan jenis media
yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba atau mikroorganisme harus
disesuaikan dengan karakteristik mikroba tersebut dan sesuai dengan apa yang
ingin dilihat.
Sebagai praktikan yang nantinya akan bekerja di industri pangan kita harus
lebih memiliki kepedulian lebih dan dalam hidup bermasyarakat kita tidak boleh
membuang sampah di sembarang tempat. Serta mematuhi peraturan yang ada,
misalnya memakai hairnet, membersihkan tangan dan melepaskan asesoris saat
bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal. 2008. Ada Mikroba di Udara. http://iqbalali.com/ [30 September 2012]
Loho, Tony dan Utami Lidya . 2007. Uji Efektivitas Antiseptik Triclosun l%
terhadap Stuphylococcas uulFerls, E scherichia coli, Enterococcus
fueculis, dan Pseudomon&s ueruginosu. Volume: 57. Halaman 176
ANONIM. 2008. Definisi Higiene, Sanitasi dan Higiene Pangan. artikel.
http://higiene-pangan.blogspot.com/ [30 September]
Lukman DW, RR Soejoedono. 2009. Uji Sanitasi Dengan Metode RODAC.
Penuntun Praktikum Higiene Pangan Asal Ternak. Bogor. Bagian
Kesehatan Masyarakat Veteriner. Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan
Kesmavet. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB
Rahmawan O. 2001. Sumber Kontaminasi dan Teknik Sanitasi. Modul Dasar
Bidang Keahlian. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan
Menegah Kejuruan. Jakarta
Suharni dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 1. Hasil Pengamatan Kualitatif Media NA
Perhitungan
Diketahui: d= 9 cm, buka 30 menit
I = 3,14 x 4,52
= 63,585
Perhitungan:
No
1.
NA
Densitas = 139 x 10000 : 63,585 x 60 :
= 1,2 x 103
30
2.
= 4,3 x 104
Densitas = 524 x 10000 : 63,585 x 60 :
= 1,6 x105
Densitas = 63 x 10000 : 63,585 x 60 :
30
4.
30
3.
APDA
Densitas = 4 x 10000 : 63,585 x 60 : 30
= 2,0 x 104
Densitas = 356 x 10000 : 63,585 x 60 :
30
= 1,1 x 105
5.
= 1,6 x 103
30
6.
= 5,8 x 104
Densitas = 72 x 10000 : 63,585 x 60 :
30
7.
= 2,3 x 104
Densitas = 62 x 10000 : 63,585 x 60 :
30
= 2,0 x 104