2. Refining
Bundel-bundel serat ini kemudian direfining /diperhalus lagi. Tapi bila tidak bisa direfining harus
digerinda ulang lagi, biasanya yang tidak bias direfining sekitar 15%.
3. Pengeringan (Drying)
Tujuan Utama dari kegiatan pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air flake. Faktor kunci
keberhasilan proses pengeringan adalah Suhu, Suplai bahan bakar, dan suplai flake yang masuk
kedalam mesin. biasanya kadar air yang dituju adalah sebesar 2 - 6 % (tergantung ketetapan dari
perusahaan). setelah dikeringkan flaketersebut dpotong kembali oleh mesin hammer mill.
4. Blending (Pengadonan)
Setelah semua bahan dikeringkan, tahap selanjutnya yaitu pengadonan. Tahap-tahap dalam
pengadonan ini disesuaikan dengan proses yang digunakan, satu tahap, dua tahap, atau kontinyu.
Kondisi pengadonan yang paling berpengaruh dalam pembuatan papan partikel adalah suhu, laju
rotasi dan waktu pengadonan.
Tuangkan semua bahan ke dalam sebuah tangki dengan ukuran pas. Kemudian mencampur
bahan-bahan tersebut dengan putaran mixer yang relatif pelan, hingga diperoleh suatu campuran
yang benar-benar merata di semua titik. Waktu stiring dan kecepatan mixer disesuaikan dengan
jumlah semua bahan. Tambahkan campuran tersebut dengan sedikit air yang jumlahnya
disesuaikan dengan komposisi bahan yang ada.
5. Pemberian Perekat
Setelah semua bahan telah tercampur merata tambahkan dengan perekat sintetik yaitu
berupa Urea Formaldehyde, agar semua bahan yang telah tercampur meleket dan tidak terurai
kembali.
board
dan
sebagian
besar
papan
serat
kompresi
seperti hardboard. Mat dibentuk oleh suspensi serat dalam air seperti pembentukan kertas dengan
mesin-mesin fourdrinier, deckle box, dan cylinderformers.
Cara yang kedua membuat kerangka papan serat dengan bantuan udara atau secara mekanis.
Pada proses ini serat sudah dikeringkan sampai mencapai kadar air 6% kemudian disebarkan
sedemikian rupa sehingga mat dapat terbentuk (cara dihembus atau disebar secara mekanis).
Cara ketiga adalah cara setengah kering (semi dry) yaitu pembuatan mat dengan penggabungan
kedua cara. Pulp serat dikeringkan sampai mencapai kadar air 12-15% kemudian disebarkan
secara mekanis atau dengan hembusan udara tetapi kemudian diberi tambahan air sehingga kadar
air menjadi 30% dengan tujuan anyaman serat menjadi lebih tertata dengan sendirinya.
Pemilihan cara pembuatan mat bergantung pada beberapa pertimbangan yaitu:
1. Tipe papan yang diproduksi, papan S2S atau screen back
2. Tersedianya air
3. Polusi air
4. Biaya basah lebih kecil dibandingkan biaya kering
7. Press Panas
Setelah proses pencampuran dan pemberian perekat selesai dan sampel langsung dikeluarkan
untuk dibentuk menjadi lembaran dengan kempa panas dengan menggunakan mesin press
atau hot press. Pengempaan dilakukan selama 2,5-3 menit dengan tekanan sebesar 100
kgf/cm2 selama 30 detik pada suhu 170-190C. Setelah dilakukan pengempaan dingin pada
tekanan yang sama selama 30 detik, lembaran kemudian didinginkan pada suhu kamar.
8. Pendinginan (Cooling)
Setelah papan ditekan, selanjutnya dipindahkan dengan beberapa jenis sistem unloading dan
biasanya dilanjutkan dengan pendinginan dalam suatu pendingin (cooler) sebelum di-stack.
Pendinginan ini sangat diperlukan terutama jika menggunakan resin formaldehid, karena
temperatur papan harus dikurangi sebelum papan di-stack ke dalam suatu pile. Setelah
pendinginan atau hot stacking, papan di-trimming dan dipindahkan ke dalam sistem sanding.
Beberapa papan keras termasuk sheathing-type panels yang dibuat dalam bentuk flakes tidak
perlu dihaluskan. Umumnya produk papan dihaluskan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses
akhir hingga papan tersebut mencapai ketebalan tertentu. Disamping itu, tujuan penghalusan
tersebut adalah untuk membentuk permukaan papan menjadi lebih baik. Papan yang dilapisi
dengan partikel-partikel halus cenderung memiliki soft face karena ketebalan resin pada
permukaan hanya berkisar 0,51 mm, sehingga tidak diperlikan penghalusan.
menentukan
papan
tersebut
siap
digunakan
atau
membutuhkan
pemeriksaan
selanjutnya. Setelah presentasi air tersebut telah diukur dan hasil pengukuran membuktikan
bahwa papan tersebut siap diguanakan, papan tersebut kemudian diuji kekuatan tarik dan uji
kekerasannya dengan menggunakan alat uji tarik atau tensile strength.
Setelah melewati proses uji kekuatan tarik dan kekerasan, papan tersebut diuji kembali yaitu uji
kekuatan termal dengan menggunakan alat uji thermal ataudifferential scanning calorimetry (dsc
60).