Anda di halaman 1dari 6

HUKUM PERBANKAN

KASUS POLEMIK BANK PERKREDITAN


RAKYAT ANTAR RUMEKSA ARTA

Oleh :
LIANO RUMBAY
14071101119

UNIVERSITAS NEGERI SAM RATULANGI


MANADO
2016
Contoh kasus Perbankan tentang :
Polemik Bank Perkreditan Rakyat Antar Rumeksa Arta
LIANO RUMBAY 14071101119
PU TU SAN
1

No. 2208 K/Pid.Sus/2010


DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAH KAMAHAG U N G

Memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah


Memutuskan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa :
Nama lengkap
: Drs.Meddy Sulistyanto bin Soekri
Tempat lahir
: Surabaya
Umur/tanggal lahir : 46 tahun / 01 Mei 1963
Jenis kelamin
: Laki-laki
Kebangsaan
: Indonesia
Tempat tinggal
: Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Karanganyar
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Dosen
Terdakwa di tahan dalam tahanan kota sejak tanggal 15 Desember 2009 sampai dengan tanggal 29 Maret 2010;
yang diajukan dimuka persidangan Pengadilan Negeri Karanganyar karena didakwa :
Bahwa Terdakwa Drs. Meddy Sulistyanto bin Soekri selaku Direktur Utama PT. Bank Perkreditan Rakyat
Antar Rumeksa Arta Periode 2003 sampai dengan 2006 pada bulan Oktober 2004 sampai dengan September 2006
atau setidak-tidaknya pada hari-hari tertentu dalam tahun 2004 sampai dengan 2006 mempunyai tugas dan tanggung
jawab mengelola BPR sesuai dengan rencana yang berkaitan dengan kredit, tabungan dan kegiatan operasional
lainnya, tanggung jawab kepadan Komisaris dan pemegang saham dan memberikan laporan kepada Bank Indonesia
setiap bulan secara tertulis dan melalui computer online, internet, bertempat di kantor BPR Antar Rumeksa atau
setidak-tidaknya disuatu tempat yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Karanganyar, telah dengan
sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan guna memastikan ketaatan Bank terhadap ketentuan
UU N0. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubahdengan UU No. 10 Tahun 1998 dan ketentuan
Perundang-undangan lainnya yang berlaku
Hal. 1 dari 16 hal. Putusan No. 2208 K/Pid.Sus/2010 bagi Bank, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Pada waktu dan tempat sebagaimana diuraikan diatas, pada tanggal 27 Oktober 2004 Terdakwa mengadakan kerja
sama dengan Koperasi Serba Usaha ( KSU ) Harta Aji yang dituangkan dalam Surat Perjanjian Kerjasama No.
02/ARA/X/04 tanggal 27 OKtober 2004 dan juga Koperasi Serba Usaha ( KSU ) Arta Mara secara tidak tertulis yang
maksud dan tujuan untuk membiayai kredit kepada anggota koperasi tersebut :
a. Dalam pembiayaan kredit itu,Terdakwa selaku Direktur Utama PT. Antar Rumeksa Arta seharusnya
melaksanakan prinsip kehati-hatian : yaitu penyimpangan proses pemberian kredit bank BPR Antar
Rumeksa Arta melalui koperasi Arta Mara dan KSU Harta Aji sejak 27 Oktober 2004 yaitu :
1. Bank mendapatkan blanko aplikasi kredit kosong di Kantor KSU Arta Marta dan KSU Harta Aji;
2. Koperasi mengajukan aplikasi kredit kosong yang telah ditandatangani oleh calon debitur berikut
copy bukti diri dan agunan ke bank.
3. Realisasi pencairan dilakukan tanpa analisis kredit.
4. Setelah realisasi kredit dilakukan dan dana diterima oleh petugas KSU, Bank akan melengkapi data
aplikasi berikut rekayasaatas analisis kredit dikemudian hari;
5. Dana yang diterima KSU Arta Marta sebesar Rp. 1.381.030.800,00 ( satu milyar tiga ratus delapan
puluh satu juta tiga puluh ribu delapan ratus rupiah ) untuk 29 debitur, sedangkan KSU Harta Aji
sebesar Rp. 916.124.430,00 ( Sembilan ratus enam belas juta seratus dua puluh empat ribu empat
ratus tiga puluh rupiah) untuk 113 debitur;
6. Dalam pemberian kredit kepada KSU tersebut diatas disalurkan kepada debitur dengan menggunakan
metode dibawah ini :
2

Kredit kepada 143 debitur dengan jumlah yang diterima debitur jauh lebih kecil dari jumlah dana
( kredit ) yang dikeluarkan bank,sehingga terjadi mark up dana kredit oleh KSU Arta Mara dan
KSU Harta Aji :
b. Pemberian kredit kepada 2 KSU tersebut diatas dilandasi :
1. Surat perjanjian kerjasama antara bank dengan Hal.2 dari 16 Hal. Put. No. 2208 K/Pid.Sus/2010
KSU Harta Aji No. 02/ARA/X/04 tanggal 27 OKtober 2004 tentang Penyaluran Pinjaman kepada
calon anggota KSU Harta Aji dengan system channeling;
2. Untuk KSU Arta Mara tanpa suatu perjanjian tertulis, namun hanya berdasarkan kesepakatan lisan
antara Drs. Meddy S.,MM., selaku debitur utama PT. BPR ANtar Rumeksa Arta ( komisaris Bank)
dengan Pengurus KSU Arta Mara ; kedua kesepakatan dimaksud tanpa diketahui/disetujui komisaris
bank karena komisaris merupakan ayah mertuanya;
c. Atas kredit yang diterima debitur, untuk angsuran kreditnya dilakukan secara tunai atas nama debitur
tersebut diketahui modus operasi sebagai berikut:
1. Debitur tidak pernah berhubungan (kredit) dan menandatangani perjanjian kredit dengan bank ;
2. Debitur hanya menerima kredit koperasi, namun sesuai catatan bank dana yang dikeluarkan oleh
bank untuk pendanaan debitur koperasi tersebut jumlahnya lebih besar dari pada yang tercatat
dikoperasi;
3. Debitur tidak mempunyai pinjaman/kredit dengan bank;
4. Terdapat indikasi pemalsuan tanda tangan debitur;
5. Pembuatan SKMHT diserahkan kepada KSU;
Seharusnya sesuai dengan ketentuan pasal 2 dan pasal 29 ayat (2) UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
sebagaiman telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 maupun peraturan-peraturan tentang Perbankan lainnya,
Terdakwa antara lain harus melakukan analisis tentang karakter, permodalan, kapasitas, jaminan, kondisi ekonomi,
terhadap setiap pemohon kredit calon debitur, akan tetapi dengan perjanjian kerjasama antara Terdakwa selaku
Direktur Utama PT. BPR Antar Rumeksa Arta dengan pengurus KSU Harta Aji dan Arta Mara itu, Tedakwa
memberikan blanko/formulir, dokumen, permohonan kredit yang berkop PT.BPR Antar Rumeksa Arta kepada
pengurus koperasi yang terdiri dari :
1. Formulir aplikasi pinjaman;
2. Formulir analisa calon debitur;
3. Formulir perjanjian kredit;
4. Formulir surat kuasa membebankan bank tanggungan;
5. Formulir surat kuasa menjual jaminan;
6. Formulir kwitansi penerimaan;
7. Dan formulir lainnya untuk keperluan dan setiap pengajuan kredit dari anggota koperasi seharusnya diproses
di Kantor Antar Rumeksa Arta tetapi diproses oleh pengurus koperasi dikantor koperasi masing-masing
kemudian dilengkapi dengan KTP dan KK. Pemohon kredit dan selanjutnya diserahkan oleh pengurus
koperasi kepada bagian administrasi BPR Antar Rumeksa Arta dan oleh bagian administrasi diteruskan
kepada direktur dan Direktur Utama namun hal tersebut tidak dilaksanakan;
Setelah berkas permohonan kredit diterima oleh Terdakwa selaku Direktur Utama PT. BPR Antar Rumeksa Arta,
Terdakwa sebelum memberikan persetujuan seharusnya melaui suatu mekanisme surcey dan membuat analisa kredit
terhadap masing-masing permohonan kredit, namun hal tersebut tidak dilakukan sehingga tanpa melalui prosedur
yangdiharuskan terdakwa selaku direktur utama PT. BPR Antar Rumeksa Arta itu, bersarnya kredit sebagaimana
tersebut dalam setiap permohonan kredit dicairkan kasir dan diterima oleh pengurus koperasi atas nama permohonan
kredit untuk diteruskan kepada masing-masing pemohon;
Dalam kurun waktu sejak adanya kerjasama antar Terdakwa dengan kedua koperasi tersebut sampai tahun 2006,
Terdakwa telah menyetujui permohona kredit sejumlah 29 anggota KSU Arta Mara dengan julah Rp.
1.381.030.800,00 ( satu miliar tiga ratus delapan puluh satu juta tiga puluh ribu delapan ratus rupiah) dan 113
anggota KSU Harta Aji dengan jumlah Rp. 916.124.430,00 ( Sembilan ratus enam belas juta seratus dua puluh empat
ribu empat ratus tiga puluh rupiah).

Jumlah keseluruhan kredit yang dianjurkan dari KSU Arta Marta dan KSU Haji Sejumlah Rp. 2.297.154.630,00
( dua milyar dua ratus Sembilan puluh tujuh juta seratus lima puluh empat ribu enam ratus tiga puluh rupiah), atau
setidaknya sekitarnya jumlah tersebut, namun karena pembiayaan kredit itu tanpa memindahkan kehati-hatian,
sehingga terdapat selisih jumlah kredit yang diajukan dalam permohonan kredit dan yang terdapat dalam pembukuan
kasir BPR yang diteriama oleh permohonan kredit;
Akibat perbuatan tersebut Terdakwa tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan
ketaatan terhadap ketentuan dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah di ubah dengan UU
No. 10 Tahun 1998 yang berlaku bagi Bank, terdapat selisih antara jumalah kredit yang diajukan dan permohonan
kredit yang tercatat dalam pembukuan kasir BPR Antara Rumeksa Arta dengan yang diterima oleh permohonan
kredit sebesar Rp. 2.297.154.630,00 ( dua milyar dua ratus Sembilan puluh tujuh juta seratus lima puluh empat ribu
enam ratus tiga puluh rupiah);
Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidanan berdasarkan Pasal 49 ayat (2) huruf b UU No. 10 Tahun 1998;
Mahkamah Agung tersebut ;
Membaca tuntutan Jaksa Karanganyer tanggal 14 Juni 2010 sebagai berikut :
1. Menyatakan terdakwa Drs. Meddy Sulistiyanto bin Soekri terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana perbankan sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 49 ayat (2) huruf b
UU No.10 1998.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Drs. Meddy Sulistiyanto bin Soekri dengan pidana penjara selama 6
tahun dengan perintah terdakwa segera ditahan.
3. Menjatuhkan pidana denda untuk Terdakwa sebesar Rp. 5.000.000.000,00 ( lima miliar rupiah ), subside 6
bulan kurungan.
4. Menyatakan barang bukti berupa :
Empat lembar surat perjanjian kerja sama antara PT. BPR Antar Rumeksa Arta dengan KSU Harta Aji
tanggal 27 Oktober 2004.
Pengumuman Bank Indonesia tanggal 22 Juni 2007 tentang status pengawasan khusus Bank Indonesia
Surat bank Indonesia Solo kepada Direksi PT. BPR Antar Rumeksa Arta tanggal 19 Juli 2007 tentang
penetapan dikeluarkannya dari status pengawasan khusus.
Pengumuman Bank Indonesia tanggal 19 Juli 2007 tentang dikeluarkannya dari status pengawasan
khusus Bank Indonesia.
5. Menetapkan Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 5000
Membaca PN Karanganyer No. 256/Pid.B/2009/PN.Kray. tanggal 27 Juli 2010 yang amat lengkapnya sebagai
berikut:
1. Menyatakan terdakwa Drs. Meddy Sulistiyanto bin Soekri terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan perbuatan sebagamana didadwakan Jaksa akan tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan
perbuatan pidana.
2. Melepaskan terdakwa Drs. Meddy Sulistiyanto bin Soekri oleh karena itu dari segala tuntutan hukum.
3. Menyatakan barang bukti berupa :
Empat lembar surat perjanjian kerja sama antara PT. BPR Antar Rumeksa Arta dengan KSU Harta Aji
tanggal 27 Oktober 2004.
Pengumuman Bank Indonesia tanggal 22 Juni 2007 tentang status pengawasan khusus Bank Indonesia
Surat bank Indonesia Solo kepada Direksi PT. BPR Antar Rumeksa Arta tanggal 19 Juli 2007 tentang
penetapan dikeluarkannya dari status pengawasan khusus.
Pengumuman Bank Indonesia tanggal 19 Juli 2007 tentang dikeluarkannya dari status pengawasan
khusus Bank Indonesia.
Dikembalikan kepada PT.BPR Antar Rumeksa Arta melalui Terdakwa.
4. Membebankan biaya perkara kepada Negara.

Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi No./04/Akte.Pid/2010/PN.Kray. yang dibuatoleh panitra pada PN
Karanganyar yang menerangkan bahwa pada tanggal 9 Agustus 2010 jaksa/penuntut umum pada Kejaksaan Negeri
mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan PN tsb.
Memperhatikan memori kasasi tanggal 20 Agustus 2010 dari jaksa sebagai pemohon kasasi yang diterima
kepaniteraan PN Karanganyar pada tanggal 20 Agustus 2010;
Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa putusan PN telah dibacakan pada tanggal 27 Juli 2010 san jaksa mengajukan permohonan kasasi
pada tanggal 9 Agustus 2010 serta memori kasasinya telah diterima dikepaniteraan PN Karanganyar pada tanggal 20
Agustus 2010 dengan demikian permohon kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang
waktu dan dengan cara menurut UU, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima ;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh pemohon kasasi /jaksa/penuntut umum pada pokonya sebagai
berikut :
1. Judex Facti tidak menerapkan atau menerapkan peraturan hukum tidaksebagaimana mestinya, yaitu judex
facti tidak menerapkan pasal 197 ayat(1) huruf d KUHAP, yang mensyaratkan harus jelas menguraikan fakta
dan keadaan sesuai dengan apa yang ditemukan dalam pemeriksaan di pengadilan.
2. Judex facti tidak menerapkan atau menerapkan peraturan hukum tidak sebagaimana mestinya,dalam hal
penerapan UU No 7/1992 jo UU No. 10/1998. Dari kesimpulan yang dibuat Judex facti tersebut terlihat
bahwa Judex Facti telah salah menafsirkan UU No 7/1992 jo UU No. 10/1998 khususnya pasal 49 ayat (2)
huruf b UU No.10/1998 karena dalam pasal tersebut tidak ada klausul yang menyebutkan pemenuhan
langkah-langkah yang diambil sebagaimana yang dilakukan Terdakwa.
Menimbang,bahwa atas alasan-alasan tersebut MA berpendapat :
Bahawa keberatan ini tidak dapat didbenarkan karena PN/judex facti tidak salah menerapkan hukum.
Bahwa mengenai penilaian hasil pembukktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan tidak dapat
dipertimbangkan dalam pemeriksaan tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan
dengan tidak dilaksanakan atau ada kesalahan penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, kelalaian
dalam memenuhi syarat yang diwajibkan oleh UU yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang
bersangkutan atau apabila pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya, sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 30 UU MA ( Undang-Undang No. 14/2004 dan perubahan kedua UU No.3/2009). Bahwa
perbuatan Terdakwa tidak merupakan tindak pidana tetapi merupakan tindakan administrasi.
Menimbang, bahwa berdasdarkan pertimbangan diatas, lagi pula ternyata, putusan judex facti dalam perkara ini tidak
bertentangan dengan hukum /undang-undang, maka permohonan kasasi jaksa/penuntut umum tersebut harus ditolak.
Menimbang, oleh karena Termohon Kasasi/ Terdakwa tidak di pidana, maka biaya perkara dibebankan kepada
Negara;
Memperhatikan UU No. 48/2009, UU No. 9/1981 dan UU No. 14/1985 sebagaimana yang telah diubah dengan UU
No. 5/2004 dan perubahan kedua dengan UU No.3/2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang
bersangkutan;
M E N G AD I LI
Menolak permohonan kasasi dari pemohon kasasi:
JAKSA/PENUNTUT UMUM PADA KEJAKSAAN NEGERI KARANGANYAR tersebut;
Membebankan biaya perkara dalam tingkat kasasi ini kepada Negara.
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkama Agung pada Jumat, tanggal 28 Januari 2011 oleh
PROF. DR. VALERINE J.L. KRIEKHOFF, S.H., Hakim Agung yang ditetapkan oleh ketua Mahkamah Agung
sebagai Ketua Majelis, PROF. DR. H. MUCHSIN, S.H. dan I MADE TARA, S.H , Hakim-Hakim Agung sebagai
anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis beserta HakimHakim Anggota tersebut, dan H. PRAYITNO IMAN SANTOSA, S.H. , M.H. , Panitera Pengganti dan tidak
dihadiri oleh pemohon kasasi : Jaksa/Penuntut Umum dan Terdakwa.
5

Anda mungkin juga menyukai