Sesak merupakan salah satu keluhan pada penyakit paru. Berikut akan dijelaskan
patofisiologi penyakit yang berhubungan dengan sesak.
Pathophysiological correlates of disease causing dyspnea
Structural or mechanical interference with ventilation
Obstruction of flow
Emphysema
Asthma
Chronic bronchitis
Tracheal (after prolong mechanical ventilation)
Endocardial disease
Restriction to lung or chest wall expansion
Intrinsic disease or involving parenchyma
Kyposcholiosis
Obesity
Ascites
Pregnancy
Pleural fibrosis
Increase in dead space ventilation
Poliomyelitis
Neuromuscular disease
Systemic disease
Gulliain-are syndrome
Increase in respiratory drive
Exercise
Anxiety/panic attack
6. Strong emosi, aniety and anger. Factor psychological yang menyebabkan perangsangan
kerja pernafasan menjadi lebih cepat.
Sign of dyspnea
Asthma
CHF
Gastroesophageal reflux
Nasal congestion
Kehamilan
Ascites
Diaphragmic paralysis
c) Intermitten symptom
Asthma
HF
Sarcoidosis
COPD
e) Tidak dipengaruhi oleh aktivitas fisik : maka kita harus mencurigai adanya masalah
physychological.
f) Tidak di temukannuya gejala objektif : mungkin adanya kepura-puraan (malingering).
2. Physical Exam
a) Peningkatan RR (Tachypnea)
b) Body habitus (barel chest pada COPD, dan obesitas)
c) Adanya penggunaan otot pernapasan tambahan
d) Pernapasan cuping hidung
e) Cyanosis
f) Suara nafas abnormal ( crackle/rales, wheezing pada asthma)
g) Jugular venous distention, pedal edema (HF)
3. Laboratorium evaluation
Pemeriksaan darah
Hemoglobin
Chest X-ray
Degree
none
Mild
moderate
Severe
Very severe
dressing or undressing.
ASMA
Asma merupakan penyakit inflamasi yang kronik pada saluran napas yang melibatkan
banyak sel dan elemen selular. Inflamasi kronik ini dihubungkan dengan airway
hyperresponsiveness yang berperan dalam recurrent episodes dari wheezing, breathlessness,
chest tightness and coughing, yang terjadi pada malam hari atau pada pagi hari. Episodes
episodes ini berhubungan dengan airflow obstruction yang luas tetapi berubah-ubah pada paruparu dan bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan adanya treatment
Host Factors
a. Genetic
Astma memiliki komponen yang diturunkan (heritable), tapi tidak sederhana. Data yang
terbaru menunjukkan bahwa multiple genes dapat berperan dalam pathogenesis asthma.
Pencarian gen-gen yang berhubungan dengan perkembangan asthma terfokus pada empat
area utama: production of allergenspecific IgE antibodies (atopy); expression of airway
hyperresponsiveness; generation of inflammatory mediators, such as cytokines,
chemokines, and growth factors; and determination of the ratio between Th1 and Th2
immune responses (as relevant to the hygiene hypothesis of asthma). Kromosom yang
terkena sebenarnya masih dalam penelitian, tetapi kemungkinan kromosom 5q, 11, 12,
13.
b. Obesity
Obesitas juga merupakan factor risiko asthma. Beberapa mediator seperti leptins dapat
mempengaruhi fungsi jalan napas (airway) dan meningkatkan perkembangan asthma.
c. Sex
Jenis kelamin laki-laki merupakan factor risiko asthma pada anak-anak. Hingga umur 14
tahun , prevalensi asthma pada laki-laki dan perempuan adalah 2:1. ketika anak semakin
dewasa perbedaan antara kedua jenis kelamin menjadi mengecil, dan ketika dewasa
prevalensi asthma lebih banyak pada wanita dibandingkan pria. Penyebabnya adalah
ukuran paru-paru lebih kecil pada laki-laki daripada perempuan pada saat lahir namun
membesar ketika dewasa.
Environmental Factors
a. Allergens
Walaupun indoor dan outdoor allergens dikenal sebagai penyebab asthma
exacerbations, peran spesifiknya dalam perkembangan asthma masih belum diketahui.
Birth-cohort studies telah menunjukkan bahwa sensitisasi terhadap house dust mite
allergens, cat dander, dog dander, dan Aspergillusmold merupakan independent risk
factors untuk asthma like symptoms pada anak-anak hingga umur 3 tahun.
b. Infections
Respiratory syncytial virus (RSV) and parainfluenza virus menghasilkan pola
gejala termasuk bronchiolitis yang parallel dengan banyak ciri-ciri childhood asthma.
Sejumlah long-term prospective studies pada anak-anak yang berada di rumah sakit
dengan RSV telah menunjukkan bahwa kurang lebih 40% akan mberkembang mengi
(wheeze) atau memiliki asthma pada masa kanak-kanak selanjutnya. Di sisi lain, buktibukti juga menunjukkan respiratory infections tertentu pada awal-awal kehidupan,
termasuk measles dan kadang-kadang RSV, dapat melindungi dari perkembangan asthma.
Peningkatan respons jalan napas, yang berhubungan dengan batuk dan yang lebih jarang
wheezing, dapat berlangsung 2-8 minggu setelah terinfeksi baik pada individu normal
maupun pasien asma.
c. Occupational Sensitizers
Terdapat lebih dari 300 substansi yang berhubungan dengan occupational asthma.
Substansi-substansi ini termasuk highly reactive small molecule seperti isocyanites, iritan
yang bisa meyebabkan perubahan pada airway responsiveness yang dikenal sebagai
immunogens seperti platinum salt, dan complex plant and animal biological product yang
menstimulus produksi IgE (Figure 1.3). Occupational asthma banyak terjadi pada orang
dewasa. Asthma merupakan occupational respiratory disorder yang paling umum pada
negara-negara industri. Mekanisme yang mendasari terbagi atas 3 kelompok:
1. Pada beberapa kasus, agen pengganggu menyebabkan pembentukan IgE spesifik dan
penyebabnya cenderung bersifat imunologik (reaksi imunologik dapat bersifat cepat,
lambat, atau rangkap)
2. Pada kasus yang lain, materi yang dipergunakan dapat menyebabkan pembebasan
langsung unsur unsur bronkokonstriktor
3. Pada kasus yang lain lagi, unsur iritan berkaitan dengan kerja, secara langsung
maupun refleks akan merangsang jalan napas baik pada pasien asma laten maupun
baru.
d. Tobacco Smoke
Asap rokok berhubungan dengan mempercepat penurunan dari fungsi paru pada
orang asthma, menambah derajat keparahan asthma-nya, mungkin membuat pasien
menjadi kurang responsive terhadap pengobatan dengan inhalesi dan glucocorticosteroid
yang sistemik,dan menurunkan pasien yang mungkin sakit asthma untuk kontrol.
e. Outdoor/Indoor Air Pollution
Peran
outdoor/indoor
air
pollution
dalam
menyebakan
asthma
masih
f. Diet
Peran diet, terurama breast-feeding (menysui), menunjukkan bahwa bayi yang
diberi susu formula atau susu kedelai mempunyai insidensi yang lebih tinggi untuk
wheezing illnesses pada awal masa kanak-kanak dibandingkan dnegan yang diberi susu
ibu. Bebrapa data jiga menunjukkan bahwa karakteristik tertentu dari Western diets,
seperti banyak mengkonsumsi processed foods dan sedikit antioxidant (dalam bentuk
buah-buahan dan sayur-sayuran), meningkatkan n-6 polyunsaturated fatty acid
(ditemukan pada margarine dan vegetable oil), dan menurunkan n-3 polyunsaturated fatty
acid (ditemukan pada oily fish) intakes telah berkontribusi terhadap peningkatan asthma
and atopic disease.
CLINICAL DIAGNOSIS OF ASTHMA
Asthma dapat didiagnosis dengan mengetahui symptoms dan medical history pasien (Figure 1).
Medical History
1. Symptoms: episodic breathlessness, wheezing, cough, dan chest tightness.
2. Cough-varian asthma: biasanya terjadi pada anak anak, sering menjadi masalah pada
malam hari tetapi evaluasi saat siang hari normal. Pada pemeriksaan sputum, dapat
ditemukan eosinophils.
Asthma Control
Pada umumnya, istilah kontrol dapat mengindikasikan pencegahan penyakit atau bahkan
pengobatan. Bagaimana pun juga istilah kontrol memiliki arti pengontrololan manifestasi
penyakit.
2. Farmakologi
Longterm medicine
mengobati
inflamasi
pada
saluran
nafas
(edema
berkurang,mukus
Mengkombinasikan obat pengontrol dan obat pelega dlam satu tabung inhaler
Diberikan dalam sediaan tabung yang mana didalamnya terdapa budesonide dan
formoterol ang efektif untuk terapi jangka panjang
Terdiri dari short acting 2 agonist(SABA) dan long acting 2 agonist (LABA)
Clinical use
- 2 agonis biasanya diberikan lewat inhalasi untuk mengurangi side efek.short
acting 2 agonis (SABA) contohnya Albuterol/terbutalin mempunyai Duration
Of Action kurang lebih 3-6 jam dan Onset Of Action cepat untuk bronchodilatsi
- penggunaan SABA mengindikasikan bahwa asthma tidak terkontrol,SABA
digunakan dalam high dose dan nebulaizer atau lewat metered dose inhaler with
spacer
- LABA meliputi almeterol dan formoterol memiliki DOA 12 jam dan diberikan
dua kali sehari
- LABA dapat diganti oleh SABA
- LABA tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak iberikan ICS (inhaler
cortikocsteroid)karena LABA + ICS efektif pengontrol asma
Side efek
Adverse efek dari 2 agonis tidak perlu dikhawatirkan secara umum advers
efekna yaitu muscle tremor dan palpitasi ini biasanya pada pasien tua
Toleransi
merupakan potensial problem bila agonis diberikan secara chronik tapi dapat di
down regulation dari 2 reseptornya sehingga tidak menurunkan respon dari
bronchodilator respon
ANTICHOLINERGIC
Side efecnya dry mouth dan kalo pada pasien tua yitu urinari retensi dan
glaucoma
THEOPILINE
Clinical use
- diberikan secara oral 2x1 atau 1x1
- dapat diberikan pada pasien asthma yang severe dimana tambahan dari
bronchodilat
- intravena amenophiline dapat diberikan pada severe asthma tetpi sekarang lebih
cenderung pada SABA inhalasi dimana lebih efektif
Side efek
- oral theopiline dapat diinaktivasi oleh liver,side efeknya berhubungan dengan
konsentrasi plasma
-side
efeknya
yaitu
nausea,vomit(akibat
phosphodiesterase
yang
dihambat)headache
- diuresis dan palpitasi dapat terjadi dan pada konsentrasi yang tinggi dapat
menyebabkan aretmia,epileptic,seizure dan kematian
Metabolisme
-metabolisme theopilin oleh Cyt P450 di liver cyt P450 dapat diblock oleh
erytromisin dan allopurinol sehingga meningkatka konsentrasi plasma.
-
factor-faktornya:
clearence
(rifampin,phenobarbitone,ethanol)
- smoking(tobako,marijuana)
enzim
induction
clearance
ezim
inhibitor
(cimetidine,eritromicin,allopurinol,zileuton,zafirlu
cast)
- CHF
- liver disease
- pneumonie
- viral infection dn vacsinatio
- hight carbohydrate diet
- old age
merupakan pengontrol asthma paling efektif dan yang paling utama digunakan
untuk terapi control asthma
yang
meng
code
protein
inflammatory
contohnya
Clinical use : - diberikan 2x1 tetapi bisa juga 1x1 dalam midlle symptomatic
patient
- sangat cepat mengimprove dari symptom sthma dan fungsi paru
kembli dalam beberapa hari
Side efek
- yang local adalah hoarsenes dan oral candidiasis dimana efeknya dapat
diturunkan dan menggunakna large volume space device atau moth wash
- tidak ada bukti bahwa ICS dapat mengganggu pertumbuhan anak dan
osteoporosis adult
Systemic Corticosteroid
Anti Leukotrient
Kurang efektif jika diberikan dengan ICS dalam pengontrol asthma dan efeknya
kurang pad inflammation airway
Cromones
Cromolyn sodium dan nedocromil sodium adalah obat pengontrol asthma yang
menghambat sel mast dan mengaktifasi sensoryneurone
Keuntungannya sedikit dalam lonaterm control dari asthma karena short duration
of action (4x1 inhalasi)
Contoh : methotrexate,cyclosporine
Digunakan bukan untuk sthma tapi lebih pada resiko tinggi dari side efek
corticosteroid oral
Anti IgE
Omalizumab adalah blocking antibodi IgE tanpa pengikatan ke cell IgE sehingga
akan menurunkan IgE mediated rection
Terapi ini kurang lebih 3-4 bulan untuk hasil yang baik bagi pasin asthma
Imuno Therapy
Spesifik imuno therapi ini menggunakan extrak dari dust/pollen/house dust mite
dan dapat menyebabkan anapylaptik
Alternatif Therary
Non
pharmacological
threatmen
meliputi
(hypnosis,cupunture,chyroprax,breathing control,oga,speleotheraphy)
Future Therapy
Tapi perlu juga diberikan terapi baru untuk meminimalisasi efek sistemic dari
kortiko steroidnya
SALBUTAMOL
Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak
salah jika obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran
pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise-induced
broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Saat ini, salbutamol telah
banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk dagang, antara lain: Asmacare, Bronchosal,
Buventol Easyhaler, Glisend, Ventolin, Venasma, Volmax, dll. Selain itu, salbutamol juga telah
tersedia dalam berbagai bentuk sediaan mulai dari sediaan oral (tablet, sirup, kapsul), inhalasi
aerosol, inhalasi cair sampai injeksi. Adapun dosis yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
Indikasi
Salbutamol atau disebut juga albuterol termasuk dalam obat simptomatik (beta adrenergic
agonist). Obat ini termasuk dalam kelas obat bronkodilator. Salbutamol digunakan untuk
mencegah dan mengobati kesulitan bernapas yang disebabkan penyakit kronik saluran
pernapasan seperti asma, bronkhitis kronik, emphysema dan penyakit paru-paru lainnya. Obat ini
bekerja dengan cara merelaksasi atau mengendurkan otot-otot pada saluran pernapasan dan
membuka saluran pernapasan yang menyempit karena akumulasi mukus maupun kejang otot di
sekitar saluran pernapasan. Penyempitan saluran pernapasan ini yang menyebabkan napas
pendek, berbunyi, dan batuk .
Efek Samping
Selain memberikan efek menguntungkan, salbutamol juga memiliki efek samping yang harus
diperhatikan. Beberapa efek samping tersebut bahkan dapat menjadi sangat serius. Beberapa efek
samping yang dapat terjadi antara lain :
mual,muntah, diare
sulit bernapas
anorexia
dysuria
mimisan
Dosis
Salbutamol tersedia dalam bentuk:
1. Inhalasi aerosol
-
Dewasa dan anak-anak 4 tahun ke atas : 1-2 inhalasi setiap 4-6 jam
2. Inhalasi solutio
-
3. Tablet
-
Dewasa dan anak-anak 12 tahun ke atas : 2-4 mg setiap 6-8 jam (jangan lebih dari 32
mg/hari)
Anak-anak 6-12 tahun : 2 mg setiap 6-8 jam (jangan lebih dari 24 mg/hari)
Anak-anak 2-6 tahun : 0,1-0,2 mg/kgBB setiap 8 jam (jangan lebih dari 12 mg/hari)
4. Sirup
-
Dewasa dan anak-anak 12 tahun ke atas : 2 mg atau 4 mg (1-2 tsp) setiap 6-8 jam
Anak-anak 6-2 tahun : 2 mg (1 tsp) setiap 6-8 jam (jangan lebih dari 24 mg/hari)
Anak-anak 2-6 tahun : 0,1 mg/kgBB setiap 8 jam atau 0,2 mg/kgBB setiap 8 jam
Dosis pemberian salbutamol yang dianjurkan berbeda-beda tergantung pada kasusnya.
Misalnya pada penderita bronkhitis, dapat diberikan 1-2 inhalasi setiap 4-6 jam atau 1-2 tablet
(2-8 mg) setiap 6-8 jam. Begitu pula pada penderita emphysema dan asma bronkhial, dapat
diberikan 1-2 inhalasi setiap 4-6 jam atau 1-2 tablet (2-8 mg) setiap 6-8 jam
PERINGATAN
Mengingat efek samping yang mungkin terjadi maka penggunaan salbutamol harus sesuai
dengan petunjuk dokter. Petunjuk penggunaan salbutamol antara lain :
1.
Jangan berikan obat ini pada pasien yang alergi terhadap salbutamol atau bahan-bahan
yang terkandung di dalamnya.
2.
Pada wanita hamil dan menyusui, hendaknya mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan
dokter jika ingin mengonsumsi salbutamol untuk menghindari kemungkinan terjadinya defek
pada bayi walaupun belum ada studi yang melaporkannya.
3.
Jangan berikan salbutamol pada pasien yang memiliki penyakit hati, tekanan darah
tinggi, overactive thyroid karena pemberian salbutamol akan semakin memperparah keadaan
pasien dan meningkatkan efek samping.
4.
5.
6.
7.
Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak dan api serta cahaya secara langsung. Simpan
pada suhu kamar (59-86F).
8.
Jika ada dosis yang terlewat, segera minum salbutamol yang terlewat. Namun jika waktu
yang ada hampir mendekati waktu pengonsumsian selanjutnya, lewati pengonsumsian yang
INTERAKSI OBAT
Salbutamol dapat digunakan pada pasien jantung koroner atau pasien dengan arrythmias.
Penggunaan salbutamol bersamaan dengan obat stimulan lainnya akan menurunkan tekanan
darah dan potensial nyeri dada pada pasien jantung koroner. Akan tetapi pengunaan salbutamol
bersamaan dengan obat antidepresant seperti Elavil tidak diperbolehkan karena toksiksitasnya
pada sistem vaskuler.
PNEUMONIA
DEFINISI
Penyakit peradangan akut pada parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi.
EPIDEMIOLOGI
1. Mortalitas dan mordibitas paling banyak terjadi pada anak (usia < 5 tahun) terutama
dinegara berkembang
2. 30 % terjadi pada usia 1 tahun pertama, 20 % terjadi pada usia 2 tahun pertama, 10 %
pada anak usia 2 tahun.
3. Penyebab kesakitan dan kematian pada anak (terutama pada anak < 5 tahun) di seluruh
dunia, terutama di Negara berkembang, bersaing dengan diare sebagai penyebab
kematian pada anak. Diperkirakan 146-159 juta kasus baru per tahunnya di negara
berkembang dan diperkirakan menyebabkan menyebabkan 4 juta kematian pada anak di
selurug dunia. Insidensi community acquired pneumonia di negara berkembang lebih
tinggi daripada negara maju.
ETIOLOGI
1. Infection mikroorganisme
2. Non infection aspirasi dari makanan atau asam lambung, benda asing, hidrokarbon,
reaksi hipersensitivitas, obat atau radiasi yang mencetuskan terjadinya pneumonitis.
FAKTOR RISIKO
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru
a.
Pneumonia lobaris
b.
Pneumonia interstitialis
c.
Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi
a.
Pneumonia yang didapat dari masyarakat (CAP =community acquired pneumonia)
b.
Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a.
Pneumonia bakteri
b.
Pneumonia virus
c.
Pneumonia mikoplasma
d.
Pneumonia jamur
4. Berdasarkan karakteristik penyakit
a.
Pneumonia tipikal
b.
Pneumonia atipikal
5. Berdasarkan lama penyakit
a.
Pneumonia akut
b.
Pneumonia persisten
MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala infeksi umum
Demam
Sakit kepala
Nafsu makan menurun
Keluhan gastrointestinal (mual, muntah, diare)
Gelisah
Malaise
2. Gejala gangguan respirasi :
Batuk
Sesak napas
Retraksi dinding dada
Takipnea
Napas cuping hidung
Air hunger
Merintih
Sianosis
DERAJAT PNEUMONIA
GAMBARAN KLINIS
Tidak dapat makan,
atau
BERATNYA PENYAKIT
distres Pneumonia sangat berat
< 2 bulan
= 60x/menit
b.
2-12 bulan
= 50x/menit
c.
12 bulan-5 tahun
= 40x/menit
Grunting
Pernapasan cuping hidung
Retraksi subkostal
Sianosis
Cracles pada saat aukultasi paru
Hepatomegali
Akibat perubahan letak diafragma yang tertekan ke bawah oleh hiperinflasi paru atau
sekunder akibat gagal jantung kongestif
Hasil Pemeriksaan
Takipnea, grunting,
pernapasan
cuping
malas menetek
Jarang ditemukan grunting, batuk panas,
Anak prasekolah
Anak sekolah dan remaja
iritabel
Batuk produktif dan non produktif, dyspnea
Nyeri dada dan kadang menjalar hingga
leher, bahu dan perut, dehidrasi, letargi,
ronkhi basah halus
C. Radiologis
- Pneumonia interstitialis (kelainan perivaskular dan interalveolar)
- Bronkopneumonia (peradangan saluran respiratorik bagian bawah dan parenkim
-
paru)
Pneumonia lobaris (konsolidasi pada satu lobus penuh)
Pemeriksaan ini merupakan baseline pemeriksaan, selain itu dapat mendeteksi faktorfaktor resiko yang dapat meningkatkan keparahan. (ex: keterlibatan cavity atau
multilobular)
Pemeriksaan radiologi juga dapat mendiagnosa etiologi, seperti:
a) Pneumatocele, gambaran khas pada infeksi S. aureus
b) Upper lobe cavitating lesion, gambaran khas pada infeksi tuberculosis.
Pemeriksaan CT scan jarang digunakan namun dapat digunakan untuk kondisi suspected
post-obstructive pneumonia yang disebabkan oleh tumor atau benda asing.
D. Laboratorium
Pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat membedakan antara pneumonia viral dan
bacterial :
- Virus
Leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 ), limfosit yang
predominan
- Bakteri
Leukosit meningkat (15.000 40.000 / mm3), dengan neutrofil predominan
Sumber lain menyatakan untuk kritaria diagnosis pneumonia yaitu (>3 dari lima)
1. Sesak nafas
2. PCH dan retraksi IC (+)
3. Ronchi
4. Leukositosis
5. Foto Thorax infiltrasi difus merata pada 1 lobus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto rontgen thoraks PA :
konsolidasi lobar atau segmental disertai air bronchogram infeksi
pneumococcus spp atau bakteri
Corakan bronkovaskular bertambah, peribronchial cuffing dan overaeration,
patchy consolidation (bila berat) pneumonia interstisial (virus atau
mikoplasma).
2. Laboratorium
Jumlah leukosit >15.000/L dengan dominasi neutrofil
Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura dan darah.
karena itu harus dihindari pada anak yang sakit berat terutama pada bayi dengan lubang
hidung yang kecil.
4. Pemberian antibiotik
Untuk pneumonia atau bukan pneumonia berat dapat diberikan : kotrimoksazol
(8mg/kgBB/dosis trimetoprim dalam 2 dosis p.o) atau amoksisilin 25 mg/kgBB/dosis
diberikan tiap 12 jam p.o) selama 5 hari.
Bila keadaan klinis berat, pengobatan inisial berupa kombinasi ampisilin-gentamisin
atau ampisilin-kloramfenikol. Ampisilin 50 mg/kgBB/dosis IV atau IM setiap 6 jam
yang harus dipantau dalam 24 jam selama 48-72 jam pertama.
Bayi usia < 2 bulan atau pneumonia sangat berat, ampisilin dosis diatas ditambah
gentamisin 7,5 mg/kgBB IV atau IM sekali sehari.
Pada bayi usia < 3 bulan bisa juga diberikan ampisilin dan aminoglikosida dan usia > 3
bulan ampisilin- kloramfenikol
Pada keadaan dicurigai meningitis (malas menetek, lethargis, kejang, menangis lemah,
fontanel menonjol) dan septicemia, maka obat pilihan pertama adalah sefotaksim atau
seftriakson IV. Apabila sesudah 48 jam pengobatan pneumonia sangat berat tidak
tampak perbaikan, antibiotic diubah menjadi sefalosporin generasi ketiga seperti
seftriakson atau sefotaksim.
Usia Anak
Neonatus dan bayi muda (<2 bulan)
Obat
Ampicilin +Aminoglikosid
Amoxicilin-asam klavulanat
Amoxicilin+ Aminoglikosid
Amixicilin/Amoxicilin-asam
klavulanat
Golongan Sefalosporin
Kotrimoxazole
Makrolid (Eritromycin)
Amoxicilin/makrolid
(Eritromycin,
Azitromycin)
Klaritromycin,
Cara pemberian
Dosis (jam)
Frekuensi
i.v/i.m/p.o
p.o
i.v/i.m
i.v
i.v
i.v
100-200
25-100
300-600
150
100
25-80
4-6
8
4-6
i.v
i.v
i.v
i.v/i.m
i.v
75-150
100-150
50-200
50-100
100-150
6
6-8
6
12-24
8
i.v/i.m
i.v/i.m
i.v
5
15-20
4-6
8
6-8
12
p.o/i.v lambat
p.o
p.o
p.o
p.o/
i.v
Kloramfenikol
i.v/p.o
Pneumonia riangan amoxocilin ( di
4-6
4-6
30-50/40-70
8
5-8
12
5-8
12
10
24
10-30
6
15-40
6
75-100/50-75
6
wilayah dengan angka resistensi penicilin
yang cukup tinggi, dosis dapat dinaikan sampai 80-90mg/kgBB/hari). Untuk simptomatik
obat penurun panas dan pereda batuk sebaiknya tidak diberikan terutama pada 72 jam
pertama karena akan mengaburkan interpretasi rekasi terhadap antibiotik awal. Untuk
suportif, oksigen lembab 2-4 liter/menit (masal prong) sampai sesak hilang atau PaO2
pada AGD > 60 Torr.
KOMPLIKASI
Penyulit dari pneumonia adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PROGNOSIS
Progrosis pneumonia umumnya baik, namun dapat terjadi kefatalan pada pasien
imunodefisiensi.
KONSULTASI
1. Unit rehabilitasi medik (URM)
2. Bedah toraks (bila diperlukan)
INDIKASI PULANG
1. Perbaikan secara klinis
2. Nafsu makan membaik
3. Bebas demam 12-24 jam
4. Stabil
5. Saturasi 02 > 92 % dalam ruangan selama 12-24 jam (tanpa O2)
6. Orang tua sudah mengerti untuk melanjutkan pemberian antibiotik oral
PENCEGAHAN
1. Vaksinasi dengan vaksin pertusis H.Influenza
2. Vaksin influenza untuk bayi > 6 bulan dan usia remaja
3. Untuk orang tua atau pengasuh bayi < 6 bulan disarankan untuk diberikan vaksin
influenza dan pertusis
Definisi :
Merupakan penyakit paru yang ditandai atau dikarakteristikan oleh keterbatasan
aliran udara yang kronik didalam saluran nafas yang tidak sepenuhnya
reversible,bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi abnormal
paru terhadap partikel atau gas beracun. COPD merupakan penyakit yang dapat
enviroment interaction.
Defisiensi alfa 1 tripsin (anti proteolityc).
Exposure to particle :
1. Tobacco smoke :
Sampai sekarang merokok adalah factor risiko yang paling sering
tidak merokok.
Risiko untuk COPD pada perokok dihubungkan dengan usia
pertama kali merokok,total pack rokok per tahun,current smoking
status.
Tidak semua perokok dapat berkembang menjadi COPD ,tapi
sekitar 80-90 % perokok dapat terkena COPD ( 1 pack sehari
meningkatkan risiko 15%,
25%).
Perokok pasif mempunyai risiko mengalami respiratory symptom
dan COPD .
Merokok selama kehamilan merupakan risiko untuk janin,karena
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan paru, berdampak
pada system immune.
and fumes.
3. Indoor air pollution from heating and cooking with biomass in poorly
vented dwellings
Kayu,kotoran hewan,sisa abu,batu bara mempunyai level yang
untuk COPD
(khususnya
pada wanita
di Negara
berkembang).
4. Outdoor air pollution
Peran dari outdoor air pollution masih belum jelas ,tapi lebih
selama
Gender
Peran gender dalam menggambarkan COPD masih belum jelas .
Dulu, penelitian menyatakan bahwa mortality rate COPD lebih tinggi pada
Age
Respiratory infection
Infeksi (viral/bakteri) berkontribusi pada pathogenesis dan progresif dari
COPD dan bacterial colonization dihubungkan dengan inflamasi jalan
nafas dan memainkan peranan yang sangat significant dari serangan
(exacerbation)
Riwayat dari infeksi respiratory yang parah pada masa kanak-kanak
dihubungkan dengan penurunan fungsi paru dan peningkatan respiratory
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis
Productive cough
Dyspnea
Wheezing
History of smoking
Barrel chest
Prolonged expiration
Cyanosis
Chronic hypoventilation
Polycythemia
Cor pulmonale
Chronic Bronchitis
Classic sign
Late in course
intermittent
Common
Occasionally
Always present
Common
Common
Common
Common
History
3 gejala yang paling sering pada COPD adalah :
1. batuk
Emphysema
Late in course with infection
Common
Minimal
Common
Classic
Always present
Uncommon
Late in course
Late in course
Late in course
2. produksi sputum
3. exertional dyspnea
Physical Finding
-
Expiratory wheezing
Clubbing finger
Lab Finding
-
Lung volume meningkat total lung capacity, functional residual capacity, & residual
volume meningkat
Perubahan pH dengan :
PCO2 0,08 units/10 mmHg akut
PCO2 0,03 units/10 mmHg kronik
Hematocrit meningkat akibat dari hypoxemia kronis & sebagai tanda adanya
hipertrofi ventrikel kanan.
Asthma
Bronchioestasis
TBC
Congestive Heart Failure
Keparahan Gejala-Gejala
At risk
Normal
Mild
terdapat keterbatasan aliran udara di saluran
pernapasan, biasanya disertai batuk kronis dan
produksi sputum (tetapi tidak selalu)
Spirometry
Normal
FEV1/FVC > 70%, FEV1> 80%
Moderate
80%
Severe
60%
Very
IV
Severe
Komplikasi COPD
Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus, peningkatan
rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa.
Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.
Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi
terutama pada klien dengan dyspnea berat.
Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan
respiratory.
Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial. Penyakit
ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon
setelah luka pada dinding dada seperti tulang rusuk yang patah, luka yang menembus
apa saja (tembakan senapan atau tusukan), invasi operasi dari dada, atau yang
diinduksi dengan bebas dalam rangka untuk mengempiskan paru. Pneumothorax
dapat juga berkembang sebagai akibat dari penyakit-penyakit paru yang
mendasarinya, termasuk cystic fibrosis, chronic obstructive pulmonary disease
(COPD)
Gagal nafas
Merupakan ketidakmapuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi
darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan PH yang adekuat yang
disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi. Pasien mengalami toleransi
terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Apabila etiologi
nya disebabkan karena penyakit paru yang mendasari, penyakit pleura, atau trauma
dan cedera yang dapat menyebabkan gagal nafas, akan mengakibatkan kondisi yang
mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru.
keparahan gejala
EDUKASI
Program edukasi termasuk :
-
metoda terapi secra umum dan apek spesifik dari terapi medis
pasien stage 4
informasi diatas ditambah :
-
PHARMACOLOGIC TREATMENT
Tujuan :
Bronchodilator
-
long acting bronchodilator lebih efektif dan sesuai untuk pasien COPD
Definisi
Suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat
patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam
dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus.
Bronkhitis kronis didefinisikan sebagai hipersekresi mucus dan batuk produktif kronik yang
terjadi selama 3 bulan berturut-turut (biasanya pada bulan-bulan musim salju), atau selama 2
Etiologi
Penyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh
Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan
Coxsakie Virus. Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis
dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain
merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Di lingkungan sosio-ekonomi yang
baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi
saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :
a. Spesifik
1) Asma
2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma,
hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5) Sindrom aspirasi.
Iritan yang terinspirasi tidak hanya mengingkatkan produksi mukus, tapi juga
meningkatakna ukuran dan jumlah kelenjar mukus dan sel-sel goblet di jalan napas epitel.
Mukus yang diproduksi lebih tebal dan erat dari pada normal.
Sticky Mucus Coating membuat bakteri, seperti Haemophilus influenza dan Streptococcus
pneumonia, menjadi tertanam di dalam sekret jalan napas, dimana di dalam sekret tersebut
dan
terkadang
permanen.
Awalnya bronchitis
kronis
hanya
melibatkan
seluruh
jalan
Jalan napas collapse pada awal ekspirasi, memerangkap gas di bagian distal paru-paru.
Obstruksi dapat juga mengakibatkan ventilation-perfusion mismatch, hypoventilation
(peningkatan PaCO2), dan hipoksemia.
Tobacco smoke,
air pollutant
Inflamasi pada epitel jalan
Infiltrasi sel-sel inflamasi
dan pelepasan sitokin (neutrofil,
napas
makrofag, limfosit, leukotrien, interleukin)
produksi
ukuran dan jumlah
Kerusakan
edema dinding
mukus
kelenjar mukus dan sel
fungsi siliari
bronkhus
goblet di epitel jalan
napas
Mikroorganisme
masuk ke jalan
napas
Hipersekresi mukus
(lebih tebal dan lebih
tahan lama dari pada
Bakterinormal)
terperangkap
di dalam mukus
Bakteri bereproduksi
secara cepat
Inflamasi kronis
Obstruksi
jalan napas
Gangguan ventilasi
saat ekspirasi
udara terperangkap
di distal paru-paru
Clinical Manifestation
Gejala yang membuat penderita bronchitis kronis datang ke Rumah Sakit meliputi
jalan
menyebabkan
ventilasi
PaCO2.
alveolar
dan
napas
penurunan
peningkatan
Anatomic
Major
Chronic
Site
Bronchus
Change
Mocous
Patologic Etiology
Sign/Symptoms
gland Tobacco
Cough, sputum
bronchitis
hyperplasia,
Bronchiectasis
hypersecreation
pollutants
Airways dilatasi and Persistent
Bronchus
smoke,
scarring
Asthma
Bronchus
Emphysema
Small
Acinus
airway Bronchiole
disease,
bronchiolitis
air production
or Cough; purulent
severe
sputum; fever
Smooth
infections
muscle Immunologic
hyperplasia,
excess or
Episodic
underfined wheezing,
mucus, inflammation
cause
cough, dyspnea
Airspace enlargement; Tobacco smoke Dyspnea
wall destruction
Inflamatory
Tobacco
scarring/obliteration
smoke,
Cough, dyspnea
air
pollutants,
miscellaneous
Manifestasi Klinis
Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk
mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan normal saluran
pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap harinya. Apabila
saluran pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan mukus
dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk. Selain itu karena terjadi
penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan shortness of breath.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :
istirahat.
Daya tahan tubuh anak yang menurun.
Anoreksia sehingga berat badan anak sukar naik.
Kesenangan anak untuk bermain terganggu.
Konsentrasi belajar anak menurun.
1. Batuk berdahak.
Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada
awalnya pasien mengalami batuk produktif di pagi hari dan tidak
berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak
berwarna putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen
atau mukopurulen.
2. Sesak nafas
Bila timbul infeksi, sesak napas semakin lama semakin hebat.
Terutama pada musim dimana udara dingin dan berkabut.
3. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).
4. Wheezing (mengi).
Saluran napas menyempit dan selama bertahun-tahun terjadi
sesak progresif lambat disertai mengi yang semakin hebat pada
episode infeksi akut (McPhee, et al., 2003).
5. Pembengkakan pergelangan kaki dan tungkai kiri dan kanan.
6. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna
kemerahan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti
pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit
otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Pada bronkitis berat,
setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi
demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama
beberapa minggu (Anonim, 2004).
Diagnosis
1. Anamnesis : riwayat penyakit yang ditandai tiga gejala klinis utama (batuk, sputum,
sesak) dan faktor-faktor penyebabnya.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Bila ada keluhan sesak, biasanya akan terdengar ronki pada waktu ekspirasi
maupun inspirasi disertai bising mengi.
b. Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shape chest (diameter anteroposterior
dada meningkat).
c. Iga lebih horizontal dan sudut subkostal bertambah.
d. Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
pekak jantung berkurang.
e. Pada pembesaran jantung kanan, akan terlihat pulsasi di dada kiri bawah di pinggir
sternum.
f. Pada kor pulmonal terdapat tanda-tanda payah jantung kanan dengan peninggian
tekanan vena, hepatomegali, refluks hepato jugular dan edema kaki.
3. Pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan radiologi.
Ada hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya tubular shadow berupa bayangan
garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan corakan paru yang
bertambah.
spirometri, yang menunjukkan (VEP) volume ekspirasi paksa dalam 1 detik < 80%
dari nilai yang diperkirakan, dan rasio VEP1 : KVP <70% (Rubenstein, et al.,
2007).
c. Pemeriksaan gas darah.
Penderita bronkitis kronik tidak dapat mempertahankan ventilasi dengan baik
sehingga PaCO2 naik dan PO2 turun, saturasi hemoglobin menurun dan timbul
sianosis, terjadi juga vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penambahan
eritropoeisis.
d. Pemeriksaan EKG.
Pemeriksaan ini mencatat ada tidaknya serta perkembangan kor pulmonal
(hipertrofi atrium dan ventrikel kanan) (Rubenstein, et al., 2007).
e. Pemeriksaan laboratorium darah : hitung sel darah putih.
Diagnosis Banding
Asma bronkiale
Pneumonia
TB paru
Emfisema
Symptoms of acute bronchitis and pneumonia
Symptoms
Acute bronchitis
Cough
Fever
Other
Pneumonia
Penatalaksanaan
1. Penyuluhan.
Harus dijelaskan tentang hal-hal mana saja yang dapat memperberat penyakit dan harus
dihindari serta bagaimana cara pengobatan yang baik.
2. Pencegahan.
Mencegah kebiasaan merokok (dihentikan), menghindari lingkungan polusi, dan dianjurkan
vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi.
3. Terapi eksaserbasi akut.
a. Antibiotik, karena biasanya disertai infeksi.
1. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. influenzae dan S. pneumoniae, maka digunakan
ampisilin 4 x 0,25-0,5 g/hari atau eritromisin 4 x 0,5 g/hari.
2. Agmentin (amoksisilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman infeksinya adalah
H. influenzae dan B. catarhalis yang memproduksi b-laktamase.
Pemberian antibiotik seperti kortrimoksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang
mengalami
eksaserbasi
akut
terbukti
mempercepat
pertumbuhan
dan
membantu
mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode
eksaserbasi.
Pemberian moxifloxacin 400 mg sekali sehari aman dan dapat ditoleransi dengan baik,
sangat efektif untuk pengobatan enfeksi saluran napas oleh bakteri, terutama bronkitis,
pneumonia komunitas dan sinusitis dengan perbaikan gejala yang cepat (Setiawati, et al.,
2005).
b. Terapi oksigen.
Diberikan jika terjadi kegagalan jalan napas karena hiperkapnia dan berkurangnya
sensitivitas terhadap CO2. Pemberian oksigen jangka panjang (> 15 jam/hari) meningkatkan
angka bertahan hidup pada pasien dengan gagal napas kronis (Rubenstein, et al., 2007).
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum.
d. Bronkodilator.
Untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya adrenergik b dan
antikoligernik, dan gejala agonis B, pasien dapat diberikan sulbutamol 5 mg dan atau
ipratropium bromida 250 mikrogram diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin
0,25-0,5 g iv secara perlahan.
4. Terapi jangka panjang.
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4 x 0,25-0,5/hari dapat
menurunkan eksaserbasi akut.
b. Bronkodilator.
Tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien, maka sebelum
pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
c. Fisioterapi.
d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
e. Mukolitik dan ekspektoran.
f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan
PaO2 < 7,3 kPa (55mmHg).
g. Rehabilitasi.
Postural drainage, perkusi dan vibrasi dada digunakan untuk mengeluarkan mukus.
Untuk memperbaiki efisiensi ventilasi, penderita dapat berlatih napas tipe abdominal dan
purse lips. Untuk merehabilitasi fisiknya, kepercayaan terhadap dirinya dan meningkatkan
toleransi latihan, dapat dilakukan latihan fisis yang teratur secara bertingkat dan dilatih untuk
melakukan pekerjaan secara efisien dengan energi sedikit mungkin.
Komplikasi
infeksi saluran napas berulang
cor pulmonal disebabkan peningkatan tekanan diastolic ventrikel kanan
hipertensi pulmonary
Bronchitis akut:
pneumonia dengan factor risiko: orang tua, bayi, perokok, orang dengan gangguan
Bronchitis kronik:
gagal jantung kanan (cor pulmonal) merupakan tahap akhir dari gagal jantung kanan
dan penyebab kematian
Prognosis
Penderita yang sebelumnya sehat mempunyai prognosis yang sangat baik, tetapi
mereka yang sudah menderita bronchitis kronik sebelumnya, prognosis ditentukan oleh
kondisi sebelum terkena infeksi akut ini. Makin jelek kondisi sebelumnya, makin mundurlah
prognosisnya.
Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan gejala
klinisnya. Pada eksaserbasi akut, prognosis baik dengan terapi. Pada pasien bronkitis kronik
dan emfisema lanjut dan VEP1 < 1 liter survival rate selama 5-10 tahun mencapai 40%.
BRONKIEKTASIS
DEFINISI
Suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (ektasis) dan distorsi bronkus lokal
yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten atau irreversibel.
Kelainan bronkus terjadi karena:
Perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis, otot polos
bronkus, tulang rawan dan pembuluh darah
ETIOLOGI
Kelainan kongenital mucoviscidosis (cystic pulmonary fibrosis), sindrom kartagener
(bronkiektasis kongenital, sinusitis, paranasal dan situs inversus),
Kelainan didapat
Infeksi : pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama
Obstruksi bronkus : korpus alienum, karsinoma bronkus, atau tekanan dari luar lainnya terhadap
bronkus.
PATOGENESIS
Bergantung etiologi
Kongenital : berhubungan dengan faktor genetik, faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus
didalam kandungan
Didapat :
1. Faktor obstruksi bronkus
2. Faktor infeksi pada bronkus atau paru
3. Faktor adanya beberapa penyakit tertentu seperti fibrosis paru, asmatic pulmonary
eosinophilia
Faktor intrinsik dalam bronkus dan paru
GAMBARAN KLINIS
Anamnesis
Hemoptisis
Sesak napas
Demam berulang
Pemeriksaan Fisik
-
Sianosis
Clubbing finger
Ronki basah
Wheezing
Pemeriksaan penunjang
Ct-scan
Bronkoskopi fiberoptik
Pemeriksaan sputum
TATALAKSANA
Tujuan:
1. Tatalaksana infeksi, terutama pada serangan akut
2. Peningkatan klirens sekresi trakeobronkial
3. Penurunan inflamasi
4. Tatalaksana pada masalah lainnya yang teridentifikasi
Medikamentosa
1. Eksaserbasi akut
antibiotik yang bersifat empiris selama 10-14 hari
2. Jangka panjang
berikan antibiotik berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis
Tatalaksana lain dapat diberikan bronkodilator dan rehabilitasi medik
PLEURAL EFFUSION
o Definisi
Adanya akumulasi cairan yang abnormal pada pleural space.
o Epidemiologi
1,4 juta orang di US mengalami pleural effusion per tahunnya (1995).
o Sign and symptom
Chest pain, biasanya tajam dan memburuk dengan batuk atau nafas dalam
Batuk
Demam
Bernafas cepat
Nafas pendek
o Etiology
Infeksi
- Tuberkulosis
- Non tuberkulosis
o Pneumonia (para pneumonia efusi )
o Jamur
o Parasit
o Virus
Non infeksi
- Hipoproteinemia
- Neoplasma
- Kelainan sirkulasi/ gagal jantung
- Emboli paru
- Atelektasis
Traumatik ( hemotorax )
Berdasarkan komposisi cairan pleura
Transudative
Left ventricular failure
Cirrhosis
Exudative
Begitu teridentifikasi sebagai eksudatif, evaluasi tambahan diperlukan untuk
menentukan penyebab dari cairan yang berlebihan, dan amylase cairan pleural,
glukosa, pH, dan hitung sel diperiksa.
Amylase di cairan pleura meningkat pada kasus esophageal rupture,
pleuritis.
pH cairan pleura menurun pada empyema (<7.2) dan mungkin lebih
tuberculosis)
Penyebab paling umum dari exudative pleural effusion adalah bacterial
pneumonia, cancer (kanker paru-paru, kanker payudara, dan lymphoma
menyebabkan sekitar 75% dari semua efusi pleural malignant), infeksi virus, serta
emboli paru-paru.
o Kategori
Efusi pleura dapat dikategorikan dengan dilihat dari etiologinya dimana pada efusi
pleura yang berkaitan dengan adanya sel eksfoliatif pada cairan pleura ataupun adanya
obstruksi limfatik akibat adanya neoplasia, disebut malignant pleural effusion,
sedangkan penyebab lain yang tidak berkaitan dengan neoplasia disebut non-malignat
pleural effusion.
Dilihat dari karakteristik cairan yang ditemui pada pleural space. Non-malignant
pleural effusion dibedakan menjadi transudat dan eksudat, berdasarkan karakteristik
cairan pleuranya . Pada saat pemeriksaan cairan pleura.
Transudate
Exudate
Terjadi
ketika
ketidakseimbangan
ada
tekanan
oncotik colloid
DIAGNOSIS
Anamnesis
Sesak napas
Nyeri dada hingga ke punggung dan tangan yang terkena efusi, memburuk dengan batuk
atau nafas dalam (pleuritic pain)
Pemeriksaan fisik:
1. Pergerakan dada tidak simetris
2. Cairan > 300 cc, bagian yang ada cairan
3. Perkusi redup
4. Fremitus menghilang
5. Suara napas melemah/hilang
6. Trakea terdorong kontralateral
TATALAKSANA
1. Gagal jantung
terapi terbaik dengan diuretik. Jika setelah pemberian efusi menetap, diagnostik
torakosintesis perlu dilakukan. Selain itu, torakosintesis dilakukan pada efusi satu sisi, disertai
demam, atau nyeri dada pleuritik. Jika nila NT-pro BNP cairan pluera >1500 pg/cc, mengartikan
bahwa efusi terjadi karena gagal jantung.
2. Empiema atau efusi parapneumonia
Torakosintesis, pemberian antibiotik dan drainase
3. Hidrotoraks hepatik
Terjadi pada 5% pasien sirosis dan asites karena perpindahan cairan dari rongga
peritoneum ke rongga pleura melalui lubang kecil di diafragma. Posisi efusi di sebelah kanan.
4. Pleuritis TB
disertai gejala demam, penurunan BB, dispneu dan nyeri dada pleuritis. Penatalaksaaan
dengan pemberian OAT minimal 9 bulan dan kortikosteroid dosisi 0,75-1 mg/KgBB/hari selama
2-3 minggu yang mana dosis akan diturunkan bertahap: torakosentesis jika terdapat sesak atau
efusi lebih tinggi dari sela iga III
5.
Kilotoraks
Penyebab: trauma. Hasil torakosentesis akan terlihat cairan seperti susu dan trigliserida
>= 1.2 mmol/L (110 mg/dl). Penatalaksanaan dengan pemasangan chest tube dan pemberian
okreotida. Jika gagal dilakukan pleuroperitoneal shunt. Jika dilakukan pemasangan tube
torakostomi dengan drainase chest tube, tidak boleh lama-lama karena bisa mengakibatkan
malnutrisi dan penurunan status imun
6.
Hematotoraks
Penyebab: trauma. Jika di dalam cairan pleura terlihat darah, perlu dilakukan
pemeriksaan hematokrit cairan pleura. Hasil hematokrit >= 0,5 dibandingkan dengan hasil dari
darah tepi, berarti mengarah ke hemotoraks. Tata laksana hemotoraks, yaitu dengan chest tube
torakostomi. Bila perdarahan > 200 ml/jam, torakostomi atau torakoskopi menjadi pilihan
pertama.
7.
Keganasan
Perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui lokasi tumor dan jenisnya. Urutan
keganasan penyebab efusi pleura mulai dari yang tersering, antara lain tumor paru, payudara,
limfoma, gastrointestinal, urogenital dan lainnya.
PNEUMOTHORAX
DEFINISI
ETIOLOGI
SPONTANEUS
Primary
Secondary
o COPD
o Pneumocystis
o
o
o
o
TRAUMA
Penetrating
cariini
IATROGENIC
Transthoracic needle
chest trauma
Blunt trauma
pneumonia
Pulmonary fibrosis
Asthma
Cystic fibrosis
Eosinophilic
granuloma
o Pulmonary
biopsy
Insertion of central
venous catheter
Thoracocentesis
Transbrochial
lung
biopsy
Pleural biopsy
tissue
Pneumotoraks spontan
Setiap pneumotoraks
yang terjadi tiba-tiba
tanpa ada suatu penyebab
(trauma atau iatrogenik).
Primer
Tanpa adanya riwayat penyakit
paru yang mendasari sebelumnya.
- Individu sehat
- Dewasa muda
Pneumotoraks traumatik
Pneumotoraks yang terjadi akibat suatu penetrasi ke dalam rongga
pleura.
o Luka tusuk
o Luka tembak
o Jejas kecelakaan
o Dll.
Pneumotoraks iatrogenik
Pneumotoraks yang terjadi
akibat tindakan oleh
tenaga medis.
Aksidental
Pneumotoraks yang terjadi akibat
tindakan medis karena kesalahan
atau komplikasi tindakan tersebut.
- Parasentesis
- Biopsi pleural
Artifisial
Pneumotoraks yang sengaja
dikerjakan dengan cara mengisi
udara ke dalam rongga pleura
melalui jarum dengan suatu alat
maxwell box.
- Biasanya untuk terapi TB
(sebelum era antibiotik).
- Untuk menilai permukaan
paru-paru.
KLASIFIKASI4
1. Spontaneus pneumothorax adalah yang terjadi tanpa trauma pada thorax sebelumnya.
2. Traumatic pneumothorax Terjadi karena akibat dari trauma benda tumpul (non
penetrating) atau penetrating trauma yang mengganggu paru, bronchus, atau esophagus.
Iatrogenic pneumothorax terjadi akibat konsekuensi dari maneuver diagnostic
atau therapeutic, misalnya karena akibat thoracocentesis, insertion of a central
Nyeri dada
Sesak napas
Pemeriksaan fisik :
o Suara napas
melemah sampai menghilang
o Tactile fremitus
o Hyperresonance
o Tracheal deviasi
o Hipotensi
ketika dalam keadaan tension penumotoraks
o Takikardia berat
Chest X-ray:
o Foto dada tampak gambaran: sulcus costophrenicus radiolusen.
o Foto dada pada penumotoraks tension: jumlah udara hemitorax yang cukup besar
dan susunan mediastinum kontralateral bergeser.
DIAGNOSIS BANDING
Pneumotoraks dapat memberi gejala seperti
Miocard infark
Lung emboli
Pneumonia
TATALAKSANA
Jika tidak membaik dengan aspirasi konsul ke dokter bedah untuk dilakukan
thoracostomy tube yang disambungkan ke water sealed chamber
TUMOR PARU
DEFINISI
Tumor yang berasal dari epitel pernapasan (bronkus, bronkiolus, alveolus).
Klasifikasi WHO
1. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
2. Karsinoma sel kecil (oat cell carcinoma)
3. Adenocarsinoma
4. Karsinoma sel besar
FAKTOR RISIKO
Agen
Jenis Industri
Produksi alumunium
Asbestos
Tambang haematit
Senyawa kromium
Industri cat
Dioxin
Tekstil
Senyawa nikel
Pewarna
Plutonium-239
Metalurgi
Silika, kristalin
Nuklir
Bahan bakar
Batu bara
Industri kertas
GEJALA
Asimtomatis
Klinis lokal : batuk, hemoptisis, wheezing stridor, abses, atelektasis
Klinis invasi lokal : nyeri dada, sesak, aritmia, suara serak
Metastasis : nyeri tulang, sakit kepala, ikterus, perubahan neurologis, sulit menelah, pembesaran
KGB
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sitologi sputum
Bronchoskopi
Foto thorax
CT-scan thorax
TATALAKSANA
Terapi suportif dan kuratif, pada NSCLC tata laksana ditentukan berdasarkan stadiumnya.
Tujuan terapi suportif yaitu mengatasi sindrom paraneoplastic yang menyertai. Pada SCLC tata
laksana berdasarkan pada metastase. Jika terdapat metastase maka dilakukan kemoterapi dan/
atau radiopaliatif.