Askep Urolithiasis
Askep Urolithiasis
OLEH :
S U B H A N
NIM 010030170 B
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP DASAR UROLITHIASIS
Pengertian
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam
saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan
kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh
sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus
mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk
dalam velvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah,
demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah.
Faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan batu
a. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan hiperoksalouria.
b.
Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air
minum.
c.
Faktor lain
a) Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal
dan akan menjadi inti pembentukan Batu Saluran Kencing (BSK) Infeksi
bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan
mengubah pH Urine menjadi alkali.
b) Stasis dan Obstruksi Urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah Infeksi Saluran
Kencing.
c)
Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan
3:1
d) Ras
Batu Saluran Kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e)
Keturunan
Anggota keluarga Batu Saluran Kencing lebih banyak mempunyai
kesempatan
f)
Air Minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan
kadar semua substansi dalam urine meningkat.
g) Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya
batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
h) Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringan.
i)
Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas
Batu Saluran Kencing berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang
makan putih telur lebih sering menderita Batu Saluran Kencing (buli-buli
dan Urethra).
Patogenesis
Sebagian besar Batu Saluran Kencing adalah idiopatik, bersifat simptomatik ataupun
asimptomatik.
Teori Terbentuknya Batu
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik
Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin,
asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine
yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali
akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat,
sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya
Batu Saluran Kencing.
PENGKAJIAN DATA DASAR
1. Riwayat atau adanya faktor resiko
a. Perubahan metabolik atau diet
b. Imobilitas lama
c. Masukan cairan tak adekuat
d. Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing sebelumnya
e. Riwayat keluarga dengan pembentukan batu
2.
3.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah
menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis,
tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 6,8 (rata-rata 6,0), asam
(meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium,
fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam
urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine
menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 20 mg/dl
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Penatalaksanaan
a. Menghilangkan Obstruksi
b. Mengobati Infeksi
c. Menghilangkan rasa nyeri
d. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya
rekurensi.
Komplikasi
a. Obstruksi Ginjal
b. Perdarahan
c. Infeksi
d. Hidronefrosis
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan
cedera jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada
renal atau pada uretra.
3. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.
4. Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang
diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya
informasi.
II.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN/DATA
PENUNJANG
1 April Gangguan rasa nyaman
2002
(nyeri
pada
daerah
pinggang)
berhubungan
dengan cedera jaringan
sekunder terhadap adanya
batu pada ureter atau pada
ginjal
Data Penunjang :
- Kolik yang berlebihan
- Lemes, mual, muntah,
keringat dingin
- Pasien gelisah
TGL
TUJUAN/KRITERIA
Tujuan :
Rasa
sakit
dapat
diatasi/hilang
Kriteria :
- Kolik
berkurang/hilang
- Pasien tidak mengeluh
nyeri
- Dapat
beristirahat
dengan tenang
RENCANA TINDAKAN
-
NAMA
PERAWAT /
MAHASISWA
RASIONAL
Untuk mengurangi/menghilang
nyeri tanpa obat-obatan
kan
berlebihan
-
Tujuan :
Gangguan perfusi dapat
diatasi
Kriteria :
- Produksi urine 30
50 cc perjam.
- Perifer hangat
- Tanda-tanda
vital
dalam batas normal :
Sistolik 100
140 mmHg.
Diastolik 70 90
mmHg.
Nadi 60 100
X/mt
Pernafasan 16
24 X/mt
- Pengisian kapiler 3
detik
S u b h a n
S u b h a n
-
dapat
kesehatan.
Data Penunjang :
- Ekspresi
wajah
tegang, gelisah, tidak
bisa tidur.
- Tidak
kooperatif
dalam pengobatan.
- HR = 125 X/mt
diatasi/berkurang.
Kriteria :
- Pasien
dapat
nenyatakan
kecemasan
yang
dirasakan.
- Pasien
dapat
beristirahat
dengan tenang.
- Nadi dalam batas normal.
- Ekspresi
wajah
ceria/rileks.
-
April Kurangnya
pengetahuan Tujuan :
timbul.
Berikan privacy dan lingkungan yang
nyaman.
Batasi staf perawat/petugas kesehatan
yang menangani pasien.
Observasi bahasa non verbal dan bahasa
verbal dari gejala-gejala kecemasan.
Temani pasien bila gejala-gejala
kecemasan timbul.
Berikan kesempatan bagi pasien untuk
mengekspresikan perasaannya .
Hindari konfrontasi dengan pasien.
Berikan informasi tentang program
pengobatan dan hal-hal lain yang
mencemaskan pasien.
Lakukan intervensi keperawatan dengan
hati-hati dan lakukan komunikasi
terapeutik.
Anjurkan pasien istirahat sesuai dengan
yang diprogramkan.
Berikan dorongan pada pasien bila
sudah dapat merawat diri sendiri untuk
meningkatkan harga dirinya sesuai
dengan kondisi penyakit.
Hargai setiap pendapat dan keputusan
pasien.
membantu
2002.
Pengetahuan
pasien
tentang
penyakitnya
meningkat
Kriteria
- Pasien
dapat
menjelaskan kembali
tentang sifat penyakit,
tujuan tindakan yang
diprogramkan
dan
pemeriksaan
diagnostik.
- Pasien tidak bertanya
lagi tentang keadaan
penyakit dan program
pengobatannya.
- Pasien
kooperatif
dalam
program
pengobatan.
keluarga
tentang
penyakit
dan
pengobatannya.
Berikan penjelasan tentang penyakit, tujuan pengobatan dan program
pengobatan.
Berikan kesempatan pasien dan keluarga
untuk
mengekspresikan
perasaannya
dan
mengajukan
pertanyaan terhadap hal-hal yang belum
dipahami.
Diskusikan pentingnya banyak minum air putih 3 4 liter perhari selama tidak
ada kontra indikasi.
Diskusikan tentang pentingnya diet rendah protein, rendah kalsium dan
posfat.
Batasi aktifitas fisik yang berat.
-
pasien
S u b h a n
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC.
Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume
I (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Long,