Anda di halaman 1dari 20

I.

PRESENTASI KASUS
II.
III.
ASMA AKUT RINGAN PADA ASMA INTERMITEN
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
XII.
XIII.
XIV.
XV.
XVI. Diajukan kepada Yth :
XVII. dr. Indah Rahmawati, Sp.P
XVIII.
XIX.
XX.
XXII.
XXIII.
XXIV.
XXV.
XXVI.
XXVII.

Disusun oleh :
XXI.
Desvia Ira Restiana
G4A015003
Anisa Kapti Hanawi
G4A015004
Gagah Baskara Adi Nugroho
G4A014122
Ratih Rizki Indrayani
G4A014123
Lutfiani Azahra
1420221163
Rizki Takdir Ramadhan
1420221156

XXVIII.
XXIX.
XXX.
XXXI.
XXXII.
XXXIII.
XXXIV.
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
XXXV.
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
XXXVI.
JURUSAN KEDOKTERAN
XXXVII.
FAKULTAS KEDOKTERAN
XXXVIII.
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
XXXIX.
PURWOKERTO
XL.
XLI. 2016
XLII.

XLIII. LEMBAR PENGESAHAN


XLIV.
XLV. Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :
XLVI.
XLVII.
XLVIII.

ASMA AKUT RINGAN PADA ASMA


INTERMITEN

XLIX.
L.

Pada tanggal,

Februari 2016

LI.
LII.

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti

LIII. program profesi dokter di Bagian Ilmu Penyakit Dalam


LIV.

RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto

LVIII.
LIX.
LX.
LXI.
LXII.

LV.
LVI.
LVII. Disusun oleh :
Desvia Ira Restiana
Anisa Kapti Hanawi
Gagah Baskara Adi N.
Ratih Rizki Indrayani
Rizky Takdir Ramadhan

LXIII.

Lutfiani Azahra

G4A015003
G4A015004
G4A014122
G4A014123
1420221156

LXIV. Mengetahui,
LXV. Pembimbing
LXVI.
LXVII.
LXVIII.

dr. Indah Rahmawati, Sp.P

LXIX. NIP. 19670316 200604 2 001

1420221163

LXX. I. LAPORAN KASUS


LXXI.
A. IDENTITAS PENDERITA
LXXII. Nama
: Tn. RE
LXXIII. Usia
: 28 tahun
LXXIV. Jenis kelamin : Laki-laki
LXXV. Status
: Menikah
LXXVI. Agama
: Islam
LXXVII.
Pekerjaan
: Kariawan
LXXVIII.
Alamat
: Plompong RT 02 RW 08 Sirampog- Brebes
LXXIX. Tanggal masuk
: 28 Januari 2016
LXXX. Tanggal periksa : 1 Februari 2016
LXXXI. No. CM
: 00084647
LXXXII.
B. SUBJEKTIF
1 Keluhan Utama
LXXXIII.
Sesak nafas
2 Riwayat Penyakit Sekarang
LXXXIV.
Pasien datang ke IGD RSMS dengan keluhan sesak
nafas sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasakan
semakin memberat, sudah minum obat seritid tetapi tidak membaik.
Keluhan semakin berat ketika pasien beraktivitas, terkena debu,
kelelahan, pada malam hari, dan kedinginan. Jika pasien istirahat,
keluhan sesak napas sedikit berkurang. Sesak nafas dirasakan terus
menerus hingga mengganggu aktifitas. Sesak nafas kadang disertai
bunyi mengi. Pasien juga menyatakan, saat sesak napas bicara masih
dapat membentuk kalimat dan masih dapat tidur /berbaring.
LXXXV.
Pasien mempunyai riwayat asma sejak tahun 2014,
serangan timbul < 2 kali dalam 1 bulan, singkat, tidak mengganggu
aktivitas maupun tidur. Pasien juga mengeluh demam dan mual, batuk
tidak berdahak, muntah (-), BAB dan BAK lancar.
3

Riwayat Penyakit Dahulu


a Riwayat keluhan serupa
b Riwayat mondok
sesak napas
c Riwayat OAT
d Riwayat hipertensi
e Riwayat kencing manis
f Riwayat asma
g Riwayat alergi
Riwayat Penyakit Keluarga

: diakui, 5 tahun yang lalu


: diakui, 5 tahun yang lalu karena
: disangkal
: diakui
: disangkal
: diakui, sejak tahun 2014
: diakui, alergi dingin

Riwayat keluhan serupa

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat kencing manis

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


a

Community
LXXXVI.

Pasien tinggal di Brebes bersama suami dan kedua

anaknya di daerah pegunungan. Hubungan antara pasien dengan


tetangga dan keluarga dekat baik.
b

Home
LXXXVII.

Pasien tinggal di Brebes bersama istri dan kedia

anaknya. Lantai rumah beralaskan keramik, dan ada beberapa buah


jendela serta ventilasi yang kadang-kadang dibuka. Rumah pasien
terdiri dari 3 kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang keluarga, satu
dapur, dan satu kamar mandi. Lantai kamar mandi beralaskan
keramik dan sumber air berasal dari PDAM. Pencahayaan rumah
pasien berasal dari lampu dan sinar matahari yang cukup.
c

Occupational
LXXXVIII.

Pasien adalah seorang karyawan sedangkan istrinya

merupakan seorang ibu rumah tangga. Pembiayaan rumah sakit


ditanggung olah BPJS NON PBI..
d

Drugs and diet


LXXXIX.

Pasien mengkonsumsi obat asma yaitu seritid.

Pasien mengaku makan sehari 2-3 kali sehari, dengan nasi, sayur
dan lauk pauk seadanya.
e

Personal habit
XC.

Pasien mengaku tidak pernah merokok, alkohol, ataupun

mengkonsumsi
berolahraga.
XCI.

obat-obatan

terlarang,

pasien

juga

jarang

C. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
c. Vital sign
1) Tekanan Darah
2) Nadi
3) RR
4) Suhu
d. Status Generalis

: Sedang
: Compos mentis, GCS E4M6V5 (15)
: 120/90 mmHg
: 88x/menit
: 24x/menit
: 36,1 oC

1) Kepala
-

Bentuk

: mesochepal, simetris, venektasi

XCII.
-

Rambut

temporal (-)
: warna hitam, tidak mudah dicabut,

XCIII.

distribusi merata, tidak rontok

2) Mata
-

Palpebra

: edema (-/-) ptosis (-/-)

Konjungtiva

: anemis (-/-)

Sclera

: ikterik (-/-)

Pupil

: reflek cahaya (+/+) normal, isokor 3 mm

3) Telinga
-

otore (-/-)

deformitas (-/-)

nyeri tekan (-/-)

discharge (-/-)

4) Hidung
-

nafas cuping hidung (-/-)

deformitas (-/-)

discharge (-/-)

rinorhea (-/-)

5) Mulut
-

bibir sianosis (-)

bibir kering (-)

lidah kotor (-)

6) Leher
-

Trakhea

: deviasi trakhea (-/-)

Kelenjar lymphoid

: tidak membesar, nyeri (-)

Kelenjar thyroid

: tidak membesar

JVP

: nampak, tidak kuat angkat

7) Dada
a) Paru
-

Inspeksi

: bentuk dada simetris, ketinggalan gerak (-),

Palpasi

: vocal fremitus kanan = kiri

Perkusi

: sonor pada lapang paru kiri dan kanan


XCIV.

Batas paru hepar di SIC V

LMCD
-

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (+/+)


XCV.Ronki basah kasar (-/-), ronki basah
halus (-/-)

b) Jantung
-

Inspeksi

: ictus cordis nampak pada SIC V 2 jari


XCVI. medial LMCS

Palpasi

: ictus cordis teraba di SIC V 2 jari medial

XCVII.
-

Perkusi

LMCS, tidak kuat angkat

: Batas jantung kanan atas


XCVIII.

: SIC II LPSD

Batas jantung kiri atas

: SIC II LPSS
XCIX.

Batas jantung kanan bawah

:SIC IV LPSD
C.

Batas
jantung

kiri

bawah
:SIC V
2 jari medial
LMCS
-

Auskultasi : S1>S2, reguler, murmur (-), gallops (-)

8) Abdomen
-

Inspeksi

: cembung

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Perkusi

: timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-), nyeri

ketok costovertebrae (-)


-

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), undulasi (-)

Hepar

: tidak teraba

Lien

: tidak teraba

CI.
9) Ekstrimitas
-

Superior : deformitas (-), jari tubuh (-/-), edema (-/-),


sianosis (-/-)

Inferior : deformitas (-), jari tubuh (-/-), edema (-/-), sianosis


(-/-)

CII.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium darah 28 Januari 2016
CIII.

Hb

: 15,7 gr/dl

CIV.

Leukosit

: 12420 /ul

Normal : 12 16 gr/dl
H

Normal : 4.800

10.800/ul
CV.

Hematokrit

: 47 %

Normal : 37 % - 47 %

CVI.

Eritrosit

: 5,1 juta/ul

Normal : 4,2 - 5,4

: 231.000/ul

Normal:

CVIII. MCV

: 92.2 fL

Normal : 79 - 99 fL

CIX.

MCH

: 30.8 pg

Normal : 27 - 31 pg

CX.

MCHC

: 33.4 gr/dl

Normal : 33 37gr/dl

CXI.

RDW

: 13,2 %

Normal : 11,5 - 14.5

: 9.9 fL

Normal : 7,2 - 11,1 fL

juta/ul
CVII. Trombosit

150.000

450.000/ul

%
CXII. MPV
CXIII.

Hitung

Jenis

CXIV. Eosinofil

: 0,4 %

CXV. Basofil

: 0,1 %

Normal : 0 1 %

CXVI. Batang

: 0,5 %

Normal : 2 5 %

CXVII.Segmen

: 81,6 %

Normal : 40 70%

CXVIII.

Limfosit

Normal : 2 4 %

: 11,5 %

Normal : 25 -

40%
CXIX. Monosit

: 5,9 %

Normal : 2 8 %

CXX. Kimia Klinik


CXXI. GDS

: 134 mg/dl

Normal : < 200 mg/dl

CXXII.
b. Foto thoraks 1 Januari 2016
CXXIII.
CXXIV.
CXXV.
CXXVI.
CXXVII.
CXXVIII.
CXXIX.
CXXX.
CXXXI.
CXXXII.
CXXXIII.
CXXXIV.
CXXXV.
CXXXVI.
CXXXVII.
CXXXVIII.
CXXXIX. Kesan: infiltrat pada perihiler kanan dan parakardial kanan
dan kiri
CXL.
CXLI.
CXLII.

CXLIII.
CXLIV.
D. DIAGNOSIS
1. Asma Bronkhial
2. CAP
3. HHD
CXLV.
E. TERAPI
1. IVFD D5/8 jam
2. Nebuizer : Ventolin + flexoted 3x/hari
3. Cefixim 2x100 mg
4. Terasma syr 3 cth 1
5. Metilprednisolon tab 2 x4 mg
6. Seritid 2 x 100 mg
7. Ventolin MDI
8. Paracetamol tab 3 x 500 mg (klp)
CXLVI.
F. PROGNOSIS
CXLVII.

Ad vitam

: dubia ad bonam

CXLVIII.

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

CXLIX.

Ad sanationam

: ad bonam

CL.
CLI.
CLII.
CLIII.
CLIV.
CLV.
CLVI.
CLVII.
CLVIII.
CLIX.
CLX.
CLXI.
CLXII.
CLXIII.
CLXIV.
CLXV.

CLXVI.
CLXVII.
CLXVIII.

CLXIX. II. PEMBAHASAN


CLXX.
CLXXI.
A. Penegakan Diagnosis
1. Asma akut ringan pada asma intermiten
a. Anamnesis
CLXXII. Beberapa gejala dan faktor risiko yang bias menunjang penegakkan
diagnosis asma adalah:
1) sesak nafas semakin memberat, sudah minum obat seritid tetapi tidak
membaik. Keluhan semakin berat ketika pasien terkena debu, kelelahan,
malam hari, dan kedinginan.
2) Sesak nafas kadang disertai bunyi mengi
3) Pasien mempunyai riwayat asma, serangan timbul < 1 kali dalam 1 bulan.
4) Pasien mengkonsumsi obat asma yaitu seritid
5) Tidak pernah merokok
b. Pemeriksaan Fisik
1) Vital sign
a) Tekanan Darah

: 120/90 mmHg

b) Nadi

: 88 x/menit

c) RR

: 24 x/menit

d) Suhu

: 36,1 oC

2) Pemeriksaan Pulmo
a) Hasil inspeksi tidak ada ketinggalan gerak yang menandakan tidak ada
gangguan pengembangan paru pada salah satu bagian paru
b) Hasil palpasi tidak ada penurunan vokal fremitus yang menandakan tidak
ada gangguan resonansi paru
c) Hasil perkusi didapatkan suara sonor pada kedua lapang paru yang
menandakan jumlah udara normal pada pulmo
d) Auskultasi didapatkan adanya suara dasar vesikuler dan suara tambahan
wheezing yang menandakan adanya penyempitan saluran napas.
c. Pemeriksaan penunjang
CLXXIII. Pada hitung jenis leukosit tidak menunjukkan adanya peningkatan
eosinofil yang merupakan tanda alergi. Namun, untuk melihat adanya alergi
dapat diperkuat dengan menambahkan pemeriksaan hitung jumlah eosinofil.
CLXXIV.
d. Kesimpulan

1) Pada kasus termasuk serangan asma ringan karena


a) Sesak napas terus menerus dan timbul satu hari sebelum masuk RSMS
b) Sesak napas saat aktivitas
c) Berbicara masih dapat membentuk kalimat dan masih dapat tidur
/berbaring.
d) Pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi napas 24/menit, nadi <
100/menit (88 x/menit), tidak memakai otot bantu napas, dan mengi pada
akhir ekspirasi
2) Pada kasus termasuk asma intermiten karena
a) Gejala <2 kali dalam sebulan Gejala tidak timbul setiap hari/ tidak
timbul terus menerus
b) Serangan terjadi secara singkat, tidak mengganggu aktivitas maupun
tidur.
c) Masih dapat melakukan aktivitas fisik
CLXXV.
2. Community Acquired Pneumonia (CAP)
a. Anamnesis
CLXXVI.Beberapa gejala dan faktor risiko yang bisa menunjang penegakkan
diagnosis CAP:
1) Batuk tidak berdahak.
2) Demam sebelum masuk rumah sakit
3) Mual
b. Pemeriksaan fisik
1) Vital sign pada tanggal 29 Januari 2015
a)
b)
c)
d)

Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu

CLXXVII.

: 160/90 mmHg
: 92x/menit
: 29x/menit
: 38,1 oC
Kesimpulan : tanda vital tidak normal yaitu terdapat

hipertensi derajat 2, takipneu, dan febris. Namun pada tanggal 1 Februari


pasien sudah tidak hipertensi dan tidak febris, namun masih terdapat
takipneu.

c. Pemeriksaan penunjang
CLXXVIII. Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan leukositosis
(12420 /uL) dan penignkatan segmen. Hal ini dapat menandakan bahwa terjadi
proses infeksi bakteri dan respon inflamasi di dalam tubuh. Hasil pemeriksaan
foto thoraks didapatkan corakan vaskuler pulmo meningkat kasar dan tampak
infiltrate parakardial et perihiler
CLXXIX.Diagnosis pasti pneumonia komuniti (CAP) ditegakkan jika pada foto
toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih
gejala di bawah ini (PDPI, 2003):
b. Batuk-batuk bertambah
c. Perubahan karakteristik dahak / purulent
d. Suhu tubuh >38 celsius (aksila) / riwayat demam
e. Pemeriksaan fisik : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan
ronki
f. Leukosit >10.000 atau < 4500
CLXXX.
B. Penatalaksanaan Asma
CLXXXI.
Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (asma terkontrol).
CLXXXII. Tujuan :
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma;
2. Mencegah eksaserbasi akut;
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin;
4. Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise;
5. Menghindari efek samping obat;
6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel;
7. Mencegah kematian karena asma.
8. Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai potensi
genetiknya.
CLXXXIII.

Dalam penatalaksanaan asma perlu adanya hubungan yang baik antara

dokter dan pasien sebagai dasar yang kuat dan efektif, hal ini dapat tercipta apabila
adanya komunikasi yang terbuka dan selalu bersedia mendengarkan keluhan atau
pernyataan pasien, ini merupakan kunci keberhasilan pengobatan.
CLXXXIV.

Terdapat

(lima)

penatalaksanaan asma, yaitu:


1. KIE dan hubungan dokter-pasien

komponen

yang

dapat

diterapkan

dalam

2.
3.
4.
5.

Identifikasi dan menurunkan pajanan terhadap faktor risiko;


Penilaian, pengobatan dan monitor asma;
Penatalaksanaan asma eksaserbasi akut, dan
Keadaan khusus seperti ibu hamil, hipertensi, diabetes melitus, dll.
CLXXXV. Pada prinsipnya penatalaksanaan asma klasifikasikan menjadi: 1)

Penatalaksanaan asma akut/saat serangan, dan 2) Penatalaksanaan asma jangka panjang.


1. Penatalaksanaan asma akut (saat serangan)
CLXXXVI.

Serangan akut adalah episodik perburukan pada asma yang

harus diketahui oleh pasien. Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh pasien di
rumah (lihat bagan 1), dan apabila tidak ada perbaikan segera ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Penanganan harus cepat dan disesuaikan dengan derajat serangan.
Penilaian beratnya serangan berdasarkan riwayat serangan termasuk gejala,
pemeriksaan fisik dan sebaiknya pemeriksaan faal paru, untuk selanjutnya diberikan
pengobatan yang tepat dan cepat. Pada serangan asma obat-obat yang digunakan
adalah :
a. bronkodilator (2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromida)
b. kortikosteroid sistemik
CLXXXVII. Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya 2 agonis
kerja cepat yang sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi. Bila tidak
memungkinkan dapat diberikan secara sistemik. Pada dewasa dapat diberikan
kombinasi dengan teofilin/aminofilin oral. Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat
serangan berat sebelumnya) kortikosteroid oral (metilprednisolon) dapat diberikan
dalam waktu singkat 3- 5 hari.
CLXXXVIII. Pada serangan sedang diberikan 2 agonis kerja cepat dan
kortikosteroid oral. Pada dewasa dapat ditambahkan ipratropium bromida inhalasi,
aminofilin IV (bolus atau drip). Pada anak belum diberikan ipratropium bromida
inhalasi maupun aminofilin IV. Bila diperlukan dapat diberikan oksigen dan
pemberian cairan IV
CLXXXIX. Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan oksigen,
cairan IV, 2 agonis kerja cepat ipratropium bromida inhalasi, kortikosteroid IV, dan
aminofilin IV (bolus atau drip). Apabila 2 agonis kerja cepat tidak tersedia dapat
digantikan dengan adrenalin subkutan. Pada serangan asma yang mengancam jiwa
langsung dirujuk ke ICU.
CXC. Pemberian obat-obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk inhalasi
menggunakan nebuliser. Bila tidak ada dapat menggunakan IDT (MDI) dengan alat
bantu (spacer). Untuk lebih jelasnya lihat pada algoritma (bagan 1, bagan 2).
2. Penatalaksanaan asma jangka panjang

CXCI. Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol


asma dan mencegah serangan. Pengobatan asma jangka panjang disesuaikan dengan
klasifikasi beratnya asma. Prinsip pengobatan jangka panjang meliputi: 1) Edukasi;
2) Obat asma (pengontrol dan pelega); dan Menjaga kebugaran.
CXCII.
a. Edukasi
CXCIII. Edukasi yang diberikan mencakup :
1) Kapan pasien berobat/ mencari pertolongan
2) Mengenali gejala serangan asma secara dini
3) Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu
penggunaannya
4) Mengenali dan menghindari faktor pencetus
5) Kontrol teratur
CXCIV.
c. Obat asma
CXCV.

Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega

diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk
pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus.
Untuk mengontrol asma digunakan anti inflamasi (kortikosteroid inhalasi). Pada
anak, kontrol lingkungan mutlak dilakukan sebelum diberikan kortikosteroid dan
dosis diturunkan apabila dua sampai tiga bulan kondisi telah terkontrol. Obat asma
yang digunakan sebagai pengontrol antara lain:
1) Inhalasi kortikosteroid
2) 2 agonis kerja panjang
3) antileukotrien
4) teofilin lepas lambat
CXCVI.

CXCVII.
CXCVIII.

IDT

Tabel 1. Jenis Obat Asma

: Inhalasi dosis terukur = Metered dose inhaler/MDI, dapat digunakan bersama

dengan spacer

Solution: Larutan untuk penggunaan nebulisasi dengan nebuliser

Oral

Injeksi : Dapat untuk penggunaan subkutan, im dan iv

CXCIX.

: Dapat berbentuk sirup, tablet

CC.
CCI.

CCII.

RENCANA PENGOBATAN SERANGAN ASMA BERDASARKAN BERAT


SERANGAN DAN TEMPAT PENGOBATAN

CCIII.

CCIV.
CCV.
CCVI.

CCVII.

III. KESIMPULAN

CCVIII.
1. Pasien kasus kali ini didiagnosis dengan Asma akut ringan pada asma
intermiten
2. Penegakan diagnosis penyakit TB berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
3. Pengobatan serangan akut pada pasien ini menggunakan ventolin dan flexotide
4. Penatalaksanaan asma bronkial mencakup penatalaksanaan non medikamentosa dan

medikamentos berupa,edukasi, identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus asma,


menilai dan memonitor berat asma secara berkala, merencanakan dan memberikan
pengobatan jangka panjang, menetapkan pengobatan pada serangan akut, kontrol teratur
dan pola hidup sehat.
1.

CCIX. DAFTAR PUSTAKA


CCX.
CCXI. Abidin A. 2010. Management of Community Acquired Pneumonia. Dalam :Naskah
lengkap 11Annual Scientific meeting Internal Medicine 2010.Semarang. Badan
penerbit USU press; 132-42
CCXII.
CCXIII.
Dahlan Z. 2009.. Pneumonia. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi
I,Simadibrata M, Setiati S (editors). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:Interna
Publishing;2196206
CCXIV.
CCXV.Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pneumonia Komunitas, pedoman
diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.
CCXVI.
CCXVII.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2004. Asma Pedoman dan
penatalaksanaan di Indonesia Jakarta: PDPI.
CCXVIII.

Anda mungkin juga menyukai