PRESENTASI KASUS
II.
III.
ASMA AKUT RINGAN PADA ASMA INTERMITEN
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
XII.
XIII.
XIV.
XV.
XVI. Diajukan kepada Yth :
XVII. dr. Indah Rahmawati, Sp.P
XVIII.
XIX.
XX.
XXII.
XXIII.
XXIV.
XXV.
XXVI.
XXVII.
Disusun oleh :
XXI.
Desvia Ira Restiana
G4A015003
Anisa Kapti Hanawi
G4A015004
Gagah Baskara Adi Nugroho
G4A014122
Ratih Rizki Indrayani
G4A014123
Lutfiani Azahra
1420221163
Rizki Takdir Ramadhan
1420221156
XXVIII.
XXIX.
XXX.
XXXI.
XXXII.
XXXIII.
XXXIV.
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
XXXV.
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
XXXVI.
JURUSAN KEDOKTERAN
XXXVII.
FAKULTAS KEDOKTERAN
XXXVIII.
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
XXXIX.
PURWOKERTO
XL.
XLI. 2016
XLII.
XLIX.
L.
Pada tanggal,
Februari 2016
LI.
LII.
LVIII.
LIX.
LX.
LXI.
LXII.
LV.
LVI.
LVII. Disusun oleh :
Desvia Ira Restiana
Anisa Kapti Hanawi
Gagah Baskara Adi N.
Ratih Rizki Indrayani
Rizky Takdir Ramadhan
LXIII.
Lutfiani Azahra
G4A015003
G4A015004
G4A014122
G4A014123
1420221156
LXIV. Mengetahui,
LXV. Pembimbing
LXVI.
LXVII.
LXVIII.
1420221163
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Community
LXXXVI.
Home
LXXXVII.
Occupational
LXXXVIII.
Pasien mengaku makan sehari 2-3 kali sehari, dengan nasi, sayur
dan lauk pauk seadanya.
e
Personal habit
XC.
mengkonsumsi
berolahraga.
XCI.
obat-obatan
terlarang,
pasien
juga
jarang
C. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
c. Vital sign
1) Tekanan Darah
2) Nadi
3) RR
4) Suhu
d. Status Generalis
: Sedang
: Compos mentis, GCS E4M6V5 (15)
: 120/90 mmHg
: 88x/menit
: 24x/menit
: 36,1 oC
1) Kepala
-
Bentuk
XCII.
-
Rambut
temporal (-)
: warna hitam, tidak mudah dicabut,
XCIII.
2) Mata
-
Palpebra
Konjungtiva
: anemis (-/-)
Sclera
: ikterik (-/-)
Pupil
3) Telinga
-
otore (-/-)
deformitas (-/-)
discharge (-/-)
4) Hidung
-
deformitas (-/-)
discharge (-/-)
rinorhea (-/-)
5) Mulut
-
6) Leher
-
Trakhea
Kelenjar lymphoid
Kelenjar thyroid
: tidak membesar
JVP
7) Dada
a) Paru
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
LMCD
-
b) Jantung
-
Inspeksi
Palpasi
XCVII.
-
Perkusi
: SIC II LPSD
: SIC II LPSS
XCIX.
:SIC IV LPSD
C.
Batas
jantung
kiri
bawah
:SIC V
2 jari medial
LMCS
-
8) Abdomen
-
Inspeksi
: cembung
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
CI.
9) Ekstrimitas
-
CII.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium darah 28 Januari 2016
CIII.
Hb
: 15,7 gr/dl
CIV.
Leukosit
: 12420 /ul
Normal : 12 16 gr/dl
H
Normal : 4.800
10.800/ul
CV.
Hematokrit
: 47 %
Normal : 37 % - 47 %
CVI.
Eritrosit
: 5,1 juta/ul
: 231.000/ul
Normal:
CVIII. MCV
: 92.2 fL
Normal : 79 - 99 fL
CIX.
MCH
: 30.8 pg
Normal : 27 - 31 pg
CX.
MCHC
: 33.4 gr/dl
Normal : 33 37gr/dl
CXI.
RDW
: 13,2 %
: 9.9 fL
juta/ul
CVII. Trombosit
150.000
450.000/ul
%
CXII. MPV
CXIII.
Hitung
Jenis
CXIV. Eosinofil
: 0,4 %
CXV. Basofil
: 0,1 %
Normal : 0 1 %
CXVI. Batang
: 0,5 %
Normal : 2 5 %
CXVII.Segmen
: 81,6 %
Normal : 40 70%
CXVIII.
Limfosit
Normal : 2 4 %
: 11,5 %
Normal : 25 -
40%
CXIX. Monosit
: 5,9 %
Normal : 2 8 %
: 134 mg/dl
CXXII.
b. Foto thoraks 1 Januari 2016
CXXIII.
CXXIV.
CXXV.
CXXVI.
CXXVII.
CXXVIII.
CXXIX.
CXXX.
CXXXI.
CXXXII.
CXXXIII.
CXXXIV.
CXXXV.
CXXXVI.
CXXXVII.
CXXXVIII.
CXXXIX. Kesan: infiltrat pada perihiler kanan dan parakardial kanan
dan kiri
CXL.
CXLI.
CXLII.
CXLIII.
CXLIV.
D. DIAGNOSIS
1. Asma Bronkhial
2. CAP
3. HHD
CXLV.
E. TERAPI
1. IVFD D5/8 jam
2. Nebuizer : Ventolin + flexoted 3x/hari
3. Cefixim 2x100 mg
4. Terasma syr 3 cth 1
5. Metilprednisolon tab 2 x4 mg
6. Seritid 2 x 100 mg
7. Ventolin MDI
8. Paracetamol tab 3 x 500 mg (klp)
CXLVI.
F. PROGNOSIS
CXLVII.
Ad vitam
: dubia ad bonam
CXLVIII.
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
CXLIX.
Ad sanationam
: ad bonam
CL.
CLI.
CLII.
CLIII.
CLIV.
CLV.
CLVI.
CLVII.
CLVIII.
CLIX.
CLX.
CLXI.
CLXII.
CLXIII.
CLXIV.
CLXV.
CLXVI.
CLXVII.
CLXVIII.
: 120/90 mmHg
b) Nadi
: 88 x/menit
c) RR
: 24 x/menit
d) Suhu
: 36,1 oC
2) Pemeriksaan Pulmo
a) Hasil inspeksi tidak ada ketinggalan gerak yang menandakan tidak ada
gangguan pengembangan paru pada salah satu bagian paru
b) Hasil palpasi tidak ada penurunan vokal fremitus yang menandakan tidak
ada gangguan resonansi paru
c) Hasil perkusi didapatkan suara sonor pada kedua lapang paru yang
menandakan jumlah udara normal pada pulmo
d) Auskultasi didapatkan adanya suara dasar vesikuler dan suara tambahan
wheezing yang menandakan adanya penyempitan saluran napas.
c. Pemeriksaan penunjang
CLXXIII. Pada hitung jenis leukosit tidak menunjukkan adanya peningkatan
eosinofil yang merupakan tanda alergi. Namun, untuk melihat adanya alergi
dapat diperkuat dengan menambahkan pemeriksaan hitung jumlah eosinofil.
CLXXIV.
d. Kesimpulan
Tekanan Darah
Nadi
RR
Suhu
CLXXVII.
: 160/90 mmHg
: 92x/menit
: 29x/menit
: 38,1 oC
Kesimpulan : tanda vital tidak normal yaitu terdapat
c. Pemeriksaan penunjang
CLXXVIII. Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan leukositosis
(12420 /uL) dan penignkatan segmen. Hal ini dapat menandakan bahwa terjadi
proses infeksi bakteri dan respon inflamasi di dalam tubuh. Hasil pemeriksaan
foto thoraks didapatkan corakan vaskuler pulmo meningkat kasar dan tampak
infiltrate parakardial et perihiler
CLXXIX.Diagnosis pasti pneumonia komuniti (CAP) ditegakkan jika pada foto
toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih
gejala di bawah ini (PDPI, 2003):
b. Batuk-batuk bertambah
c. Perubahan karakteristik dahak / purulent
d. Suhu tubuh >38 celsius (aksila) / riwayat demam
e. Pemeriksaan fisik : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan
ronki
f. Leukosit >10.000 atau < 4500
CLXXX.
B. Penatalaksanaan Asma
CLXXXI.
Tatalaksana pasien asma adalah manajemen kasus untuk meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (asma terkontrol).
CLXXXII. Tujuan :
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma;
2. Mencegah eksaserbasi akut;
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin;
4. Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise;
5. Menghindari efek samping obat;
6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel;
7. Mencegah kematian karena asma.
8. Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai potensi
genetiknya.
CLXXXIII.
dokter dan pasien sebagai dasar yang kuat dan efektif, hal ini dapat tercipta apabila
adanya komunikasi yang terbuka dan selalu bersedia mendengarkan keluhan atau
pernyataan pasien, ini merupakan kunci keberhasilan pengobatan.
CLXXXIV.
Terdapat
(lima)
komponen
yang
dapat
diterapkan
dalam
2.
3.
4.
5.
harus diketahui oleh pasien. Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh pasien di
rumah (lihat bagan 1), dan apabila tidak ada perbaikan segera ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Penanganan harus cepat dan disesuaikan dengan derajat serangan.
Penilaian beratnya serangan berdasarkan riwayat serangan termasuk gejala,
pemeriksaan fisik dan sebaiknya pemeriksaan faal paru, untuk selanjutnya diberikan
pengobatan yang tepat dan cepat. Pada serangan asma obat-obat yang digunakan
adalah :
a. bronkodilator (2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromida)
b. kortikosteroid sistemik
CLXXXVII. Pada serangan ringan obat yang digunakan hanya 2 agonis
kerja cepat yang sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi. Bila tidak
memungkinkan dapat diberikan secara sistemik. Pada dewasa dapat diberikan
kombinasi dengan teofilin/aminofilin oral. Pada keadaan tertentu (seperti ada riwayat
serangan berat sebelumnya) kortikosteroid oral (metilprednisolon) dapat diberikan
dalam waktu singkat 3- 5 hari.
CLXXXVIII. Pada serangan sedang diberikan 2 agonis kerja cepat dan
kortikosteroid oral. Pada dewasa dapat ditambahkan ipratropium bromida inhalasi,
aminofilin IV (bolus atau drip). Pada anak belum diberikan ipratropium bromida
inhalasi maupun aminofilin IV. Bila diperlukan dapat diberikan oksigen dan
pemberian cairan IV
CLXXXIX. Pada serangan berat pasien dirawat dan diberikan oksigen,
cairan IV, 2 agonis kerja cepat ipratropium bromida inhalasi, kortikosteroid IV, dan
aminofilin IV (bolus atau drip). Apabila 2 agonis kerja cepat tidak tersedia dapat
digantikan dengan adrenalin subkutan. Pada serangan asma yang mengancam jiwa
langsung dirujuk ke ICU.
CXC. Pemberian obat-obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk inhalasi
menggunakan nebuliser. Bila tidak ada dapat menggunakan IDT (MDI) dengan alat
bantu (spacer). Untuk lebih jelasnya lihat pada algoritma (bagan 1, bagan 2).
2. Penatalaksanaan asma jangka panjang
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega
diberikan pada saat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk
pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus menerus.
Untuk mengontrol asma digunakan anti inflamasi (kortikosteroid inhalasi). Pada
anak, kontrol lingkungan mutlak dilakukan sebelum diberikan kortikosteroid dan
dosis diturunkan apabila dua sampai tiga bulan kondisi telah terkontrol. Obat asma
yang digunakan sebagai pengontrol antara lain:
1) Inhalasi kortikosteroid
2) 2 agonis kerja panjang
3) antileukotrien
4) teofilin lepas lambat
CXCVI.
CXCVII.
CXCVIII.
IDT
dengan spacer
Oral
CXCIX.
CC.
CCI.
CCII.
CCIII.
CCIV.
CCV.
CCVI.
CCVII.
III. KESIMPULAN
CCVIII.
1. Pasien kasus kali ini didiagnosis dengan Asma akut ringan pada asma
intermiten
2. Penegakan diagnosis penyakit TB berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
3. Pengobatan serangan akut pada pasien ini menggunakan ventolin dan flexotide
4. Penatalaksanaan asma bronkial mencakup penatalaksanaan non medikamentosa dan