Laporan Kasus Leukemia
Laporan Kasus Leukemia
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Leukemia adalah neoplasma ganas yang paling sering diderita pada masa anakanak, yaitu sekitar 41 persen dari seluruh keganasan yang terjadi pada anak usia
kurang dari 15 tahun1,2,3. Pada tahun 2000, kurang lebih 3600 anak didiagnosis
menderita leukemia di United States, dengan insiden per tahunnya adalah 4,1
kasus baru per 100.000 anak usia kurang dari 15 tahun1.
Akut limfoblastik leukemia merupakan jenis yang paling banyak yang
terjadi pada seluruh kasus leukemia pada anak-anak, yaitu sekitar 75 persen1,2,3.
Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan, setiap tahun ditemukan 650 kasus
kanker baru di seluruh Indonesia, 150 kasus di antaranya terdapat di Jakarta.
Umumnya, pasien kanker anak datang setelah masuk stadium lanjut yang sulit
untuk disembuhkan. Sebanyak 70% merupakan penderita leukemia atau kanker
darah4. Pada tahun 2006 jumlah penderita leukemia rawat inap di Rumah Sakit di
Indonesia sebanyak 2.513 orang5. Insiden puncak ALL pada anak di United State
terjadi pada usia 2 dan 6 tahun pada orang kulit putih 1,2,4. Akut limphoblastik
leukemia pada anak terjadi lebih banyak pada anak laki-laki dari pada perempuan.
Telah dilaporkan di United State dan seluruh dunia bahwa terdapat variasi
geografi mengenai insidens, tingkat dan subtipe leukemia1,2.
Leukemia dapat didefinisikan sebagai kelompok penyakit keganasan yang
mana abnormalitas genetik pada sel hematopoietik memberikan peningkatan pada
proliferasi sel-sel klonal yang memiliki kemampuan untuk tumbuh melebihi sel
normal sehingga terjadi peningkatan laju proliferasi, dan penurunan laju apoptosis
atau keduanya. Akibatnya terjadi gangguan fungsi normal sumsum dan akhirnya
kegagalan fungsi sumsum tulang.
Gambaran klinis leukemia merupakan manifestasi dari gagalnya fungsi
sumsum tulang seperti anemis, mudah lelah, adanya manifestasi perdarahan akibat
trombositopenia dan mudah mengalami infeksi karena terjadi neutropenia 1,2,3.
Faktor resiko leukemia adalah faktor kelainan kromosom, bahan kimia, radiasi,
factor hormonal, dan infeksi virus6.
Prognosis bagi anak dengan ALL meningkat secara dramatis dalam empat
dekade terakhir karena penggunaan yang optimal dari agen antileukemia dan
adanya penemuan baru dalam terapi ALL 5. Akut limfoblastik leukemia pada anak
merupakan keganasan yang paling dapat diterapi, yaitu mencapai 80 persen7,8,9,10.
Di bawah ini kami sajikan laporan kasus Akut Limfoblastik Leukemia
dengan Gizi Kurang pada anak perempuan berusia 11 tahun.
Tujuan
Tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah :
1. Menambah ilmu dan pengetahuan mengenai penyakit yang dilaporkan.
2. Membandingkan informasi yang terdapat pada literatur dengan kenyataan yang
terdapat pada kasus.
3. Melatih mahasiswa dalam melaporkan dengan baik suatu kasus yang didapat.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: An. E
Jenis kelamin
: perempuan
Umur
: 11 tahun
Alamat
: Sanga-sanga
Anak ke
: 6 dari 7 bersaudara
: 3000 gr
: 58cm
: 125 cm
Gigi keluar
: 9 bulan
Tersenyum
: 1 bulan
Miring
: 3 bulan
Tengkurap
: 4 bulan
Duduk
: 7 bulan
Merangkak
: 8 bulan
Berdiri
: 9 bulan
Berjalan
: 11 bulan
: 9 bulan
Masuk SD
: 6 tahun
Sekarang kelas
: 3 SD
: 0 bulan 6 bulan
Dihentikan
Susu sapi/buatan
: 7 bulan, 4x200 cc
Buah
: 12 bulan
Bubur susu
: 8 bulan
Tim saring
: 10 bulan
: 18 bulan
Pemeliharaan Prenatal
:-
Periksa di
:-
:-
Riwayat Kelahiran :
Lahir di
: 9 bulan
Jenis partus
Pemeliharaan postnatal :
Periksa di
: Posyandu
Keadaan anak
: sehat
Keluarga berencana
: Tidak
IMUNISASI
Imunisasi
BCG
Polio
I
-
II
////////////
2 bulan
III
////////////
3 bulan
IV
////////////
4 bulan
Booster I
////////////
-
Booster II
////////////
-
Campak
DPT
9 bulan
2 bulan
3 bulan
////////////
4 bulan
////////////
////////////
////////////
-
////////////
-
1 bulan
6 bulan
//////////
Hepatitis B -
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 15 Januari 2010
Kesan umum
: sakit sedang
Kesadaran
: E4M6V5
Tanda Vital
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
: 28x/menit, regular
5
: 37,20C
Temperatur
Berat badan
: 20 kg
Panjang Badan
: 125 cm
Status Gizi
Kepala
Rambut
: Kecoklatan
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Pembesaran Kelenjar : Pembesaran KGB auricular posterior +/+, submandibula +/
+, pembesaran KGB supraclavicula sinistra ukuran 6x8
cm, multiple, berbenjol-benjol, konsistensi padat, batas
tidak tegas.
Thoraks
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas jantung
Cor:
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Tampak cembung
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Genitalia
Ekstremitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah saat pasien masuk tanggal 14 Januari 2010
Hemoglobin
: 5,4 gr/dl
Leukosit
: 215.000/mm3
Hematokrit
: 16.8 %
Trombosit
: 13.000/mm3
: 73 gr%
SGOT
: 27
SGPT
: 14
Ureum
: 30,9
Kreatinin
: 0,5
Natrium
: 141
Kalium
: 5,3
Chloride
: 102
LED
: 158
CRP
: (+) 48
: 1.015
Keton
:-
Nitrit
:-
Hemoglobin/darah
:+
Warna
: Kuning jernih
pH
: 5.0
Protein
:-
Glukosa
:-
Bilirubin
:-
Urobilinogen
:-
Sel epitel
:+
Lekosit
: 3-5
Eritrosit
: 5-10
Silinder
:-
Kristal
:-
Bakteri
:-
Jamur
:-
ESBACH
:-
Eritrosit
: normositik normokrom
Leukosit
Trombosit
: jumlah menurun
Kesan
Saran
Jenis Kuman
: Staphylococcus aureus
Ceftazidine
: 21 mm
Cefoperazone+sulbactam
: 22 mm
Ciprofloxacin
: 25 mm
Ceftriaxone
: 25 mm
Nortioxacin
: 26 mm
Gentamycin
: 27 mm
Cefuroxime
: 27 mm
Meropenem
: 28 mm
Cepirome
: 28 mm
Cefepime
: 28 mm
Selularitas
: Hiperseluler
M:E Ratio
Sistem Eritropoietik
Sistem Granulopoietik
Sistem Trombopoietik
Kesan:
o Akut limfositik leukemia
o Suspek type L2
o Dengan
penekanan
sel
eritropoietik,
granulopoietik,
dan
trombopoietik.
Hasil pemeriksaan cairan otak tanggal 24 Januari 2010
Makroskopis
Kejernihan
: jernih
Warna
: bening
Mikroskopis
10
Hitung sel
Hitung jenis
: 3/mm3
o Mononuclear
: 50%
o Polinuklear
: 50%
Protein
o Tes busa
: negatif
o Tes Pandy
: negatif
o Tes Nonne/Apelt
: negatif
Glukosa
: 70
Protein
: 166
Diagnosis:
Akut Limfoblastik Leukemia (Tipe L2) dengan Gizi Kurang
PENATALAKSANAAN :
Terapi spesifik:
Methotrexate 12 mg/intrathecal
Terapi suportif:
11
: 2050 kcal
o Protein
: 50 gr
Diberikan
Modisco I 6x250 cc
Prognosa :
Dubia et malam
Resume Masuk Rumah Sakit
Pasien An. E, perempuan, umur 9 tahun, masuk rumah sakit dengan
keluhan bengkak pada sendi siku tangan kanan dan mata kaki kiri sejak lebih dari
1 minggu, panas 1 minggu, batuk tidak berdahak dan pilek 1 minggu. Badan
sering terasa lemah dan cepat lelah, pusing dan sering pucat. Perut membesar
secara perlahan sejak usia 2 tahun, gusi sering berdarah saat menyikat gigi, timbul
benjolan di daerah leher yang tidak nyeri.
Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran E4M6V5, tanda vital dalam batas
normal, pasien tampak anemis, pembesaran kelenjar getah bening di auricular
posterior, submandibula, supraclavicula sinistra ukuran 6x8 cm, multiple,
berbenjol-benjol, konsistensi padat, batas tidak tegas. Batas mediastinum yang
melebar, abdomen tampak cembung, hepatomegali, splenomegali, pembesaran
12
kelenjar getah bening inguinal, ekstremitas tampak anemis, edema pada siku
tangan kanan dan daerah calcaneal kiri disertai nyeri bila digerakkan.
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6
gr/dl, leukositosis 231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Elektrolit dalam
batas normal, ureum dan kreatini normal, urinalisa didapatkan adanya
hemoglobinuria, eritrosit, leukosituria. Pemeriksaan radiologis foto thoraks
didapatkan adanya massa di mediastinum.
Selama perawatan telah dilakukan pemeriksaan laboratorium lengkap yaitu,
hapusan darah tepi, kultur darah, kultur urin, uji kepekaan antibiotik, bone
marrow punction, dan evaluasi terhadap cairan serebrospinal.
Pasien didiagnosa Akut Limfoblastik Leukemia (Tipe L2) dengan Gizi
Kurang dan sedang menjalani terapi minggu keempat.
Follow up (Time Table)
Tanggal
15 Januari 2010
20 Januari 2010
21 Januari 2010
S, O, A
S: Nyeri sendi +, panas -,
Batuk +
O: E4M6V5
TD: 100/70 mmHg
N: 104x/menit
RR: 26x/menit
T: 36,1 0C
Anemis
+/+,
pembesaran
KGB
supraclavicula teraba
padat Splenomegali,
shuffner
3-4,
hepatomegali.
A : ALL (L2)
S :Keluhan O: E4M6V5
TD: 100/60 mmHg
N: 92x/menit
RR: 24x/menit
T: 36,3 0C
Anemis
-/-,
pembesaran
KGB
supraclavicula teraba
padat Splenomegali,
shuffner
3-4,
hepatomegali.
A : ALL (L2)
S: Keluhan
P
IVFD D5% 0,45% NaCl 8 tetes
makro/menit.
Paracetamol 3x 250 mg, p.o, p.r.n
Modisco 6x250 cc
Terapi dilanjutkan
Cotrimoxazole 2x80 mg, p.o
Gentamycin 2x100 mg, iv
Rencana Kemoterapi
Bila
keadaan
memburuk
dipindahkan ke PICU
Dexametason 5 mg (3-3-4), po
Hiperhidrasi
natrium
bicarbonate 20 cc dalam D5%
0,45% NS
Rencana Kemoterapi
13
O: E4M6V5
Dexametason 5 mg (3-3-4), po
TD: 110/60 mmHg
Metotrexat it, 12 mg
N: 102x/menit
Vincristine, iv 1,3 mg
RR: 20x/menit
T: 36,7 0C
Anemis
-/-,
pembesaran
KGB
supraclavicula teraba
padat Splenomegali,
shuffner
3-4,
hepatomegali.
A : ALL (L2)
22 Januari 2010
23 Januari 2010
25 Januari 2010
S :Keluhan
O: E4M6V5
TD: 110/60 mmHg
N: 190x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,4 0C
Anemis
-/-,
pembesaran
KGB
supraclavicula teraba
padat Splenomegali,
shuffner
3-4,
hepatomegali.
A : ALL (L2)
S : Keluhan
O: E4M6V5
TD: 110/60 mmHg
N: 102x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,6 0C
Anemis
-/-,
pembesaran
KGB
supraclavicula teraba
padat Splenomegali,
shuffner
3-4,
hepatomegali.
A : ALL (L2)
S : Nyeri ulu hati +, mual
+, muntah (-)
O: E4M6V5
TD: 100/60 mmHg
N: 92x/menit
RR: 24x/menit
T: 36,2 0C
Anemis
-/-,
pembesaran
KGB
supraclavicula teraba
padat Splenomegali,
Kemoterapi:
Dexametason 5 mg (3-3-4), po
Metotrexat it, 12 mg
Vincristine, iv 1,3 mg
Hiperhidrasi
natrium
bicarbonate 20 cc dalam D5%
0,45% NS
Dexametason 5 mg (3-3-4), po
Ranitidin 2x20 mg,iv
Ibuprofen 3x1 tab, p.r.n
Terapi lain lanjut
Periksa urinalisa
14
26 Januari 2010
30 Januari 2010
2 Februari 2010
3 Februari 2010
shuffner
3-4,
hepatomegali.
A : ALL (L2)
S : Nyeri ulu hati +, mual
+, muntah (+)
O: E4M6V5
TD: 110/60 mmHg
N: 102x/menit
RR: 20x/menit
T: 36,5 0C
Anemis
-/-,
pembesaran
KGB
supraclavicula teraba
padat Splenomegali,
shuffner
3-4,
hepatomegali.
A : ALL (L2)
S : Keluhan
O: E4M6V5
TD: 110/60 mmHg
N: 98x/menit
RR: 24x/menit
T: 36,6 0C
Anemis
-/-,
pembesaran
KGB
supraclavicula teraba
padat Splenomegali,
shuffner
3-4,
hepatomegali.
A : ALL (L2)
S : Keluhan
O: E4M6V5
TD: 110/60 mmHg
N: 98x/menit
RR: 24x/menit
T: 36,6 0C
Anemis
+/+,
pembesaran
KGB
supraclavicula teraba
kenyal Splenomegali,
shuffner
2-3,
hepatomegali.
A : ALL (L2)
S : Keluhan
O: E4M6V5
TD: 110/60 mmHg
N: 98x/menit
RR: 24x/menit
T: 36,6 0C
Anemis
+/+,
Dexametason 5 mg (3-3-4), po
Odansentron 3x2 mg,iv
Kemoterapi
Dexametason 5 mg (3-3-4), po
vincristine 1,3 mg diencerkan
dengan NaCl 0,9% sampai 10
cc, iv bolus pelan
Dexametason 5 mg (3-3-4), po
Odansentron dan ranitidine
distop.
Antasida sirup 3x2 cth, ac
Cotrimoxazole 2x2 cth
Periksa Darah Rutin dan
urinalisa
Dexametason 5 mg (3-3-4), po
Transfusi PRC 200 cc dalam 4
jam, setelah transfuse di beri
furosemide 10 mg, iv bolus.
15
5 Februari 2010
6 Februari 2010
9 Februari 2010
pembesaran
KGB
supraclavicula teraba
kenyal Splenomegali,
shuffner
2-3,
hepatomegali.
A : ALL (L2)
S : Keluhan
O: E4M6V5
TD: 110/60 mmHg
N: 98x/menit
RR: 24x/menit
T: 36,6 0C
Anemis
-/-,
pembesaran
KGB
supraclavicula teraba
kenyal, Splenomegali,
shuffner
2-3,
hepatomegali.
A : ALL (L2)
S : Keluhan
O: E4M6V5
TD: 110/60 mmHg
N: 98x/menit
RR: 24x/menit
T: 36,6 0C
Anemis
+/+,
pembesaran
KGB
supraclavicula teraba
kenyal, Splenomegali,
shuffner
2-3,
hepatomegali.
A : ALL (L2)
S : Keluhan
O: E4M6V5
TD: 110/60 mmHg
N: 98x/menit
RR: 24x/menit
T: 36,6 0C
Anemis
-/-,
pembesaran
KGB
supraclavicula teraba
kenyal Splenomegali,
shuffner
1-2,
hepatomegali.
A : ALL (L2)
Kemoterapi
Metotrexate intrathecal 12 mg
Vincristine 1,3 mg
Dexametason 5 mg (3-3-4), po
Terapi lain lanjut
Terapi dilanjutkan
16
Pemeriksaan Laboratorium
14/01
16/01
17/01
18/01
22/01
24/01
27/01
02/02
08/02
WBC
215.000
79.000
---
149.300
---
175.000
119.000
12.000
8.8
RBC
2.10
3.06
3.94
3,85
4.07
---
3.56
HGB
5.4
8.9
11,7
12.1
11,5
10.7
10.1
8.2
1.200
HCT
16.8
31.02
36.5
34.7
38.5
34
31.3
23.2
26.1
PLT
13.000
75.000
44.000
25.000
88.000
52.000
24.000
63.000
38.000
GDS
73
SGOT
27
SGPT
14
Uureum
30.6
Creatinin
0.5
Natrium
141
Kalium
5.3
Chloride
102
BT
130
CT
1030
CRP
(+) 48
LED
158
46
Pemeriksaan Urinalisa
14/01
19/01
24/01
25/01
02/02
08/02
Berat jenis
1.015
1.000
1.015
1.015
1.020
1.000
Keton
Nitrit
Hemoglobin
darah
Warna
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kejernihan
jernih
Jernih
Keruh
Jernih
Keruh
Jernih
pH
5.0
5.0
6.0
5.0
6.0
8.0
Protein
Glukosa
Bilirubin
Urobilinogen
Sel Diment
Sel Epitel
17
Leukosit
3-5
1-5
0-1
3-4
1-3
1-2
Eritrosit
5-10
10-50
0-1
0-1
3-6
2-3
BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis Leukemia dengan jenis Akut Limfoblastik Leukemia (tipe L2) dengan
Gizi Kurang ditegakkan berdasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesa didapatkan keluhan bengkak pada sendi tangan kanan dan
kaki kiri sejak lebih dari 1 minggu, panas 1 minggu, batuk tidak berdahak dan
pilek 1 minggu. Badan sering terasa lemah dan cepat lelah, pusing dan sering
tampak pucat. Perut membesar secara perlahan sejak usia 2 tahun, gusi sering
berdarah saat menyikat gigi, timbul benjolan di daerah leher dan inguinal yang
tidak nyeri.
Literatur menyebutkan bahwa pada awalnya ALL memiliki gejala yang
tidak spesifik dan relatif singkat, yaitu sekitar 66 persen1. Gejala yang tampak
merupakan akibat dari infiltrasi sel leucemia pada sumsum atau organ di tubuh
maupun akibat dari penurunan produksi dari sumsum tulang 12,13. Gejala yang
timbul akibat infiltrasi sel-sel muda pada sumsum tulang yaitu anorexia, lemas,
irritable, sedangkan tanda yang dapat timbul anemia, trombositopenia, dan
neutropenia. Manifestasi klini lain yang bias didapatkan adalah demam yang
sifatnya ringan dan intermiten1,2,12,14. Literature menyebutkan demam ini dapat
disertai atau tanpa adanya infeksi, dan dapat disebabkan karena terjadinya
neutropenia sehingga pasien memiliki resiko tinggi terhadap infeksi1,2,12,13,15.
Manifestasi klinis lain yang bisa didapat namun tidak spesifik adalah berat badan
yang menurun, nyeri tulang atau sendi terutama di extremitas inferior. Nyeri pada
tulang dan sendi ini disebabkan adanya infiltrasi sel-sel leucemia pada tulang
perikondrial atau sendi atau oleh ekspansi rongga sumsum tulang oleh sel
leucemia1,2,13,14,15.
18
19
urinalisa didapatkan adanya hemoglobinuria dan eritrosit dalam urin. Hal ini dapat
menjadi manifestasi perdarahan yang diakibatkan turunnya jumlah trombosit10.
Pemeriksaan elektrolit memiliki peran yang sangat penting. Pada kasus ini
kadar elektrolit natrium, kalium dan chloride dalam batas normal. Sebaiknya juga
dilakukan pemeriksaan kadar kalsium dan fosfor di serum. Menurut literature
pada beberapa kasus didapatkan adanya hiperkalemia, hipokalsemia, dan
hiperfosfatemia yang merefleksikan beban dan lisis dari sel-sel leukemia 3,15. Hal
ini disebut sebgai tumor lysis syndrome yang biasanya terjadi pada pasien yang
mendapatkan terapi kanker yang responsive terhadap pengobatan. Tumor lysis
syndrome ini berhubungan dengan terapi pada akut leukemia yang ditandai
dengan hiperkalemia, hiokalsemia, hiperfosfatemia, hiperurisemia dan tanda gagal
ginjal akut16. Tanda-tanda ini timbul akibat sel-sel tumor yang telah dimusnahkan
akan melepaskan ion-ion intraseluler dan produk metaboliknya ke dalam sirkulasi
darah penderita16. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan elektrolit di dalam
tubuh.
Pemeriksaan foto thoraks pada pasien menunjukan ada pelebaran
mediastinum. Berdasarkan literature, disebutkan bahwa pada pasien dengan
leukemia menunjukkan adanya massa mediastinum. Massa mediastinum ini juga
disebabkan penyebaran sel-sel limfoblast ke dalam kelenjar getah bening di
mediastinum1,12,15. Massa mediastinum dapat memberikan gejala obstruksi saluran
nafas.
Pemeriksaan kultur baik urin dan darah merupakan salah satu pemeriksaan
yang dilakukan pada kasus ini. Pemeriksaan ini penting pada pasien yang
mengalami demam atau adanya tanda-tanda infeksi9. Hal ini sesuai dengan
literature yang menyebutkan bahwa pasien dengan leukemia lebih mudah
terinfeksi yang disebabkan oleh neutropenia1,2,3,12.
Pemeriksaan cairan otak yang dilakukan pada pasien ini ditujukan untuk
mendeteksi apakah penyakit ini sudah melibatkan system saraf pusat atau tidak3.
Hapusan darah tepi yang dilakukan pada pasien mendapatkan hasil
peningkatan jumlah sel leukosit yang didominasi oleh sel-sel dengan gambaran
limfositik series blast > 50%. Hasil ini memberikan kesan adanya gambaran akut
20
homogen
limfoblast pada sel sumsum tulang yang lebih dari 25 persen 1, namun diagnosis
leukemia tidak dapat ditegakkan dengan hasil pemeriksaan hapusan darah tepi.
Gambaran populasi homogen pada hapusan darah tepi bisa ditemukan pada
penyakit lain seperti osteopetrosis, myelofibrosis, infeksi granulomatous, sarcoid,
infeksi Epstein-Barr virus (EBV) pada usia muda, dan tumor metastatic dapat
menyebabkan penampakan pelepasan blast immature ke dalam sirkulasi2.
Pemeriksaan bone marrow punction pada kasus ini menunjukkan adanya
sediaan didominasi oleh sel-sel seri limfosit. Limfoblast didapatkan lebih kurang
72,33 persen, ukuran besar dan kecil, dinding sel irregular, sitoplasma relative
lebar. Hasil pemerisaan ini memberikan kesan Akut limfositik leukemia, suspek
type L2, dengan penekanan sel eritropoietik, granulopoietik, dan trombopoietik.
Literature menyebutkan bahwa akut limfoblastik leukemia ditegakkan
melalui pemeriksaan bone marrow punction1,2,3,5,12. Sumsum tulang yang normal
berisi sel blast yang kurang dari 5 persen 2. Pada pasien dengan akut limfoblastik
leukemia didapatkan adanya populasi homogeny limfoblast yang lebih dari 25
persen1,2,3. Sebagian besar anak dengan ALL memiliki sumsum yang hiperseluler
antara 60-100 persen dari sel-sel blast2.
Terapi ALL pada pasien ini berdasarkan Indonesian Protocol A.L.L HR
2006. Pengobatan yang diberikan pada pasien ini selama dirawat terdiri dari terapi
spesifik dan terapi suportif. Terapi spesifik yang diberikan pada pasien ini adalah
methotrexate, vincristine, dan dexamethason. Methotrexate diberikan secara
intrathecal dengan dosis 12 mg, diberikan setiap 2 minggu. Dosis ini diberikan
berdasarkan usia pasien. Vincristine diberikan satu kali dalam seminggu,
diberikan secara intravena dengan dosis 1,5 mg per meter persegi. Pada pasien ini
diberikan vincristine 1,3 mg berdasarkan luas permukaan tubuh pasien yaitu 0,84
meter persegi. Dexametason diberikan 5 mg diberikan setiap hari. Sampai saat ini
pasien dalam terapi induksi minggu ke empat.
21
22
Pada kasus ini pasien baru mendapatkan terapi remisi induksi minggu ke
empat1,2,3.
Terapi suportif pada kasus ini diberikan secara simptomatik dan juga
ditukan untuk mengatasi efek samping dari pengobatan kemoterapi yang
diberikan. Pada kasus ini pasien mendapatkan obat-obatan: Cairan infuse
intravena D5% 0,45% NS, Natrium Bicarbonat yang diberikan melalui infuse,
antibiotik Cotrimoxazole 2x1 tablet, Gentamycin 2x100 mg, Paracetamol tab 3x
250 mg, Ibuprofen 3x1 tablet, Ondancentron 3x2 mg, Ranitidine 3x20 mg,
Antasida sirup 2x3 cth, transfuse Trombosit Konsentrat 6 unit, Packed Red cells
400 cc.
Terapi suportif pada ALL diberikan terutama untuk mengatasi efek
samping dari terapi spesifik yang sudah diberikan. Berdasarkan literatur, pasien
yang menjalani kemoterapi memiliki resiko terjadinya tumor lisis syndrome yaitu
pelepasan ion-ion intraseluler dan komponen metabolic lainnya dari sel-sel tumor
yang rusak akibat kemoterapi. Pasien harus diterapi dengan alkalinisasi urin dan
harus mendapatkan sodium bikarbonat serta dilakukan hidrasi. Anemia yang berat
dapat diatasi dengan memberikan transfuse sel darah merah dan dapat juga
diberikan trombosit konsentrat pada trombositopenia, bersama dengan furosemide
intravena. Sebaiknya semua komponen darah yang ditransfusikan dilakukan
irradiasi terlebih dahulu untuk mencegah graft-versus-host disease dari limfosit
yang ditransfusikan. Jika terdapat demam lebih dari 38,30C dan neutropenia, maka
dibutuhkan antibiotik broad spectrum. Pasien yang mendapatkan terapi ALL harus
mendapatkan terapi profilaksis terhadap Pneumocystis carinii dengan memberikan
trimethoprim-sulfamethoxazole 2 kali setiap hari sesuai dosis dan diberikan 2-3
hari setiap minggu1,2,3.
Pasien pada kasus ini juga didiagnosa dengan Gizi kurang. Terapi gizi
yang diberikan pada pasien ini sesuia dengan recomended daily allowed. Pasien
membutuhkan 2050 kalori per hari dan protein 50 gram per hari. Untuk
mencukupi angka tersebut, maka selain diet makanan 3 kali sehari pada kasus ini
juga diberikan diet modisco I 6 kali 250 cc dengan makanan sehari hari yang bisa
23
diberikan adalah nasi 100 gr 3 kali sehari, ikan segar 60 gr, 1-2 kali sehari, dan
telur 1 butir sehari17.
Managemen pasien yang menjalani kemoterapi ALL sangat kompleks
karena komplikasi infeksi dan toksisitas yang potensial dari kemoterapi.
Prognosis pasien pada kasus ini adalah jelek. Pasien berusia lebih dari 9
tahun, didapatkan adanya adenopati, jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm 3,
dan didapatkan morfologi sel limfoblast tipe L2. Berdasarkan literatur prognosis
jelek bila usia pasien kerang dari 1 tahun atau lebih dari 9 tahun, jumlah sel
leukosit lebih dari 50.000 per meter kubik, didapatkan adanya adenopati, dan pada
pemeriksaan morfologi sel limfoblas didapatkan tipe L2.
24
BAB IV
KESIMPULAN
1.
2.
3.
Komplikasi infeksi dan toksisitas yang potensial dari kemoterapi harus dapat
dicegah dengan memberikan terapi suportif seperti antibiotic, natrium
bikarbonat, transfuse sel darah merah dan trombosit, dan pemenuhan
kebutuhan gizi sesuai dengan recommended daily allowed.
DAFTAR PUSTAKA
25
Republik
Indonesia
(online);
2007,
http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/anak/leukemia100407.htm,
diakses
http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?
option=com_journal_review&id=12880&task=view,
diakses
tanggal
18
Februari 2010)
6. Ikatan Dokter Anak di Indonesia. 2004. Leukemia Limfoblastik Akut. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI.
7. Smith M.A., e al. LEUKEMIA. National Cancer Institute. SEER Pediatric
Monograph.
8. Carroll, W.L., et al. Pediatric Acute Limphoblastic Leukemia. American
Society Of Hematology. Hematology, 2003.
9. Pui, Ching-Hon, Relling, M.V., Downing, J.R. Mechanisms Of Disease Acute
Lymphoblastic Leukemia. New England Journal of Medicine, Vol 350, p
1535-1348, 2004.
10. Howard, S.C, Perdosa, M. Lins, M. Establishment of a Pediatric Oncology
Program and Outcomes of Childhood Acute Lymphoblastic Leukemia in a
Resource-Poor Area. JAMA, Vol 291(20), p 2471-2475, 2004.
11. Friedmann, A.L., Weinstein, H.J. The Role Of Prognostic Features In The
Treatment Of Childhood Acute Lymphoblastic Leukemia. The Oncologist, Vol.
5, p 231-238, 2000.
26
W.
Leukemia
(online);
2005,
K.
Tumor
Lysis
Syndrome.
Emedicine
(online);
2009,
diakses
27