Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Study Ekskursi adalah sebagian dari ilmu geologi yang mempelajari
tentang cara/metode untuk melakukan pekerjaan geologi lapangan. Adapun
pekerjaan geologi lapang diantaranya adalah :
1.

Pemetaan geologi permukaan.

2.

Proyek-proyek terkait dalam bidang geologi.

3.

Eksplorasi bahan galian dan lain-lain.


Kegiatan pemetaan geologi yaitu kegiatan pemetaan batuan dan pencarian
singkapan dipermukaan dengan menggunakan Metoda traverse kompas dengan cara
melintasi jalan, sungai, atau keduanya yang diharapkan akan mendapatkan
singkapan batuan dan informasi geologi lainnya.
Pendidikan geologi adalah salah satu pendidikan yang melatih mahasiswa
untuk mengetahui kulit bumi (lithosfer). Dalam pengertian dan pemahaman tentang
materi, proses serta sejarah permukaan bumi.
Para ahli geologi dalam tugas sehari-hari hampir selalu berhadapan dengan
masalah-masalah efesiensi lapangan.
Pekerjaan pemetaan geologi adalah suatu pekerjaan yang berat bahkan
sering menimbulkan resiko baik yang bersifat teknis maupun nonteknis.
Untuk efisiensi lapangan maka diperlukan langkah-langkah adalah sebagai
berikut :

1.

mempelajari semua pustaka atau laporan terdahulu yang berhubungan dengan


daerah yang akan diselidiki.

2.

Mempelajari peta topografi, sehingga team geologi yang akan

melakukan

penyelidikan dapat membuat perencanaan kegiatan lapangan dengan lebih baik.


1

3.

Lintasan yang dipilih hendaknya tegak lurus jurus perlapisan batuan , serta
sedapat mungkin mengamati pola aliran yang terdapapat pada daerah tersebut.

4.

Setiap berjalan dari tiap stasiun harus memperhatikan perubahan warna soil atau
keterdapatan pelapukan batuan.

5.

Data setiap singkapan hendaknya dicatat, disketsa, diambil sampelnya dan di


dokumentasi.

6.

Dalam pengukuran bidang harus dipastikan bahwa bidang tersebut merupakan


bidang asli.

7.

Pemberian kode singkapan harus berurutan.


Tahapan pekerjaan geologi lapangan terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1.

Tahapan perencanaan

a.

Penyiapan peta-peta dasar yang digunakan dalam penyelidikan

b.

Pengurusan surat perijinan

c.

Studi literature penelitian terdahulu

d.

Penyiapan peralatan perlengkapan lapangan

e.

Persiapan team dan koordinasi

f.

Persiapan logistik dan penunjang lapangan


2.

Tahap pekerjaan lapangan

a.

Orientasi medan

b.

Perencanaan jalur lintasan


c. Traves geologi dan pelacakan singkapan-singkapan batuan atau bahan galian

d.

Pengukuran jurus dan kemiringan batuan

e.

Pengukuran ketebalan batuan

f.

Perekaman data (dalam catatan atau peta dasar)

g.

Pengambilan sampel batuan atau bahan galian

h.

Pengambilan sketsa gambar atau foto


3.

Tahap penyusunan laporan


Pada tahap ini data-data yang diperoleh disusun dan dianalisa hingga
menjadi data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2

1.2. Maksud dan Tujuan


Kegiatan Study Ekskursi dilaksanakan dalam rangka memenuhi

Study

Ekskursi dan wajib diikuti oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Study
Ekskursi untuk memberikan pengalaman atau latihan cara melakukan pemetaan
geologi dilapangan.
Tujuan dilakukannya Study Ekskursi adalah agar mahasiswa dapat
melakukan kerja lapangan geologi dan menghasilkan pemahaman kondisi lapangan
dengan baik.
1.3. Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah
metode:
1. Metode Observasi
Metode observasi yaitu metode pengumpulan data dari hasil kegiatan
lapangan. Adapun data yang diambil di lapangan bersifat alamiah dan dapat di
pertanggung jawabkan.
2. Metode perpustakaan
Metode perpustakaan yaitu dengan menggunakan buku panduan laporan
terdahulu yang tersedia di perpustakaan kampus.
1.4. Batasan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam laporan ini adalah hasil dari kegiatan
lapangan. Diantaranya adalah :
1. Kegiatan Orientasi Medan
2. Kegiatan Pemetaan Topografi
3. Kegiatan MS ( Measure Of Stratigrafi Section)
4. Kegiatan Mapping Geologi

1.5. Peralatan dan Perlengkapan


Adapun peralatan dan perlengkapan

yang digunakan dalam kegiatan

lapangan adalah :
1. Peta-peta yang diperlukan (peta geologi dan peta topografi)
2. Kompas geologi (jenis azimuth ataupun kuadran)
3. Palu geologi (jenis pick atau chisel point, tergantung dengan daerah yang
diselidiki)
4. Lensa pembesar (loupe) dengan perbesaran 10 20 kali
5. Pita atau tali ukur
6. Larutan asam HCL
7. Komperator (Batuan beku ataupun sedimen)
8. Plastik sample batuan
9. GPS ( Global Positioning System)
10. Buku catatan dan alat tulis lengkap
11. Clipboard
12. Tabung peta
13. Kamera
14. tas lapangan

BAB II
KEADAAN UMUM DAERAH

2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah


Secara adminitatif lokasi penyelidikan adalah Desa Mawangi Kecamatan
Padang Batung, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan.
Desa Mawangi merupakan salah satu desa definitive dari tujuh belas
desa yang ada di Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
dengan status hukum adalah desa yang berarti memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk kepentingan masyarakat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional yang berada dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dipimpin kepala desa yang
bernama Djaun Umar yaag dipilih langsung oleh penduduk.
Secara geografis Desa Mawangi seluas 1.500 hektar,yang terdiri dari
sawah berperairan 0 hektar, sawah tadah hujan 210 hektar, dan lahan bukan sawah
1.290 hektar terdiri dari ladang 205 hektar , perkebunan 320 hektar perumahan dan
pemukiman 80 hektar, perkantoran 4 hektar, hutan rakyat 119 hektar, hutan Negara
0 hektar. Dan lainnya 552 hektar secara geografis Desa Mawangi tergolong daerah
dataran dan lereng bukit dengan ketinggian 48 meter dari permukaan laut.
Desa Mawangi disebelah utara berbatasan dengan kecamatan Telaga
Langsat, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Loksado, sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Batu Bini, dan disebelah barat berbatasan dengan desa
Madang. Mawangi

berjarak 3,5 meter dari kecamatan Padang Batung, dan

berjarak 40 Km dari Banjarmasin.

2.2. Keadaan Penduduk


Penduduk yang mendiami desa Mawangi mayoritasnya suku banjar
beragama islam dan ada pula suku pendatang.Suku Banjar, suku Jawa, dan yang
lainnya serta terdapat penyandang cacat.
Sedangkan Mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah
berdagang, penjual jasa, pengola kayu dan sebagian bekerja pada perusaahaan
pertambangan serta bertani dan lain-lainnya. Yang jika dirincikan dengan mata
pencaharian maka sebagian besar masyarakat adalah petani 195 kk, indutri 4 kk,
pedagang 21 kk, konstruksi bangunan 1 kk, angkutan 6 kk, jasa kemasyarakatan 7
kk. Dan tidak terdapat penduduk yang menganggur/tidak bekerja, apabila jumlah
penduduk dibagi dengan jumlah banyaknya keluarga terlihat rata-rata jumlah
penduduk per keluarga, maka setiap anggota keluarga beranggotakan 2 orang
dengan kepadatan penduduk rata-rata 65 orang.
Jumlah penduduk desa Mawangi berdasarkan registrasi penduduk
pertengahan tahun 2006 adalah 966 jiwa yang terdiri dari 481 laki-laki dan 485
perempuan dengan 247 kepala keluarga (KK).
No
Uraian
1
Administrasi kependudukan

Keterangan
Teratur

Penduduk laki-laki

481

Penduduk perempuan

485

Jumlah kepala keluarga

247

Pengangguran

Kepadatan penduduk
65
Tabel 2.1 Keterangan Kependudukan

2.3. Fasilitas Umum


Fasilitas peribadahan yang ada terdiri 2 (dua) Masjid, 1 (satu) mushola.
Untuk sarana pendidikannya di desa Mawangi terdapat 1 (satu) buah sekolah TK
dan 2 (dua) buah Sekolah Dasar (SD). Untuk SLTP dan SLTA atau yang sederajat
6

tidak ada, sehingga warga yang ingin melanjutkan kejenjang SLTP atau SLTA
harus ke wilayah lain. Dan ada pula fasilitas penerangan listrik (PLN).
Fasilitas listrik yang menjadi dambaan setiap penduduk utamanya
penduduk didesa Mawangi dapat menikmati penerangan listrik, meskipun tidak
semua penduduk dapat menikmati secara langsung listrik PLN. Namun secara
tidak langsung mereka yang tidak menggunakan listrik dirumahnya juga dapat
merasakan manfaat dari keberadaan listrik yang telah masuk desa walaupun hanya
penerangan jalan utama desa.
Selain itu fasilitas kesehatan yang sangat penting bagi pertumbuhan
masyarakat. Yaitu dengan adanya puskesmas atau puskesmas pembantu (PUSTU)
dengan beberapa tenaga medis.
2.4. Iklim dan Cuaca
Daerah penyelidikan seperti daerah di Pulau Kalimantan lainnya
mempunyai iklim tropis basah (Tropis Humid Klimate) dengan curah
cukup

tinggi berkisar

antara

hujan

2900-3000 mm/tahun. Cuaca pada saat

penyelidikan rata-rata berawan, mendung dan gerimis.


2.5. Flora dan Fauna
Adapun flora yang terdapat di desa Mawangi adalah tanaman palawija,
tanaman hias seperti bunga-bunga, tanaman pohon karet, serta pohon besar lainnya
yang terletak di daerah hutan lindung.
Fauna yang terdapat didaerah tersebut terdiri beberapa jenis, seperti
mamalia (sapi,anjing) dan hewan unggas ( ayam,itik dan lain-lain).

BAB III
7

POTENSI DAERAH PERTAMBANGAN


KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

Pertambangan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan sudah ada yang diproduksi


dan belum diproduksi. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Kantor BPS
Kabupaten Hulu Sungai Selatan tahun 2006, maka pada tahun 2004 produksi batu bara
di Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar 638.499,59 ton, tahun 2005 sebesar
961.800,56 ton dan tahun 2006 140.177 ton. Produksi batubara pada tahun 2007 baru
159.099 M ton kemudian pada tahun 2012 naik menjadi 3.277.947,68 M ton.
Produksi bahan tambang lainnya berupa galian berupa tanah, pasir pasang, kerikil, batu
kali, batu pecah, sirtu, batu gunung, dan pasir urug. Produksi tambang/ galian terus
mengalami peningkatan, yang meningkat signifikan, sedangkan bahan tambang/ galian
lainnya kenaikan/penurunannya berfluktuasi

Tabel 3.1 Produksi Bahan Tambang Dan Galian Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Tahun 2007- 2012 (M3)

Potensi Sektor Pertambangan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dapat dilihat


pada Peta berikut ini.

Gambar 3.1 Peta Profil Potensi Daerah

BAB IV
GEOLOGI REGIONAL
KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

4.1. Geomorfologi
Geomorfologi wilayah kecamatan Padang Batung meliputi sebaran
lithologi cekungan Barito. Pada akhir Miosen mengalami pengangkatan yang
mempengaruhi

pembentukannya

yaitu

adanya

pengangkatan

ketinggian

pegunungan meratus yang membentang kearah Barat Daya - Timur Laut.


Morfologi wilayah kecamatan Padang Batung dapat dikelompokan
menjadi empat satuan morfologi yaitu :
1. Satuan morfologi pegunungan
Satuan morfologi daerah pegunungan meliputi daerah dibagian
tenggara kecamatan Padang Batung, yaitu 7% dari wilayah tersebut memiliki
ketinggian 300-700 meter dari permukaan air laut. Sungai utama yang mengalir
pada satuan morfologi tersebut adalah anak sungai Amandit, seperti sungai
Tambak PipiI dan sungai Paniungan dengan pola aliran berbentuk parallel.
2. Satuan morfologi perbukitan
Satuan morfologi daerah perbukitan meliputi daerah bagian timur
kecamatan Padang Batung dengan ketinggian antara 100-300 meter dari
permukaan air laut. Adapun gunung yang membentuk perbukitan adalah
gunung Penggilingan Beras, gunung Liang Nyaru, gunung Batu Bini, gunung
Batu Laki. Satuan ini meliputi sekitar 51% dari seluruh wilayah kecamatan
Padang Batung. Sungai utama yang mengalir pada daerah satuan morfologi
adalah meliputi anak sungai Amandi, yaitu : sungai Karuang, sungai Lokbahan,
dan sungai lainnya, dengan pola aliran Sub Denritik.

10

3. Satuan morfologi bergelombang


Satuan morfologi daerah bergelombang meliputi bagian tengah dari
kegiatan penyelidikan yang membujur dengan arah Barat Daya Timur Laut.
Satuan ini tersebar seluas 275% dari seluruh wilayah kecamatan padang
Batung dengan ketinggian antara 25 126 meter dari permuakaan laut. Sungai
yang mengalir pada daerah ini adalah sungai Tayub, sungai Malutu dan sungai
Pangkulan dengan pola aliran parallel dan dendritik.
4. Satuan morfologi dataran
Satuan morfologi daerah dataran meliputi wilayah bagian Barat dari
kecamatan Padang Batung, dengan sebaran luas daerah sekitar 15% dan
ketinggian 25 meter dari permukaan laut. Sungai yang mengalir pada satuan
morfologi ini adalah sungai Amandit, sungai Pandulangan, dan sungai
Ambangan dengan pola aliran Dendritik.
4.2. Stratigrafi
Formasi terendapkan pada lingkungan laut dalam dengan unsur kapur
bawah. Lava basaltis dan breksi gunung api sebagai penyusun batuan anggota
haruyan formasi Pitap secara menjemari. Kegiatan tektonik yang kuat terjadi akhir
kapur mengakibatkan terangkatnya batuan Mesozoikum ternasuk formasi Pitap dan
anggota Haruyan menyebabkan terbentuknya daratan. Bermula dari proses regresi
paloesen eosin awal menyebabkan kembali cekungan pada daerah penyelidikan.
Proses poengendapan tersier dimulai pada kala eosin, membentuk formasi
Tanjung (Tet) menindih secara tidak layak terhadap batuan Mesozoikum. Formasi
Tanjung terdiri atas batupasir kwarsa, batulempung dengan sisipan batubara dan
batulanau. Singkapannya dapat ditemukan pada wilayah PipiI bersamaan proses
pengendapan tersebut fase transgresi, terjadi mulai eosin sampai meosen bawah.
Pada kala oligomiosen, genangan pada air laut meluas mengakibatkan
terbentuknya suatu paparan batu gamping yang bersisipan napal dengan fosil.
11

Singkapan dtemukan di sekitar gunung Batu Bini dan Batu Laki membujur ke arah
Timur Laut Barat Daya. Dan proses pembentukan satuan batu gamping tersebut
berakhir hingga meosen bawah menindih secara selaras terhadap Formasi Tanjung.
Selanjutnya Formasi Warukin (Tmw) pada meosen bawah hingga akhir
meosen tengah. Formasi ini terdiri dari batu pasir kuarsa, batulempung terdiri dari
sisipan batubara menindih selaras dengan Formasi Berai. Proses pengendapan
berlangsung pada fase regresi dan singkapannya ditemukan di daerah Madang dan
Panglima Dambung dimana selang pengendapannya terjadi akibat kegiatan
tektonik yang puncaknya terjadi pada akhir Miosen dimana menyebabkan
terbentuknya pegununggan Meratus dan ketidakselarasan antara Formasi Tanjung
(Tet) dengan Formasi Dahor diatasnya.
Dan yang terakhir Formasi Dahor (Qtd) terendapkan pada Pleistosen
dengan batuan yang terdiri dari batupasir,dan kuarsa, konglomerat,batulempung
ditemukan di wilayah Desa Jelatang. Pada Formasi Dahor (Qtd) ini pula terdapat
satuan anggota dengan hubungan menjemari yaitu anggota titik (Qtd) dengan
batuan berupa konglomerat anggota bahan., dan singkapannya banyak ditemukan
di gunung Layang-layang sekitar Desa Tanah Bangkang. Pada kala Pleistosenhalosen, endapan pada permukaan menindih secara selaras terhadap Formasi
Dahor. Singkapan endapan permukaan ditemukan di wilayah Desa Tanayung,
Karang Jawa dan wilayah Jambu Hulu.
4.3. Struktur Geologi dan Tektonik
Perkembangan geologi struktur dan tektonik dari daerah penyelidikan
didasarkan atas data-data dari hasil pemetaan geologi terdahulu, diketahui
berkaitan erat dengan proses tektonik yang berlangsung baik selama kapur maupun
tersier. Dari proses tektonik tersebut berlangsung sebagai akibat dari suatu
tumbukan antara lempeng mikro samudra sebagai bagian dari lempeng benua Asia
dengan lempeng samudra Hindia Australia.

12

Selanjutnya tektonik selama tersier yang puncaknya terjadi pada akhir


Miosen dan diperkirakan mempengaruhi proses pembentukan sruktur lipatan
sinklin Padang Batung dan sesar geser dan mengakibatkan struktur yang terbentuk
selama zaman kapur. Keadaan ini ditunjukan dengan adanya pola kekar itu pada
batuan tersier yang relatif berarah ke Timur Laut- Barat Daya.
Sedangkan sinklin Padang Batung mempunyai poros lipatan yang berarah
ke Barat Daya-Timur Laut dengan kemiringan sayap masing-masing berarah ke
Tenggara dan Barat Laut dan berkisar antara 35 64 . Poros lipatan membujur
dari arah Tayup Padang Batung, hingga Barat Malutu. Sesar geser tambak pipih
membujur searah bidang sesar yang relatif tegak lebih besar dari 80 dan juga
mendekati 90.

13

BAB V
GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

5.1. Geomorfologi
Berdasarkan interpretasi terhadap peta Topografi dengan skala 1 : 50.000
dan orientasi medan yang telah dilakukan pada awal kegiatan penyelidikan,
morfologi daerah yang ada pada lokasi pengamatan meliputi morfologi
bergelombang kuat sampai bergelombang lemah yang membujur dari Barat Daya
Timut laut. Satuan ini tersebar seluas kira-kira 27% dari seluruh luas wilayah
kecamatan, dengan ketinggian berkisar antara 25 26 meter dari permukaan laut.
Sungai Kariang, sungai tuyup, sungai Malutu dan sungai Pangkulan yang secara
umum pola daerah aliran sungai adalah Dendritik.
5.2. Stratigrafi
Pada wilayah penyelidikan tersusun atas beberapa formasi batuan yang
meliputi, Formasi Kapur Sedimen Pitap (Ksp) yang terdiri dari batulempung
kersikan, batupasir kersikan serta konglomerat aneka bahan yang menandakan
ketidaklarasan batuan pada formasi ini merupakan batuan tertua di daerah
Penyelidikan.
Formasi Pitap ini terendapkan pada lingkungan laut dengan umur kapur
bawah, lava basaltis dan breksi gunung api sebagai batuan penyusun anggota
Haruyan, pada formasi ini terendapkan bersamaan dengan dimulai pada kala Eosen
membentuk Formasi Tanjung (Tet), menindih secara tidak selaras terhadap batuan
Mesozoikum. Formasi Tanjung pengendapan formasi Haruyan secara menjemari.
Proses pengendapan tersier terdiri dari batupasir kuarsa dan batulempung dengan
14

sisipan batulanau dan batubara. Singkapannya dapat lintasan traverse sungai pada
Mandapai dan di wilayah muara Pipii bersamaan proses pengendapan tersebut
fase transgresi terjadi Eosen-Miosen Bawah. Pada kala oligimiosen, genang laut
meluas menyebabkan paparan batugamping pada formasi Berai (Tomb). Dimana
batuan itu terdapat sisipan napal dengan beberapa fosil yang terkandung
didalamnya. Proses pembentukan batugamping ini berakhir hingga miosen bawah
menindih secara selaras Formasi Tanjung.
5.3. Struktur Geologi
Pada daerah penyelidikan secara umum terdapat 7 Formasi yang dijumpai
yaitu meliputi, Formasi Pitap, Formasi Pitap dengan anggota Haruyan, Fomasi
Tanjung, Formasi Berai, Formasi Warukin, Formasi Dahor, dan Alluvial, dimana
didapat adanya struktur geologi yang meliputi :
Sesar mendatar Tayup (Dextral)
Sesar Mendatar Mawangi (Sinistral)
Sesar Naik antara Formasi Tanjung dengan Formasi Pitap anggota Haruyan.
Adanya ketidakselarasan antara Formasi Pitap dan Formasi Tanjung.

15

BAB VI
KEGIATAN LAPANGAN

6.1. Orientasi Lapangan


Orientasi lapangan merupakan suatu kegiatan tahap awal dalam pemetaan
geologi. Dengan melakukan orientasi medan berarti telah melakukan pengenalan
keadaan lapangan secara umum. Dari orientasi ini diharapkan mendapatkan
informasi mengenai keadaan geografi,geologi (morfologi, litologi, dan struktur)
dan bahan galian yang terdapat pada daerah peninjauan walaupun secara garis
besar.
Maksud dilakukannya orientasi lapangan adalah untuk memperoleh
gambaran mengenai keadaan :
1. Keadaan geografis dan kesampaian daerah
2. Pembacaan profil lintasan
3. Pembacaan peta geologi
Dalam orientasi medan didapat 10 titik koordinat dan 5 titik koordinat
bayangan. Yang diambil di lapangan pada saat melakukan kegiatan orientasi
lapangan.
Stasiu
n
1.a
1.b
1.c
2
3
4

Koordinat
Bujur Timur
Lintang Selatan
115 20 11,5
115 20 11,2
115 20 06,0
115 19 54,9
115 19 43,0
115 19 13,6

02 49 24,3
02 49 25,0
02 20 20,9
02 49 24,5
02 49 14,5
02 49 38,3

Elevasi
64 m dpl
102 m dpl
89 m dpl
150 m dpl
196 m dpl
73 m dpl
16

5
6
7
8.a
8.b
9
10

115 19 13,5
02 49 38,4
30 m dpl
115 19 39,8
02 49 57,3
27 m dpl
115 19 53,8
02 50 05,3
115 m dpl
115 20 07,7
02 50 04,7
121 m dpl
115 20 18,0
02 50 06,4
118 m dpl
115 20 23,4
02 50 08,1
100 m dpl
115 20 05,8
02 50 32,8
91 m dpl
Tabel 6.1 Titik-titik koordinat hasil orientasi medan

6.2. Pengukuran MS ( Measure Of Stratigrafi Section)


MS adalah pengukuran penampang stratigrafi dengan hasil kolom atau
penampang stratigrafi.
Cara pengukuran MS :
1. Tegak lurus dengan strike, yaitu untuk mempermudah koreksi ketebalan
batuan.
2. Tidak boleh memotong atau melewati struktur, yaitu sesar dan lipatan.
3. Pada singkapan batuan menerus.
Dengan melakukan pengukuran MS sesuai cara yang diterapkan maka
didapat informasi yang berbentuk gambar yang dapat menjelaskan tentang :
1. Data litologi secara terinci dari urutan-urutan pelapisan dari suatu satuan
statigrafi, yaitu meliputi jenis, macam komponen penyusunan, tekstur, kemas,
struktur sedimen, kanndungan fosil dan sifat geologi lainnya.
2. Ketebalan yang teliti dari tiap-tiap batuan yang ada.
3. Menentukan hubungan statigrafi antara satuan batuan serta mempelajari
urutan-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detail untuk menafsirkan
lingkungan pengendapan.

ST A

Strike/

Azimu

Dip

Tebal

Jarak

Slop

Terukur

Keterangan

17

()
1-2
2-2
2-3

207E/45
211E/45

3-3
3-4
4-4

200E/54

4-5

210E/44

5-5
5-6
6-6
6-7

7-7
7-8

204
50
270

0,66 m
0,53 m

295
335
305

0,80 m

289

0,75 m

300
217E/34
225E/25

221E/55
211E/34

31
55
40

1,7m
1,1
0,9 m
1,28 m
1,52 m

87
78

7m
5,32 m
5,07 m

3
0
2,1

- Batu pasir bersisipan lanau

7,7 m
9,11 m
5,47 m

+47
+0,2
+12

lempung,pasir,sisipan,lanau.

14,4 m

-0,1

2,7 m

-33

-Lempung dan pasir.


- Batu lanau bersisipan Batu

20,7 m
18,8 m
16,5 m

-0,1

pasir
-Pasir dan Lempung

21.3 m
16,8 m

-Sisipan lempung
-Batuan

-Lanau,sisipan,pasir.

-5
- Batu lanau
- Batu lempung
- Batu pasir
-Lempung, Pasir, Batubara
-0,1

Tabel 6.2 Data Hasil MS


6.3. Pengukuran Topografi
Kegiatan pemetaan topografi bertujuan untuk mendapatkan gambaran
keadaan roman muka bumi (relief morfologi) pada daerah penyelidikan, serta
segala data kegiatan hasil penyelidikan yang telah dilakukan dan hubungannya
dalam eksplorasi batubara.
Pengukuran topografi dilakukan hanya pada daerah yang dianggap
prospek, metode pengukuran menggunakan metode lintasan grid dengan cara
membuat jalur poligon batas yang di dalamnya dibuat jalur lintasan ray sebagai
pengukuran situasi dengan interval jarak tertentu. Luas daerah yang dipetakan
sesuai dengan hasil prospecting pemetaan geologi adalah seluas 100 x 100 meter
dan peta topografinya dibuat dengan skala 1 : 500.
18

Adapun data hasil pengukuran topografi adalah sebagai berikut:


Slop
Stasiun
Dar

Keterangan

Azimut

Jarak

Jarak

BT

Elevasi

i
1

Ke
2
10

( N E )
N 0E

(...)
-1

Terukur (D)
25 m

Datar
24,9 m

(m)
0,4

(mdpl)
31,6

1
10

N 282E

+2

15,5 m

15,4 m

+0,5

32,5

101

2
10

N 298E

-27

7m

6,2 m

-,31

29,4

102

3
10

N 265E

-15

9m

8,6 m

-2,3

27,1

102

4
10

N 202E

-9

12,8 m

12,64 m

-2

27,4

102
2

5
3
20

N 211E
N 31E

-8
+1

15,5 m
16 m

15,3 m
15,9 m

-2,1
+0,27

27,3
31,8

1
20

N 325E

-5

7,2 m

7,1 m

0,6

30,3

201

2
20

N 208E

-19

9m

8,5 m

-2,9

27,9

202
3
4
5
6

3
4
5
6
7
60

N 355E
N 34E
N 325E
N 273E
N 290E

-25
-1
-30
-3
+21

5,7 m
7m
6,44 m
13,5 m
13,7 m

5,1 m
6,9 m
5,5 m
13,4 m
12,7 m

-2,4
0,1
-3,2
-0,7
+4,9

25,5
31,7
28,5
27,8
32,7

Titik Ikat
Titik Ikat
Titik Ikat
Titik Ikat

6
7

1
8
70

N 258E
N 278E

+14
-4

13 m
26,5 m

12,6 m
26,4 m

3,1
1,84

30,9
31,2

Titik Ikat

1
70

N 218E

+1

15,3 m

15,2 m

0,2

32,9

701
8
9

2
9
10

N 242E
N 240E
N 283E

+1
+2
+10

9,2 m
23 m
12,2 m

9,1 m
22,9 m
12 m

0,1
0,80
2,1

33
32
34,1

Titik Ikat

Titik Ikat

Titik Ikat
Titik Ikat
19

90
9

1
90

N 145E

+20

15,9 m

14,9 m

5,43

37,4

901

2
90

N 125E

-17

14,92 m

14,3 m

4,36

33,04

901

3
90

N 150E

-15

18,1 m

17,5 m

4,68

28,36

901
10
11
11
11
12

4
11
12
111
112
13
12

N 258E
N 256E
N 340E
N 102E
N 108E
N 141E

-9
+18
+2
-30
-12
-11

8,85 m
19,4 m
30,4 m
7,75 m
17,81 m
29 m

8,74 m
18,4 m
30,3 m
6,7 m
17,4 m
28,46 m

1,4
5,9
1,1
3,8
3,7
5,5

36,4
40
41,1
36,2
32,5
35,6

12

1
12

N 98E

-28

27,30 m

24,1 m

12,8

28,3

12

2
12

N 71E

-25

23,2 m

19,05 m

9,8

18,5

12
13

3
14
13

N 14E
N 330E

-18
+10

16 m
20 m

15,2 m
19,69 m

4,9
3,47

13,6
38,7

13

1
13

N 100E

-11

10,8 m

10,6 m

2,0

33,6

13

2
13

N 36E

-24

15,5 m

14,25 m

6,3

29,3

13
14

3
15
14

N 344E
N 175E

-2
+20

15,4 m
14,6 m

15,4 m
13,7 m

0,5
4,9

35,1
43,97

14

1
14

N 95E

-27

8m

7,12 m

3,63

35,44

14
15

2
16
15

N 11E
N 97E

-16
-45

8,2 m
12,7 m

7,88 m
8,9 m

2,26
8,9

36,81
35,07

15
16
16

1
17
16

N 22E
N 80E
N 16E

-26
-24
-24

3,7 m
11,3 m
10,4 m

3,32
10,32 m
9,5 m

1,62
4,5
4,23

42,35
30,57
30,84

Titik Ikat
Titik Ikat
Titik Ikat

Titik Ikat

Titik Ikat

Titik Ikat

Titik Ikat
20

1
16
16
17

2
18
17

N 294E
N 95E

+5
-21

9,3 m
21 m

9,26 m
19,6 m

0,81
7,5

35,87
23,01

17

1
17

N 9E

-25

8,7 m

7,8 m

3,6

26,9

17
18

2
1
18

N 229E
N 355E

-15
+13

9,1 m
39 m

8,7 m
38 m

2,3
8,7

28,2
23,01

18

1
18

N 329E

-1

7m

6,99 m

0,1

22,9

18

2
18

N 305E

-4

16 m

15,9 m

1,1

21,9

18

N 289E

+2

14 m

13,9 m

0,4

23,4

Titik Ikat

Titik Ikat

Tabel 6.3 Tabel Pemetaan Topografi


6.4 Penghitungan Cadangan
Setelah dilakukan pemetaan topografi, pembuatan kolom stratigrrafi, dan
pemetaan geologi di area yang ditentukan pada wilayah desa Mawangi, dapat kita
lihat dan kita hitung cadangan sumberdaya mineral yang tersedia dengan membuat
sayatan , sehingga akan terlihat arah sebaran dan kemiringan lapisan cadangan
tersebut.
Pada pengambilan data dilapangan diketahui tebal lapisan batubara di area
yang diamati setebal 43 cm, dan jika area yang dipetakan seluas 1 hektar maka,
1 hektar = 10.000 m
Diketahui berat jenis batubara 1,3 ton/m
10.000 m x 0,43 m = 4.500 m
Berat Jenis

berat
volume
21

Berat batubara

= berat jenis x volume


= 1,3 ton/ m x 4.500 m
= 5.850 ton

Jadi, jumlah cadangan batubara

di area yang diteliti sekitar 5.850 ton

batubara.

BAB VII
PENUTUP

22

7.1. Kesimpulan
Study Ekskursi adalah sebagian dari ilmu geologi yang mempelajari
tentang cara/metode untuk melakukan pekerjaan geologi lapangan.
Adapun tujuan umum dari Study Ekskursi ini adalah agar dapat melakukan
kegiatan lapangan geologi dan menghasilkan pemahaman kondisi lapangan dengan
baik. Adapun pekerjaan geologi lapang diantaranya adalah :
1. Pemetaan geologi permukaan
2. Proyek-proyek terkait dalam bidang geologi
3. Eksplorasi bahan galian dan lain-lain
Kegiatan pemetaan geologi yaitu kegiatan pemetaan batuan dan pencarian
singkapan dipermukaan dengan menggunakan Metode traverse kompas dengan
cara melintasi jalan, sungai, atau keduanya yang diharapkan akan mendapatkan
singkapan batuan dan informasi geologi lainnya.
Kegiatan pemetaan topografi adalah merupakan bagian dari kegiatan
eksplorasi sumber daya mineral dan pemetaan geologi. Kegiatan pemetaan
topografi bertujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan roman muka bumi
(relief morfologi) pada daerah penyelidikan, serta segala data kegiatan hasil
penyelidikan yang telah dilakukan dan hubungannya dalam eksplorasi.
Kegiatan MS adalah Kegiatan pengukuran penampang stratigrafi dengan
hasil kolom atau penampang stratigrafi. Pengukuran penampang stratigrafi
dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang :
1. Data Lithologi secara terinci
2. Ketebalan Yang Terinci
3. Menentukan ukuran stratigrafi
7.2. Saran-saran
1. hendaknya alat perlengkapan kegiatan Study ekskursi dilengkapi Total Station
atau Theodolite agar memudahkan untuk maping lapnagan.
2. Hendaknya pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan jauh sebelum diadakannya
ujian semester, agar dalam pembuatan laporannya tidak tergesa-gesa dan dalam
pengolahan datanya bisa akurat.
23

3. Dalam pelaksanaan praktikum hendaknya dilakukan lebih dari 4 hari agar pada
saat di lapangan bisa terfokus dilapangan dan dalam pembuatan data bisa
terfokus dalam pembuatan data.

24

Anda mungkin juga menyukai