PENDAHULUAN
dibudidayakan adalah jambu air varietas deli hijau yang berasal dari Kelurahan
Paya Roba, Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara (UPT.
BPSB IV SUMUT, 2015).
Jambu air varietas deli hijau merupakan jambu air yang tergolong baru dan
varietas jambu unggulan dari kota Binjai yang dilepas pada tahun 2012.
Keunggulan dari jambu air deli hijau yaitu daya hasil (produktifitas) tinggi, dapat
ditanam dalam pot, berbuah sepanjang tahun, rasa buah matang manis madu,
daging buah renyah, beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai menengah
dengan ketinggian 0 500 m dpl, jumlah buah per tanaman 200 360
buah/pohon/tahun dan berat per buah 150 200 g (UPT. BPSB IV SUMUT,
2015).
Untuk mendapatkan jumlah buah dengan berat yang sesuai maka dalam
budidayanya terdapat satu kegiatan yang harus dilakukan paling tidak setahun
sekali, yaitu pemangkasan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam kanopi
pohon jambu dan menyinari buah jambu air yang sedang berkembang (Anonim
2012). Dalam pelaksanaan pemangkasan, dapat dihasilkan brangkasan basah yang
terdiri atas cabang sekunder, tersier, serta daun yang jumlahnya cukup banyak.
Untuk pohon jambu air yang berumur sekitar 10 tahun dapat dihasilkan
brangkasan basah seberat kurang lebih 90 kg/pohon. Dari brangkasan tersebut
dapat dihasilkan stek cabang yang terdiri dari cabang sekunder dan tersier (dengan
panjang stek 25 cm) sebanyak kurang lebih 450 stek/pohon.
Rebin (2013)
lebih banyak dilakukan dengan cangkok, okulasi sambung pucuk, dan susuan.
Sementara perbanyakan melalui stek masih jarang dilakukan dan stek dilakukan
hanya pada tanaman buah tertentu. Padahal semua tanaman buah mempunyai
potensi untuk diperbanyak melalui stek. Termasuk melakukan stek pada tanaman
jambu air.
Keberhasilan setek jambu air akan maksimal jika diberikan beberapa
perlakuan yang meliputi penggunaan sungkup dan pemberian ZPT (zat pengatur
tumbuh). Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi pada
konsentrasi yang rendah dapat mendorong, menghambat, mengubah pertumbuhan
dan perkembangan tanaman (Davies, 1995). Zat pengatur tumbuh yang sering
digunakan untuk perakaran adalah auksin sintetis, namum relatif mahal dan sulit
diperoleh.
merah
mengandung
minyak
atsiri,
sikloaliin,
metilaliin,
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan ZPT alami Bawang merah
2. Untuk mengetahui pengaruh ZPT cair sintetis dan ZPT alami Bawang
merah terhadap pertumbuhan setek jambu air.
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dycotyledoneae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Syzygium
Species
dapat tumbuh besar dan tinggi. Tanaman jambu air berbuah sepanjang tahun
(berbunga tidak mengenal musim).
Secara morfologis, organ-organ penting tanaman jambu air dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Akar
Tanaman jambu air (Eugenia aquea Burm) memiliki sisitem perakaran
tunggang dan perakaran serabut. Akar tunggang tanaman jambu air menembus ke
dalam tanah dan sangat dalam menuju ke dalam pusat bumi, sedangkan akar
serabutnya tumbuh menyebar ke segalah arah secara horizontal dengan jangkauan
yang cukup menembus lapisan tanah dalam (sub soil) hingga kedalaman 2 4
meter dari permukaan tanah (Cahyono, 2010).
b. Batang (Pohon)
Batang atau pohon tanaman jambu air merupakan batang sejati. Pohon
tanaman jambu air berkayu yang sangat keras dan memiliki cabang-cabang atau
ranting. Cabang-cabang atau ranting tumbuh melingkari batang atau pohon dan
pada umumnya ranting tumbuh menyudut. Batang tanaman berukuran besar dan
lingkar batangnya dapat mencapi 150 cm atau lebih. Kulit batang tanaman jambu
air menempel kuat pada kayunya dan kulit tanaman jambu air ini berwarna coklat
sampai coklat kemerah-merahan. Kulit batang tanaman dan ranting cukup tebal
(Cahyono, 2010).
c. Daun
Daun jambu air berbentuk bundar memanjang dengan bagian ujung
meruncing (semakin ke ujung semakin runcing). Daun memiliki ukuran besar
setengah dari panjangnya. Daun berwarna hijau buram. Letak daun berhadap-
hadapan dengan tangkai daun amat pendek sehingga tampak seperti daun duduk.
Daun jambu air memiliki tulang-tulang daun menyirip (Cahyono, 2010).
d. Bunga
Bunga jambu air tumbuh bergerombol yang tersusun dalam malai dan
dihimpit oleh daun pelindung. Oleh karna itu, bunga jambu air tampak
berdompol-dompol. Bunga muncul pada ketiak dahan-dahan, ranting atau ketiak
daun diujung ranting dan bunga bertipe duduk. Bunga kadang-kadang juga
tumbuh diketiak daun yang telah gugur. Bunga berbentuk seperti cangkir. Dalam
suatu dompol atau satu malai bisa berjumlah 10 18 kuntum bunga tergantung
varietasnya. Bunga berukuran agak besar dan terdiri atas kelopak daun yang
berjumlah 4 helai berwarna putih kehijauan atau putih kemerahan, dan benang sari
berjumlah amat banyak. Benang sari berbentuk seperti paku. Bunga jambu air
ketika mekar menebar aroma wangi, tetapi akan cepat layu (Cahyono, 2010).
e. Buah
Buah jambu air berdaging dan berair serta berasa manis. Namun, beberapa
jenis jambu berasa agak masam sampai masam misalnya jambu neem, jambu
kancing, dan jambu rujak. Bentuk buah jambu air dan warna kulit buah beragam.
Bentuk buah ada yang bulat, bulat panjang mirip lonceng, bulat agak pendek,
gemuk mirip genta, bulat pendek dan kecil mirip kancing, bulat segitiga agak
panjang, dan bulat segitiga panjang. Warna kulit buah ada yang merah, hijau
mudah dengan polesan warna kemerahan, putih, hijau, hijau dan lain sebagainya.
Kulit buah jambu air licin, dan mengkilap serta daging buahnya bertekstur agak
padat sampai adat dengan rasa masam sampai manis menyegarkan (Cahyono,
2010).
f. Biji
Biji jambu air berukuran besardan bahkan ada yang tidak berbiji, berwarna
putih, dan bentuknya bulat tidak beraturan dan bagian dalam berwarna ungu
(Cahyono, 2010).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Air
2.2.1. Iklim
Cahyono (2010) mengatakan bahwa keadaan iklim sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi jambi air.
a. Suhu udara
Secara umum pertumbuhan tanaman jambu air yang baik memerlukan suhu
udara berkisar antara 27 0C 32 0C. Akan tetapi tanaman jambu air masih dapat
tumbuh pada suhu pada suhu 10 0C dan 35 0C walaupun pertumbuhandan
produksinya kurang baik.
b. Kelembapan udara
Kelembapan udara yang dikehendaki tanaman jambu air berkisar antara
50 - 70 %. Akan tetapi tanaman jambu air masih dapat tumbuh dan berbuah
dengan baik jika ditanam didaerah yang mempunyai udara kering dan kelembapan
udara rendah (kurang dari 50 %) asalkan keadaan air tanah tersedia.
c. Curah hujan
Jambu air (Eugenia aquea Burm) dapat tumbuh dan produksi dengan baik
apabila ditanam di daerah yang iklimnya basah sampai kering dengan curah hujan
tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 500 3.000 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu
tinggi menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit dan buah buah mudah
rontok.
d. Penyinaran matahari
Cahaya matahari berpengaruh terhadap kualitas buah yang akan dihasilkan.
Intensitas cahaya matahari yang ideal dalam pertumbuhan jambu air adalah 40
80 %.
2.2.2. Keadaan Tanah
Keadaan tanah yang perlu diperhatikan dalam dalam budidaya jambu air
yaitu : ketinggian tempat, pH tanah, kesuburan tanah, dan kedalam air tanah.
Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan tanaman,
produksi buah, dan kualitas buah yang dihasilkan. Ketinggian tempat yang cocok
untuk budidaya jambu air adalah 0 1000 meter diatas permukan laut (dpl).
Namun ketinggian tempat yang ideal untuk pertumbuhan dan produksi jambu air
yaitu 3 500 meter dari permukaan laut (Cahyono, 2010).
Tanaman jambu air toleran terhadap berbagai kondisi keasaman tanah (pH 4
8), namun pertumbuhan yang optimal tanaman jambu membutuhkan drajad
keasaman tanah 6 7. Pada tanah yang memiliki drajad keasaman tinggi (lebih
dari 7) dan rendah (kurang dari 5), pertumbuhan tanaman kurang baik dan
produksipun rendah.
dengan biji hanya dianjurkan untuk memproduksi batang bawah sebagai bahan
penyambungan (Rukmana, 1997). Perbanyakan vegetatif pada tanaman buahbuahan
dimaksud
untuk
mempertahankan
sifat
induk
yang
unggul,
ranting, pucuk cabang, atau pucuk batang. Panjang setek sekitar 8-20 cm atau
memiliki ruas 3-5 ruas, sebagian daun dibuang dan disisakan 2-4 helai daun
paling ujung (Raharja dan Wiryanta, 2003). Perbanyakan melalui setek pucuk
sering mendapat kendala yaitu sulitnya membentuk akar (Ashari, 1995). Untuk
merangsang tumbuhnya akar stek jambu air Citra, bagian pangkal stek perlu diberi
Zat Pengatur Tumbuh (Rebin, 2013). Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa
organik bukan nutrisi pada konsentrasi yang rendah dapat mendorong,
menghambat atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan
10
tanaman (Davies, 1995). Zat pengatur tumbuh yang dipakai ada 2 jenis yaitu: 1.
Zat Pengatur Tumbuh Alami Bawang Merah, 2. Zat Pengatur Tumbuh Cair
Sintetis.
2.4. Zat Pengatur Tumbuh Alami (Bawang merah)
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi pada
konsentrasi yang rendah dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif
mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Davies, 1995).
Zat
pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk perakaran adalah auksin, namum
relatif mahal dan sulit diperoleh.
Sebagi pengganti auksin sintetis dapat digunakan bawang merah (Ependi,
2009). Bawang merah mengandung minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin,
dihidroaliin, flavonglikosida, kuersetin,saponin, peptida, fitohormon, vitamin dan
zat pati (Anonim, 2008 dalam Muswita, 2011). Selanjutnya Anonim (2009) dalam
Muswita (2011), menambahkan fitohormon yang terkandung dalam bawang
merah adalah auksin dan giberelin.
Penggunaan bawang merah sebagai salah satu zat pengatur tumbuh telah
dilakukan pada beberapa jenis tanaman. Setyowati (2004), melaporkan pemberian
bawang merah dengan konsentrasi 75% memberikan hasil terbaik untuk
pertumbuhan panjang akar, panjang tunas dan jumlah tunas pada setek mawar.
Sekta (2005), mendapatkan bawang merah memberikan pengaruh yang nyata
tehadap panjang tunas, jumlah daun, tingkat kehijauan daun dan berat kering tunas
pada stek cabe jawa. Berdasarkan penelitian Muswita (2011), konsentrasi bawang
merah berpengaruh terhadap persentase tumbuh setek gaharu.
11
2.5.
yang ditemukan oleh Sujimin dari Bogor, terbuat dari sari tumbuhan-tumbuhan
herbal yang biasa digunakan untuk semua jenis tanaman (Sujimin, 2010).
Zat-zat yang terkandung dalam pupuk hantu antara lain ; hormon auksin untuk
memperbanyak akar dan mata akar, hormon gibrelin untuk merangsang
pengawetan buah secara alami, merangsang bunga, hormon zeatin untuk mengurai
unsur hara, dan hormon sitokinin atau kinetin untuk merangsang pertumbuhan
vegetatif dengan cepat.
12
13
14
Ekstrak bawang ditampung dengan baskom, ektrak tersebut yang akan digunakan
sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) alami.
15
hingga pangkal entres terendam dalam larutan sedalam kurang lebih 5 cm selama
1 jam.
Perendaman Dengan Zat Pengatur Tumbuh Alami (Bawang Merah)
Pembuatan larutan ZPT alami bawang merah dilakukan dengan melarutkan
20 ml ekstrak bawang merah kedalam 2 liter air kemudian diaduk hingga merata.
Selanjutnya pangkal entres dimasukkan kedalam larutan dan dibiarkan terendam
selama kurang lebih 1 jam.
16
Gambar 6. Perendaman Entres (1). ZPT Alami (2). ZPT Cair (Hantu)
Perendaman dengan Air (Tanpa Zat Pengatur tumbuh)
Perendaman entres dengan air atau tanpa zat pengatur tumbuh yang berguna
sebagai pembanding atau kontrol terhadap entres yang diberi perlakuan zat
pengatur tumbuh sintetis dan zat pengatur tumbuh alami. Perendaman dilakukan
selama kurang lebih 1 jam kemudian entres siap ditanam.
Penyetekan Jambu Air
Penyetekan jambu air dilakukansetelah perendaman pangkal setek.
Sebelum penyetekan dilakukan, pembuatan lobang tanam perlu dilakukan terlebih
dahulu. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan cara menuusuk media dengan
menggunakan kayu dengan kedalaman lubang tanam yaitu sekitar 5 cm yang
bertujuan untuk meempermudah penanaman setek.
Penanaman dilakukan setelah pembuatan lubang tanam, penanaman
dilakukan dengan cara menanam pangkal entres sedalam kurang lebih 5 cm.
Kemudian sedikit menekan tanah yang ada disekitar pangkal entres agar entres
tertanam dengan kokoh.
17
dilakukan dengan menutup kedua ujung sungkup lalu menimbun bagian pinggir
pelastik penutup dengan tanah.
3.3.5. Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan terhadap percobaan tentang pengaruh Zat
Pengatur Tumbuh cair sintetis dan Zat Pengatur Tumbuh alami Bawang Merah
terhadap pertumbuhan setek jambu air di UPT. Benih Induk Hortikultura Gedung
Johor.
18
19
4.1. Hasil
4.1.1.Persentase Tumbuh Setek (%)
Berdasarkan Pengamatan persentase tumbuh pada setek jambu air, setek
dengan ZPT cair sintetis (Hantu) lebih tinggi dibanding dengan ZPT alami
(Bawang merah) dan tanpa ZPT, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengamatan Persentase Tumbuh Setek (%)
Perlakuan
Persentase Tumbuh
100
85
Tanpa ZPT
65
Setek jambu air dengan ZPT cair sintetis (Hantu) mencapai 100 %, ZPT
alami (Bawang merah) 85 % dan tanpa ZPT yaitu 65 %.
4.1.2. Jumlah Tunas atau Kalus
Berdasarkan pengamatan jumlah tunas pada setek jambu air, tunas pada
setek menggunakan ZPT cair sintetis (Hantu) lebih banyak dari setek dengan ZPT
alami (Bawang Merah) dan tanpa ZPT, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengamatan Rata-Rata Jumlah Tunas atau Kalus yang Tumbuh
pada Setek dengan Pemberian ZPT cair sintetis, ZPT Bawang
Merah dan Tanpa ZPT.
Perlakuan
Jumlah Tunas atau Kalus
ZPT cair sintetis
ZPT Bawang Merah
Tanpa ZPT
1,5
1
0,5
20
Rata-rata jumlah tunas yang tumbuh dengan menggunakan ZPT cair sintetis
yaitu 1,5 tunas, dengan ZPT bawang merah 1 tunas dan tanpa ZPT 0,5 tunas.
4.1.3. Jumlah Daun (Helai)
Jumlah daun yang muncul pada setek yang dilakukan dengan pemberian
ZPT cair sintetis (Hantu), ZPT alami (Bawang Merah) dan tanpa ZPT yang
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengamatan Rata-Rata Jumlah Daun (Helai) yang Muncul pada
Setek Jambu Air
Perlakuan
Jumlah Daun (Helai)
ZPT cair sintetis
3,3
2,3
Tanpa ZPT
1,6
Rata-rata jumlah daun terbanyak terdapat pada setek dengan pemberian ZPT
cair sintetis (Hantu) dengan jumlah 3,5 helai, kemudian setek dengan pemberian
ZPT alami (Bawang Merah) dengan jumlah 2,3 helai dan setek tanpa ZPT dengan
jumlah daun 1,6 helai.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Persentase Tumbuh (%)
Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa persentase tumbuh setek yang
paling tinggi yaitu dengan pemberian zat pengatur tumbuh cair sintetis (Hantu),
pertumbuhann mencapai 100 %, sedangkan persentase tumbuh setek dengan
pemberian zat pengatur tumbuh alami (Bawang Merah) hanya mencapai 85 % dan
setek tanpa pemberian zat pengatur tumbu 65 %.
Zat pengatur tumbuh cair sintetis (Hantu) yang digunakan sangat
berpengaruh terhadap persentase tumbuh setek, karena ZPT hantu mengandung
21
hormon tumbuh yang lengkap seperti auksin, giberelin, zeatin, sitokinin, GA3,
GA5, GA7 serta unsur mikro yang sangat dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan
berkembang. Menurut Abidin (1983) dalam Marleni (2010) Auksin befungsi
mempengaruhi
pertambahan
panjang
batang,
pertumbuhan,
merangsang
pembentukan akar, sitokinin zat pengatur tumbuh yang berperan dalam proses
pembelahan sel, sedangkan giberelin berfungssi merangsang pertumbuhan antar
buku, merangsang perkembangan kuncup, pemanjangan batang, pertumbuhan
daun.
Zat pengatur tumbuh alami (Bawang Merah) hanya mengandung 2 jenis zat
pengatur tumbuh yaitu auksin dan giberilin. Auksin berfungsi untuk
mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan
percabangan akar. Giberelin berfungsi merangsang perkembangan kuncup,
pemanjangan batang, pertumbuhan daun (Ratna, 2008). Sedangkan setek tanpa
menggunakan zat pengatur tumbuh (Kontrol) hanya memanfaatkan hormon yang
ada pada pucuk tanaman tersebut. Menurut Hartmal et al (1990) dalam Sunandar,
R. (2006) setek yang berasal dari tanaman induk yang muda lebih cepat berakar
dari pada tanaman induk yang tua. Bagian ujung cabang atau pucuk tanaman
merupakan tempat sintesis auksin yang akan membantu terbentuknya akar pada
setek. Auksin yang ada pada bagian pucuk kemudian diedarkan ke bagian-bagian
yang ada dibawahnya termasuk ke tempat kedudukan tunas-tunas cabang
(Dwidjoseputro, 1991; dalam Fanesa, 2008).
4.2.2. Jumlah Tunas atau Kalus
Dari Tabel 2. Jumlah tunas yang paling tinggi terdapat pada setek dengan
penggunaan zat pengatur tumbuh cair sintetis (Hantu) dibanding setek dengan
22
pemberian zat pengatur tumbuh alami (Bawang Merah) dan tanpa zat pengatur
tumbuh. Hal ini karena Zat Pengatur Tumbuh (Hantu) mengandung zat pengatur
tumbuh GA3, GA5, GA7, Auksin, giberelin, zeatin, sitokinin.
Dimana zat
pengatur tumbuh yang berfungsi merangsang tunas yaitu sitokinin dan zeatin.
Sitokinin adalah hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk merangsang
pembelahan sel dan merangsang tumbuhnya tunas pada kultur jaringan atau pada
tanaman induk (Ratna, 2008).
Sedikitnya tunas yang tumbuh pada setek dengan menggunakan zat
pengatur tumbuh bawang merah karena ZPT alami ini hanya mengandung 2 jenis
zat pengatur tumbuh yaitu auksin yang berfungsi merangsang perakaran, giberilin
yang merangsang pembalahan sel tanpa adanya sitokinin yang berfungsi
merangsang tunas.
fitohormon yang dikandung bawang merah adalah auksin dan giberelin. Auksin
berfungsi untuk mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan,
diferensiasi dan percabangan akar. Giberelin berfungsi mendorong perkembangan
biji,
perkembangan
kuncup,
pemanjangan
batang,
pertumbuhan
daun,
23
(Bawang Merah) dan tanpa zat pengatur tumbuh, seperti yang terlihat pada Tabel
3. Jumlah daun ini merupakan jumlah daun yang baru tumbuh dan daun yang
tidak gugur setelah dikeluarkan dari sungkup. Banyaknya jumlah daun pada stek
dngan ZPT sintetis (Hantu) karena ZPT ini mengandung hormon sitokinin yang
merangsang tumbuhnya tunas, semakin banyak tunas maka kemungkinan
tumbuhnya daun juga semakin tinggi.
Sementara jumlah daun pada setek dengan menggunakan ZPT alami
(Bawang merah) tidak begitu tinggi karena jumlah tunas yang tumbuh juga
sedikit. Hal ini terjadi karena ZPT Bawang merah tidak mengandung sitokinin
yang dapat merangsang tunas (Muswita, 2011). Hal lain yang menyebabkan
sedikitnya jumlah daun menurut Heddy (1989) yaitu auksin yang digunakan
dalam konsentrasi yang berlebihan untuk spesies tanaman tertentu dapat
menghambat perkembangan tunas, menyebabkan penguningan dan gugur daun,
penghitaman batang dan akhirnya menyebabkan kematian setek.
24
V.
5.1.
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
Zat pengatur tumbuh sintetis yang digunakan memberikan pengaruh yang
nyata bagi persentase tumbuh (%), jumlah tunas atau kalus dan jumlah daun
(helai) setek tanama jambu air dibandingkan dengan zat pengatur tumbuh alami
bawang merah.
5.2.
Saran
Zat pengatur tumbuh alami (Bawang Merah) akan efektif jika
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27
LAMPIRAN
1.
Tanpa
ZPT
0
1
1
0
0
1
0,5
Tanpa
ZPT
2
1
2
2
1
2
1,6
28
3.
Sejarah BIH
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Benih Induk Hortikultura adalah salah satu
unit pelayanan teknis lingkup Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. Sejak
masa penjajahan dulu, balai yang lebih dikenal dengan naman land bow telah
memegang peranan penting dalam pengembangan pertanian khusunya dalam
aspek pengadaan bibit hortikultura yang bermutu tinggi. Land Bow berganti nama
menjadi kebun percobaan. Pada tahun 1980 berganti nama lagi menjadi Balai
Benih Utama Hortikultura. Tahun 1990 di Desa Siguci Kecamatan STM Hilir
Kabupaten Deli Serdang dibuatlah kebun unit untuk mengembangkan budidaya
buah-buahan seperti durian dan rambutan sebagai pohon induk.
Pada tahun 2002 sampai sekarang BBU sesuai surat keputusan Provinsi
Sumatera Utara BBUH berganti status menjadi Balai Benih Induk (BBI). Balai
Benih Induk Hortikultura ini telah menghasilkan dan memasarkan bibit
hortikultura bermutu tinggi. Sudah mendapat kepercayaan dari pemakai dan
penagkar bibit baik di Sumatera Utara maupun diluar Sumatera Utara. Pada tahun
2014 sesuai dengan peraturan pemerintah daerah dilalukan
terhadap semua UPT. yang masih
perubahan nama
sehingga nama dari UPT. Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) menjadi UPT.
Benih Induk Hortikultura (BIH). Peraturan ini disesuaikan dengan sumber
anggaran dana yang diterima setiap UPT. yang disesuaikan dengan otonomi
daerah sedangkan nama balai menyatakan bahwa sumber anggaran dana dan
penyesuaian kegiatan berasal dari pusat.
29
Fungsi BIH
Benih Induk Hortikultura cabang Johor merupakan salah satu tempat
penghasil bibit tanaman hortikultura dataran rendah yang bermutu tinggi, sebagai
tempat informasi serta sarana latihan/pendidikan dan penelitian bagi masyarakat.
Tugas pokok dan fungsi BIH
Sesuai dengan surat keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 061/452
k/tahun 2002 tentang tugas fungsi dan tata kerja Dinas Pertanian serta organisasi
dan tata kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) BIH Gedung Johor Medan, mempunyai tugas
membantu dinas pertanian dalam kegiatan perbanyakan benih yang bermutu dan
berkualitas, membina teknik Balai Benih Pembantu (BBP) dan penagkar.
Memberikan informasi ketersediaan benih hasil produksi dan pemasaran hasil
produksi/ bibit dan bibit hasil kultur jaringan.
Visi dan Misi UPT. BIH Gedung Johor
Visi:
Mewujudkan industri pembenihan buah-buahan dataran rendah yang maju
dan mandiri.
Misi:
1. Mengerakkan pengembangan teknologi tempat guna dalam penyediaan benih
buah-buahan dataran rendah yang unggul dan bermutu
2. Mengelola sumber daya alam pertanian yang ada dikebun secara optimal dan
berkelanjutan
1. Alamat
2. Telp/Fax
: (061) 7868239
30
3. Kepala/NIP
: 19,85 Ha
BANGUNAN KANTOR/LABORATORIUM
No Jenis Bangunan
.
1. Kantor Utama BIH
Gedung Johor
2. Laboratorium
Luas
(M2)
287
Diperoleh
Tahun
2011
Dipergunakan
untuk
Bangunan Utama
150
150
1993
Direhab thn
2013
2012
Bangunan
Laboratorium
3.
Kantor Unit
Asam Kumbang
247
4.
Kantor Unit
Asam Kumbang
Kantor Unit Siguci
63
5.
6.
150
Sumber
dana
APBD
Status
APBD
Baik
Bangunan Utama
Unit Asam
Kumbang
Direhab thn Bangunan Unit
2010
Asam Kumbang
Direhab thn Bangunan Utama
2011
Unit Siguci
1993
Bangunan Tempat
Pertemuan
APBD
Baik
APBD
Baik
APBD
Baik
APBD
Rusak
Bangunan
Penyimpanan
barang
Bangunan
Penyimpanan
barang
Bangunan
Penyimpanan
barang
APBD
Baik
APBD
Baik
APBD
Baik
Bangunan
Penyungkupan
Tanaman
Bangunan Mess
untuk siswa/i PKL
APBD
Baik
APBD
Baik
Gedung
Pertemuan/
Pendopo
Gudang BIH Gd.
Johor
256
50
Direhab thn
2014
8.
Gudang Siguci
50
1993
9.
Gudang Asam
Kumbang
117
70
40
7.
12
1993
2011
Direhab thn
2010
2012
178
2012
Baik
31
Type Rumah
1.
Rumah Dinas
UPT. BIH Gd.
Johor
Rumah Dinas
Unit Siguci
Rumah Dinas
Unit As.
Kumbang
2.
3.
Luas
(M2)
175
Diperoleh
Tahun
1993
Sumber
dana
APBD
120
120
54
45
66
1993
APBD
1998
APBD
Nama yang
Menempati
Denny Joy Purba,
SP
Jabatan/
Status
Staf/aktif
Agus Muliono,
SP
Aminuddin
Pulungan
Robi
Ir. Hasanuddin
Staf/aktif
Pensiunan
Staf/aktif
Staf/aktif
5. SDM
Golongan
Lakilaki
Perempuan
Jumlah
Teknis
Non
Analis
Lapangan
Teknis
Gol IV
Gol III
13
21
14
Gol II
12
Gol I
Honorer
14
18
17
N a m a/N I P
Pendidikan/
Golongan
3
Status
4
1.
S2 (IV/b)
2.
S1 (III/d)
Kasubbag TU
3.
Delpiana Sianturi, SH
S1 (III/d)
Inventaris Barang
4.
SPMA (III/d)
5.
Sunartik
SMA (II/b)
6.
Saripah Hanum
SMA (II/b)
Bendahara Penerima
Pembantu PAD/PNBP
32
7.
Agus Salim
SMA (II/b)
Pelayanan Publik
8.
Jumiati
S1 (III/a)
Adm. Kepegawaian
9.
SMA (II/b)
Adm. Keuangan
PRODUKSI
10.
S1 (III/d)
Kasie Produksi
11.
S1 (III/d)
12.
Herawati, SP
S1 (III/b)
13.
Sieglinde Tampubolon, SP
S1 (III/c)
14.
Tuty S. Genaly, SP
S1 (III/b)
15.
Resniaty Saragih, SP
S1 (III/b)
Pemelihara Bibit
16.
S1 (III/b)
17.
S1 (III/a)
18.
Amran, SP
S1 (III/a)
19.
S1 (III/a)
Penanggung jawab
Aklimatisasi
20.
Dian Kusuma
SMA (II/b)
Perbanyakan vegetatif
tanaman
21.
Supriadi
SMA (II/a)
Adm. Alsintan
22.
Nasrul
SMA (II/a)
PELAYANAN TEKNIS
23.
Supriadi, Bsc
24.
Diploma
(III/d)
S1 (III/d)
25.
S1 (III/d)
Staf
26.
Syahrial Sipayung
SMA (II/b)
Perbanyakan vegetatif
tanaman
27.
Ira Yuliani
SMA (II/b)
28.
Lasdiana Nainggolan
SMA (II/a)
Staf
33
29.
Rukayah
SD (I/a)
30.
Ahmad Suyadi
SD (I/a)
Kebersihan Kebun
S1 (III/a)
UNIT SIGUCI
31.
Agus Muliono, SP
UNIT ASAM KUMBANG
32.
33.
Fitri Yenti, SP
S1 (III/a)
34.
Rahmat A. Ritonga, SP
S1 (III/a)
35.
Syarifuddin
SMA (II/b)
36.
Antonius Manik
SMA (III/b)
Provinsi/Kabupaten/N a m
a/N I P
2
Norman
19670825.199203.1.005
Arnold Simatupang
19631006.198703.1.006
8. Sarana dan prasarana
Pendidikan/
Golongan
3
Status Fungsional
S1 (III/c)
PHP
S1 (III/c)
PBT
Sarana dan prasarana yang dimiliki UPT. BIH. Gedung Johor Medan
meliputi perlengkapan kantor, laboratorium dan lapang yang menunjang
terlaksananya setiap kegiatan di UPT. BIH. Gedung Johor Medan.
34
Jenis Penggunaan
Ruang Persiapan
50
Ruang Transfer
50
Ruang Tumbuh
150
Ruang Media
Ruang Aklimatisasi
100
Ruang Administrasi
50
Nama
Jabatan
Status
Pelatihan
Kasie Produksi
PNS
Kultur jaringan
Staf
PNS
Kultur jaringan
Herawati, SP
Staf
PNS
Kultur jaringan
Ira Yuliani
Staf
PNS
Kultur jaringan
Staf
PNS
--
35
dikonfirmasi untu menunjang kagiatan lebih baik juga disesuaikan dengan APBD
dan APBN yang ada.
12. Anggaran (x 1000)
Dana
2011
2012
2013
2014
APBD
1.854.900
2.548.775
4.937.555
4.593.040
APBN
390.796
233.150
534.244
254.160
13. Permasalahan
a. Keterlambatan pencairan anggaran menjadi kendala dalam kegiatan di
lapangan.
b. Perlu adanya koordinasi antara Dinas Pertanian Provinsi Sumatera
Utara maupun Kabupaten/Kota dengan UPT. Benih Induk dalam hal
penyediaan benih yang dibutuhkan sehingga dapat memotivasi kinerja
UPT. BI Hortikultura.
c. Terbatasnya
tenaga
kerja
untuk
pengelolaan
kebun/lapangan
36
2.
KASI PRODUKSI
Ir. IOVIE R. PURNAMA
PIMPINAN
LAB. KULTUR JARINGAN
Ir. NURIMAN TAMBUNAN
PIMPINAN
KEBUN GEDUNG JOHOR
FITRI S. ENDANG SARI, SP
PIMPINAN
KEBUN UNIT ASAM KUMBANG
A M R A N, SP
PIMPINAN
KEBUN UNIT SIGUCI
AGUS MULIONO, SP
37