Penyusun:
Barry Ilham
44111010132
Universitas Mercu Buana
Fakultas Ilmu komunikasi
Jakarta
2011-2012
Kata Pengantar
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Demokrasi,
dan Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam Islam, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari
luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang penjabaran mengenai Demokrasi, dan Hak Asasi
Manusia (HAM) di dalam Islam. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna
tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Daftar Isi
Kata Pengantari
Daftar Isi.ii
Bab I
Pendahuluan
1
Bab II
Pembahasan7
Bab III
Kesimpulan dan Saran..14
Daftar Pustaka.. 15
ii
Bab I
Pendahuluan
I. Latar Belakang
Hukum adalah komponen yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat,
dan pada dasarnya hukum itu adalah masyarakat itu sendiri. Setiap tingkah laku
masyarakat selalu di monitor oleh hukum, baik hukum yang tertulis maupun hukum
yang tidak tertulis. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang memiliki penduduk
mayoritas beraga islam, secara sengaja maupun tidak sengaja hal tersebut
mempengaruhi terbentuknya suatu aturan hukum yang berlandaskan atas agama
Islam.
Berbagai masalah yang ada di dalam Negara Indonesia tidak semuanya dapat
diselesaikan berdasarkan hukum umum yang telah ada, namun tetap memerlukan
hukum yang secara filosofis dan sosiologis tertanam dalam hati dan kepercayaan
masyarakat Indonesia.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan di buatnya aturan Hukum Islam di
Indonesia adalah:
1. Masyarakat Indonesia yang berketuhanan. (sisi filosofis).
2.
Pengadilan Agama sudah ada di Indonesia sejak abad ke-16. (sisi historis).
4. Merupakan produk politik yang dibuat oleh pemerintah.
Membicarakan tentang masalah Hukum Islam di Indonesia pada dasarnya
adalah membicarakan salah satu aspek kehidupan masyarakat Indonesia itu sendiri,
kita akan memasuki sebuah perbincangan yang kompleks sekalipun Hukum Islam
menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
pada masa sekarang.
Selain itu, perbincangan tentang Hukum Islam di Indonesia sebagaimana
halnya juga dengan Hukum Islam di berbagai kawasan dunia akan selalu
menampakkan diri sebagai Hukum yang bersifat universal dengan daya jangkau untuk
semua tempat dan segala zaman tetapi pada lain pihak Hukum Islam juga dituntut
untuk menampakkan diri dengan wajahnya yang khas Hukum Islam Indonesia masa
kini. Perbincangan kita tentang Hukum Islam tentunya akan lebih banyak diarahkan
pada aspek yang kedua. Berkenaan dengan hal yang pertama Hukum Islam dengan
sifat keuniversalannya sudah cukup banyak dikaji dan dibahas orang.
Hukum Islam Indonesia masa kini adalah merupakan sebuah label yang
diberikan pada ketentuan-ketentuan Hukum Islam yang berlaku di Indonesia dan
sekaligus menampilkan corak khas ke-Indonesiaannya. Sistem dan budaya Indonesia
akan lebih terefleksi di dalamnya sehingga Hukum Islam dimaksud untuk beberapa
bagian tertentu baik menyangkut kaidah hukumnya maupun pola pemikiran yang
mendasarinya akan menunjukkan beberapa perbedaan dengan Hukum Islam yang
berlaku dilain tempat seperti Saudi Arabia, Mesir, Iran, Pakistan dan lain-lain
sekalipun sifat dasar yang sama karena bersumberkan pada sumber yang sama yaitu
AI Quran dan Sunnah.
Berbeda dengan Demokrasi, Islam berasal dari Allah SWT, yang telah
diwahyukan-Nya kepada rasul-Nya Muhammad SAW. Dalam hal ini Allah SWT
berfirman :
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut hawa nafsunya, ucapannya itu
tiada lain hanya berupa wahyu yang diwahyukan. (QS. An-Najm : 3-4)
Islam dibangun di atas landasan Aqidah Islam, yang mewajibkan pelaksanaan
perintah dan larangan Allah yakni hukum-hukum syara yang lahir dari Aqidah
Islam dalam seluruh urusan kehidupan pribadi, masyarakat dan kenegaraan. Aqidah
ini menerangkan bahwa manusia tidak berhak membuat peraturan hidupnya sendiri.
Manusia hanya berkewajiban menjalani kehidupan menurut peraturan yang ditetapkan
Allah SWT untuk manusia.
Islam menyatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan syara, bukan di tangan
umat. Sebab, Allah SWT sajalah yang layak bertindak sebagai Musyarri (pembuat
hukum). Umat secara keseluruhan tidak berhak membuat hukum, walau pun hanya
satu hukum. Allah SWT berfirman :
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. (QS. Al Anaam: 57)
Dalam Islam seorang muslim wajib terikat dengan hukum syara dalam segala
perbuatannya. Tidak bisa bebas dan seenaknya. Terikat dengan hukum syara bagi
seorang muslim adalah wajib dan sekaligus merupakan pertanda adanya iman
padanya.
Bab II
Pembahasan
Definisi Ham, dan Demokrasi
1. Pengertian HAM
1.1. Secara Umum:
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam
kandungan dan merupakan pemberian dari Tuhan.HAM Berlaku secara
universal.
Tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1,
pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1
2. Pengertian Demokrasi
2.1. Secara Umum
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara
untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang
menang dan yang banyak dianggap sebagai suatu kebenaran.
"Many forms of Government have been tried, and will be tried in this world of
sin and woe. No one pretends that democracy is perfect or all-wise. Indeed, it has
been said that democracy is the worst form of government except all those other
forms
that
have
been
tried
from
time
to
time."
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam
tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat
yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara
ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga
pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan
kewenangan
eksekutif,
lembaga-lembaga
pengadilan
yang
berwenang
demokrasi hanya memberikan hak pilih kepada warga yang telah melewati umur
tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang tak memliki catatan kriminal (misal,
narapidana atau bekas narapidana). Istilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno
yang tepatnya diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut
dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum
demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu,
dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan
perkembangan sistem "demokrasi" di banyak negara.
Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri
dalam bidang ilmu politik. Hal ini disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut
sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan
dalam suatu negara umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica dengan
kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Prinsip
semacam
trias
politica
ini
menjadi
sangat
penting
untuk
membatasi
kekuasaan
lembaga
negara
tersebut.
Saat ini arti demokrasi sendiri sudah banyak tercemar oleh kosakata
humanisme yang mengarah pada konsep liberalis semata. Secara harafiah demokrasi
disamakan dengan kebebasan yang tanpa batas. Harus diingat bahwa konsep
demokrasi yang membebaskan mensyaratkan "kedewasaan" penggunanya. Demokrasi
bukanlah ideologi yang memberikan ruang tak terbatas terhadap setiap keinginan dan
kepentingan rakyat karena terlalu bebasnya unjuk kepentingan dengan alih-alih
demokrasi akan menyebabkan perbenturan kepentingan-kepentingan itu sendiri.
Di luar itu, demokrasi mensyaratkan suatu konstitusi yang benar-benar kokoh
dan sehat supaya dapat mengakomodasi kepentingan seluruh rakyat secara positif dan
tidak saling berbenturan. Negara-negara yang sukses dengan konsep demokrasi bukan
berarti negara yang memberikan kebebasan kepada warga negaranya sebebasbebasnya secara harafiah. Negara demokrasi yang sukses adalah sebuah negara
dengan konstitusi yang kokoh, jelas, sehat, dan menjunjung nilai-nilai dasar yang
mutlak tidak terbantahkan kebenarannya.
Karena demokrasi memberi ruang kepada rakyatnya untuk memberikan
"suara" dan mengungkapkan kepentingannya masing-masing, diperlukanlah suatu
kedewasaan
dimana
setiap
rakyat
sadar
bahwa
mereka
tidak
mungkin
untuk
mencapai
mufakat
adalah
hal
yang
disyariatkan.
Islam sempurna dan tidak pula iman lengkap kecuali dengan ibadah itu, yakni shalat,
infak, dan menjauhi perbuatan keji.
Hal tersebut menunjukan bahwa, Islam secara langsung menerapkan prinsip
pengambilan keputusan;musyawarah yang menjadi sendi utama dalam demokrasi
modern (dari, oleh dan untuk kepentingan rakyat).
Yang menjadi poin penting dalam demokrasi bukan sistem trias politiknya,
yang membagi pemerintahan kedalam tiga lembaga (eksekutif, yudikatif dan
legislatif), melainkan sisitem checks and balances yang berlangsung dalam
pemerintahan itu. Tentunya agar bisa berjalan maka, harus ada keterbukaan dari
masing-masing elemen dalam pemerintahan itu. Dan keterbukaan itu dapat
diwujudkan dalam sebuah bentuk musyawarah yang efisien, efektif dan egaliter. Tentu
saja tujuan adalah kesejahteraan rakyat.
Bab III
Kesimpulan dan Saran
3.1. Kesimpulan
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme pemerintahan negara yang menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat.
Demokrasi menurut Islam dapat diartikan seperti musyawarah, mendengarkan
pendapat orang banyak untuk mencapai keputusan dengan mengedepankan nilai
nilai keagamaan.
HAM adalah hak yang telah dimiliki seseorang sejak ia ada di dalam kandungan.
HAM dalam Islam didefinisikan sebagai hak yang dimiliki oleh individu dan kew
ajiban bagi negara dan individu tersebut untuk menjaganya
Hukum menurut Islam dapat diartikan sebagai hukum yang terdapat dalam sumbersumber seperti Al-Quran dan Al-Hadist.
3.2. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara demokrasi di
Indonesia dan demokrasi Islam dan dapat melihat sisi baik dan buruknya.
Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat memahami pentingnya HAM dalam
kehidupan kita dan kewajiban kita untuk menjaganya.
Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat membedakan antara hukum islam
dan hukum yang berlaku di Indonesia dan dapat melihat perbedaannya.
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
http://pastipanji.wordpress.com/2008/06/29/demokrasi-dalam-islam/
http://www.angelfire.com/id/sidikfound/ham.html
http://materitarbiyah.wordpress.com/2008/02/01/hukum-dalam-islam/
http://www.idrusramadius.co.cc/2009/10/makna-demokrasi-dalam-pandanganislam.html