Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.

Visi, Misi, dan Tujuan ISBD


Visi dapat diartikan sebagai jangkauan pandangan ke depan yang

merupakan idealisasi dari suatu usaha atau perjuangan. Dalam konsep yang lebih
abstrak dapat disetarakan dengan dengan suatu cita-cita, namun cita-cita yang
lebih dekat jangkauannya, sehingga sangat berpelu-ang untuk direalisasikan
melalui usaha atau perjuangan tersebut.
Sementara itu misi merupakan suatu usaha atau perjuangan yang
dilakukan untuk mencapai suatu visi. Visi dan misi ibarat kedua sisi mata uang, di
mana masing-masing sisinya berfungsi saling melengkapi dan memaknai
substansinya, sehingga bisa difungsikan untuk mewujudkan harapan dari subyek
yang memilikinya. Ketiadaan satu sisi dari mata uang tersebut akan
menghilangkan makna sisi lainnya.
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar sebagai komponen pengetahuan dasar
diberikan di perguruan tinggi memiliki visi ; berkembangnya mahasiswa sebagai
manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman,
kesetaraan, dan kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika,
dan moral dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan misinya ialah memberikan
landasan dan wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif
pada mahasiswa untuk memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial
yang beradab serta bertanggungjawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.
Adapun tujuan dari Ilmu Sosial dan Budaya Dasar diberikan di
perguruan tinggi adalah sebagai berikut.
1)

Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan


tentang keanekaragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia sebagai
individu dan makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

2)

Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami


keragaman, kesederajatan, dan kemartabatan manusia dengan landasan nilai
estetika, etika, dan moral dalam kehidupan bermasyarakat.

3)

Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta


keyakinan kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku
individu dan mahkluk sosial yang beradab dalam mempraktikkan pengetahuan
akademik dan keahliannya dan mampu memecahkan masalah sosial budaya
secara arif.

2.

Pengertian Fungsi dan Ruang Lingkup


Sebelum mempelajari matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD),

ada baiknya kalau kita mengenali lebih awal pengertian tentang ilmu baik secara
etimologis maupun definitif. Dengan mengenali konsep dasarnya kita akan dapat
mengidentifikasi, apakah matakuliah ISBD termasuk suatu ilmu pengetahuan,
pengetahuan dasar, atau sekedar pengetahuan. Masing-masing istilah ini mempunyai arti yang sangat berbeda. Apalagi kalau dilihat dari kaca mata keilmuan.
Secara etimologis kata ilmu merupakan kata serapan dari kata ilman
(bahasa Arab) yang artinya pengetahuan. Kata ilman sendiri berasal dari kata kerja
alima (fiil madli/pasttense) , artinya tahu atau telah mengetahui. Sedang kan
kata kerja masa kininya (fiil mudlori/presenttense) ialah yalamu yang berarti
sedang mengetahui. Sementara kata bendanya (noun) dari kata alima tersebut
adalah ilman; yang berarti pengetahuan. Jadi kata ilman inilah yang kemudian
diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi ilmu.
Diakui perbendahaaraan bahasa Indonesia banyak yang menyerap dari
bahasa asing, apakah itu bahasa Arab, Inggris, Belanda, Cina, atau yang lainnya.
Jangankan bahasa Indonesia bahsa daerah (Jawa misalnya), juga banyak
menyerap dari bahsa asing. Sebagai contoh kata full (Inggris) diserap menjadi
pol artinya penuh. Atau empthy diserap menjadi entek artinya kosong atau
habis. Kata mripat adalah serapan dari kata marifat (bahsa Arab) artinya
mata atau melihat. Contoh yang yang lain, kata seperti botol, bakso, administrasi,
transportasi, semuanya adalah serapan dari unsur bahasa asing; Belanda, Cina, dan
Inggris yang sekarang telah menjadi bahsa Indonesia.
2

Kembali pada konsep awal bahwa ilmu secara etimologis atau harfiyah
artinya ialah pengetahuan. Pengetahuan di sini menyangkut berbagai aspek
kehidupan dan benda yang ada di sekitar manusia. Semua benda atau yang lainnya
yang dikenali lewat indera dapat dikatakan pengetahuan. Indera mata dapat
mengenali ujud, warna, dan sifat atau kualita dari suatu benda. Pelangi kelihatan
indah karena indera mata yang mampu memberikan sifat atau kualita pada pelangi
sehingga dkatakan indah. Hal demikian tidak bisa dikenali oleh indera lainnya,
karena masing-masing memiliki bidang yang terpisah.
Suara seseorang yang melantunkan suatu lagu, ternyata bisa dinikmati
begitu nyaman oleh penggemarnya. Dari kejauhan tempat masjid suara
muadzdzin dapat didengar sayup sampai, dan juga desiran daun-daun tumbuhan
yang diterpa angin semuanya dapat didengar oleh telinga. Hal ini berarti bahwa
indera telingga mendapat pengetahuan tentang suara tersebut. Namun demikian
telingga tidak mampu mengidentifikasi bagai-mana rasanya garam, gula, buahbuahan, atau lezatnya makanan yang diolah dengan rsep mutakhir. Ini berarti
telingga tidak mampu menangkap pengetahuan tentang rasa kecuali hanya
indera pengecap yang dapat melakukannya.
Demikian juga kondisi suatu benda apakah kasar atau halus, hal seperti
ini tidak dapat ditangkap oleh indra-indera tersebut. Yang dapat menangkap
pengetahuan tentang keadaan suatu benda kasar atau halus hanya indera peraba.
Hal ini berarti bahwa indera peraba bisa mendapatkan pengetahuan tentang
halus atau kasarnya suatu benda.
Selanjutnya bagaimana aroma suatu benda abstrak yang tidak tampak
ujudnya, ternyata bisa ditangkap oleh indera penciuman atau hidung. Dengan
kemampuan kepekaannya, manusia selalu bisa merasakan kehidupan ini dengan
aman dan nyaman. Ia akan berbinar wajahnya sambil tersenyum tatkala indera
hidungnya menangkap aroma yang kebetulan sangat disukainya. Ia benar-benar
bisa menikmati betapa sedap, harum, lezat atau rasa apa saja sehingga ia menjadi
senang ketika hidungnya menangkap aroma pengetahuan bau tersebut.
Sebaliknya dengan kemampuan indera ini manusia bisa menghindarkan diri dari
aroma bau yang ternyata tidak sesuai dengan seleranya. Suatu misal ketika
seseorang berada dalam suatu kerumunan tiba-tiba ia ribut sendiri, ngedumel
3

sambil menutup lobang hidungnya. Ia berteriak-teriak sambil mengumpat yang


tidak jelas kepada siapa umpatannya ditujukan. Sementara itu temannya yang
merasa melepas benda abstrak tersebut tenang-tenang saja, bahkan bisa tersenyum
karena dengan lepasnya gas tersebut, ia bisa terhindar dari rasa mual atau sakit
perut. Begitu juga yang kebetulan menghirup aroma bau yang tidak disukai-nya
itu, mereka berusaha menutup lobang hidungnya

agar terhindar dari

ketidaknyamanan yang sedang dihadapinya.


Semua yang dijelaskan di atas adalah gambaran bahwa pengetahuan tidak
terbatas dan memiliki bidang yang sangat luas, sehingga dapat dikatakan bahwa
semua hal yang dikenali atau diketahui oleh indera manusia dapat disebut
pengetahuan.

Pengetahuan

seperti

ini

belum

ada

spesifikasi,

belum

terkelompokkan secara khusus dan masih bersifat umum, sehingga menjadikan


pengetahuan tampak sangat luas dan kompleks.
Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang di dalamnya sudah terdapat
suatu pengelompokan berdasarkan obyek kajiannya, maka ilmu pengetahuan
sifatnya terbatas pada bidang yang bersangkutan. Namun dengan sifat yang telah
membatasi diri ini, kajian ilmu pengetahuan menjadi sangat mendalam. Dengan
sifatnya yang demikian lahirlah berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti Ilmu
pendidikan, Ilmu Kedokteran Umum, Ilmu Hukum, Ilmu Ekonomi, Ilmu Politik,
dan lainnya. Berdasarkan uraian tersebut akhirnya dapat didefinisikan secara
sederhana bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah suatu pengetahuan yang
telah dihimpun dan disusun secara obyektif, metodis, dan sistematis.
Ilmu pengetahuan disusun secara obyektif, artinya ilmu pengetahuan itu
disusun berdasarkan obyek yang menjadi bidang kajiannya. Obyek suatu ilmu
pengetahuan ada dua macam. Pertama disebut dengan obyek materia, dan kedua
disebut obyek forma.
Obyek materia yaitu obyek kajian bidang ilmu yang bersifat masih sangat
umum atau makro. Karena obyeknya yang sangat umum ini, maka dapat terjadi
kesamaan obyek materia antara sutu ilmu pengetahuan tertentu dengan ilmu
pengetahuan yang lain. Sebagai contoh : Obyek materia Ilmu Pendidikan adalah
manusia. Hal ini sama dengan obyek materia Ilmu Kedokteran Umum, Ekonomi,
dan Hukum. Namun demikian walaupun berbagai jenis ilmu pengetahuan tersebut
4

mempunyai obyek materia yang sama, tetapi obyeknya formanya pasti dan harus
berbeda, sebab apabila suatu ilmu pengetahuan memiliki obyek forma yang
berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, maka sebenarnya di antara keduanya
adalah termasuk ilmu pengetahuan yang sama.
Obyek forma yaitu obyek kajian suatu ilmu pengetahuan yang sudah
bersifat khusus, spesifik atau mikro. Artinya secara khusus dan mendalam ilmu
pengetahuan mempelajari, mengkaji, mengembangkan, dan menyebar-luaskan,
obyek formanya demi untuk kepentingan kesejahteraan manusia. Atau dengan
kata lain obyek forma suatu ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang
diperjuangkan

oleh

ilmu

pengetahuan

yang

bersangkutan

demi

untuk

kemanusiaan. Kalau obyek materia Ilmu Pendidikan, Ilmu Kedokteran Umum,


Ilmu Hukum, dan Ilmu Ekonomi semuanya adalah sama, yaitu manusia, maka
obyek forma masing-masing dari ilmu pengetahuan tersebut ialah apa yang
diperjuangkan oleh masing-masing. Namun perlu diingat bahwa muara dari
semua kajian dan pengembangan ilmu pengetahuan ialah untuk kesejahteraan atau
kebahagiaan hidup manusia. Kalau terjadi sebaliknya, berarti secara azas moral
keilmuan berarti terjadi suatu penyimpangan. Biasanya yang demikian ini
merupakan ulah dari keserakahan manusia dalam hidup yang hanya ingin
memuaskan ambisinya sekalipun harus mengorbankan orang lain.
Ilmu pengetahuan bersifat metodis, hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut dalam upaya mengembangkan jati dirinya untuk kemanusiaan,
memiliki metode-metode penyelidikan. Artinya metode-metode penyelidikan
yang ada dalam dunia keilmuan selalu dipergunakan sebagai cara alat atau cara
untuk menyelidiki obyek formanya. Selain ditujukan untuk kepentingan
kesejahteraan manusia, upaya penyelidikannya ini juga untuk perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Keberadaan suatu ilmu pengetahuan yang semula
sederhana akhirnya terus berkembang menjadi semakin kompleks. Keberhasilan
penemuan kapal terbang yang pada awalnya hanya bisa terbang selama 12 detik
dengan dikayuh kaki beberapa orang, kini sudah sangat jauh kondisinya.
Kecepatan kapal terbang generasi masa kni sudah melampaui kecepatan suara,
sehingga mampu menembus ruang akasa sampai ke bulan, mars, atau planet
lainnya.
5

Metode-metode penyelidikan ilmu pengetahuan antara lain berupa


metode; observasi, wawancara, angket, demonstrasi, eksperimen, catatan anekdot,
sosiometri, dan lainnya. Tidak semua jenis metode penyelidikan ini selalu
dipergunakan secara bersamaan, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan dan
tujuan yang ingin dicapai. Selain itu masing-masing metode penyelidikan
memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu dalam penggunaannya
kadang-kadang beberapa metode dipadukan secara bersamaan. Dengan cara ini
kekurangan suatu metode dapat dibantu oleh kelebihan metode yang lain.
Seorang dokter dalam menghadapi pasien ia akan mempergunakan
beberapa metode sekaligus. Tujuannya tidak ada lain kecuali untuk memberikan
suatu layanan sebaik mungkin agar pasennya bisa memperoleh kesembuhan.
Ketika menghadapi pasien dokter biasanya akan menanyakan apa yang anda
keluhkan ?, sejak kapan ? dan seterusnya (metode wawancara). Kemudian dokter
meminta kepada pasien agar membuka mulutnya, kemudian dilihat dengan
menggunakan alat senter kecil, dicek denyut jantungnya, tensinya (observasi)
kemudian dibuatkan suatu resep (eksperimen) dengan pesan (wawancara) agar
obatnya diambil di apotik dan diminum misalnya 3 kali sehari, masing-masing 1
tablet. Ada kalanya sambil diberi pesan kalau tiga hari belum baik silahkan
datang lagi ke sini ya. Begitu seterusnya hingga pasien betul-betul memperoleh
kesembuhan.
Berbagai metode tersebut bisa juga dipergunakan oleh bidang ilmu
pengetahuan yang lain. Misalnya dalam bidang hukum, ketika seorang polisi
bertanya kepada saksi tentang kejadian suatu perkara (wawancara), penyelidikan
di tempat kejadian perkara (observasi), rekonstruksi kejadian suatu perkara
(demonstrasi), dan seterusnya. Melalui penggunaan metode-metode tersebut,
maka suatu rangkaian kejahatan dapat diungkap, sehingga pelaku dapat dikenai
suatu hukuman sesuai dengan pasal-pasal yang dilanggarnya.
Selanjutnya ilmu pengetahuan bersifat sistematis, maksudnya ialah
bahwa ilmu pengetahuan itu sudah memiliki pembidangan sesuai dengan
jatidirinya. Sudah dikelompokkan sesuai dengan bidangnya, sehingga tidak
bercapurbaur dengan ilmu pengetahuan yang lain. Namun demikian ilmu
pengetahuan satu dengan yang lain tidak selalu dikhotomis, sebab ada seba-gian
6

ilmu pengetahuan yang berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan yang lain,
sehingga pembahasannya kadang-kadang bersinggungan.
Selain itu sifat sistematis ilmu pengetahuan yaitu terletak pada sifat
pemaparannya yang runtut. Artinya suatu ilmu pengetahuan yang ditulis selalu
mengikuti logika tertentu, sehingga akan membantu konsumennya untuk segera
bisa memahami substansi dari ilmu pengetahuan tersebut. Sebuah artikel yang
ditulis oleh seseorang dapat dipastikan telah disusun secara sistematis, agar
pemaparan buah pikiran penulisnya mudah dipahami oleh pembaca. Atau contoh
yang lebih konkrit lagi, sebuah buku yang ditulis oleh pengarangnya, dipaparkan
mulai dari bab I, bab II, bab III, dan seterusnya adalah gambaran sebuah
sistematika pembahasan yang runtut atau sistematis.
Pengertian Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
a. Latarbelakang
Pada mulanya ISBD merupakan dua jenis matakuliah terpisah yang
masing- masing berdiri sendiri dengan nama Ilmu Sosial Dasar (ISD) dan Ilmu
Budaya Dasar (IBD). Dalam struktur kurikulum perguruan tinggi kedua
matakuliah termasuk komponen matakuliah umum (MKU), yaitu matakuliah
yang diorientasikan kepada upaya untuk membantu perkembangan kepribadian
mahasiswa sebagai calon akademisi agar tidak terjebak ke dalam keahlian atau
disiplin ilmu yang ditekuni. Dengan memperoleh matakuliah umum, kepekaan
dan kepedulian mahasiswa terhadap persoalan-persoalan sosial dan budaya yang
berkembang dalam masyarakat akan semakin tajam, terutama jika nantinya telah
terjun dalam masyarakat.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan
masyarakat terhadap lulusan perguruan tinggi juga semakin kritis. Kualitas
lulusan menjadi bahan perbincangan kalangan calon penggunanya. Masyarakat
menghendaki agar lulusan perguruan tinggi dapat secara langsung diterima di
berbagai bidang lapangan pekerjaan yang dibutuhkan. Kondisi seperti ini
mengharuskan dunia pendidikan terutama perguruan tinggi segera meresponnya.
Departemen Pendidikan Nasional

dalam hal ini tanggap terhadap tuntutan

masyarakat tersebut. Kurikulum nasional di perguruan tinggi yang berlaku saat itu
7

terus diupayakan untuk dikembangkan agar mampu menjawab tuntutan


masyarakat yang semakin kompleks. Upaya ini diawali dengan lahirnya Surat
Keputusan Mendiknas No. 232 tahun 2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi, dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Berdasarkan
surat keputusan tersebut, Pemerintah tidak lagi menyiapkan kurikulum perguruan
tinggi secara nasional, melainkan setiap perguruan tinggi supaya mengembangkan
sendiri kurikulumnya, sesuai dengan kebutuhan stake holders setempat. Oleh
karena itu di dalam merancang kurikulum, perguruan tinggi diharapkan
melibatkan masyarakat, terutama masyarakat calon pengguna lulusan atau stake
holders tersebut.
Berbeda dengan yang berlaku sebelumnya, di mana setiap terjadi
perkembangan atau perubahan kurikulum, Pemerintah melalui Dirjen Dikti selalu
menyiapkan kurikulum nasional atau kurikulum inti. Perguruan tinggi tinggal
melaksanakan

kurikulum

tersebut.

Namun

tidak

demikian

sebagaimana

dituangkan dalam SK no. 232 tahun 2000 tersebut, di mana setiap perguruan
tinggi diberi kewenangan mengembangkan kurikulum sendiri, sehingga punya ciri
khas perguruan tinggi yang bersangkutan. Dengan mengembangkan kurikulum
sendiri, maka kebutuhan masyarakat terhadap lulusan perguruan tinggi akan
teradopsi. Di sinilah sisi pentingnya perguruan tinggi melibatkan masyarakat
(stake holders) dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum.
Namun dalam perjalanan yang memakan waktu hampir dua tahun
belum semua perguruan tinggi siap menghasilkan kurikulum seperti yang
dikehendaki oleh Dirjen Dikti. Menyikapi kondisi tersebut Pemerintah melalui
Mendiknas segera mengambil langkah, yaitu dengan mengeluarkan SK No. 045
tahun 2002, tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Di dalam SK tersebut
terdapat pengelompokan sejumlah matakuliah yang ada di perguruan tinggi.
Pengelompokan tersebut meliputi : matakuliah pengembangan kepribadian
(MPK), matakuliah keilmuan dan keterampilan (MKK), matakuliah keahlian
berkarya (MKB), matakuliah prilaku berkarya, dan matakuliah berkehidupan
bermasyarakat (MBB).
Kelompok matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) merupa-kan
kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia
8

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang mahaesa dan berbudipekerti
luhur, berkepribadian mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa tanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (Matakuliah Pendidikan Agama, Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia)
Kelompok matakuliah keilmuan dan keterampilan (MKK) merupakan
kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan
landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu. Kelompok matakuliah
keahlian berkarya merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang
bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai. Kelompok matakuliah perilaku berkarya (MPB)
merupakan bahan kajian dan peajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan
prilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian
berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai.
Sedangkan kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB)
adalah kelompok bahan kajian dan peajaran yang diperlukan seseorang untuk
dapat memahami kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian
dalam berkarya. (ISBD dan IAD)
Untuk kelompok matakuliah MBB secara nasional telah disiapkan
rambu-rambu pelaksanaannya. Rambu-rambu ini dituangkan dalam SK Dirjen
Dikti No. 30/ Dikti/Kep/2003, tentang Rambu-Rambu pelaksanaan Matakuliah
Berkehidupan Bermasyarakat di Perguran Tinggi Indonesia. Di dalam surat
keputusan tersebut kedua matakuliah (ISD dan IBD) yang semula berdiri sendiri
dan termasuk matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) disatukan menjadi
matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, dan masuk komponen Matakuliah
Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).
Walaupun telah diterbitkan SK tersebut, namun kenyataan di lapangan
masih ada perguruan tinggi yang belum merespon positip terhadap keberadaan
matakuliah berkehidupan bermasyarakat. Jurusan dan atau program studi
mengembangkan kurikulum sesuai spesifikasinya sendiri-sendiri. Bahkan ada
yang secara tegas tidak memasukkan MBB ke dalam kurikulumnya, sehingga
matakuliah ISBD bagaikan ditelan zaman. Kondisi ini akhirnya teratasi dengan
lahirnya SK Dirjen Dikti No. 43/Dikti/Kep/2006, tentang Rambu-Rambu
9

Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadi-an (MPK) di


Perguruan

Tinggi,

dan

No.

44/Dikti/Kep/2006,

tentang

Rambu-Rambu

Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) di


Perguruan Tinggi. Dengan lahirnya kedua surat keputusan tersebut keberadaan
matakuliah pengembangan kepribadian dan matakuliah berkehidupan masyarakat
menjadi semakin jelas dan mantap. Berdasarkan kedua surat keputusan tersebut,
semua kurikulum perguruan tinggi wajib memuat kedua kelompok matakuliah
tersebut, yaitu Matakuliah Pengembangan Kepribadian yang terdiri atas;
matakuliah PPKn, Pendidikan Agama, dan bahasa Indonesia, dan Matakuliah
Berkehidupan Bermasyarakat yang terdiri atas; matakuliah Ilmu Sosial dan
Budaya dasar, dan Ilmu Kealaman dasar (IAD). Semua jenis matakuliah ini sudah
harus diberlakukannya pada semester ganjil 2006/2007.
b. Pengertian Ilmu Sosial dan Budaya dasar
Seperti dijelaskan di atas bahwa matakuliah ini pada mulanya adalah
matakuliah yang berasal dari dua matakuliah yang terpisah dan berdiri sendirisendiri. Namuan dalam perjalanannya akhirnya berdasarkan surat keputusan
Dirjen Dikti Depdiknas No. 30/Dikti/Kep.2003 kedua matakuliah (ISD dan IBD)
digabung menjadi satu matakuliah dengan nama Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
(ISBD). Sehubungan dengan itu untuk memahaminya kiranya perlu dikenali dari
konsep awalnya masing-masing, yaitu sebagai Ilmu Sosial Dasar (ISD) dan Ilmu
Budaya Dasar (IBD).
Istilah Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan satu lagi Ilmu
Alamiah dasar, sama sekali tidak mengatakan bahwa matakuliah dengan namanama tersebut masing-masing memperkenalkan dasar-dasar dari ilmu-ilmu sosial,
ilmu-ilmu budaya, dan ilmu-ilmu alamiah. Yang benar adalah bahwa masingmasing matakuliah tersebut ingin membuka pagar-pagar yang membatasi disiplindisiplin yang membentuk masing-masing kelompok ilmu tersebut. Sehubungan
dengan hal tersebut yang dimaksudkan dengan disiplin ilmu adalah: scientific
study of some aspect or segment of reality (penyelidikan ilmiah terhadap beberapa
aspek atau segmen realita). Contoh disiplin ilmu misalnya: sosiologi, filsafat,
fisika, dan lainnya.
10

Biasanya disiplin-disiplin ilmu yang tergolong IAD dalah: fisika, kimia,


astronomi, geologi, meteorologi, dan biologi. Lima ilmu yang mendahului ini
mewujudkn ilmu-ilmu fisis, sedangkan yang terakhir ilmu-ilmu biotis dengan
rincian utama: zologi, fitologi, dan fisiologi manusia. Adapun ilmu sosial dasar
meliputi dua kelompok utama, yaitu: studi manusia dan masyarakat, dan studi
lembaga-lembaga sosial. Yang terdahulu terdiri atas: psikologi, sosiologi, dan
antropologi, sedangkan yang kemudian terdiri atas ekonomi dan politik. Ilmu
Budaya dasar bisanya dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama seni (sastra, musik,
seni rupa, seni tari dan berpidato), sejarah, agama dan filsafat.
Sejak manusia hidup dalam kondisi sederhana, seni menempati posisi
yang penting dalam kehidupannya sehri-hari. Sejarah umat manusia juga
menunjukkan bahwa di dalam seni itu terdapat beberapa dari kebanyakan ekspresi
manusia yang menonjol dalam pengertiannya atas eksistensinya sendiri. Sastra
yang diajarkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi berpendekatan kritik
literer, di dalamnya tercakup hakikat sastra, analisisnya, evaluasinya, dan
tempatnya di dalam kehidupan manusia. Adapun seni rupa dan musik seringkali
masih sekedar diajarkan untuk keterampilan seni belaka, jadi belumlah sebagai
pemberian bekal pemerkaya pemilikan budaya intelek bersama.
Sejarah yang diajarkan sebagai disiplin yang menalaah manusia di
dalam dimensi waktu dengan mengutamaan telaahnya pada masa lampaunya.
Manusia di situ dilukiskan sebagai ciptaan Allah, makhluk pencipta budaya dan
makhluk pencipta peradaban. Melalui perubahan budaya dan perubahan
peradaban pengajar sejarah bermaksud memahamkan isi pengalaman buat
manusia di masa lampau serta kondisinya sekarang sebagaimana terdapat berbagai
kelompok kehidupan. Mahasiswa yang mempelajari sejarah diharapkan
menemukan identitasnya sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat agama,
sebagai warga suatu bangsa, dan warga umat manusia. Sehubungan dengan
sejarah kebudayaan haruslah lebih ditonjolkan dari sejarah politik dan sejarah
ekonomi.
Retorika yang ada terbagi menjadi jenis lisan dan yang tertulis
seringkali dipandang sebagai suatu keterampilan belaka dengan akibat bahwa
yang dicapai melalui retorika tertulis hanyalah materi obyektif atau mekanisme
11

mengungkapkan berdasarkan tata bahsa melalaui komposisi tertulis. Pada hal


tujuan yang sebenarnya dari retorika tertulis adalah melatih mahasiswa untuk
menulis prosa dengan idiom yang baik dan gaya bahasa yang berlaku berdasarkan
logika yang layak. Melalui latihan yang banyak di bawah bimbingan dosen yang
cakap, retorika tertulis

harus mampu memberikan keterampilan untuk

meneruskan, berdalih, membuktikan dan menghimbau.


Sehubungan dengan hal tersebut di atas, ditetapkan bahwa retorika
sekedar diajarkan sebagai keterampilan itu harus lain dengan yang diberikan
melalui sejarah sastra dan kritik sastra. Retorika tertulis dekat sekali pertaliannya
dengan linguistik, sejarah bahasa, serta tata bahasa. Dalam mengajarkan retorika
tertulis mahasiswa diajak bergaul dengan logika informal, khususnya bidang yang
terkenal dengan sebutan logical fallacies atau logika semu.
Dalam

kehidupan

sehari-hari

manusia

berkomunikasi

dengan

sesamanya secara langsung sehingga membutuhkan retorika lisan. Ilmu Budaya


Dasar jika memberikan retorika lisan haruslah pada praktek berpidato di muka
umum menurut gaya bahasa yang berlaku, berdasarkan struktur bahasa yang logis
dan syarat-syarat keterampilan mengungkapkan pikirannya secara lisan sama
pentingnya yang secara tertulis.
Setelah mengenali pembagian ilmu pengetahuan ke dalam tiga bidang
lapangan ilmu pengetahuan (ilmu-ilmu sosial, pengetahuan budaya, dan ilmu-ilmu
alamiah) sebagaimana dikemukakan di atas, maka Ilmu Sosial Dasar bersamasama dengan Ilmu Budaya Dasar dan Ilmu Alamiah Dasar pada dasarnya
merupakan satuan-satuan pengetahuan yang didasarkan pada pembagian tersebut
di atas, yang merupakan pengetahuan yang dikembangkan sebagai usaha
pendidikan.
Ilmu sosial dasar merupakan pengetahuan yang menelaah masalahmasalah sosial, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat
Indonesia, dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang
berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu
sosial (geografi sosial, sosiologi, antropologi sosial, ilmu politik, ekonomi
psikologi sosial, dan sejarah)

12

Dengan demikian Ilmu Sosial dasar merupakan suatu pengetahuan dasar


yang berusaha memberikan pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial agar daya
tanggap, persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial
dapat ditingkatkan. Dengan kemampuan tersebut kepekaan mahasiswa pada
lingkungan sosialnya akan menjadi lebih besar, dan pada akhirnya mahasiswa
terbantu perkembangan wawasan penalaran dan kepribadiannya, khususnya
berkenaan dengan sikap dan tingkah laku dalam menghadapi manusia-manusia
lain, serta sikap dan tingkah laku manusia-manusia lain terhadap manusia yang
bersangkutan secara timbal balik.
Dengan ilmu sosial dasar mahasiswa diharapkan mempunyai tiga
macam kemampuan, yaitu kemampuan personal, akademik, dan profesional.
Kemampuan personal merupakan kemampuan kemampuan kepribadian
yang tampak dalam penampilannya sebagai pribadi bangsa Indonesia, memahami
dan mengenal nilai-niali keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan, serta
memiliki pandangan dan kepekaan yang luas terhadap berbagai masalah yang
dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
Selanjutnya kemampuan akademis merupakan kemamapuan untuk
mengkomunikasikan secara ilmiah, hasil lisan maupun tulisan, menguasai teknik
analisis, maupun berpikir logis, kritis, dan sistematis, memiliki kemampuan
konsepsional untuk mengidentifikasikan dan merumuskan masalah yang dihadapi
serta mampu menawarkan alternatif-alternatif pemecahannya.
Kemampuan profesional merupakan kemampuan di bidang profesi
tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini para akademisi
diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam bidang
profesinya.
Selanjutnya Ilmu Budaya Dasar sebagai matakuliah waib di perguruan
tinggi merupakan terjemahan dari istilah Basic Humanities atau pendidikan
humaniora. Humanior atau humanus dalam bahasa Latin berarti manusiawi,
berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari ilmu budaya dasar diharapkan
seseorang menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya, dan lebih halus budi
pekertinya.
13

Ilmu Budaya Dasar atau Basic Humanities tidak identik dengan The
Humanities (Ilmu tentang Budaya). Ilmu tentang budaya mencakup keahlian
filsafat, agama, seni, dan sejarah. Sedangkan Ilmu Budaya dasar bukanlah ilmu
tentang berbagai budaya, melainkan mengandung pengertian umumnya tentang
konsep-konsep dan teori-teori budaya yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah kebudayaan.
Pendekatan terhadap berbagai masalah budaya tersebut dilakukan
dengan menggunakan berbagai pengetahuan budaya (The Humanities), baik
dengan menggunakan suatu keahlian disiplin ilmu tertentu maupun dengan
menggunakan pendekatan berbagai keahlian atau inter, bahkan multidispliner.
Dengan memperlajari ilmu buadaya dasar mahasiswa diharapkan dapat
mengembangkan kepribadiannya dengan cara memperluas wawasan pemikiran
dan kemampuan kritisnya terhadap masalah-masalah budaya, sehingga daya
tangkap, persepsi dan penalarannya terhadap lingkungan budaya dapat menjadi
lebih peka, halus dan manusiawi.
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar pada dasarnya merupakan gabungan
secara kolaboratif antara ISD dan IBD yang dilandasi SK Dirjen Dikti No,
30/Dikti/Kep/2003. Yang sedikit agak membedakan antara ISBD dengan ISD dan
IBD sebelum dikolaborasi ialah terletak pada titik tekan dalam mencapai sasaran
pembelajaran pada diri mahasiswa. Baik dalam ISD maupun IBD masing-masing
diorientasikan pada usaha membantu perkembangan kepribadian mahasiswa.
Dengan demikian aspek personal tampak menonjol.
Berbeda dengan ISD dan IBD, sasaran pembelajaran mahasiswa dalam
mempelajari ISBD lebih ditekankan kepada aspek perkembangan sosialnya yaitu
dalam kerkehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu kalau ISD dan IBD masuk
dalam kelompok matakuliah pengembangan kepribadian (MPK), maka ISBD
masuk dalam kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB).
Titik persoalannya sekarang adalah dapatkah ISBD disebut sebagai ilmu
pengetahuan ?
Seperti dijelaskan di atas, bahwa persyaratan suatu ilmu pengetahuan
ialah pertama memiliki obyek, baik materia maupun forma. Kedua memiliki
metode penyelidikan yang dipergunakan untuk mengkaji dan mengembangkan
14

obyeknya, dan ketiga ialah sistematis. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)
pada dasarnya masih belum termasuk kategori sebagai kelompok ilmu
pengetahuan, karena belum secara spesifik memiliki obyek forma. Bahkan ISBD
dapat digolongkan sebagai pengetahuan dasar yang relatif masih sangat muda.
Dikatakan sangat muda, karena ISBD merupakan perpaduan antara kedua
pengetahuan dasar yang ada sebelumnya, yaitu Ilmu Sosial Dasar, dan Ilmu
Budaya dasar. Masing-masing memiliki kajian fenomental yang berhubungan
secara langsung dengan kehidupan manusia. Ilmu Sosial Dasar banyak mengkaji
masalah-masalah sosial dalam kehidupa manusia, sedangkan Ilmu Budaya Dasar
mengkaji berbagai aspek kehdupan yang terkait dengan masalah budaya.
Mengingat bidang kajian kedua kelompok pengetahuan dasar ini yang relatif
dekat dengan kehidupan manusia, maka berdasarkan keputusan Dirjen Dikti No30
tersebut di atas, kedua ilmu pengetahuan dasar ini dikolaborasikan, dengan nama
baru Ilmu Sosial dan Budaya Dasar atau disingkat ISBD. Jadi ISBD bukanlah
suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah suatu pengetahuan
mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan masalah-masalah yang terwujud
daripadanya. Oleh karena itu fungsi ISBD merupakan suatu usaha yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial
kebudayaan agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran mahasiswa dalam
menghadapi lingkungan sosial budaya dapat ditingkatkan sehingga kepekaan
mahasiswa pada lingkungannya menjadi lebih besar.
c.

Ruang lingkup ISBD


Sebagai matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB) mata kuliah

ISBD dirancang untuk membekali mahasiswa sebagai calon akdemisi agar


nantinya memiliki tiga kemampuan dasar yaitu: personal, akademis, dan
kemampuan profesional.
Kemampuan personal yaitu kemampuan kepribadian, di mana para
akademisi diharapkan memiliki wawasan pengetahuan dan kemam-puan, sehingga
mampu menunjukkan sikap, tingkah laku dan tindakan yang mencerminkan
15

kepribadian

Indonesia,

memahamidan

mengenal

nilai-nilai

keagamaan,

kemasyarakatan dan kenegaraan, seta memiliki pandangan yang luas dan


kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
Kemampuan akademis yaitu suatu kemampuan untuk berkomuni-kasi
secara ilmiah baik lisan maupun tulisan , menguasai berbagai treknik analisis,
maupun berpikir logis, kritis, sistematis, analitis, memiliki kemampuan
konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi,
seta mampu menawarkan alternatif pemecahan.
Kemampuan profesional : kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli
yang bersangkutan, para ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan
yang tinggi dalam bidang profesinya.
Untuk mencapai ketiga kemampuan di atas, maka diperlukan sejumlah
bahan kajian yang akan dioperasionalkan dalam bentuk pembelajaran. Bahan
kajian tersebut meliputi :

3.

1)

Pendahuluan (pengantar ISBD)

2)

Manusia sebagai Makhluk Budaya

3)

Manusia dan Peradaban

4)

Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

5)

Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

6)

Manusia, nilai, moralitas, dan hukum

7)

Manusia, sains, teknologi dan seni

8)

Manusia dan lingkungan

ISBD Sebagai Komponen MBB


ISBD sebagai bagian komponen Mata Kuliah Berkehidupan

bermasyarakat (MBB) mempunyai tema pokok, yaitu hubungan timbal balik


antara manusia dengan lingkungannya. Manusia adalah makhluk yang
membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Manusia tidak akan
mampu hidup sendiri tanpa ada bantuan dari pihak lain. Dibandingkan dengan
hewan, keberadaan manusia pada saat baru lahir sangat lemah, tidak berdaya dan
tidak akan mungkin bisa bertahan hidup tanpa ada manusia lainnya. Naluri
seorang ibu yang baru melahirkan anaknya akan otomatis tergerak untuk mau

16

menyusui anaknya, walaupun sebelumnya belum pernah belajar bagaimana cara


menyusui. Komunikasi antara anak dengan ibu melalui kontak menyusui sudah
merupakan indikator ketergantungan antara satu manusia dengan lainnya. Hal ini
tentu agak berbeda dengan yang dialami oleh hewan. Seekor anak ayam yang baru
menetas walaupun tanpa ada induknya, ia akan mampu berusaha mencari
makanan untuk dirinya, sehingga ia mampu untuk bertahan hidup dan
berkembang.
4.

Pendekatan dan Metode Pembelajaran ISBD


Seperti matakuliah yang lain matakuliah ISBD disajikan kepada

mahasiswa untuk dikaji bersama melalui interaksi edukatif yang disebut dengan
proses pembelajaran. Yang terpenting dalam proses pembelajaran tersebut ialah
bagaimana dosen mampu menyediakan lingkungan belajar yang bisa membuat
mahasiswa belajar. Untuk itu proses pembelajaran ISBD akan mempergunakan
berbagai pendekatan dengan prinsip mahasiswa dapat belajar.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, yaitu dari belum
tahu menjadi tahu kognitif), dari belum baik menjadi baik (afektif), dan dari
belum terampil menjadi terampil (psikomotorik). Ketiga ranah ini yang menjadi
sasaran belajar dengan titik tekan berada pada aspek sikap (afekti), yaitu sikap
berkehidupan bermasyarakat.
Semua proses pembelajaran akan diorientasikan kepada belajar yang
berpusat pada aktivitas mahasiswa (student active learning). Untuk mengarah
pada sasaran ini metode pembelajarannya adalah melalui: ceramah, diskusi,
tanya jawab, bermain peran (demonstrasi), penelitian sosial budaya, pentas
kreatifitas, dan apresiasi seni budaya, kolaborasi, dan problem solving)
5.

Pemecahan Masalah Sosial Budaya


Masalah sosial budaya merupakan suatu kondisi atau perkembangan yang
terwujud dalam masyarakat dan budayanya yang berdasarkan atas studi,
mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan
warga masyarakat secara keseluruhan. Masalah ini meliputi hal-hal sebagai
berikut.
17

1)

Berbagai kenyataan yang bersama-sama merupakan masalah


sosial budaya yang dapat ditanggapi dengan pendekatan sendiri maupun
sebagai pendekatan gabungan (antar bidang)

2)

Adanya keanekaragaman golongan dan kesatuan sosial lain


dalam masyarakat, yang masing-masing mempunyai kepentingan
kebutuhan seta pola-pola pemikiran dan pola-pola tingkah laku sendiri,
yang

didalamya

terdapat

persamaan,

perbedaan,

yang

dapat

menimbulkan pertentangan-pertentangan maupun kerjasama.


3)

ISBD menggunakan pendekatan-secara komprehensif dari


berbagai cabang ilmu untuk memecahkan masalah sosial, di antaranya :
a) Sosiologi
b) Antropologi Sosial dan Budaya
c) Ilmu Sejarah
d) Ilmu Ekonomi
e) Ilmu Hukum
f) Ilmu Politik
g) Geografi
h) Psikologi sosial

6.

Sistem Evaluasi Pembelajaran ISBD


Evaluasi hasil belajar keberhasilan mahasiswa akan diukur melalui dua

tahap, yaitu evaluasi dalam proses dan produk. Evaluasi dalam proses
dimaksudkan untuk mengukur kadar keterlibatan fisik, mental, dan emosional
mahasiswa selama dalam proses pembelajaran. Evaluasi proses ini lebih
dititikberatkan pada aspek pembentukan prilaku (afektif), dan keterampilan
selama dalam proses pembelajaran. Proses evaluasi dilakukan melalui pengamatan
sejak mahasiswa masuk di kelas; bagaimana ketepatan waktunya, sikap dan
prilakunya selamam di ruang kelas, aktivitas dan partisipasinya dalam proses
pembelajaran.
Sementara evaluasi produk lebih menitikberatkan pada pengukuran aspek
kognitif melalui tes tulis. Tes tulis dapat berupa tes insidental, ujian tengah
semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS).
18

Secara rinci aspek yang dinilai baik yang menyangkut masalah penilaian
proses maupun produk meliputi hal berikut.
1) Kedisiplinan dan partisipasi kuliah, termasuk dalam diskusi
2) Ujian tengah semester
3) Ujian akhir semester
4) Pertugasan.
a. Pembuatan makalah (kelompok dan mandiri)
b. Presentasi di kelas
c. Partisipasi dalam perkuliahan
MATRIK EVALUASI
No
1.

2.

Bentuk penilaian
Pertugasan
a. pembuatan makalah
b. presentasi di kelas
c. disiplin dan partisipasi
dalam perkuliahan
Ujian tengah Semester (UTS)

3.

Ujian akhir semester (UAS)

Bobot
30%

Penilai
Dosen

30%
40%

Dosen
Dosen

JUMLAH

100%

19

Anda mungkin juga menyukai