Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
1.
merupakan idealisasi dari suatu usaha atau perjuangan. Dalam konsep yang lebih
abstrak dapat disetarakan dengan dengan suatu cita-cita, namun cita-cita yang
lebih dekat jangkauannya, sehingga sangat berpelu-ang untuk direalisasikan
melalui usaha atau perjuangan tersebut.
Sementara itu misi merupakan suatu usaha atau perjuangan yang
dilakukan untuk mencapai suatu visi. Visi dan misi ibarat kedua sisi mata uang, di
mana masing-masing sisinya berfungsi saling melengkapi dan memaknai
substansinya, sehingga bisa difungsikan untuk mewujudkan harapan dari subyek
yang memilikinya. Ketiadaan satu sisi dari mata uang tersebut akan
menghilangkan makna sisi lainnya.
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar sebagai komponen pengetahuan dasar
diberikan di perguruan tinggi memiliki visi ; berkembangnya mahasiswa sebagai
manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman,
kesetaraan, dan kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika,
dan moral dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan misinya ialah memberikan
landasan dan wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif
pada mahasiswa untuk memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial
yang beradab serta bertanggungjawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.
Adapun tujuan dari Ilmu Sosial dan Budaya Dasar diberikan di
perguruan tinggi adalah sebagai berikut.
1)
2)
3)
2.
ada baiknya kalau kita mengenali lebih awal pengertian tentang ilmu baik secara
etimologis maupun definitif. Dengan mengenali konsep dasarnya kita akan dapat
mengidentifikasi, apakah matakuliah ISBD termasuk suatu ilmu pengetahuan,
pengetahuan dasar, atau sekedar pengetahuan. Masing-masing istilah ini mempunyai arti yang sangat berbeda. Apalagi kalau dilihat dari kaca mata keilmuan.
Secara etimologis kata ilmu merupakan kata serapan dari kata ilman
(bahasa Arab) yang artinya pengetahuan. Kata ilman sendiri berasal dari kata kerja
alima (fiil madli/pasttense) , artinya tahu atau telah mengetahui. Sedang kan
kata kerja masa kininya (fiil mudlori/presenttense) ialah yalamu yang berarti
sedang mengetahui. Sementara kata bendanya (noun) dari kata alima tersebut
adalah ilman; yang berarti pengetahuan. Jadi kata ilman inilah yang kemudian
diserap kedalam bahasa Indonesia menjadi ilmu.
Diakui perbendahaaraan bahasa Indonesia banyak yang menyerap dari
bahasa asing, apakah itu bahasa Arab, Inggris, Belanda, Cina, atau yang lainnya.
Jangankan bahasa Indonesia bahsa daerah (Jawa misalnya), juga banyak
menyerap dari bahsa asing. Sebagai contoh kata full (Inggris) diserap menjadi
pol artinya penuh. Atau empthy diserap menjadi entek artinya kosong atau
habis. Kata mripat adalah serapan dari kata marifat (bahsa Arab) artinya
mata atau melihat. Contoh yang yang lain, kata seperti botol, bakso, administrasi,
transportasi, semuanya adalah serapan dari unsur bahasa asing; Belanda, Cina, dan
Inggris yang sekarang telah menjadi bahsa Indonesia.
2
Kembali pada konsep awal bahwa ilmu secara etimologis atau harfiyah
artinya ialah pengetahuan. Pengetahuan di sini menyangkut berbagai aspek
kehidupan dan benda yang ada di sekitar manusia. Semua benda atau yang lainnya
yang dikenali lewat indera dapat dikatakan pengetahuan. Indera mata dapat
mengenali ujud, warna, dan sifat atau kualita dari suatu benda. Pelangi kelihatan
indah karena indera mata yang mampu memberikan sifat atau kualita pada pelangi
sehingga dkatakan indah. Hal demikian tidak bisa dikenali oleh indera lainnya,
karena masing-masing memiliki bidang yang terpisah.
Suara seseorang yang melantunkan suatu lagu, ternyata bisa dinikmati
begitu nyaman oleh penggemarnya. Dari kejauhan tempat masjid suara
muadzdzin dapat didengar sayup sampai, dan juga desiran daun-daun tumbuhan
yang diterpa angin semuanya dapat didengar oleh telinga. Hal ini berarti bahwa
indera telingga mendapat pengetahuan tentang suara tersebut. Namun demikian
telingga tidak mampu mengidentifikasi bagai-mana rasanya garam, gula, buahbuahan, atau lezatnya makanan yang diolah dengan rsep mutakhir. Ini berarti
telingga tidak mampu menangkap pengetahuan tentang rasa kecuali hanya
indera pengecap yang dapat melakukannya.
Demikian juga kondisi suatu benda apakah kasar atau halus, hal seperti
ini tidak dapat ditangkap oleh indra-indera tersebut. Yang dapat menangkap
pengetahuan tentang keadaan suatu benda kasar atau halus hanya indera peraba.
Hal ini berarti bahwa indera peraba bisa mendapatkan pengetahuan tentang
halus atau kasarnya suatu benda.
Selanjutnya bagaimana aroma suatu benda abstrak yang tidak tampak
ujudnya, ternyata bisa ditangkap oleh indera penciuman atau hidung. Dengan
kemampuan kepekaannya, manusia selalu bisa merasakan kehidupan ini dengan
aman dan nyaman. Ia akan berbinar wajahnya sambil tersenyum tatkala indera
hidungnya menangkap aroma yang kebetulan sangat disukainya. Ia benar-benar
bisa menikmati betapa sedap, harum, lezat atau rasa apa saja sehingga ia menjadi
senang ketika hidungnya menangkap aroma pengetahuan bau tersebut.
Sebaliknya dengan kemampuan indera ini manusia bisa menghindarkan diri dari
aroma bau yang ternyata tidak sesuai dengan seleranya. Suatu misal ketika
seseorang berada dalam suatu kerumunan tiba-tiba ia ribut sendiri, ngedumel
3
Pengetahuan
seperti
ini
belum
ada
spesifikasi,
belum
mempunyai obyek materia yang sama, tetapi obyeknya formanya pasti dan harus
berbeda, sebab apabila suatu ilmu pengetahuan memiliki obyek forma yang
berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, maka sebenarnya di antara keduanya
adalah termasuk ilmu pengetahuan yang sama.
Obyek forma yaitu obyek kajian suatu ilmu pengetahuan yang sudah
bersifat khusus, spesifik atau mikro. Artinya secara khusus dan mendalam ilmu
pengetahuan mempelajari, mengkaji, mengembangkan, dan menyebar-luaskan,
obyek formanya demi untuk kepentingan kesejahteraan manusia. Atau dengan
kata lain obyek forma suatu ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang
diperjuangkan
oleh
ilmu
pengetahuan
yang
bersangkutan
demi
untuk
ilmu pengetahuan yang berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan yang lain,
sehingga pembahasannya kadang-kadang bersinggungan.
Selain itu sifat sistematis ilmu pengetahuan yaitu terletak pada sifat
pemaparannya yang runtut. Artinya suatu ilmu pengetahuan yang ditulis selalu
mengikuti logika tertentu, sehingga akan membantu konsumennya untuk segera
bisa memahami substansi dari ilmu pengetahuan tersebut. Sebuah artikel yang
ditulis oleh seseorang dapat dipastikan telah disusun secara sistematis, agar
pemaparan buah pikiran penulisnya mudah dipahami oleh pembaca. Atau contoh
yang lebih konkrit lagi, sebuah buku yang ditulis oleh pengarangnya, dipaparkan
mulai dari bab I, bab II, bab III, dan seterusnya adalah gambaran sebuah
sistematika pembahasan yang runtut atau sistematis.
Pengertian Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
a. Latarbelakang
Pada mulanya ISBD merupakan dua jenis matakuliah terpisah yang
masing- masing berdiri sendiri dengan nama Ilmu Sosial Dasar (ISD) dan Ilmu
Budaya Dasar (IBD). Dalam struktur kurikulum perguruan tinggi kedua
matakuliah termasuk komponen matakuliah umum (MKU), yaitu matakuliah
yang diorientasikan kepada upaya untuk membantu perkembangan kepribadian
mahasiswa sebagai calon akademisi agar tidak terjebak ke dalam keahlian atau
disiplin ilmu yang ditekuni. Dengan memperoleh matakuliah umum, kepekaan
dan kepedulian mahasiswa terhadap persoalan-persoalan sosial dan budaya yang
berkembang dalam masyarakat akan semakin tajam, terutama jika nantinya telah
terjun dalam masyarakat.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan
masyarakat terhadap lulusan perguruan tinggi juga semakin kritis. Kualitas
lulusan menjadi bahan perbincangan kalangan calon penggunanya. Masyarakat
menghendaki agar lulusan perguruan tinggi dapat secara langsung diterima di
berbagai bidang lapangan pekerjaan yang dibutuhkan. Kondisi seperti ini
mengharuskan dunia pendidikan terutama perguruan tinggi segera meresponnya.
Departemen Pendidikan Nasional
masyarakat tersebut. Kurikulum nasional di perguruan tinggi yang berlaku saat itu
7
kurikulum
tersebut.
Namun
tidak
demikian
sebagaimana
dituangkan dalam SK no. 232 tahun 2000 tersebut, di mana setiap perguruan
tinggi diberi kewenangan mengembangkan kurikulum sendiri, sehingga punya ciri
khas perguruan tinggi yang bersangkutan. Dengan mengembangkan kurikulum
sendiri, maka kebutuhan masyarakat terhadap lulusan perguruan tinggi akan
teradopsi. Di sinilah sisi pentingnya perguruan tinggi melibatkan masyarakat
(stake holders) dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum.
Namun dalam perjalanan yang memakan waktu hampir dua tahun
belum semua perguruan tinggi siap menghasilkan kurikulum seperti yang
dikehendaki oleh Dirjen Dikti. Menyikapi kondisi tersebut Pemerintah melalui
Mendiknas segera mengambil langkah, yaitu dengan mengeluarkan SK No. 045
tahun 2002, tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Di dalam SK tersebut
terdapat pengelompokan sejumlah matakuliah yang ada di perguruan tinggi.
Pengelompokan tersebut meliputi : matakuliah pengembangan kepribadian
(MPK), matakuliah keilmuan dan keterampilan (MKK), matakuliah keahlian
berkarya (MKB), matakuliah prilaku berkarya, dan matakuliah berkehidupan
bermasyarakat (MBB).
Kelompok matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) merupa-kan
kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia
8
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang mahaesa dan berbudipekerti
luhur, berkepribadian mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa tanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan (Matakuliah Pendidikan Agama, Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia)
Kelompok matakuliah keilmuan dan keterampilan (MKK) merupakan
kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan terutama untuk memberikan
landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu. Kelompok matakuliah
keahlian berkarya merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang
bertujuan menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai. Kelompok matakuliah perilaku berkarya (MPB)
merupakan bahan kajian dan peajaran yang bertujuan untuk membentuk sikap dan
prilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian
berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai.
Sedangkan kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB)
adalah kelompok bahan kajian dan peajaran yang diperlukan seseorang untuk
dapat memahami kaidah kehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian
dalam berkarya. (ISBD dan IAD)
Untuk kelompok matakuliah MBB secara nasional telah disiapkan
rambu-rambu pelaksanaannya. Rambu-rambu ini dituangkan dalam SK Dirjen
Dikti No. 30/ Dikti/Kep/2003, tentang Rambu-Rambu pelaksanaan Matakuliah
Berkehidupan Bermasyarakat di Perguran Tinggi Indonesia. Di dalam surat
keputusan tersebut kedua matakuliah (ISD dan IBD) yang semula berdiri sendiri
dan termasuk matakuliah pengembangan kepribadian (MPK) disatukan menjadi
matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, dan masuk komponen Matakuliah
Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).
Walaupun telah diterbitkan SK tersebut, namun kenyataan di lapangan
masih ada perguruan tinggi yang belum merespon positip terhadap keberadaan
matakuliah berkehidupan bermasyarakat. Jurusan dan atau program studi
mengembangkan kurikulum sesuai spesifikasinya sendiri-sendiri. Bahkan ada
yang secara tegas tidak memasukkan MBB ke dalam kurikulumnya, sehingga
matakuliah ISBD bagaikan ditelan zaman. Kondisi ini akhirnya teratasi dengan
lahirnya SK Dirjen Dikti No. 43/Dikti/Kep/2006, tentang Rambu-Rambu
9
Tinggi,
dan
No.
44/Dikti/Kep/2006,
tentang
Rambu-Rambu
kehidupan
sehari-hari
manusia
berkomunikasi
dengan
12
Ilmu Budaya Dasar atau Basic Humanities tidak identik dengan The
Humanities (Ilmu tentang Budaya). Ilmu tentang budaya mencakup keahlian
filsafat, agama, seni, dan sejarah. Sedangkan Ilmu Budaya dasar bukanlah ilmu
tentang berbagai budaya, melainkan mengandung pengertian umumnya tentang
konsep-konsep dan teori-teori budaya yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah kebudayaan.
Pendekatan terhadap berbagai masalah budaya tersebut dilakukan
dengan menggunakan berbagai pengetahuan budaya (The Humanities), baik
dengan menggunakan suatu keahlian disiplin ilmu tertentu maupun dengan
menggunakan pendekatan berbagai keahlian atau inter, bahkan multidispliner.
Dengan memperlajari ilmu buadaya dasar mahasiswa diharapkan dapat
mengembangkan kepribadiannya dengan cara memperluas wawasan pemikiran
dan kemampuan kritisnya terhadap masalah-masalah budaya, sehingga daya
tangkap, persepsi dan penalarannya terhadap lingkungan budaya dapat menjadi
lebih peka, halus dan manusiawi.
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar pada dasarnya merupakan gabungan
secara kolaboratif antara ISD dan IBD yang dilandasi SK Dirjen Dikti No,
30/Dikti/Kep/2003. Yang sedikit agak membedakan antara ISBD dengan ISD dan
IBD sebelum dikolaborasi ialah terletak pada titik tekan dalam mencapai sasaran
pembelajaran pada diri mahasiswa. Baik dalam ISD maupun IBD masing-masing
diorientasikan pada usaha membantu perkembangan kepribadian mahasiswa.
Dengan demikian aspek personal tampak menonjol.
Berbeda dengan ISD dan IBD, sasaran pembelajaran mahasiswa dalam
mempelajari ISBD lebih ditekankan kepada aspek perkembangan sosialnya yaitu
dalam kerkehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu kalau ISD dan IBD masuk
dalam kelompok matakuliah pengembangan kepribadian (MPK), maka ISBD
masuk dalam kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB).
Titik persoalannya sekarang adalah dapatkah ISBD disebut sebagai ilmu
pengetahuan ?
Seperti dijelaskan di atas, bahwa persyaratan suatu ilmu pengetahuan
ialah pertama memiliki obyek, baik materia maupun forma. Kedua memiliki
metode penyelidikan yang dipergunakan untuk mengkaji dan mengembangkan
14
obyeknya, dan ketiga ialah sistematis. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)
pada dasarnya masih belum termasuk kategori sebagai kelompok ilmu
pengetahuan, karena belum secara spesifik memiliki obyek forma. Bahkan ISBD
dapat digolongkan sebagai pengetahuan dasar yang relatif masih sangat muda.
Dikatakan sangat muda, karena ISBD merupakan perpaduan antara kedua
pengetahuan dasar yang ada sebelumnya, yaitu Ilmu Sosial Dasar, dan Ilmu
Budaya dasar. Masing-masing memiliki kajian fenomental yang berhubungan
secara langsung dengan kehidupan manusia. Ilmu Sosial Dasar banyak mengkaji
masalah-masalah sosial dalam kehidupa manusia, sedangkan Ilmu Budaya Dasar
mengkaji berbagai aspek kehdupan yang terkait dengan masalah budaya.
Mengingat bidang kajian kedua kelompok pengetahuan dasar ini yang relatif
dekat dengan kehidupan manusia, maka berdasarkan keputusan Dirjen Dikti No30
tersebut di atas, kedua ilmu pengetahuan dasar ini dikolaborasikan, dengan nama
baru Ilmu Sosial dan Budaya Dasar atau disingkat ISBD. Jadi ISBD bukanlah
suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah suatu pengetahuan
mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan masalah-masalah yang terwujud
daripadanya. Oleh karena itu fungsi ISBD merupakan suatu usaha yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial
kebudayaan agar daya tanggap, persepsi, dan penalaran mahasiswa dalam
menghadapi lingkungan sosial budaya dapat ditingkatkan sehingga kepekaan
mahasiswa pada lingkungannya menjadi lebih besar.
c.
kepribadian
Indonesia,
memahamidan
mengenal
nilai-nilai
keagamaan,
3.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
16
mahasiswa untuk dikaji bersama melalui interaksi edukatif yang disebut dengan
proses pembelajaran. Yang terpenting dalam proses pembelajaran tersebut ialah
bagaimana dosen mampu menyediakan lingkungan belajar yang bisa membuat
mahasiswa belajar. Untuk itu proses pembelajaran ISBD akan mempergunakan
berbagai pendekatan dengan prinsip mahasiswa dapat belajar.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku, yaitu dari belum
tahu menjadi tahu kognitif), dari belum baik menjadi baik (afektif), dan dari
belum terampil menjadi terampil (psikomotorik). Ketiga ranah ini yang menjadi
sasaran belajar dengan titik tekan berada pada aspek sikap (afekti), yaitu sikap
berkehidupan bermasyarakat.
Semua proses pembelajaran akan diorientasikan kepada belajar yang
berpusat pada aktivitas mahasiswa (student active learning). Untuk mengarah
pada sasaran ini metode pembelajarannya adalah melalui: ceramah, diskusi,
tanya jawab, bermain peran (demonstrasi), penelitian sosial budaya, pentas
kreatifitas, dan apresiasi seni budaya, kolaborasi, dan problem solving)
5.
1)
2)
didalamya
terdapat
persamaan,
perbedaan,
yang
dapat
6.
tahap, yaitu evaluasi dalam proses dan produk. Evaluasi dalam proses
dimaksudkan untuk mengukur kadar keterlibatan fisik, mental, dan emosional
mahasiswa selama dalam proses pembelajaran. Evaluasi proses ini lebih
dititikberatkan pada aspek pembentukan prilaku (afektif), dan keterampilan
selama dalam proses pembelajaran. Proses evaluasi dilakukan melalui pengamatan
sejak mahasiswa masuk di kelas; bagaimana ketepatan waktunya, sikap dan
prilakunya selamam di ruang kelas, aktivitas dan partisipasinya dalam proses
pembelajaran.
Sementara evaluasi produk lebih menitikberatkan pada pengukuran aspek
kognitif melalui tes tulis. Tes tulis dapat berupa tes insidental, ujian tengah
semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS).
18
Secara rinci aspek yang dinilai baik yang menyangkut masalah penilaian
proses maupun produk meliputi hal berikut.
1) Kedisiplinan dan partisipasi kuliah, termasuk dalam diskusi
2) Ujian tengah semester
3) Ujian akhir semester
4) Pertugasan.
a. Pembuatan makalah (kelompok dan mandiri)
b. Presentasi di kelas
c. Partisipasi dalam perkuliahan
MATRIK EVALUASI
No
1.
2.
Bentuk penilaian
Pertugasan
a. pembuatan makalah
b. presentasi di kelas
c. disiplin dan partisipasi
dalam perkuliahan
Ujian tengah Semester (UTS)
3.
Bobot
30%
Penilai
Dosen
30%
40%
Dosen
Dosen
JUMLAH
100%
19