| 2 |
Lihat Hans 0. Schmitt, Foreign Capital and Social Conflict in Indonesia, 1950-1958,
Economic Development and Social Change, 10,3 (April, 1962); Post-Colonial Politics:
A Suggested Interpretation of the Indonesian Experience, 1950-1958, Australian Journal
of Politics and History, 9, 2 (November, 1963); Daniel S. Lev, Judicial Authority and
the Struggle for an Indonesian Rechtastaat, Law and Society Review, 13,1 (Fall, 1978).
Lihat juga HansDieter Even, Class Formation in Indonesia in the Southeast Asian Context,
makalah pada Seminar on Contemporary Indonesia of the Center for Southeast Asian
Studies, Monash University, Melbourne, 1979; Richard Robison, Toward a Class Analysis
of the Indonesian Military Bureaucratic State Indonesia, 25, 17 (1978); dan Joel S.
Kahn, Ideology and Social Structure in Indonesia, 20,1 (January, 1978).
2
Lihat William R. Liddle, Models of Indoneaian Politics, makalah pada seminar,
Department Of Politics, Monash University, Melbourne, 1977; Dwight Y. King,
Defensive Modernization: The Structuring of Economic Interest in Indonesia, dalam
| 3 |
Lihat Hamzah Alavi, The State in Post-Colonial Societies: Pakistan and Bangladesh,
New Left Review, 74 (July-August, 1972), John S. Saul, The State in Post Colonial
Societies: Tanzania, The Socialist Regester (1974) dan The Unsteady State: Uganda,
Obote and General Amin, Review of African Political Economy, 5 (January-April,
1976), dan Colin Leys, The Overdeveloped Post Colonial State: A Reevaluation, Review
of African Political Economy, 5 (January-April, 1976), Lihat juga David Collier, ed., The
New Authoritarianism in Latin America (New Jersey: Princeton University Press, 1978);
Phillipe Schmitter, Still the Century of Corporatism? dalam Frederick B. Pike and
| 4 |
| 5 |
| 6 |
Penggunaan istilah ini diinspirasikan oleh Immanuel Wallerstein, The Modern WorldSystem Capitalist Agriculture and the Origins of the European World-Economy in the
Sixteenth Century (New York: Academic Press, 1974) dan The Rise and Future Demise
of the World Capitalist System: Concepts for Comparative Analysis dalam Politics anA
Society, 5, 3 (1975); juga lihat The Capitalist World Economy (New York: Cambridge
| 7 |
| 8 |
Uraian sejarah kapitalisme pinggiran ini tidak didasarkan pada sumber primer, tetapi
sumber sekunder. Karya-karya di bawah ini tetap merupakan karya-karya klasik: J. H.
Bocke, Economics and Economic Policy of Dual Societies As Exemplified by Indonesia
(Haarlem: H. D. Tjeenk Willink & Zoon N.V., 1953); W. F.. Wertheim, et al. eds.,
Indonesian Economics: The Concept of Dualism in Theory and Policy (The Hague: V.
van Hoeve, 1961); J. S. Furnivall, Netherlands India: A Study of Plural Economy
(Cambridge and New York: At the University Press and the MacMillan Co., 1944) and
Colonial Policy and Practice: A Comparative Study of Burma and Netherlands India
(Cambridge: Cambridge University Press, 1957); A.D.A. de Kat Angelino, Colonial Policy
(The Hague.. N. NiJhoff, 1931); Clive Day, The Dutch in Java (Kuala Lumpur: Oxford
| 9 |
| 10 |
| 11 |
| 12 |
| 13 |
| 14 |
| 15 |
| 16 |
| 17 |
| 18 |
| 19 |
| 20 |
| 21 |
| 22 |
| 23 |
| 24 |
| 25 |
| 26 |
| 27 |
| 28 |
| 29 |
| 30 |
| 31 |
| 32 |
| 33 |
| 34 |
| 35 |
| 36 |
| 37 |
asing. Lebih buruk lagi, karena tingkat akumulasi yang lebih tinggi
dalam perusahaan-perusahaan asing, pengusaha-pengusaha pribumi
yang kepentingannya akan diperjuangkan oleh kelompok golongan
menengah selalu akan berada dalam posisi yang inferior dan tidak
menguntungkan, yang melawan aspirasi mereka sendiri. Inilah
pertentangan-pertentangan yang terkandung dalam diri golongan
menengah. Dalam mengejar kepentingan ekonomi mereka sendiri,
pada kenyataannya mereka telah mengundang kekalahan politiknya
sendiri.
Golongan menengah nampaknya berusaha mengkompensasi
keadaan sulit ini dengan mengusulkan program pribumisasi
ekonomi. Konsisten dengan kebijaksanaan ekonomi secara
keseluruhan, program ini didasarkan pada sistem pemasukan
individu secara bebas. Campur tangan pemerintah dirancangkan
untuk menciptakan suatu kelompok komersial dan industrial
pribumi sejajar dengan kelompok asing, tanpa sedikit pun
mengganggu struktur kapitalisme pinggiran. Tetapi situasi kritis
dari cadangan devisa dan efek-efek yang sangat merugikan
ekonomi telah menciptakan halangan yang tak teratasi. Masalahnya
berasal dari konflik tak terselesaikan antara kebutuhan untuk
meningkat kan ekspor demi menghindari kekurangan devisa dan
akibat yang melawan kestabilan dari ekspansi kredit atau campur
tangan dalam ekonomi usaha pribumisasi ekonomi.
Usaha meningkatkan ekspor memerlukan stabilitas ekonomi dan
keuangan, tetapi dengan pengaturan, campur tangan pemerintah
dan ekspansi kredit yang berlebihan tidak menstabilkan ekonomi,
dan akhirnya membahayakan ekspor dan cadangan devisa. Inflasi
yang serius dan dirasakan akibatnya secara luasyang mulai terjadi
di pertengahan tahun 1954-terutama disebabkan oleh
kebijaksanaan pribumisasi melalui kredit, pengeluaran lisensi dan
proteksi, yang mengakibatkan defisit anggaran belanja dan
pengurasan cadangan devisa.
Dengan demikian kiranya dapat dikatakan, bahwa nasib buruk
terus menerus yang menimpa golongan menengah dalam mengejar
| 38 |
| 39 |