Rekayasa Lalu Lintas
Rekayasa Lalu Lintas
Di dalam memecahkan permasalahan lalu lintas, para pakar lalu lintas perlu mengenali 3
komponen yaitu jalan, kendaraan dan pelaku perjalanan. Mengenali masalah lalu lintas yang
terjadi dengan mengumpulkan informasi geometrik jalan, besarnya arus lalu lintas, kecepatan
lalu lintas, hambatan/tundaan lalu lintas, data kecelakaan lalu lintas dan karakteristik pelaku
perjalanan. Seluruh data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis untuk kemudian
direncanakan usulan perbaikaan geometrik, pembangunan fasilitas pengaman jalan,
pemasangan rambu lalu lintas, marka jalan atau melakukan pembatasan gerakan lalu lintas
tertentu.
Perbaikan geometrik dapat berupa pelebaran jalan, perubahan radius tikung, pembangunan
pulau-pulau lalu lintas, mengurangi tanjakan, membangun jalur rangkak pada tanjakan yang
tinggi, memberikan perioritas bagi angkutan umum seperti Busway dan berbagai langkah
lainnya.
Definisi
Rekayasa lalu lintas menurut Homburger & Kell[1] adalah suatu penanganan yang berkaitan
dengan perencanaan, perancangan geometrik dan operasi lalu lintas jalan serta jaringannya,
terminal, penggunaan lahan serta keterkaitan dengan moda transportasi lainnya.
Sedang istilah Rekayasa lalu lintas yang banyak digunakan di Indonesia adalah salah satu
cabang dari teknik sipil yang menggunakan pendekatan rekayasa untuk mengalirkan lalu
lintas orang dan barang secara aman dan effisien dengan merencanakan, membangun dan
mengoperasikan geometrik jalan, dan dilengkapi dengan rambu lalu lintas, marka jalan serta
alat pemberi isyarat lalu lintas.
Masih banyak ditemukan jalan dengan kualitas geometrik yang tidak memenuhi persyaratan,
keadaan ini mendorong tingginya angka kecelakaan serta berbagai permasalahan lainnya.
Permasalahan yang terkait geometik antara lain meliputi:
1. rancang bangun ruas jalan atau persimpangan yang tidak memenuhi persyaratan
karena radius tikung, jarak pandang bebas, Jarak pandang menyiap yang tidak
memenuhi persyaratan
2. ruas jalan yang tidak memiliki bahu, tidak cukup lebar sehingga dapat membahayakan
pengguna
3. drainase yang tidak direncanakan dengan baik
4. konstruksi dan perawatan yang tidak dilakukan dengan baik, sehingga banyak
kerusakan yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
5. pemasangan rambu dan marka yang tidak dilakukan dengan baik.
Jaringan jalan yang tidak memadai
Jaringan jalan untuk kendaraan
Jaringan jalan terutama di kawasan perkotaan yang tidak memiliki konsep jaringan yang
memadai yang mengakibatkan pilihan rute menuju suatu kawasan terbatas sehingga beban
jalan-jalan tertentu menjadi sedemikian padatnya. Hal ini diperparah dengan jumlah
kendaraan yang sangat tinggi, sebagai contoh panjang jalan untuk setiap kendaraan di Jakarta
hanya mencapai 1,17 m, sehingga kalau kendaraan disusun bumper to bumpertidak akan
mencukupi panjang jalan yang ada DKI Jakarta, dan kalau menggunakan kriteria lainnya
yaitu panjang jalan per kapita hanya 0,88 m, angka yang kecil kalau dibandingkan dengan
kota-kota lain didunia (kota-kota di Eropah berkisar 2,5 m/kapita dan kota-kota Amerika
Utara berkisar 5 m/kapita).
Jaringan jalan bagi pejalan kaki
Fasilitas pejalan kaki umumnya tidak mendapat perhatian yang cukup oleh pemerintah
daerah, dan kalaupun fasilitas pejalan kaki tersedia tidak didukung dengan standar desain
yang baik sehingga tidak bisa digunakan oleh pngguna yang berkebutuhan khusus baik yang
menggunakan kursi roda maupun yang penderita yang buta. Keadaan ini diperparah lagi oleh
pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar ataupun digunakan untuk kendaraan parkir.
Permasalahan lain yang terkait dengan pejalan kaki adalah kurangnya fasilitas penyeberangan
yang dikendalikan didaerah pusat kota, ataupun ketidak patuhan pemakai kendaraan bermotor
untuk tiodak memberikan perioritas terhadap pejalan kaki.
Tata Ruang yang tidak terkendali
Permasalahan lainnya yang besar adalah tata ruang yang tidak terkendali sehingga
mengakibatkan berbagai permasalahan, di antaranya jalan yang tidak teratur terutama
dikawasan pemukiman dan terkadang didaerah yang kumuh gang-gang yang ada sedemikian
sempitnya sehingga bila terjadi kebakaran sulit untuk dimasuki mobil pemadam kebakaran.
Pertumbuhan kendaraan yang sangat tinggi
Pertumbuhan pemilikan kendaraan pribadi yang sangat tinggi antara 8 sampai 13 persen
setahun yang pada gilirannya digunakan di jalan sehingga bebabn jaringan jalan menjadi
semakin berat. Tingkat pemilikan kendaraan dikota-kota besar sudah mencapai angka 300 an
kendaraan per 1000 orang, suatu angka yang sangat tinggi. Pemilikan kendaraan pribadi ini
didominasi oleh sepeda motor dengan pangsa hampir sebesar 80 persen. Angka pemilikan
kendaraan yang tinggi ini pada gilirannya mengakibatkan permasalahan parkir yang cukup
serius dengan serinnya dilakukan pelanggaran parkir.
Tidak memadainya pelayanan angkutan umum
Angkutan umum yang tidak memadai mendorong masyarakat untuk menggunakan kendaraan
pribadi. Permasalahan pelayanan angkutan umum yang dihadapi pemerintah daerah
khususnya dikawasan perkotaan di antaranya adalah:
Pelanggaran ketentuan lalu lintas yang dilakukan masyarakat kian tambah memprihatikan
dari tahun ke tahun yang pada gilirannya akan mengakibatkan peningkatan kecelakaan lalu
lintas dengan korban meninggal ataupun luka-luka yang tidak sedikit. Disamping itu ketidak
tertiban juga akan mengganggu kelancaran lalu lintas yang akan menurukan kecepatan
perjalanan. Untuk meningkatkan ketertiban masyarakat perlu dipelajari dan dipetakan
kembali profil pelanggaran yang dilakukan masyarakat termasuk juga pelanggaran yang
dilakukan oleh petugas. Pengamatan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat:
1. Tingginya pelanggaran terhadap batas kecepatan yang seolah-olah
tidak ada batasan kecepatan yang diberlakukan hal ini terutama
menjadi masalah pada jalan yang lalu lintas sedang sepi
2. Tingginya pelanggaran pada persimpangan yang dikendalikan
lampu lalu lintas khususnya didaerah pingiran kota. Pelanggaran
terutama tinggi dilakukan oleh pengendara sepeda motor,
pengemudi angkutan umum khususnya angkot. Pelanggaran lain
yang juga terjadi bahwa pengemudi tetap masuk persimpangan
pada saat lampu sudah berubah menjadi merah dan kadang bila lalu
lintas didepannya macet pengemudi akan menghambat lalu lintas
yang mendapatkan lampu hijau dan akhirnya persimpangan akan
terkunci.
3. Tidak berjalannya aturan penggunaan persimpangan perioritas atau
bundaran lalu lintas, pelanggaran ini pada gilirannya mengakibatkan
persimpangan terkunci. Memang pengertian masyarakat tentang
hak menggunakan persimpangan masih sangat rendah terutama
pada persimpangan yang dilengkapi dengan rambu beri
kesempatan ataupun rambu stop.
4. Pelanggaran jalur yang dilakukan oleh pengguna jalan dengan
berjalan menggunakan jalur lawan pada jalan-jalan yang dipisah
dengan median ataupun jalan satu arah. Pelanggaran ini terutama
dilakukan oleh pengguna sepeda motor.
5. Pelanggaran terhadap penggunaan jalan, khususnya dijalur khusus
bus yang lebih dikenal sebagai Busway.
6. Pelanggaran tertib penggunaan perangkat keselamatan seperti
helm dan sabuk keselamatan yang cenderung masih tinggi
terutama di kawasan pinggiran kota.
Kecelakaan lalu lintas
Angka kecelakaan di Indonesia cenderung cukup tinggi bila dibandingkan dengan negaranegara lain di Asean. Berbagai langkah perlu dilakukan untuk bisa mengendalikan angka
kecelakaan tersebut. Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah:
1. Jaringan pelayanan yang tidak memadai
Operasi lalulintas
Operasi lalulintas dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang dengan cara
menerapkan alat-alat kontrol lalulintas agar sesuai dengan standar dan ketentuan
lainnya. Penerapan dapat dilakukan melalui:
Peraturan Perundang-undangan
Alat-alat kontrol
Standar dan ketentuan
Administrasi
Untuk mencapai tujuan dari rekayasa lalulintas dibutuhkan sejumlah administrasi
yang meliputi:
Organisasi yang berwenang menjalankan tugas pengaturan lalulintas
Kantor pelaksana harian
Hubungan antar instansi terkait