Anda di halaman 1dari 6

MASALAH LALU-LINTAS DI KOTA JAKARTA

 Jakarta (650 km2) dengan penduduk (tetap dan tidak tetap) 12 juta jiwa
 Hasil studi Integrated Transportation Master Plan (SITRAMP) tahun 2004 (kerugian
ekonomi akibat kemacetan):
o Kerugian untuk BOK : Rp. 3 triliun.
o Kerugian untuk kehilangan waktu: Rp. 2,5 triliun.
o Kerugian untuk dampak kesehatan: Rp. 2,8 triliun.
 Informasi dari Pemda DKI, kerugian akibat kemacetan: Rp. 12,8 triliun per tahun.
 Diperlukan sarana & prasarana yang efektif untuk menekan kerugian ekonomi akibat
permasalahan lalu lintas tersebut.

Bottle neck
Lebar jalan, bila jalan terlalu sempit sedangkan intensitas alat transportasi dijalan tersebut tinggi,
maka akan menyebabkan kemacetan. Hal ini terjadi bila bentuk jalan yang awalnya lebar lalu
mulai menyempit di area tertentu, hingga disebut dengan istilah bottle neck. Sudah bottle neck,
dua arah pula, wah, akan semakin membuat parah kemacetan.
Bentuk jalan tampak atas yang bottle neck, cenderung membuat macet. Untuk mengatasi hal ini,
tentunya harus menyamakan ukuran jalan, dengan cara melebarkan area yang menyempit tadi
hingga lebarnya diusahakan relatif sama, tentunya dengan dana dari pemerintah untuk
pembebasan tanahnya bila itu area pemukiman penduduk atau area umum lainnya.

Factor jalanan menjadi macet karena


1. Factor waktu, yaitu masuknya alat-alat transport milik pribadi ke jalanan secara
bersamaan dengan banyak alat transport orang lain yang juga cenderung ke arah yang
kurang lebih sama.
2. Faktor Bentuk jalan, faktor bentuk jalan terbagi menjadi sub-sub, yaitu a. Lebar jalan,
bila jalan terlalu sempit sedangkan intensitas alat transportasi dijalan tersebut tinggi,
maka akan menyebabkan kemacetan. b. Permukaan jalan, bila jalan banyak berlobang
dan rusak (broken and damage road), maka tentu saja perjalanan akan lambat dan bila
frekwensi lalu lintas tinggi, maka dipastikan akan macet, juga membahayakan bila malam
hari, karena cenderung tidak terlihat lobang-lobang dijalan ini. Faktor Bentuk jalan,
faktor bentuk jalan terbagi menjadi sub-sub, yaitu a. Lebar jalan, bila jalan terlalu sempit
sedangkan intensitas alat transportasi dijalan tersebut tinggi, maka akan menyebabkan
kemacetan. b. Permukaan jalan, bila jalan banyak berlobang dan rusak (broken and
damage road), maka tentu saja perjalanan akan lambat dan bila frekwensi lalu lintas
tinggi, maka dipastikan akan macet, juga membahayakan bila malam hari, karena
cenderung tidak terlihat lobang-lobang dijalan ini.
3. Faktor Irigasi, jalan yang tidak punya drainage, bila hujan akan cenderung untuk
menggenang airnya, hingga alat transportasi berjalan lambat dan akhirnya menyebabkan
macet bila intensitas alat transportasi yang ada dijalan tersebut banyak.
4. Faktor Rambu Lalu Lintas. Faktor ini dapat mempengaruhi juga, bila saat jam jam sibuk,
maka rambu lampu lalu lintas yang terlalu lama warna merahnya dan terlalu sedikit
warna hijaunya, akan membuat jalanan menjadi macet. Pengaturan ini benar-benar harus
disesuaikan dengan jam-jam sibuk yang ada di jakarta sekitarnya.
5. Faktor pengguna jalan, hal ini seringkali terjadi karena tingkat emosi marah dijalanan
sudah tinggi, dikejar waktu karena suah terlalu lama waktunya habis dijalanan, hingga
pelanggaran acap kali terjadi karena alasan mengejar waktu, akibatnya sering menerobos
lalu lintas, menggunakan trotoar untuk pejalan kaki sebagai solusi atau alternatif jalan,
melawan arus jalan yang seharusnya hanya untuk arus searah dan sebagainya.
Permasalahan transportasi di Indonesia, terutama lalu lintas darat sangat beragam. Permasalahan
lalu lintas biasanya tumbuh lebih cepat dari upaya untuk melakukan pemecahan permasalahan
transportasi sehingga mengakibatkan permasalahan menjadi bertambah parah dengan
berjalannya waktu. Banyaknya permasalahan lalu lintas, harusnya mengugah kita untuk sadar
dan membenahi sistem transportasi yang ada. Untuk bisa memecahkan permasalahan lalu lintas
perlu diambil langkah-langkah yang berani atas dasar kajian dan langkah-langkah yang pernah
dilakukan dikota-kota lain. Permasalahan lalu lintas yang ada antara lain :
1.    Pertumbuhan kendaraan yang sangat tinggi
Pertumbuhan pemilikan kendaraan pribadi yang sangat tinggi antara 8 sampai 13 persen setahun
yang pada gilirannya digunakan di jalan sehingga bebabn jaringan jalan menjadi semakin berat.
Tingkat pemilikan kendaraan dikota-kota besar sudah mencapai angka 300 an kendaraan per
1000 orang, suatu angka yang sangat tinggi. Pemilikan kendaraan pribadi ini didominasi oleh
sepeda motor  hampir sebesar 80 persen. Angka pemilikan kendaraan yang tinggi ini pada
gilirannya mengakibatkan permasalahan parkir yang cukup serius dengan seringnya dilakukan
pelanggaran parkir.
2.    Tidak memadainya pelayanan angkutan umum
Angkutan umum yang tidak memadai mendorong masyarakat untuk tidk menggunakan angkutan
umum dan lebih memilih kendaraan pribadi sebagai alat transportasinya. Permasalahan
pelayanan angkutan umum yang dihadapi pemerintah daerah khususnya dikawasan perkotaan
diantaranya adalah:
Pada trayek-trayek tertentu jumlah bus yang melayani angkutan tidak mencukupi, khususnya
pada saat permintaan puncak, tapi pada trayek lainnya terkadang sangat melebihi kebutuhan
sehingga pada gilirannya untuk mempertahankan operasi operator menterlantarkan kualitas
pelayanan,
Ukuran kendaraan tidak sesuai dengan permintaan yang ada, di banyak kota pelayanan angkutan
pada koridor utama dengan permintaan yang tinggi dilayani dengan angkutan umum ukuran
kecil/angkot yang kapasitas angkutnya hanya pada kisaran 10 orang.
3.    Kualitas angkutan yang sangat tidak memadai
4.    Jadwal yang tidak teratur
Permasalahan yang dihadapi yaitu Fasilitas perhentian yang tidak memadai, atap bocor, tidak
dilengkapi dengan informasi jaringan angkutan umum yang melewati perhentian tersebut, tidak
dilengkapi dengan jadwal.
5.     Kemacetan lalu lintas
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya yang ditandai dengan menurunnya
kecepatan perjalanan dari kecepatan yang seharusnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang
disebabkan oleh banyaknya jumlah lalu lintas kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan
merupakan permasalahan yang umum terjadi dan banyak terjadi di kota-kota besar yang pada
gilirannya mengakibatkan kota menjadi tidak efisien dan bisa mengakibatkan kerugian ekonomi
yang tidak sedikit.
Bila dibandingkan dengan kota-kota dunia kota-kota di Indonesia mempunyai ratio infrastruktur
transportasi dengan luas lahan yang cenderung rendah, sebagai contoh, Jakarta hanya memiliki
ratio sebesar 6 persen sedangkan kota-kota di Amerika Utara berkisar diantara 25-35 persen di
Eropah berkisar antara 15 persen sampai 25 persen. Padahal jumlah kendaraan per kapita juga
sudah sangat tinggi sehingga kemacetan merupakan salah satu permasalahan di kota-kota besar
Indonesia.
6.    Kurangnya jaringan jalan untuk kendaraan
Jaringan jalan terutama di kawasan perkotaan yang tidak memiliki konsep jaringan yang
memadai yang mengakibatkan pilihan rute menuju suatu kawasan terbatas sehingga beban jala-
jalan tertentu menjadi sedemikian padatnya. Hal ini diperparah dengan jumlah kendaraan yang
sangat tinggi, sebagai contoh Panjang jalan untuk setiap kendaraan di Jakarta hanya mencapai
1,17 m, sehingga kalau kendaraan disusun bumper to bumper tidak akan mencukupi panjang
jalan yang ada DKI Jakarta, dan kalau kita menggunakan kriteria lainnya yaitu panjang jalan per
kapita hanya 0,88 m, angka yang kecil kalau dibandingkan dengan kota-kota lain didunia (kota-
kota di Eropah berkisar 2,5 m/kapita dan kota-kota Amerika Utara berkisar 5 m/kapita).
7.    Kurangnya jaringan jalan bagi pejalan kaki
Fasilitas pejalan kaki umumnya tidak mendapat perhatian yang cukup oleh pemerintah daerah,
dan kalaupun fasilitas pejalan kaki tersedia tidak didukung dengan standar desain yang baik
sehingga tidak bisa digunakan oleh penderita cacat baik yang menggunakan kursi roda maupun
yang penderita yang buta. Keadaan ini diperparah lagi oleh pedagang kaki lima yang berjualan di
trotoar ataupun digunakan untuk kendaraan parkir. Permasalahan lain yang terkait dengan
pejalan kaki adalah kurangnya fasilitas penyeberangan yang dikendalikan didaerah pusat kota,
ataupun ketidak patuhan pemakai kendaraan bermotor untuk tiodak memberikan perioritas
terhadap pejalan kaki.
8.     Tata Ruang yang tidak terkendali
Permasalahan lainnya yang besar adalah tata ruang yang tidak terkendali sehingga
mengakibatkan berbagai permasalahan, diantaranya jalan yang tidak teratur terutama dikawasan
pemukiman dan terkadang didaerah yang kumuh gang-gang yang ada sedemikian sempitnya
sehingga bila terjadi kebakaran sulit untuk dimasuki mobil pemadam kebakaran.
9.    Pelanggaran ketentuan lalu lintas
Pelanggaran ketentuan lalu lintas yang dilakukan masyarakat kian tambah memprihatikan dari
tahun ke tahun yang pada gilirannya akan mengakibatkan peningkatan kecelakaan lalu lintas
dengan korban meninggal ataupun luka-luka yang tidak sedikit. Disamping itu ketidak tertiban
juga akan mengganggu kelancaran lalu lintas yang akan menurukan kecepatan perjalanan. Untuk
meningkatkan ketertiban masyarakat perlu dipelajari dan dipetakan kembali profil pelanggaran
yang dilakukan masyarakat termasuk juga pelanggaran yang dilakukan oleh petugas.
Pengamatan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat:
a.       Tingginya pelanggaran terhadap batas kecepatan yang seolah-olah tidak ada batasan
kecepatan yang diberlakukan hal ini terutama menjadi masalah pada jalan yang lalu lintas sedang
sepi
b.      Tingginya pelanggaran pada persimpangan yang dikendalikan lampu lalu lintas khususnya
didaerah pingiran kota. Pelanggaran terutama tinggi dilakukan oleh pengendara sepeda motor,
pengemudi angkutan umum khususnya angkot. Pelanggaran lain yang juga terjadi bahwa
pengemudi tetap masuk persimpangan pada saat lampu sudah berubah menjadi merah dan
kadang bila lalu lintas didepannya macet pengemudi akan menghambat lalu lintas yang
mendapatkan lampu hijau dan akhirnya persimpangan akan terkunci.
Tidak berjalannya aturan penggunaan persimpangan perioritas atau bundaran lalu lintas,
pelanggaran ini pada gilirannya mengakibatkan persimpangan terkunci. Memang pengertian
masyarakat tentang hak menggunakan persimpangan masih sangat rendah terutama pada
persimpangan yang dilengkapi dengan rambu beri kesempatan ataupun rambu stop.
Pelanggaran jalur yang dilakukan oleh pengguna jalan dengan berjalan menggunakan jalur lawan
pada jalan-jalan yang dipisah dengan median ataupun jalan satu arah. Pelanggaran ini terutama
dilakukan oleh pengguna sepeda motor.
Pelanggaran terhadap penggunaan jalan, khususnya dijalur khusus bus yang lebih dikenal
sebagai Busway.
Pelanggaran tertib penggunaan perangkat keselamatan seperti helm dan sabuk keselamatan yang
cenderung masih tinggi terutama di kawasan pinggiran kota.
10.     Kecelakaan lalu lintas
Angka kecelakaan di Indonesia cenderung cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara
lain di Asean. Berbagai langkah perlu dilakukan untuk bisa mengendalikan angka kecelakaan
tersebut. Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan adalah:
·         Jaringan pelayanan yang tidak memadai
·         Integrasi pelayanan yang menyangkat integrasi phisik/tempat perpindahan, jadwal dan
tiketing yang belum optimal
·         Subsidi angkutan umum tidak dikelola dengan baik
11. Manajemen lalu lintas yang tidak optimal
Dengan segala permasalahan kemacetan lalu lintas dan angka kecelakaan yang tinggi menjadi
lebih parah kalau tidak didukung dengan manajemen lalu lintas untuk mengurangi angka
kecelakaan, mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan, meningkatkan efisiensi sistem
transportasi.
12.  Pencemaran lingkungan
Salah satu dampak negatip sebagai akibat performansi lalu lintas yang jelek, bahan bakar yang
buruk serta tehnologi kendaraan yang sudah ketinggalan akan mengakibatkan pecemaran
lingkungan. Dampak pencemaran lingkungan ini berupa:
Emisi gas buang yang berupa gas dan partikel beracun seperti, gas CO, HC, NOx, Benzen dan
berbagai gas lainnya serta berbagai partikel seperti senyawa karbon lepas, timbal dan berbagai
partikel lainnya.
Emisi gas rumah kaca, yang saat ini dianggap sebagai pemicu terjadinya perubahan iklim. Peran
Gas rumah kaca dari sektor transportasi berada pada kisaran 15 sampai 20 persen yang
merupakan angka yang tidak kecil.
Referensi
European commision, Directorate General for Energy and Transport, Traffic management for
Land Transport, Research to increase the capacity, efficiency, sustainability and safety of road,
rail and Urban Transport Netwoks, Belgium, 2009
Thales, Traffic management, A safe and secure system for automated traffic management.

Diperoleh dari Dari Wikibooks Indonesia, sumber buku teks bebas berbahasa Indonesia
"http://id.wikibooks.org/w/index.php?
title=Manajemen_Lalu_Lintas/Permasalahan_lalu_lintas&oldid=27120" 

Anda mungkin juga menyukai