Oleh :
Neno Wahyuningtyas
0911220104
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Brawijaya-Malang, 2014
ABSTRACT
Communication and coordination of the organization members in producing
good showing program influential in shaping the pattern of communication in
Dhamma TV Production Department. From the communication patterns that has been
found, is expected to be reflection for Dhamma TV Production Department. The
purpose of this study was to identify and describe the pattern of organizational
communication production department in producing television programs. This
research uses qualitative method with descriptive type. the communication pattern in
department production is formed by communication process that exists between
organization members, where in communication process there is an interpersonal
relationship such as proximity and kinship among organization members, then
delivering communication process can be done personally, in groups, and also use
certain media. However, to achieve effective communication between members of the
organization are also necessary balance, suitability, and professionalism in
performing job duties in order to avoid overlapping roles
Key words : Communication Pattern, Organization, Dhamma TV
PENDAHULUAN
Dalam sebuah organisasi, komunikasi menjadi bagian terpenting. Tanpa adanya
komunikasi tidak akan ada aktivitas yang terorganisir. Koneksi dalam komunikasi
merupakan sistem aliran yang menghubungkan dan membengkitkan kinerja antar
bagian dalam organisasi sehingga menghasilkan sinergi. Selain itu, komunikasi adalah
alat yang dipakai anggota organisasi untuk melangsungkan interaksi dan bertukar
pesan baik dengan atasan, bawahan maupun rekan sejawat. Sehingga dapat dikatakan
bahwa komunikasi merupakan suatu kekuatan luar biasa dalam kehidupan organisasi.
Karena komunikasi memungkinkan suatu struktur dapat berkembang dengan
Jurnal Penelitian Ilmu
Komunikasi
proses
komunikasi tersebut. DeVito (1997, h. 27-29) menjelaskan bahwa komponenkomponen tersebut meliputi; sumber-penerima, enkoding-dekoding, pesan dan
saluran, umpan balik, gangguan (noice), serta efek komunikasi. Kemudian dalam
proses komunikasi yang terjalin diantara anggota organisasi dalam Departemen
Produksi terdapat adanya keterlibatan komunikasi antarpribadi, komunikasi
bermedia dan komunikasi kelompok.
Komunikasi antarpribadi dianggap sebagai jenis komunikasi efektif untuk
mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang Effendy (2009, h. 125). Untuk
meninjau karekteristik komunikasi antar pribadi yang efektif, DeVito (1997, h. 259263) menjelaskan bahwa terdapat lima ciri-ciri komunikasi antar pribadi yang harus
diperhatikan, diantaranya ; keterbukaan (openness), empati (empathy), dukungan
(supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).
Komunikasi bermedia adalah komunikasi dengan menggunakan alat,
misalnya telefon atau memorandum. Karena menggunakan alat maka antara kedua
orang tersebut tidak ada kontak pribadi (Effendy, 2009, h. 125). Masmuh (2010, h.
23) menambahkan bahwa, komunikasi bermedia dapat terjadi, baik di dalam
komunikasi vertikal, komunikasi horizontal, maupun komuikasi horizontal. Terdapat
beberapa macam media yang dapat digunakan di dalam menyampaikan suatu
informasi, diantaranya melalui memo dan instruksi tertulis, papan pengumuman, dan
media telefon.
Komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan
kelompok kecil (small group communication), bersifat tatap muka (Mulyana, 2008, h.
82). Umpan balik dari seorang peserta dalam komunikasi masih bisa diidentifikasi dan
ditanggapi langsung oleh peserta lainnya. Misalnya komunikasi kelompok yang
terjadi antara seorang pemimpin dengan sekelompok karyawan. Komunikasi
kelompok kecil dengan sendirinya akan melibatkan komunikasi antar pribadi atau
interpersonal communication (Mulyana, 2008, h. 82).
Secara keseluruhan pembahasan tentang komunikasi antarpribadi dan
komunikasi kelompok saling berbungan dan membentuk satu-kesatuan konsep yang
mempengaruhi proses pembentukan pola komunikasi dalam Departemen Produksi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif.
Fokus dalam penelitian adalah pola komunikasi yang ada di dalam organisasi
Dhamma TV khususnya pada Departemen Produksi. Dimana peneliti melihat proses
komunikasi yang terjalin antar anggota organisasi baik secara vertikal maupun
horizontal dalam memproduksi program televisi. Produksi program yang dimaksud
bukanlah produksi program pada konten tayangan tertentu, melainkan produksi
program yang secara umum dilakukan oleh para anggota organisasi dalam
Departemen Produksi ini.
Sumber data penelitian diambil dari data primer (wawancara mendalam dan
observasi), dan data sekunder (catatan pribadi peneliti terkait dengan kegiatan
penelitian dan arsip atau dokumen organisasi Dhamma TV). Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam (dept interview).
Kemudian dalam analisis data, peneliti menggunakan teknik komparatif konstan
seperti yang diperkenalkan oleh Glasser dan Strauss (Kriyantono, 2010, h.198).
Mereka menjelaskan bahwa di dalam teknik komparatif konstan terdapat tahapantahapan yang harus diperhatikan oleh peneliti, diantaranya; (1) Menempatkan
kejadian-kejadian (data) ke dalam kategori-kategori. Kategori-kategori tersebut harus
dapat diperbandingkan satu dengan yang lainnya, (2) Memperluas kategori sehingga
didapat kategori data yang murni dan tidak tumpang tindih satu dengan lainnya. (3)
Mencari hubungan antarkategori, (4) Menyederhanakan dan mengintegrasikan data ke
dalam struktur teoretid yang koheren (masuk akal, saling berlengketan atau bertalian
secara logis).
Kemudian dalam menguji kredibilitas hasil data, peneliti menggunakan teknik
triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan peneliti yakni triangulasi sumber dan
triangulasi metode. Cara menggunakan triangulasi sumber yakni dengan memeriksa
dan membandingkan data yang telah diperoleh dari satu sumber data dengan beberapa
sumber data lain. Data yang dimaksud adalah data yang berasal dari informan yang
akan diperiksa melalui informan satu dengan informan lainnya. Sedangkan cara
setiap orang dalam komunikasi vertikal ini dapat saling menerima feedback, berjalan
secara informal, dan fleksibel (Suranto,2011, h. 3), baik dalam komunikasi ke atas
maupun komunikasi ke bawah. Feedback diterima ketika mereka melakukan
komunikasi dan saling memberikan umpan balik, misalnya ketika seorang produser
mengalami kesulitan dengan pekerjaannya, maka seorang Manager Produksi selaku
atasan memberikan pengarahan dan saran. Komunikasi tersebut berjalan secara
informal, tidak terpaku pada struktur, namun secara kekeluargaan, ada kedekatan
diantara Manager Produksi dan para produser. Komunikasi vertikal ini juga berjalan
secara fleksibel, dalam artian dapat menyesuaikan dengan situasi yang ada, misalanya
bisa secara tatap muka ataupun melalui media telepon.
Komunikasi vertikal dalam Departemen Produksi Dhamma TV ini merupakan
komuniksi yang terjalin antara Manager Produksi dengan empat produser.
Komunikasi ke bawah yang dilakukan Manager Produksi kepada para produser dapat
disampaikan dengan cara personal maupun berkelompok, baik dengan tatap muka
maupun menggunakan media. Sedangkan komunikasi ke atas yang dilakukan oleh
para produser kepada Manager Produksi dilakukan secara personal dan tatap muka
langsung.
2. Komunikasi Horizontal dalam Departemen Produksi Dhamma TV
Komunikasi horizontal dalam Departemen Produksi Dhamma TV terjalin dalam
tim produksi, yakni diantara produser, cameraman dan juga editor. Dalam
Komunikasi horizontal tentu saja terdapat banyak informasi-informasi yang
terkandung dalam jalinan komunikasi antar anggota dalam tim produksi tersebut.
untuk mempermudah peneliti dalam menganalisi, peneliti membagi pembahasan ini
menjadi dua, yakni komunikasi horizontal dalam peran yang berbeda dan komunikasi
horizontal dalam peran yang sama. Dimana komunikasi dalam peran yang berbeda
terjalin antar anggota yang tentunya memiliki peran berbeda-beda seperti komunikasi
yang terjalin antara produser, cameraman dan editor. Sedangkan komunikasi dalam
peran yang sama merupakan komunikasi yang terjalin antar anggota yang memiliki
kesamaan peran, seperti produser dengan produser, cameraman dengan cameraman,
dan editor dengan editor.
melakukan komunikasi kepada siapa saja. Manager Produser pun bisa melakukan
komunikasi secara sejajar (horizontal) dengan para bawahannya ketika Manager
Produksi berperan sebagai Produser, dan seorang produser tentu saja berkomunikasi
secara rutin kepada cameraman dan editor mengingat mereka merupaka tim yang
saling terlibat di dalam produksi program acara. Sehingga dapat diartikan komunikasi
dalam Departemen Produksi dapat dilakukan kepada siapa saja tanpa adanya batasan
struktur atau kesenjangan. Setiap anggota juga memiliki peran yang sama-sama
pentingnya dalam mewujudkan cita-cita organisasi. Dari peran yang mereka miliki,
membuat mereka merasa saling melengkapi dan menghargai satu sama lain. Seperti
yang diungkapkan oleh DeVito (dalam Pace & Faules, 2005, h. 174) bahwa semua
anggota adalah sama, dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama untuk
mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam pola semua saluran, setiap
anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini memungkinkan
adanya partisipasi anggota secara optimum.
Berikut gambaran peneliti mengenai pola komunikasi Departemen Produksi
yang mirip dengan pola semua saluran atau bintang.
KESIMPULAN
Dalam penelitan ini terdapat lima pola komunikasi yang ditemukan, yakni pola
komunikasi organisasi Manager Produksi kepada Produser, pola komunikasi
organisasi para Produser kepada Maanager Produksi, pola komunikasi tim produksi
dalam peran yang berbeda dan pola komunikasi organisasi tim produksi dalam peran
yang sama, serta pola semua saluran atau pola bintang. Pola komunikasi organisasi
Manager Produksi kepada Produser dan pola komunikasi organisasi para Produser
kepada Manager Produksi menggambarkan proses komunikasi vertikal baik dalam
komunikasi ke bawah (downward communication) maupun komunikasi ke atas
(upward communication). Sedangkan pola komunikasi organisasi pada tim produksi
menggambarkan proses komunikasi yang dilakukan oleh produser, cameraman dan
editor, dimana prosesnya dibedakan menjadi komunikasi dalam peran yang berbeda
dan dalam peran yang sama.
Kemudian dari pola komunikasi Departemen Produksi yang ada, peneliti
menemukan adanya kemiripan dengan pola semua saluran atau pola bintang. Dalam
pola ini menjelaskan bahwa setiap anggota baik Manager produksi, produser,
cameraman maupun editor memiliki kesempatan yang sama untuk saling melakukan
komunikasi. Dalam artian komunikasi dapat dilakukan kepada siapa saja tanpa adanya
batasan struktur atau kesenjangan. Setiap anggota juga memiliki peran yang sama
pentingnya dalam mewujudkan cita-cita organisasi. Dari peran yang mereka miliki,
membuat mereka merasa saling melengkapi dan menghargai satu sama lain.
Berdasarkan pola komunikasi yang ditemukan, peneliti juga menemukan
permasalah di dalam Departemen Produksi, yakni terdapat adanya tumpang tindih
peran yang terjadi di dalam menproduksi program televisi. Tumpang tindih peran ini
terjadi karena terdapat adanya keterbatasan waktu dan SDM. Sementara tuntutan
pekerjaan para anggota organisasi sangat banyak. Hal tersebut mengakibatkan
pekerjaan semakin menumpuk, sehingga terjadi adanya ketidakfokusan dalam sebuah
pekerjaan, dan secara otomatis berdampak pada kualitas produksi. Akibatnya para
anggota organisasi lebih mementingkan hasil dari pekerjaan yang dilakukan, namun
tidak mementingkan proses di dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
-