Letak Geografis yang subur Blitar, baik kota maupun kabupaten, terletak di kaki
Gunung Kelud, Jawa Timur. Daerah Blitar selalu terkena lahar Gunung Kelud yang
sudah meletus puluhan kali terhitung sejak tahun 1331. Keadaan tanah di daerah Blitar
yang kebanyakan berupa tanah vulkanik, dimanfaatkan untuk menanam padi, tebu,
tembakau, dan sayur mayur. Selain hijaunya persawahan yang kini mendominasi
pemandangan alam di daerah Kabupaten Blitar, ditanam pula tanaman tembakau di
daerah ini. Tembakau ini mulai ditanam sejak Belanda berhasil menguasai daerah ini
sekitar abad ke-17. Bahkan, kemajuan ekonomi Blitar pernah ditentukan dengan
keberhasilan atau kegagalan produksi tembakau.
Sungai Brantas yang mengalir dari timur ke barat membagi Kabupaten Blitar
menjadi dua, yaitu bagian utara dan selatan. Bagian selatan Kabupaten Blitar (sering
disebut Blitar Selatan) kebanyakan dimanfaatkan untuk menanam ketela pohon,
jagung, dan jati. Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang kedua di Jawa Timur
setelah Bengawan Solo (sebagian mengalir di wilayah Jawa Tengah). Sungai ini
memegang peranan penting dalam sejarah politik maupun sosial Jawa Timur.
Pada zaman dulu (namun masih bertahan hingga sekarang), daerah Blitar
merupakan daerah lintasan antara Dhoho (Kediri) dengan Tumapel (Malang) yang
paling cepat dan mudah. Di sinilah peranan penting yang dimiliki Blitar, yaitu daerah
yang menguasai jalur transportasi antara dua daerah yang saling bersaing (Panjalu
dan Jenggala serta Dhoho dan Singosari).
Meski di Blitar sendiri sebenarnya tidak pernah berdiri sebuah pemerintahan
kerajaan. Akan tetapi, keberadaan belasan prasasti dan candi menunjukkan Blitar
memiliki posisi geopolitik yang penting. Kendati kerajaan di sekitar Blitar lahir dan
runtuh silih berganti, Blitar selalu menjadi kawasan penting. Tidak mengherankan jika
di Blitar terdapat setidaknya 12 buah candi.
Keberadaan Gunung Kelud yang sejak zaman purba rutin memuntahkan abu
vulkanik dan aliran Sungai Brantas yang melintasi Blitar dari timur ke Barat seperti
menjadi berkah alam yang membuat Blitar sudah amat lama memiliki masyarakat
dengan kebudayaan dan peradaban yang cukup tinggi. Salah satu bukti menunjukkan
Blitar sudah muncul sejak abad 10. Bukti itu berbentuk prasasti yang terpahat di
belakang arca Ganesha. Prasasti itu menyebutkan bahwa Kepala Desa Kinwu telah
diberi anugerah oleh Raja Balitung, yang bergelar Sri Iswara Kesawasamarot tungga,
beserta mahamantrinya yang bernama Daksa, sebidang tanah sawah. Prasasti itu
kira-kira dibuat pada tahun 829 Saka atau 907 Masehi.
Menurut Kitab Negarakertagama, Blitar merupakan daerah perbatasan antara
Dhoho dengan Tumapel. Blitar, merupakan batas dilintasi oleh air kendi dari Mpu
Bharada pada saat membagi Jenggal dan Panjalu atas perintah Prabu Airlangga.
Pendapat ini diperkuat lagi dengan peta buatan abad ke-17 (digambar ulang oleh De
Jonge). Oleh karena letaknya yang strategis, Blitar penting artinya bagi kegiatan
keagamaan, terutama Hindu, di masa lalu. Lebih dari 12 candi tersebar di seantero
Blitar.
Bung Karno, merupakan tokoh nasional yang lahir dan dimakamkan di Blitar
tentu masyarakat telah maklum. Demikian pula Boediono, dibesarkan di Kota Blitar,
publik pun telah mengetahui. Tetapi, ketika tokoh penerbangan seperti Anthony
Herman Gerard Fokker ataupun Wiweko Soepono, ternyata orang Blitar, tentu tidak
semua orang mengenal. Dan ternyata, cukup banyak tokoh-tokoh yang mewarnai
sejarah bangsa Indonesia dilahirkan di Blitar.
Pertama, Anthony Herman Gerard Fokker (lahir di Blitar, 6 April
1890 – meninggal di New York City, 23 Desember 1939 pada umur 49 tahun) adalah
seorang insinyur Belanda. Fokker memproduksi sekitar 40 jenis pesawat di Jerman
pada masa Perang Dunia I. Ialah yang mengorganisasi produksinya. Sebagian besar
dibuat oleh staf konstruksi. Yang paling mencolok adalah mekanisme terminasi yang
memungkinkan pilot menembakkan senapan dengan baling-baling pemutar. Fokker
mendapat bantuan dari seseorang yang mengalahkan Morane (buatan Perancis)
dengan peralatan primitif dari jenis yang sama (ditemukan oleh Raymond Saulnier).
Ketika digabungkan ke Fokker Eindecker yang terkenal, penggunaan mesin kendali
tangkai dorong itu menuju pada fase superioritas udara Jerman yang dikenal sebagai
Fokker Scourge.Setelah perang Fokker mendirikan N.V. Koninklijke Nederlandse
Vlietuigenfabriek Fokker di Amsterdam pada tahun 1919.
Kedua, Ir. Soekarno (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di
Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang
menjabat pada periode 1945 - 1966. Bayi Sukarno lahir menjelang matahari merekah.
Karenanya, dia disebut pula sebagai Putra Sang Fajar. Ia memainkan peranan penting
untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali
Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan
Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Ketiga, Wiweko Soepono (lahir di Blitar, Jawa Timur, 18 Januari
1923 – meninggal di Jakarta, 8 September 2000 pada umur 77 tahun) dikenal sebagai
seorang direktur utama Garuda Indonesia pada periode 1968-1984. Pada Masa
perjuangan bangsa, Wiweko pernah ditugasi Presiden Soekarno untuk membeli
pesawat DC-3 Dakota untuk kepentingan perjuangan Republik Indonesiadari
sumbangan masyarakat Aceh. Dalam sejarah, bersama awak pesawat DC-3 Dakota
RI-001 "Seulawah" Indonesian Airways, Wiweko berhasil dua kali menembus blokade
udara Belanda, menyelundupkan senjata, peralatan komunikasi dan obat-obatan dari
Tentu masih banyak lagi tokoh-tokoh nasional yang lahir dan besar dari Blitar,
seperti Imam Munandar (lahir di Blitar, Jawa Timur, 15 Juni 1927 – meninggal di
Pekanbaru, Riau, 21 Juni 1988 pada umur 61 tahun) adalah Gubernur Riau periode
1980 - 1988; Dr. H. Soenarjo, M.Si (lahir Blitar, 19 Januari 1945; usia 64 tahun)
adalah Wakil Gubernur Jawa Timur pada periode 2003-2008; Masjchun Sofwan (lahir
di Blitar, Jawa Timur, 7 September 1927; umur 82 tahun) adalah Gubernur Jambi
periode 1979 - 1989; Laksamana Madya TNI Agus Suhartono (lahir di Blitar, Jawa
Beberapa situs wisata yang sering menjadi kunjungan masyarakat Kota Blitar
dan sekitarnya antara lain :
• Makam Bung Karno, disinilah salah satu Proklamator yang juga Presiden RI
pertama dimakamkan. Terletak di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan
Sananwetan, sekitar 2 km ke utara dari pusat kota, dapat dicapai dengan satu
kali naik angkutan perkotaan. Tak heran jika para petinggi negeri ini selalu
menyempatkan diri untuk berkunjung ke Kota Blitar dalam rangka berziarah ke
makam Bung Karno.
• Perpustakaan dan Museum Bung Karno. Perpustakaan ini selain berisi
segala bentuk memorabilia Bung Karno, juga dikembangkan sebagai pusat
studi terpadu. Beberapa koleksi yang ada saat ini adalah lukisan hidup Bung
Karno yang dapat berdetak tepat pada bagian jantungnya, uang Bung Karno
yang dapat menggulung sendiri, dan koleksi sumbangan dari Yayasan Idayu.
Tempat ini menjadi kunjungan murid murid sekolah yang ingin mengetahui
sejarah pendiri negeri dan mengenang jasa jasa Ir Sukarno dalam meletakan
pondasi Republik Indonesia.
• Istana Gebang. Istana Gebang atau lebih dikenal dengan sebutan Ndalem
Gebang, merupakan rumah tempat tinggal orang tua Bung Karno. Istana ini
bertempat di Jl. Sultan Agung 69, Blitar. Di rumah ini pada setiap bulan Juni
ramai didatangi pengunjung, baik dalam rangka Haul Bung Karno maupun
karena adanya kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Pemkot Blitar,
seperti Grebeg Pancasila.
• Petilasan Arya Blitar. Merupakan makam Adipati Arya Blitar yang terletak di
Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo. Makam ini ramai dikunjungi pada bulan
Sura (Muharram) dan juga setiap malam Jumat legi oleh masyarakat yang
mempercayai akan mendapat berkah dari sang Adipati.
• Monumen Supriyadi. Pada tahun 1945, Kota Blitar menjadi pusat perlawanan
tentara PETA yang dipimpin oleh Sodancho Supriyadi, melawan tentara
Jepang. Untuk mengenang jasa beliau, dibangunlah sebuah monumen yang
terletak di depan bekas markas PETA (depan TMP Raden Wijaya). Selain di
sana, juga dibangun sebuah patung setengah dada Supriyadi yang terletak di
depan Pendapa Kabupaten Blitar. Hal ini mengingatkan kepada rakyat
Indonesia bahwa dari kota kecil dipesisir selatan Jawa pernah lahir seorang
pahlawan yang dengan gagah berani melawan keganasan tentara Dai Nippon.
Dan sampai saat ini kisah kisah penuh mitos dan legenda masih melingkupi
riwayat kehidupan Sodancho Supriyadi.
• Kebon Rojo yaitu taman hiburan dan rekreasi keluarga yang berada di
belakang kompleks rumah dinas Walikota Blitar yang disediakan untuk
masyarakat umum secara cuma-cuma. Di taman tersebut terdapat beberapa
jenis hewan peliharaan, fasilitas bermain anak, tempat bersantai, panggung
apresiasi seniman, air mancur, dan juga berbagai jenis tanaman langka yang
berfungsi sebagai paru-paru kota.
Resonansi Reformasi Perbendaharaan Negara dari KPPN Blitar 5
• Taman Air Sumberudel yang diresmikan kembali oleh Walikota Blitar pada
tanggal 10 Oktober 2007 setelah direnovasi selama kurang lebih satu setengah
tahun adalah taman air paling megah se-eks Karesidenan Kediri. Taman air ini
mempunyai fasilitas yang lengkap bila dibandingkan dengan taman-taman air
lain di Jawa Timur. Pada hari libur dan masa liburan sekolah, Taman air
Sumberudel menjadi tujuan wisata masyarakat dan murid murid sekolah
melepas penat dan menikmati pemandangan yang masih asri dan menghijau.
• Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) yaitu pusat layanan
informasi bagi para pelaku ekonomi, khususnya pelaku perdagangan, selain
sebagai pusat layanan informasi tentang pariwisata. Pembangunan pusat
informasi ini adalah bentuk realisasi kebijakan pembangunan sarana-prasarana
ekonomi pada umumnya, serta sarana-prasarana perdagangan dan pariwisata
pada khususnya. Ini adalah penjabaran dari pembangunan sistem
perdagangan barang dan jasa unggulan sebagaimana yang tersurat dalam
rumusan visi Kota Blitar.
Dengan beberapa situs wisata yang ada, semakin mengukuhkan Kota Blitar
sebagai kota pariwisata yang akan memberi dampak pada tingkat perekonomian
penduduk sekitar lokasi. Secara politik, Kota Blitar dapat diibaratkan sebagai ruh
negeri ini. Hal ini mengingat Presiden pertama RI, Ir Sukarno lahir dan dimakamkan
disini. Dan Presiden yang saat ini sedang memegang tampuk pemerintahan Republik
Indonesia beserta wakilnya, Susilo Bambang Yudoyono dan Budiono juga lahir dan
dibesarkan di kota kecil ini. Tak heran jika Kota Blitar meski bukan ibukota provinsi,
selalu menjadi kunjungan para petinggi negeri.
B. WILAYAH KERJA.
KOTA BLITAR
Kota Blitar yang merupakan pengembangan Kotamadya sejak jaman
pendudukan Belanda, terletak di pesisir selatan Provinsi Jawa Timur, dimana dapat
dikatakan sebagai kota perlintasan para komuter dari Kota Malang menuju ke wilayah
barat Provinsi Jawa Timur, baik ke Tulungagung, Trenggalek maupun Ponorogo dan
juga sebaliknya, Kota Blitar memiliki kedudukan yang sangat strategis.
Potensi yang sangat menjanjikan dengan adanya lokasi wisata akan dapat
menarik, baik wisatawan lokal maupun luar daerah bahkan jika memungkinkan
wisatawan mancanegara, seharusnya semakin memacu pihak pemerintah kota dalam
memaksimalkan penyediaan sarana dan prasarana yang lebih baik. Sehingga harapan
meraih pendapatan lewat sektor pariwisata benar-benar dibarengi dengan peningkatan
kualitas pelayanan yang semakin baik. Jika menilik penerimaan pendapatan yang
menjadi laporan bank persepsi di wilayah kota Blitar menunjukan tingginya
penerimaan yang ada membuktikan bahwa potensi di kota Blitar dapat dikatakan
besar.
Selain sektor wisata Kota Blitar juga dapat dikatakan sebagai kota pendidikan, dengan
adanya beberapa perguruan tinggi swasta yang telah terakreditasi dengan baik, antara
lain Universitas Islam Balitar dan STKIP PGRI Blitar juga Universitas Negeri Malang
Kampus III dimana lulusannya dapat memberikan tenaga tenaga terdidik bagi Kota
Blitar dan sekitarnya. Juga sekolah tingkat menengah yang telah berstatus sebagai
sekolah bertaraf internasional yakni SMA Negeri 1 Blitar dan SMP Negeri 1 Blitar.
KABUPATEN BLITAR
Kabupaten Blitar terletak di 111°40'-112°10' BT dan 7°09' LS dimana secara
administrasi terdiri dari 22 kecamatan dengan 220 desa dan 28 kelurahan, 720
dusun/lingkungan dengan batas wilayah sebelah timur Kabupaten Malang, sebelah
barat berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Kediri, sebelah
utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang serta wilayah
selatan bertemu langsung dengan Samudera Indonesia yang terkenal ombaknya yang
ganas namun memberikan hasil ikan yang sangat besar.
Kabupaten Blitar memiliki luas
wilayah 1.588,79 km2 yang terdiri dari
22 kecamatan, 280 desa dan 28
kelurahan dengan jumlah penduduk
1.258.100 jiwa. Berdasarkan statistik
tahun 2008, volume APBD Kabupaten
Blitar sebesar Rp 817, 43 Miliar untuk
mendongkrak perekonomian dengan
PDRB sebesar Rp 5,03 Miliar dan
PDRB per kapita Rp 4,2 juta.
KABUPATEN TULUNGAGUNG
Terletak di posisi bintang 111,43°-112,07° BT dan 7,51°-8,08° LS merupakan
daerah pesisir selatan Pulau Jawa bagian timur, dengan batas wilayah sebelah
timur Kab Blitar, utara bertemu dengan Kab Kediri, di sebelah barat dengan Kab
Trenggalek dan selatan bersentuhan langsung dengan Samudera Indonesia. Luas
wilayah Kabupaten Tulungagung 1.150 km2 dengan memiliki 19 kecamatan, 257
desa dan 14 kelurahan serta jumlah penduduk 1.020.217 jiwa. Dari statistik
ekonomi tahun 2008, APBD Kabupaten Tulungagung sebesar Rp 764, 40 Miliar
sebagai stimulus terhadap PDRB sebesar Rp 11,18 Miliar dan pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,75 persen.
Selain ketiga industri diatas, mata pencaharian penduduk juga tersebar di sektor
pertanian, perkebunan, perikanan dan jasa.
Sektor pertanian selain menghasilkan bahan pangan baik padi maupun
jagung, juga memberikan hasil sayuran dan buah. Di Kec Pagerwojo terdapat sentra
peternak sapi penghasil susu, dimana hasilnya dipasok untuk pabrik Nestle di
Pasuruan juga untuk konsumsi masyarakat sekitar. Di pesisir selatan dimana
berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, masyarakatnya kebanyakan
berprofesi sebagai nelayan. Hasil ikan dari laut selatan, dimana mitos Nyi Roro Kidul
sebagai penguasa Laut selatan masih kental dan menjadi legenda di masyarakat,
telah mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir. Selain nelayan juga ada
yang membuat kerajinan dari hasil laut seperti kerang untuk konsumsi para wisatawan.
Desa Plosokandang Kec Boyolangu sentra industri kerajinan yang berasal dari sabut
kelapa yang dibuat menjadi keset, sapu dan lain lain memberikan kontribusi yang
menggembirakan bagi masyarakat, karena hasil kerajinan tersebut telah di pasarkan
hingga ke luar daerah. Di Kec Ngunut, dimana industri peralatan TNI baik sabuk,
pakaian maupun tas yang produknya dipakai oleh para prajurit TNI, mampu
menambah tinggi tingkat penghasilan penduduk. Industri rokok yang juga tersebar
hampir di seluruh penjuru Kab Tulungagung, baik yang dalam skala pabrikan besar
(saat ini dikuasai oleh PR Cempaka, sebelumnya ada PR Retjo Penthoeng yang telah
gulung tikar) maupun dalam skala industri rumah tangga, mampu memberikan
kontribusi sumbangan terhadap peningkatan penerimaan cukai di Kab Tulungagung.
C. PROFIL ORGANISASI.
STRUKT
Fungsi pelaksanaan anggaran dilaksanakan oleh Seksi Perbendaharaan.
Dalam melaksanakan tugasnya Seksi Perbendaharaan melakukan pengujian SPM dan
penerbitan SP2D sesuai SOP KPPN Percontohan. Selain itu Seksi Perbendaharaan
melakukan pembinaan dan bimbingan teknis pelaksanaan anggaran terhadap satuan
kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran.
Sedangkan Seksi Bendahara Umum Negara melaksanakan fungsi
manajemen kas dan penatausahaan penerimaan. Pelaksanaan tugas Seksi
Bendahara Umum meliputi pembebanan rekening kas Negara atas penerbitan SP2D,
melakukan permintaan dan pengiriman uang, menatausahakan penerimaan, baik
perpajakan maupun PNBP, dan menyusun Laporan Kas Posisi.
Seksi Verifikasi dan Akuntansi, merupakan ujung tombak penyusunan
laporan keuangan pemerintah. Seksi Verifikasi dan Akuntansi mencatat dan
memverifikasi transaksi keuangan internal KPPN, dan merekonsiliasinya dengan
akuntansi di tingkat Kuasa Pengguna Anggaran. Produk akhir Seksi Verifikasi dan
Akuntansi adalah Laporan Keuangan Tingkat Kuasa BUN di Daerah, berupa Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK), dan Neraca, serta Catatan Atas
Laporan Keuangan (CALK).
Sub Bagian Umum, merupakan unit supporting KPPN Blitar. Sub Bagian
Umum melaksanakan tugas-tugas kerumahtanggan, keuangan, dan kepegawaian.
Selain itu, pada Sub Bagian Umum terdapat pengelolaan data base KPPN yang
dillakukan oleh seorang Supervisor.
Stuktur sumber daya manusia KPPN Blitar dapat dikatakan mencukupi
dimana formasi pegawai meliputi lulusan S2, S1, D3 maupun SMA sesuai dengan
kebutuhan organisasi. Pada awal 2010 terjadi mutasi eselon IV lingkup Ditjen
Perbendaharaan, KPPN Blitar mendapatkan kepala seksi yang baru dan seksi
Perbendaharaan telah diisi, sehingga komposisi pegawai per akhir bulan Januari 2010
adalah sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7
06008082 Kepala 16-04-
1 2 Didyk Choiroel III/c Kantor 1971 Laki-laki
06009295 Kasubag 04-08-
2 8 Achmad Tausan P. III/c Umum 1968 Laki-laki
06007070 28-10-
3 4 Danar Widanarko III/c Kasi Perbend. 1962 Laki-laki
06005119 01-04-
4 1 Kemas Amry R.E III/c Kasi Bendum 1955 Laki-laki
06009041 07-03-
5 4 Bagong Iswanto III/b Kasi Verak 1974 Laki-laki
06007257 19-12- Perempua
6 1 Alfiah Anwar III/c Pelaksana 1963 n
06007331 10-12- Perempua
7 2 Lilis Kustanti III/c Pelaksana 1964 n
06004355 17-09-
8 1 Iskandar III/b Pelaksana 1954 Laki-laki
06005910 Endang 21-10- Perempua
9 0 Kusumaningsih III/b Pelaksana 1956 n
06007463 07-06-
10 6 Mardianto Sujud III/b Pelaksana 1963 Laki-laki
06007256 20-03-
11 9 Mulyo Sugiono III/b Pelaksana 1965 Laki-laki
06007387 05-04- Perempua
12 0 Rr. Aty Pudji Walujati III/b Pelaksana 1965 n
06007359 20-05-
13 0 Hari Mujiwahono III/b Pelaksana 1965 Laki-laki
06007594 19-09- Perempua
14 8 Sri Suwarti III/b Pelaksana 1965 n
06007303 11-01- Perempua
15 3 Dyah Utaminingsih III/a Pelaksana 1962 n
06007410 06-05-
16 6 Misjan III/a Pelaksana 1962 Laki-laki
06007331 03-04-
17 7 Suwanto III/a Pelaksana 1963 Laki-laki
06007507 20-10-
18 0 Suroso III/a Pelaksana 1963 Laki-laki
06007256 19-12-
19 6 Kholiq III/a Pelaksana 1963 Laki-laki
06007331 10-11-
20 9 Bambang Siswanto III/a Pelaksana 1965 Laki-laki
06007256 Wahyu Agung 18-09-
21 7 Purwanto III/a Pelaksana 1960 Laki-laki
06007240 19-11-
22 3 Kusdimianto III/a Pelaksana 1962 Laki-laki
06009707 10-04-
23 1 Heru Supriyanto II/c Pelaksana 1979 Laki-laki
Fungsi
Fungsi
Resonansi Reformasi Perbendaharaan Negara dari KPPN Blitar 16
Ruang lingkup Keuangan Negara sesuai dengan pengertian tersebut diuraikan
dalam Pasal 2 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara meliputi:
• hak negara untuk memungut pajak, mencetak dan mengedarkan uang
serta melakukan pinjaman negara;
• kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan dan membayar tagihan pihak ketiga;
• penerimaan dan pengeluaran badan/lembaga yang sebagian atau
seluruhnya menggunakan kekayaan negara;
• kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan
perusahaan negara dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara;
• kekayaan negara yang dikelola sendiri atau yang dikelola oleh pihak
lain;
• kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan atau kepentingan umum;
• kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas
yang diberikan oleh pemerintah;
• hak, kewajiban, kebijakan dan kegiatan lainnya dalam bidang fiskal,
moneter dan pengelolaan perusahaan negara.
Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas secara ringkas
dapat dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan
moneter dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi enam fungsi sebagai berikut:
• fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal;
• fungsi penganggaran;
• fungsi administrasi perpajakan;
• fungsi administrasi kepabeanan;
• fungsi perbendaharaan;
• fungsi pengawasan keuangan.
Fungsi pengelolaan kebijakan ekonomi makro dan fiskal meliputi penyusunan
Nota Keuangan dan RAPBN, serta perkembangan dan perubahannya, analisis
kebijakan, evaluasi dan perkiraan perkembangan ekonomi makro, pendapatan
negara, belanja negara, pembiayaan, analisis kebijakan, evaluasi dan perkiraan
perkembangan fiskal dalam rangka kerjasama internasional dan regional,
penyusunan rencana pendapatan negara, hibah, belanja negara dan pembiayaan
jangka menengah, penyusunan statistik, penelitian dan rekomendasi kebijakan di
bidang fiskal, keuangan dan ekonomi. Sementara itu fungsi penganggaran meliputi
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, serta perumusan standar,
norma, pedoman, kriteria, prosedur dan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang APBN.
Sedangkan fungsi perbendaharaan meliputi perumusan kebijakan, standar,
sistem dan prosedur di bidang pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara,
pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah serta akuntansi pemerintah pusat
dan daerah, pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara, pengelolaan kas
negara dan perencanaan penerimaan dan pengeluaran, pengelolaan utang dalam
negeri dan luar negeri, pengelolaan piutang, pengelolaan BM/KN, penyelenggaraan
Silus Mana
Dalam Sistem P
B. LATAR BELAKANG REFORMASI MANAJEMEN KEUANGAN PEMERINTAH
Sebagaimana pengelolaan keuangan di sektor privat, pengelolaan keuangan di
sektor publik memerlukan sentuhan profesionalisme yang bertumpu pada prinsip-
prinsip good governance. Upaya-upaya untuk mewujudkan good governance
dalam pengelolaan keuangan pemerintah telah dilakukan di berbagai negara mulai
awal paruh kedua Abad XX. Sebelum terjadinya Perang Dunia II tujuan negara
pada umumnya lebih diorientasikan pada pemberian perlindungan kepada rakyat
(etat gendarme/police state). Munculnya krisis ekonomi di berbagai negara setelah
Perang Dunia II, melahirkan gagasan untuk meningkatkan rasionalitas pembiayaan
kegiatan negara agar dapat tercapai efisiensi, efektifitas, dan keekonomisan
pengeluaran negara. Dipelopori oleh Amerika Serikat pada tahun 1946 melalui
Hoover Commission, lahir metode penganggaran berbasis kinerja yang di kemudian
hari terkenal dengan nama Planning Programming and Budgeting System (PPBS).
Sejak itu, berbagai pemikiran untuk menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan perusahaan ke dalam pengelolaan keuangan negara mulai
dikembangkan.
Dalam rangka pengelolaan fiskal, mulai disadari pentingnya fungsi pengelolaan
kebijakan ekonomi makro dan fiskal dan fungsi penganggaran dalam menetapkan
prioritas dan memadukan rencana kegiatan dengan potensi sumber daya yang
tersedia dalam tahun fiskal yang bersangkutan. Setiap kegiatan pemerintah
INTE
P
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen dan kebijakan ekonomi.
Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan, stabilisasi dan pemerataan. Pengetahuan mengenai tujuan dan
fungsi anggaran pemerintah tersebut bukanlah suatu hal yang baru. Uraian
mengenai hal tersebut telah sejak lama ditulis oleh para ahli dalam literatur
Keuangan Negara. Upaya untuk mempraktekkan hal tersebut bahkan secara
sistematis telah dilakukan semasa Orde Baru, walaupun ternyata kurang berhasil,
karena tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Program reformasi dalam hal
ini adalah upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut
dengan melakukan secara sungguh-sungguh proses penganggaran dimaksud dan
meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan pengelolaan
anggaran. Dalam hubungan ini sangat penting dilakukan pengaturan secara jelas
peran lembaga legislatif dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan
Keb
anggaran sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-
Undang Dasar 1945.
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya memperbaiki proses
penganggaran di sektor publik adalah penerapan anggaran berbasis kinerja.
Berdasarkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 setiap instansi diwajibkan untuk
Dis
menyusun visi dan misi sesuai dengan tugas pokok masing-masing serta
melaporkan pencapaian visi dan misi tersebut. Sementara itu, dalam rangka
penyusunan Rancangan APBN, setiap instansi wajib menyusun Daftar Usulan
Kegiatan/Proyek yang pada umumnya belum memuat informasi yang mencukupi
untuk mengukur kinerja unit pengguna anggaran. Mengingat bahwa sistem
anggaran berbasis kinerja/hasil memerlukan kriteria pengendalian kinerja dan
evaluasi serta untuk menghindari duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan
anggaran instansi, perlu dilakukan penyatuan sistem akuntabilitas kinerja dalam
sistem penganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Instansi sebagaimana yang selama ini dikenal di dalam perencanaan
dan penganggaran perusahaan. Dengan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kerangk
Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis
kinerja di sektor publik, perlu pula dilakukan perubahan klasifikasi anggaran untuk
PenetapanS
menyesuaikan dengan Government Finance Statistics (GFS). Manfaat utama
penerapan GFS dalam pengelompokan transaksi-transaksi pemerintah adalah
memudahkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, memberikan gambaran yang
obyektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah, menjaga konsistensi
dengan standar akuntansi sektor publik serta memudahkan penyajian dan
meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah.
Pada saat anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja
rutin dan anggaran belanja pembangunan, penyusunan anggaran belanja
pembangunan mengacu kepada Undang-undang tentang Program Pembangunan
Nasional (Propenas). Pengelompokan dalam anggaran belanja rutin dan anggaran
belanja pembangunan yang semula bertujuan untuk memberikan penekanan pada
arti pentingnya pembangunan ini dalam pelaksanaannya telah menimbulkan
peluang terjadinya duplikasi, penumpukan, dan penyimpangan anggaran.
Sementara itu penuangan rencana pembangunan dalam suatu dokumen
perencanaan nasional yang bersifat substantif dan berlaku selama lima tahun,
PemutakhiranData
apalagi yang ditetapkan dengan undang-undang dirasakan tidak realistis dan
semakin tidak sesuai dengan dinamika kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan
dalam era globalisasi. Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan
pemerintahan membutuhkan sistem perencanaan fiskal yang terdiri dari sistem
penyusunan anggaran tahunan yang dilaksanakan sesuai dengan Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework disingkat
Ekonomi&Fiskal
MTEF) sebagaimana dilaksanakan di kebanyakan negara-negara anggota OECD.
Fiscal
Research
Walaupun anggaran dapat disusun dengan baik, namun jika proses
penetapannya terlambat akan berpotensi menimbulkan masalah dalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu, penetapan anggaran yang dilakukan dengan
undang-undang sebaiknya tidak terlalu rinci, karena semakin rinci undang-undang
penetapan anggaran, akan semakin teknis dan rumit proses penetapan anggaran
tersebut. Sehubungan dengan itu, perlu pengaturan secara jelas mekanisme
pembahasan anggaran tersebut di lembaga legislatif, termasuk pembagian tugas
antara Panitia Anggaran dan komisi-komisi pasangan kerja departemen/lembaga di
Dewan Perwakilan Rakyat.
Pengkajian
Reformasi aspek perbendaharaan berdasarkan implementasi Paket Undang-
Undang Bidang Keuangan dan pelaksanaan fungsi perbendaharaan yang mengacu
pada best practice internasional mengajurkan hendaknya fungsi menteri teknis selaku
Pengguna Anggaran dengan fungsi Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara.
kebijakan
Dalam kaitan ini, Paket RUU Bidang Keuangan Negara telah memperjelas
posisi departemen teknis sebagai instansi pengguna anggaran dan pelaksana
program. Sementara itu menteri Keuangan diposisikan sebagai Bendahara Umum
Negara yang memfungsikan KPPN-KPPN sebagai kuasanya. Dengan demikian, fungsi
ekonomi,
perbendaharaan akan dipusatkan di Departemen Keuangan.
keuangan dan 22
fiskal
Resonansi Reformasi Perbendaharaan Negara dari KPPN Blitar
STRUKT
PENGELOLA
.
DALAMPEL
Pemisahan kewenangan ordonansi dengan komptabel, memungkinkan
mekanisme check and balance dapat terbangun melalui (a) taat terhadap ketentuan
hukum, (b) pengamanan dini melalui pemeriksaan dan persetujuan sesuai ketentuan
yang berlaku, (c) sesuai dengan spesifikasi teknis, dan (d) menghindari pelanggaran
terhadap ketentuan perundang-undangan dan memberikan keyakinan bahwa uang
negara dikelola dengan benar.
Prosedur ini secara formal telah di terapkan pada sistem di negara Perancis,
dimana pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara Umum Negara sebelumnya
Resonansi Reformasi Perbendaharaan Negara dari KPPN Blitar 23
didahului dengan penyelesaian pengendalian pengeluaran dalam tiga tahap yang
dilakukan secara resmi oleh pemegang kekuasaan ordonansi di departemen teknis
yang bersangkutan. Ketiganya adalah (a) komitmen pembebanan, yang dibuat dalam
batas anggaran yang tersedia, dilanjutkan dengan (b) pemeriksaan dokumen-dokumen
yang membuktikan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan dan kebenaran jumlah
tagihan, dan (c) penerbitan perintah untuk melakukan pembayaran kepada Bendahara
Umum Negara, dimana setelah dilakukan pemeriksaan, selanjutnya diterbitkan
pembayaran dalam bentuk kontan atau cek.
PENG
Sedangkan untuk menyelesaikan proses pembayaran yang bernilai kecil
dengan cepat, harus dibentuk kas kecil unit pengguna anggaran, pemegang kas kecil
harus bertanggung jawab mengelola dana yang jumlahnya lebih dibatasi dari apa yang
sekarang dikenal sebagai Bendahara
Menteri
Cash Management dan Financial Planning
Praktek cash management yang ada saat ini tidak memadai, dalam
pengertian, tidak adanya pengaturan atau penanganan yang baik dalam perencanaan
kas, penjadwalan penerimaan dan pengeluaran negara, pengelolaan kekurangan atau
kelebihan kas, serta upaya menghasilkah pendapatan tambahan dari dana yang belum
Selaku Pengg
digunakan/ menganggur.
Kurangnya perhatian terhadap hal ini di masa lalu, mengingat pengalaman
(fakta) yang menunjukkan tidak pernah terjadinya kekurangan dana secara signifikan,
membuat ikatan hubungan antara Pemerintah dengan bank sentral (Bank Indonesia)
begitu dekat (tanpa batasan-batasan etis tertentu). Akan tetapi (kini) kondisi
lingkungan keuangan mengalami perubahan besar, karenanya tuntutan terhadap
Tahapan A
penyelenggaraan manajemen kas yang lebih baik sungguh sangat penting dan
mendesak.
Oleh karena itu, sejalan dengan pemindahan kewenangan penerbitan SPM
kepada menteri teknis, jadwal penerimaan dan pengeluaran kas secara periodik harus
diselenggarakan sesuai dengan jadwal yang disampaikan unit penerima dan unit
pengguna kas. Untuk itu, Direktorat Jenderal Perbendaharaan harus melakukan
antisipasi secara lebih baik terhadap kemungkinan kekurangan kas dan melakukan
rencana untuk menghasilkan pendapatan tambahan dari pemanfaatan kesempatan
melakukan investasi dari kas yang belum digunakan dalam periode jangka pendek.
Dengan demikian, disarankan, agar Pemerintah mengembangkan dan menerapkan
sepenuhnya sistem manajemen kas pemerintah agar dapat terselenggara secara
Resonansi Reformasi Perbendaharaan Negara dari KPPN Blitar 24
memadai manajemen perbendaharaan dengan baik sesuai praktek yang diterima
umum.
Spending
dikelola Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Dalam hubungan ini,
diperlukan sistem yang dapat secara otomatis menihilkan saldo rekening-rekening
pada Bank Operasional ke Rekening Kas Umum Negara. Usul penyempurnaan ini
diharapkan dapat memperlancar informasi mengenai posisi likuiditas pemerintah,
Unit
informasi mengenai tersedianya sumber-sumber dana murah yang semakin terbatas.
Investasi Pemerintah
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
mengamanatkan pemerintah untuk melakukan investasi jangka panjang dengan tujuan
untuk memberikan manfaat ekonomi, manfaat sosial, dan manfaat lainnya. Investasi
jangka panjang tersebut merupakan wujud dari peran pemerintah dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum.
Ruang lingkup investasi jangka panjang terdiri dari investasi dengan cara
pembelian saham, surat utang, dan investasi langsung. Investasi langsung dapat
berupa investasi jangka panjang yang bersifat permanen dan investasi jangka panjang
yang bersifat non permanen. Kedua bentuk investasi pemerintah tersebut memiliki
jangka waktu lebih dari satu tahun. Inveatsi langsung jangka panjang yang bersifat non
permanen dilakukan dengan cara pola kerja sama pemerintah dengan badan usaha
Payme
jangka panjang yang bersifat permanen dengan cara penyertaan modal kepada
BUMN/BUMD, dan perseroan terbatas.
Pada prinsipnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
berwenang menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakan investasi.
Sebagai konsekuensi dari prinsip tersebut di atas, maka kewenangan pengelolaan
Public Goods
BUREAU
Dilingkungan pemerintahan di Indonesia, terdapat banyak satuan kegiatan
yang berpotensi untuk dikelola lebih efektif melalui pola Badan Layanan Umum. Di
antara mereka ada yang memperoleh imbalan dari masyarakat dalam proporsi
signifikan sehubungan dengan layanan yang diberikan, dan ada pula yang bergantung
sebagian besar pada dana yang disediakan oleh APBN/APBD. Kepada mereka,
terutama yang selama ini mendapatkan hasil pendapatan dari layanan dalam porsi
signifikan, dapat diberikan keleluasaan dalam mengelola sumber daya untuk
meningkatkan pelayanan yang diberikan.
Laporan
Realisasi
Angg. Laporan
Sistem RA
Menteri Akuntansi Neraca
Teknis Instansi
Catatan atas
Neraca
LRA & Diperiksa
Neraca
olehBPK
Laporan
Laporan ArusKas
Sistem ArusKas
Bendahara Catatan atas
Umum Akuntansi
Laporan
Negara KasUmum
Negara Catatanatas Keuangan
Laporan Arus
Kas
D. REFORMASI BIROKRASI.
Pokok
b. Penelaahan Konsep DIPA
Penelaahan atas konsep DIPA sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008 dilakukan bersama-sama
antara petugas dari kementrian/lembaga yang bersangkutan dengan
petugas dari Ditjen Perbendaharaan cq. Direktorat Pelaksanaan
Anggaran /Kanwil Ditjen Perbendaharaan. Penelaahan konsep DIPA yang
dilakukan Direktorat Pelaksanaan Anggaran meliputi DIPA Satker Pusat
dan DIPA Tugas Pembantuan. Sedangkan penelaahan konsep DIPA yang
dilakukan di Kanwil Ditjen Perbendaharaan meliputi DIPA Satker vertikal
Kementrian/Lembaga di daerah dan DIPA Dana Dekonsentrasi.
- Organisasi dan s
RABPP/SRAA, meliputi :
a) Kesesuaian pencantuman uraian organisasi dan satuan kerja.
b) Kesesuaian pencantuman uraian dan pagu anggaran pada fungsi,
subfungsi, program, kegiatan, sub kegiatan, dan kelompok
pengeluaran.
- pagu anggaran
c) Kesesuaian pencantuman sasaran dan indikator keluaran.
2) Penilaian kesesuaian pencantuman rincian penggunaan anggaran
(Konsep DIPA halaman I B. Umum) dengan prinsip pembayaran dalam
mekanisme APBN, meliputi :
a) Kesesuaian pencantuman kode bayar.
b) Kesesuaian pencantuman sumber dana.
- kantor bayar
Resonansi Reformasi Perbendaharaan Negara dari KPPN Blitar
berfungsi sebagai surat pengantar untuk menyusun Surat Pengesahan
DIPA. Catatan Penelaahan memuat identitas DIPA (Bagian Anggaran, unit
organisasi dan satuan kerja), pagu anggaran per jenis belanja, catatan atas
penelaahan DIPA, pihak-pihak yang melakukan penelaahan, dan
persetujuan penelaahan.
c. Pengesahan DIPA
Pengesahan DIPA sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008 merupakan penetapan oleh
Bendahara Umum Negara atas konsep DIPA yang telah dilakukan
penelaahan dan memuat pernyataan bahwa DIPA berkenaan tersedia
dananya dalam APBN dan dapat menjadi dasar pembayaran/pencairan
dana atas beban APBN. Pengesahan DIPA dilakukan dengan menerbitkan
Surat Pengesahan DIPA yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan untuk DIPA Satker Pusat dan DIPA Tugas Pembantuan,
dan oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan untuk DIPA Satker vertikal
dan DIPA Dana Dekonsentrasi.
Surat Pengesahan DIPA memuat identitas DIPA (Bagian Anggaran, unit
organisasi dan satuan kerja), pagu anggaran DIPA, rincian sumber dana
DIPA, Kantor Bayar dan pernyataan dari BUN bahwa perhitungan biaya
dalam DIPA merupakan tanggung jawab PA/KPA.
Dalam hal kementerian/lembaga tidak menyampaikan konsep DIPA
sampai dengan tanggal yang telah ditetapkan, maka diterbitkan DIPA
sementara oleh Direktorat Pelaksana Anggaran / Kanwil Ditjen
Perbendaharaan dengan berdasar kepada Perpres mengenai RABPP /
SRAA. Dana yang dapat dicairkan dibatasi untuk pembayaran gaji pegawai,
pengeluaran keperluan sehari-hari perkantoran, daya dan jasa, dan lauk
pauk/bahan makanan. Sedangkan dana untuk jenis pengeluaran lainnya
harus diblokir.
O
d. Revisi DIPA
Revisi DIPA diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan. Revisi DIPA
adalah perubahan dan/atau pergeseran rincian anggaran dalam DIPA.
Revisi DIPA dibuat oleh PA/KPA dan diajukan kepada Direktorat Jenderal
Kem
DPR-D
Perencan
B. PEMBUATAN KOMITMEN.
Komitmen merupakan kewajiban yang akan menimbulkan pembayaran di
masa yang akan datang berdasarkan pemenuhan kondisi atau kriteria tertentu.
Secara umum terdapat dua jenis komitmen. Komitmen khusus (specific
A
commitment) adalah komitmen yang menimbulkan kewajiban pembayaran atau
serangkaian pembayaran dalam jangka waktu tertentu. Termasuk dalam komitmen
khusus adalah penerbitan persetujuan kontrak pengadaan barang dan jasa.
Sedangkan komitmen yang berkelanjutan (continuing commitment) merupakan
komitmen yang pembayarannya bersifat berkelanjutan, tidak dibatasi oleh jangka
waktu tertentu dan tidak didasarkan pada adanya kontrak tersendiri. Pembayaran
untuk gaji, tunjangan dan sejenisnya termasuk dalam continuing commitment.
Dalam peraturan perundangan yang ada telah terdapat beberapa pasal yang
secara implisit mengatur tentang manajemen komitmen. Dalam pasal 3 ayat 3 UU
No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara disebutkan bahwa tindakan
yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN/APBD hanya dapat dilakukan
Bagian
Resonansi Reformasi Perbendaharaan Negara dari KPPN Blitar 34
jika tersedia cukup anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut. Selanjutnya
dalam pasal 17 ayat 2 ditegaskan bahwa ikatan/perjanjian dalam rangka
pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh pengguna anggaran atau kuasanya
dengan pihak lain hanya dapat dilakukan dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan.
Patut diperhatikan bahwa seiring dengan semangat let the managers
manage dan peran menteri/pimpinan lembaga sebagai Chief Operational Officer,
kewenangan administratif dalam pengelolaan keuangan negara ada pada
kementerian negara/lembaga. Kewenangan administratif tersebut diantaranya
meliputi kewenangan untuk melakukan perikatan atau tindakan-tindakan lainnya
yang mengakibatkan terjadinya penerimaan atau pengeluaran negara dan
melakukan pengujian dan pembebanan tagihan yang diajukan kepada
kementrian/lembaga sehubungan dengan realisasi perikatan tersebut (Penjelasan
UU Perbendaharaan).
A
KPA untuk Pengadaan tanah yang luas nya kurang dari 1 hektar.
Daftar Nominatif pemilik tanah dan besaran harga
tanah yang ditanda tangani KPA dan diketahui Oleh Panitia Pengadaan
Tanah (PPT) untuk Pengadaan Tanah yg luasnya lebih dari 1 hektar
dilakukan dengan bantuan PPT setempat.
Pengadaan Tanah yang pembayarannya Melalui
(da
UP/TUP harus terlebih dahulu mendapat ijin dari Kantor Pusat Ditjen
PBN / Kanwil Ditjen PBN sedangkan besaran uangnya harus mendapat
dispensasi UP/TUP sesuai ketentuan yang berlaku.
UP/TUP untuk PNBP diajukan terpisah dari
UP/TUP Lainnya.
B. PEMBAYARAN.
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 dan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 134/PMK.06/2005, jenis pembayaran terdiri dari:
1. Pembayaran Dengan Uang Persediaan.
Uang persediaan adalah Uang Muka Kerja yang diberikan kepada
bendahara pengeluaran, bersifat daur ulang (revolving) untuk membiayai
kegiatan operasional sehari-hari perkantoran yang tidak dapat dilakukan
dengan pembayaran langsung. Adapun jumlah uang persediaan yang
dapat dimintakan adalah sebagai berikut:
• 1/12 dari pagu maksimal Rp. 50 Juta untuk pagu sampai dengan Rp.900
Juta
• 1/18 dari pagu maksimal Rp. 100 Juta untuk pagu diatas Rp. 900 Juta
sampai dengan Rp. 2,4 Miliar
• 1/24 dari pagu maksimal Rp. 200 Juta untuk pagu diatas Rp. 2,4 Miliar
• 20 % dari pagu dana PNBP pada DIPA maksimal sebesar Rp. 500 Juta
Penggantian UP dapat dilakukan setelah UP digunakan sekurang-
kurangnya 75% dari UP yang diterima. Sisa UP pada akhir tahun anggaran
harus disetor ke rekening Kas Negara paling lambat tanggal 31 Desember.
Dalam hal Penggunaan UP belum mencapai 75% sedangkan satker
memerlukan pendanaan melebihi sisa dana yang tersedia dapat dimintakan
Tambahan Uang Persediaan (TUP).
Pembayaran dengan uang persediaan memiliki kriteria sebagai berikut:
Untuk membiayai keperluan sehari-hari perkantoran.
Pembayaran tidak boleh melebihi Rp 10 juta kepada satu rekanan.
Tetap memperhatikan ketentuan perpajakan.
2. Pembayaran Langsung.
Pembayaran langsung merupakan jenis pembayaran yang utama.
Dimana pembayaran dilakukan langsung ke rekening yang
berhak/rekanan/pihak ketiga atau untuk keperluan tertentu melalui
Bendahara Pengeluaran.
Proses penerbitan SPM diawali dari dibuatnya SPP oleh pejabat yg
bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan (PPK) selaku pemberi kerja
untuk diteruskan ke pejabat penandatangan SPM. Pejabat penandatangan
SPM melakukan pengujian terhadap kelengkapan dan ketepatan pembebanan
dalam SPP.
Pejabat penandatangan SPM melakukan pengujian atas SPP sebagai
berikut:
1) Memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2) Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk
memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu
anggaran.
3) Memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan hasil kerja
yang dicapai dengan indikator keluaran.
4) Memeriksa kebenaran atas hak tagih
5) Memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan sesuai
dengan indikator keluaran yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan/atau
spesifikasi teknis yang sudah ditetapkan dalam kontrak.
C. PENCAIRAN DANA.
KPPN hanya dapat melakukan pencairan dana setelah menerima dokumen-
dokumen sebagai berikut:
a. Dokumen Penyediaan Dana (DIPA/Dokumen Lain yang disamakan), yang
memuat alokasi dana yang dibebankan pada SPM yang disampaikan.
b. Tembusan SK Pengangkatan Pengelola Anggaran dari Menteri/Pimpinan
Lembaga / Pejabat yang ditunjuk dan spesimen tandatangan yaitu :
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
Pejabat Pembuat Komitmen/Penanggung jawab kegiatan (PPK).
Pejabat Penanda tangan SPM/penguji SPP.
Bendahara Pengeluaran.
c. Surat Perintah Membayar (SPM), beserta lampirannya sesuai ketentuan dan
jenis pembayaran.
Prosedur penerbitan SP2D dilakukan ketika SPM disampaikan kepada KPPN,
dengan langkah-langkah sebagai berikut (Perdirjen 66 tahun 2005 dan Kep-
297/PB/2007) :
a. Pengguna Anggaran/Kuasa PA atau pejabat yang ditunjuk menyampaikan
SPM beserta dokumen pendukung dilengkapi dengan Arsip Data Komputer
(ADK) berupa soft copy (disket) melalui loket Penerimaan SPM pada KPPN
atau melalui Kantor Pos, kecuali bagi satker yang masih menerbitkan SPM
secara manual tidak perlu ADK.
b. SPM Gaji Induk harus sudah diterima KPPN paling lambat tanggal 15 sebelum
bulan pembayaran.
c. Petugas KPPN pada loket penerimaan SPM (front office) memeriksa
kelengkapan SPM, mengisi check list kelengkapan berkas SPM, mencatat
dalam Daftar Pengawasan Penyelesaian SPM, meneliti kelengkapan SPM dan
lampirannya.
Kelengkapan SPM dimaksud meliputi:
Untuk keperluan UP :
Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk,
menyatakan bahwa Uang Persediaan tersebut tidak untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan LS.
Untuk keperluan pembayaran TUP :
Rincian rencana penggunaan dana;
Surat dispensasi Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan untuk
TUP diatas RP 200.000.000 (dua ratus juta rupiah);
Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yang
ditunjuk yang menyatakan bahwa dana Tambahan UP tersebut akan
digunakan untuk keperluan mendesak dan akan habis digunakan dalam
waktu satu bulan terhitung sejak tanggal diterbitkan SP2D, apabila terdapat
sisa dana TUP harus disetorkan ke Rekening Kas Negara, dan tidak untuk
membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayarkan secara langsung.
untuk keperluan pembayaran GUP :
SPTB;
Faktur Pajak dan SSP (surat setoran pajak);
untuk keperluan pembayaran langsung (LS) belanja pegawai :
BAGAN A
PEMBUAT
KOMITMEN
P
D. MANAJEMEN KAS.
Manajemen kas di sektor pemerintahan merupakan suatu strategi dan proses
yang terkait dengan pengelolaan secara cost-effective saldo dan aliran kas jangka
pendek pemerintah (Williams, 2004). Perencanaan kas juga sebagai kegiatan
memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas dalam jangka waktu tertentu
sehingga negara memiliki saldo kas cukup untuk membiayai kewajiban negara
dalam waktu tertentu dalam rangka pelaksanaan APBN. Manajemen kas dengan
demikian melibatkan baik unit di dalam pemerintah itu sendiri (antara central
Pelayanan
Dalam rumusan strategi, sasaran yang akan dicapai oleh KPPN Blitar adalah :
Prima
pelayanan prima sesuai bisnis proses KPPN Percontohan; berjalannya fungsi
treasury; dan, kelancaran operasional perkantoran.
Dalam mencapai sasaran pelayanan prima, output yang dihasilkan adalah
pelayanan pencairan dana yang bersih, transparan, akuntabel dan profesional.
Sesuai
Untuk menghasilkan output tersebut, kegiatan yang dilakukan adalah penataan
uraian tugas dengan input ketersediaan sarana dan prasarana.
Untuk mencapai sasaran berjalannya fungsi treasury, output yang dihasilkan yan
adalah kelancaran pencairan dana, monitoring arus kas, dan penyusunan LKPP
SOP KPPN
yang tertib dan akurat. Aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan output tersebut
dilakukan melalui sosialisasi, monitoring dan evaluasi realisasi penerimaan dan
pengeluaran, serta koordinasi dan rekonsiliasi dengan mitra kerja. Input yang
Percontohan
digunakan dalam aktivitas tersebut adalah data DIPA dan realisasi, data LKP dan
Tim-Tim kegiatan fungsional.
Berjalannya
P
Fungsi
No Ren
Sedangkan dalam rangka pencapaian sasaran kelancaran operasional
1. Penetapan SK
pengadaan barang dan jasa. Input dari aktivitas tersebut adalah pegawai KPPN,
sistem penggajian dan remunerasi, serta anggaran pada DIPA tahun 2009.
Rencana dan strategi yang disusun berdasarkan pemahaman yang
Pengadaan da
diupayakan lebih komprehensif selanjutnya menjadi dasar penyusunan rencana
kerja yang menjadi guideline dalam aktivitas organisasi dan penggunaan anggaran
pada DIPA.
2. Lelang , kontra
B. PELAKSANAAN STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP) KPPN
PERCONTOHAN.
1. Penataan arsi
office, maka semua keperluan satker dapat terselesaikan di situ.
2. Sosialisasi/koord
3. Evaluasi pelak
Prima
FRONT OFFICE
Hal ini sangat memudahkan dan meringankan beban satker yang dimungkinkan
jarak yang sangat jauh dan satker membutuhkan pelayanan yang cepat dan akurat.
KPPN Blitar masih terus berbenah dalam melaksanakan dan mengimplementasikan
SOP KPPN Percontohan, tak jarang terdapat kendala kendala namun dapat diatasi 1
SATKER
dengan jalan pendekatan dan proses pemahaman yang baik dari semua pihak terkait,
baik pihak KPPN Blitar sendiri maupun pihak satker dalam proses pengajuan SPM
menjadi SP2D.
SOP KPPN Percontohan yang lebih simpel dan lebih hemat dari segi waktu
membuat proses pencairan dana dari SPM hingga menjadi SP2D dan disampaikan ke
Bank (BOI) semakin cepat dan tepat dengan dukungan teknologi informasi yang selalu
terupdate secara real time.
FFICE
BO
Satker
Dalam prosedur penerbitan SP2D, saat petugas Front Office menerima SPM dari
satker sebanyak rangkap dua, yang perlu diperhatikan antara lain :
• ADK
• Scanning KIPS yang merupakan keotentikan data pembawa SPM
• Kelengkapan dokumen, yang meliputi SPM dan SPTB untuk SPM GUP juga
resume kontrak untuk SPM LS
• Scanning virus atas ADK sekaligus penayangan ADK untuk pencocokan dengan
hard copy SPM
• Penayangan data pagu, kontrak, spesimen tanda tangan pejabat pengelola
keuangan juga data UP dan TUP
• Pengujian secara substantif dan formal terhadap kebenaran dan kelengkapan
SPM beserta lampirannya (apabila SPM GUP minimal sejumlah 75% dari nilai UP)
Apabila sampai pada tahap ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan
dokumen yang diperlukan, SPM dikembalikan ke satker yang bersangkutan dan
menyarankan untuk menghubungi petugas customer service untuk mendapatkan
penjelasan lebih detil, namun jika telah benar dan memenuhi persyaratan maka petugas
FO dapat melanjutkan proses selanjutnya, yakni :
sampai larut malam tidak menyurutkan antusias peserta untuk terus mengikuti sampai
akhir, hingga memberikan kesan mendalam kepada semua satker yang hadir. Dengan
konsep retreat dan mengambil tema meningkatkan kinerja pelayanan juga fungsi
sebagai guru, acara dibuka oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa
Timur Bapak S Bambang Suroso berpesan kesempatan seperti ini sangat baik untuk
para satker meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan keuangan, dan penting bagi
KPPN Blitar untuk pencitraannya. Pembagian acara menjadi tiga bagian membuat
pelaksanaannya hingga larut malam. Pada sesi pertama dengan dipandu Kepala KPPN
Blitar dan mengambil tema DIPA & POK serta Prinsip SOP Percontohan disampaikan
oleh A Nizar dari Dit Pelaksanaan Anggaran. Sesi kedua dengan pendampingan oleh
seluruh pegawai KPPN Blitar acara bimbingan teknis aplikasi mulai dari install update
hingga uji coba aplikasi KPPN 2010. Hari kedua merupakan waktu pelaksanaan sesi
ketiga yang bersifat outdoor event dengan tema motivation challenge, terlihat
kebersamaan dan suasana kekeluargaan yang menghapus sekat sekat birokrasi
menjadi satu keluarga untuk berbuat lebih baik dalam mengelola uang negara. Selain
menghadiahkan KPPN Award yang diberikan untuk kategori satker dengan rencana
pencairan paling akurat, satker dengan rekon paling tepat waktu dan satker dengan
penyerapan dana paling optimal, acara ditutup juga dengan memberikan hadiah untuk
peserta yang memperoleh nilai tinggi dalam pretest dan post test.
Beberapa tahun belakangan ini, sejak dicanangkan reformasi birokrasi citra dan
image KPPN secara umum yang dahulunya negatif telah mulai baik dan memberikan
dampak yang positif, baik bagi para mitra kerja maupun bagi para pegawai KPPN.
KPPN Blitar sebagai bagian dari instansi vertikal Ditjen Perbendaharaan di daerah
merasakan secara langsung dampak tersebut.
Upaya menghadirkan pelayanan prima yang telah dicanangkan oleh Kantor
Pusat Ditjen Perbendaharaan juga mendorong KPPN Blitar bertekad untuk membangun
image dan citra KPPN ke arah yang positif. Dalam rangka reformasi birokrasi, KPPN
Blitar memiliki tekad kuat untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada semua
satker di lingkup pembayaran KPPN Blitar.
Dengan tujuan menghilangkan dan menghindari semua prototip jelek yang
hinggap di KPPN, maka KPPN Blitar dengan segenap potensi dan kemampuan yang
ada bertekad untuk ikut dalam barisan terdepan sehingga kesan dan citra bersih
profesional dan akuntabel dapat tersemat di dada KPPN, baik sebagai institusi maupun
personil personilnya.
Memasuki era transparansi dan keterbukaan dalam pelayanan, KPPN Blitar juga
bertekad untuk turut berpartisipasi di dalamnya, yakni dengan meluncurkan web site
resmi KPPN Blitar dengan alamat www.kppnblitar.net yang dapat diakses oleh siapa
saja kapan saja dan dimana saja. Satker dapat melihat dan mengecek jumlah realisasi
dana dalam DIPA masing masing, sehingga tanpa datang ke lokasi KPPN Blitar, semua
satker segera mengetahui apakah pengajuan SPMnya telah cair ataukah masih terdapat
kekurangan yang perlu diperbaiki. Dan ketika masih ada data yang perlu diperbaiki,
pihak satker dapat menggunakan fasilitas email dalam mengirim data perbaikan berkas
yang diperlukan baik dalam pengajuan SPM maupun dalam proses rekonsiliasi.
Sehingga selain menghemat waktu, satker yang lokasi kantor terhalang oleh jarak yang
jauh, dapat menghemat pengeluaran dan dana dalam DIPAnya. Ini membantu satker
dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan anggaran dalam DIPA.
Pada saat ini penggunaan teknologi informasi (komputer) telah meluas dan
merata di semua lini kehidupan. KPPN Blitar sebagai salah satu ujung tombak Ditjen
Perbendaharaan penggunaan aplikasi komputer dalam melayani satker dengan adalah
sebuah keniscayaan. Semua pegawai KPPN Blitar diharapkan dan diharuskan untuk
menguasai setiap aplikasi komputer yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya,
sehingga tidak ada lagi seorang pegawai yang buta akan komputer. Komputer sebagai
sarana yang memudahkan dan meringankan pelaksanaan tugas sehari hari pegawai di
KPPN Blitar, tentunya membutuhkan tangan tangan trampil yang juga berpengaruh
pada kemauan dan keinginan para pegawai untuk mengetahui dan menempa diri
sehingga dapat membantu dan mempercepat proses pelaksanaan tugas pelayanan
kepada semua satker. KPPN Blitar sedapat mungkin menghindari penggunaan sarana
manual dan lebih cenderung kepada pemakaian sarana komputer, sehingga diharapkan
proses pelayanan yang cepat tepat dan akuntabel dapat terbantu dan tercapai.
Pegawai KPPN Blitar yang berhadapan dan langsung melayani satker bertindak
sesua kapasitas, kompetensi dan kewenangannya. Sehingga pegawai pada lini bawah
tidak dapat memutuskan begitu saja permasalahan yang seharusnya menjadi kebijakan
atasannya. Dengan demikian semua pegawai mengetahui bahwa permasalahan yang
bersifat urgen, sensitif dan mendesak hanya boleh ditetapkan oleh Kepala Seksi, Kepala
Kantor ataupun dimajukan ke tingkat Kanwil, masing masing telah memiliki
kewenangannya sendiri. Dan bagi pegawai pribadi diharapkan untuk tidak membawa
permasalahan dan persoalan yang berasal dari luar kantor sehingga tidak mengganggu
dan menghalangi kewajiban dan pelaksanaan pekerjaan.
Sistem, prosedur, sarana dan prasaran telah terpenuhi dengan baik, maka
diharapkan semua pegawai dapat mengerjakan semua tugasnya secara cepat, tepat
dan transparan. Tidak ada lagi dan diharamkan bagi pegawai KPPN Blitar untuk
menerima pemberian dari pihak lain baik dalam bentuk uang maupun dalam bentuk
barang lainnya. Birokrasi dan pelayanan yang bersih dan tanpa imbalan apapun telah
menjadi komitmen seluruh pegawai di KPPN Blitar. Setiap pihak ketiga, baik satker dan
siapapun yang ingin mendapatkan pelayanan dari KPPN Blitar tidak diperkenankan dan
dilarang keras memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih kepada pegawai KPPN
Blitar. Karena hal ini telah menjadi tekad kita bersama sebagai bagian dari Ditjen
Perbendaharaan yang telah memulai reformasi birokrasi sebagai salah satu ujung
tombak Departemen Keuangan yang bersih dan bebas dari biaya apapun.
dan Didyk Choiroel dari KPPN Blitar mengambil tema Proses Bisnis Manajemen
Pembayaran.
Hari kedua bertempat di Aula Hotel
Tugu Kota Blitar, mengambil tema Korelasi
antara SPAN dan Laporan Kinerja,
Kuantitas Laporan yang dihasilkan KPPN,
Relasi antar laporan, Pembangunan
Database Tunggal sebelum implementasi
SPAN dipaparkan oleh Slamet Mulyono dari
Dit Transformasi Perbendaharaan dan
Catur A Widodo dari Kanwil Ditjen
Perbendaharaan Provinsi Riau.
Pada Tahun Anggaran 2010 dapat dilihat terjadi peningkatan jumlah pagu yang
signifikan menjadi sebesar Rp 556.012.796.000 meski peningkatan tersebut masih
terserap sebagian besar untuk belanja pegawai. Hilangnya Belanja Lain-Lain yang di
Tahun Anggaran 2009 sebesar Rp 77.595.105.000 memberikan kenaikan pada pagu
Belanja Modal dan Belanja Bantuan Sosial. Pagu Belanja Bantuan Sosial yang pada
Tahun Anggaran 2009 hanya mengambil porsi sebesar 15,30% pada Tahun Anggaran
2010 mengalami kenaikan hampir 100% sehingga pagu DIPA per jenis belanja pada
Tahun Anggaran 2010 Belanja Bantuan Sosial mengambil porsi terbesar kedua setelah
Belanja Pegawai sebesar Rp 132.566.250.000 (23,84%)
PAGU DIPA PER JENIS BELANJA TAHUN 2010
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan tentang keseriusan pemerintah pada
Tahun Anggaran 2010 ini dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada
umumnya, mengingat Bantuan Sosial merupakan pengeluaran yang diberikan kepada
masyarakat secara langsung, sehingga dampaknyapun dapat dirasakan bagi kehidupan
rakyat banyak, dan yang tidak boleh dilupakan ini adalah komitmen kita bersama
dengan jalan memberikan pelayanan yang semakin baik, meningkat dari hari ke hari.
Dengan proporsi jumlah pagu DIPA yang terbesar dengan kewenangan Kantor
Daerah (70,54%) menunjukan sebagian besar dana DIPA digunakan untuk keperluan
operasional kantor vertikal kementerian negara/lembaga di daerah.
NO WILAYAH JUMLAH %
1 KAB. TULUNGAGUNG 244,713,931,500 44.41
2 KAB. BLITAR 207,225,327,500 37.61
3 KOTA BLITAR 99,065,086,000 17.98
JUMLAH 551,004,345,000 100.00
Dari data diatas Kabupaten Tulungagung memperoleh alokasi pagu yang
terbesar dibanding Kota Blitar dan Kabupaten Blitar, hal ini bukan berarti Kabupaten
Tulungagung memperoleh konsesi yang lebih dibanding kedua daerah lainnya. Namun
karena Blitar terbagi menjadi Kota dan Kabupaten sehingga porsi pagu DIPA yang ada
terlihat lebih kecil. Data tersebut pada dasarnya menunjukkan alokasi dana yang
dikelola satuan kerja yang memiliki wilayah kerja secara geografis di Blitar dan
Tulungagung.
Kota Blitar dengan pagu DIPA keseluruhan sebesar Rp 99.065.086.000
(17.98%), Kab Blitar memperoleh alokasi sebesar Rp 207.225.327.500 (37.61%) dan
Kab Tulungagung mendapatkan dana Rp 244.713.931.500 (44.41%), menunjukkan
konsumsi fiskal pemerintah yang bersumber dari Belanja Pemerintah Pusat.
2. REALISASI ANGGARAN.
90
yang bersifat mendukung secara langsung proses pelaksanaan kegiatan satker.
Setelah melewati satu semester, terlihat kenaikan pengeluaran satker secara
signifikan, sehingga pada bulan Juli 2009 prosentase pengeluaran secara keseluruhan
lebih dari 50% dan pada puncaknya, bulan Desember 2009, pengajuan SPM ke KPPN
Blitar membuat dana DIPA Tahun Anggaran 2009 terealisasi sebesar Rp
540.981.032.973 (98,18%). Dan jika melihat data penerbitan SP2D Tahun 2009 juga
mengalami kenaikan yang tinggi pada bulan Desember 2009. Ada indikasi satker ingin
menghabiskan dana anggaran yang dikelolanya sehingga pada akhir tahun anggaran
80
mereka beramai ramai mengajukan aplikasi pembayaran. Namun perlu diingat juga
bahwa pada umumnya pengadaan barang dan jasa yang dikontrakan waktu
penyelesaiannya berakhir di bulan desember tahun anggaran yang bersangkutan,
sehingga tidak mengherankan jika pada akhir bulan di bulan desember jumlah pencairan
dana atas kontrak kontrak tersebut meningkat tajam.
Jika dilihat tingkat pengeluaran per jenis belanja akan nampak bahwa dari bulan ke
bulan yang mengalami kenaikan yang tajam yakni belanja barang, dimana pada awal
tahun, bulan Januari 2009 masih belum terlihat adanya realisasi yang berarti. Namun
70
pada bulan berikutnya, bulan Februari 2009, satker telah memulai kegiatannya sehingga
belanja barang mengalami kenaikan, meski tidak besar tetapi menunjukan adanya
gerakan yang menandai bahwa satker telah mengawali pelaksanaan tugasnya. Belanja
barang, yang tentunya merupakan komponen pendukung dalam pelaksanaan tugas
sehari hari perkantoran, pada bulan bulan berakhirnya tahun anggaran 2009
n B
ilo
s
60
TR
Miliar Rp
40
Dimulai pada bulan September 2009, peningkatan realisasi sebesar dua kali lipat
dari bulan sebelumnya mengindikasikan bahwa ada kegiatan yang memerlukan dana
yang besar. Meski pada umumnya dibulan bulan akhir tahun anggaran pihak satker
seperti diingatkan bahwa mereka memilki anggaran yang mesti dihabiskan, namun hal
ini perlu dimaklumi karena tingkat penyelesaian pekerjaan pada bulan bulan tersebut
telah mendekati 100%, sehingga realisasi penggunaan dana juga mengalami
peningktan yang tinggi. Bahkan di bulan desember 2009 jumlah realisasi belanja barang
mencapai Rp 34.465.570.121 dua kali lipat dari bulan November 2009 sebesar Rp
17.208.590.449.
35
Untuk belanja pegawai tidak mengalami fluktuasi kenaikan dan penurunan yang
berarti, hal ini dimungkinkan adanya beberapa pegawai yang mendapatkan kenaikan
pangkat, kenaikan gaji berkala, mutasi ataupun memasuki masa pension. Sehingga
kenaikan dan penurunan realisasi belanja pegawai tidak menunjukan perbedaan yang
berarti.
Belanja modal, dari bulan ke bulan juga tidak menunjukan tingkat fluktuasi yang
berarti, hanya mengindikasikan bahwa di satker terdapat kegiatan yang menambah aset
tetap mereka yang nantinya mesti dilaporkan dalam laporan SABMN. Mengingat
30
bahwa SABMN merupakan aset tetap yang merupakan bagian dari perhitungan di
dalam neraca masing masing satker, maka jumlah realisasi belanja modal menjadi
sangat penting, terutama bermanfaat bagi Ditjen Kekayaan Negara dalam menghitung
nilai aset yang dikuasai oleh satker di daerah sehingga secara akumulasi dapat dihitung
jumlah aset tetap nasional. Pada akhirnya di bulan Desember 2009 jumlah kekayaan
Negara bertambah sebesar Rp 28.404.900.159.
Yang sangat urgen adalah belanja bantuan sosial, karena dampaknya yang
dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat yang menerimanya. Pada bulan
Januari 2009 belanja bantuan sosial hanya sebesar Rp 240.000.000 dan terus
25
mengalami kenaikan pada bulan bulan berikutnya. Puncak kenaikan belanja bantuan
sosial terjadi pada bulan November 2009 sebesar Rp 24.420.951.800 dan menurun lagi
pada akhir tahun 2009. Jumlah dana yang telah tersalurkan ke masyarakat pada tahun
anggaran 2009 sebesar Rp 84.094.470.450 dengan implikasi dampak yang langsung
dapat dirasakan oleh masyarakat banyak, membuat alokasi untuk belanja bantuan
sosial selalu menjadi sorotan.
20
Yang terasa sedikit mengalami anomali adalah belanja lain lain, dimana pada
bulan Januari masih belum terdapat realisasi, namun pada bulan Februari 2009 secara
mengejutkan belanja lain lain memberikan realisasi sebesar Rp 312.400.000 dan pada
bulan berikutnya, Maret 2009 meningkat hampir 30 kali lipat dibanding bulan
sebelumnya yakni sebesar Rp 10.679.290.909.
25
20
n B
ilo
s
15
10
-
PNPM KAB. PNPM KAB.
TULUNGAGUNG BLITAR
Kab Tulungagung mendapatkan alokasi dana PNPM Mandiri tahun 2009 sebesar
Rp 12.770.585.000. pada bulan Januari 2009 masih belum terdapat realisasi, namun
pada bulan Februari 2009 realisasi mencapai Rp 1.675.000.000 sekitar 10% dari nilai
pagu yang ada. Kembali pada bulan maret tidak terdapat kegiatan yang berarti sehingga
realisasi yang adapun nihil. Pada bulan April 2009 setelah kosong selama satu bulan
Setda Kab Tulungagung sebagai satker pengelola dana PNPM Mandiri merealisasikan
dana sebesar Rp 173.160.000. Selanjutnya pada bulan bulan berikutnya PNPM Mandiri
Setda Kab Tulungagung secara periodik mengajukan pencairan dananya dengan
fluktuasi naik turun yang tidak terlalu tajam. Kenaikan yang sangat signifikan terjadi
pada bulan September 2009, dimana pada bulan sebelumnya (Agustus 2009) realisasi
dana PNPM Mandiri Kab Tulungagung sebesar Rp 88.760.450 dan naik hampir 20 kali
lipatnya pada bulan September 2009 sebesar Rp 2.616.342.000. realisasi pada bulan
berikutnya Oktober 2009 naik sebesar Rp 3.978.177.300 suatu jumlah yang sangat
menggembirakan bila dilihat dari nilai nilai sebelumnya. Setelah melewati kenaikan pada
bulan Oktober, di bulan berikutnya yakni November 2009 realisasi kembali menurun
sebesar Rp 2.755.813.300 yang pada akhirnya di bulan Desember 2009 Setda Kab
Tulungagung berhasil menyelesaikan program PNPM Mandiri dengan realisasi sebesar
Rp 1.238.131.300 sehingga secara keseluruhan jumlah realisasi dana yang telah
dicairkan oleh Setda Kab Tulungagung sebesar Rp 12.754.647.500 (99.88% dari pagu
awal) hampir mencapai 100 prosen, dengan demikian dapat dikatakan berhasil.
Kabupaten Blitar dipercaya untuk mengelola dana PNPM Mandiri dengan pagu
sebesar Rp 23.596.880.000 (hampir dua kali lipat dari Kab Tulungagung) namun pada
triwulan pertama hanya terdapat pencairan dana sebesar Rp 1.650.000.000 di bulan
Maret 2009. Pada triwulan kedua tidak terdapat realisasi yang berarti. Pada triwulan
ketiga pencairan dana PNPM Mandiri mulai menampakkan hasil yang stabil, dimulai
pada bulan Juli terdapat realisasi sebesar Rp 596.570.000 selanjutnya pada bulan
Agustus sebesar Rp 21.465.000 (mengalami penurunan yang tajam) namun pada bulan
September 2009 kembali naik sebesar Rp 199.165.000. Pada triwulan keempat Setda
Kab Blitar mulai mengejar ketertinggalannya dengan mengajukan pencairan dana
secara besar besaran. Dimulai pada bulan Oktober 2009 dana sebesar Rp
7.734.576.500 berhasil cair dan pada bulan November 2009 sebesar Rp 10.148.198.500
kenaikan yang sangat tinggi mengingat pada tiga triwulan sebelumnya pencairan dana
hanya dalam hitungan puluhan dan ratusan juta. Dan di akhir bulan Desember 2009
dana sebesar Rp 3.240.142.500 menutup pencairan dana PNPM Mandiri yang dikelola
Setda Kab Blitar tahun anggaran 2009. Secara keseluruhan jumlah dana yang telah
dicairkan sebesar Rp 23.590.117.500 kurang 0,03 % mencapai 100%
TRENDREALISASI PENCAIRAN
DANAPNPM MANDIRI PERDESAAN
12.000
10.000
n M
ilo
8.000
s
6.000
4.000
2.000
-
Dari grafik diatas dapat kita lihat data realisasi program PNPM Mandiri yang
dikelola oleh Sekretariat Daerah (Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung)
mengalami kenaikan yang sangat tajam pada triwulan keempat atau pada bulan bulan
September, Oktober, November dan Desember 2009. Jika kita lihat bulan per bulannya
terdapat bulan bulan kosong dimana pihak satker tidak mengajukan realisasi
pembayaran ke KPPN Blitar, sehingga seolah olah ada kesan bahwa satker tidak
melaksanakan tugasnya dengan baik. Namun perlu diingat bahwa program PNPM
Mandiri tersebut kemungkinan besar terdapat kendala di lapangan yang membuat satker
belum dapat mengajukan realisasi pembayaran, sehingga dalam data realisasi per
bulannya masih terdapat data kosong (nol)
DINAS
NAKERTRANS DINAS NAKER
KAB. KOTA BLITAR;
TULUNGAGUNG; 159.435.000
159.435.000 DINAS PU BINA
MARGA & CIPTA
KARYA KOTA
BLITAR;
20.000.000.000
DINAS PU
DAERAH KOTA
BLITAR;
20.000.000.000
DINAS PU BINA
MARGA &
PENGAIRAN KAB.
BLITAR;
20.000.000.000
Satker kedua yang mendapatkan alokasi dana stimulus fiskal adalah Dinas
Tenaga Kerja Kota Blitar dengan alokasi yang sama besarnya dengan Disnakertrans
Kab Tulungagung, namun pada kenyataannya realisasi yang diajukan oleh Disnaker
Kota Blitar hanya sebesar Rp 152.023.360 (95.3%) dan itupun dalam sekali penagihan
pada bulan Desember 2009.
Dinas PU Bina Marga & Cipta Karya Kota Blitar, Dinas PU Bina Marga &
Pengairan Kab. Blitar, Dinas PU Daerah Kota Blitar masing masing memperoleh alokasi
dana sebesar Rp 20.000.000.000. Pada bulan Januari s.d. Juli 2009 belum ada realisasi
untuk ketiga satker tersebut. Baru pada bulan Agustus 2009 mulai terlihat pengajuan
pencairan dana stimulus fiskal oleh Dinas PU Bina marga & Cipta Karya Kota Blitar
sebesar Rp 113.875.000 juga Dinas PU Bina Marga & Pengairan Kab. Blitar sebesar Rp
2.672.840.000. Sedangkan Dinas PU daerah Kota Blitar sebesar Rp 1.868.932.600 baru
terealisasi pada bulan Oktober 2009.
Kedua satker tersebut secara stabil merealisasikan penggunaan dana stimulus
fiskal dari bulan ke bulan hingga pada bulan Desember 2009 jumlah realisasi secara
keseluruhan untuk satker Dinas PU Bina Marga & Cipta Karya Kota Blitar sebesar Rp
19.999.973.000 (99.99%) dan Dinas PU Bina Marga & Pengairan Kab. Blitar sebesar Rp
19.980.098.000 (99.90%).
Sedangkan Dinas PU Daerah Kota Blitar yang baru mulai pada bulan Oktober
2009 hingga waktu yang tersisa 2 bulan dimanfaatkan sebaik baiknya. Pada bulan
November 2009 dana stimulus fiscal yang telah dicairkan sebesar Rp 2.654.190.280
dan pada bulan Desember 2009 sebesar Rp 15.429.931.300 dapat tersalurkan, hingga
secara keseluruhan Dinas PU Daerah Kota Blitar mampu merealisasikan dana sebesar
Rp 19.953.054.180 (99.77%). Meski terdapat kesan terburu buru dan hendak
menghabiskan alokasi dana yang ada, namun semua dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat.
PENYERAPANDANASTIMULUSFISKAL
16
14
n B
ilo
s
12
10
8
6
4
2
-
AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOPEMBER DESEMBER
DINAS PU BINA MARGA & CIPTA KARYA KOTA BLITAR DINAS PU BINA MARGA & PENGAIRAN KAB. BLITAR
4. PENCAIRAN DANA.
1.470.443.00
243.344.344 14.982.126.718 16.695.914.062
JANUARI 0 -
1.409.188.65 864.736.00
2.292.609.714 19.138.294.704 23.704.829.068
PEBRUARI 0 0
591.320.00 433.160.00
3.874.310.939 31.138.811.671 36.037.602.610
MARET 0 0
30.900.00 773.034.00
3.604.923.168 41.025.933.474 45.434.790.642
APRIL 0 0
93.470.50 311.828.50
4.287.783.826 30.038.014.613 34.731.097.439
MEI 0 0
190.744.50 261.166.07
4.346.573.131 47.200.476.045 51.998.959.755
JUNI 0 9
118.714.00 472.202.00
3.823.677.138 35.233.722.064 39.648.315.202
JULI 0 0
142.500.00 648.245.32
4.777.397.400 34.665.801.039 40.233.943.764
AGUSTUS 0 5
15.657.50 456.227.10
4.115.797.106 48.416.368.806 53.004.050.512
SEPTEMBER 0 0
83.912.20 828.787.70
4.871.498.945 59.523.557.093 65.307.755.938
OKTOBER 0 0
80.755.00 1.556.326.00
5.637.256.929 58.834.773.242 66.109.111.171
NOPEMBER 0 0
254.925.50 2.676.903.32
9.319.040.307 70.667.955.917 82.918.825.050
DESEMBER 0 6
Yang sedikit mengalami anomali pada penerimaan SPM di KPPN Blitar terjadi
pada triwulan keempat tahun anggaran 2009, dimana pada bulan Oktober, November
dan Desember masih terdapat satker yang mengajukan SPM UP. Pada bulan Oktober
terdapat 5 buah SPM UP yang diproses menjadi SP2D dengan nilai sebesar Rp
83.912.200 sehingga rata rata per SPM UP sebesar Rp 15jt-an. Bulan November 2009
juga terdapat pengajuan SPM UP sebanyak 4 buah dengan nilai sebesar Rp 80.755.000
sehingga rata ratanya meningkat dari periode bulan sebelumnya menjadi sekitar Rp 20
jt-an. Bahkan di bulan Desember 2009 yang merupakan bulan akhir dalam tahun
anggaran 2009 masih terdapat 7 satker yang mengajukan SPM UP, meningkat hampir
dua kali lipat dari bulan sebelumnya. Nilai yang ditagihkanpun mengalami kenaikan yang
tajam, sebesar Rp 254.925.500 meningkat hampir tiga kali lipat dari tagihan SPM UP
bulan November 2009, sehingga rata rata satu unit satker mengajukan dana sekitar Rp
30 jt-an. Ini merupakan fenomena yang menarik dan sedikit menyimpang dari kebiasaan
dan alam fikiran sewajarnya, karena beberapa alasan sebagai berikut :
• Bulan Desember adalah bulan terakhir pada periode tahun anggaran yang
berlaku di Indonesia, sehingga SPM UP yang seharusnya diajukan pada awal tahun
anggaran berjalan untuk membiayai kegiatan operasional sehari hari perkantoran
namun diajukan pada bulan terakhir periode tahun anggaran. Selama 11 bulan
sebelumnya satker tersebut mendapatkan dana dari mana, padahal pelaksanaan
kegiatan tetap harus berjalan sebagaimana mestinya.
• Besaran jumlah dana yang dimintakan juga memberikan alasan tersendiri,
dengan rata rata sebesar Rp 30 jt-an menimbulkan satu pertanyaan mendasar, jika
selama 11 bulan tidak mengajukan pencaian dana UP, bagaimana dalam waktu
yang sangat pendek satker dapat mempertanggungjawabkan penggunaan dananya
• Pertanyaan selanjutnya atas fenomena ini, selama 11 bulan kebelakang satker
tersebut melaksanakan kegiatan apa saja sehingga dana yang telah dialokasikan
untuk membiayai kegiatan tersebut baru diajukan pencairannya pada bulan
menjelang akhir tahun anggaran berjalan.
PROPO
Dari beberapa ganjalan tersebut diatas terdapat beberapa kemungkinan yang
menjadi latar belakang terjadinya anomali tersebut :
• Satker baru menerima DIPA pada bulan menjelang tahun anggaran berakhir,
sehingga pengajuan SPM GU juga mengalami kelambatan. Namun hal ini sangat
kecil kemungkinannya mengingat pada awal tahun anggaran DIPA telah dibagikan
dan disampaikan ke semua satker
• Nilai dalam DIPA satker yang bersangkutan mendapatkan tambahan dana untuk
600
kegiatan operasional perkantoran, sehingga besaran UP yang telah diajukan juga
mengalami kenaikan dan baru dimintakan pada bulan Desember 2009
• Terbentuknya satker baru akibat adanya reorganisasi di pemerintah daerah
lingkup wilayah pembayaran KPPN Blitar, mengingat institusi baru juga
membutuhkan dana operasional sendiri
• Terdapat satker yang memiliki dana yang berasal dari Pinjaman/Hibah Luar
Negeri, sehingga pengajuan SPM UP-nya juga dipisahkan antara beban Rupiah
Murni dan beban Rekening Khusus, yang salah satunya baru dimintakan pencairan
dana UP-nya pada bulan Desember 2009
rR
p M
ila
Namun demikian yang perlu menjadi perhatian kita (KPPN Blitar) dimana fungsi
sebagai pelayan dan guru adalah selalu memberikan dan menyampaikan pengertian
dan pemahaman kepada semua satker agar dalam prose pengajuan aplikasi pencairan
dananya tidak terkesan terburu buru dan seakan hanya ingin menghabiskan dana yang
ada. Perencanaan tetap memegang peranan yang penting dalam pelaksanaan
pengelolaan anggaran. Sehingga pelaksanaan pekerjaan yang menjadi tugas pokok
satker dapat berlangsung dengan baik dan lancar.
Dalam Tahun Anggaran 2009, KPPN Blitar melayani pembayaran 124 unit satker
yang tersebar di Kota Blitar, Kab Blitar dan Kab Tulungagung, sedangkan jumlah SPM
UP yang terproses menjadi SP2D sampai dengan bulan Desember 2009 sebanyak 152
buah. Dapat disimpulkan ada sekitar 28 satker yang mengajukan SPM UP sebanyak
dua buah, hal ini berarti satker satker tersebut memiliki dua sumber alokasi dana dalam
DIPA yakni dari Rupiah Murni dan Pinjaman/Hibah Luar Negeri.
PROPORSI SPM
TAHUN2009
SPM-UP
1,25%
SPM-GUP
40,99%
SPM-LS SPM-TUP
56,94% 0,82%
Fenomena lain yang menarik untuk di simak adalah pengajuan SPM TUP di
triwulan IV tahun anggaran 2009. Pada bulan Oktober 2009 terdapat 12 satker yang
mengajukan SPM TUP dengan nilai pencairan dana sebesar Rp 828.787.700 sehingga
nilai rata rata per SPM TUP adalah Rp 26.735.087 suatu jumlah yang relatif memadai
untuk membiayai kegiatan selama satu bulan pada satker yang terdapat di lokasi
wilayah pembayaran KPPN Blitar. Di bulan November 2009 satker yang mengajukan
SPM TUP masih sebanyak 12 unit, namun dengan nilai lebih besar dua kali dari
permintaan bulan Oktober 2009 yakni Rp 1.556.326.000 sehingga rata rata per satker
mencairkan dana TUP sebesar Rp 50.204.065.
Untuk skala kota Blitar maupun Kab Blitar dan Kab Tulungagung dana sebesar
ini sangat memadai jika akan digunakan membiayai kegiatan sehari hari perkantoran
selama satu bulan. Secara hitungan kasar satker dapat mengadakan satu kegiatan yang
pada akhirnya memberi nilai lebih tingkat manfaat dan kegunaannya. Dan pada bulan
Desember 2009 di puncak akhir tahun anggaran 2009, masih ada 31 satker yang
mengajukan SPM TUP dengan total nilai mencapai Rp 2.676.903.326 hampir dua kali
nilai SPM TUP pada bulan sebelumnya. Rata rata per satker pun meningkat sebesar Rp
86.351.720 sebuah jumlah yang sangat besar jika dilihat dari rata rata dana UP yang
diajukan satker selama tahun anggaran 2009. (Dari jumlah dana UP yang telah cair
sebesar Rp 4.482.530.850 dengan permintaan sebanyak 152 SPM UP, maka rata rata
nilai UP satu kali pencairan sebesar Rp 29.490.335).
Besarnya permintaan dana TUP di akhir tahun anggaran membuat satker yang
bersangkutan harus memberikan tenaga ekstra saat batas waktu pertanggungjawaban
telah tiba, karena jika satker tidak dapat mempertanggungjawabkan semua pengeluaran
dan pembayaran yang dilakukan atas dana TUP tersebut, sisa dana yang ada harus
disetorkan kembali ke kas negara. Saat satker tidak mampu menyelesaikan dana TUP
yang tersisa, maka sejumlah itu pula akan terus muncul dalam laporan keuangan satker
yang bersangkutan hingga dapat mengurangi jatah penerimaan UP tahun anggaran
berikutnya, namun pertanggungjawaban tetap menjadi kewajiban satker yang harus
dituntaskan hingga tidak bersisa satu rupiahpun.
JUMLAH JUMLAH
BULAN NILAI UANG
PEGAWAI SATKER
Untuk SPM GUP dan LS tidak ada keadaan yang membutuhkan perhatian lebih
hanya kejadian biasa seperti yang sering terjadi pada KPPN KPPN lainnya. Namun
demikian ada sesuatu hal yang dapat kita cermati bersama yakni :
• Pengajuan SPM GUP terjadi kenaikan yang tajam pada periode bulan Januari
ke bulan Februari dimana nilai realisasi pencairan dana lewat SPM GUP sebesar
Rp 243.344.344 meningkat menjadi sebesar Rp 2.292.609.714, sepuluh kali dari
bulan Januari 2009. Juga di periode bulan November ke bulan Desember 2009
terjadi peningkatan hampir dua kali, dimana pada bulan November nilai SPM GUP
yang diajukan ke KPPN Blitar sebesar Rp 5.637.256.929 dengan handling
sebanyak 540 buah SPM, dan di bulan Desember 2009 jumlah handling sebanyak
911 buah SPM dengan nilai sebesar Rp 9.319.040.307. pada bulan Januari 2009
kemungkinan besar satker mengajukannya sebagai pertanggungjawaban atas UP
tahun anggaran 2008. Sehingga baru pada bulan Februari 2009 SPM GUP yang
diajukan ke KPPN Blitar benar benar pertanggungjawaban atas SPM UP yang
diajukan pada bulan Januari 2009.
• SPM LS yang diajukan ke KPPN Blitar mengalami kenaikan yang signifikan pada
bulan Februari ke bulan Maret 2009 juga pada bulan November ke bulan Desember
2009, termasuk didalamnya SPM LS gaji dan non gaji. Pada bulan Februari 2009
dengan jumlah handling sebanyak 302 nilai dana yang dicairkan sebanyak Rp
19.138.294.704 dan pada bulan Maret jumlah handling naik menjadi 381 dengan
nilai sebesar Rp 31.138.811.671. jumlah handling mengalami kenaikan sebanyak
79 buah namun nilainya mengalami kenaikan hampir dua kali lipat. Dari sini
tercermin adanya kenaikan penarikan dana non gaji sebesar Rp 11 M. Kenaikan
penarikan dana juga terjadi pada bulan November ke bulan Desember 2009. Pada
bulan November 2009 jumlah handling SPM LS yang diproses menjadi SP2D
sebanyak 815 dengan nilai sebesar Rp 58.834.773.242 dan di bulan Desember
jumlah handling SPM LS yang diajukan satker sebanyak 1.342 dengan nilai sebesar
Rp 70.667.955.917. Kenaikan jumlah handling SPM LS sebanyak 527 (80% dari
bulan sebelumnya) memberikan kontribusi yang besar bagi jumlah realisasi
pencairan dana yang juga mengalami kenaikan sebesar Rp 11.833.182.675
DATA PENERBITAN SKPP
PER BULAN TAHUN 2009
JUMLAH
BULAN JUMLAH SKPP
PEGAWAI
JANUARI 40 40
PEBRUARI 22 22
MARET 27 27
APRIL 55 55
MEI 34 34
JUNI 41 41
JULI 50 50
AGUSTUS 55 55
SEPTEMBER 35 35
OKTOBER 51 51
NOPEMBER 48 48
DESEMBER 26 26
JUMLAH 484 484
Dari 124 satker yang menjadi mitra kerja KPPN Blitar sebanyak 78 satker
mengajukan pencairan dana gaji pegawai. Pada bulan Januari 2009 jumlah pegawai
yang tercakup dalam 78 satker sebanyak 5.104 jiwa dengan total penarikan dana
sebesar Rp 14.044.523.680. Meski pada bulan Januari 2009 KPPN Blitar telah
menerbitkan SKPP sebanyak 40 buah, baik karena mutasi pindah maupun karena
memasuki masa pensiun, namun jumlah pegawai yang ada bukannya menurun tetapi
semakin bertambah menjadi 5.182 jiwa dengan pengajuan pencairan dana gaji pegawai
sejumlah Rp 13.953.162.602. Kenaikan dan penurunan jumlah selama tahun anggaran
2009 tidak mengalami fluktuasi yang berarti, hanya pada bulan Oktober, Nobember dan
Desember 2009 jumlah pegawai mengalami naik turun yang sedikit tajam. Pada bulan
Oktober 2009 jumlah pegawai adalah 5.172 jiwa dengan pengajuan pencairan dana gaji
sebesar Rp 15.673.102.707 Pada bulan November 2009 terjadi perubahan komposisi
jumlah pegawai dimana banyak terjadi mutasi sehingga jumlah pegawai menjadi 4.391
jiwa dan jumlah pencairan dana sebesar Rp 12.482.579.796 Hingga pada bulan
Desember 2009 jumlah pegawai kembali naik menjadi 5.510 jiwa dengan nilai pencairan
Rp 16.291.021.206.
Dengan memperbandingkan antara jumlah pegawai seluruh satker, jumlah
SPM yang terproses menjadi SP2D dan juga nilai pencairan dana yang ada dengan
jumlah pelaksana sebanyak 7 orang pada Seksi Perbendaharaan KPPN Blitar yang
bertugas di Front Office dan Middle Office dapat kita lihat sebagai berikut :
• Jumlah satker yang menjadi tugas pelayanan KPPN Blitar adalah 124 satker,
sehingga rata rata satu orang pelaksana melayani 17-18 unit satker
• Jumlah pegawai seluruh satker yang pencairan belanja pegawainya lewat KPPN
Blitar sebanyak 61.526 jiwa pada 78 satker, perbulannya sebanyak 5.126 sehingga
rata rata satu pelaksana pada Seksi Perbendaharaan KPPN Blitar melayani 732
jiwa pegawai satker.
• Selama satu tahun anggaran 2009 nilai pencairan dana belanja gaji pegawai
sebesar Rp 180.535.967.363 memberikan porsi bagi masing masing pegawai
sebanyak Rp 25.790.852.480
• Seringnya terjadi mutasi pindah maupun pensiun di wilayah kerja KPPN Blitar
hingga pada akhir bulan Desember 2009 telah menerbitkan SKPP sebanyak 484
buah dan rata rata satu pegawai menerbitkan 69 SKPP
• SPM yang diajukan ke KPPN Blitar secara keseluruhan selama satu tahun
berjumlah 12.200 buah memberikan kontribusi bagi masing masing pegawai
sebanyak 1.743 buah SPM jika dirata rata perbulan sebanyak 145 SPM dan jika
dibagi jumlah pegawai seksi Perbendaharaan mendapat 7 buah SPM per pegawai
per hari, dari angka tersebut kita dapat per harinya KPPN Blitar menerima SPM
sekitar 50 buah SPM (baik belanja pegawai maupun non belanja pegawai)
Dengan menerapkan prinsip prinsip KPPN Percontohan, KPPN Blitar telah
mampu menyelesaikan satu SPM terproses menjadi SP2D dalam waktu rata rata 30
menit per SPM. Meski secara rentang waktu dari bulan Januari hingga bulan Desember
2009 terdapat fluktuasi waktu proses penyelesaian SPM menjadi SP2D. Pada bulan
Januari 2009 dimana jumlah SPM yang masuk masih belum terlalu banyak waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan satu buah SPM menjadi SP2D selama 51 menit.
Seiring bergantinya bulan dan bertambahnya volume SPM yang diajukan satker ke
KPPN Blitar, waktu yang diperlukan untuk memproses penyelesaian SPM menjadi
SP2D juga semakin singkat. Bahkan pada bulan Mei 2009, dimana jumlah SPM yang
diterima petugas di front office sebanyak 860 buah waktu rata rata yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan satu buah SPM adalah 17 menit, meski pada kenyataannya tidak
semua membutuhkan waktu sedemikian singkat, dengan kemungkinan ada SPM yang
waktu prosesnya lebih lama dan ada juga SPM yang proses penyelesaiannya
menempuh waktu yang lebih singkat dari 17 menit. Namun secara teknis tetap sesuai
prosedur yang telah digariskan yakni selama satu jam.
WAKTU PENYELESAIAN SPM-SP2D
PER BULAN TAHUN 2009
RATA-RATA
JUMLAH
BULAN WAKTU
SPM-SP2D
PENYELESAIAN
JANUARI 209 51 menit
PEBRUARI 590 37 menit
MARET 779 28 menit
APRIL 919 27 menit
MEI 860 17 menit
JUNI 969 20 menit
JULI 860 32 menit
AGUSTUS 919 23 menit
SEPTEMBER 1.140 42 menit
OKTOBER 1.293 25 menit
NOPEMBER 1.371 28 menit
DESEMBER 2.291 36 menit
JUMLAH 12.200 30 menit
Ada kalanya pengajuan SPM dari satker meski telah terproses menjadi SP2D,
dana yang hendak ditransfer oleh pihak bank ke rekening yang bersangkutan namun
terkendala karena adanya kesalahan rekening ataupun nama penerima. Sehingga dana
yang seharusnya pada hari itu juga telah diterima yang bersangkutan, tidak dapat
segera dicairkan karena kesalahan tersebut. Pada akhirnya dana tersebut harus segera
disetorkan ke kas negara. Namun masih ada waktu selama 7 hari untuk memperbaiki ke
rekening yang benar. Dari 12.200 SP2D yang telah diproses oleh KPPN Blitar terdapat
55 buah SP2D yang mengalami retur dari pihak bank penerima. Pada bulan Januari
2009 dimana jumlah SPM yang masuk masih terhitung sedikit (209 SP2D) terdapat 6
buah SP2D yang diretur oleh pihak bank penerima. Pada bulan Juli terjadi peningkatan
yang tajam atas SP2D yang diretur oleh pihak bank sebanyak 17 dari 860 buah SP2D.
Pada bulan bulan berikutnya saat volume penyelesaian SP2D meningkat jumlah SP2D
yang mengalami kesalahan rekening semakin menurun dan puncaknya pada bulan
Desember 2009, KPPN Blitar telah memproses 2.291 buah SP2D namun 8 diantaranya
diretur oleh pihak bank karena kesalahan nama penerima dan no rekening.
JUMLAH
BULAN JUMLAH SP2D %
RETUR
209 2,87%
JANUARI 6
590 0,00%
PEBRUARI -
779 0,39%
MARET 3
919 0,33%
APRIL 3
860 0,47%
MEI 4
969 0,00%
JUNI -
860 1,98%
JULI 17
919 0,33%
AGUSTUS 3
1.140 0,61%
SEPTEMBER 7
1.293 0,31%
OKTOBER 4
1.371 0,00%
NOPEMBER -
2.291 0,35%
DESEMBER 8
JUMLAH 12.200 0,45%
55
Dari 12.200 SP2D yang telah diproses oleh KPPN Blitar, rata rata per bulan
terdapat 4-5 SP2D yang diretur oleh pihak bank. Untuk meminimalisir terulangnya
kejadian SP2D diretur oleh pihak bank, KPPN Blitar telah menempuh langkah langkah
sebagai berikut :
• Membuat daftar yang berisi keterangan nama dan no rekening penerima masing
masing bendahara satker lingkup pembayaran KPPN Blitar dan menampilkannya di
layar komputer petugas front office, sehingga saat satker mengajukan SPP petugas
FO dapat langsung mengecek kebenarannya
• Menyosialisasikan kepada semua satker agar dalam merekam data SPM terlebih
dahulu mengisi data referensi dengan benar dan tidak mengisinya dengan lebih dari
satu data yang sama
• Untuk SPM LS non belanja pegawai, petugas KPPN Blitar harus ekstra hati hati
sehingga disarankan kepada satker yang mengajukan pencairan dana atas SPM LS
non belanja pegawai agar melampirkan copy rekening fihak ketiga yang akan
menerima dana atas SP2D LS tersebut.
A. PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA.
Pemerintah pada saat ini masih mengandalkan penerimaan dari sektor
perpajakan, mengingat dalam sebuah negara maju pendapatan negara diutamakan dari
pajak yang berarti tingkat kemampuan rakyat untuk membayar pajak tinggi dan tingkat
pertumbuhan ekonomi juga seiring sejalan. Maka penerimaan pajak yang meningkat
mengindikasikan bahwa ekonomi suatu negara sedang tumbuh dan berkembang.
Kebijakan perpajakan yang ditempuh oleh pemerintah dalam meningkatkan
pendapatan dari sektor perpajakan selama tahun anggaran 2009 antara lain :
1. Program intensifikasi dilakukan melalui beberapa kegiatan :
- mapping, mendapatkan gambaran umum potensi perpajakan dan
keunggulan fiskal di wilayah masing masing kantor/unit kerja yang berguna
sebagai petunjuk dan sarana analisis untuk menggali potensi penerimaan,
pelayanan dan pengawasan;
- profiling wajib pajak, menyajikan informasi fiskal Wp secara individu,
mengukur tingkat risiko dan kepatuhan WP, mengenal WP, memonitor
perkembangan usaha WP, melakukan pengawasan, penggalian potensi dan
pelayanan yang lebih baik;
- benchmarking, proses pembuatan ukuran atau besaran suatu kegiatan
yang wajar dan terbaik yang digunakan sebagai ukuran wajar;
- aktivasi wajib pajak nonfiler;
- pemantauan kepatuhan WP orang pribadi potensial;
- pemanfaatan data fihak ketiga;
- optimalisasi pemanfaatan data perpajakan, uji silang laporan satu wajib
pajak dengan seluruh wajib pajak lainnya yang mencakup seluruh jenis pajak
yang meliputi data SPT, faktur pajak, bukti potong PPh, daftar pemegang saham,
jumlah harta, dan data pembayaran pajak.
2. Program ekstensifikasi dilakukan melalui tiga pendekatan :
- pendekatan berbasis pemberi kerja dan bendahara pemerintah dengan
sasaran meliputi karyawan, pegawai negeri sipil dan pejabat negara;
- pendekatan berbasis properti dengan sasaran orang pribadi yang melakukan
usaha di pusat perdagangan;
- pendekatan berbasis profesi dengan sasaran dokter, artis, pengacara dan
notaris;
- Modernisasi kantor pelayanan pajak dan kepabeanan, meliputi : reformasi
struktur organisasi berdasarkan fungsi; business process yang berorientasi pada
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi; pembentukan data processing
center; pengembangan sumber daya manusia; pelaksanaan good governance;
perbaikan kelembagaan yang mengarah pada konsep one stop service.
Penerimaan negara yang menjadi pengelolaan KPPN Blitar berasal dari dua
sumber, yakni :
• Potongan SPM, berasal dari pajak, denda, sewa atas pekerjaan yang
dilaksanakan oleh fihak ketiga yang langsung dipotong oleh bendahara lewat
potongan SPM yang diajukan ke KPPN Blitar
• Setoran langsung masyarakat lewat bank/pos persepsi, merupakan wujud
partisipasi, kesadaran dan kehendak masyarakat untuk ikut dalam membiayai
pembangunan dan kegiatan kepemerintahan dengan cara menyetorkan langsung
ke bank/pos persepsi yang akan menyampaikan laporan harian penerimaan ke
KPPN Blitar
PENERIMAAN NEGARA PER BULAN
TAHUN 2009
JUMLAH
BULAN
PENERIMAAN
JANUARI 42.616.737.397
PEBRUARI 47.318.218.563
MARET 67.677.240.517
APRIL 58.206.259.088
MEI 64.076.146.367
JUNI 76.734.254.834
JULI 78.572.756.104
AGUSTUS 86.072.380.646
SEPTEMBER 69.627.003.834
OKTOBER 99.589.576.320
NOPEMBER 63.609.102.445
DESEMBER 111.300.315.694
JUMLAH 865.399.991.809
Dari data penerimaan per triwulan Tahun Anggaran 2009 dapat kita lihat
penerimaan dari cukai menempati peringkat pertama diikuti oleh Pajak Pertambahan
Nilai. Hal ini mengindikasikan, bahwa Kota Blitar, Kabupaten Blitar dan Kabupaten
Tulungagung terdapat sentra sentra industri yang memberikan sumbangan besar
terhadap penerimaan yang dikelola oleh kantor Bea dan Cukai, juga besarnya
pengadaan barang dan jasa ada di tiga wilayah tersebut, melihat PPN juga
menyumbang alokasi penerimaan yang besar.
TRE
Miliar Rp
Sungguhpun demikian sentra sentra industri semacam ini harus dipelihara
keberadaan dan keberlangsungan usahanya, sehingga dapat dihindari adanya industri
berskala rumah tangga yang telah berjalan dengan baik namun karena tidak adanya
bantuan dan perhatian dari pemerintah baik berupa bantuan modal maupun manajemen
terjadi kemandegan pada industri industri tersebut. Tentunya akan berdampak sangat
tidak baik bagi keberlangsungan perekonomian masyarakat yang pada akhirnya akan
50
membuat masyarakat bertambah apatis dan putus harapan terhadap segala program
dan himbauan pemerintah. Peningkatan dari triwulan satu ke triwulan keempat Tahun
Anggaran 2009, juga dalam bulan per bulannya memberikan gambaran bahwa semua
komponen masyarakat di tiga wilayah memberikan kontribusi sangat besar dalam
proses pembangunan yang terus berjalan. 45
Kecuali Pajak Bumi dan Bangunan yang mengalami tingkat kenaikan tertinggi
pada triwulan ketiga, penerimaan yang lainnya berpuncak pada triwulan keempat. PBB
memberikan sumbangan terbesarnya pada triwulan ketiga yakni Rp 42.444.536.456 dan
menurun kembali pada triwulan keempat menjadi sebesar Rp 25.176.399.367
Untuk PPh yang menempati peringkat ketiga dalam data per jenis penerimaan, di
dalamnya terdapat PPh pasal 21 dan PPh pasal 25/29 wajib pajak orang pribadi dalam
40
negeri. Kedua jenis pajak penghasilan tersebut sesuai pasal 13 UU Nomor 33 Tahun
2004 dan pasal 8 PP Nomor 55 Tahun 2006 merupakan komponen dana bagi hasil
35
dimana porsi pembagiannya adalah 60 % untuk kabupaten/kota dan 40 % untuk
provinsi. Penetapan alokasi dana bagi hasil PPh pasal 21 dan PPh pasal 25/29 wajib
pajak orang pribadi dalam negeri untuk tiap daerah terdiri atas :
1. Alokasi sementara
didasarkan atas rencana penerimaan dana bagi hasil yang ditetapkan paling lambat
dua bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan
2. Alokasi definitif
didasarkan pada prognosis realisasi penerimaan dana bagi hasil PPh dan ditetapkan
paling lambat pada bulan pertama triwulan keempat tahun anggaran berjalan
Penyalurannya dilaksanakan berdasarkan prognosis realisasi penerimaan PPh
Pasal 21 dan Pasal 25/29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri tahun anggaran
berjalan secara triwulanan, dengan rincian sebagai berikut :
• Penyaluran triwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga masing
masing sebesar 20% dari alokasi sementara
• Penyaluran triwulan keempat didasarkan pada selisih antara pembagian
definitif dan jumlah dana yang telah dicairkan selama triwulan pertama sampai
dengan triwulan ketiga
Apabila penyaluran triwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga yang
didasarkan atas pembagian sementara lebih besar dari pada pembagian definitif,
kelebihan dimaksud diperhitungkan dalam penyaluran tahun anggaran berikutnya. Dari
penerimaan PPh sebesar Rp 120.055.723.065 terdiri dari :
JUMLAH TRANSAKSI
BULAN
SATUAN NOMINAL
Dalam hal jumlah transaksi penerimaan juga menggambarkan grafik yang terus
naik tajam pada akhir tahun anggaran 2009 terutama pada bulan Oktober November
dan Desember 2009, yang puncaknya pada bulan Desember 2009 dengan 28.003 STS,
sebesar Rp 117,728,703,805 dari total penerimaan sebesar Rp 960.174.242.074.
TREND
30.000
Kesadaran akan pelunasan dan pembayaran pajak semakin merata di
masyarakat, sehingga ketika pihak Kantor Pelayanan Pajak mengumumkan batas waktu
penyetoran pajak, para wajib pajak berbondong bondong melunasi hutang pajaknya.
Sehingga pada akhir tahun anggaran 2009 tingkat pembayaran dan pelunasan pajak
naik dengan tajam dan memberikan alokasi penerimaan yang menggembirakan.
25.000
MANDIRI CAB. 42.639.986.72 53.872.979.8 35.408.508.24 47.445.099.25 179.366.574.
TULUNGAGUNG 7 44 9 4 074
BNI CAB. 13.256.839.12 20.639.071.8 26.923.147.25 32.799.781.93 93.618.840.
TULUNGAGUNG 4 25 0 7 136
BRI CAB. 25.584.615.08 13.423.472.7 36.598.199.53 28.070.270.56 103.676.557.
TULUNGAGUNG 9 58 1 1 939
MANDIRI CAB. 32.708.809.95 36.041.807.0 46.116.738.42 52.926.087.88 167.793.443.
BLITAR 2 79 6 8 345
13.510.007.13 14.798.706.8 12.635.902.33 18.280.101.27 59.224.717.
BNI CAB. BLITAR
4 89 9 5 637
7.034.765.79 15.395.922.2 20.826.435.29 22.234.679.99 65.491.803.
BRI CAB. BLITAR
7 46 2 8 333
BANK MEGA CAB. 2.963.015.49 2.967.799.6 1.953.477.56 1.319.920.47 9.204.213.
TULUNGAGUNG 7 89 2 0 218
BANK JATIM CAB. 20.871.922.47 32.022.724.8 35.928.346.10 41.651.812.84 130.474.806.
TULUNGAGUNG 1 52 4 8 275
20.000
BANK JATIM CAB. 17.305.764.75 36.358.549.9 36.900.176.89 41.998.811.40 132.563.303.
BLITAR 2 92 1 4 039
BANK MEGA CAB. 2.424.199.71 3.002.367.4 4.373.761.90 8.184.340.15 17.984.669.
BLITAR 2 21 2 6 191
112.600.00 162.807.61 275.407.
BCA CAB. BLITAR
- - 0 6 616
BCA CAB. 499.906.27 499.906.
TULUNGAGUNG - - - 1 271
178.299.926.25 228.523.402.5 257.777.293.54 295.573.619.67 960.174.242.
JUMLAH 5 95 6 8 074
Penerimaan negara di wilayah KPPN Blitar penyetorannya dilakukan di Bank
Persepsi. Bank Persepsi untuk KPPN Blitar terdiri dari :
1. Bank Mandiri Cabang Blitar;
2. Bank Mandiri Cabang Tulungagung;
3. Bank BRI Cabang Blitar;
4. Bank BRI Cabang Tulungagung;
5. Bank BNI Cabang Blitar;
6. Bank BNI Cabang Tulungagung;
7. Bank Jatim Cabang Blitar;
8. Bank Jatim Cabang Tulungagung;
9. Bank Mega Cabang Blitar;
10. Bank Mega Cabang Tulungagung;
11. Bank BCA Cabang Blitar;
12. Bank BCA Cabang Tulungagung.
Dari 12 bank persepsi yang menjadi mitra kerja KPPN Blitar, Bank Mandiri baik
Bank Mandiri Cabang Blitar maupun Bank Mandiri Cabang Tulungagung memberikan
kontribusi yang paling besar, hal ini mengingat Bank Mandiri sebagai bank yang paling
banyak menerima setoran penerimaan cukai dari pabrik rokok.
Miliar Rp
dari Bank Persepsi.
180
Data penerimaan PFK, baik PT Taspen maupun PT Askes, dilakukan rekonsiliasi
tiap triwulan. Hasil rekonsiliasi merupakan dasar bagi PT Taspen dan PT Askes untuk
mengajukan klaim kepada Pemerintah c.q Departemen Keuangan.
PENERIMAAN PFK
NO BULAN PT. TASPEN PT. ASKES
(4,75%) (2%)
1 JANUARI 3.229.394.809 1.359.860.685
2 PEBRUARI 3.323.798.049 1.399.661.214
3 MARET 3.306.084.366 1.392.229.535
4 APRIL 4.496.248.091 1.893.242.830
5 MEI 4.685.375.649 1.972.990.383
6 JUNI 3.880.287.294 1.633.993.137
7 JULI 3.841.484.485 1.617.523.689
8 AGUSTUS 3.866.215.557 1.628.668.958
9 SEPTEMBER 3.820.886.030 1.609.638.471
10 OKTOBER 3.814.060.018 1.606.872.946
11 NOPEMBER 3.842.306.690 1.618.778.586
12 DESEMBER 3.834.161.091 1.615.403.139
JUMLAH 45.940.302.129 19.348.863.574
Data diatas menunjukan penerimaan dari potongan fihak ketiga (sebesar 10%
dari gaji setiap PNS, baik pusat maupun daerah) memberikan kontribusi yang sangat
besar di dalam akun penerimaan. Pada bulan Januari 2009 potongan 10% dari gaji PNS
telah mencapai diatas ½ milyar yakni sebesar Rp 549.261.585 sedangkan dari PNS
daerah hampir sepuluh kali lipatnya yakni sebesar Rp 6.249.454.329. dari bulan ke
bulan semakin terlihat penerimaan PFK mengalami kenaikan yang signifikan. Bila dilihat
dari pengelolanya antara PT Askes dan PT Taspen, keduanya masih memiliki semangat
yang sama. PT Taspen yang mengelola dana potongan sebesar 4,75% telah menerima
jumlah dana yang besar, demikian juga dengan PT Askes. Hal ini memberikan tugas
yang berat bagi PT Askes dan PT Taspen dalam mengelola kedua dana tersebut.
Mengingat dana potongan fihak ketiga pada akhirnya harus dikembalikan lagi kepada
pegawai negeri sipil yang bersangkutan pada saat memasuki masa pensiun, juga ketika
ada anggota maupun pribadi pegawai terkena sakit dan membutuhkan perawatan serius
di rumah sakit. Pengelolaan yang baik akan memberikan bukti bahwa PT Askes dan PT
Taspen telah melaksanakan tugasnya dengan profesional.
Peningkatan penerimaan PFK yang menjadi bagian pengelolaan oleh PT Taspen
dan juga PT Askes mengalami peningkatan yang menggembirakan pada bulan April dan
Mei, sedangkan pada bulan bulan sebelum dan selanjutnya secara grafik terlihat datar
datar saja, namun selalu ada kenaikan dan penurunan meski tidak terlalu signifikan,
tidak sampai 1-2% kenaikan dan penurunannya.
PENERIMAANPFKTAHUN 2009
5,00
4,50
n B
ilo
s 4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
Meski pada saat ketika PT Taspen harus membayar uang pensiun pegawai
masih memerlukan subsidi dari pemerintah pusat, namun penerimaan dari PFK tersebut
juga sangat membantu dalam peningkatan jumlah penerimaan potongan yang dikelola
oleh PT Taspen. Demikian juga dengan PT Askes, pada rumah sakit umum daerah
untuk kelas kelas tertentu pasien yang menggunakan kartu Askes memang dibebaskan
dari segala biaya, namun jika pasien menginginkan nilai lebih dari pelayanan rumah
sakit tersebut, mereka diwajibkan untuk membayar kekurangan atas selisih biaya yang
ditanggung oleh PT Askes dan nilai lebih yang diinginkan pasien.
Pada dasarnya untuk program pensiun PNS berasal dari sharing pembayaran
pensiun antara APBN dan PT Taspen, yang jumlahnya semakin meningkat setiap
tahunnya. Penetapan sharing sebesar 91 : 9 antara APBN dan PT Taspen tentu saja
sangat membebani APBN, untuk itu pemerintah mulai memperbaiki sharing APBN
dalam pembayaran pensiun pada tahun anggaran 2009, sesuai dengan rencana
pengembalian pola pendanaan pensiun secara bertahap menjadi 100 % beban APBN.
Dengan UU Nomor 11 tahun 1969 tentang pensiun pegawai dan pensiun janda/duda
pegawai, pemerintah perlu membentuk suatu Dana Pensiun dan menerapkan sistem
fully funded dalam program pensiun PNS. Pemerintah sebagai pemberi kerja bersama
sama PNS memupuk dana untuk dikelola oleh suatu Dana Pensiun, sehingga
pembayaran pensiun di kemudian hari tidak akan membebani APBN dengan akibat
pemerintah mesti menyediakan dana awal yang besar untuk menunjang pelaksanaan
sistem fully funded.
P ERB
DENG A
Di Kota Blitar, Kab. Blitar dan Kab. Tulungagung puncak penerimaan PBB tidak
terjadi pada bulan bulan di akhir tahun anggaran berjalan, namun justru pada
pertengahan tahun, penerimaan Negara dari pajak bumi dan bangunan menunjukan
jumlah yang besar. Ini terjadi kemungkinan karena pada awal tahun pihak kantor pajak
sebagai instansi pengelola penerimaan Negara dari sector pajak, sedang gencar
gencarnya bersosialisasi agar masyarakat dalam membayar PBB tempat tinggalnya
tidak mengalami keterlambatan, dan pada tengah tahun masyarakat beramai ramai
mulai melunasinya. Sehingga kenaikan penerimaan Negara yang berasal dari PBB
terjadi pada pertengahan tahun.
BPHTB yang juga merupakan komponen penerimaan Negara dari dana bagi
hasil, ditetapkan sebesar 80% untuk daerah, sedangkan sisanya 20% merupakan
bagian pemerintah pusat yang akan dikembalikan kepada pemerintah daerah (pasal 12
M i l i a r R p3 8 , 6 5
ayat (4) dan (5) UU Nomor 33 Tahun 2004 serta pasal 7 PP Nomo r 55 Tahun 2006).
Penyaluran dana bagi hasil BPHTB dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan
BPHTB tahun anggaran berjalan yang dilakukan melalui dua mekanisme yakni :
• Bagian daerah
penyalurannya dilaksanakan secara mingguan
• Bagian pemerintah pusat yang dibagikan merata kepada kabupaten/kota
dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu bulan April, Agustus dan bulan November tahun
anggaran berjalan
7.000.000.000
6.000.000.000
5.000.000.000
PEMERINTAH PUSAT
KAB. TULUNGAGUNG
KOTA BLITAR
1.000.000.000
-
I
NI
EI
LI
ET
I
IL
R
R
R
AR
AR
TU
JU
BE
BE
BE
JU
BE
R
M
AR
U
AP
U
EM
US
EM
N
BR
KT
JA
PE
AG
PT
S
PE
NO
DE
SE
Pada periode bulan Januari sampai dengan Desember 2009, dapat diketahui
bahwa KPPN Blitar memiliki selisih surplus penerimaan sebesar Rp 324,418 Miliar. Hal
ini berarti, secara lokal regional, wilayah kerja KPPN Blitar memberikan kontribusi
100
penerimaan negara yang lebih besar dibandingkan pengeluaran belanja pada daerah
Blitar dan Tulungagung.
Pendalaman atas data transaksi pada Seksi Bendahara Umum, yang berasal
dari Laporan Kas Posisi, ternyata memberikan informasi yang bermanfaat untuk
memahami pengelolaan kas pemerintah dalam fungsi treasury, maupun manajemen
fiskal secara umum. Dalam manajemen fiskal, informasi dari data penerimaan dapat
menjelaskan karakteristik kontribusi penerimaan negara pada suatu daerah dan
pengaruhnya apabila sumber penerimaan tersebut terganggu. Contohnya adalah, jika
sumber penerimaan negara pada wilayah kerja KPPN Blitar adalah penerimaan cukai,
maka dapat dibayangkan pengaruhnya terhadap APBN, apabila terdapat kondisi yang
menyebabkan pabrik rokok di wilayah Tulungagung tutup atau bangkrut.
ASAL
NO BULAN KIRIMAN JUMLAH
UANG
1 JANUARI DIT PKN 15.254.981.451
2 PEBRUARI DIT PKN 22.230.223.432
3 MARET DIT PKN 34.955.528.651
4 APRIL DIT PKN 42.078.186.682
5 MEI DIT PKN 32.198.079.842
6 JUNI DIT PKN 49.773.514.110
7 JULI DIT PKN 37.216.695.820
8 AGUSTUS DIT PKN 37.174.643.134
9 SEPTEMBER DIT PKN 49.358.589.690
10 OKTOBER DIT PKN 61.257.286.271
11 NOPEMBER DIT PKN 62.106.074.712
12 DESEMBER DIT PKN 70.946.190.953
JUMLAH 514.549.994.748
Periode triwulan II, dimulai bulan April 2009 SPM yang diterima oleh KPPN Blitar
meningkat 20% dari bulan Maret 2009, yakni 919 buah SPM dengan permintaan
Droping dana ke Dit PKN sebesar Rp 42.078.186.682. Bulan kedua triwulan II, Mei 2009
SPM yang diajukan ke KPPN Blitar turun hingga 860 buah SPM, memberikan
penurunan terhadap permintaan droping ke Dit PKN sebesar Rp 32.198.079.842. Bulan
Juni 2009 saat periode berakhirnya semester I jumlah SPM naik sebesar 969 buah
SPM, dan droping ke Dit PKN naik hampir 50% dari bulan Mei 2009 sebesar Rp
49.773.514.110
Posting Data.
Posting merupakan proses pembentukan buku besar dari data transaksi yang
berupa belanja, pendapatan, kiriman uang, transito, dan lain-lain pada waktu tertentu
dari sistem aplikasi Verifikasi dan Akuntasi (VERA) yang dijalankan dengan user
administrator.
Pada Aplikasi VERA digunakan tiga user dengan tingkatan yang berbeda yang
dibuat oleh supervisor dan tentunya hanya oleh petugas yang bersangkutan dengan
fungsi sebagai berikut :
• User I (tingkat administrator) untuk fasilitas: Utility dan Pembentukan Buku
Besar (Posting)
• User II (tingkat operator) untuk fasilitas: Tabel Master, Transaksi, Validasi (I,II,III),
Buku Besar (mengevaluasi jurnal yang terbentuk), Proses Rekonsiliasi, Monitoring
Rekonsiliasi, dan Laporan (untuk mencetak laporan).
• User III (tingkat supervisor) untuk fasilitas: Monitoring Pengiriman, Pencocokan
Buku Besar, dan Pengiriman Data.
Mekanisme Posting merupakan kegiatan awal dalam pengoperasian aplikasi
VERA. Posting yang dilakukan antara lain:
• Posting tanggal tertentu untuk mengambil data Harian
• Posting satu bulan tertentu untuk mengambil data bulanan
Validasi Data.
Setelah proses posting lalu dilakukan proses validasi data. Validasi data
dilakukan untuk mengecek kesalahan menggunaan kode akun, unit oraganisasi,
kesesuaian transaksi pusat dan daerah, kesesuaian tabel referensi dan transaksi dan
lain-lain. Terdapat 3(tiga) bagian validasi data yaitu Validasi I, Validasi II, dan Validasi III.
Penjelasan masing-masing validasi tersebut sebagai berikut:
Hasil dari setiap validasi harus dianalisa, apakah data tersebut sesuai
penggunaan kodefikasi akun, unit organisasi, dan nilai rupiahnya. Setiap ada perbaikan
data, seksi VERA membuat nota dinas kepada seksi Perbendaharaan dan Bendum. Jika
terdapat perbaikan data hasil validasi tersebut maka proses posting diulang untuk
perbaikan jurnal buku besar.
Rekonsiliasi.
Bahwa sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor :
PER-36/PB/2009 tanggal 28 Juli 2009 serta mempedomani Peraturan Menteri
Keuangan Nomor : 171/PMK.05/2007 Pasal 6,7,8,9,10, dan 21 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, perlu mengatur lebih lanjut
mengenai tata cara rekonsiliasi dan pedoman penyusunan Laporan Keuangan Kuasa
Bendahara Umum Negara (BUN).
Setelah data-data dari ADK ini direkon dan ditayangkan pada Monitoring
Rekonsiliasi sudah cocok, terus dicetak dalam rangkap dua, lembar 1 diberikan ke
Satker, lembar 2 sebagai pertinggal KPPN. Hasil rekonsiliasi dituangkan dalam BAR
(Berita Acara Rekonsiliasi) yang ditandatangani Kepala Kantor sebagai KPA dan Kepala
KPPN sebagai Kuasa BUN. BAR dibuat dua rangkap, satu lembar sebagai arsip KPPN
dan satu lembar lainnya dikembalikan ke Satker.
Selain rekonsiliasi dengan satker, KPPN juga melakukan rekonsiliasi intern
antara Seksi Perbendaharaan, Seksi Bendahara Umum, dan Seksi Vera dengan
melakukan proses pencocokan data dan jumlah saldo rupiah antara LKP dan LAK
Harian. Hasil Rekonsiliasi Intern tersebut juga dituangkan dalam BAR yang
ditandatangani kepala seksi Vera, kepala seksi Perbendaharaan, Kepala seksi Bendum,
dan diketahui Kepala KPPN. Kecocokkan data dalam jumlah rupiah dalam Berita Acara
Rekonsiliasi ini menjadi dasar dilakukannya pengiriman ADK LKP dan ADK Buku Besar
Vera, selanjutnya ketidakcocokkan data dan jumlah rupiah dalam Berita Acara
Rekonsiliasi ini menjadi dasar dilakukannya perbaikan sesuai dengan ketentuan.
Adanya batasan waktu yang sangat pendek dalam hal satker mengajukan
aplikasi rekon ke seksi Vera, terkadang membuat satker terlambat untuk menyampaikan
adk rekonnya. Sehingga saat laporan dibuat banyak satker yang belum mengajukan
rekon. Hal ini bukan berarti satker tidak melakukan rekon, hanya mengalami
keterlambatan dalam menyampaikan data. Namun ketika telah melewati batas waktu
yang ditentukan satker akan dengan segera mengajukan bahan untuk rekonsiliasi,
terutama saat satker akan mengajukan SPM GUP, dimana syarat untuk dibayar SPM
GUP-nya adalah satker telah melakukan rekon dengan seksi vera yakni melampirkan
berita acara rekonsiliasi sebagai bukti untuk seksi perbendaharaan agar SPM GUP
dapat segera diproses.
Tingkat partisipasi rekonsiliasi antara satker dengan KPPN selama tahun 2009
adalah sebagai berikut:
PARTISIPASI REKONSILIASI TINGKAT UAKPA
PADA KPPN BLITAR
PER 31 JANUARI S.D. 31 DESEMBER 2009
JUMLAH
NO. URAIAN
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES
JUMLAH
1. SATKER : 112 112 118 118 118 118 121 121 121 121 124 124
SELURUHNYA
JUMLAH
SATKER YANG
2. : 83 89 102 113 112 110 117 116 117 119 117 122
MELAKUKAN
REKONSILIASI
JUMLAH
SATKER YANG
3. : 26 20 13 5 6 8 4 5 4 2 7 1
BELUM
REKONSILIASI
JUMLAH
SATKER YANG
4. TIDAK : 3 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0 1
MELAKUKAN
REKONSILIASI
Pada bulan bulan di awal tahun anggaran 2009 ada 3 satker yang belum
melakukan rekon, ini dapat berarti di bulan bulan tersebut satker yang bersangkutan
belum melakukan realisasi yang berarti hanya mengajukan SPM belanja pegawai. Pada
bulan April dan bulan bulan selanjutnya semua satker (100%) telah melaksanakan
kewajiban untuk rekon dengan seksi Vera, namun pada bulan Desember 2009 terdapat
satu satker yang belum melaksanakan rekon. Kemungkinan besar hal ini disebabkan
satker tersebut telah menihilkan SPM UP-nya pada bulan November 2009, sehingga
pada bulan Desember 2009 satker yang bersangkutan tidak melaksanakan rekon
dengan KPPN Blitar
B. PELAPORAN KEUANGAN
Pelaporan Keuangan terdiri dari tiga komponen yakni LAK (Laporan Arus Kas)
LRA (Laporan Realisasi Anggaran) dan Neraca. Laporan Arus Kas adalah laporan yang
menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas
selama periode Tahunan Tahun Anggaran 2009. Neraca yang disajikan adalah hasil dari
proses Sistem Akuntansi Kas Umum Negara, sebagaimana yang diwajibkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171 tahun 2007, tentang Sistem Akuntansi dan
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. Sedangkan Laporan Realisasi Anggaran sampai
dengan bulan Desember Tahun Anggaran 2009 yang berakhir 31 Desember 2009,
menggambarkan realisasi Anggaran pendapatan dan Belanja selama tahun anggaran
2009.
Saldo Akhir Kas per 31 Desember 2009 sebesar Rp 14.907.523.300,- terdiri dari
jumlah saldo awal per 1 Januari 2009 Rp 12.966.162.200 ditambah dengan
mutasi/perubahan kenaikan kas pemeritah per per 31 Desember 2009 Rp.
1.941.361.100,-. Aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas untuk kegiatan operasional
pemerintah selama satu bulan periode akuntansi tahun berjalan (interim statement),
yang menunjukkan saldo sebesar Rp 267.488.605.943,- dengan rincian sebagai berikut:
NERACA ( SAKUN )
Posisi keuangan KPPN Blitar sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara Bulan
Desember 2009 adalah sebagai berikut :
- Aset sebesar Rp 375.639.540.352,-;
- Kewajiban sebesar Rp 123.381.556.924,-; dan
- Ekuitas Dana sebesar Rp 252.257.983.428,-
68.530.897.539 235.415.219.474
84.041.070.450
28.401.993.159
123.922.528.515
Belanja Pegaw ai Belanja Barang Belanja Modal
Belanja Bansos Belanja Lain-Lain
C. INOVASI
Bimbingan Teknis
Pada awal tahun, KPPN Blitar melaksanakan kegiatan sosialisasi yang bersifat
bimbingan teknis kepada semua satker, sekaligus untuk menyosialisasikan aplikasi
KPPN yang lain, sehingga pada bulan berikutnya satker telah siap melaksanakan
rekonsiliasi dengan Seksi Vera KPPN Blitar dengan membawa data yang valid dan
benar.
Bimbingan teknis secara teknis dapat dilaksanakan bersamaan penyebaran dan
pembagian aplikasi (SPM, Bendahara dan Gaji) kepada semua satker yang biasanya
diadakan setelah KPPN sendiri menerima alplikasi tersebut dari kantor pusat Ditjen
Perbendaharaan ataupun donlod langsung dari website resmi perbendaharaan.
Sehingga diharapkan dapat terjadi keseragaman dan kesamaan kata antara satker dan
KPPN.
A. Alokasi Anggaran DIPA 2010.
Pada tahun anggaran 2010, KPPN Blitar mengelola dana dalam DIPA sebesar
Rp 556.012.796.000 suatu jumlah yang besar dan terbagi menjadi empat wilayah
alokasi. Dari tabel alokasi dana menurut jenis kewenangan, dapat terlihat dengan
besarnya kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah dalam mengurus dan
menjalankan pemerintahannya sendiri. Dengan kewenangan kantor daerah memperoleh
alokasi dana Rp 481.888.130.000 (86.67%) dari seluruh pagu DIPA tahun anggaran
2010.
PAGU DIPA PER JENIS KEWENANGAN TAHUN 2010
NO KEWENANGAN JUMLAH %
1 KANTOR DAERAH 481,888,130,000 86.67
2 TUGAS PEMBANTUAN 13,714,951,000 2.47
3 URUSAN BERSAMA 49,039,715,000 8.82
4 DESENTRALISASI 11,370,000,000 2.04
JUMLAH 556,012,796,000 100.00
Faktor-Fakto
Penyerapan
Berangkat dari faktor-faktor tersebut, setelah dilakukan klasifikasi dan analisa
keterkaitan dengan tugas fungsi KPPN, maka untuk mengevaluasi efektivitas
pelaksanaan anggaran pada satker dirumuskan variabel yang disusun berdasarkan
siklus penggunaan anggaran (budget execution cycle). Variabel tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kesiapan penggunaan anggaran, yaitu prasyarat awal anggaran pada DIPA dapat
digunakan. Kesiapan ini diukur dari waktu DIPA diterima, penetapan surat-surat
keputusan sebagai dasar penggunaan anggaran, dan, rencana kerja dan rencana
keuangan.
2. Revisi DIPA, yaitu kondisi dimana DIPA tidak dapat digunakan karena memerlukan
penyesuaian yang berimplikasi pada penundaan pencairan dana. Kondisi revisi
DIPA diukur dari tingkat keperluan revisi DIPA, substansi revisi dan pemahaman
terhadap prosedur revisi.
3. Pembuatan komitmen dan pembayaran, yaitu proses penggunaan anggaran di
satuan kerja, yang dimulai sejak pembuatan perikatan sampai dengan penerbitan
SPM. Hal-hal yang diukur disini adalah penetapan pejabat pengadaan, proses
pengadaan barang/jasa, waktu penyelesaian SPP dan SPM, dan sirkulasi
penggunaan uang persediaan.
4. Pencairan dana, merupakan variabel yang mengukur kelancaran proses pencairan
dana dari sudut pandang satker sebagai kuasa pengguna anggaran. Kelancaran
proses pencairan dana ini diukur dari tingkat pengembalian SPM, efektivitas
pengujian, transparansi dan bebas pungli.
5. Perencanaan penarikan dana, merupakan alat untuk mengevaluasi tentang
kemampuan satker untuk memperkirakan penggunaan anggarannya, yang
berguna bagi satker dalam manajemen keuangan internal dan bagi KPPN untuk
perkiraan penarikan kas pemerintah (cash disbursement forecasting). Hal-hal yang
diukur meliputi seberapa valid perencanaan penarikan dana yang disusun, dan
perkiraan seberapa jauh satker dapat menyusun perkiraan penarikan dana.
6. Sosialisasi dan koordinasi, merupakan variabel untuk mengukur tingkat persepsi
satker terhadap mekanisme pengelolaan keuangan dan kebutuhan untuk
berkoordinasi. Alat ukur pada variabel ini meliputi persepsi terhadap ketentuan
pengelolaan keuangan, dan tingkat koordinasi dalam lingkup satker.
STATISTIK PENYAMPAIAN
SK PEJABAT PERBENDAHARAAN
JUMLAH
BULAN PROSENTASE
SATKER
JANUARI 74 77,08%
PEBRUARI 10 10,42%
MARET 5 5,21%
BELUM MENYAMPAIKAN 7 7,29%
JUMLAH 96
Dalam rangka penggunaan anggaran dan pencairan dana, sebagian besar satker
(94,87 persen) telah menetapkan SK-SK internal pelaksanaan kegiatan, dan sebagian
besar satker juga telah mencairkan UP (84,62 persen). Namun demikian, sebagian
besar satker baru dapat membuat kontrak pengadaan barang/jasa pada bulan Maret
2009 (74,36 persen). Sebagai akibat dari kondisi tersebut, sebagian besar satker
memperkirakan realisasi DIPA pada triwulan pertama kurang dari 20 persen (87 satker).
Revisi DIPA.
Dalam variabel revisi DIPA, dari hasil survey diperoleh informasi bahwa sebagian
satker ternyata masih memerlukan revisi DIPA dalam rangka pelaksanaan kegiatan dan
pencairan dananya (37,61 persen). Oleh karena itu, sebagian satker menganggap revisi
DIPA menjadi penyebab tertundanya pencairan dana (33,39 persen).
Sedangkan revisi disebabkan oleh kesalahan perencanaan oleh instansi pusat
(30,77 persen) dan disebabkan oleh penyesuaian perencanaan dengan pelaksanaan
(55,56 persen). Substansi DIPA yang direvisi sebagian menyangkut pergeseran jenis
belanja (35,90 persen) namun tidak memerlukan perubahan pagu DIPA (64,10 persen).
Dalam penyelesaian revisi DIPA, sebagian besar satker memerlukan persetujuan
instansi vertikal di atasnya (61,54 persen), dan masih memerlukan informasi/sosialisasi
prosedur penyelesaian revisi DIPA (82,09 persen).
Pembuatan Komitmen dan Pembayaran.
Dalam pembuatan komitmen dan pembayaran di tingkat internal satuan kerja
diperoleh informasi bahwa dalam pengelolaan keuangan di satker, ternyata sebagian
satker melakukan perangkapan jabatan antara Kuasa Pengguna Anggaran dengan
Pejabat Pembuat Komitmen.
Dalam rangka pembuatan komitmen, khususnya untuk penggunaan anggaran
kegiatan yang kontraktual, hanya separuh satker yang telah menetapkan SK Panitia
Pengadaan Barang/Jasa, dan terdapat 15 persen satker yang proses pengadaan
barang/jasa diperkirakan selesai di atas bulan Juni 2009.
Pencairan Dana.
Dalam proses pencairan dana di KPPN, dari hasil survey kepada satker diperoleh
informasi bahwa dalam ketertiban kebenaran SPM, masih terdapat 48 satker (41,02
persen) yang dikembalikan SPM-nya oleh KPPN sebanyak 6 kali dalam kurun waktu tiga
bulan ini.
Dalam proses interaksi pengujian SPM antara petugas penyampai SPM dari satker
dan petugas KPPN, terkait dengan pelaksanaan SOP KPPN Percontohan di KPPN
Blitar, ditemukan bahwa sebagian besar satker (95,73 persen) menyatakan bahwa
petugas yang menyampaikan SPM ke KPPN adalah Bendahara atau staf keuangan.
Demikian pula dalam pengujian SPM, sebagian besar satker menyatakan bahwa
pengjuian dilakukan saat itu juga (94,87 persen) dan dilakukan oleh petugas front office
KPPN (94,02 persen).
Dalam hal sikap pelayanan petugas KPPN pada saat pengujian SPM, ditemukan
bahwa 61 satker (52,14) menyatakan memuaskan, 53 satker menyatakan cukup puas
(45,30 persen). Dan seluruh satker manyatakan tidak memberikan imbalan kepada
petugas KPPN (99,15 persen.
Dalam hal penilaian terhadap pemahaman petugas KPPN terhadap peraturan
pencairan dana pada saat pengujian SPM, ditemukan bahwa 82 satker (70,09 persen)
menyatakan baik, dan 33 satker (28,21 persen) menyatakan cukup.
Dalam percepatan waktu penyelesaian SP2D, dijumpai bahwa : pada
penyelesaian SPM Non Belanja Gaji, sebagian besar satker (91,79 persen) menyatakan
bahwa SP2D selesai dalam hari itu juga. Sedangkan dalam pencairan dana, sebagian
besar satker (81,20 persen) menyatakan bahwa uang pada SP2D masuk ke rekening
yang dituju dalam waktu satu sampai dengan tiga hari.
Dalam hal peran KPPN dalam sosialisasi ketentuan pengelolaan keuangan dan
koordinasi antara satker dengan KPPN, ditemukan bahwa sebagian besar satker selalu
memperoleh informasi mengenai ketentuan pembayaran/pencairan dana terkini dari
KPPN (82,05 persen). Hampir seluruh satker menyatakan memerlukan sosialisasi dan
koordinasi berkala dengan KPPN (97,44 persen), dan sangat mengaharapkan peran
KPPN sebagai pihak yang dapat memfasilitasi koordinasi antar satker dalam rangka
penyamaan persepsi (91,45 persen). Untuk itu hampir seluruh satker merasa perlu
adanya forum koordinasi antar pejabat pengelola keuangan antar sarker.
Untuk mendukung peran KPPN dalam sosialisasi dan koordinasi tersebut, satker
yang menganggap tingkat pemahaman pegawai KPPN yang memadai sebesar 55,56
persen, dan sisanya menganggap cukup memadai.
Kondisi kantor yang nyaman, pada tahun 2010 KPPN Blitar melanjutkan
menyempurnakan pembagian ruangan dan lay out kantor, sehingga setiap orang dan
setiap pegawai yang datang ke KPPN Blitar akan merasa seperti di rumah sendiri.
Mengingat suasana dan ruangan kantor yang nyaman sangat mendukung keberhasilan
tugas sehari hari pegawai, pada 2010 ini KPPN Blitar masih melaksanakan
pembenahan dan penataan ruangan kantor, diharapkan pada akhirnya semua pegawai
merasa hommy saat berada di kantor.
Penyediaan ruang perpustakaan dengan isi buku buku yang memadai untuk
menambah wawasan dan pengetahuan pegawai KPPN Blitar. Selain menyimpan buku
buku tentang peraturan yang merupakan kiriman dari Kantor Pusat Ditjen
Perbendaharaan, di dalamnya juga tersimpan buku buku yang membahas tema tema
umum lainnya, seperti buku tentang motivasi, buku agama, novel pembangun jiwa, buku
sejarah peradaban, tak ketinggalan buku tentang ekonomi yang tentunya kesemuanya
tidak akan disimpan begitu saja, namun juga menjadi bacaan di sela sela senggang
waktu kerja di kantor.
Penyediaan sarana gudang yang memadai tempat penyimpanan berkas dan
arsip, sehingga memudahkan bagi pegawai KPPN Blitar sewaktu waktu membutuhkan
kembali, baik untuk mengecek riwayat suatu pekerjaan maupun ketika ada pemeriksaan
dan pembinaan dari Kanwil serta Itjen. Kondisi gudang yang nyaman akan mendorong
pegawai untuk rajin mengarsipkan berkas berkas pekerjaan, karena selama ini dalam
bayangan semua pegawai yang namanya gudang kita akan selalu dihadapkan pada
ruangan yang kotor, penuh debu, sarang laba laba, acak acakan, tidak beraturan dan
sumpek serta pengap. KPPN Blitar dengan penataan yang baik telah memiliki gudang
yang mana setiap orang yang masuk tidak lagi merasakan sedang berada di dalam
gudang.
Pembangunan sarana olah raga, sebagai perwujudan memasyarakatkan olah
raga dan mengolahragakan masyarakat, KPPN Blitar menyediakan lapangan Volley Ball
dan lapangan futsal. Lapangan Volley Ball disediakan di halaman kantor yang pada
kondisi sehari hari dipergunakan sebagai areal tempat parkir yang representative bagi
kendaraan tamu. Dan pelaksanaan olah raga bersama ini menjadi rutinitas setiap hari
Jumat pagi sebelum jam pelayanan dimulai, hal ini dapat meningkatkan keakraban dan
keeratan hubungan antar pegawai, juga menjaga kesehatan jiwa dan raga semua
pegawai. Untuk yang memiliki kemampuan dalam berlari dan mengolah bola, KPPN
Blitar telah menyediakan lapangan futsal dengan rumput alami di halaman belakang
perumahan dinas, dimana untuk event event tertentu disinilah suasana kekeluargaan
terjalin.
Pemanfaatan mushola sebagai sarana ibadah bagi para pegawai dalam
mendekatkan diri kepada Tuhan Semesta Alam, mengingat sebagian besar pegawai
memeluk agama Islam, sehingga jika dalam satu hari kerja terdapat dua atau tiga kali
kewajiban menghadap Tuhan, mushola yang tersedia dengan sangat baik dapat
menunjang kegiatan tersebut, dan ini tentunya akan memberi dampak bagi kondisi
kantor secara menyeluruh, dimana berkah dan karunia Tuhan akan selalu melingkupi
kehidupan kantor dan para pegawainya.
Sifat dasar manusia adalah rasa ingin tahu yang besar terhadap segala sesuatu
yang ditemuinya sehari hari. KPPN Blitar merasakan hal ini sebagai satu potensi yang
mesti dipelihara dan dikembangkan. Mengingat kemampuan dan kecakapan yang tidak
sama antara satu pegawai dengan pegawai lainnya, KPPN Blitar berupaya
meningkatkan kompetensi sumber daya manusianya.
Peningkatan kompetensi dilakukan melalui intensifikasi pelaksanaan GKM (Gugus
Kendali Mutu) minimal dalam seminggu sekali pimpinan akan mengumpulkan semua
pegawai tanpa kecuali untuk mereview tugas-tugas selama seminggu terakhir dan
merespon semua usulan, keluhan bahkan sekadar guyonan. Juga sebagai pijakan untuk
melangkah seminggu ke depan, sehingga harapannya pada pelaksanaan tugas minggu
yang akan datang semua pegawai selalu satu kata bersama melangkah, menyamakan
persepsi. Sehingga pada saat melayani satker tak ada lagi yang komplain karena setiap
pegawai berbeda dalam memandang dan menyikapi suatu persoalan dan masalah.
Meski tidak cukup disebut sebagai GKM, secara intern setiap seksi juga selalu
mengadakan perbincangan informal dengan semua pegawai dalam satu ruangan untuk
kembali mengingatkan apa apa yang sudah disepakati dan dipelajari demi kemajuan
dan kebaikan bersama.
Pengusulan pegawai untuk mengikuti Diklat yang dilaksanakan oleh Kantor Pusat
Ditjen Perbendaharaan, dengan harapan pegawai yang ikut diklat dapat menularkan dan
memberikan ilmu yang diperolehnya kepada pegawai pegawai lainnya. Sehingga
pengetahuan yang didapat tersalurkan secara merata ke seluruh pegawai, dan jika pada
saatnya nanti terjadi rolling dan pergantian personil setiap pegawai telah siap
mengaplikasikan semua pengetahuan dan ilmu yang dimilikinya di tempat tugas dan
bidang yang baru.
Pimpinan KPPN Blitar memberikan kesempatan dan dorongan kepada semua
pegawai untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan di jalur resmi dengan memberikan
kesempatan seluas luasnya jika ada pegawai yang akan meneruskan sekolah untuk
memperoleh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini telah menjadi komitmen KPPN
Blitar untuk tidak mempersulit dan menghalangi kemauan pegawai dalam meningkatkan
kapasitas keilmuannya. Hal ini semakin meningkatkan soliditas, kebersamaan dan
kemampuan dalam melayani pengajuan aplikasi pembayaran satker yang menjadi
wilayah pembayaran KPPN Blitar.