TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sistem Rujukan
2.1.1
telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 001 tahun 2012 ialah
suatu
sistem
penyelenggaraan
pelayanan
kesehatan
yang
melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit
yang setingkat kemampuannya .
Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan sebagai suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung
jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara
vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar
unit-unit yang setingkat kemampuannya). Sederhananya, sistem rujukan mengatur
darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu
memeriksakan keadaan sakitnya.
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab
secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi
antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi
10
11
ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau,
rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi (Syafrudin, 2009).
2.1.2
Macam Rujukan
Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yakni :
1. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada
dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health
service). Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan
teknologi, sarana, dan operasional (Azwar, 1996). Rujukan kesehatan yaitu
hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas
yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah
kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan
opersional (Syafrudin, 2009).
2. Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta
pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku
untuk pelayanan kedokteran (medical service). Sama halnya dengan rujukan
kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga macam yakni rujukan
penderita, pengetahuan dan bahan bahan pemeriksaan (Azwar, 1996). Menurut
Syafrudin (2009), rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara
timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertikal maupun
12
Manfaat Rujukan
Menurut Azwar (1996), beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau
13
14
2.1.5
Kegiatan Rujukan
Menurut Syafrudin (2009), kegiatan rujukan terbagi menjadi tiga macam
Kegiatan ini antara lain berupa pengiriman orang sakit dari unit kesehatan
kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap; rujukan kasus-kasus patologik
pada kehamilan, persalinan, dan nifas; pengiriman kasus masalah reproduksi
manusia lainnya, seperti kasus-kasus ginekologi atau kontrasepsi yang
memerlukan penanganan spesialis; pengiriman bahan laboratorium; dan jika
penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan
kirimkan ke unit semula, jika perlu diserta dengan keterangan yang lengkap
(surat balasan).
2. Pelimpahan Pengetahuan dan Keterampilan
15
dan di catat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan,
yang berisikan antara lain:nomor surat, tanggal dan jam pengiriman, status pasien
pemegang kartu Jaminan Kesehatan atau umum, tujuan rujukan penerima, nama
dan identitas pasien, resume hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnose,
tindakan dan obat yang telah diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang,
kemajuan pengobatan dan keterangan tambahan yang dipandang perlu.
2.1.7
maka perlu diperhatikan organisasi dan pengelolanya, harus jelas mata rantai
kewenangan dan tanggung jawab dari masing-masing unit pelayanan kesehatan
yang terlibat didalamnya, termasuk aturan pelaksanaan dan koordinasinya.
16
2.1.8
17
2.1.9
18
PONED harus langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap sesuai dengan buku
acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Setelah dilakukan stabilisasi kondisi pasien, kemudian ditentukan apakah
pasien akan dikelola di tingkat puskesmas mampu PONED atau dilakukan rujukan
ke RS pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK) untuk
mendapatkan
pelayanan
yang
lebih
baik
sesuai
dengan
tingkat
19
yang
mungkin
timbul
olkeh
karenanya.
Dengan
20
21
meliputi siapa yang menemani ibu dan bayi baru lahir, tempat rujukan yang
sesuai, sarana tranfortasi yang harus tersedia, orang yang ditunjuk menjadi donor
darah dan uang untuk asuhan medik, tranfortasi, obat dan bahan. Singkatan
BAKSOKUDO (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang, Dokumen)
dapat di gunakan untuk mengingat hal penting dalam mempersiapkan rujukan
(Dinkes, 2009).
2.1.12 Tahapan Rujukan Maternal dan Neonatal
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak
dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu
mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga
kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat
menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana
yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
22
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk,
siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil
penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas
rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu
dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana
rujukan pada saat awal persalinan.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b.
Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan
selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
2.2.1
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan masyarakat bidang KIA
23
dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait
kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong,
yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat
transportasi atau komuinikasi (telepon genggam, telepon rumah), pendanaan,
pendonor darah, pencatatan pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini
tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta
menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di taman
kanak-kanak.
2.2.2
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya.
Tujuan khusus dari program ini adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga dan masyarakat
sekitarnya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam linkgungan keluarga dan masyarakat.
24
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu meneteki, bayi dan anak balita.
5. Menningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
tertama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
2.2.3
25
2. Pertolongan Persalinan
Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat:
a. Tenaga professional: dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat.
b. Dukun bayi:
Terlatih: ialah dukun bayi yang telah mendapatkan latihan tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.
Tidak terlatih: ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan
lulus.
c. Deteksi dini ibu hamil berisiko:
Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah:
1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2) Anak lebih dari empat
3) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun atau
lebih dari 10 tahun
4) Tinggi badan kurang dari 145 cm
5) Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm
6) Riwayat keluarga menderita diabetes, hipertensi dan riwayat cacat
congenital
7) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau
panggul
26
2)
Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih
dari 90 mmHg
3)
4)
Eklampsia
5)
Perdarahan Pervaginam
6)
7)
8)
9)
2)
3)
4)
Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir
27
5)
6)
7)
8)
9)
2.
3.
4.
Temukan kelainan/ periksa daerah muka leher, jari dan tungkai (edema),
lingkar lengan atas dan panggul.
5.
28
6.
7.
8.
9.
29
f. Kegunaan
1. Mengatur mutu pelayanan ibu hamil
2. Mengukur tingkat keberhasilan perlindungan ibu hamil melalui pelayanan
standard an paripurna. Jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
ANC sesuai dengan standar K4 perkiraan penduduk
3. Mengukur kinerja petugas kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan
ibu hamil
2.3
2.3.1
bisa dilaksanakan dengan lebih tertata dan jelas. Manual rujukan sebaiknya
disusun dan dikembangkan oleh kelompok kerja/ tim rujukan di sebuah
kabupaten/kota. Tujuan manual adalah untuk menjalankan sistem rujukan
pelayanan ibu dan anak dikaitkan dengan sumber pembiayaannya. Manual
rujukan tersusun dari kejadian yang dapat dialami oleh ibu dan bayi dalam proses
kehamilan dan persalinan, dan bagaimana proses tersebut didanai.
2.3.2
Tujuan
30
31
7. Menekankan pada koordinasi antar lembaga seperti LKMD, PKK, dan pelaku
8. Memberikan petunjuk rinci dan jelas mengenai pembiayaan, khususnya untuk
mendanai ibu-ibu kelompok A dan kelompok B1 dan B2.
32
33
34
35
PONED, sementara bayi baru lahir sakit ringan ditangani di sarana pelayanan
kesehatan primer atau di sarana pelayanan kesehatan tempat bayi kontrol
2.4
Puskesmas
2.4.1
Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas
pelayanan
kesehatan
yang
menyelenggarakan
upaya
kesehatan
36
2.4.3
Azas Puskesmas
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, pengelolaan program
keterpaduan,
yaitu
Puskesmas
dalam
melaksanakan
kegiatan
37
2.5
Kebijaksanaan PONED
Kebijaksanan pembentukan puskesmas PONED disebabkan karena
komplikasi obstetrik harus segera ditangani dalam waktu kurang dari 2 jam,
misalnya perdarahan yang harus ditangani kurang dari 2 jam, sehingga perlu
38
adanya
fasilitas
kesehatan
yang
mudah
dijangkau.
Menurut
pedoman
39
40
2.5.4
Pelaksanan PONED
1. Persiapan pelaksaan
Dalam tahap ini ditentukan biaya operasional PONED, lokasi pelayanan
emergensi di puskesmas, pengaturan petugas dalam memberikan pelayanan
gawat darurat obstetric dan neonatal, format-format rujukan, pencatatan dan
pelaporan.
2. Sosialisasi
Dalam sosialisasi yang perlu diketahui oleh masyarakat antara lain adalah
jenis pelayanan yang diberikan dan biaya pelayanan. Pemasaran sosial dapat
dilaksanakan antara lain oleh petugas kesehatan dan sektor terkait dari tingkat
kecamatan sampai desa antara lain dukun, kader, satgas GSI melalui bebagai
forum yang ada seperti rapat koordinasi tingkat kecamatan/ desa, lokakarya
mini , dan lain-lain.
3. Pelaksanaan rujukan
b. Masyarakat dapat langsung ke fasilitas pelayanan untuk mendapatkan
pelayanan PPGDON. Bidan di desa atau bidan praktek swasta memberikan
pelayanan langsung kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas baik yang
datang sendiri atau yang dirujuk oleh kader maupun dukun. Setelah
memberikan pertolongan persalinan bidan di desa dapat merujuk ke
puskesmas, puskesmas mampu PONED, RS mampu PONEK dengan
persiapan memadai.
c. Puskesmas yang belum mampu PONED, sekurang-kurangnya mampu
memberikan PPGDON terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang
41
datang secara langsung atau dirujuk oleh kader atau dukun dan bidan desa
serta mempersiapkan rujukan ke puskesmas mampu PONED dan RS
mampu PONEK.
d. Puskesmas yang mampu PONED dapat memberikan pelayanan kepada
ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang datang sendiri atau dirujuk oleh
kader atau dukun, bidan desa dan puskesmas. Komplikasi yang tidak bisa
ditangani di puskesmas mampu PONED dirujuk ke RS mampu PONEK.
e. RS PONEK memberikan pelayanan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas yang datang sendiri atau yang dirujuk oleh kader atau dukun,
puskesmas, puskesmas mampu PONED. Bila memungkinkan RS PONEK
diberitahu tentang kedatangan kasus yang dirujuk.
Setiap kasus emergensi yang datang ke puskesmas mampu PONED harus
langsung ditangani setelah itu baru pengurusan administrasi (pendaftaran,
pembayaran, mengikuti alur pasien. Pelayanan gawat darurat Obstetri dan
Neonatal yang diberikan harus mengikuti prosedur tetap (protap). Adapun
mekanisme rujukan PONED dijelaskan Gambar 2.2
42
Puskesmas PONED
Puskesmas
Bidan di Desa
Keterangan:
Rujukan
Umpan Balik Rujukan
Gambar 2.2 Mekanisme Alur Rujukan Puskesmas Mampu PONED
43
2.6
2.6.1
Pengertian
Sesuai SK Menkes RI, No: 1051/Menkes/SK/XI/2008 tentang: Pedoman
44
45
2.7
adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal
serta
penatalaksanaanya,
dengan
menggunakan
berbagai
informasi
dan
46
2.8.1
Pengertian
EMAS adalah sebuah program kerjasama antara USAID dengan perjanjian
Tujuan EMAS
Program EMAS diluncurkan untuk mendukung Pemerintah Republik
Indonesia dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir sebesar
25%. Adapun tujuan EMAS adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan PONED dan PONEK
Hal ini diwujudkan dengan cara:
a. Memastikan intervensi medis prioritas yang mempunyai dampak besar
pada penurunan kematian diterapkan di RS dan Puskesmas.
47
48
iii. Teknologi
informatika
dan
komunikasi
dimanfaatkan
untuk
peran
serta
masyarakat
dan
organisasi
sosial
dalam pelayanan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi dengan cara
melibatkan pemerintah di semua tingkatan serta penyedia layanan, pimpinan
49
fasilitas swasta, organisasi profesi, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil dan
masyarakat. EMAS akan memiliki fokus pada beberapa area kunci, yaitu:
1. Mengatasi penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir (perdarahan, preeklamsia/eklamsia, sepsis, asfiksia, prematuria/ berat badan lahir rendah)
2. Pemeliharaan praktik tata kelola klinik yang kuat di fasilitas kesehatan dan
sistem rujukan, dengan fokus pada peningkatan kualitas.
3. Membina hubungan yang kuat antara fasilitas publik dan swasta dan
peningkatan akuntabilitas, baik secara internal maupun kepada masyarakat,
untuk memberikan jaminan perawatan yang berkualitas.
4. Meningkatkan peran warga dan organisasi sipil (OMS) dalam pengawasan
fasilitas kesehatan publik dan swasta dan lembaga pemerintahan daerah dalam
penyediaan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak.
5. Memperbaiki mekanisme keuangan (jaminan sosial ) untuk meningkatkan
akses dan pemanfaatan layanan kesehatan ibu dan anak bagi masyarakat
miskin.
6. Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
yang efektif, efisien, dan inovatif untuk mendukung penyediaan layanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir, serta meningkatkan partisipasi aktif
masyarakat.
2.9
Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
50
51
PROSES
1. Tenaga Kesehatan
2. Sarana dan
prasarana
3. Pendanaan
1. Proses
pengambilan
keputusan
rujukan KIA
2. Proses
pelaksanaan
rujukan KIA
OUTPUT
Pelaksanaan
Rujukan
KIA
52
2) Proses
Proses yang dilakukan adalah 2 tahap yaitu proses dalam pengambilan
keputusan yaitu proses komunikasi dan proses pelaksanaan rujukan yaitu
proses informasi dan proses transportasi. Proses rujukan dilakukan dari
bidan desa, puskesmas, sampai ke rumah sakit.
3) Output
Output adalah Pelaksanaan rujukan KIA yang sesuai dengan SOP.