3)
1)
2)
B.
1.
a.
b.
1)
2)
3)
Terminologi
Quality : the totally of feature and characteristic of a product or service that bear on its ability to
satisfy stated or implied needs (ISO 8402)
Kualitas : Suatu karakteristik yang harus dipenuhi sepenuhnya tanpa ada kekurangan sedikitpun
(zero defect). (Crosby)
Quality Assurance :
i. Pengertian umum:
all those planned and systemic actions necessary to provide adequate confidence that a product or
service will satisfy given requierment system for quality (ISO 8402)
Management tool which, through the development of policies and establishment of review
procedures, aims to ensure that every exam or treatment in a radiology departmen is necessary an
appropriate to the medical problem.
A management system that gives control, predictability, and controlled improvement of the production
process (Chestnut, 1997)
ii. Pengertian secara khusus:
An organised effort by the staff operating a facility to ensure that the diagnostic images produced by
the facility are of sufficiently high quality so that consistently provide adequate diagnostic information
at the lowest possible cost and with the least exposure of the patient radiatiation (WHO)
Planned and organized efforts with in a diagnostic radiology facility to ensure the production of
consistent optimal quality images with minimal radiation exposure and cost to the patient (Ballinger)
Konsep Mutu dan pelayanan prima
Konsep Mutu
Beberapa mitos tentang mutu
Mutu bila dilihat dari awwal perkembangnannya berangkat dari mitos-mitos seperti: mutu
adalah identik dengan barang-banrang yang bersifat mewah atau luks atau sesuatu yang bermagna
mewah dan wah. Adapula yang beranggapan bahwa suatu produk dianggap bermutu bila memiliki
nilai dan harga yang mahal. Dari mitos yang ada dan kebutuhan pemeahaman masayarakat yang
terus berkembang, sementara mutu itu cenderung bersifat abstrak dan tidak bisa diukur secara
eksplisit, maka untuk mengetahui konsep tentang mutu perlu di cermati menurut pendapat-pendapat
dari para pakar.
Pendapat para pakar
Mutu pelayanan adalah sejauh mana kenyataan pemberian pelayanan sesuai dengan kriteria
pelayanan yang baik (Donabedian, 1980)
Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984)
Mutu adalah memenuhi bahkan melebihi kebutuhan dan keinginan pelanggan melalui perbaikan
sluruh proses secara berkelanjutan (Zimmerman)
Gambar 1.1. mutu suatu produk, layanan, servis, informasi seharusnya mematuhi persyaratan
(standar) demi kepuasan pelanggan
Secara lebih khsusus, definisi tentang mutu dalam pelayanan kesehatan menurut
Departemen Kesehatan RI adalah penampilan/kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.
c. Dimensi Mutu
Untuk menilai suatu mutu, dapat ditentukan dari berbagai indicator. Salah satu indicator
tersebut adalah dimensi mutu. Table di bawah ini menunjukkan beberapa dimensi mutu, yaitu :
Efficacy
Appropriateness
Availability
Accessibility
Efficiency
Effectiveness
Amenities
Acceptability
Safety
mempunyai
Affordability
Interpersonal
relationship
Respect & caring
Legitimacy
mereka pada European guidelines on quality images for diagnostic imaging yang dikeluarkan
oleh Komisi Masyarakat Eropa (Commision of European Community) bidang radiologi (CEC, 1996).
Kemungkinan sebagai salah satu pendekatan yang mudah bagi kalangan praktisi di Indonesia saat ini
adalah mencoba meningkatkan pemahaman terhadap konsep kualitas gambar dengan penekanan
pada Karakteristik-karakteristik Terpenting kualitas gambar secara radiografi antara lain: Resolusi
Gambar, Kontras Gambar, Noise Gambar dan Artefak-artefak yang biasa terjadi pada
radiograf/image.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Perlu untuk diingat bahwa pelayanan prima akan sangat sulit diwujudkan bila tidak didukung
dengan kondisi lingkungan yang kondusif baik lingkungan yang bersifat fisik, mental dan spiritual
sebagaimana digambarkan dalam skema berikut.
reputasi yang handal dalam memberikan rekomendasi-rekomendasi demi perbaikan mutu dan
pelayanan prima bagi masyarakat. Beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Singapore,
dan Thailand, belakangan ini juga telah mengikuti trend perkembangan ini dengan merujuk system
akreditasi Rumah Sakit mereka kepada JCHA demi perbaikan mutu untuk menjamin kepercayaan
pelanggan yang pada gilirannya akan meningkatkan pemasukan (income) mereka. Meskipun,
kebutuhan penjaminan mutu bagi pelayanan kesehatan radiologi baru mulai populer bagi kalangan
masyarakat Indonesia pada umumnya, publikasi akan upaya perbaikan mutu untuk pelayanan
kesehatan radiologi sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini (BAPETEN
dan Depkes RI). Semua ini dilakukan tidak semata hanya untuk menghadapi era pasar global
pelayanan kesehatan radiologi tetapi lebih penting lagi adalah untuk telah mempersiapan
Imejing (pencitraan) diagnostik adalah merupakan suatu proses multi langkah yang mana
melibatkan penggunaan teknologi modern untuk memperoleh dan menampilkan sejumlah informasi
tentang keadaan anatomi maupun kondisi fisiologi dari organ tubuh pasien. Dalam upaya
menyumbangkan citra diagnostik yang terbaik khususnya bila proses multi langkah ini memanfaatkan
sumber sinar pengion dari pesawat sinar-x dan media screen/film sebagai perekam gambar, telah di
pahami bahwa ada 2 faktor utama (faktor manusia dan peralatan) yang turut berpengaruh terhadap
variasi mutu dari suatu citra diagnostic (Papp, 1998). Kedua factor ini perlu di kendalikan dengan
baik, dan apabila tidak dapat dikendalikan dengan sempurna maka akan berakibat meningkatkan
pengulangan-pengulangan ekposi radiasi yang juga dapat dipastikan akan meningkatkan dosis
pasien termasuk diadalamnya terjadi pemborosan biaya yang dikeluarkan oleh unit pelaksana
fungsional radiologi. Selain itu, hal yang lebih penting sebagai akibat dari semua ini juga akan
menurunkan tingkat akurasi dalam hal intepretasi terhadap gambar (citra) yang dihasilkan. Dengan
demikian, kualitas/mutu diagnosa penyakit pasien semakin kurang terukur tingkat akuntabilitasnya
bagi tindak lanjut pengobatan.
Sebagaimana telah di diskusikan pada Bagian II, bahwa dengan melalui program menejemen mutu
diharapkan pengendalian dan minimalisasi dampak negatip dari pengaruh kedua factor diatas dapat
dilakukan.
Dewasa ini, untuk setiap departemen atau bagian yang ada di Rumah Sakit disyaratkan untuk
menyelenggarakan dan mengembangkan program-program yang ditujukan agar dapat menjamin
mutu pelayanan pasien dan dapat menjamin mutu menejemen pasien.
Terdapat dua area aktivitas utama dari menejemen mutu yang di disain sedemikian rupa untuk
meyakinkan bahwa pasien akan menerima suatu manfaat dari diagnosa terbaik yang paling
memungkinkan dengan dosis radiasi yang masih dibenarkan dan konsekwensi pembiayaan yang
minimum. Kedua area aktivitas dimaksud dasarnya adalah diwujudkan dalam bentuk Program
Jaminan Mutu (QAP) dan Program Kendali Mutu (QCP) untuk x-ray imejing diagnostik.
Untuk mengenali secara lebih operasional tentang kedua program ini, pemahaman tentang defenisi
dan ruang lingkup dari aktifitas kedua program ini adalah sangat diperlukan bagi praktisi di
lapangan.
4. Definisi Jaminan mutu dan kendali mutu radiologi, Kedudukan dan peran dalam manajemen
mutu radiologi
a. Defenisi
JAMINAN MUTU (QA) adalah keseluruhan dari program menejemen (pengelolaan) yang
diselenggarakan guna menjamin pelayanan kesehatan radiologi prima dengan cara pengumpulan
data dan melakukan evaluasi secara sistematis (Papp, 1998).
Program Jaminan Mutu (QAP) x-ray imejing diagnostik lebih berkonsentrasi pada aspek layanan
kepada pasien (patient care) dan aspek yang berkaitan dengan interpretasi gambar (image
interpretation).
10-Steps QA Program
1 Pembagian tugas dan tanggungjawab pelaksana program Jaminan Mutu (pembetukan
QA Committe)
turut berpengaruh terhadap aspek-aspek dari layanan x-ray imejing diagnostik yang diberikan
Mengeluarkan batasan-batasan (standar) untuk ruang lingkup penilaian (assesment)
Mengumpulkan dan mengorganisasi keseluruhan data (kualitatip maupun kuantitatip)
Mengevaluasi keberhasilan pelayanan yang diberikan ketika outcomes tercapai
Mengambil langkah korektip untuk memperbaiki mutu pelayanan
Mengevaluasi dan mendokumentasikan keseluruhan aksi/aktifitas yang telah dilakukan
Mengkomunikasikan secara kontinyu informasi yang ada kepada lingkup Organiasi QAP yang
lebih luas
Tabel 1.2. 10 Langkah Program Jaminan Mutu
Menerapkan model 10 langkah Program Jaminan Mutu sebagaimana dideskripsikan diatas akan
membantu dalam menemukan masalah-masalah pelayanan terhadap pasien dan sekaligus
memecahkannya. Agar lebih meyakinkan bahwa organisasi dan menejemen di bidang x-ray imejing
diagnostik adalah berkomitment tinggi untuk memberikan servis dan pelayanan prima kepada pasien
dan masyarakat maka lembaga-lembaga atau badan-badan akreditasi yang berwenang (akreditasi
Rumah Sakit Depkes RI) perlu mendorong proses pengadaptasian dari model ini.
KENDALI MUTU (QC) adalah didefenisikan sebagai bagian dari program Jaminan Mutu (QA) yang
mana menitik beratkan aktifitas program nya pada teknik-teknik yang diperlukan bagi pengawasan
(monitoring), perawatan dan menjaga (maintenance) elemen-lemen teknis dari suatu sistem peralatan
radiografi dan imejing yang mempengaruhi mutu gambar (Papp, 1998). Selaras dengan defenisi yang
di kemukakan oleh Bushong (2001), bahwa Kendali Mutu adalah sebagai suatu program yang
didisain untuk menyakinkan bahwa seorang dokter spesialis radiologi (Radiologist) hanya akan
dihadapkan pada pembacaan (interpretasi) gambar yang optimal. Diperolehnya gambar optimal
adalah tidak dapat dipisahkan dari kondisi kinerja sistem peralatan sinar-x yang yang digunakan
dalam pemeriksaan-pemeriksaan radiologis. Oleh karenanya kinerja dari sistem peralatan sinar-x
hendaknya memematuhi regulasi standar yang berlaku.
Agar kinerja dari sistem peralatan sinar-x dapat di identifikasi, di evealuasi dan akhirnya di verifikasi
maka perlu dilaksanakan aktivitas Kendali Mutu (QC activities) secara terprogram dan
berkesinambungan.
Pengukuran/pengujian,
pencatatan,
analisis,
rekomendasi
dan
pendokumentasian dari data kuantitatip tentang parameter-parameter fisik dari sistem peralatan
sinar-x adalah merupakan bentuk-bentuk aktivitas pengendalian mutu yang harus dikerjakan dengan
penuh dedikasi. Semua ini menjadi penting artinya ketika informasi yang ada di perlukan untuk
pengambilan keputusan untuk perbaikan mutu secara komprehensip.
Program Kendali Mutu (QCP) x-ray imejing diagnostik lebih berkonsentrasi pada aspek instrunentasi
imejing dan peralatan. Dengan demikian maka aktivitas QC dapat dimuai dari evaluasi secara rutin
dari fasilitas pemroses gambar kemudian dilanjutkan pada pesawat sinar-x yang digunakan untuk
memproduksi gambar (Carrol, 1983; Papp, 1998 dan Bushong, 2001). Beberapa laporan dan hasil
penelitian terhadulu juga merekomendasikan bahwa untuk mengawali suatu Program Kendali Mutu
(QCP) pada fasilitas x-ray imejing diagnostik, kiranya perlu dikerjakan terlebih dahulu dengan penuh
dedikasi tentang analisa pengulangan-penolakan film atau lebih dikenal dengan istilah Repeat-Reject
Film Analysis (RRAP) pada suatu fasilitas pelayanan radiodiagnostik. Dilaporkan pula oleh Hardy
et.al. (2001), bahwa RRAP adalah sebagai tool untuk mengevaluasi kinerja dari implementasi QAP
pada suatu departemen radiologi dan informasi dari hasil analisa ini dapat dijadikan indikator
keberhasilan Program Jaminan Mutu/Kendali Mutu dan peralatan x-ray imejing diagnostik (AAPM
Report: 74, 1990; NCRP Report No:99, 1995).
Ada 3 langkah yang diperlukan untuk suatu Program Kendali Mutu (QCP), yakni:
Langkah I
UJI PENERIMAAN (Acceptance Testing)
Langkah II
PEMANTAUAN KINERJA RUTIN (Routine
Performance monitoring)
Langkah III
PERBAIKAN (Maintenace)
Untuk setiap bagian dari peralatan yang digunakan dalam radiografi, apakah pesawat sinar-x itu
sendiri ataupun peralatan pemroses gambar, seharusnya menjalani uji penerimaan (uji funsi awal)
terlebih dahulu sebelum semua elemen ini di pergunakan dalam aplikasi klinik. Uji penerimaan ini
harus dikerjakan oleh seseorang selain petugas representasi dari produsen alat-lat tersebut, karena
tujan utama dari uji fungsi awal ini adalah untuk menunjukan bahwa apakah alat-alat yang telah dibeli
tersebut memiliki kinerja sesuai dengan spesifikasi pabrik yang telah mereka rekomendasikan.
Setelah peralatan yang di beli atau dimiliki beroperasi dalam kurun waktu tertentu, karakteristikkarakteristik kinerja dari elemen-lemen alat sangat dimungkinkan mengalami perubahan atau bahkan
kerusakan bila dibandingkan dengan kondisi alat pada awalnya. Sehubungan dengan keadaan ini
maka adalah penting dilakukan pemantauan terhadap karakteristik kinerja elemen peralatan atau
fasilitas pendukungnya secara periodik apakah pemantauan yang bersifat harian (daily), mingguan
(weekly), bulanan (monthly), setengah tahunan (semi-annually) atau tahunan (annually). Usahausaha pemantauan yang terencana akan membantu timbulnya kerusakan yang lebih parah dan
sudah barang tentu dimungkinkan perbaikan yang bersifat minor guna mempertahankan kinerja
elemen-elemen alat semaksimal mungkin.
Apabila kerusakan mayor terjadi atau kinerja komponen peralatan dipertimbangkan sudah melampui
referensi atau rekomendasi standar yang dianjurkan (misal: Tabung sinat-x yang pecah atau
kecukupan HVL yang jauh dari satandar memadai) maka upaya penggantian komponen peralatan
harus segera dilakukan sebagai langkah koreksi demi menjaga keselamatan/perlindungan dan
menjamin mutu bagi pengguna jasa maupun petugas pelaksana.
Sebagaimana pada Program Jaminan Mutu (QAP), perlua adanya seorang petugas yang
bertanggungjawab pada akativitas QC yang dapat juga sebagai anggota dari team kerja Jaminan
Mutu x-ray imejing diagnostik. Dalam suatu fasilitas pelayanan radiologi yang tergolong besar
(Rumah-Sakit Kelas A), diperlukan penganan QC secara khusus oleh seorang tenaga profesional
Bidang Fisika Medik. Tetapi untuk fasilitas pelayanan radiologi yang tergolong sedang (Rumah-Sakit
Kelas B), seorang Radiografer terlatih dan bersertifikat bidang QC (QC Technologist) dapat
menangani aktivitas QC secara terbatas dibawah supervisi seorang Ahli Fisika Medik.
b. Peran, fungsi dan kedudukan Program Jaminan Mutu dalam Pelayanan Radiologi
Penjaminan kualitas dalam pelayanan radiologi dilaksanakan dengan program yang
diorganisasikan untuk meningkatkan pelayanan pasien melalui penilaian obyektif pelayanan pasien
dan koreksi terhadap masalah-masalah yang dapat teridentifikasi. Hal ini merupakan suatu sistem
menyeluruh yang memantau permintaan-permintaan pemeriksaan oleh dokter pengirim, menegelola
pemeriksaan yang diminta, dan interpretasi akhir dari hasil pemeriksaan.
Penjaminan mutu dalam radiologi adalah area dimana secara tradisional tanggung jawabnya
ada pada radiolog, mereka menetapkan untuk kesesuaian pemeriksaan radiologi dan ketepatan
interpretasi hasil pemeriksaan. Ketika peran radiolog menjadi berkurang dalam bidang administrasi
bagian radiologi, sebagai kompensasinya diserahkan perannya kepada administrator radiologi,
radiolog cenderung menjadi konsultas bagi para staf medik. Administrator radiologi bertanggung
jawab untuk merancang telaah kualitas dan menyusun program untuk memecahkan adanya
inefisiensi dan praktek-praktek yang tidak sesuai. Oleh karena itu Penjaminan Kualitas dalam
pelayanan radiologi harus mencakup :
1. Penjaminan bahwa pemeriksaan radiologi yang diminta sesuai dengan manajemen masalah klinik
dari pasien.
2. Penjaminan bahwa pemeriksaan radiologi dilaksanakan secara efisien untuk memberikan informasi
diagnostik yang maksimum dengan paparan radiasi yang minimum
3. Penjaminan bahwa konsultasi radiologik diinterpretasi secara tepat.
Tujuan program penjaminan kualitas adalah mendeteksi perubahan-perubahan dalam setiap
faktor yang memperngaruhi radiograf dan pelayanan yang diberikan bagian radiologi sebelum
perubahan-perubahan diatas mengurangi mutu pelayanan pasien. Program penjaminan kualitas
menjamin kualitas radiograf dan pelayanan radiologi, dengan paparan radiasi yang minimum. Biaya
pelaksanaan program penjaminan kulaitas harus minimum dibandingkan dengan manfaat bagi
pasien dan utilisasi waktu personel.
Dapat disimpulkan bahwa peran, fungsi ataupun kedudukan Program penjaminan kualitas
dalam pelayanan radiologi adalah :
1) Mendefinisikan lebih jauh komitmen pelayanan radiologi terhadap program penjaminan kulitas secara
komprehensif
2) Mendorong dan menjaga peningkatan dalam kualitas pelayanan radiologi dan performa personel agar
selalu bersikap dan bertidak biaya efektif
3) Menjamin bahwa persyaratan yang berhubungan dengan penjaminan kualitas rumah sakit dapat
dilaksanakan oleh pelayanan radiologi
4)
Menjamin komunikasi dan pelaporan diantara personel-personel radiologi
5)
Mendefinisikan tujuan dan sasaran manajemen
menjelaskan dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi pada setiap periode tertentu. Dengan
demikian, adalah sangat penting bagi BAPETEN untuk memastikan mutu evaluasi yang dilakukan
oleh pengevaluasi tersebut.
Pasal 10 dari PP yang sama menjelaskan bahwa monitor perorangan harus dievaluasi oleh
laboratorium yang telah terakreditasi dan ditunjuk oleh BAPETEN. Akreditasi tentu dilakukan oleh
instansi yang berwenang, yaitu Komite Akreditasi Nasional (KAN). Penunjukan dilakukan oleh
BAPETEN untuk menjamin keselamatanbagi pekerja pada laboratorium pengevaluasi tersebut dan
masyarakat umum, serta perlindungan terhadap lingkungan hidup; dan yang tak kalah pentingnya
adalah keselamatan pekerja yang menggunakan monitor perorangan itu sendiri. Untuk itu, salah satu
persyaratan yang diberikan BAPETEN kepada laboratorium pengevaluasi adalah memiliki sistem
mutu. Agar memudahkan, laboratorium dapat memilih standar mutu sebagaimana yang
dipersyaratakan untuk mendapatkan akreditasi, yaitu SNI 19-17025 [4].
Pada saat ini, Departemen Kesehatan mengoperasikan empat BPFK untuk melayani
permintaan evaluasi film badge fasilitas kesehatan. Keempat balai tersebut berlokasi di Medan,
Jakarta, Surabaya dan Makassar. Keempat BPFK telah mengajukan permohonan penunjukan dari
BAPETEN dan telah diproses pada tahap akhir.
2.3 Kalibrasi
Ada dua kalibrasi yang diatur dalam PP 63/2000, yaitu: Kalibrasi alat ukur radiasi (AUR) dan
kalibrasi keluaran radioterapi. Kalibrasi AUR secara langsung menentukan keselamatan pekerja
radiasi yang terlibat. Dengan AUR yang terkalibrasi baik, pekerja radiasi dapat menentukan tindakan
yang tepat: menentukan laju dosis di tempat bekerja dan memperkirakan dosis yang bakal ia terima
dengan memperhatikan niai batas dosis (NBD) sesuai dengan aturan yang ditentukan. Kalibrasi
keluaran radioterapi, di sisi lain, berhubungan langsung dengan keselamatan pasien.
Kedua jenis kalibrasi di atas memiliki fungsi yang sangat kritis dari segi keselamatan.
Sehingga, senada dengan Pasal 10, maka Pasal 30 mengatur bahwa kalibrasi AUR dan kalibrasi
keluaran radioterapi harus dilakukan oleh laboratorium yang telah terakreditasi dan ditunjuk oleh
BAPETEN. Saat ini keempat BPFK sedang mempersiapkan kompetensi mereka untuk dapat
memberikan pelayanan kalibrasi ini. Sementara itu, laboratorium kalibrasi PTKMR BATAN, satusatunya laboratorium yang beroperasi memberi pelayan kedua jenis kalibrasi, telah melayangkan
permohonan penunjukan kepada BAPETEN, dan masih dalam proses.
2.4 Pembuangan zat radioaktif
Pada pemanfaatan kedokteran nuklir terapi, sesalu ada limbah radioaktif yang harus dibuang
ke lingkungan. Buangan zat radioaktif ke lingkungan tidak boleh melebihi nilai batas radioaktivitas
yang ditentukan. Pengusaha instalasi harus melakukan pemantauan tingkat radioaktivitas buangan
zat radioaktif secara terus-menerus, berkala dan atau sewaktu-waktu. Pasal 16 PP 63/2000,
mengatur bahwa bila Pengusaha tidak melakukan pemantauan tersebut, maka, sejalan dengan Pasal
10 dan Pasal 30, ia dapat meminta bantuan dari instansi yang telah terakreditasi dan ditunjuk oleh
BAPETEN.
2.5 Status saat ini
Satu-satunya Perka yang memberi pedoman penetapan dan pelaksanaan PJM dibidang
kesehatan, sebagaimana diatur dalam PP 63/2000 tadi, untuk saat ini adalah SK No 21/KaBAPETEN/XII-02 tentang Program Jaminan Kualitas Instalasi Radioterapi (PJKIR) yang diterbitkan
tahun 2002 [5]. Dengan demikian, bab brikut akan membahas lebih jauh mengenai SK tersebut dan
metode penerapannya.
Meskipun belum ada Perka yang mengatur secara khusus mengenai jaminan mutu dalam
bidang radiodiagnostik ataupun kedokteran nuklir, tidak berarti BAPETEN melalaikan pengawasan
jaminan mutu untuk kedua bidang tersebut. Beberapa hal berikut perlu dicatat: Pertama,
pengendalian dokumen dan rekaman, seperti prosedur dan kartu dosis, yang merupakan salah satu
bagian terpenting dari jaminan mutu telah menjadi kewajiban setiap pemanfaat, sebagaimana diatur
dalam PP 63/2000. Kedua, saat ini pun BAPETEN sedang memfinalisasikan draf Perka tentang
jaminan mutu radiodiagnostik maupun kedokteran nuklir. Khusus untuk radiodiagnostik, draf
menginginkan adanya proses uji kepatuhan (compliance test) secara periodik bagi setiap perangkat
sinar-X. Sebagaimana kita ketahui, uji ini adalah bagian dari PJM. Demikian pula untuk kedokteran
nuklir, ada banyak pengendalian dan pengujian yang harus dilaksanakan
Rekomendasi standar uji kepatuhan (complianced tests) lokal (Bapeten) dan internasional
(NCRP No.99)
Program Jaminan Mutu/Kendali Mutu yang diimplementasikan bagi peralatan radiologi diagnostik
sesungguhnya tertuju pada upaya penjaminan kualitas dan pengendalian kualitas pada hasil yang
diharapkan dapat dicapai.Memahami slogan yang secara Internasional banyak dianut, yakni dikenal
dengan istilah 3 D (Dose, Diagnosis, Dollars), merupkan pembenaran (justifikasi) yang rasional
sebagai faktor-faktor yang turut berpengaruh terhadap penerapan Jaminan kualitas peralatan di
pelayanan radiologi.
Ketiga faktor in dapatlah dilihat pengaruhnya melalui suatu siklus pelayanan yang lazim terjadi di
bagian/departemen radiodiagnostik sebagaimana terlihat pada Gambar 2 berikut:
mendapatkan gambar baru yang lebih berkualitas) dan Much-Dollar (lebih banyak lagi biaya
operasional yang harus dikeluarkan Rumah Sakit atau bahkan pasien untuk pemeriksaan ulang)
sebagaimana terlihat pada gambar 3 berikut yang tidak hanya merugikan pasien dan masyakat umum
tetapi juga oleh pelaksana radiologi itu sendiri.
Mengingat pentingnya program quality assurance, maka diperlukan suatu tim yang kuat untuk
mengelola kegiatan tersebut agar terus berlangsung sehinga dapat mencapai tujuan quality
assurance.
A. Pertimbangan dalam pembentukan Tim Jaminan Mutu
Sebagai pertimbangan perlunya dibentuk Tim dalam program penjaminan mutu ini oleh karena
Instalasi Radiologi sebagai Organisasi Pelayanan Kesehatan khusunya dalam pelayanan kesehatan
radiologi memerlukan standar pelayanan dalam rangka menjaga mutu pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat atau pengguna jasa pelayanan radiologi. Kemudian didalam pelayanan Radiologi
perlu suatu pengawasan agar pelayanan berjalan dengan lancar, mengingat semakin beratnya tugastugas seorang pimpinan dan memperhatikan pentingnya mengawal mutu di dalam konteks pelayanan
kesehatan radiologi atau secara lebih spesifik pada pelayanan radiodiagnostik, seorang kepala
bagian/unit/departemen harus membagi habis tugas atau mendelegasikan tugas-tugas administratif
dan teknis yang berkaitan dengan penjaminan mutu (Quality Assurance) kepada para stafnya dengan
maksud agar keberhasilan pencapaian mutu pelayanan yang sudah diprogramkan dapat lebih otimal.
Untuk mengefektifkan implementasi dari Program-program Jaminan Mutu/Kendali Mutu di suatu unit
pelayanan radiodiagnostik maka sangatlah penting dibentuk satu tim yang berdedikasi bagi
Penjaminan Mutu/Kendali Mutu (Quality Assurance Committe) baik dari segi pelayanan maupun dari
segi fasilitas dan peralatan di Unit Radiodiagnostik Rumah Sakit. Dengan demikian segala aktivitas
program dapat dilaksanakan sendiri tanpa harus di kerjakan oleh pihak eksternal.
Untuk ruang lingkup pelayanan radiodiagnostik di suatu rumah sakit berukuran moderat ( 400-500
kapasitas tempat tidur) atau bila di Indonsia lebih dikenal dengan Rumah Sakit Kelas B
(Pendidikan/non-pendidikan), sudah seharusnya membentuk team QA/QC berikut keanggotaannya.
Anggotanya adalah bagi mereka yang mempunyai peranan penting dan bertanggung jawab dalam
pelayanan, serta mempunyai perhatian dan minat terhadap upaya peningkatan pelayanan prima.
Keanggotaan yang dibentuk dapat menyesuaikan kebutuhan dari masing-masing unit, dan mereka
akan berkerja secara fungsional berdasarkan surat tugas yang diketahui oleh Pimpinan tertinggi di
Rumah Sakit (Direktur).
B. Personel yang berada dalam Tim Jaminan Mutu
Tim ini dibentuk oleh Rumah Sakit harus dapat memperlihatkan bahwa memang program jaminan
mutu sangat bermanfaat bagi Rumah Sakit. Tim terdiri dari Radiologist, Ahli fisika Radiologi
Diagnostik, Radiografer senior (Kepala Radiografer), Radiografer QC, perwakilan dari Teknisi
(Inhouse X-Ray service atau Engineering). Kemudia Tim ini harus mengadakan pertemuan secara
berkala dan harus memiliki program yang jelas, menentukan frekuensi untuk mengontrol, memiliki
dokumetasi perawatan alat dan melalukan review sejauhmana program dapat berjalan secara efektif.
Bila Tim ini perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Pelayanan Radiologi, maka dapat
dilibatkan personel Physician Director of Radiology kemudian Chief Technologist bisa juga
ada Quality control coordinator dan Radiographic In-service Educator serta In house and/or contract
service, Physicist, Tenaga catatan medik dan Administrator head of Radiologic Department
C. Kewenangan dan tanggungjawab Tim
Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah terbentuknya tim agar dapat memberikan arah
tercapainya program jaminan mutu maka tim harus memiliki tugas sejauhmana kewenangan dan
tanggung jawab yang dimiliki.Disamping itu agar ada kerjasama diantara tim dan personel lainnya
dalam lingkup pelayanan Radiologi. Beberapa kewenangan dan tanggung jawab tim:
1). Menetapkan standar dan indikator mutu pelayanan
2). Memasyarakatkan standar dan indikator mutu pelayanan.
3). Menetapkan masalah mutu pelayanan.
4). Mendapatkan informasi tentang pelaksanaan pelayanan
5). Menyusun serta melaksanakan saran-saran perbaikan mutu
6). Menilai pelaksanaan saran-saran perbaikan
7). Menyarankan sistem insentif sehubungan dengan pelaksanaan Program Jaminan Mutu
Program Kendali Mutu (QCP) yang bersifat non-invasive akan dilakukan Technologist, tenaga
Physicist menyediakan waktu untuk membantu saat diperlukan mengintepretasi hasil test. Pada saat
mempelajari fungsi dari komponen test tools maupun ada problem yang ditemukan Technologist
maka dapat menghubungi Engineer khususnya untuk perawatan dan kalibrasi peralatan Technolist
dan Engineer bekerjasama dalam melokalisasi penyebab masalah dalam sistem Sinar-X, Setelah
perawatan alat maka Technolist hrs memastikan bahwa peralatan tersebut dapat digunakan untuk
menekan dosis radiasi seminimal mungkin
Pengertian :
Reject Analysis : The study of repeated radiographs to determine the causes for their being discharded
(Ballinger, 1986)
Susan watkinson & Michael Moores (1984), menguraikan tentang Reject Analysis peranannya
dalam peningkatan mutu radiografi.
Thornhill (1987), membahas tentang keterkaitan berbagai faktor dalam peningkatan mutu radiografi.
Dari beberapa kajian yang dikembangkan tadi, dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi mutu radiografi dan untuk meningkatkannya perlu dicari faktor-faktor penghambatnya
secara pasti.
Reject analysis yakni analysis dari foto rontgent yang ditolak dan diulang karena tidak memenuhi
syarat untuk keperluan diagnosa.
Sebaiknya menurut Watkinson dan Moores (1983), untuk mendapatkan data yang akurat harus
menganalisis secara rinci faktor-faktor yang terkait dengan kualitas radiografi secara keseluruhan.
Standardisasi kualitas.
Reject analysis merupakan penelitian yang kontinyu dan si peneliti sebelumnya perlu menguasai
tentang keadaan umum komponen2 yang akan diteliti antara lain keadaan pesawat rontgen, film,
screen, grid, procesing unit, teknik radiografi dan tenaga yang bekerja pada unit yang akan diteliti.
Dengan menggunakan formulir isian yang telah disiapkan mendata setiap hari dari :
Total dari foto yang dibuat dari tiap ruangan.
Reject dan repeat film dari masing-masing ruangan.
Reject dan repeat (penolakan dan pengulangan) foto tersebut antara lain disebabkan :
Foto terlalu gelap.
Foto terlalu tipis
Kesalahan positioning (teknik)
Kesalahan prosesing.
Pergerakan pasien.
Kesalahan pesawat
Kesalahan lainnya.
Data-data tersebut dikumpulkan dalam satu kurun waktu tertentu misalnya 2 6 bulan.
Selama itu dapat dianalisis foto yang ditolak dan diulang untuk masing-masing jenis pemeriksaan,
untuk masing-masing ruangan dan bahkan untuk satu unit radiologi
Reject dan repeat (penolakan dan pengulangan) foto tersebut antara lain disebabkan :
Foto terlalu gelap.
Foto terlalu tipis
Kesalahan positioning (teknik)
Kesalahan prosesing.
Pergerakan pasien.
Kesalahan pesawat
Kesalahan lainnya.
Data-data tersebut dikumpulkan dalam satu kurun waktu tertentu misalnya 2 6 bulan.
Selama itu dapat dianalisis foto yang ditolak dan diulang untuk masing-masing jenis pemeriksaan,
untuk masing-masing ruangan dan bahkan untuk satu unit radiologi
METODOLOGI
Populasi :
yang dianggap sebagai populasi dalam penelitian reject analisis tersebut, yakni semua jmlah
dan jenis pemeriksaan yang ada di unit pelayanan radiologi yang akan diteliti.
2. Sampel :
Sebaiknya digunakan sampel total.
3. Waktu peneliian :
2 6 bulan.
4. Instrumen :
Instrumen untuk penelitian ini menggunakan formulir isian untuk mencatat hasil observasi
peneliti waktu mengumpulkan data.
Teknik Analisa data :
Karena penelitian ini sifatnya survey, teknik analisis data menggunakan % (prosentase) sebagai
berikut :
a. Untuk reject rate =
A
x 100%
A+B+C
b. Untuk Repeat rate =
B
x 100%
A+B+C
(Watkinsons & Moores, 1984)
Keterangan : A. ialah jumlah foto yang ditolak
dilakukan berulang-ulang, untuk kebsahan hasilnya dapat dilanjutkan dengan apa yang disebut Meta
Analysis.
Meta Analysis yakni analysis dari beberapa hasil penelitian sejenis (Gene V Glass, 1987).
Mean dan Standars deviasi dari unsur kontrol (dalam hal ini mean dan standard
Mean dan Standard deviasi dari unsur eksperimen (dalam hal ini mean dan standard
Setelah diketahui mean dan SD tersebut digunakan rumus meta analysis (Glass, 1987), yakni
ES = x E x C
C
ialah effect size yakni besarnya pengaruh.
x E ialah Mean Eksprimen. = RERATA JLH FOTO YG DITOLAK
x C ialah Mean kontrol.= RERATA JLH FOTO YG DI BUAT
C ialah Standard Deviasi kontrol.
Effect
Size
yang
dianggap
absah
(Glass,
1987)
yakni
X
/
0.35
INTERPRETASI HASIL REJECT ANALYSIS
Dari hasil reject analysis dapat diperoleh hasilnya sebagai berikut :
Penyebab tertinggi dari foto yang ditolak dan diulang, seandainya hasil sdalah satu faktor
ekstrim, misalnya prosessing fault, maka yang perlu diteliti lebih rinci yakni tentang prosessing
sehingga diperoleh pemecahan masalahnya.
Kalau ternyata hasil berjenjang, pengkajian difokuskan pada hasil yang dianggap tinggi
sampai tertinggi.
Kalau hasilnya masing-masing faktor merata maka perlu dikaji keseluruhan atau memperpanjang
waktu penelitian.
i. Metode dan prosedur analisa penolakan/penerimaan film
ii. Hubungan program analisa penolakan penerimaan film dengan program
jaminan mutu/kendali mutu radiologi
BAB IV
JENIS-JENIS PROGRAM JAMINAN MUTU DAN
KENDALI MUTU DI BIDANG RADIOLOGI
A. Program Kendali Mutu (QCP) dan Menjalankan tugas Profesi
QCP dilaksanakan dengan maksud berupaya agar meminimalkan dosis radiasi ke pasien,
QCP juga berupaya agar meningkatkan kualitas radiograf sehingga berakibat pada diagnosa yang
akurat, disamping itu QCP mengupayakan agar sumber daya yang ada akan dimanfaatkan bersamasama dengan peralatan yang tersedia seoptimal mungkin. Radiografer sebagai tenaga yang punya
tanggungjawab melekat patut terlibat dalam aktivitas program sebagai perwujudan tugas profesinya.
Kelebihan dan kelemahan bagi seorang tenaga profesional radiografi (radiografer) dalam
mengimplementasikan QCP pada suatu unit pelayanan radiodiagnostik diantaranya adalah setiap
Radiografer Harus dilatih menggunakan test tool, harus tersedia peralatan test di setiap ruangan dan
membutuhkkan Radiografer yang berdedikasi dan bermotivasi tinggi.
Untuk aktivitas QCP yang lebih spesifik pada Rumah sakit dengan kapasitas yang lebih besar
(RS kelas A atau B), kegiatan dilakukan oleh 2 atau 3 radiografer penuh waktu (full time) dan
memerlukan komitment yang kuat untuk bekerja dalam tim QC, sehingga ada orang yang
bertanggung jawab penuh dan bila diperlukan sebaiknya tersedia seorang Technogist dengan
kemampuan lebih, seperti misalnya radiografer dengan spesial training, menempati posisi yang kuat
(kebijakan Department). Dengan adanya tanggungkjawab penuh bagi kegiatan QC oleh seorang
Technologist maka akan cukup waktu untuk melakukan program test, Off- dari tugas klinik dan bisa
berkonsentrasi untuk tugas-tugas QC misal : Tanggung jawab klinik hingga jam 12 setiap hari atau
bebas tugas klinik pada hari Selasa, Rabu dan Kamis.
2. Jumlah personel, kualifikasi dan keberhasilan Program Kendali Mutu serta aktivitasnya
Jumlah orang yang telibat dalam QA/ QC tergantung besarnya fasilitas pelayanan
1). Ukuran 5 Ruang atau kurang
Pelayanan kunjungan physicist sekali sebulan
tersedia tenaga engineer untuk perawatan panggilan secara darurat
Perawatan reguler untuk cheking peralatan
2). 5 - 15 ruang pemeriksaan
Part time QC technologist
Full time pelayanan yang akan dilakukan engineer
Pelayanan konsultasi Physicist sekali dalam seminggu
3). 15 - 20 Ruang pemeriksaan
Full time QC technologist, 2 atau lebih full time services engineers
Pelayananan Physicist minimal paruh waktu atau 20 jam seminggu dengan jadual yang tetap,
Konsultasi by telepon
4). 25 - 30 ruang pemeriksaan
Minimal tersedia 1 technologist untuk masing-masing ruang (25 ruang)
Full time engineer, Full time physicist, Program QC radiodiagnostik
X-Ray Equipment & Daily Processor, Check out ruang radiografi umum (tanpa fluoroscopic dan
peralatan tomografi) == 1 -2 jam
Ruang Radiographic dan Fluoroscopi == 2 - 4 jam
Ruang Tomografi === sampai 3 jam
Sediakan waktu untuk sepervisi orag yang bertugas di kamar processing dan orang yang membaca
kontrol strip
Kualifikasi QC Technologist:
a) QC Technologist harus cakap, tangkas dan penuh pengalaman tentang peralatan
b) QC technolist terampil dan aktif dlm kegiatan-kegiatan pertemuan departemen
c) Dapat membantu menyiapkan spesifikasi pembelian equipment
3. Keberhasilan program QA/QC
Tergantung dari
Keterangan :
D
: Densitas
It
: Intensitas cahaya yang diteruskan
Io
: Intensitas cahaya mula-mula
Opasitas (O)
Opasitas adalah perbandingan antara intensitas cahaya mula-mula dengan intensitas cahaya
yang diteruskan.
Sehingga dapat dirumuskan menjadi :
Keterangan :
O
: Opasitas
It
: Intensitas cahaya yang diteruskan
Io
: Intensitas cahaya mula-mula
Densitas Optik (DO)
Adalah logarithma opasitas, sehingga dapat dirumuskan menjadi :
Optikal densiti diperoleh dari logaritma opasitas, sehingga sangat mudah dimanipulasi secara
matematik.Hubungan antara densitas, opasitas dan transmisi dapat dilihat pada ilustrasi sebagai
berikut :
Densitas 1 + Densitas 1 = Densitas 2
Transmisi
Opasitas
Silver
Weight
10 %
10
X
1%
100
2X
0.1 %
1000
3X
Gambar 4.1. Densitas: hubungan antara silver weight, opasitas dan transmisi
Opasitas
OD number
Percentace of light
transmitted through the film
0.0
100
0.3
50
0.6
25
0.9
12.5
10
1.0
10
20
1.3
40
1.6
2.5
80
1.9
1.25
100
2.0
200
2.3
0.5
400
2.6
0.25
800
2.9
0.125
1000
3.0
0.1
2000
3.3
0.05
4000
3.6
0.025
8000
3.9
0.0125
10000
4.0
0.01
Tabel 4.1 : Contoh opasitas, optikal densiti, dan persentase dari transmisi cahaya
Dari tabel 1 diatas terlihat contoh dari perhitungan opasitas, optikal densiti, dan persentase dari
transmisi cahaya lebih jelas.
Kurva Karakteristik
( Kurva D LOG E/ HURTER AND DRIFFIELD/H AND D )
H & D kurva adalah kurva atau gambar yang memberikan ilustrasi sebuah film atau film-secreen
system dalam memberikan respon terhadap berbagai tingkat eksposi.
Ilustrasi dari kurva karakteristik dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Keuntungan :
i.
digunakan
ii.
berbeda
iii.
diketahui
iv. Memungkinkan pemrosesan film dengan densitas
yang rendah masuk pada processor pertama kali
2.
Kerugian
Harga alat mahal
Keterangan :
b. Point A, basic fog
c. Point B Toe
d. Point C ( B D) straight line
e. Point D shoulder
a.
TRESHOLD adalah daerah dimana emulsi film mulai merespon eksposi dan densitasnya mulai
meningkat di atas basic fog
b. Ada tiga kategori penyebab terjadinya fog yaitu :
v. Kesalahan yang terjadi pada saat penyimpanan
film (Storage Faults) meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Terlalu lama waktu penyimpanannya
2. Temperatur terlalu tinggi
3. Kelembaban terlalu tinggi
4. Penyimpanan film secara horisontal
5. Radiasi alam (background) terlalu tinggi
6. Radiasi hambur
vi. Kesalahan yang terjadi di kamar gelap (Darkroom
Faults) meliputi :
a. Lampu pengaman yang tidak benar
b. Waktu penanganan film di kamar gelap terlalu lama
c. Terlalu banyak lampu pengaman
d. Lampu pengaman terlalu dekat
e. Lampu pengaman terlalu terang
f.
Lampu pengaman yang sudah retak/pecah
g. Kebocoran pada lampu pengaman
vii. Kesalahan yang terjadi selama pemrosesan film
(Processing Faults) meliputi :
Over-replenishment
Temperatur developer yang terlalu tinggi
Waktu pemrosesan film terlalu lama
Kontaminasi
Temperatur fixer terlalu dingin
Waktu pemrosesan di fixer terlalu pendek
Fixer under-replenishment
Point B-D (Daerah antara Toe-Shoulder/ straight line portion)
kontras, gradient, latitude film, lat.eksposi, speed
a. Information from straight line portion
Gamma
Contrast
Average gradient (average gamma)
Useful exposure range
Useful density range
Film latitude
speed
-
B. KONTRAS :
GAMMA (G)
G = tan A
GRADIENT RATA-RATA
SPEED
Speed sebuah film adalah sejumlah X- ray eksposi yg diperlukan utk menghasilkan nilai densitas
tertentu. Film A memiliki kecepatan relative terhadap film B maksudnya adalah rasio eksposi yang
diperlukan oleh film B thd film A utk memperoleh nilai densitas tertentu dengan jumlah eksposi yg
sama.
Speed reference = 100
densitas ref
= 1.0
Speed point : titik pada kurva karakteristik dimana nilai densitasnya adalah 1 + b+f
Speed exposure point: log eksposi yg menghasilkan speed point
Bila film A speed eksp point = 2,0
film B speed eksp point = 1,5
Beda speed kedua film =
antilog (2,0-1,5) = 3,16
Jadi film A 316 % kali lebih cepat dari film B.
Point E ( Daerah sebelah kanan Shoulder) maksimum density dan reversal
b.
Program pengujian esensial terhadap kebocoran Kamar Gelap dan lampu pengaman, automatic film
processor, x-ray kaset dan IS
Screen/Film Contact test
Latar belakang
Sebagai salah satu komponen pencatat bayangan kaset radiografi dituntut untuk dapat mencatat
bayangan sebaik mungkin seperti obyek aslinya. Artinya kaset radiografi dapat tetap menjaga
parameter-parameter radiografi seperti densitas, kontras radiografi dan ketajaman. Kaset radiografi
memegang peranan penting dalam menjaga mutu ketajaman radiografi dalam kaitan dengan struktur
kaset radiografi.
Kalau kita melihat gambar diatas maka akan nampak bahwa antara lapisan busa tidak sama
ketebalannya, sehingga pada bagian tersebut akan menarik screen karena lapisan screen
menempel pada lapisan busa dan pada bagian tersebut menyebabkan ketidak-kontakan dengan film.
Akibat adanya gap tersebut maka akan ada 2 efek yaitu peningkatan densitas dan adanya ketidak
tajaman.
Munculnya ketidak tajaman bayangan karena terdapatnya jarak antara butiran screen dan film
sehingga informasi yang dibawa oleh screen mengalami ketidak tajaman akibat adanya penumbra.
Peningkatan densitas terjadi karena penumbra-penumbra yang timbul saling berdekatan bahkan
saling overlapping diantara mereka.
Pada hasil pengujian akan tampak bahwa bayangan lubang-lubang wire-mesh pada area nonkontak akan menampakkan gambaran lubang-lubang yang tidak tajam, sedangkan pada area lainnya
lubang-lubang tersebut akan terlihat tajam. Pada suatu instalasi radiologi yang tidak memiliki wiremesh tidak berarti tidak dapat melakukan pengujian kontak screen-film kontak. Kita dapat memakai
alat lainnya yang fungsinya mirip dengan wire-mesh, yaitu kita dapat menggunakan klip kertas yang
disebarkan ke seluruh permukaan kaset dan hasilnya dapat diamati apabila bayangan klip tidak tajam
berarti pada daerah itu dapat diduga terjadi ketidak-kontakan antara film dan screen
c. Program pengujian terbatas terhadap parameter fisik generator sinar-X berikut peralatan
pendukung pelengkap lainya:
Pengukuran Radiasi
Banyak data
dapat diperoleh selama proses pengujian performance alat sinar-X. Pengukuran-pengukuran
terhadap kinerja generator pembangkit sinar-X pada dasarnya melibatkan pengukuran-pengukuran
terhadap radiasi yang keluar dari tabung sinar-X sehingga beberapa type detektor radiasi dijadikan
alat standart pengukuran dalam uji-uji yang dilakukan.Detektor yang sering digunakan untuk uji
performance adalah detektor gas (gas-filled chamber). Diagram skematik berikut ini adalah gambar
dari detektor gas .
2.
Waktu eksposi secara langsung mempengaruhi kuantitas keseluruhan dari radiasi sinar-X
yang keluar dari tabung sinar-X. Dengan demikian, keakuratan waktu eksposi adalah bersifat kritikal
bilamana dikehendaki eksposi terhadap radiograf memadai dengan dosis radiasi yang beralasan
terhadap pasien.
Variabilitas yang di perbolehkan untuk akurasi waktu eksposi adalah 5 % untuk
penggunaan waktu eksposi lebih b esar dari 10 mA, dan 20 % untuk eksposi lebih kecil dari 10 mS.
Cara termudah untuk mengukur akurasi nilai waktu eksposi adalah dengan menggunakan
dengan menggunakandigital timer meter atau multi funtion meter. Namun demikian bila fasilitas
radiologi tidak memiliki peralatan non invansif semacam ini, sebuah alat sederhana yang dikenal
dengan Spinning Top Device guna menggukur akurasi waktu eksposi pada suatu sistem generator
pembangkit sinar-X.
Interpretasi gambar dari hasil pengukuran dapat dilihat sebagaimana contoh gambar berikut
ini
Output Radiasi seharusnya adalah sama sepanjang kVp yang digunakan dijaga pada posisi
konstan.Untuk menghitung nilai resiprok dari suatu eksposi radiasi maka dapat digunakan rumus sbb:
Reciprocity varience = ( mR/mAs max-mR/mAs min) : 2
mR/mAs rata-rata
Variasi resiproksiti masih diperkenankan pada prosentase 10 %
Dikatakan bahwa resiprok generator adalah baik bila perhitungan variancenya adalah lebih
kecil dari 10 %.Alat untuk mengukur eksposi dan mengitung resiprok dapat mengunakan dosimeter
saku atau menggunakan Al.
Linierity
Linierity berarty bahw peningkatan yang teratur dalam nilai mas seharusnya memproduksi
peningkatan yang teratur dalam nili eksposur yang di ukur. Dengan kata lain, jika kita mengatur 70 kv
an 10 mas untk memproduksi eksposi sebesar 50 mR pada dosimeter, maka selanjutnya bila kita
mengatur 70 kV, 20 mAs untuk alat yang sama seharusnya memproduksi nilai eksposi sebesar 100
mR, tentunya bila mA station dan timer sudah terkalibrasi. Variasi linierity masih diperkenankan antar
20 %.
Pengukuran linierity dapat ilakukan seoerti apa yang di kerjakan pada pegukuran recprocity
atau dengan cara yang sama dngan ruus sbb:
Linierity varience = ( mR/mAs max-mR/mAs min) : 2
mR/mAs rata-rata
Apabila hasil pengulangan/ penghitungan linierity pada kisaran lebih kecil dari 10 % maka
dapat dikatakan bahwa linierity sementara adalah baik. Promlem yang sering di jumpai di lapangan
bahwa buruknya linierity suatu system karena buruknya timer, rektifier yang buruk.
ii. Tabung sinar-X:
1. Evaluasi fokal spot efektif
2. Kolimator & beam alignment
Telah kita ketahui semua bahwa sinar-X dihasilkan karena adanya tumbukan dari elektronelektron yang dihasilkan olah katoda yang mengarah pada anoda sehingga hasilnya adalah energi
foton sinar-X yang jumlahnya hanya sekitar 1% dan sisanya berupa energi panas yang jumlahnya
kurang lebih sampai dengan 99%. Sesuai dengan sifat fisika yang dimiliki maka foton sinar-X yang
dipancarkan arahnya adalah menuju kesegala arah(spherical) atau berbentuk bola.
Selain itu foton sinar-X juga tidak dapat diidentifikasi dengan indera yang dimiliki manusia,
karena spektrum panjang gelombangnya diluar rentang spektrum sinar yang mampu terlihat oleh
mata telanjang manusia, sehingga sangat tidak mungkin untuk mengetahui ada tidaknya sinar-X
disekeliling kita.
Keperluan pemeriksaan
Pemeriksaan radiologi khususnya radiodiagnostik hanya memerlukan sejumlah sinar-X untuk
dapat menghasilkan gambaran radiografi. Karena luas permukaan tubuh yang menjadi obyek
pemeriksaan relatif tidak begitu luas, maka keluaran sinar-X perlu dibatasi. Karena sifat sinar-X yang
tidak dapat diindera itulah kita membutuhkan suatu alat bantu yang dapat menampilkan seolah-olah
seperti luas sinar-X yang kita gunakan. Dalam hal ini proteksi radiasi memegang peranan penting
dalam pembatasan luas lapangan radiasi, karena kita harus melindungi organ-organ yang tidak
diperiksa dari paparan radiasi. Untuk membatasi luas lapangan radiasi yang akan digunakan maka
pada tabung sinar-X (tube housing) diletakkan suatu alat yang disebut dengan kotak kolimator.
Fungsi kolimator
Dengan kolimator diharapkan kita dapat menggunakan sinar-X secara efisien, artinya kita
dapat mengetahui dengan seksama berapa luas sebenarnya sinar-X yang akan dimanfaatkan untuk
menghasilkan gambaran. Bagaimana kolimator dapat membantu kita seperti demikian? Karena sinar-
1.
2.
3.
4.
5.
a.
b.
c.
d.
X itu tidak terlihat maka kita menggunakan cahaya tampak yang diproyeksikan seperti arah dan luas
sinar-X agar mata kita dapat melihat dengan nyaman seberapa luas sinar-X yang keluar dari tabung
dan akan dimanfaatkan untuk pemeriksaan. Bila cahaya tampak yang terproyeksi keluar ukurannya
24 cm x 30 cm maka kita merasa yakin bahwa sinar-X yang keluar juga berukuran seperti itu.
Konstruksi kolimator dan komponennya
Pengatur bukaan dan skalanya
Tombol lampu kolimator
Daun kolimator (arah kanan-kiri dan depan-belakang)
Cermin kolimator yang bersudut 45o
Rumah kolimator
Macam-macam kerusakan kolimator
Gerakan daun kolimator yang tidak simetris
Macetnya gerakan kolimator disatu sisi
Berubahnya sudut cermin kolimator
Tidak lenturnya kawat pengatur gerakan daun kolimator
Pengaruh kolimator pada pembuatan radiograf
Sesuai kebutuhan klinis maka kita mengharapkan bahwa setiap radiograf yang dihasilkan
hanya akan memuat gambaran anatomi dari organ yang diperiksa saja tidak perlu menampakkan
organ lainnya. Misalnya jika kita ingin membuat radiograf thorax maka hanya organ thorax saja yang
tercakup dalam radiograf, tidakperlu menampakkan abdomen dan daerah cervikal karena hanya akan
memberi beban dosis radiasi saja.
Tetapi disisi lain dengan adanya kolimator, kita tidak ingin luas lapangan lampu kolimator
berbeda dengan luas lapangan sinar-X yang sesungguhnya, sehingga organ yang inginkita
tampakkan menjadi terpotong oleh kolimator itu sendiri, sehingga tujuan klinis menjadi tidak tercapai.
Beam alignment test
Apabila kita membaca pada materi tentang kolimator maka salah satu sifat sinar-X adalah
merambat kesegala arah membentuk bola (spherical). Dari bentuk menyerupai bola tersebut maka
pada dasarnya sebaran foton sinar-X tersebut memiliki banyak sekali sampai tak terhingga arah
foton.
Terminologi beam alignment
Untuk melihat proyeksi suatu benda maka kita perlu memilih arah sebaran foton yang searah
dengan benda tersebut, sehingga profile dari benda tersebut dapat menjadi jelas. Sebagai contoh
apabila kita ingin menyorot sebuah pohon dengan lampu senter maka sesungguhnya kita sudah
memilih arah sebaran foton (serta mengarahkan sebaran foton yang tidak searah dengan benda
tersebut) sesuai arah pohon tersebut. Secara geometris maka pertengahan sinar senter tepat
mengarah pada pohon tersebut.
Peranan beam alignment dalam pembuatan radiograf
Dalam aktifitas pembuatan radiograf sesungguhnya kita hanya memerlukan satu arah foton saja
sebagai suatu pedoman geometris dalam memproyeksikan organ-organ anatomis yang akan
diperiksa ke arah film, sedangkan sisanya yang jumlahnya sangat banyak itu dapat kita abaikan. Satu
arah foton tersebut nantinya akan berkedudukan searah bersama dengan pusat obyek anatomi yang
diperiksa dan pertengahan film. Dengan kesejajaran seperti itu maka diharapkan akan didapatkan
gambaran anatomi sesuai dengan profile yang diinginkan dan berada tepat dipertengahan
kaset.Untuk selanjutnya kita menyebut beam alignment dengan pusat sinar (central ray).
Jika kita mengarahkan tabung dengan arah vertikal 90o terhadap meja pemeriksaan, maka
seharusnya pusat sinar-X (yang menyebar berbentuk bola) akan betul-betul menyudut 90o terhadap
meja. Pusat sinar memiliki peranan yang sangat penting pada pembuatan radiograf terhadap organ
anatomi yang kecil dan berupa suatu saluran (channel) karena dengan arah pusat sinar yang sejajar
dengan arah poros saluran dari organ tersebut akan menampakkan saluran tersebut. Contoh organ
yang memerlukan pusat sinar yang akurat antara lain foramen opticum, selle tursica, os nasal, dll.
Pengaruh beam non-alignment dalam pembuatan radiograf
Apabila kita ingin membuat radiograf dari foramen opticum, apabila beam alignment tidak sesuai,
dalam arti poros dari foramen telah tegak lurus terhadap meja tetapi pusat sinar tidak tegak lurus,
maka dalam radiograf tidak akan mampu menampakkan kedalaman fontactramen dengan baik.
Keadaan tersebut dalam radiografi disebut dengan perubahan bentuk gambaran (distorsi) khususnya
yang disebabkan arah sinar yang salah.
3. Evaluasi kecukupan HVL
Filtrasi sinar-X yang baik adalah bila kondisi low energi level dapat tereduksi dan tidak
mencapai pasien atau pada film.Dosis radiasi pasien akan meningkat s.d 90 % bila fluktuasi sinar-X
dalam kondisi yang tidak memadai. Penyerapan berlebihan terhadap fiamen tabung sebagai salah
satu penyebab utama perubahan inherent filter, yang pada gilirannya mengurangi kecukupan filter
radiasi pada suatu tabung sinar-X. Metode terbaik untuk mengukur kecukupan filter adalah dengan uji
HVL (Half-Value-Layer). Sebuah dosimeter saku dapat digunakan untuk menguji kecukupan filter.
Data yang diperoleh selanjutnya dapat di plot dengan semilog grafik (fungsi mR terhadap ketebalan
filter). Bila HVL 2,3 m pada 80 kVp maka perlu dikalibrasi.
1.
a. Grid Paralel
b. Cross-hatch
c. Non-Fakus Grid
e. Struktur Grid
Detail dari struktur grid tertulis pada permukaan grid dengan label atai langsung tercetak pada grid
antara lain :
Grid Rasio : Perbandingan antara tinggi strip Pb dengan jarak antara strip Pb
Grid Line : Jumlah strip Pb dalam grid per centimeter/inchi
Focal Range : Grid sudah ditentukan FFD tergantung spesifikasi grid tersebut
Tube Side : Sisi tabung ditunjukkan dengan label TUBE SIDE atau dengan sibul tabung sinar-X
Dalam struktur Grid/Bucky tersusun dari sejumlah besar strip Pb yang halus diselingi dengan
bahan penyela di sela-sela strip dari terbuat dari bahan yang bersifat radiolucent (plastik atau kayu).
Semua lead strip yang trsusun dalam grid/Bucky harus terspasi secara seragam atau bila tidak maka
akan menyebabkan terjadinya efekMotle dalam gambar yang bisa menyerupai gambaran patologi.
Struktur Pb dan bahan penyela dari Grid/Bucky yang tidak terspasi secara seragam dapat terjadi
karena cacat produk pabrik atau kerusakan akibat terjatuh atau bahkan motor sistem penggerak grid
yang mengalami kerusakan elektris sehingga momen kosistensi gerakan bahkan grid itu sendiri
menjadi statik.
Jika strip Pb mengalami distorsi, maka fungsi grid akan kurang efisien dan akan menjadikan
distribusi densitas optis pada film pada film tidak teratur atau tidak homogen. Selanjutnya, jika grid
digunakan dengan cara yang salah, atau fungsi motor penggerak grid (Bucky) mengalami ganggugan
maka reduksi densitas optis akibat efek cut-off. Misalnya : Grid fokus digunakan dengan FFD lebih
rendah dari yang direkomendasikan vendor pembuat alat grid, maka akan terjadi penurunan densitas
pada kanan kiri garis tengah grid tergantung seberapa besar mis-alignment nya terhadap pusat sinar
terjadi.
Untuk mengevaluasi kondisi fisik grid/bucky pada pesawat sinar-X, perlu dilakukan uji
performance yaitu Grid alignment test. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
ketidak sesuaian garis tengah grid/bucky terhadap arah datangnya pusat sinar-x (CR). Grid yang
mengalami kerusakan fisik atau Bucky malfungsi dapat dievaluasi melalui uji ini. Gambar berikut
adalah salah satu bentuk dari hasil uji grid atau bucky.
Penampakan pada
Aksi korektiv
gambar
Darkroom yang tidak B+F naik tajam dengan suatu
aman
Suhu developer
terlalu tinggi
Suhu developer
Sedikit penurunan dalam B+F di Densitas optik yang sangat Chek suhu air yang masuk ke
terlalu rendah
rendah
indikator
Konsentrasi
developer atau pH
berlebihan
tinggi
Konsentrasi
developer atau pH
rendah
rendah
Kekurangan
replenishment
developer normal
Kelebihan
replenishment
Pengecekan harian pada operasi automatic processing sangat diperlukan untuk menjaga agar
variabel-variabel yang ada tidak menurunkan kualitas gambar yang dihasilkan. Ada empat komponen
pada program quality control processor ini yaitu : aktivitas kimiawi (chemical activity), cleaning and
maintenance procedures, dan monitoring.
i. Chemical activity
Pada chemical activity lebih cenderung pada pemrosesan secara kimiawi yang berlangsung. Ada
beberapa variabel yang berpengaruh pada aktivitas kimiawi antara lain : temperatur larutan, waktu
pemrosesan film, replenishment rate, pH larutan, konsentrasi larutan dan pencampuran larutan.
ii. Cleaning and maintenace procedures
Processor yang kotor tidak akan dapat berfungsi yang dipengaruhi oleh beberapa parameter dan
yang sering terjadi adalah macetnya processor. Sehingga diperlukan pembersihan processor secara
rutin baik harian (Daily start up), bulanan (Pembersihan tanki), triwulan (pembersihan tangki
replenishment), dan tahunan (Pembersihan Replenisher dan sistem pompa sirkulasi)
Kurangnya perhatian terhadap pemeliharaan processor (misalnya terlalu kotor) maka tidak dapat
berfungsi sesuai standard dan menurunkan kualitas gambar. Pemeliharaan processor (maintenance
processor) diperlukan untuk membuat kinerja processor agar dapat beroperasi dengan baik.
Prosedur pemeliharaan processor ini perlu didokumentasikan. Ada 3 type pemeliharaan processor
yaitu : terjadual, pengecekan (preventative), dan tak terjadual (jika diperlukan).
Terjadual (Scheduled Maintenance) meliputi prosedur yang diperlukan untuk harian, mingguan, dan
bulanan. Prosedur ini meliputi pelumasan bagian-bagian yang bergerak (moving parts),
iii. Daily Processor monitoring
Monitoring harian bagi otomatik processor sangat perlu dilakukan dengan maksud menjaga
konsistensi pengolahan film dari waktu kewaktu. Dengan pengecekan dan evaluasi rutin ini maka
larutan larutan yang ada dalam prosesor dapat dijamin terjaga aktivitasnya tanpa harus mengalami
fluktuasi yang berlebihan sehingga berpengaruh langsung terhadap mutu gambar yang diolah.
Untuk melakukan monitoring, maka perlu dilakukan program sensitometri dengan tujuan agar supaya
dapat ditetapkan baseline data sebagai informasi awal yang digunakan sebagai pembanding bagi
data sensitometrik selanjutnya. Empat parameter penting yang sebaiknya dikuti perkembangannya
dari hari ke hari yakni : Medium density, Density Difference, Base+Fog density dan suhu
pembangkitan. Variasi-variasi data yang diplot pada monitoring chart untuk masing-masing parameter
bisa terjadi secara ekstrim bila terdapat masalah sekaitan dengan larutan-larutan yang dipakai
ataupun sistem-sistem yang ada pada prosesor. Interpretasi terhadap grafik yang diperoleh
merupakan diagnosa bagi kondisi prosesor dan untuk selanjutnya dapat dilakukan tindakan atau aksi
koreksi untuk mengembalikan kinerja prosesor pada level yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat alat tersebut
B. Pengertian
1. Standar adalah suatu harapan mutu faktor input-proses-output yang diinginkan yang tertulis atau
yang disepakati sebagai bagian dari sistem pengawasan mutu (quality monitoring)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
a.
b.
c.
d.
2. Pentingnya STANDARISASI
Kemudahan replikasi unit pelayanan/program
Dalam organisasi
Keluar organisasi: lokal-regional-global
Konsistensi estetis/brand image
Sektor swasta: profit meningkat
Sektor pemerintah: good governance
Meningkatkan daya responsif thd perubahan
Pengendalian biaya/ mengurangi inefisiensi
3.Kemudahan Replikasi
Semakin luas kepentingan replikasi,
semakin tinggi otorisasi melakukan standarisasi (STRUCTURE)
semakin sederhana/umum standar dibuat (SIMPLICITY)
semakin efisien bagi organisasi dan klien (SAVINGS)
semakin rasional krn generalisasi (SANITY)
Standar Manajemen Kualitas Internasional
The Quality Management Standards (ISO 9000 Series)
NO
STANDARD
OBJECTIVE
ISO 9000
2
3
ISO 9004.1
ISO 9004.2
ISO 9001
ISO 9002
ISO 9003
Quality System Model for Quality Assurance in Final Inspection and Test
4. Dimensi Mutu :
1. Kriteria QA :
a.
It should be simple
b.
It should be inexpensive
c.
It should be quick
d.
Perhaps more importance
e.
Adaptability
2.Performance QA
a.
According to previously accept clinical protocols
b.
By adequately trained personnel
c.
With properly and functioning equiptmen
d.
To the satisfaction of pasiens and referring physician
e.
In safe conditions
f.
At minimum cost
3.Pentingnya QA :
a.
Kepercayaan Konsumen
i.
Fungsi
ii. Biaya
iii. Waktu
iv. Jumlah
v. Lokasi
b.
Mengurangi pengulangan kerja yang tidak perlu
10. Quality Control (QC) : Methodes and procedure used in the testing and maintenance of the
components of an x ray system (Ballinger, 1986)
Waktu : 120
a. Pembukaan
:5
b. Penyampaian
: 95
c.
d.
Review
: 15
Penutup
:5
Metode :
1. Ceramah
2. Simulasi
3. Diskusi
AVA
:
1. Whiteboard & Spidol
2. Laptop
3. LCD Projector
4. Gambar dan Tabel
Penutup :
Latihan 1 :
1.
Suatu harapan mutu faktor input-proses-output yang diinginkan, tertulis
atau yang disepakati sebagai bagian dari sistem pengawasan mutu di sebut :
a. Standar b. Kualitas
c. Quality Assurance
d. Quality Control
Jelaskan pentingnya standar dalam pelayanan radiologi
Jelaskan pentingnya replikasi
A management system that gives control, predictability, and controlled improvement of
the production process, pernyataan tersebut pengertian quality assurance menurut :
a.Chestnut b. Ballinger
c. WHO d. Cosby
Quality Control (QC) are Methodes and procedure used in the testing and
maintenance of the components of an x ray system, pengertian tersebut menurut :
a.Chestnut b. Ballinger
c. WHO d. Cosby
Rangkuman
1.
Standar adalah suatu harapan mutu faktor input-proses-output yang
diinginkan yang tertulis atau yang disepakati sebagai bagian dari sistem
pengawasan mutu (quality monitoring).
2.
3.
4.
Quality Control (QC) : Methodes and procedure used in the testing and
maintenance of the components of an x ray system (Ballinger, 1986).
Kunci Jawaban :
1.
a. Standar
2.
Pentingnya Standar :
3.
4.
a.
Kemudahan replikasi unit pelayanan/program
b.
Dalam organisasi
c.
Keluar organisasi: lokal-regional-global
d.
Konsistensi estetis/brand image
e.
Sektor swasta: profit meningkat
f.
Sektor pemerintah: good governance
g.
Meningkatkan daya responsif thd perubahan
h.
Pengendalian biaya/ mengurangi inefisiensi
Pentingnya Replikasi :
a.
semakin
tinggi
otorisasi
melakukan
standarisasi
(STRUCTURE)
b.
semakin sederhana/umum standar dibuat (SIMPLICITY)
c.
semakin efisien bagi organisasi dan klien (SAVINGS)
d.
semakin rasional krn generalisasi (SANITY)
b. Ballinger
DAFTAR PUSTAKA
Borras, Carl. 1997. Organization, Development, Quality Assurance and
Radiation Protection in Radiology Services : Imaging Radioation Therapy.
Washington, WHO
Chestnut, Bill. 1997. Quality Assurance, An Australian Guide to ISO 9000
Certification. Meulbourne. Longman
Harvey, M,J. etc. 1988. Assuarnce of Quality in The Diagnostic X-ray
Departmen. London, British Institute of Radiology
Hidayat, Wisnu. 2000, Statistik sebagai Alat Pengendali Gugus Kendali Mutu.
Jakarta
Reynolds, Tim. 1992. Guidelines For The Introduction Of A Quality Assurance Programme in A
Diagnostic Imaging Department. London. NHS
Wiyono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu LayananKesehatan. Surabaya. Airlangga University Press.
TAHUN
PERKEMBANGAN
1920
QC
1924
Control chart
1940
Statistic QC (Juran)
1950
TQC :
W. E. Dening (1950)
A. V. Feigenbaum (1951)
JM. Juran (1954)
1955
MBO (Drucker)
1960
QCC (GKM)
1978
PDCA
1983
1992
Dep Kes
1994
Waktu :
Metode:
AVA :
Latihan 3
Rangkuman 1 (Terminologi, konsep dasar jaminan mutu radiologi).
PENUTUP
1.
Tes Formatif
2.
3.
GLOSSARY
Ballinger, P.W., (1986), Merrils Atlas of Radiographic Positions and Radiologic Procedures, Vol. III,
6th edition, Mosby Co., St. Louis. Hal 131
Curry III, T., et. al., (1990), Christensens Physic of Radiology, 4th edition, Philadelphia, Lea &
Febiger. Hal 1719
William. L. Jr, (1967), Medical Radiographic Technique, 3rd edition, Illinois, Thomas Book Co. Hal 67-70.
Chesney, D.N & N.O., (1981), Radiographic Imaging, 4th edition, St. Louis, Blackwell Mosby Book. Hal 123126