Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KENDALI DAN JAMINAN MUTU

“QUALITY ASSURANCE DAN QUALITY CONTROL


PENGUJIAN SISTEM PERALATAN PEREKAM GAMBAR”
Dosen pengampu : Muhammad Ikhwan S, AMR., S. Si.,M. Adm. Kes.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1/C

1. ABDUL AFRIYADI (P121081)

2. ASTIN LINGUDE (P121086)

3. HUMNA MARZUQAH DJALIL (P121091)

4. MAWAR (P121096)

5. MUTIARA PATRESTIANTI (P121101)

6. NURMAGFIRAH AKHMAD (P121106)

7. RIFFATUL NAZLIAH (P121111)

8. TRIYA RAMADHANI BIYA (P121117)

PRODI D-III RADIOLOGI


POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha


Kuasa karena dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, kami dapat
menyusun Makalah dengan judul “Quality Assurance Dan Quality Control
Pengujian Sistem Peralatan Perekam Gambar”. Tak lupa pula kelompok 1
berterimakasih kepada Bapak Muhammad Ikhwan S, AMR., S. Si., M.
Adm. Kes. selaku dosen pengampu mata kuliah Kendali Dan Jaminan
Mutu.
Harapan kami, makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kepada pembaca. Kami menyadari makalah
ini tidak luput dari kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Kami
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya
sehingga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan
dan penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lebih lanjut.

Makassar, 14 Agustus 2023

Kelompok 1

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................3
A. Quality Assurance...................................................................3
B. Quality Control.......................................................................4
C. Quality Control Pada Sistem Peralatan Perekam Gambar....5
D. Pesawat Sinar X Radiodiagnostik.........................................12
E. Kaset
Radiografi....................................................................16
BAB III PENUTUP.............................................................................17
A. Kesimpulan...........................................................................18
B. Saran......................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................19

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radiologi merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang mengacu
pada pencitraan gambar pada organ tubuh manusia yang berguna untuk
menegakkan diagnosis terhadap suatu penyakit. Seiring dengan
perkembangannya teknologi dibidang radiologi maka jaminan dan kendali
mutu sangat diperlukan dalam bidang radiologi agar pelayanan yang
diberikan pada pasien dapat dilakukan secara maksimal. Maka dari itu
sangat penting dalam menjaga kualitas radiografi dari berbagai komponen
alat dan bahan yang digunakan, salah satu komponen penting dalam jaminan
dan kendali mutu dalam radiologi ialah Sensitometry karena melalui
sensitometry dapat diketahui bagaimana kualitas atau respon film yang
digunakan dalam menghasilkan pencitraan radiografi sehingga hasil
pencitraan tersebut dapat memberikan informasi yang lengkap guna
terapi dan pengobatan pasien.
Pengendalian mutu (quality control) merupakan kegiatan mengendalikan
mutu dengan memeriksa (inspeksi) hasil produksi apakah mutu telah
seperti yang dikehendaki yang sesuai standar. Sedangkan tujuan quality
kontrol memberikan kepuasan kepada pelanggan dari suatu jasa atau
produk yang ditawarkan dengan cara memeriksa hasil produksi, memonitor
dan menilai produk yang bermutu. Kegiatan inilah yang seharusnya
dilakukan para radiografer untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.
Sarana dan prasarana penunjang yang terdapat di instalasi radiologi antara
lain adalah pesawat sinar- X, film, kaset, alat processing dan kamar gelap.
Sarana dan prasarana tersebut harus diperhatikan, terutama pesawat sinar x
karena merupakan komponen utama dalam pelayanan radiologi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Quality Control dan Quality Assurance ?
2. Apa Tujuan dari Quality Control dan Quality Assurance?
3. Apa saja kegiatan Quality Control pada Sistem Peralatan Perekam
Gambar?
4. Apa Saja Komponen Dari Pesawat Sinar X ?
5. Apa saja Jenis Jenis Kaset Radiografi ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Quality Control dan Quality Assurance
2. Mengetahui Tujuan Quality Control dan Quality Assurance
3. Mengetahui kegiatan dari Quality Control Pada sistem Peralatan
Perekam Gambar
4. Mengetahui tentang Komponen Dari Pesawat Sinar x
5. Mengetahui Jenis Jenis Kaset Radiografi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Quality Assurance (Jaminan Mutu)
1. Pengertian
Jaminan mutu atau quality assurance merupakan suatu program
yang termasuk di dalamnya quality control, untuk proses perbaikan
dengan memberikan informasi diagnostik yang tepat untuk mengurangi
paparan radiasi dan meningkatkan citra radiodiagnostik dengan biaya
serendah mungkin dan meminimalisasi suatu kesalahan dengan membuat
program kegiatan agar dapat mengukur kembaliuntuk menentukan
apakah peningkatan mutu telah tercapai.
Program jaminan mutu (QA) dalam radiologi diagnostik menurut
WHO adalah suatu usaha yang tertata dengan baik oleh staf untuk
memastikan citra diagnostik yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi
sehingga dapat memberikan informasi diagnostik yang memadai secara
konsisten, yang didapat dengan biaya dan paparan radiasi pasien
seminimal mungkin.
Dr. Heater Palmar (1983) dari Universitas Howard mendefinisikan
quality assurance adalah suatu proses pengukuran mutu, menganalisa
kekurangan yang ditemukan dan membuat kegiatan untuk meningkatkan
penampilan yang diikutidengan pengukuran mutu kembali untuk
menentukan apakah peningkatan telah tercapai.
2. Tujuan
Tujuan dari dibentuk nya quality assurance dalam bidang radiologi
yaitu untuk meberikan pelayanan yang berkualitas, lebih efektif dan
efesien, dengan diagnostik yang setinggi mungkin dan paparan radiasi
yang serendah – rendahnya serta biaya yang sewajarnya.
Dengan tercapainya tujuan dari QA dalam bidang radiologi maka
diharapkan pelayanan radiologi yang diberikan kepada pasien dapat terus
ditingkatkan sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pasien.

3
B. Quality Control (Kendali Mutu)
1. Pengertian
Kendali mutu atau QC adalah sebagai bagian dri QA. QC
mendebutkan aktivitas programnya pada teknik-teknik yang di
perlukan bagi pengawasan (monitoring) perawatan dan menjaga
(maintenance) elemen-elemen teknis dari suatu sistem peralatan
radiografi dan imaging yang mempengaruhi mutu gambar.
a. Menurut Vincent Gaspersz (Total Quality Management, 2006 ),
kendali mutu adalah teknik-teknik dan aktifitas operasional
yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas
b. Menurut Charlton (Prinsiple of Radiographic Imaging, 1992),
kendali mutu adalah kegiatan yang dilakukan sebagai upaya
dalam mengendalikan mutu
2. Tujuan
Adapun tujuan dari kendali mutu adalah memberikan mutu
(Provide Quality) yaitu dengan cara memuaskan (xatisfactory),
memadai dan cukup (adequate), dapat dipercaya (dependable), serta
ekonomis (economic)
Pelayanan Radiologi harus senantiasa memantau dan
mengevaluasi secara periodik hasil pelayanan yang diselenggarakan,
hal ini penting untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu,
cakupan dan efektifitas serta efisiensi pelayanan, meliputi:
a. Evaluasi mutu pelayanan yaitu evaluasi mutu pelayanan dapat
dilakukan secara intern di instalasi radiologi maupun secara
eksterna bersama disiplin ilmu lainnya.
b. Evaluasi cakupan pelayanan yaitu evaluasi cakupan pelayanan
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana rujukan yang diterima
oleh instalasi radiologi dan jumlah serta jenis pemeriksaan yang
dibutuhkan.

4
c. Evaluasi Efektifitas dan Efisiensi Pelayanan yaitu evaluasi ini
dilakukan dalam upaya mencapai pelayanan radiologi yang
makin maju.

C. Quality Control Sistem Peralatan Perekam Gambar


1. X-ray tube ( Collimator and beam alignment tes, focal spot test)
a. Uji Kolimator dan Beam Alignment
Kolimator atau sering disebut dengan light Beam Diaphragma
(LBD). Diperlukan radiografer untuk memeberikan panduan bagi
dirinya agar mengetahui arah pusat sinar dan ukuran luas lapangan
radiasi yang akan dipergunakan dalam pemotretan radiografi.
Dengan alat bantu yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Tabung sinar x atau membidikan titik bidik bagi suatu
pemotretan radiografi.uji kinerja terhadap kolimator sangat di
perlukan guna menyakini keakuran kerjanya. pegukuran terhadap
kesesuaian luas lapangan cahaya kolimator dengan luas lapangan
radiasi, ketepatan jatuhnya titik bidik dari pusat sinar- x pada
pertegahan lapagan sinar-x akan menunjukan ujuk kerja
(perfomance) dari kolimator suatu tabung sinar-x .
1) Frekuensi
a) Setiap setengah tahun (Semiannually)
b) Setiap selesai perbaikan fisik terhadap system kolimasi
sinar
c) Bila diperlukan
2) Alat Yang digunakan
a) Sebuah kaset sinar x ukuran 18 x 24 cm yang sudah terisi
film
b) Kolimator and Alignment test Tool (Alat Uji Ketepatan)
c) Kolimator dan berkas sinar x buat tanpa pabrik atau alat
sederhana berupa 8 koin atau paperclip.

5
3) Metode
a) Pastikan bahwa meja datar dan CR 90 (tegak lurus)
permukaan meja pemeriksaan (gunakan waterpast)
b) Tempatkan kolimator alignment test tool di atas kaset yang
terisi film diatas meja pemeriksaan.
c) Pastikan plat uji berada ditengah kaset dan bola baja pada
silinder berada ditengah plat tersebut, perhatikan titik hitam
pada plat berada pada arah posisi bersebalahan dengan
petugas.
d) Atur FFD 100 cm dan nyalakan lampu kolimator dengan
menentukan CP pada pertengahan plat bola baja pada
silinder.
e) Atur kondisi pemotretan kurang lebih pada kv 57 dan Ma
10, atau kondisi pemotretan yang menghasilkan densitas
optik pada dilihat oleh mata.
f) Proses Film
g) Catat data diperoleh
4) Evaluasi
a) Analisa film hasil uji kolimator untuk masing masing
variasi yang mungkin terjadi pada Subkolimator pada
sumbu x dan y. Kolimator direkomendasikan baik bila
variasi dari parameter shutter X dan Y lebih kecil dari 2 %
FFD yang digunakan pada saat pengujian.
b) Analisa pada film yang sama untuk variasi yang mungkin
terjadi pada ketepatan pusat berkas sinar (beam alingment
accuracy). Perhatikan bila gambaran bola baja yang berada
pada posisi bagian atas silinder masih berada dalam radius
3 derajad maka dapat dikatakan bahwa kondisi pusat berkas
sinar masih konsisten berada ditengah-tengah luas lapangan
sinar.

6
5) Tindakan
a) Perbaiki atau menghubungi teknisi
b) Tes kembali
c) File laporan

b. Evaluasi/ Estimasi Ukuran Focal Spot


1) Metode :
a) Alternatif Metode selain Menggunakan Koin :
b) Gunakan 4 (empat) buah paper clips, masing-masing
dibentuk sudut 90° (L)
c) Tempatkan paper clips pada kempat sudut/pojok lapangan
cahaya kolimator
2) Evaluasi :
a) Untuk ketepatan yang sempurna, lapangan cahaya lampu
kolimator (dimana kedua koin ditempatkan) harus sejajar /
berimpit dengan lapangan sinar-X.
b) Daerah yang disinari tidak boleh lebih besar dari daerah
cahaya tampak
c) Pada FFD 100 cm ketidaktepatan kolimator tidak boleh
lebih dari 10 mm atau 1 % (batas toleransi)
3) Tindakan :
a) Jika ketidaktepatan tidak dapat diterima harus dilakukan
perbaikan
b) Hubungi teknisi pesawat sinar-X

2. Generator Perfomance ( Akurasi kVp, Linierisasi mA, Ketepatan


Eksposi, HVL)
Generator adalah salah satu dari elemen dari sistem pembangkit
sinar-X. Ketidak konsistensian produksi/keluaran sinar-X dari tabung
sinar-X yang dibangkitkan oleh suatu generator pembangkit, sangat
dipengaruhi oleh parameter teknis antara lain kualitas tegangan suplai,

7
kV, mA dan waktu. (t). Besarnya keluaran radiasi yang tidak konsisten
akibat akibat dari kinerja parameter teknis yang tidak baik berpengaruh
langsung terhadap variasi-variasi baik kualitas gambar, kualitas atau
kuantitas radiasi yang diproduksi dan dosis. Untuk itu sangatlah penting
memonitor parameter-parameter tersebut khususnya kV, mA, dan waktu
eksposi (t), reprodusibilitas sinar-X, dan kecukupan nilai HVL tabung
sinar-X
a. Uji Akurasi kVp
Voltase tabung sinar-X mempunyai efek yang signifikan
terhadap kontras gambar, densitas optik dan juga dosisi radiasi
kepada pasien. Oleh karena itu pemilihan kV pada meja kontrol
seharusnya memproduksi out kVp dengan tingkat energi radiasi
sinar-X yang proposional. Kejadian tidak proposionalnya energi
sinar-X yang keluar dengan setting kVp pada kontol merupakan
indikasi ketidakakuratan nilai kVp.
Variasi perbedaan setting kvP dengan kualitas`berkas`sinar-X
masih diperkenankan s.d ± 4 kVp dari nilai sesungguhnya
b. Linieritas mA
mA selektor pada generator sinar-X adalah digunakan untuk
mengatur temperatur filamen tabung sinar-X, sepanjang waktu
eksposi radiasi terjadi. Lebih penting lagi mA selektor menentukan
kuantitas dari radiasi sinar-X yang terjadi dalam suatu berkas sinar.
Dengan demikian maka akurasi nilai mA yang dipilih adalah sama
pentingnya dengan akurasi timer eksposi (waktu eksposi). Satu
metode untk pengujian akurasi mA yang dapat dilakukan adalah
dengan membuat satu eksposi radiasi sambil mencermati mas meter
pada panel kontrol. Metode terbaik selain ini adalah dengan menguji
resiprok dan kelinieran dari mA.
1) Resiprok
Resiprok berati Eksposi dilakukan pada nilai mAs yang sama
diperoleh dengan kombinsi mA dan S yang berbeda. Output

8
Radiasi seharusnya adalah sama sepanjang kVp yang digunakan
dijaga pada posisi konstan.
Variasi resiprok masih diperkenankan pada prosentase ± 10 %
Dikatakan bahwa resiprok generator adalah baik bila perhitungan
variancenya adalah lebih kecil dari 10 %. Alat untuk mengukur
eksposi dan mengitung resiprok dapat mengunakan dosimeter
saku.
2) Linearity
Liniearity berarti bahwa peningkatan yang teratur dalam nilai
mas seharusnya memproduksi peningkatan yang teratur dalam
nili eksposur yang di ukur. Dengan kata lain, jika kita mengatur
70 kv an 10 mas untuk memproduksi eksposi sebesar 50 mR
pada dosimeter, maka selanjutnya bila kita mengatur 70 kV, 20
mAs untuk alat yang sama seharusnya memproduksi nilai
eksposi sebesar 100 mR, tentunya bila mA station dan timer
sudah terkalibrasi. Variasi linierity masih diperkenankan antar ±
20 %.
c. Uji Waktu Eksposi
Waktu eksposi secara langsung mempengaruhi kuantitas
keseluruhan dari radiasi sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X.
Dengan demikian, keakuratan waktu eksposi adalah bersifat kritikal
bilamana dikehendaki eksposi terhadap radiograf memadai dengan
dosis radiasi yang beralasan terhadap pasien. Variabilitas yang di
perbolehkan untuk akurasi waktu eksposi adalah ± 5 % untuk
penggunaan waktu eksposi lebih b esar dari 10 mA, dan ± 20 %
untuk eksposi lebih kecil dari 10 mS. Cara termudah untuk
mengukur akurasi nilai waktu eksposi adalah dengan menggunakan
dengan menggunakan”digital timer meter atau multi funtion meter”.
Namun demikian bila fasilitas radiologi tidak memiliki peralatan
non invansif semacam ini, sebuah alat sederhana yang dikenal
dengan ” Spinning Top Device” guna menggukur akurasi waktu

9
eksposi pada suatu sistem generator pembangkit sinar-X
d. Uji Kecukupan HVL/ Filter
Filtrasi sinar-X yang baik adalah bila kondisi low energi level dapat
tereduksi dan tidak mencapai pasien atau pada film.Dosis radiasi
pasien akan meningkat s.d 90 % bila fluktuasi sinar-X dalam kondisi
yang tidak memadai. Penyerapan berlebihan terhadap fiamen tabung
sebagai salah satu penyebab utama perubahan inherent filter, yang
pada gilirannya mengurangi kecukupan filter radiasi pada suatu
tabung sinar-X. Metode terbaik untuk mengukur kecukupan filter
adalah dengan uji HVL (Half-Value-Layer). Sebuah dosimeter saku
dapat digunakan untuk menguji kecukupan filter. Data yang
diperoleh selanjutnya dapat di plot dengan semilog grafik (fungsi
mR terhadap ketebalan filter). Bila HVL ≤ 2,3 m pada 80 kVp maka
perlu dikalibrasi.

3. Uji Kebocoran Kaset


Kaset radiografi konvensional perlu dilakukan uji kebocoran untuk
meningkatkan kualitas mutu pelayanan radiologi, berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1250 Tahun
2009 tentang pedoman kendali mutu (quality control) peralatan
radiodiagnostik, uji kebocoran kaset dilakukan dengan frekuensi satu
tahun sekali, setiap selesai perbaikan fisik terhadap kaset radiografi dan
apabila dibutuhkan.
1) Nilai Standar Toleransi Kebocoran Kaset
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1250 Tahun 2009 tentang pedoman kendali mutu (quality
control) peralatan radiodiagnostik, nilai standar toleransikebocoran
kaset yaitu apabila terdapat fog < 0,5 cm pada film dapat diabaikan,
namun apabila lebar fog yang terdapat pada film melebihi 0,5 cm
maka kaset harus dilakukan perbaikan atau harus diganti.

10
2) Frekuensi Uji Kebocoran kaset
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1250 Tahun 2009 tentang pedoman kendali mutu (quality
control) peralatan radiodiagnostik, uji kebocoran kaset dilakukan
dengan frekuensi satu tahun sekali, setiap selesai perbaikan fisik
terhadap kaset radiografi dan apabila dibutuhkan.
3) Prosedur Uji Kebocoran kaset
Berdasarkan KEMENKES RI No. 1250 Tahun 2009 cara
pengujian sebagai berikut :
a) Teliti kondisi ruangan, rapikan semua peralatan sehingga
membantu kelancaran dalam bekerja.
b) Siapkan lampu 100 watt. Lampu dipasang setinggi 1,22 meter
dari tepi atas kaset, bisa juga menggunakan cahaya matahari.
c) Siapkan kaset dan film yang masih berada dalam box (kotak)
film sesuai dengan ukurannya.
d) Kaset terlebih dahulu ditandai dengan memberi nomor pada
bagian luar kaset untuk memudahkan identifikasi.
e) Masukkan selembar film yang belum diekspose ke dalam kaset.
f) Letakkan kaset di bawah lampu tungsten atau ditempat yang
terang (sinar matahari) selama 15-30 menit.
g) Setelah itu film dicuci (diproses) tetapi sebelum dimasukkan ke
dalam developer tandailah film tersebut untuk mengetahui letak
engsel (E), bagian yang terbuka (B), dan bagian atas (A).
h) Proses film tersebut seperti biasa.
i) Data didapat dengan melakukan perhitungan kebocoran kaset,
yaitu jika lebar kabut (fog) pada film kurang dari 0,5 cm dari
sepanjang sisi bagian tersebut, dapat diabaikan. Jika kabut yang
timbul begitu besar, perbaikilah kerusakan tersebut.

11
D. Pesawat Sinar-X Radiodiagnostik
Dalam proses terjadinya sinar-X ada beberapa komponen tabung sinar-X
yang harus diperhatikan yaitu insert tube dan tube housing.

1. Tube Housing
Menurut Irawati, 2009, Dinding bagian luar tabung disebut
rumah tabung, terbuat dari metal. Bagian dalam dinding tersebut
terbuat dari lapisan timbale (Pb). Fungsi dinding ini adalah untuk
menahan berkas sinar-X yang tidak searah dengan window.
Window berfungsi sebagai filter untuk menahan energi
rendah radiasi sianr-X sebagai tempat sumber daya (power
source)
Menurut Bhusong, 2008, untuk jenis anoda putar terdapat
terminal tegangan tinggi, isolator terhadap tegangan tinggi, dapat
dipasangkan secara tepat dengan pelindung tabung (tube
envelope), dapat dipasangkan peralatan kolimator dan berisi
minyak pendingin cooling oil untuk menyerap panas tinggi
selama proses pembangkitan. Rumah tabung juga dilengkapi
sambungan kabel tegangan tinggi yaitu kabel dari HTT.
Menurut Suhartono, 2011, Rumah Tabung (Tube Housing), yang
berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan insert tube didalamnya, yang
terdiri dari:

12
a. Perisai Tabung (tube sield), Pada umumnya terbuat dari metal
berlapis timbal, dapat dikondisikan hampa udara ± 10-6mmHg dan
dapat memberikan isolasi yang baik antara katoda dan anoda,
berfungsi sebagai pelindung insert tube sekaligus sebagai perisai
terhadap radiasi bocoran. Untuk menunjang hal tersebut, dipilih
suatu bahan yang memiliki titik lebur tinggi untuk menahan panas
selama proses pembangkitan sinar-X dan mudah dibentuk untuk
konstruksi pabrik.
b. Minyak, diantara perisai tabung dengan insert tube, berfungsi
sebagai isolator tegangan tinggi, sekaligus pendingin tabung.
c. Window, yaitu celah dari perisai tabung, untuk keluarnya berkas
sinar-X yang akan digunakan.
d. Fiter, yaitu penyaring berkas sinar-X

2. Insert Tube
Didalam insert tube terdapat bagian-bagian yaitu tabung kaca hampa
udara, anoda dan katoda.
a. Tabung kaca hampa udara
Dinding insert tube ini terbuat dari gelas pyrex yang berfungsi
untuk menempatkan filamen dan target berada didalam ruangan
hampa udara. Keadaan hampa udara ini berfungsi agar elektron
didalam tabung dapat dikendalikan, tabung kaca yang tinggi
kevakumannya ini terendam dalam minyak trafo, minyak ini
berfungsi sebagai bahan isolasi tegangan tinggi dan juga sebagai
pendingin tabung rontgen.
b. Katoda
Menurut Irnawati, 2009, merupakan tempat filamen yang
terbuat dari kawat tungsten yang mempunyai titik lebar tinggi. Pada
filamen terjadi emisi elektron akibat pemanasan filamen. Emisi
elektron artinya terlepasnya elektron dari atom-atom bahan
filamen. Banyaknya elektron bebas tergantung pada pengaturan

13
tegangan yang masuk ke filamen diatur melalui pengaturan tahanan
(rheostat). Selain mempunyai kutub negatif, filamen juga dilengkapi
alat pemusat elektron (focusing cup) pada ujung filamen.
c. Anoda
Menurut Irnawati, 2009, Merupakan sasaran atau target yang
akan ditembaki oleh elektron, dilengkapi dengan bidang focus
(focus spot). Permukaan anoda membentuk sudut dengan
kemiringan 45o. Kemiringan ini untuk mendapatkan fokus efektif
agar sinar-X yang keluar dari tabung dapat terarah. Bahan anoda
terbuat dari wolfram/ tungsten, dengan nomor atom 74 dan
mempunyai titik lebur 3360o celcius, mempunyai keuntungan
sebagai penghantar panas yang baik. Anoda ini juga merangkap
sebagai kutub positif.
Anoda merupakan elektroda positif yang terdapat pada tabung
sinar-X. Dimana anoda terdiri dari dua jenis yaitu anoda diam dan
anoda putar sebagai berikut :
1) Anoda diam (Stationary Anode)
Anoda diam pada tabung sinar-X terbuat dari plat tungsten
kecil yang mempunyai ketebalan 2-3 mm yang melekat pada
logam tembaga, dimana plat tungsten tersebut mempunyai
bentuk segi empat dengan luas sebesar 1 cm2.
Kemiringan anoda sebesar 15˚ -20˚ . Bahan tungsten yang
mempunyai nomor atom yang tinggi yaitu 74 cenderung dipilih
sebagai anoda diam karena lebih efisien dalam menghasilkan
sinar-X, dan mempunyai titik lebur yang tinggi sekitar 3400oC
sehingga mampu menahan suhu tinggi yang dihasilkan dan
juga tungsten baik untuk menyerap panas.
Pada anoda diam ini terdapat logam yang berfungsi untuk
mengurangi panas yang terjadi pada anoda. Tumbukan elektron
pada anoda ini hanya pada satu tempat saja sehingga permukaan
anoda akan cepat rusak.

14
2) Anoda Putar ( Rotating Anode )
Anoda putar yang terdapat dalam tabung sinar-X
merupakan piringan anoda yang terbuat dari bahan tungsten.
Dimana perputaran anoda dapat mencapai sekitar 3600 putaran
permenit pada saat dilakukan eksposi. Perputaran anoda dalam
tabung sinar-X tersebut mengakibatkan tumbukan berkas
elektron akan merata dan mampu menahan panas yang
ditimbulkan dari tumbukan berkas elektron tersebut, walaupun
dengan waktu eksposi yang lama. Piringan tungsten pada
anoda tersebut mempunyai sudut kemiringan sekitar 16-20o
dimana kemiringan sudut tersebut sangat menentukan ukuran
dan bentuk sinar-X yang dihasilkan.
Pada anoda putar biasanya terdapat fokus ganda yang
mempunyai ukuran besar dan kecil. Konstruksi ukuran fokus
dapat dibuat melalui dua cara yaitu pertama, luasan bidang
fokus yang ukurannya ditentukan oleh dua macam ukuran
filamen. Filamen yang kecil menghasilkan fokus kecil
sedangkan filamen yang besar menghasilkan fokus besar.
Kedua luasan bidang fokus yang ukurannya ditentukan leh
tingkat kemiringan bidang target pada piring anoda. Tingkat
kemiringan yang kecil menghasilkan fokus kecil sedangakan
kemiringan yang besar menghasilkan fokus besar.
d. Kolimator
Menurut Carlton, 1992 kolimator adalah alat pembatas radiasi
yang umumnya digunakan pada radiografi yang terdiri dari dua set
penutup (shutter) timbal yang saling berhadapan dan bergerak
dengan arah berlawanan secara berpasangan. Alat ini mempunyai
dua keuntungan yaitu dilengkapi dengan pembatas luas lapangan
penyinaran yang dapat diatur dan dapatdijadikan sebagai acuan
untuk menentukan titik tengah (central point) sinar-X yang keluar
dari bidang target. Kolimator dilengkapi oleh bola lampu, cermin

15
dan dua penutup jendela (shutter) yaitu shutter 1 dan shutter 2.
Bola lampu dan cermin berfungsi sebagai penunjuk berkas
sinar-X yang akan tergambar pada film radiografi. Berkas sinar
tersebut dibelokkan oleh sebuah cermin yang di pasang pada jalur
didalam berkas sinar-X dengan sudut 45°.

E. Kaset Radiografi
Kaset berfungsi sebagai tempat serta menjaga screen dan film dari
kerusakan karena cahaya, debu dan benda keras. Selain itu kaset juga
berfungsi untuk menjaga kekontakan antara screen dan film, sehingga tidak
ada celah antara keduanya yang dapat menyebabkan ketidaktajaman
gambaran. Bagian depan kaset terbuat dari plastik dan bagian belakang
terbuat dari lembaran tipis (foil) timbal yang terbungkus plastik untuk
menyerap sinar-x melewati bagian depan dari kaset. Ukuran kaset bervariasi
yaitu 18x24 cm, 24x30 cm, 30x40 cm, 35x35 cm. Kemudian penggunaan
ukuran kaset tergantung dari objek yang diperiksa (Utami, Saputo &
Felayani, 2018). Berikut ini Jenis Jenis Kaset Radiografi :
1. Kaset Konvensional
Kaset konvensional adalah sebuah kotak pipih yang kedap cahaya.
Kaset berfungsi sebagai tempat meletakkan film yang akan di lakukan
eksposi dengan sinar-X. Kaset juga berfungsi melindungi film yang
berada didalamnya agak tidak terbakar akibat cahaya tampak (Rahman,
2009).
2. Kaset CR (Computer Radiografi)
Kaset CR juga memiliki ciri ringan, kuat dan dapat digunakan
berulang-ulang. Kaset CR berfungsi sebagai pelindung IP dan tempat
menyimpan IP serta sebagai alat dalam memudahkan proses transfer IP
menuju alat CR reader
Kaset CR yang telah digunakan dalam pemeriksaan akan
menstimulus phospor pada IP dan meninggalkan elektron-elektron yang
terperangkap sebagai representasi dari intensitas transmisi sinar-X

16
setelah melewati objek tubuh pasien. Selanjutnya kaset IP akan dibaca
dengan cara mememasukkan ke dalam CR reader secara mekanik dan
otomatis, IP akan dikeluarkan dari kaset dan dilakukan scaning untuk
mendapatkan data representasi intensitas transmisi sinar-X, yang
selanjutnya dikirim ke komputer dan ditampilkan dalam layar monitor
menjadi sebuah radiograf.
3. Kaset DR (Digital radiografi)
Sebagian besar sistem digital radiografi (tanpa kaset) menggunakan
bahan penyerap sinar-X yang dipasang pada flat panel detector atau
charged coupled device (CCD) untuk membentuk gambar. Digital
Radiografi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu penangkapan tidak
langsung dan penangkapan langsung.Perangkat digital tidak langsung
menyerap sinar-X dan mengubahnya menjadi cahaya. Cahaya tersebut
dideteksi oleh area-CCD atau thin-film transistor (TFT) dan kemudian
diubah menjadi sinyal listrik yang dikirim ke komputer untuk diproses.
Perangkat penangkapan langsung, mengubah sinar-X yang timbul secara
langsung menjadi sinyal listrik, biasanya menggunakan fotokonduktor
sebagai penyarap sinar-X, dan mengirim sinyal listrik ke komputer untuk
di proses

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan radiografi dibutuhkan Quality Assurance dan
Quality Control karena mengendalikan mutu dan memeriksa (Inpeksi) hasil
produksi apakah mutu telah seperti yang telah dikehendaki yang sesuai
standar. Quality Control sebagai bagian dari program radiologi dilakukan
dengan tujuan untuk memuaskan (Xatisfactory), memadai dan cukup
(Adequate), dapat dipercaya (depedable), Serta ekonomis (Economic).
B. Saran
Demikian makalah yang saya buat,semoga bermanfat bagi pembaca.dari
makalah yang berjudul “Quality Assurance Dan Quality Control Pengujian
Sistem Peralatan Perekam Gambar” Ini masih ada beberapa kekurangan
tentang kelebihan dan kekurangan dari alat-alat tersebut.apabila ada saran dan
kritik yang lebih bisa disampaikan.apabila terdapat keslahan mohon dapat
memaklumi dan memaafkannya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Bushong, S. C. 2008. Radiologic Science For Technologist. Ninth Edition.
Canada : Mosby Co
Carlon, RR and Adler, A. Mc Kenna. 1992. Principles pf Radiographic Imaging
On Art and Science. Neywork. Delmor
Irmawati. Fetty Dewi. 2009. Makalah Instrumental Nuklir Pesawat Sinar x.
Artikel Sumber : http//www.Scribd.com/doc/21891859/
Palmer, Heater, 1997. An Introduction to Qulity Assurance In Health Care. E
book
Vincent Gaspersz. 2006. Total Quality Management (TQM) Untuk Praktisi Bisnis
dan Industri. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

19

Anda mungkin juga menyukai