Pembentukan energy dalam tubuh dilakukan melalui proses respirasi yang akan
memasukkan oksigen untuk digunakan dalam proses oksidasi seluler. Jumlah energy (ATP)
yang dihasilkan oleh satu molukul glukosa adalah 38 ATP. Jumlah energy (ATP) tersebut
berasal dari proses glikolisis (2 ATP), siklus krebs (2 ATP, yang berasal dari GTP), transfer
electron (yang dihasilkan selama proses glikolisis) melalui enzim yang mengandung NAD (4
ATP), transfer electron (yang berasal dari siklus krebs) melalui enzim yang mengandung
NAD (24 ATP), dan transfer electron (yang berasal dari siklus krebs) melalui enzim yang
mengandung FAD (4 ATP) (Muchtadi, 2009).
Energi yang dihasilkan (dalam bentuk ATP dan senyawa berenergi tinggi lain) dipakai untuk:
1. mempertahankan gradien konsentrasi ion-ion.
2. reaksi biosintesis.
3. transport dan sekresi molekul melalui membran sel.
4. penyediaan energi sel.
Jika makanan yang kita makan melebihi kebutuhan tubuh untuk energi dan sintesis, kelebihan
nutrien tersebut akan disimpan sebagai glikogen dan lemak. Simpanan ini menyediakan
energi saat puasa.
A. Satuan Energi
Unit energy yang biasa digunakan adalah kilokalori (Kal, Cal, Kkal, Kcal), meskipun
dewasa ini the international Union of Nutritional Sciences menganjurkan penggunaan unit
Kilo-Jolule (KJ) atau Mega-Joule (MJ) untuk menggantikan kilokalori.
A. Kilokalori (kKal) atau kalori (Kal): 1 kKal atau 1 Kal adalah banyaknya panas yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 liter air dari 14,5 C ke 15,5 C.
1 kKal = 1000 kalori.
B. Kilojoule (kJ): adalah banyaknya energi yg dibutuhkan untuk mengangkat benda 1 kilogram
setinggi 1 meter.
1 Megajoule (MJ) = 1000 kJ.
1 kKal = 4,2 kJ
Setiap makanan menghasilkan jumlah energy yang berbeda-beda, tergantung dari jumlah
karbohidrat, protein, dan lemak yang terkandung di dalamnya. Banyaknya energy yang
dihasilkan oleh suatu bahan makan dapat diukur atau ditentukan dengan:
A. Cara langsung: yaitu dengan menggunakan alat yang disebut bomb calorimeter.
Dengan menggunakan alat tersebut sampel makanan akan dibakar oleh aliran listrik, dan
kemudian perubahan suhu air yang diakibatkannya akan dicatat. Berdasarkan perbedaan suhu
sebelum dan sesudah terjadi pembakaran (oksidasi), maka energy yang terkandung dalam
sampel dapat dihitung.
Gambar 1. Bomb Kalorimeter.
B. Cara tidak langsung: yaitu dengan perhituingan kadar karbohidrat, lemak, dan
protein.
Tidak semua karbohidrat, protein, maupun lemak yang terkandung dalam bahan
makanan yang dikonsumsi dapat digunakan oleh tubuh, karena sebelumnya harus dilakukan
pencernaan dan penyerapan sehingga yang benar-benar dapat digunakan oleh tubuh adalah
sejumlah tertentu yang dapat diserap tubuh. Dengan kata lain, jumlah masing-masing zat gizi
yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh tergantung dari daya cernanya. Selain itu, khusus untuk
protein, tidak semua yang diserap oleh tubuh dapat dimanfaatkan, dan kelebihannya akan
dibuang melalui urine sebagai urea. Oleh karena itu, nilai energy yang diukur dan dihitung
dengan bomb calorimeter harus dikoreksi oleh dua factor, yaitu:
1. Kehilangan dalam metabolisme.
2. Daya cerna
Nilai energy yang diperoleh setelah menghitung factor koreksi disebut nilai energy
fisiologis.
Sistem penilaian energi dalam makanan ini dikemukakan oleh Dr W.O. Atwater pada
tahun 1899. Atwater membuat experimen dengan menganalisis feses 3 pemuda Amerika
selama 3-8 hari. Atwater menemukan bahwa hanya 92% protein, 95% lemak dan 99%
karbohidrat yang diserap oleh tubuh. Perhitungan jumlah energy dalam suatu bahan makanan
sangatlah mudah. Contohnya, di dalam keju yang mengandung 39gkarbohidrat, 10g protein,
and 16g lemak maka jumlah energinya adalah sebagai berikut:
karbohidrat = 39 x 4=156 kkal
Protein 10 x 4 = 40 kkal
lemak 16 x 9 = 144 kkal
Jadi, selembar keju tersebut mengandung 156 +40+144 = 340 kkal energy
Bahan makanan
Jagung
Energi
4,03 Kal/g
Gandum
Beras setengah giling
Beras pecah kulit
Beras giling
Sorghum, cantel
Pati
Sereal lainnya
Kacang muda (belum dikupas)
Jamur
Kentang, akar berumbi/berpati lainnya
4,12 Kal/g
4,16 Kal/g
4,12 kal/g
4,16 Kal/g
4,03 Kal/g
4,12 Kal/g
4,12 Kal/g
4,07 Kal/g
1,24 Kal/g
4,03 Kal/g
Sayur mayur
Tomat
Kacang kedelai dan hasilnya
Legume biji-bijian dan kelapa
Telur
Susu dan hasilnya
Mentega
Margarine
Gula pasir sirop
Madu
Coklat
Cuka
3,57 Kal/g
3,60 Kal/g
1,68 Kal/g
4,07 Kal/g
3,68 kal/g
3,87 kal/g
3,87 Kal/g
3,87 kal/g
3,87 kal/g
3,68 Kal/g
1,33 Kal/g
2,45 Kal/g
Kebutuhan energy yang diperlukan bagi berbagai kegiatan tubuh (eksternal maupun
internal) umumnya dapat terpenuhi sekitar 50% jika bahan pangan sumber-sumber
karbohidrat tersebut dikonsumsi secara layak. Dimana kelebihan glukosa akan disimpan
sebagai glikogen di dalam otot dan hati. Glikogen otot merupakan salah satu sumber energi
tubuh saat sedang berolahraga sedangkan glikogen hati dapat berfungsi untuk membantu
menjaga ketersediaan glukosa di dalam sel darah dan sistem pusat syaraf. Sintesis glikogen dari
glukosa disebut glikogenesis. Simpanan glikogen terbatas sehingga kelebihan glukosa yang lain
diubah menjadi lemak (lipogenesis). Jika kadar glukosa darah turun, tubuh mengubah glikogen
3,47 kal/g
3,47 Kal/g
4,27 kal/g
4,36 kal/g
4,27 Kal/g
4,27 Kal/g
4,27 Kal/g
3,36 Kal/g
1,83 Kal/g
Proporsi lemak dalam diet dianjurkan sebanyak 30% dari total kalori, berasal
darisaturated fat 10%, monosaturated fat 10%, dan dari polisaturated fat 10%. Untuk
menentukan angka energy dari tiap bahan makan yang dikonsumsi dapat dilihat dari data dibawah
ini:
Bahan makanan
Energi
Jagung
8,37 Kal/g
Gandum
8,37 Kal/g
Beras setengah giling
8,37 Kal/g
Beras pecah kulit
8,37 Kal/g
Beras giling
8,37 Kal/g
Sorghum (cantel)
8,37 Kal/g
Pati/tepung
8,37 Kal/g
Sereal (padi-padian) lainnya
8,37 Kal/g
Kacang muda belum dikupas
8,37 Kal/g
Jamur
8,37 Kal/g
Kentang, umbi-umbian
8,37 Kal/g
Sayuran
8,37 Kal/g
Tomat
8,37 Kal/g
Kacang kedelai dan produknya
8,37 Kal/g
Legume penghasil biji-bijian,
8,37 Kal/g
minyak
Daging, ikan
9,02 Kkal/g
Telur
9,02 Kkal/g
Susu dan produknya
8,79 Kkal/g
Mentega
8,79 Kkal/g
Lemak dan hewan lain
9,02 Kkal/g
Margarine, minyak, dan lemak
8,84 Kkal/g
nabati
Coklat
8,37 Kkal/g
energy yang dihasilkan karbohidrat ternyata kurang mencukupi (Kartasapoetra, 2008). Proporsi lemak
dalam diet dianjurkan sebanyak 30% dari total kalori, berasal darisaturated fat 10%, monosaturated
fat 10%, dan dari polisaturated fat 10%.
E. Kalorimeter Respirasi
Hubungan antara energy yang dihasilkan dengan jumlah oksigen yang dikonsumsi
seseorang dapat ditentukan dengan menggunakan alat calorimeter respirasi (Atwater-Benedict
respiration calorimeter).
Alat tersebut terdiri dari ruangan yang kedap udara, dibuat dari logam tembaga yang
diinsulasi dengan dinding kayu dengan pemisah berupa udara. Didalamnya disediakan tempat
tidur, meja, dan kursi. Seseorang dapat berdiam diruangan tersebut selama beberapa hari dan
mengerjakan pekerjaan ringan seperti membaca, menulis, dan sebagainya. Suatu jendela
disediakan untuk tempat memasukkan makanan dan minuman serta mengeluarkan ekskreta.
yaitu sekitar 0,07 karena lebih banyak lemak yang dikosidasi dalam tubuhnya. Data tentang
karbohidrat dan lemak yang dioksidasi per liter oksigen dan nilai RQ non-protein serta jumlah kalori
yang diproduksi dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. RQ non-protein, jumlah karbohidrat dan lemak yang dioksidasi serta jumlah kalori yang
diproduksi, per liter oksigen yang dikonsumsi
RQ non-protein
1,00
0,95
0,90
0,85
0,80
0,75
0,70
Karbohidrat (g)
1,232
1,010
0,793
0,580
0,375
0,178
0
Lemak (g)
0
0,091
0,180
0,167
0,350
0,443
0,502
Kalori (Kkal)
5,047
4,995
4,924
4,862
4,801
4,739
4,686
425 Kkal, pemberian 44,4 gram lemak menghasilkan 416 Kkal dan pemberian 100 gram protein
menghasilkan 520 Kkal energy (panas).
Tabel 3. Energi yang Diproduksi Anjing yang Dipuasakan dan yang Diberi Ransum Karbohidrat,
Protein, dan Lemak (Specific Dinamyc Action Makanan)
Ransum
Puasa
+100g
karbohidrat
+44,4 g lemak
+100g protein
(kasein)
+62,5g
karbohidrat,
10g lemak,
10g protein
Nilai energy
Pakan (Kkal)
Tambahan
Energi (Kkal)
SDA Pakan
(%)
400
Energi yang
Diproduksi
(Kkal)
400
425
25
6,2
400
400
416
520
16
120
4,0
30,0
400
432
32
8,0
Sources :