Anda di halaman 1dari 13

ENERGI DAN MAKANAN

Pembentukan energy dalam tubuh dilakukan melalui proses respirasi yang akan
memasukkan oksigen untuk digunakan dalam proses oksidasi seluler. Jumlah energy (ATP)
yang dihasilkan oleh satu molukul glukosa adalah 38 ATP. Jumlah energy (ATP) tersebut
berasal dari proses glikolisis (2 ATP), siklus krebs (2 ATP, yang berasal dari GTP), transfer
electron (yang dihasilkan selama proses glikolisis) melalui enzim yang mengandung NAD (4
ATP), transfer electron (yang berasal dari siklus krebs) melalui enzim yang mengandung
NAD (24 ATP), dan transfer electron (yang berasal dari siklus krebs) melalui enzim yang
mengandung FAD (4 ATP) (Muchtadi, 2009).
Energi yang dihasilkan (dalam bentuk ATP dan senyawa berenergi tinggi lain) dipakai untuk:
1. mempertahankan gradien konsentrasi ion-ion.
2. reaksi biosintesis.
3. transport dan sekresi molekul melalui membran sel.
4. penyediaan energi sel.
Jika makanan yang kita makan melebihi kebutuhan tubuh untuk energi dan sintesis, kelebihan
nutrien tersebut akan disimpan sebagai glikogen dan lemak. Simpanan ini menyediakan
energi saat puasa.

A. Satuan Energi
Unit energy yang biasa digunakan adalah kilokalori (Kal, Cal, Kkal, Kcal), meskipun
dewasa ini the international Union of Nutritional Sciences menganjurkan penggunaan unit
Kilo-Jolule (KJ) atau Mega-Joule (MJ) untuk menggantikan kilokalori.
A. Kilokalori (kKal) atau kalori (Kal): 1 kKal atau 1 Kal adalah banyaknya panas yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 liter air dari 14,5 C ke 15,5 C.
1 kKal = 1000 kalori.
B. Kilojoule (kJ): adalah banyaknya energi yg dibutuhkan untuk mengangkat benda 1 kilogram
setinggi 1 meter.
1 Megajoule (MJ) = 1000 kJ.
1 kKal = 4,2 kJ

A. Energi Bahan Makanan


Hanya tiga macam zat gizi yang berfungsi sebagai sumber energy bagi tubuh, yaitu
karbohidrat (pati, gula), protein, dan lemak. Di dalam tubuh, karbohidrat (gula, pati), lemak
(asam-asam lemak), dan protein (asam-asam amino), akan dioksidasi di dalam sel dengan
bantuan enzim, koenzim (misalnya vitamin), dan hormone. Prosesnya memerlukan oksigen
dan hasil yang diperoleh berupa karbondioksida, air, dan energy.
1. Cara Menghitung Energi.

Setiap makanan menghasilkan jumlah energy yang berbeda-beda, tergantung dari jumlah
karbohidrat, protein, dan lemak yang terkandung di dalamnya. Banyaknya energy yang
dihasilkan oleh suatu bahan makan dapat diukur atau ditentukan dengan:
A. Cara langsung: yaitu dengan menggunakan alat yang disebut bomb calorimeter.
Dengan menggunakan alat tersebut sampel makanan akan dibakar oleh aliran listrik, dan
kemudian perubahan suhu air yang diakibatkannya akan dicatat. Berdasarkan perbedaan suhu
sebelum dan sesudah terjadi pembakaran (oksidasi), maka energy yang terkandung dalam
sampel dapat dihitung.
Gambar 1. Bomb Kalorimeter.
B. Cara tidak langsung: yaitu dengan perhituingan kadar karbohidrat, lemak, dan
protein.
Tidak semua karbohidrat, protein, maupun lemak yang terkandung dalam bahan
makanan yang dikonsumsi dapat digunakan oleh tubuh, karena sebelumnya harus dilakukan
pencernaan dan penyerapan sehingga yang benar-benar dapat digunakan oleh tubuh adalah
sejumlah tertentu yang dapat diserap tubuh. Dengan kata lain, jumlah masing-masing zat gizi
yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh tergantung dari daya cernanya. Selain itu, khusus untuk
protein, tidak semua yang diserap oleh tubuh dapat dimanfaatkan, dan kelebihannya akan
dibuang melalui urine sebagai urea. Oleh karena itu, nilai energy yang diukur dan dihitung
dengan bomb calorimeter harus dikoreksi oleh dua factor, yaitu:
1. Kehilangan dalam metabolisme.
2. Daya cerna
Nilai energy yang diperoleh setelah menghitung factor koreksi disebut nilai energy
fisiologis.

Tabel 1. Perhitungan Nilai Energi Fisiologis Karbohidrat, Lemak, dan Protein


Zat Gizi
Nilai Energi Kehilanga Energi
Kehilangan
Energi
Pembakara n selama Tersedia
Selama
Fisiologis
n (Kkal/g)
Pencernaa Setelah
Metabolism (Kkal/g)
n
Pencernaa e (Kkal)
(%)
n
(Kkal/g)
Karbohidrat 4,10
2
4,0
4,0
Lemak
9,45
5
9,0
9,0
Protein
5,65
8
5,2
1,2*)
4,0
*)
untuk setiap gram protein yang dikonsumsi, rata-rata sebanyak 1,2 Kkal dari energy yang
dikandungnya tidak tersedia bagi tubuh karena diubah menjadi urea.
Sumber: Swaminathan (1974)
Dari table di atas terlihat bahwa energy fisiologis masing-masing zat gizi sumber energy
adalah: 4 Kkal/g untuk karbohidrat (gula, pati), 4 Kkal/g untuk protein, dan 9 Kkal/g untuk
lemak. Nilai-nilai tersebut dikenal sebagai factor Atwater, karena mereka inilah sebagai
penemunya (Muchtadi, 2009).

Sistem penilaian energi dalam makanan ini dikemukakan oleh Dr W.O. Atwater pada
tahun 1899. Atwater membuat experimen dengan menganalisis feses 3 pemuda Amerika
selama 3-8 hari. Atwater menemukan bahwa hanya 92% protein, 95% lemak dan 99%
karbohidrat yang diserap oleh tubuh. Perhitungan jumlah energy dalam suatu bahan makanan
sangatlah mudah. Contohnya, di dalam keju yang mengandung 39gkarbohidrat, 10g protein,
and 16g lemak maka jumlah energinya adalah sebagai berikut:
karbohidrat = 39 x 4=156 kkal
Protein 10 x 4 = 40 kkal
lemak 16 x 9 = 144 kkal
Jadi, selembar keju tersebut mengandung 156 +40+144 = 340 kkal energy

Berikut adalah contoh kandungan kalori dalam makanan sehari-hari:


Snack:
Kroket (1 buah) 68 Kalori
Lemper (1 buah) 95 Kalori
Siomay Ayam (3 buah) 85 Kalori
Pempek Kapal Selam 100 gr 190 kalori
Siomay 170 gr 162 kalori
Lumpia goreng satu biji: 94 kalori
Dodol satu biji: 71 kalori
Roti Naan (roti India): 308 kalori
Roti putih satu slice: 69 kalori
Chicken nugget 6 potong: 250 kalori
Mie bakso sepiring: 400 kalori
Somay satu biji: 40 kalori.
French Fries ukuran Medium: 350 kalori
Minuman:
Teh Manis (1 gelas) 70 Kalori
Kopi Instan (1 cangkir) 75 Kalori
Soda (1 kaleng) 145 Kalori
Es Krim Cokelat 270 Kalori
Black coffee no sugar satu cangkir: 3,5 kalori
Cafe Latte satu cangkir: 97,4 kalori
Cafe Mocha satu gelas tinggi: 176 kalori
Satu sdm susu kental manis: 71 kalori
Milo kaleng 200 ml: 178 kalori
Frapuccino: 400-an kalori
Diet Coke: 3,6 kalori
Softdrink non diet: 151 kalori

Sport drink (kayak Gatorade) satu botol: 60 kalori


Orange Juice kemasan satu gelas: 116 kalori
Aer tebu 250 ml: 184 kalori
Juice Tomat tanpa gula 1 gelas 67 kalori
Juice Belimbing 1 gelas 51 kalori
Es Cendol 1 gelas 275 kalori
Milk Shake 1 gelas 350 kalori
Makanan:
Mie Instant Rasa Awam Bawang (1 bungkus) 330 Kalori
Nasi Putih (1 piring) 242 Kalori
Kari Ayam (1 porsi) 460 Kalori
Nasi Putih (1 piring) 242 Kalori
Soto Kudus 100 gr 38 kalori
Rujak Cingur 100 gr 153 kalori
Ketoprak 1 porsi 153 kalori
Bihun Goreng 200 gr 308 kalori
Soto Betawi 100 gr 135 kalori
Cheese Burger 1 buah 300 kalori
Ketupat Tahu 1 porsi 250 kalori
Nasi Biryani satu piring plus ayam: 800 kalori
Nasi Lemak (nasi uduk) satu mangkok: 389 kalori
Nasi goreng satu piring: 637 kalori
Capcay sayuran sepiring: 42 kalori
Big Mac satu biji: 530 kalori
Cheeseburger satu biji: 310 kalori
Double Cheese burger: 460 kalori
Fish burger satu biji: 400 kalor
Lauk-pauk:
Telur (1 buah) 70 Kalori
Satai Kambing (3 tusuk) 353 Kalori
Tenggiri Bakar + Terasi 129 Kalori
Ayam Goreng Texas 100 gr 338 kalori
Satu potong fried chicken: 118 kalori
Sate ayam 10 tusuk: 365 kalori
Buah-buahan:
Pisang buah 109 kalori
Tomat 1 buah 80 kalori
Longan 2 butir 75 kalori
Leci 5 butir 67 kalori

Anggur 12 butir 60 kalori


Apel 2/3 butir 55 kalori
Kiwi 1 buah 54 kalori
Semangka 1 potong 33 kalori
Pepaya 1/6 buah 30 kalori
Melon 3/10 buah 18 kalori
Plum 2/3 buah 44 kalori .
Satu biji apel: 81 kalori
5 biji kurma: 155 kalori
Duren 6 biji: 357 kalori
Jambu satu biji: 45 kalori
Mangga satu biji: 134 kalori
Jeruk satu biji: 61 kalori
Pepaya 152 gram: 59 kalori
Belimbing satu biji: 30 kalori

B. Karbohidrat Sebagai Salah Satu Pembentuk Energi


Energy yang terbentuk dalam tubuh yang didapat dari energy potensial, tersimpan dalam
berbagai bahan makanan berupa energy kimiawi yang dilepaskan setelah makanan tersebut
mengalami proses metabolism dalam tubuh. Karbohidrat, protein, dan lemak merupakan bahan
pembentuk energy dimana terbentuknya energy ini akan memaksimalkan gerakan-gerakan
internal dan eksternal tubuh.
Di dalam sistem pencernaan dan juga usus halus, semua jenis karbohidrat yang
dikonsumsi akan terkonversi menjadi glukosa untuk kemudian diabsorpsi oleh aliran darah
dan ditempatkan ke berbagai organ dan jaringan tubuh. Molekul glukosa hasil konversi
berbaga I macam j e n i s karbohidrat inilah yang kemudian akan berfungsi sebagai dasar bagi
pembentukan energi di dalam tubuh. melalui berbagai tahapan dalam proses metabolisme,
sel-sel yang terdapat di dalam tubuh dapat mengoksidasi glukosa menjadi CO dan H 2O
dimana proses ini juga akan disertai dengan produksi energi. Proses metabolism glukosa yang
terjadi di dalam tubuh ini akan memberikan kontribusi hampir lebih dari 50% bagi
ketersediaan energi. Di dalam tubuh, karbohidrat yang telah terkonversi menjadi glukosa
tidak hanya akan berfungsi sebagai sumber energi utama (rawan, 2007).
Karbohidrat banyak terkandung dalam berbagai bahan makanan yang dikonsumsi,
terutama bahan pangan yang banyak mengandung zat tepung/pati dan gula. Dapat dijelaskan
bahwa pada bahan pangan yang dikonsumsi rakyat Indonesia kandungan karbohidratnya cukup
tinggi yaitu sekitar 70% - 80%, terutama pada serealia (padi-padian) dan umbi-umbian. Selain itu
terdapat pula pada bahan-bahan pangan lainnya. Untuk menentukan nilai energy, factor
karbohidrat pada makanan haruslah menunjukkan angka kalori per gramnya, sebagai berikut:

Bahan makanan
Jagung

Energi
4,03 Kal/g

Gandum
Beras setengah giling
Beras pecah kulit
Beras giling
Sorghum, cantel
Pati
Sereal lainnya
Kacang muda (belum dikupas)
Jamur
Kentang, akar berumbi/berpati lainnya

4,12 Kal/g
4,16 Kal/g
4,12 kal/g
4,16 Kal/g
4,03 Kal/g
4,12 Kal/g
4,12 Kal/g
4,07 Kal/g
1,24 Kal/g
4,03 Kal/g

Sayur mayur
Tomat
Kacang kedelai dan hasilnya
Legume biji-bijian dan kelapa
Telur
Susu dan hasilnya
Mentega
Margarine
Gula pasir sirop
Madu
Coklat
Cuka

3,57 Kal/g
3,60 Kal/g
1,68 Kal/g
4,07 Kal/g
3,68 kal/g
3,87 kal/g
3,87 Kal/g
3,87 kal/g
3,87 kal/g
3,68 Kal/g
1,33 Kal/g
2,45 Kal/g

Gambar 2. Sumber-sumber karbohidrat


Adapun konsumsi pangan yang representative menurut golongan pangan di Indonesia yaitu:
Bahan makanan
Energi
Padi-padian
69%
Umbi-umbian
10%
Kacang-kacangan, biji-bijian
berminyak
6%
Gula dan sirop
1%
Pangan hewani
5%
Lemak dan minyak
5%
Lain-lain bahan pangan
2%

Kebutuhan energy yang diperlukan bagi berbagai kegiatan tubuh (eksternal maupun
internal) umumnya dapat terpenuhi sekitar 50% jika bahan pangan sumber-sumber
karbohidrat tersebut dikonsumsi secara layak. Dimana kelebihan glukosa akan disimpan
sebagai glikogen di dalam otot dan hati. Glikogen otot merupakan salah satu sumber energi
tubuh saat sedang berolahraga sedangkan glikogen hati dapat berfungsi untuk membantu
menjaga ketersediaan glukosa di dalam sel darah dan sistem pusat syaraf. Sintesis glikogen dari
glukosa disebut glikogenesis. Simpanan glikogen terbatas sehingga kelebihan glukosa yang lain
diubah menjadi lemak (lipogenesis). Jika kadar glukosa darah turun, tubuh mengubah glikogen

kembali menjadi glukosa (glikogenolisis). Dengan menyeimbangkan metabolisme oksidatif, sintesis


glikogen, pemecahan glikogen, dan sintesis lemak, tubuh dapat mempertahankan kadar glukosa darah
dalam batas normal (Kuntarti, 2006).

C. Protein Sebagai Salah Satu Pembentuk Energi


Protein, disamping karbohidrat dan lemak merupakan bahan-bahan pembentuk energy
yang diperoleh dari berbagai bahan makanan nabati dan hewani. Kata protein berasal dari bahasa
latin yang dapat diartikan sebagai bahan keperluan hidup yang menduduki tempat utama.
Menurut pakar kimia belanda, Mulder, protein merupakan bahan penyusun tubuh yang
mengandung nitrogen dengan unit dasarnya yaitu asam amino (karena itulah asam amino
dikelompokkan sebagai satuan pembangun protein). Asam amino dalam tubuh terutama
digunakan untuk sintesis protein. Tetapi, jika asupan glukosa rendah, asam amino dapat diubah
menjadi glukosa melalui jalur yang disebut glukoneogenesis yaitu pembentukan glukosa baru
dari prekursor nonkarbohidrat.
Protein terbentuk dari unsur-unsur organic yang relative sama dengan karbohidrat dan
lemak, yaitu sama-sama terbentuk dari unsure-unsur karbon, hydrogen, dan oksigen, tetapi pada
protein unsure-unsur ini ditambah lagi dengan unsure N (nitrogen) dan ditemukan pula unsure
mineral (fosfor, belerang, besi). Molekul protein tersusun dari asam-asam amino, 12-18 macam
asam amino yang saling berhubungan dalam suatu ikatan peptide. Unit-unit tersebut selanjutnya
diserap oleh aliran darah ke seluruh tubuh, dan sel-sel jaringan mengambilnya untuk digunakan
sebagai pembangun dan pemeliharaan kesehatan jaringan. Protein merupakan zat pembentuk
tubuh yang penting disamping air, mineral, karbohidrat, dan berbagai vitamin yang terdapat di
seluruh tubuh pada otot, kulit, rambut, jantung, paru-paru, otak, dan organ tubuh lainnya.
Protein sebagai pembentuk energy, angka energy yang ditunjukkan akan tergantung dari
macam dan jumlah bahan makanan nabati dan hewani yang dikonsumsi manusia setiap
harinya.Proporsi protein sebagai sumber energi dalam diet yang dianjurkan adalah sebesar
15%. Sebagai patokan untuk menentukan nilai energy yang diberikan oleh protein dalam tubuh
manusia,dapat dilihat dari angka-angka protein tiap-tiap bahan makanan berikut ini:
Bahan makanan
Energi
Jagung
2,73 Kal/g
Gandum
4,05 Kal/g
Beras setengan giling
3,73 Kal/g
Beras pecah kulit
3,41 Kal/g
Beras giling
3,82 Kal/g
Sorghum (cantel)
0,91 Kal/g
Pati/tepung
3,87 Kal/g
Sereal (padi-padian) lainnya
3,87 Kal/g
Kacang-kacangan muda, belum
dikupas
3,47 Kal/g
Jamur
2,43 Kal/g
Kentang, umbi-umbian lainnya 2,47 kal/g
Sayuran
3,44 Kal/g
Tomat
3,36 Kal/g

Kedelai dan hasil olahannya


Legume: biji-bijian
Daging, ikan
Telur
Susu dan hasil olahannya
Mentega
Margarin
Madu
Coklat

3,47 kal/g
3,47 Kal/g
4,27 kal/g
4,36 kal/g
4,27 Kal/g
4,27 Kal/g
4,27 Kal/g
3,36 Kal/g
1,83 Kal/g

Gambar 3. Sumber-sumber Protein


Perbedaan protein dengan karbohidrat dan lemak adalah, bahwa protein tidak dapat
disimpan, melainkan hanya digunakan sebagai pengganti molekul protein sel/jaringan.
Disamping itu, protein tidak dapat langsung dimetabolisasi, tetapi harus diubah dulu menjadi
karbohidrat atau lemak. Dengan demikian protein tidak dapat diandalkan sebagai sumber
energi dalam keadaan mendadak.
Umumnya, protein akan berfungsi sebagai sumber energy apabila tersedianya karbohidrat
dan juga lemak di dalam tubuh tidak mencukupi kebutuhan energy yang diperlukan tubuh untuk
melakukan kegiatan internal maupun eksternal. Dalam keadaan tersedianya karbohidrattidak
mencukupi, maka untuk menyediakan energy, sejumlah karbon yang terkandung dalam protein
akan dimanfaatkan seperlunya untuk melangsungkan pembakaran, dan sejumlah protein lainnya
digunakan untuk memenuhi fungsi yang sebenarnya yaitu untuk pembentukan jaringan. Dalam
membantu terpenuhinya kebutuhan energy tadi ternyata menurut penelitian, protein untuk tiap
gramnya mensuplai 4 kalori. Dengan demikian, untuk mencukupi kekurangan energy 210 kalori
maka diperlukan sekitar 52,5 gram protein.

D. Lemak sebagai Bahan Pembentuk Energi


Tahap awal penggunaan lemak sebagai sumber energi adalah hidrolisis triasilgliserol oleh
lipase yang akan menghasilkan gliserol dan asam lemak. Triasilgliserol merupakan cadangan
energi yang sangat besar karena dalam bentuk tereduksi dan bentuk anhidrat. Oksidasi sempurna
asam lemak menghasilkan energi sebesar 9 kkal/g dibandingkan karbohidrat dan protein yang
menghasilkan energi sebesar 4 kkal/g. Ini disebabkan karena asam lemak jauh lebih tereduksi.
Lagi pula triasilgliserol sangat non polar sehingga tersimpan dalam keadaan anhidrat, sedangkan
protein dan karbohidrat jauh lebih polar, sehingga bersifat terhidratasi. Satu gram glikogen kering
akan mengikat sekitar dua gram air maka satu gram lemak anhidrat menyimpan energi enam kali
lebih banyak dari pada energi yang dapat disimpan oleh satu gram glikogen yang terhidratasi . Ini
menyebabkan bahwa triasilgliserol dijadikan simapanan energi yang lebih utama disbanding
glikogen.Sel adipose dikhususkan untuk sintesis dan penyimpanan triasilgliserol serta untuk
mobilisasi triasilgliserol menjadi molekul bahan bakar yang akan dipindahkan ke jaringan lain
oleh darah (Rusdiana, 2004).

Proporsi lemak dalam diet dianjurkan sebanyak 30% dari total kalori, berasal
darisaturated fat 10%, monosaturated fat 10%, dan dari polisaturated fat 10%. Untuk
menentukan angka energy dari tiap bahan makan yang dikonsumsi dapat dilihat dari data dibawah
ini:
Bahan makanan
Energi
Jagung
8,37 Kal/g
Gandum
8,37 Kal/g
Beras setengah giling
8,37 Kal/g
Beras pecah kulit
8,37 Kal/g
Beras giling
8,37 Kal/g
Sorghum (cantel)
8,37 Kal/g
Pati/tepung
8,37 Kal/g
Sereal (padi-padian) lainnya
8,37 Kal/g
Kacang muda belum dikupas
8,37 Kal/g
Jamur
8,37 Kal/g
Kentang, umbi-umbian
8,37 Kal/g
Sayuran
8,37 Kal/g
Tomat
8,37 Kal/g
Kacang kedelai dan produknya
8,37 Kal/g
Legume penghasil biji-bijian,
8,37 Kal/g
minyak
Daging, ikan
9,02 Kkal/g
Telur
9,02 Kkal/g
Susu dan produknya
8,79 Kkal/g
Mentega
8,79 Kkal/g
Lemak dan hewan lain
9,02 Kkal/g
Margarine, minyak, dan lemak
8,84 Kkal/g
nabati
Coklat
8,37 Kkal/g

Gambar 4. Makanan yang Banyak Mengandung Lemak


Baik asam lemak nabati maupun asam lemak hewani merupakan asam lemak yang membantu
proses pertumbuhan, pembentukan struktur tubuh, juga sangat menunjang penyediaan energy jika

energy yang dihasilkan karbohidrat ternyata kurang mencukupi (Kartasapoetra, 2008). Proporsi lemak
dalam diet dianjurkan sebanyak 30% dari total kalori, berasal darisaturated fat 10%, monosaturated
fat 10%, dan dari polisaturated fat 10%.

E. Kalorimeter Respirasi
Hubungan antara energy yang dihasilkan dengan jumlah oksigen yang dikonsumsi
seseorang dapat ditentukan dengan menggunakan alat calorimeter respirasi (Atwater-Benedict
respiration calorimeter).
Alat tersebut terdiri dari ruangan yang kedap udara, dibuat dari logam tembaga yang
diinsulasi dengan dinding kayu dengan pemisah berupa udara. Didalamnya disediakan tempat
tidur, meja, dan kursi. Seseorang dapat berdiam diruangan tersebut selama beberapa hari dan
mengerjakan pekerjaan ringan seperti membaca, menulis, dan sebagainya. Suatu jendela
disediakan untuk tempat memasukkan makanan dan minuman serta mengeluarkan ekskreta.

Gambar 5. Alat Atwatter-Benedict Respiration Calorimeter


Ruangan diberi ventilasi dengan oksigen yang bergerak, sedangkan CO 2 dan air yang
dihasilkan akan diisap ke dalam tabung yang berisi asam sulfat dan NaOH. Oksigen yang digunakan
oleh subyek diganti dengan oksigen yang berasal dari tabung, sehingga jumlahnya diketahui. Dengan
cara ini jumlah oksigen yang dikeluarkan dari tabung dapat dihitung.
Panas yang dihasilkan subyek dihitung berdasarkan jumlah air yang mengalir serta perbedaan
suhunya. Sehingga jumlah panas yang dihasilkan dapat dihitung (seperti halnya menghitung dengan
menggunakan bomb calorimeter). Dengan kedua data ini, dapat ditentukan antara hubungan oksigen
yang dikonsumsi dengan panas yang dihasilkan. Sebagai contoh: subyek laki-laki dengan berat 65 kg.
jumlah panas yang dikeluarkan selama 24 jam sebanyak 2.400 Kkal, sedangkan jumlah oksigen yang
dikonsumsi selama 24 jam sebanyak 500 liter. Maka panas yang dikeluarkan adalah 2.400/500 = 4,8
Kkal per liter oksigen yang dikonsumsi.
Respiratory Quotient
Respiratory Quotient adalah perbandingan antara volume CO 2 yang dikeluarkan dengan
volume oksigen yang dikonsumsi oleh subyek.
RQ = Volume CO2 yang diproduksi/Volume O2 yang dikonsumsi
Bila karbohidrat saja yang dioksidasi dalam tubuh, maka RQ = 1, bila lemak saja yang dioksidasi
maka RQ = 0,7 sedangkan bila protein saja yang dioksidasi maka RQ = 0,82. Nilai RQ yang
diperhitungkan dalam penentuan metabolism basal (post absorptive, yaitu kira-kira 12 jam setelah
makan) adalah sekitar 0,82. Pada kondisi ini, tubuh memperoleh energy yang berasal dari oksidasi
karbohidrat (50%), lemak (40%), dan protein (10%).
Setelah mengkonsumsi makanan yang kira-kira mengandung 10% protein, 20% lemak, dan
70% karbohidrat, nilai RQ adalah sekitar 0,82. Pada penderita diabetes mellitus nilai RQ lebih rendah

yaitu sekitar 0,07 karena lebih banyak lemak yang dikosidasi dalam tubuhnya. Data tentang
karbohidrat dan lemak yang dioksidasi per liter oksigen dan nilai RQ non-protein serta jumlah kalori
yang diproduksi dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. RQ non-protein, jumlah karbohidrat dan lemak yang dioksidasi serta jumlah kalori yang
diproduksi, per liter oksigen yang dikonsumsi

RQ non-protein
1,00
0,95
0,90
0,85
0,80
0,75
0,70

Karbohidrat (g)
1,232
1,010
0,793
0,580
0,375
0,178
0

Lemak (g)
0
0,091
0,180
0,167
0,350
0,443
0,502

Kalori (Kkal)
5,047
4,995
4,924
4,862
4,801
4,739
4,686

Sumber: Swaminathan (1974)


Jumlah Energi yang Dioksidasi
Dari data jumlah nitrogen yang diekskresikan dalam urin serta jumlah C) 2 yang diproduksi dan
jumlah O2 yang dikonsumsi dalam 24 jam, memungkinkan untuk menghitung jumlah protein, lemak,
dan karbohidrat yang dioksidasi dalam tubuh. Contoh dibawah ini memberikan gambaran tentang
perhitungan contoh tersebut.
Misalkan seorang dewasa mengekskresikan 8 gram nitrogen (ekivalen dengan 50g protein)
dalam urin dan menggunakan 400 liter oksigen serta mengeluarkan 320 liter CO 2 dalam 24 jam.
Diketahui bahwa untuk menghasilkan 1 gram N urin, sebanyak 6,25 gram protein harus dioksidasi,
dan ini memerlukan 5,92 liter ) O2 serta memproduksi 4,754 liter CO2. Sehingga untuk 8 gram N urin
tersebut di atas, diperlukan 47,4 liter ) O2 dan memproduksi 38,0 liter CO2. Oleh karena itu, O2 yang
dikonsumsi untuk mengoksidasi hanya karbohidrat dan lemak saja adalah 400 47,4 liter = 352,6
liter; sedangkan CO2 yang diproduksi adalah 320 38 liter = 282,0 liter. Sehingga RQ non-protein =
282,0/352,6 = 0,80.
Dari table 2 di atas, dapat dilihat bahwa untuk RQ non protein = 0,80, setiap liter oksigen yang
dikonsumsi akan mengoksidasi 0,375 g karbohidrat dan 0,350 gram lemak. Karena itu, untuk 352,6
liter oksigen yang digunakan akan dioksidasi sebanyak 352,8 x 0,375 gram karbohidrat dan 352,6 x
0,350 = 123,4 gram lemak. Jadi dalam periode 24 jam tersebut jumlah zat gizi yang dioksidasi di
dalam tubuh subyek adalah; protein 50 gram, lemak 123,4 gram, dan karbohidrat 132,2 gram.
Spesifik Dynamic Action (SDA) Makanan
Suatu penelitian yang dilaksanakan oleh seorang ahli gizi, Rubner, dilakukan untuk
menentukan nilai SDA makanan, dengan menggunakan anjing sebagai hewan percobaan. Anjing
tersebut ditempatkan dalam suatu kandang khusus yang didesain seperi respiration calorimeter.
Rubner mengobservasi bahwa karbohidrat, lemak, maupun protein yang diberikan pada anjing yang
dipuasakan, menghasilkan energy metabolisme yang lebih besar dari energy basal. Dia menemukan
bahwa pada anjing puasa yang memerlukan 400 Kkal, pemberian 100 gram karbohidrat menghasilkan

425 Kkal, pemberian 44,4 gram lemak menghasilkan 416 Kkal dan pemberian 100 gram protein
menghasilkan 520 Kkal energy (panas).
Tabel 3. Energi yang Diproduksi Anjing yang Dipuasakan dan yang Diberi Ransum Karbohidrat,
Protein, dan Lemak (Specific Dinamyc Action Makanan)

Ransum
Puasa
+100g
karbohidrat
+44,4 g lemak
+100g protein
(kasein)
+62,5g
karbohidrat,
10g lemak,
10g protein

Nilai energy
Pakan (Kkal)

Tambahan
Energi (Kkal)

SDA Pakan
(%)

400

Energi yang
Diproduksi
(Kkal)
400
425

25

6,2

400
400

416
520

16
120

4,0
30,0

400

432

32

8,0

Sumber: Swaminathan (1974)


Energy tambahan yang diproduksi diperoleh dari hasil oksidasi komponen jaringan tubuh
anjing, sehingga hewan percobaan tersebut berasa dalam keadaan keseimbangan energy yang
negative. Pengaruh stimulasi karbohidrat, lemak, dan protein terhadap energy metabolism tersebut
disebut spesifik dynamic action (SDA) makanan atau thermic effect of food.
Dari table 3. Di atas dapat dilihat bahwa protein mempunyainilai SDA yang tertinggi (30
persen), sedangkan karbohidrat dan lemak masing-masing memberikan nilai SDA sekitar 6 dan 4
persen. Ransum yang mengandung campuran karbohidrat, lemak, dan protein memberikan nilai SDA
8 persen.
Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui mengapa protein mempunyai
SDA setinggi itu. Menurut Krebs, dua factor utama bertanggungjawab terhadap tingginya SDA
protein, yaitu: (a). Energy yang diperlukan untuk reaksi deaminasi asam amino yang diperoleh dari
hasil oksidasi metabolit lain, dan (b). Energi yang diperlukan untuk sintesis urea (metabolism protein)
juga diperoleh dari hasil oksidasi metabolit yang terdapat dalam jaringan (Muchtadi, 2009).

Sources :

Dewi. 2009. Daftar Kandungan Kalori. http://www.dewi.co.id/index.php?option


=com_content&view=article&id=10&Itemid=12 [10 0kt0ber 2010]
Guthrie, H. A. 1986. Introductory Nutrition and Diet. Marcel Dekker, Inc.:
New York
Irawan, Anwari. 2007. Karbohidrat. Sports Science Brief: 01(03): 1.
Kartasapoetra, G. dan Marsetyo. 2008. ILMU GIZI (Korelasi Gizi dan Produksi
Kerja). Jakarta: Rineka Cipta.

Kuntarti. 2006. Metabolisme. http://staff.ui.ac.id/internal/139903001/


material/metabolisme.ppt [13 Oktober 2010]
Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung: Alfabeta.
Muhilal dan Sulaeman A. 2004. Angka Kecukupan Vitamin Larut Lemak.
Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Ketahanan Pangan dan
Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta 17 19 Mei 2004.
Rusdiana. 2004. Metabolisme Asam Lemak. http://library.usu.ac.id/download/fk/
biokimia-rusdiana.pdf [14 oktober 2010]
Swaminathan, M., 1974. Essential of Food and Nitrition. Vol 1. Fundamental
Aspects. Ganesh & Co.: Madras.
Diposkan oleh Dwi Arif Sulistiono di 10.38

Anda mungkin juga menyukai