LAPORAN PRAKTIKUM PHPH Cend Entomopatogen Bagian Hama
LAPORAN PRAKTIKUM PHPH Cend Entomopatogen Bagian Hama
Disusun oleh:
Dosen Praktikum
Ir. Ruly Anwar, M.Si
Dr. Ir. Pudjianto, MS
Asisten Praktikum
Imam Khoiri
(A34080034)
Busyairi
(A34080083)
Sagita Phinanthie
(A34080090)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cendawan patogen serangga (entomopatogen) adalah organisme heterotrof
yang hidup sebagai parasit pada serangga. Cendawan entomopatogen merupakan
salah satu jenis bioinsektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama
tanaman.
Cendawan
entomopatogen
termasuk
dalam
enam
kelompok
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui morfologi konidia cendawan
patogen serangga (entomopathogen).
BAB II
BAHAN DAN METODE
2.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu cover glass,
kaca preparat, mikroskop cahaya, air, pipet, spesimen cendawan Metharizium sp,
Verticillium sp., spesimen cendawan X dan spesimen awetan kutu putih pada
pepaya dan Thips.
2.2 Metode Pelaksanaan
Praktikum kali ini hanya melakukan pengamatan pada konidia cendawan
secara mikroskopis. Spesimen cendawan yang sudah disiapkan diambil sedikit
spesimennya dan ditaruh pada kaca preparat yang sudah diberi tetesan air, kemudian
ditutup dengan cover glass. Setelah itu lakukan pengamatan dibawah mikroskop.
Pada spesimen awetan pada kutu putih pada pepaya dan pada Thrips dilakukan
pengamatan dibawah mikroskop cahaya lalu difoto konidia primer, konidia sekunder,
hypal body dan cendawan saprofit sebagai hasil dari pengamatan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil pengamatan
Gambar
Keterangan Gambar
Konidia primer thrips
Metarhizium anisopliae
Vercillium sp.
Cendawan X
uk/newsletters08/apisuk1008/imgF.jpgsp.
http://www.mycology.adelaide.edu.
au/images/verticillium.gif
menggunakan agensia hayati yang berupa entomopatogen yang bersifat patogen hanya pada
serangga sasaran. Entomopatogent ersebut adalah jamur entomopatogen. Jamur ini dapat
menyebabkan penyakit bilaterinfeksi pada serangga, sehingga dapat menurunkan populasi serangga
hama dalamsuatu areal pertanian (Gopalakrishnan, 2001).
Sekitar 700 spesies jamur entomopatogen dari kelas deuteuromycetes diketahuimenunjukkan
patogenisitas yang tinggi terhadap serangga hama. Beberapa genera jamur. Entomopatogen yang telah
digunakan sebagai pengendali populasi serangga hama antaralain Metarhizium, Beauveria,
Aspergillus dan Verticillium (Ihara, e t a l ., 2003).
Metarhizium adalah genus dari jamur entomopatogen dalam family
Clavicipitaceae. Dengan munculnya profil genetik, kini menjadi mungkin untuk
menempatkan jamur di taksa yang tepat. Sebagian besar berubah menjadi bentuk
aseksual
(anamorphs)
dari
jamur
divisi
Plectosphaerellaceae
dalam
filum
Ascomycota ,
keluarga. Genus
dan
Ascomycota
merupakan
digunakan
untuk
hemocoel dengan menyerap cairan hemolimpf. Selain itu infeksi jamur ini menghasilkan enzim
dekstruksin yang bersifat toksik dan menimbulkan kerusakan pada jaringan serangga.
Pada saat kondisi yang tidak menguntungkan, cendawan membentuk resting
spores, dengan membentuk suatu dinding yang tebal agar dapat membuatnya survive
di alam yang tidak menguntungkan, dan dapat membentuk spora infektif sebagai
konidia primer (berumur pendek). Karena konidia primer harus dikeluarkan dari
tubuh serangga inang, sering kali serangga inang yang terinfeksi oleh entomopatogen
nampak seperti dikeliligi oleh konidia cendawan. Namun jika konidia yang
dikeluarkan tidak menginfeksi inang yang peka, maka akan terbentuk konidia
sekunder. Ukuran konidia primer biasanya lebih besar daripada konidia sekunder.
Bila cendawan ini membentuk resting spore, serangga inang yang mati akan nampak
bcrwarna hitam, dan apabila membentuk konidia primer maka akan nampak berwarna
lebih terang.
Spesimen cendawan X belum dapat teridentifikasi oleh kelompok kami,
karena keterbatasan pengetahuan dan literatur. Selain itu, pada preparat cendawan
X hanya ditemukan struktur sporanya, tidak ditemukan struktur sporangium dan
konidiofor sehingga kita tidak dapat mengidentifikasinya.
BAB IV
KESIMPULAN
Pada saat yang tidak menguntungkan cendawan akan membentuk konidia
primer sebagai spora infektif. Konidia pimer harus dikeluarkan dan menginfeksi
serangga inang. Sedangkan jika konidia yang dikeluarkan tidak mengenai inang yang
peka, akan terbentuk konidia sekunder yang memiliki ukuran lebih kecil dari konidia
primer. Selain itu serangga yang terinfeksi cendawan entomopatogen akan
membentuk hyphal body.
DAFTAR PUSTAKA
Gopalakrishnan, C. 2001. Fungal Pathogens as Components in Integrated PestManagement of
Horticultural
Crops.
Integrated
Pest
Management
Ihara, F., M. Toyama and T. Sato. 2003. Pathogenicity of Metarhizium anisopliae to thechestnut
weevil larvae under laboratory and fieldconditions. AppliedEntomology
Zoology 38 (4): 461 465
[wikipedia].
2011.
Cendawan
Entomopatogen.
[Terhubung
Berkala].