Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berbicara mengenai anak tidak dapat dilepaskan dari tumbuh kembang anak.
Proses tumbuh kembang anak merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari
lahir sampai dewasa. Ini berarti bahwa tumbuh kembang anak merupakan sesuatu
tahapan proses yang harus dilalui oleh setiap anak. Anak yang sehat akan
menunjukkan tumbuh kembang yang optimal, sesuai dengan anak lain seusianya dan
sesuai dengan parameter baku perkembangan anak.
Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam aspek fisik akibat multiplikasi sel
dan bertambahnya jumlah zat interseluler.oleh karena itu, pertumbuhan dapat diukur
dalam sentimeter atau inch dan dalam kilogram atau pound. Pertumbuhan berkaitan
dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang. Adapun perkembangan
digunakan untuk menunjukan bertambahnya keterampilan dan fungsi yang kompleks.
Maturasi dan diferensiasi sering digunakan sebagai sinonim untuk perkembangan.
Sejak dahulu masalah perkembangan anak mendapat banyak perhatian. Berbagai
metode deteksi dini untuk mengetahui gangguan perkembangan anak telah dibuat.
Demikian pula dengan skrining untuk mengetahui penyakit-penyakit yang potensial
dapat mengakibatkan gangguan perkembanagn anak karena deteksi dini kelainan
perkembangan anak sangat berguna agar diagnosa maupun pemulihannya dapat
dilakukan lebih awal sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal
mungkin.
Pemeriksaan atau skrining perkembangan anak dapat menggunakan formulir
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dan Denver Developmental Screening
Test (DDST). Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Sedangkan Denver
Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah metode pengkajian yang
digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun.
Penting untuk dipahami bahwa dengan skrining dan mengetahui adanya masalah
pada perkembangan anak, tidak berarti bahwa diagnosa pasti dari kelainan tersebut
telah ditetapkan. Skrining hanyalah prosedur rutin dalam pemeriksaan tumbuh
kembang anak sehari-hari, yang dapat memeberikan petunjuk jika ada sesuatu yang
perlu mendapat perhatian. Sehingga masih diperlukan anamnese yang baik,

pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang lainnya agar diagnosa dapat
dibuat, supaya intervensi dan pengobatan dapat dilakukan sebaik-baiknya
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep tumbuh kembang?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak ?
3. Apa saja teori perkembangan?
4. Bagaimana cara pemeriksaan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
dan Denver II?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui konsep tumbuh kembang anak
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
3. Mengetahui teori perkembangan?
4. Mengetahui cara pemeriksaan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
dan Denver II?

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel atau organ yang bisa diukur. (Soetjiningsih, 2004)
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh
dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak)
sel-sel dan juga karena bertambah besarnya sel. (IDAI, 2002).
Dari pengertian yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
merupakan perubahan fisik yang dapat diukur karena adanya multiplikasi sel.
2. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses
pematangan. (Soetjiningsih, 2004).
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur / fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan
sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya
yang terorganisasi. (IDAI, 2002).
Perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari
tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses
maturasi dan pembelajaran terhadap perkembangan emosi, social dan intelektual anak.
(Whaley, & Wong, 2000).
Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan yang terjadi secara bertahap
dalam struktur dan fungsi tubuh dari tingkat paling rendah ke yang lebih kompleks
sebagai proses maturasi.
2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG
1. Faktor Genetik
Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitifitas
jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang,

termasuk faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin dan suku bangsa.
2. Faktor Lingkungan
a. Faktor lingkungan pada waktu masih di dalam kandungan (faktor prenatal)
Gizi ibu waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi,
infeksi, stress, imunitas dan anoksia embrio.
b. Faktor lingkungan setelah lahir ( Faktor post natal )

Lingkungan biologis, meliputi Ras, Jenis kelamin, Umur, Gizi, Perawatan


kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi metabolisme dan hormon.

Faktor fisik yaitu cuaca, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi.

Faktor Psikososial yaitu stimulasi, motivasi belajar, ganjaran / hukuman


yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah.

Faktor keluarga dan adat istiadat.

2.3 TEORI PERKEMBANGAN


1. Sigmeun Freud ( Perkembangan Psychosexual )
a. Fase Oral (0 1 tahun)
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam mulutnya, anak mendapat
kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas mengisap
jari dan tangannya atau benda benda sekitarnya.
b. Fase Anal (2 3 tahun)
Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus saat
BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung jawab.
c. Fase Urogenital atau faliks (usia 3 4 tahun)
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh
sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan anak laki laki pada ibunya
menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut oedipus
compleks.

d. Fase Latent (4 5 tahun sampai masa pubertas )


Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik dan
kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak nak mencari
teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role model) sesuai jenis
kelaminnya dari orang dewasa.
e. Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah mulai matang, heteroseksual dan mulai menjalin
hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.

2. Piaget (Perkembangan Kognitif)


Meliputi kemampuan intelegensi, kemampuan berpersepsi dan kemampuan
mengakses informasi, berfikir logika, memecahkan masalah kompleks menjadi simple
dan memahami ide yang abstrak menjadi konkrit, bagaimana menimbulkan prestasi
dengan kemampuan yang dimiliki anak.
a. Tahap sensori motor ( 0 2 tahun)
Perilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mental yang
bersifat simbolis (berpikir). Sekitar usia 18 24 bulan anak mulai bisa
melakukan operations, awal kemampuan berfikir.
b. Tahap pra operasional ( 2 7 tahun)

Tahap pra konseptual (2 4 tahun) anak melihat dunia hanya dalam


hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris. Pola berfikir ada dua yaitu
: transduktif ; anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu peristiwa
tertentu ( ayam bertelur jadi semua binatang bertelur ) atau karena ciri-ciri
objek tertentu ( truk dan mobil sama karena punya roda empat ). Pola
penalaran sinkretik terjadi bila anak mulai selalu mengubah-ubah kriteria
klasifikasinya. Misal mula-mula ia mengelompokkan truk, sedan dan bus

sendiri-sendiri, tapi kemudian mengelompokan mereka berdasarkan


warnanya, lalu berdasarkan besar-kecilnya, dst.

Tahap intuitif ( 4 7 tahun)


Pola pikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada bagian
bagian terentu dari objek dan semata-mata didasarkan atas penampakan
objek.

c. Tahap operasional konkrit ( 7 12 tahun)


Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang diubah
bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi maka volumenya
tetap.
Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek menurut
berbagai macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk, dst.
d. Tahap operasional formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek
objek yang ia pikirkan. Pola pikir menjadi lebih fleksibel melihat persoalan
dari berbagai sudut yang berbeda.

3. Erikson ( Perkembangan Psikososial )


Proses

perkembangan

psikososial

tergantung

pada

bagaimana

individu

menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting adalah
bagaimana memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik yang baik itu
berlawanan atau tidak dengan tugas perkembangannya.
Perkembangan Psikososial :
a. Trust vs. Misstrust ( 0 1 tahun)

Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik


basic trust dan misstrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak
akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu sangat
berperan penting.
b. Autonomy vs shame and doubt ( 2 3 tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi
peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian, pengakuan,
perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap
dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak dan berfikir
ragu ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan anak.
c. Initiatif vs Guilty (3 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan
mandiri, anak akan mengembangkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan
bebas untuk melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap sebelumnya
yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia akan selalu merasa
bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri.
d. Industry vs inferiority (6 11 tahun)
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan
peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa ini
adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih banyak
menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya,
anak akan rendah diri.
e. Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan harapan kelompoknya dan
dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai berpikir
bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya serta
perannya, jika ia berhasil melewati tahap ini maka ia tidak akan bingung
menghadapi perannya.

f. Intimacy vs Isolation ( dewasa awal )


Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina
hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang
yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau
tersaing.
g. Generativy vs self absorbtion ( dewasa tengah )
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya,
pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa lalu
menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya
generasi mendatang tetapi bila tahap-tahap silam, ia memperoleh banyak
pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan
persoalannya sendiri.
h. Ego integrity vs Despair ( dewasa lanjut )
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan
prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbbulkan perasaan
puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan
yang mendalam.

4. Kohlberg (Perkembangan Moral)


a. Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan
hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan atas
akibat sikap yang ditimbulkan oleh perilaku. Dalam tahap selanjutnya anak
mulai menyesuaikan diri dengan harapan-harapan lingkungan untuk
memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
b. Konvensional

Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau


ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis.
c. Purna Konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri.
Prinsip pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala
aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa
hormatnya terhadap orang lain.

5. Hurolck (Perkembangan Emosi)


Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan
umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi heran, malu,
gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat tergantung dari seberapa
jauh individu dapat mengerti rangsangan yang diterimanya. Otak yang matang
dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar terhadap
perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi dipengaruhi oleh harapan
orang tua dan lingkungan

BAB III
PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
3.1 KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)
Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
Cara Menggunakan KPSP :
Kuesioner KPSP dapat digunakan pada bayi dan anak pada usia:
3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan.
Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih
kecil dari usia anak.
Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan.
Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah KPSP 9 bulan.
Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan

Bila

umur

anak

lebih

dari

16

hari

dibulatkan

menjadi

bulan

Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3
bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.

Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :


Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh : dapatkah

bayi makan kue sendiri?


Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan

tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh : pada posisi bayi anda terlentang,
tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi
duduk

Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas atau
ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.

Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu.

Setiap pertanyaan hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK.

Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.

Interpretasi Hasil KPSP

Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)

Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)

Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan


perkembangan (S)

Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).

Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.

Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)

Orangtua/pengasuh anak sudah mengasuh anak dengan baik.

Pola asuh anak selanjutnya terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi
sesuaikan dengan umur dan kesiapan anak.

Keterlibatan orangtua sangat baik dalam tiap kesempatan stimulasi. Tidak usah
mengambil momen khusus. Laksanakan stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari
yang terarah.

Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.

Untuk Anak dengan Perkembangan MERAGUKAN (M)

Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa yang


diberikan lebih sering .

Lakukan stimulasi intensif selama 2 minggu untuk mengejar ketertinggalan


anak.

Bila anak sakit lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak.


Tanyakan

adakah

penyakit

pada

anak

tersebut

yang

menghambat

perkembangannya.

Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu menggunakan daftar KPSP yang sama
pada saat anak pertama dinilai.

Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang pertama sudah bisa
semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP yang sesuai umur anak.
Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8 YA.

Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan dulu

KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan
KPSP 9 bulan.

Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi.

Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban
YA. Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan
fasilitas klinik tumbuh kembang.

3.2 Denver II
1. Pengertian
Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development
Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDSTR). DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak.
Waktu yang dibutuhkan antara 15 20 menit.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari DDST II antara lain sebagai berikut:
a. Mendeteksi dini perekembangan anak.
b. Menilai dan memantau perkembangan anak sesua usia (0 6 tahun)
c. Salah satu antisipasi bagi orang tua
d. Identifikasi perhatian orang tua dan anak tentang perkembangan
e. Mengajarkan perilaku yang tepat sesuai usia anak
3. Aspek Perkembangan yang dinilai
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai antara lain sebagai berikut :
a. Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
c. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
d. Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh

4. Pelaksanaan DDST II
Tahap Pengkajian
a. Kaji pengetahuan keluarga/anak mengenai DDST II
b. Kaji pengetahuan tentang tumbang normal dan riwayat soial
c. Tentukan/ kaji ulang usia kronologis anak
5. Tanda Item Penilaian
a. O = F (Fail/gagal)
Bila anak tidak mampu melakukan uji coba dengan baik, ibu/pengasuh
memberi laporan anak tidak dapat melakukan tugas dengan baik.
b. M = R (Refusal/menolak)
Anak menolak untuk uji coba.
c. V = P (Pass/lewat)
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik, ibu/pengasuh memberi
laporan tepat/dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukan dengan baik.
d. No = No Opportunity
Anak tidak punya kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan,
uji coba yang dilakukan orang tua.
6. Cara pemerikasaan DDST II
a. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan
diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu
tahun. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari, dibulatkan ke bawah,
jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas
b. Buat garis lurus dari atas sampai bawah berdasarkan umur kronologis yang
memotong garis horisontal tugas perkembangan pada formulir
c. Uji semua item dengan cara :

Pertama pada tiap sektor, uji 3 item yang berada di sebelah kiri garis umur
tanpa menyentuh batas usia

Kedua uji item yang berpotongan pada garis usia

Ketiga item sebelah kanan tanpa menyentuh garis usia sampai anak gagal

d. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa
yang

F. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal,

Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.


Abnormal

Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan


Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tersebut tidak ada

yang lulus pada kotak yang berpotongan

dengan garis vertikal usia.

Meragukan
-

Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih

Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada


sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.

Tidak dapat dites


Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal
atau meragukan.
Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
7. Interpretasi dari Nilai Denver II
a. Advanced
Bila anak mampu melaksanakan tugas pada item disebelah kanan garis
umur, lulus kurang dari 25% anak yang lebih tua dari usia tersebut.
b. Normal
Bila anak gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan garis umur,
lulus/gagal/menolak pada item antara 25-75% (warna putih).
c. Caution
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/menolak pada item antara 75100% (warna hijau).
d. Delay
Gagal/menolak item yang ada disebelah kiri dari garis umur.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Azis Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
IDAI. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto
Whaley, & Wong. 2000. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 2. Jakarta : EGC.

An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5
Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1
April 2008. Hitung usia kronologis An. Lula!
Diketahui:
Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006
Tanggal periksa : 1-4-2008
Prematur : 32 minggu
Ditanyakan:
Berapa usia kronologis An. Lula?
Jawab:
2008 4 1 An. Lula prematur 32 minggu
2006 8 5 Aterm = 37 minggu
_________ Maka 37 32 = 5 minggu
1 7 -26
Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26
hari atau
1 tahun 8 bulan atau 20 bulan
Usia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35
hari, sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah:
1 tahun 7 bulan 26 hari 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari
Atau
1 tahun 7 bulan atau 19 bulan
Interpretasi tes
Normal
Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan
Suspect
Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan
Untestable
Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia
atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada
area 75% sampai 90%
Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable:
Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor
temporer

Anda mungkin juga menyukai