Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
public figure jadi harus terima resiko kalau nanti mengaku dan banyak
yang menghujat itu tantangan bagi kita. Memilih untuk bertahan atau
melepaskan. jelas Fina
Camfina Teguh, bijak sekali. Tunggu aku pulang ke Indonesia dan
mengjelaskan pada semuanya, pasti kita bisa bertahan untuk
selamanya.
Amin... Fina mengaminkan doa Taro. Kemudian sambungan telefon
ditutup.
Penyebab dari berita itu adalah Fina jadi sulit keluar rumah. Saat ini dia
sedang sibuk mengenakan hoodie dengan kacamata dan topi hitam untuk
menutupi bagian wajah. Diluar studio tempat Fina ada jadwal
pemotretan hari ini sudah berjubel wartawan. Pemandangan itu sedikit
membuat Fina meringis memikirkan nasibnya jika berada ditengahtengah wartawan nanti akan jadi seperti apa.
membuat Taro lupa dengan masalah yang sedang mereka hadapi namun
lama-kelamaan keduanya larut dalam candaan dan obrolan seperti biasa.
Hingga topik pembicaraan mereka menyerempet pada masalah fans dan
haters. Keduanya berusaha untuk meyakinkan apapun yang terjadi
mereka akan selalu bersama. Misal nantinya sang kontra lebh banyak
daripada pro.
Sekian dari kami. Maaf tidak menerima pertanyaan karena terhalang
waktu ucapan penutup dari Taro diingiringi senyum lebar.
Terima kasih semuanya. Sekali lagi mohon maaf untuk semuanya sudah
membuat kalian terkejut dengan berita ini. Maaf karena tidak memberi
tahu kalian, lain kali aku akan lebih hati-hati permintaan maaf itu
diutarakan Fina untuk mereka semuanya yang kecewa atau senang
dengan berita mereka yang cukup mengejutkan ini.
Setelah acara konferensi pers mereka selesai. Keduanya langsung
menuju apartemen masing-masing untuk beristirahat menjernihkan
pikiran karena kejadian yang mengagetkan ini. Sebenarnya ada perasaan
tidak rela secret dating mereka terbongkah, tapi nasi sudah menjadi
bubur jadinya dengan terpaksa harus di ikhlaskan Sejujurnya mereka
berdua mengutuk habis-habisan pada situs berita online yang
menyebarkan berita mereka pacaran. Lengkap dengan bukti foto mereka
berdua sedang makan berdua di salah satu restoran beberapa hari
sebelum Taro bertolak ke Filipina. Kemungkinan untuk menyangkal amat
sangat kecil jadi jalan satu-satunya hanya seperti ini. Go public dengan
resiko yang harus diterima.
Harapan mereka hanya satu semoga tidak terjadi terror saat mereka
sedang ada di sekolah. Itu saja.
Jagiya.
Halo? sapaan dari seberang sana dengan suara serak khas bagun tidur.
Bisa ketemu enggak hari ini? tanya Fina dengan tidak sabar.
Hening selama beberapa detik. Hingga kata persetujuan terlontar dari
seberang san, disetai penentuan jam dan tempat. Sambungan telepon
terputus.
Jam berbentuk doraemon di pojok kamar masih menunjukkan 07:30.
Udara juga masih dingin karena cuaca mendung, Fina sudah terlihat rapi
dengan penyamarannnya untuk keluar bertemu Taro.
Begini malesnya gue kalau hubungan pacaran berganti kata jadi scandal.
Harus ribet Cuma mau ketemu sama pacar sendiri. gerutu Fina yang
sedang berusaha mengeluarkan motor sport miliknya dari garasi.
Loh? Artis masa naik motor sport? Alasannya karena Fina dan Taro
memang biasanya begitu fina naik motor sedangkan Taro naik mobil atau
sebaliknya, nanti mereka akan ketemuan ditempat yang kemanannya
super ketat untuk mengindari sorotan kamera yang mungkin saja sedang
mengintai mereka.
Sebenarnya dia ingin bertemu dengan Taro sepagi ini juga karena dia
takut kalau mimpi dia semalam, sebelum tahu kalau Taro juga mimpi
yang sama dengannya adalah ketakutan bahwa mimpi itu pertanda
hubungan mereka akan segera terbongkar.
Udah Fin, berfikir positif aja kamu enggak usah fikirin mimpi ini. Fokus
aja sama ujian nasional mu yang tinggal 3 hari lagi ucapan menenangkan
dari Taro mampu membuat Fina menyunggingkan senyum kecil.
Disaat ada masalah seperti ini pasti Fina akan super panik. Sangat
berbanding dengan umurnya yang lebih 2 tahun dari Taro. Camfina
punya siat kekanakan. Taro sangat suka dengan sifat Fina seperti anak
kecil dan ia cenderung akan memanjakan Fina.
Angin pantai yang kencang menggerakkan kuncir kuda Fina kesanakemari. Setelah berperang selama 3 hari dalam menggapai nilai yang dia
inginkan agar mudah masuk perguruan tinggi. Saat ini sudah bisa
bernapas lega, konsentrasinya sudah bisa dibagi dengan pekerjaannya di
dunia entertaiment lagi. Untuk pertama kali setelah satu bulan vakum
dari dunia keartisan, Fina menjalani pemotretan dengan Taro untuk
cover salah satu majalah.
Fina sangat senang dengan pemotretan ini karena lokasi yang dipakai
adalah tempat untuk liburan. Bali. Salah satu tujuan wisata ina setelah
selesai ujian nasional. Beruntungnya dia saat diberitahu yang walnya
pemotretan akan dilakukan di studio dipindah menjadi Pantai Kuta, Bali.
Waktu istirahat hingga nanti menunggu sunset muncul digunakan Taro
dan Fina untuk berjalan-jalan mengitari pantai. Jangan bayangkan
mereka akan bergandengan tangan, bermesraan dan hal-hal lainnya yang
biasanya dilakukan oleh pasangan kekasih pada umumnya. Mereka
berdua berjalan jauh-jauhan seakan saling tidak perduli satu sama lain.
Berharap publik melihat mereka berdua hanya profesionalitas
pemotretan saja disini.
Taro duduk di kursi paling pojok kiri dari tempat yang sudah disediakan
tim untuk beristirahat. Dia berdiam disitu, dari balik kacamata
hitamnya dia mengamati Fina sedang ber- selfie ria dengan ibundanya.
Kemudian matanya beralih mengamati pantai dengan orang-orang yang
belalu-lalang dari yang berkulit hitam hingga berkulit putih pucat.
Semuanya terpindai oleh matanya. Hingga otaknya kembali memutar
dimana saat pertama kali mereka bertemu. Taro dan Fina pertama kali
bertatap muka.
Saat itu Fina sedang syuting di Bandung untuk salah satu film barunya.
Taro datang ke lokasi syuting itu awalnya untuk bertemu lawan main
Fina. Tujuannya untuk memberi support pada lead male yaitu Cakra
Pradipta yang merupakan sahabatnya.
Karena saat itu Taro tidak seterkenal sekarang, hampir setiap hari dia
datang ke lokasi syuting dan juga mengirim food truck untuk tim dan
staff. Hingga saat dia sedang mengobrol dengan Cakra, datang Fina
memberitahu Cakra bahwa dia dicari sutradara. Cakra beranjak dari
duduknya dan berganti Fina dengan santianya duduk di kursi yang tadi
ditempati Cakra. Dari situlah awal mereka dekat, semakin lama semakin
nempel seperti perangko dan amplop. Sampai akhirnya mereka
memutuskan untuk pacaran.
Selama 2 tahun mereka pacaran, pada awal Taro masuk SMA dia
ditawari membintangi sebuah drama dengan lawan main yang belum
ditentukan, yang pasti cewek. Dia langsung mengiyakan, kemudian baru
setelah itu dapat kabar bahwa sang lead female adalah Lorraine
Camfina. Ada rasa senang dan sedih muncul bersamaan. Senang karena
bisa bertemu Fia dengan bertudung drama yang dibintanginya dan sedih
karena mereka juga akan pura-pura tidak mengenal satu sama lain saat
di depan publik.
Perjanjian yang selalu mereka ingat adalah Jikalau nanti hubungan kita
terbongkar oleh media. Tetaplah menjadi Akunya kamu dan Kamunya
aku.
Suara dering ponsel membuyarkan lamunan Taro. Dirogohnya handphone
disaku celana dan membuka notiikasi sms yang masuk.
Jangan melamun nanti kesambet sebaris kalimat itu membuatnya
refleks melrik ke kanan dan menampilkan senyum lebar saat melihat
Fina yang arah pandangan ke pantai namun tangan kanan dan kirinya
membentuk love sign.
Inilah aku dan dia tanpa keluar suara hanya dengan gestur tubuh untuk
menunjukkan semuanya. Ceritaku dengannya tidak ada kata berakhir
atau tamat, karena menurutku inilah awal dari semuanya.
BIOGRAFI PENULIS
DINDA UKIRILA APRILIANTI
Lahir pada tanggal 10 April 2000. Remaja yang berumur 16 tahun ini
bersekolah di SMA Negeri 2 Ungaran. Dia memiliki hobi mendengarkan
musik dan menonton drama korea. Dia pernah bersekolah di TK AlQobul, kemudian melanjutkan di SD Negeri Sidomulyo 4. Saat Sekolah
Menengah, ia bersekolah di SMP Negeri 2 Ungaran.
Dulu aku SMP memiliki teman sebaya yang susah senang bareng
sama aku.Dari kelas 8-9 SMP aku selalu bareng-bareng sama dia.Pernah
juga waktu upacara kita ngumpet di ruang ganti karena dulu aku di ajak
teman untuk tidak mengikuti upacara,dan hampir saja ketahuan sama
guru.Setelah upacara pun selesai kita langsung masuk kelas masingmasing.Setelah pulang sekolah kita bersama main kerumahnya Saputri
yang dulu memang teman yang aku banggakan.Kita beli makanan di
warung depan rumahnya saputri juga. Langsung terkadang kita barengbareng jalan-jalan untuk mengenal alam daerah ungaran.Serasa bahagia
Dan waktu hbis ujian nasional,kita pun mencari sekolah yang berbedabeda,ternyata aku,tina,dan dewi bisa bareng lagi hanya saputri saja
yang berbeda sekolah ,dia masuk SMK.Dewi yang aku kira dia baik
,jujur, tetapi ternyata dia musuh dalam selimut.Aku juga dulu punya
teman dekat namanya Saputri itu ,Dia pun dulu waktu SMP baik sama
aku ,suka bercanda bareng ,dimana-mana aku main sama dia ,belajar
bareng sekarang pun menjadi kenangan saja.
Dan waktu masa SMA ini biasanya aku , Dewi ,sama Tina bertiga
main,hunting bareng.Karena beda sekolah sama Saputri ,Dewi pun ngadu
domba yang tidak sesuai kenyataan sama Saputri.Padahal Dewi kalau
main sama aku ,kalau curhat-curhat pun juga sama aku tapi dia bilang
sama Saputri yang menganggap aku itu jelek di depan Saputri.Semenjak
dia beda kelas sama aku dan tina ,dewi jadi seperti menjauhi aku dengan
tina.Aku kira dia menjauh dari aku karena banyak tugas .padahal
biasanya waktu semester 1 dia juga Les privat bareng sama tina
juga.Tetapi sudah beranjak ke semester 2 dia langsung menjauh.Dewi
pun juga bilang sama saputri Kharisma sama Tina ngejauhin aku
padahal aku sama Tina tidak ngejauhin dewi,tapi Dewi yang ngejuhin
.Aku pun sekarang di anggap Saputri sebagai teman yang lupa sama
teman lamanya. Padahal aku pun tidak mempunyai niatan untuk
melupakannya
tri,risma tidak menganggapmu teman lagi kata Dewi. Saputri pun
jawab apa?masak dia begitu sama aku ?, iya tri, dia njelek-njelekin
kamu sama aku jawab Dewi kembali.Lalu waktu aku sama Tina nunggu
angkot , ketemu Saputri naik angkot pun dia tidak senyum sama
aku.Senyum aja tidak apalagi nyapa.Dan dia hanya ketawa-ketawa
bareng temen barunya.Dan ternyata dia sekarang membenci aku karna
omongan nya Dewi yang tidak sesuai dengan kenyataan.Waktu
lupa kalau dia pernah bilang seperti itu sama Aku? Aku bingung dengan
keadaan ini ,Saputri seperti belum bisa berpikir lebih dewasa lagi
,setidaknya dia bisa berpikir ,dia dulu seperti apa sama aku.Tapi
memang dia tidak bisa berpikir sampai situ,aku pun hanya bisa
tersenyum saja melihat Dewi dengan Saputri bisa akrab sampai
sekarang ,semoga aja Saputri punya teman seorang Dewi bisa langgeng
sepenuhnya.
Sekarang pun Aku,Dewi,dan Saputri hubungan nya sangat
renggang tidak seperti dulu lagi yang kemana-kemana bareng,belajar
bareng.Tapi suatu saat Saputri juga akan merasakan seperti aku dan
Tina yang sudah di jadikan bahan omongan yang tidak benar sama
Dewi.Sekarang Saputri bisa membela Dewi,bisa bangga-bangga kan Dewi
tapi suatu saat Saputri akan tahu sifat aslinya Dewi.Sifat buruk yang
dikendalikan didiri seseorang tidak akan bisa hilang,karena itu sudah
melekat ke jiwa nya.Saputri akan tahu Dewi bagaimana karena ternyata
bukan hanya sekedar teman makan teman tetapi juga musuh dalam
selimut.
BIOGRAFI PENULIS
KHARISMA PUTRI RAMADHANI
Lahir pada tanggal 19 Desember 1999. Remaja yang berumur 16 tahun
ini bersekolah di SMA Negeri 2 Ungaran. Dia memiliki hobi
mendengarkan musik, bersepeda, dan jalan-jalan. Dia pernah bersekolah
di TK Baitusyukur, kemudian melanjutkan di SDN Karangjati 03. Saat
Sekolah Mennengah, ia bersekolah di SMP Negeri 1 Bergas.
bila dia memberi barang itu untuk hadiah ulang tahun ibunya pasti akan
menyukainya. Setelah membeli hadiah untuk ibunya, Sania langsung
menuju ke rumah. Sania langsung membungkus barang yang baru dia beli
di toko. Kado sudah terbungkus dengan rapi dan cantik. Kemudian, Sania
meletakkan kado tersebut ke dalam laci meja kamarnya.
Keesokan harinya tanggal 27 Mei, Sania pergi bersama teman-temannya.
Sania pergi mengerjakan tugas sekolah bersama. Disana, Sania terlalu
sibuk dengan tugas yang dia kerjakan. Banyak tugas yang harus Sania
kerjakan. Tetapi, di sana Sania lebi banyak bercanda gurau bersama
teman-temannya. Sampai-sampai Sania dan teman-temannya lupa kalu
mereka sedang mengerjakan tugas sekolah. Mereka pun langsung
menyelesaikan tugas yang belum sempat mereka kerjakan. Karena
terlalu sibuk, Sania sampai lupa waktu. Sampai sore hari, Sania belum
dapat menyelesaikan tugas sekolahnya. Karena hari sudah sore, Sania
pun pulang ke rumah dan melanjutkan tugasnya di rumah.
Sesampainya di rumah, Sania terlihat lemas. Dia langsung masuk ke
kamar tidurnya. Karena merasa lelah seharian mengerjakan tugas, Sania
merebahkan badannya ke kasur. Sania sengaja tidak melanjutkan
tugasnya, karena dia terlalu lelah. Karena terkena hembusan angin dari
luar jendela, badan Sania sedikit lebih ringan dari sebelumnya. Sehingga
hembusan angin yang dingin membuat Sania ketiduran.
Malam harinya, Sania terbangun. Terdengar ketukan pintu dari luar
kamar. Sania langsung membuka pintu kamarnya. Di depan kamarnya
sudah berdiri ibunya. Sudah mandi San?tanya ibu. Sudah bu jawab
Sania berbohong. Tetapi ibu tau kalau Sania berbohong. Sudah mandi
San?tanya ibu sekali lagi. Sudah bu jawab Sania berbohong. Karena
merasa marah, ibu langsung menyeret Sania ke kamar mandi. Ibu
mengunci Sania di kamar mandi selama 2 jam. Sania menangis. Dia takut
kalau ibunya semakin marah. 2 jam berlalu, ibu membuka pintu kamar
mandi dan menyuruh Sania untuk mandi. Tetapi Sania tetap tidak mau
mandi karena hari sudah malam dan udara juga mulai dingin. Ibu pun
marah. Ibu langsung menyiram Sania dengan air dingin. Sania kedinginan.
Sania pun kembali ke kamar dengan keadaan basah kuyup.
Pagi harinya tanggal 28 Mei, hari ulang tahun ibu. Suara dering jam
beker sudah terdengar. Tetapi Sania masih berada di dalam selimut.
Hari ini Sania terlihat pucat. Badannya panas. Dia tidak kuat membuka
mata sipitnya. Di luar terdengar suara mobil orangtuanya yang berlalu
pergi meninggalkan rumah. Sekuat tenaga Sania mencoba melangkahkan
kakinya keluar dari kamar untuk menuju ke meja makan untuk mengambil
sarapannya. Setelah sarapan, Sania kembali ke kamar. Membaringkan
badannya yang lemas. Saat Sania memejamkan mata, terdengar suara
dering handphone. Sania langsung mengambil handphonenya. Terdapat
beberapa SMS dari temannya. Mereka menanyakan kenapa hari ini Sania
tidak masuk sekolah. Sania pun membalas SMS dari temannya, kalau
hari ini dia tidak bisa masuk sekolah karena sakit.
Sampai malam hari Sania belum keluar dari kamarnya. Hari ini orangtua
Sania pun pulang lebih awal dari biasanya. Dari luar kamar terdengar
suara ibu yang sedang mengomel. Sania langsung membuka pintu
kamarnya. Kenapa hari ini kamu tidak masuk sekolah tanya ibu dengan
nada tinggi. Apa ibu tidak tau kalau hari ini Sania sakit?jawab Sania.
Memangnya kamu sakit?tanya ibu lagi tapi kali ini dengan nada sedang.
Iya bu, hari ini Sania tidak enak badan karena kemarin malam ibu
mengguyur Sania dengan air dingin. Memang Sania salah, karena sudah
membohongi ibu.jawab Sania. Ibu terdiam. Sania minta maaf soal
kemarin bu, tapi Sania hanya ingin satu hal. Apa ibu tau apa yang Sania
BIOGRAFI PENULIS
LAYLATUL CAHYANING TIASTUTY
Lahir pada tanggal 28 Desember 1999. Remaja yang berumur 16 tahun
ini bersekolah di SMA Negeri 2 Ungaran. Dia memiliki hobi
mendengarkan musik dan membaca majalah. Dia pernah bersekolah di
RA Al-Hikmah Gedanganak, kemudian melanjutkan di Madrasah
Ibtidaiyah Hidayatul Athfal Gedanganak. Saat Sekolah Menengah, ia
bersekolah di SMP Negeri 2 Ungaran.
TEMAN SEJATIKU
KARYA : Luthfan Aufar Gunawan
Namaku Ufan, hari ini merupakan hari pertama aku menjalani MOS
(Masa Orientasi Siswa) di SMP-ku. Demi memudahka proses MOS maka
aku dan siswa baru lainnya dibagi dalam beberapa gugus. Dan di gugus
inilah aku menemukan teman baru, namanya adalah Mahendra. Aku kira,
dia anak yang sombong, karena berkacamata dan pendiam. Karena itulah
dia sulit bergaul dengan siswa lainnya. Namun, setelah aku mengenalnya
kini aku tau mengapa ia menjadi seseorang yang pendiam. Setelah masa
MOS selesai, kamipun menunggu waktunya pembagian kelas. Ternyata
kami berdua satu kelas. Lalu, kamipun akrab dan menjadi sahabat.
Hampir 4 bulan kita bersama.Setiap harinya kita selalu bersama-sama
dalam suka maupun duka dan selalu membantu dalam segala masalah
yang terjadi pada pribadi masing-masing. Suatu hari, Sahabatku
,Mahendra, tidak masuk karena sakit. Padahal akan ada Ulangan Tengah
Semester (UTS). Akhirnya aku dan 2 orang temanku (Ihza dan
Anggoro) memutuskan untuk pergi kerumahnya saat pulang sekolah
untuk kasih kabar kalau minggu depan sudah menghadapi Ulangan
Tengah Semester.
Hai Mahendra, kamu kenapa? tanya-Ku
Aku sakit panas biasa kok! jawab Mahendra yang terbaring lemas
Mahen, besok kamu masuk sekolah gak? tanya-Ku
Ya, aku akan masuk, karena aku merasa lebih baik dan
Please Mahen, masuk sekolah ya! sambar temanku Iha
Iya Mahen, masuk saja satu minggu kedepan kan akan dilaksanakan
ulangan tengah semester, jadi kamu akan tahu apa saja apa yang harus
di persiapkan seru temanku Anggoro
Oh, iya ya, tapi sepertinya besok aku akan telat masuk deh! jawab
Mahendra
Kenapa? tanya-Ku
Besok Ojekku gak bisa anterin aku, soalnya anaknya lagi sakit, jawab
Mahendra
Ya sudah kalau begitu, baiklah!
Besok kita tunggu disekolah
Sampai ketemu disekolah, kita bertiga pulang dulu ya! seru Aku dan
kedua orang temanku
Oke jawab Mahendra
Saat pandangan pertama, tepat pada saat aku rasakan getaran yang kau
getarkan tepat pada hatiku. Sinar matamu yang indah kau pancarkan
tepat pada bola mataku.. Aku Tiara ,yaa itu nama ku.
Aku pun makin menambah kecepatan lariku tanpa perduli siapa pun yang
ada di koridor. Namun tiba-tiba aku bertabrakan dengan seseorang yang
membuat barang barangku jatuh berserakan kemana-mana. Aku memang
ga tau dia datang dari mana tapi yang jelas dia datangnya dari arah yang
berlawanan
Brukk.. Aduhhhh.!! Teriakku kepada sesosok cowok yang kukenal dan
ternyata itu Aldo, seorang kapten basket yang cukup hits di sekolahku.
Tubuhnya ideal kulitnya putih dengan hidung yang mancung dan rambut
yang sedikit berponi menambah kesan maskulin pada dirinya. Pantas aja
banyak cewek di sekolahku yang naksir sama dia. Aku pun bimbang harus
berbuat apa.
Eh,kalo jalan tuh pake mata dong!, omel ku kepadanya Dih gue jalan
pake kaki ya, lagian juga siapa yang ga jelas lari-larian balas dia sinis.
Jujur, ucapannya tadi membuat nyali ku makin ciut. Aku tau memang aku
yang salah, lari-larian ke kelas supaya ga kena omelan bu Demi yang saat
itu ia mau mengambil nilai ulangan harian bab Reaksi Kimia. Aku juga
sebenarnya malu dengan tindakan ku tadi yang terbilang tidak sopan
tapi karena sudah terlanjur, ya sudah aku memberanikan diri untuk
melawannya. Yaudah bantuin , minta maaf. Apa gimana gitu..! Liat tuhh
barang gue pada jatuh kan nih ahh!! bentak ku padanya sambil
merapikan barang barangku yang berserakan di lantai koridor sekolah.
Lah kenapa gue harus minta maaf coba, jelas yang salah tuh elo ya. Gue
lagi jalan nyantai tiba-tiba lo lari-larian ga jelas gitu. Kata dia dengan
nada kesal
Ishh, dasar aneh, gila! aku mendengar ucapan itu dari mulutnya
wleeeee aku membalasnya dengan menjulurkan lidah ku dan berlari
meninggalkannya.
Rasa yang aneh muncul dalam hatiku. Entah darimana datangnya rasa
itu, sangat sulit untuk bisa kuartikan di malam yang penuh dengan
taburan bintang dilangit. Angin lembut yang menerpa tubuh ini, malah
membuat ku semakin tidak bisa memejamkan mata. Aneh, sedang
kurasakan dalam otakku yang selalu memikirkan akan sosok yang
menabrakku tadi. Semakin kucoba untuk melepas memori yang tadi ku
alami, justru bayang-bayang itu semakin hadir dalam mimpiku dengan
berjuta kesunyian. Kesal dan senang, mungkin itu gambaran suasana
hatiku di malam ini ketika ku mengingat sosok cowok yang menabrakku
tadi. Hal yang pasti kurasa malam ini adalah beban pikiran ku akan Aldo.
Terasa banyak teroran yang masuk ke handphone putih milikku. Entah
siapa itu, aku juga tak mengetahuinya, apalagi menebaknya. Siapa siapa
dan siapa orang yang tiap hari menggangguku dengan kata kata ini. Katakata penuh mutiara itu membuat mata dan hati ini resah tak menentu.
Hari demi hari sms yang masuk makin membuatku penasaran. Berkalikali sudah ku bertanya siapa dirinya. Namun, dia hanya menjawab First
Time. Aku pun bingung sama sekali tidak mengerti apa maksudnya.
Senja ini aku lebih memilih untuk sekedar menikmati langit sore yang
indah di tengah hiruk pikuknya ibukota. Lebih tepatnya aku duduk di
sebuah kursi taman yang berada di kompleks rumahku. Suasananya
indah, cukup sepi. Tidak seperti biasanya yang ramai dengan anak-anak
kompleks yang bermain di situ. Saat ini hanya ada segelintir anak kecil
yang sedang asik mengejar kupu-kupu yang menghiasi taman. Namun
suasana ini cukup cocoklah dengan kondisi hatiku saat ini. Inilah saat
yang tepat untuk menenangkan hati dan pikiran yang cukup rumit.
Kupejamkan mata seraya membiarkan angin berhembus menerpa setiap
helai rambutku dengan lantunan indah lagu-lagu klasik yang ku dengar
melalui headset dari handphone ku. Diriku pun terbuai oleh dirinya yang
membuat ku semakin menghayal entah kemana. Hayalanku pun semakin
tidak menentu, dan membuat hati ini melayang dalam angan-angan
bersama hangatnya sebuah pertemuan akan cinta pertama dalam
bayang-bayang yang melambung entah kemana. Yang ada di pikiranku
saat ini adalah sesosok pemain basket yang hits disekolahku.
Semua khayalanku membuyar ketika getaran tanda sms datang dari
handphone ku. Kubuka...ternyata dari orang yang selalu meneror ku
rupanya.
<tanpa nama>
Lo penasaran gue siapa?
<Tiara>
Y
<tanpa nama>
Temuin gue besok di taman kota jam 16.00
Aku tak menjawab smsnya lagi. Bagiku sudah cukup jelas bahwa besok
aku harus datang kesana untuk menjawab pertanyaanku selama ini.
Tim basket sekolah kita akan berlaga pada pertandingan basket sePulau Jawa kata-kata itu kudengar dari speaker sekolah yang ada di
kelasku. Mendengar hal itu, aku pun menghentikan aktivitas tanganku
yang sedang menulis.
Berarti sekarang dia main dong, semoga kamu menang ya Aldo doa ku
dalam hati, kemudian aku melanjutkan menulis.
Dilapangan, aku melihat rombongan tim basket segera bersiap-siap
menuju mobil sekolah. Sepertinya mereka hendak berangkat. Pukul
10.00, pagi sekali pikirku pertandingannya. Mata ku dan mata nya pun
saling bertumpu pada satu titik fokus. Aku mencoba tersenyum ramah,
tapi dia? Memalingkan muka!
Hari ini, hatiku sangat senang, tepat pukul 14.00 aku mendapat berita
bahwa sekolahku menang tanding basket. Hari ini pula tepat pukul 16.00
akan bertemu dengan pengagum rahasia ku di Taman Kota.
Entah berapa lama aku harus menunggu di sini. Setiap detik terasa
makin cepat bagiku saat ini. Hari pun makin sore, namun belum ada juga
seseorang yang menghampiriku sepertinya. Tiba-tiba handphone ku
berdering, tanpa berfikir panjang, dengan seyakin-yakinnya kujawab.
halo, ini siapa? sapaku
halo, sapanya balik cepat Anda menuju ke Rumah Sakit Permai ruang
paviliun melati lantai 2. Suara berat khas laki-laki di ujung sana. Telfon
terputus sebelum aku hendak membalas.
lakukan semua ini di saat nafas ini terengah? Saat ragaku lemah dan tak
mampu bergerak? Saat mulutku membeku seketika?
Bagaimanapun caranya aku ingin kau menerima bingkisan ini meski dari
tangan yang berbeda. Sekali lagi maaf telah bersembunyi dari kemelut
perasaan yang tertunda.
Maaf pula aku tak dapat menemuimu di tempat yang kujanjikan.
BIOGRAFI PENULIS
MEGA AYU KINANTI
Lahir pada tanggal 10 Februari 2000. Remaja yang berumur 16 tahun ini
bersekolah di SMA Negeri 2 Ungaran. Dia memiliki hobi berenang,
bernyanyi dan menari. Dia pernah bersekolah di TK Teladan Dharma
Wanita, kemudian melanjutkan di SDN Susukan 04 Ungaran. Saat
Sekolah Menengah, ia bersekolah di SMP Mardi Rahayu Ungaran.
PENYESALAN
KARYA : Sendi Dwi Julianto
Cahaya lampu yang berkelap-kelip serta irama musik yang begitu upbeat
membuat semua orang di sini mulai menari-nari walaupun beberapa di
antaranya dalam keadaan mabuk setelah menenggak beberapa gelas
minuman beralkohol. Di balik pintu masuk, munculah seseorang bernama
Riko bersama ketiga temannya yang akan bersenang-senang di tempat
ini. Beberapa teman Riko langsung memesan bir sebagai pembuka acara
mereka.
Ayolah Riko, minum yang banyak, ucap salah satu teman Riko bernama
Novan.
Sejujurnya ini adalah pertama kalinya aku ke tempat seperti ini. Jadi,
aku masih canggung melakukannya, jelas Riko. Maka dari itu kita harus
membuat acara pertamamu menjadi menyenangkan, ucap Alan.
Minumlah yang banyak kawan. Kami yakin kau akan merasa senang,
lanjut Aji.
Baiklah, mari kita bersulang!!! sahut Riko setuju.
Keempatnya mulai menenggak beberapa gelas bir hingga pikiran-pikiran
mereka menjadi tak karuan seperti orang gila. Puas dengan minuman,
keempatnya melanjutkan kesenangan mereka dengan mulai menari-nari
di tengah kerumunan orang yang juga sedang menari-nari tak jelas.
Suara musik yang semakin kencang membuat semuanya semakin gila
ditambah lagi muncul beberapa penari wanita sensual yang menarik
perhatian para lelaki. Lama menari-nari tak jelas, Riko mulai
mendapatkan kesadarannya lagi tetapi dia terus menari-nari seakan
waktu yang ia miliki begitu tak penting. Padahal bagi beberapa orang di
dunia ini, waktu sangatlah penting dan tak bisa diulang kembali. Sesosok
wanita tiba-tiba muncul dari balik pintu masuk dan terlihat sedang
mencari sesuatu. Dia tak menghiraukan orang-orang yang mulai
menggoda untuk bersenang-senang. Tak lama dia menarik tangan
seorang lelaki yang ternyata adalah Riko.
Kenapa kamu ada di sini? tanya Riko setelah melepaskan tangannya,
Aku baru saja ke rumahmu tetapi Ibumu bilang kalau kau baru saja
pergi bersama teman-temanmu, balas wanita tersebut yang tak lain
adalah kekasih Riko bernama Lisa.
Bukan urusanmu!!! ketus Riko.
Tentu saja ini menjadi urusanku. Kau bilang malam ini tidak bisa
menemaniku karena sedang tidak enak badan, makanya aku mencoba
mengunjungimu. Ternyata kau malah pergi ke tempat ini hanya untuk
bersenang-senang. Kenapa sekarang kau menjadi tak perhatian lagi
padaku? Kenapa? Atau jangan-jangan karena teman-temanmu yang
mempengaruhimu? jelas Lisa yang hanya dihiraukan Riko.
Kenapa diam saja? bentak Lisa.
Aku hanya ingin bersenang-senang bersama teman-temanku. Karena
itulah aku beralasan sedang tidak enak badan, jawab Riko. Oh Jadi
benar, ternyata karena teman-temanmu, kau menjadi begini? ketus
Lisa.
Lebih baik kau pulang saja, di sini bukan tempat yang baik untukmu!
ucap Riko seakan mengusir Lisa.
Tanpa menunggu perintah, aku akan pergi sekarang juga! jawab Lisa
angkuh.
Baguslah kalau begitu. sahut Riko senang.
Lisa pun meninggalkan Riko yang tak senang dengan kehadirannya. Riko
pun kembali bersenang-senang dengan teman-temannya hingga larut
malam. Riko sampai di rumah sekitar pukul 2 dinihari. Untungnya dia
tidak terjadi apa-apa saat menyetir mobilnya dalam kondisi yang agak
mabuk. Saat mencoba membuka pintu, ternyata pintu sudah terkunci.
Tetapi Riko memiliki kunci cadangan sehingga bisa masuk meski harus
mengendap-endap agar tidak ada orang rumah yang tahu. Tibalah Riko di
kamarnya dan tanpa menunggu lama-lama, dia langsung menghempaskan
tubuhnya ke kasur hingga tertidur pulas. Pagi hari yang cerah tiba,
tetapi Riko masih belum bangun dari tidurnya. Mungkin karena lelah
Sekitar pukul 9 pagi, Riko yang baru saja terbangun hendak ke luar
menuju kamar mandi. Ibu Riko yang melihatnya langsung menanyakan
sesuatu. Riko, kenapa hari ini kamu tidak masuk kuliah? tanyanya
mengagetkan.
Ibu lihat sendiri kan, aku baru saja bangun. Lagi pula aku masih merasa
lelah, jawab Riko seadanya.
Ya sudah kalau memang seperti itu. Tadi ada Lisa datang pagi-pagi
sekali, ucap Ibu Riko.
Lisa? Untuk apa dia datang ke mari? tanya Riko heran.
Sebelum dia masuk ke kamarmu, dia sempat cerita tentang
perhatianmu yang mulai berubah terhadapnya akhir-akhir ini. Dia juga
bilang, semalam kamu bersama teman-temanmu pergi ke Night Club
untuk bersenang-senang. Ada apa dengan hubungan kalian? Apa ada
masalah? jelasnya.
Ini bukan urusan Ibu. Biar aku sendiri saja yang menyelesaikannya, Bu,
kata Riko.
Terserah kau saja, Riko. Yang jelas Lisa itu wanita yang sangat
sempurna untukmu. Dia cantik, baik, sopan, cerdas pula. Orangtuanya
juga sangat terpandang. Jangan kamu sia-siakan dia, Riko! lanjut Ibu
Riko yang hanya dibalas anggukan Riko yang kemudian bergegas mandi.
Sesaat setelah mandi dan menuju kamar, Riko melihat ada pesan di
ponselnya. Tertera nama Lisa sebagai pengirimnya. Dalam pesan itu
tertulis bahwa Lisa ingin bertemu dengannya di pinggir pantai sore ini.
Riko hanya membalas kata YA pada balasan pesan tersebut. Hari ini
Riko menghabiskan waktunya untuk beristirahat karena lelah sebelum
menemui Lisa. Sore hati tiba, Riko bergegas mandi untuk bersiap-siap
menemui Lisa. Setelah semua selesai, Riko langsung mengendarai
mobilnya dengan tenang. Setelah beberapa menit, tibalah ia di sebuah
pantai, terlihat mobil Lisa yang sudah terparkir tak jauh dari pantai.
Riko pun langsung memarkirkan mobilnya dan menuju pantai untuk
mencari Lisa yang sedang menunggunya. Tak butuh waktu lama, Riko
berhasil menemui Lisa yang sedang asyik duduk sendirian di pinggir
pantai.
Apa aku membuatmu menunggu lama? tanya Riko tiba-tiba.
Tidak juga, jawab Lisa.
Kalau begitu ada perlu apa kau ingin menemuiku di tempat ini? tanya
Riko lagi.
Aku hanya ingin membahas tentang hubungan kita! sahut Lisa.
Hubungan kita? Bukanya kita masih baik-baik saja? jawab Riko santai.
Akhir-akhir ini perhatianmu berubah hanya untuk teman-temanmu dan
tak mempedulikanku. Apa itu yang disebut baik-baik saja? Aku merasa
tidak penting.
Cukup, Lisa! potong Riko.
Mendengar ucapan Riko, Lisa tak kuasa menahan air mata dan terus
memaki-maki Riko yang berusaha menenangkannya. Sesaat setelah
selesai marah, kini Lisa hanya bisa menangis dalam pelukan Riko.
Maafkan aku, Lisa. Aku sudah mengecewakanmu. ucap Riko.
Lisa mendadak melepaskan pelukan Riko dan lari menuju mobilnya meski
masih menangis. Lisa langsung menyetir mobilnya dengan cepat. Namun
Riko tak tinggal diam, dia juga menyetir mobilnya dengan cepat agar
maaf aku tak bisa menjaga dan melindungimu. Sekarang yang bisa aku
rasakan adalah kesedihan yang amat sakit.. ucap Riko dalam hati.
Sekarang Riko hanya bisa berdoa agar Lisa bisa sembuh seperti dulu
lagi dan Riko bisa memperbaiki hubungannya kembali.
BIOGRAFI PENULIS
SENDI DWI JULIANTO
Lahir pada tanggal 22 Juli 2000. Remaja yang berumur 15 tahun ini
bersekolah di SMA Negeri 2 Ungaran. Dia memiliki hobi bermain game
dan mendengarkan musik. Dia pernah bersekolah di TK Teladan Dharma
Wanita, kemudian melanjutkan di SD 02.04 Ungaran. Saat Sekolah
Menengah, ia bersekolah di MTs. NU Ungaran.
Saat kecil aku memang sering dikatakan menikmati masa kecilku dengan
baik, aku dan teman-temanku tidak pernah melewatkan masa-masa indah
yang penuh dengan kesan rasanya aku ingin kembali lagi ke masa-masa
itu. Masa-masa dimana aku tidak harus memikirkan pekerjaan sekolah
yang sangat membuatku terkesan, pekerjaan sekolah mulai menumpuk
dan ulangan-ulangan pun mulai mengantri.
Pagi itu aku dan teman-temanku pergi untuk sembayang sholat subuh.
saat itu aku masih ngantuk karena belum terlalu sadar dari tidurku,
terdengar suara teman-temanku menganggil namaku dengan keras