Anda di halaman 1dari 30

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Profil Perusahaan


PT.

Indominco

Tambangraya

Mandiri
Megah

merupakan
Tbk

anak

memegang

perusahaan

kontrak

dari

Perjanjian

PT.

Indo

Kerjasama

Pengusahaan Batubara (PKP2B) seluas 25.121 Ha yang terletak di Kota


Bontang, Kutai Kartanegara dan Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Wilayah penambangan dibagi menjadi dua blok, yaitu: Blok Barat (West

Block) dengan luas 18.100 Ha dan Blok Timur (East Block) dengan luas
7.021 Ha (Gambar 2.1).
Pekerjaan ini masih dalam lingkup Bontang Coal Project yang
didefinisikan menjadi 2 daerah tambang yang utama. Daerah tersebut
adalah daerah West Block
(Blok Barat) dan East Block (Blok Timur).

Project

KUTAI NATIONAL PARK

Project
KUTAI T
IMUR

North UG
WESTBLOCK
Project
EASTBLOCK
PRODUCTION
Ktd Crusher
Central UG
Project

BONTANG
PROTECTION
Coal Haul
Road

Pipe line PT.


MAKASSAR STRAIT
Samarinda

Bontang road

Tanjung
KUTAI KARTANEGARA

PORT STOCK YARD

Barge Berth
Panamax Berth

Gambar 2.1 Lokasi West Block dan East Block PT. Indominco Mandiri

PT Indominco Mandiri adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha


pertambangan batubara, perusahaan ini di bentuk atau kerjasama antara
perusahaan tambang batubara, bukit asam (persero) dan BKPN (Badan
koordinasi penanaman modal) yang ditandatangani pada tanggal 5 oktober
1990. PT Indominco Mandiri mendapatkan KP (kuasa pertambangan) dengan
areal konsesi seluas kurang lebih 100.000 Ha, Namun luas daerah yang
dapat dieksploitasi hanya sekitar 25.000 Ha. Daerah tersebut dibagi menjadi
dua blok, yaitu blok barat ( west block) dengan luas kurang lebih 18.100 Ha,
dengan jumlah cadangan sebesar 60.700.000 ton, dan blok timur ( east

block) dengan luas kurang lebih 7.100 Ha, dengan jumlah cadangan sebesar
106.200.000 Ha, dari perjanjian tersebut kemudian dilakukan realisasi
proyek awal dengan penyelidikan umum hingga pengapalan pertama.

Konsesi PT Indominco Mandiri seluas sekitar 25.121 Ha terdiri dari


areal Blok Barat serta areal yang baru dibuka, Blok Timur, dengan sebanyak
15 permuka kerja dengan jumlah cadangan dan sumber daya batubara subbituminus pada akhir tahun 2009 tercatat sebesar masing-masing 135,45
juta ton dan 743,09 juta ton. Areal Blok Barat memproduksi batubara
dengan nilai kalori 6.300 kkal/kg dan kandungan sulfur 0,90%. Batubara dari
Blok Timur memiliki kadar kalori 6.000 kkal/kg batubara dengan kandungan
sulfur 1,7%. Batubara diangkut dengan truk sejauh 35 kilometer ke Terminal.
Produksi dari tambang PT Indominco Mandiri saat ini adalah 12,4 juta
ton meningkat dari 10,7 juta ton pada tahun 2008, dan merupakan 60%
persen dari produksi total ITM. Untuk jangka panjang, studi kelayakan dan
proyek uji-coba bagi proses penambangan dalam sedang dilakukan, guna
mengevaluasi nilai ekonomi dari tambahan cadangan dan sumberdaya
batubara sebesar masing-masing 11,8 juta ton dan 49,4 juta ton.

2.2 Ekskursi Tambang


Kegiatan Ekskursi Tambang Goes to PT Indominco Mandiri yang berlangsung
selama dua hari berturut-turut dengan jenis kegiatan yaitu pemberian
materi dalam kelas (Class Session) dan kunjungan di lapangan.

2.2.1 Class Session

Class

session

dimulai

dengan

pengenalan

perusahaan

(Company

Overview) sebagaimana merupakan tahap awal pembuka sesi pembawaan


materi. Adapun materi pengenalan perusahaan ini dicantumkan pada

10

pembahasan profil perusahaan. Selain pengenalan perusahaan, materi yang


diberikan yaitu:
a. Quality, Safety and Environment
Departemen ini merupakan departemen yang bertugas dalam
menangani

kualitas,

kesehatan

dan

keselamatan

kerja

serta

lingkungan pada perusahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


merupakan perhatian dan perlindungan yang diberikan perusahaan
kepada seluruh karyawannya. Keselamatan kerja adalah keselamatan
yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,
tempat kerja, dan lingkungannya, serta cara-cara karyawan dalam
melakukan pekerjaannya.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak
dikehendaki dan sering kali tidak terduga yang dapat menimbulkan
kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa
yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan
dengannya.
Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat
berbagai faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja
atau proses produksi. Dari beberapa penelitian memberikan indikasi
bahwa suatu kecelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya,
akan tetapi terjadi oleh satu atau beberapa faktor penyebab
kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian. Secara umum penyebab
kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action (faktor manusia) dan unsafe
condition (faktor lingkungan).
Keadaan hampir celaka, yang dalam istilah safety disebut
dengan insiden (incident), ada juga yang menyebutkan dengan istilah
near

-miss

atau

near-accident,adalah

suatu

kejadian

atau
11

peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang sedikit


berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak
harta benda atau kerugian terhadap proses. Risiko adalah manifestasi
atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang mengakibatkan
kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari cara
pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling
ringan atau rendah sampai ke tahap yang paling berat atau tinggi.
Melalui analisis dan evaluasi semua potensi bahaya dan risiko,
diupayakan tindakan minimalisasi atau pengendalian agar tidak
terjadi bencana atau kerugian lainnya.
Kecelakaan

kerja

merupakan

kecelakaan

seseorang

atau

kelompok dalam rangka melaksanakan kerja dilingkungan industri


atau

perusahaan.

Kecelakaan

kerja

biasanya

timbul

sebagai

gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor peralatan, lingkungan


kerja, dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik, terkadang ada
mesin yang kurang baik, seperti tidak dilengkapi alat pengamanan
yang cukup, maka kondisi seperti ini dapat menjadi sumber risiko.
Secara umum, penyebab kecelakaan kerja bersumber dari
penyebab dasar, penyebab tidak langsung, dan penyebab langsung.
Penyebab dasar adalah kebijakan yang tidak memperhatikan aspekaspek keselamatan kerja. Penyebab tidak langsung bersumber dari
kondisi-kondisi dan perilaku yang tidak aman. Penyebab langsung
bersumber pada sebuah interaksi yang memicu kecelakaan terjadi.
Bahaya atau hazard merupakan segala hal atau sesuatu yang
menpunyai kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta
benda, lingkungan, maupun manusia.

12

Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab


kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja dan atau
aspek lainnya dari lingkungan kerja.
Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang
aman dan sehat kepada setiap karyawan dan untuk melindungi
sumber daya manusianya. Tujuan kesehatan kerja adalah :

Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga


kerja yang setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun
sosial;

Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan


kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan
kerja;

Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau


pekerjaan dengan tenaga kerja;

Meningkatkan kinerja

Perusahaan dapat melaksanakan keselamatan dan kesehatan


kerja dengan baik, maka perusahaan akan mendapat manfaatmanfaat mejalankan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu:

Meningkatkan kinerja karyawan sehingga menurunnya


jumlah hari kerja yang hilang.

Meningkatkan efektivitas dan efesiensi kerja yang telah


ditetapkan oleh perusahaan.

Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung


lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim.

13

Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai


akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa memiliki,

Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena


meningkatnya citra perusahaan, dan

Meningkatkan keuntungannya secara substansial

Kegiatan reklamasi yang telah dilakukan pada lahan bekas


penambangan maupun lokasi-lokasi timbunan tanah / batuan penutup
meliputi :
1) Penimbunan (backfiling), penataan lahan (re-contouring) dan
penyebaran tanah pucuk (topsoiling)
Kegiatan back filling yang merupakan bagian dari kegiatan
reklamasi selama tahun 2012 telah dilakukan pada daerah bekas
penambangan di blok barat sekitar 416 Ha terdiri dari S-3S, S-4, S9-11, S-16, S-40, S-6sw, S-0 dan L-13, di blok Timur pada S-7 seluas
1.18 Ha. Area tersebut sekaligus merupakan area untuk aktifitas
penataan lahan (recontouring) dan penyebaran tanah pucuk (top
soiling). Kegiatan backfilling tersebut masih terus berlangsung dan
akan dilanjutkan hingga operasional penambangan berakhir.
2) Penghijauan
Realisasi penghijauan atau revegetasi pada daerah yang
terbuka / terganggu termasuk bekas penumpukan topsoil, di
daerah blok barat sekitar 497.62 Ha dan blok timur sekitar 35.38
Ha, dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 333.125 pohon
(625 pohon / Ha) yaitu :

Lahan bekas tambang seluas 304.87 Ha

14

Daerah penimbunan tanah / batuan penutup seluas 226.82 Ha


Telah dilakukan kegiatan penyisipan tanaman jenis lokal dari jenis
meranti, kapur, durian, kemiri, langsat, kelengkeng, gaharu,
rambutan bayur dan ulin dengan jumlah total bibit local yang
ditanam sebanyak 133.988 pohon pada daerah seluas 428 Ha
dengan pola tanam 4 x 8.
3) Pembibitan
Pengembangan bibit untuk keperluan penghijauan dilapangan
tetap dilaksanakan secara kontinyu dirumah pembibitan/nursery.
Teknik pengembangan bibit dilakukan secara generatif (melalui biji,
anakan) dan pengembangan secara vegetatif (melalui stek).
Karena

kebutuhan

bibit

yang

cukup

besar,

maka

pengembangannya lebih banyak dilakukan secara generatif.


Disamping lebih praktis dan mudah didapat, cara ini juga dapat
dilakukan dalam jumlah yang banyak. Jumlah bibit yang sudah
dikembangkan

dirumah

pembibitan

dan

siap

tanam

adalah

sebanyak 707.630 batang yang terdiri dari 102 spesies. Jenis


tanaman ini terdiri dari jenis lokal (jenis tanaman yang berasal dari
sekitar areal tambang atau pernah tumbuh sebelum dilakukan
penambangan) 59 spesies jenis lokal dan 43 spesies jenis non lokal
(tanaman yang berasal dari luar daerah). Diantara jenis non lokal
ada beberapa jenis buah-buahan yang diharapkan menjadi sumber
makanan satwa liar nantinya.
Beberapa

hal

yang

perlu

dijelaskan

sehubungan

dengan

pencapaian target reklamasi adalah sebagai berikut :

Kegiatan penyebaran tanah penutup lebih banyak diarahkan


ke area lahan bekas penambangan (backfilling dump)
15

Luasan area penimbunan tanah penutup diluar tambang (out

pit dump) dapat diminimalisir.


Revegetasi yang merupakan tahap akhir dari reklamasi dapat
dilakukan secara maksimal karena didukung oleh ketersediaan lahan
yang cukup.

b. Planning and Operation Penambangan Batubara PT Indominco


Mandiri

Mine Planning dalam dunia pertambangan dianggap menjadi


penentu dari sukses tidaknya suatu tambang. Hal ini dikarenakan
hampir semua aspek mendasar menjadi tanggung jawab departemen
ini, diantaranya menyangkut metode penambangan yang akan dipilih,

pit limit dan reserves, mine design,


equipment selection, water management, mine infrastructure yang
mana menjadi hal pokok dalam suatu operasional penambangan.
Perencanaan tambang PT Indominco Mandiri sendiri meliputi:
1. Pembuatan desain waste dump
2. Pembuatan desain jalan tambang
3. Pit Dewatering
4. Penjadwalan produksi
5. Pengaturan urutan penambangan Block-Strip-Elevasi
6. Pengaturan urutan pembuangan waste
7. Perhitungan jarak angkut dan kualitas batubara
8. Reklamasi dan Penutupan Tambang
Pembuatan urutan penambangan Block-Strip-Elevasi dilakukan
berdasarkan data eksplorasi, volume dan optimasi. Ketiga data di-

16

input berdasarkan software yang digunakan. Penggunaan software


seperti minescape akan menampilkan output dalam bentuk Batter

Block dan Block Ranking.

Gambar 2.2 Batter Block dan Block Ranking

Beberapa data seperti Investasi, Konstruksi, Eksplorasi, Shipping,

Processing, Hauling Coal, Over Head, Royalti dan Coal Ekstraksi


menjadi variable yang mempengaruhi nilai harga batubara ( coal

price) dimana akan mempengaruhi proses operasional secara


keseluruhan. OB cost sendiri telah ditentukan dalam kontrak kerja
dengan kontraktor dimana nilai penambangan dilakukan hingga batas
BESR

(Break

Even Stripping Ratio). BESR sendiri ditentukan

berdasarkan keadaan revenue yang merupakan selisih dari income


dan cost. BESR haruslah sama dengan revenue yang nol.
Data-data diatas dimaksudkan dalam pembuatan pit design
dan layout kerja. Rancangan pembuatan jalan tambang, disposal dan

dewatering sendiri dibuat berdasarkan beberapa pertimbangan,


yaitu:
Main Road yang terdiri dari:

17

1. Coal Haul Road dimana mempertimbangkan beberapa


hal yaitu Cut-Fill Mining dalam keadaan balance, Grade
dan Loaded dalam keadaan empty, Mining Road Maint.,

Drainage dan Surfacing/perkerasan.


2. OB Haul Road yang mempertimbangkan Max. Fill, free

charge dan material selection. Umumnya jalan tambang


di PT Indominco Mandiri didesain dengan 2x lebar alat
berat terbesar yang digunakan.
Ramp
Ramp didesain dengan mengikut sertakan desin pit dan
beberapa aspek seperti temporary, fix ramp, floor seam
dan high wall.
Disposal
Disposal dirancang berdasarkan standar desain disposal
yaitu:
1. Ketinggian jenjang individu 10 m
2. Kemiringan lereng tunggal disposal yaitu 25o
3. Kemiringan bidang datar kea rah dalam yaitu 2%

Gambar 2.3 Standar Desain Disposal

18

Dewatering
Dewatering dimaksudkan untuk meminimalkan air masuk
dan

mengeluarkan

dibuat

dengan

air.

Rancangan

urutan

dewatering

penambangan

Multi

sendiri

Bench,

pembuatan saluran-saluran air di sekeliling pit dan kolam


penampungan air di dalam pit.

Gambar 2.4 Rancangan Dewatering

Selain itu beberapa aspek seperti jarak buang, morfologi,


geoteknik

dan

environment

yang

berkaitan

nantinya

dengan

reklamasi dan revegetasi. Operasi penambangan sendiri dimulai


dengan land clearing yang dilanjutkan dengan kegiatan soil removal
dan OB removal. OB kemudian di tempatkan di disposal yang telah
ditentukan yang kemudian akan ditata dan re-countoring untuk
kegiatan reklamasi dan revegetasi. Setelah OB dikupas, proses
penambangan dapat dilakukan. Kegiatan coal getting dilakukan

19

sesuai dengan rencana dan target produksi yang telah ditetapkan.


Proses

ini

dimulai

dari

pembersihan

batubara,

coal

getting,

penimbangan batubara, yang kemudian dilanjutkan ke fasilitas


pengolahan batubara di CPP untuk mereduksi ukuran batubara.
Setelah

itu loading ke barge untuk siap di bawa ke fasilitas transshipment


port untuk proses blending dan pemasaran. Jarak tempuh untuk
masing-masing site penambangan berbeda sehingga average cycle

time. Secara umum, mining operation PT Indominco Mandiri


ditampilkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.5 Mining Operation Concept pada Site Penambangan


PT

Indominco Mandiri

Penutupan tambang (mine closure) dirancang dengan konsep

Utilization Are Post-Mining dengan mempertimbangkan tiga hal


utama

yaitu

perusahaan

sendiri

sebagai

penanggung

jawab,

20

masyarakat dan pihak pemerintah. Namun secara spesifik rancangan

mine closure untuk lahan tambang sendiri dibagi dalam zona-zona


lahan Pasca Tambang, sebagai berikut:
a. Intensive Zone yang merupakan areal yang akan dikelola pada
saat

penambangan

pembentukan

selesai.

disposal,

pola

Kegiatan
drainase ,

penyesuaian

re-countoring

akhir,
dan

revegetasi areal dengan tahapan kegiatan sesuai dengan pola


revegetasi. Intensive Zone ke depannya dapat dijadikan sebagai

Interset Zone

maupun Buffer Zone, tergantung dnegan

peruntukkan lahan pasca tambang.


b. Interset Zone merupakan areal yang akan dikelola sebagai
model reklamasi areal pasca tambang. Interset Zone merupakan
areal KBNK (kawasan budidaya no kehutanan) yang aksesnya
dekat dengan masyarakat ke dalam areal pinjam pakai, biasanya
berupa infrastruktur seperti bangunan dan jalan.
c. Buffer Zone adalah areal yang akan dijadikan menjadi kawasan
berhutan pada kawasan KNBK dan KBK dan atau kawasan pinjam
pakai, dimana tanaman kehutanan akan mendominasi areal ini.

Buffer Zone sebagai kawasan penyangga dengan kawasan


kehutanan, diharapkan dapat memgembalikan fungsi hutan
dengan keanekragaman flora dan fauna.

2.2.2 Kunjungan Lapangan


Kunjungan lapangan dilaksanakan pada tanggal 12 dan 13 Mei 2014 yang
berlokasi di site Indominco Mandiri. Kunjungan lapangan pada hari pertama

21

dilakukan di lokasi CPP 1 dan nursery dan pada hari kedua ke lokasi CPP 3
atau crusher 3 kemudian Pit 19 Blok timur dan Port.
a. CPP 1
Ukuran

batubara

dari

site

bervariasi

sehingga

sebelum

pemuatan untuk pemasaran, proses pengolahan batubara secara


kominusi diperlukan untuk menyeragamkan ukuran batubara. Adapun
salah satu fasilitas pengolahan batubara yang dimiliki PT Indominco
Mandiri adalah CPP (Coal Processing Plant). Pada saat pertama kali
batubara diangkut oleh Dump Truck menuju mine stockyard masih
berukuran lebih dari > 50 mm, lalu dari mine stockyard dimasukan
kedalam hopper dengan alat angkut truck dan alat muatnya Wheel
Loader. Saat pertama kali batubara memasuki hopper, terlebih dahulu
batubara disiram dengan sebuah alat water spray, yang mana
penyiraman

ini

bertujuan

untuk

pengikatan

batubara yang berbutir halus (fine coal).

material-material

Batubara dari lokasi

tambang diangkut dengan menggunakan truk pengangkut batubara


untuk selanjutnya diangkut menuju ROM pada coal processing plant,
maupun langsung ditumpahkan ke hopper.
Hopper berkapasitas 200 ton, dilengkapi dengan grizzly
berukuran 600 mm x 1200 mm yang berfungsi untuk menyortir
ukuran boulder batubara agar tidak masuk dalam feeder breaker.
Sementara feeder breaker itu sendiri adalah sebuah alat untuk
penghancur batubara dari ukuran yang boulder menjadi 200 mm.

22

Gambar 2.7 Hopper dan Feeder Breaker di CPP 1


Produk batubara berukuran -200 mm merupakan tahap awal
dari penghancuran batubara yang berukuran bongkahan boulder.
Tahap kedua penghancuran batubara menggunakan alat crusher yang
terhubung dengan belt conveyor dan dilengkapi dengan magnet
cathcer dan metal detector. Magnet catcher adalah alat untuk
menangkap besi (metal yang mempunyai sifat magnetik) yang
terkontaminasi dengan batubara pada saat feeding, sedangkan metal
detector berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi adanya material
besi/metal yang tidak tertangkap oleh magnet catcher.

23

Setelah melalui magnet catcher dan metal detector, batubara


berukuran -200 mm tersebut masuk dalam tahap penghancuran
kedua batubara menjadi ukuran -50 mm dengan crusher.
Pada belt conveyor dari alat crusher menuju twin boom stacker,
terdapat sebuah alat berupa automatic sampler yang berfungsi
sebagai pengambil sampel batubara secara otomatis untuk diuji
kualitasnya di laboratorium analisa kualitas batubara.

Gambar 2.8 Automatic Sampler


Produk batubara hasil tahap penghancuran kedua merupakan
produk

yang

sudah

siap

untuk

dipasarkan.

Namun

dalam

pemuatannya terdapat suatu manajemen untuk mengatur pemuatan


batubara hingga menuju ke pelabuhan, karena produk batubara di
CPP 1 mempunyai dua produk, yaitu Low Total Sulfur dan High Total
Sulfur. Oleh karena itu, produk dari crusher akan dibawa dengan belt
conveyor menuju twin boom stacker untuk pemisahan produk Low TS
dan High TS menuju mine stockyard.
24

Batubara dengan dua jenis produk yang disimpan di tempat


penyimpanan sementara (mine stock yard), akan dibantu oleh
bulldozer untuk didorong menuju reclaimer feeder, dimana reclaimer
feeder tersebut adalah alat untuk memindahkan batubara hasil
crushing dari mine stockyard ke loading bin melalui belt conveyor
untuk selanjutnya di kirim ke port menggunakan double trolley.
Pemindahan hasil produk batubara Lo-TS dapat menggunakan
dua cara, yang pertama yaitu melewati reclaimer feeder melalui belt
conveyor menuju loading bin dan yang kedua dengan menggunakan
wheel loader langsung dimuat dari mine stockyard ke double trolley.
Batubara yang telah dimuat oleh double trolley selanjutnya siap untuk
diangkut menuju pelabuhan.

b. Nursery

Pengembangan bibit untuk keperluan penghijauan dilapangan


tetap dilaksanakan secara kontinyu dirumah pembibitan/nursery.
Teknik pengembangan bibit dilakukan secara generatif (melalui biji,
anakan) dan pengembangan secara vegetatif (melalui stek). Karena
kebutuhan bibit yang cukup besar, maka pengembangannya lebih
banyak dilakukan secara generatif. Disamping lebih praktis dan
mudah didapat, cara ini juga dapat dilakukan dalam jumlah yang
banyak. Jumlah bibit yang sudah dikembangkan dirumah pembibitan
dan siap tanam adalah sebanyak 707.630 batang yang terdiri dari
102 spesies. Jenis tanaman ini terdiri dari jenis lokal (jenis tanaman
yang berasal dari sekitar areal tambang atau pernah tumbuh sebelum
dilakukan penambangan) 59 spesies jenis lokal dan 43 spesies jenis
25

non lokal (tanaman yang berasal dari luar daerah). Diantara jenis non
lokal ada beberapa jenis buah-buahan yang diharapkan menjadi
sumber makanan satwa liar nantinya.

Gambar 2.9 Rumah pembibitan tanaman ( Nursery)


c. CPP 3
Crusher 3 merupakan crusher dengan produksi terbesar.
Berbeda dengan Crusher 1 yang memproduksi batubara dari blok
barat, maka crusher 3 berasal dari blok timur. Batubara dari lokasi
tambang

di

blok

timur

diangkut

dengan

menggunakan

truk

pengangkut batubara untuk selanjutnya diangkut menuju ROM pada


coal processing plant, maupun langsung ditumpahkan ke hopper.
Hopper

berkapasitas

200

ton,

dilengkapi

dengan

grizzly

berukuran 600 mm x 1200 mm yang berfungsi untuk menyortir


ukuran boulder batubara agar tidak masuk dalam feeder breaker.
Sementara feeder breaker itu sendiri adalah sebuah alat untuk
penghancur batubara dari ukuran yang boulder menjadi 200 mm.

26

Gambar 2.10 Crusher dan Hopper di CPP 3


Produk batubara berukuran -200 mm merupakan tahap awal
dari penghancuran batubara yang berukuran bongkahan boulder.
Tahap kedua penghancuran batubara menggunakan alat crusher yang
terhubung dengan belt conveyor dan dilengkapi dengan magnet
cathcer dan metal detector. Magnet catcher adalah alat untuk
menangkap besi (metal yang mempunyai sifat magnetik) yang
terkontaminasi dengan batubara pada saat feeding, sedangkan metal
detector berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi adanya material
besi/metal yang tidak tertangkap oleh magnet catcher.
Setelah melalui magnet catcher dan metal detector, batubara
berukuran -200mm tersebut masuk dalam tahap penghancuran kedua
batubara menjadi ukuran -50 mm dengan crusher.
Produk batubara hasil tahap penghancuran kedua merupakan
produk

yang

sudah

siap

untuk

dipasarkan.

Namun

dalam

pemuatannya terdapat suatu manajemen untuk mengatur pemuatan


batubara hingga menuju ke pelabuhan, batubara dengan dua jenis
produk yang disimpan di tempat penyimpanan sementara (mine stock

27

yard), akan dibantu oleh bulldozer untuk didorong menuju reclaimer


feeder,

dimana

reclaimer

feeder

tersebut

adalah

alat

untuk

memindahkan batubara hasil crushing dari mine stockyard ke loading


bin melalui belt conveyor untuk selanjutnya di kirim ke port
menggunakan double trolley.
Pemindahan hasil produk batubara Lo-TS dapat menggunakan
dua cara, yang pertama yaitu melewati reclaimer feeder melalui belt
conveyor menuju loading bin dan yang kedua dengan menggunakan
wheel loader langsung dimuat dari mine stockyard ke double trolley.
Batubara yang telah dimuat oleh double trolley selanjutnya siap untuk
diangkut menuju pelabuhan.

Gambar 12
2. Tripper
d. Pit 19 Blok Timur

Pit 19 blok timur merupakan pit terbesar yang berada di lokasi


tambang

PT.Indominco

Mandiri.

Sistem

penambangan

yang

diterapkan adalah surface mining. Sistem penambangan ini sengaja


dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan baik itu dari faktor teknis,
28

kondisi lapisan penutup dimana memperhitungkan besaran nisbah


pengupasan lapisan penutup yang berkaitan dengan pertimbangan
ekonomis. Sedangkan metode penambangan yang diterapkan adalah
metode open pit mining dan back filling, dengan metode penggalian
batubara secara konvensional dan pemindahan lapisan penutup
dengan sistem in pit dump.
Kegiatan penambangan batubara yang dilaksanakan PT. Indominco
Mandiri Bontang berada di 2 (dua) area penambangan yaitu blok
barat (pit - 3S, pit-11SE2, pit 11S, pit L13W1, pit-6SW1, pit-40, L11N,
dan pit 13 exp). di blok timur (pit Seam 10B, Pit 10C & 11A, Pit 19D).
Untuk lebih rinci, sistem penambangan pada blok timur dalam
hal ini pit 19 akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Land Clearing
Land clearing atau pembersihan lahan merupakan kegiatan
untuk membersihkan dan membabat tumbuhan yang berada di atas
lapisan topsoil. Kegiatan land clearing dilakukan bila di bawah lapisan
tanah tersebut terdapat bahan galian yang akan ditambang atau
daerah tersebut akan digunakan untuk dumping

area. Contoh

tumbuhannya adalah rumput, pohon-pohon, dan semak belukar.


Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan
tanah penutup dimulai. Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan
pengumpulan pohon yang tumbuh pada permukaan daerah yang
akan ditambang dengan tujuan untuk membersihkan daerah tambang
tersebut sehingga kegiatan penambangan dapat dilakukan dengan
mudah tanpa harus terganggu dengan adanya gangguan tumbuhtumbuhan yang ada di lokasi penambangan.

29

Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang


dengan menggunakan Bulldozer dan bantuan Backhoe, dilakukan
secara bertahap sesuai dengan pengupasan lapisan tanah penutup.
Dalam pembabatan, pohon didorong kearah bawah lereng untuk
dikumpulkan, dimana penanganan selanjutnya diserahkan pada pihak
berwenang

yang

memiliki

Izin

Pengelolaan

Kayu

(IPK).

Izin

Pengelolaan Kayu (IPK) untuk industri pertambangan diatur oleh


Pemerintah melalui Kementrian Kehutanan.
Untuk PT. Indominco Mandiri , kayu dikelola oleh Puyuh,
kontraktor yang ditunjuk pemerintah. Alat-alat yang digunakan untuk
land clearing adalah:

Bulldozer Komatsu D85, digunakan untuk membersihkan


dan membabat pohon-pohon dan semak belukar yang
memiliki diameter kurang dari 30 cm dan panjang
kurang dari 4 meter

Gergaji rantai (chainsaw), digunakan untuk memotong


pohonpohon yang relatif besar dengan diameter lebih
dari 30 cm dan panjang lebih dari 4 meter. Pohon-pohon
ini selanjutnya diinventarisasi, diberi nama dan dihitung
volumenya kemudian dikumpulkan di Logstock.

1) Pemindahan Topsoil
Kegiatan topsoil removal atau pengupasan lapisan tanah
penutup untuk mengupas lapisan tanah yang paling atas, dimana
tanah ini biasanya terdiri dari lapisan humus dan tanah yang
strukturnya tidak keras, sehingga lapisan topsoil berguna sebagai
30

tanah yang akan dipakai kembali untuk kegiatan reklamasi. Topsoil


biasanya terbentuk dari clay atau tanah liat. Pengupasan tanah ini
dilakukan dengan cara menggali, memuat , kemudian mengangkut
tanah tersebut ke topsoil stock. Lapisan topsoil yang diambil adalah
dengan ketebalan 30 60 cm.
Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan topsoil removal adalah :
Alat gali muat adalah excavator backhoe PC 300 dengan
kapasitas gali
1,8 m3
Alat angkut, yaitu Articulated Dump Truck (ADT) tipe Komatsu
HM 400 dengan kapasitas 22,3 m3
Alat bantu untuk merapikan lapisan topsoil sesudah dikupas,
yaitu Bulldozer d155.
Timbunan di lapisan topsoil dipersiapkan untuk melapisi lapisan
tanah di dumping area. Setelah dumping area siap untuk direklamasi
maka lapisan tersebut di spreading (disebarkan) dahulu dengan
menggunakan lapisan topsoil. Alat yang digunakan untuk spreading
tersebut sama dengan alat yang digunakan untuk topsoil removal
yaitu Excavator Backhoe PC 300 dan Articulated Dump Truck HM 400.
2) Pengupasan Overburden
Tahap pengupasan overburden dilakukan setelah semua proses
topsoil

removal

(overburden)

selesai

dibongkar

dilaksanakan.
hingga

Lapisan

ditemukan

tanah

lapisan

penutup
batubara.

Karakteristik dari berbagai jenis overburden menentukan cara untuk


mengupasnya, lapisan overburden ada yang memiliki kekerasan yang
ekstrem sehingga perlu dilakukan blasting dan ada juga yang lunak
sehingga cukup digali saja dengan excavator backhoe.
31

Overburden pada East Block terdiri dari material PAF dan NAF.
Komposisi perbandingan material PAF dan NAF sekitar 60% : 40%.
Pada lapisan material pertama overburden biasanya komposisinya
adalah tanah liat dan lapisan berikutnya berupa sandstone. Alat yang
biasa digunakan untuk pengupasan overburden adalah :

Excavator backhoe Komatsu PC 1250 dengan kapasitas bucket


7 m3

Excavator backhoe Komatsu PC 2000 dengan kapasitas bucket


12 m3

Excavator backhoe Komatsu PC 3000 dengan kapasitas bucket


16 m3

Dump truck HD 785 kapasitas bak angkut 48 m3 dan sekarang


juga telah digunakan HD1500.

Dalam pembongkaran overburden akan membentuk bench, geometri


bench sesuai SOP adalah :
(1) Tinggi jenjang = 8 meter
(2) Single slope
= 70o
(3) Overall slope

= 60o (east block)

(4) Lebar jenjang

3,8

meter

(east

block)

32

Gambar 12
2. KondisiPit19 Blok Timur

e. IPCC
Selain dengan metode konvensional yaitu dengan alat berat
loader dan dumptruck, PT Indominco Mandiri juga menggunakan IPCC
(In-Pit Crushing and Conveying) untuk memindahkan overburden
(OB).

IPCC

merupakan

alat

yang

digunakan

untuk

mereduksi

overburden dan membawanya dengan belt conveyor ke daerah


disposal, jadi bukan hanya batubara yang di crushing tapi overburden
juga

di

crushing

mempercepat

dan

proses

di

pindahkan
pemindahan

ke

disposal.

overburden

Proses

ini

daripada

menggunakan proses konvensional.


IPCC pada PT Indominco Mandiri merupakan Crushing and
Conveying pertama digunakan di Indonesia yang berada dalam pit.
PT. Adaro juga menggunakan alat seperti ini tapi di letakkan di luar pit
atau bisa disebut OPCC (Out-Pit Crushing and Conveying).
Alat ini menurut PT Indominco Mandiri masih dalam proses trial
karena baru saja di resmikan dan digunakan pada awal tahun 2014.
Jadi baru sekitar 4 bulan beroperasi dan masih ada sedikit kelemahan.

33

IPCC,

metode

penambangan

berbasis

listrik,

cenderung

membutuhkan belanja modal yang lebih tinggi. Penggunaan alat ini


juga membutuhkan umur tambang yang cukup (10 tahun +) dan
volume yang cukup. Biasanya memungkinkan penggalian ekonomis
OB dan batubara di kedalaman 100-200m dimana metode truk /
sekop konvensional tidak akan ekonomis.

Gambar 14
2. Ilustrasi IPCC
f. Bontang Coal Terminal (BoCT)
Batubara dengan dua jenis produk yang disimpan di tempat
penyimpanan sementara (mine stock yard), akan dibantu oleh bulldozer
untuk didorong menuju reclaimer feeder, dimana reclaimer feeder
tersebut adalah alat untuk memindahkan batubara hasil crushing dari
mine stockyard ke loading bin melalui belt conveyor untuk selanjutnya di
kirim ke port menggunakan double trolley.
Pemindahan hasil produk batubara Lo-TS dapat menggunakan dua
cara, yang pertama yaitu melewati reclaimer feeder melalui belt
conveyor menuju loading bin dan yang kedua dengan menggunakan
wheel loader langsung dimuat dari mine stockyard ke double trolley.
34

Batubara yang telah dimuat oleh double trolley selanjutnya siap untuk
diangkut menuju pelabuhan Bontang Coal Terminal.

Gambar 2.15 Proses distribusi batubara dengan belt conveyor


Bontang Coal Terminal yang terletak di wilayah operasional
tambang batu bara Indominco Indonesia, yang terletak di provinsi
Kalimantan Timur. Port ini digunakan untuk penyimpanan, pencampuran
dan

pemuatan

batubara.

Terminal

batubara

memiliki

kapasitas

penimbunan hingga 350.000 ton. Pada tahun 2009, PT Indo Tambangraya


Megah Tbk meningkatkan kapasitas stok menumpuk terminal untuk
650.000 ton dan kemampuan pemuatan kapal untuk memuat 18,5 juta
ton per tahun. Port mampu menangani 10.000 DWT kapal curah
batubara.

35

Gambar 2.1
6 Bontang Coal Terminal

BoCT hampir selesai dari ekspansi besar untuk meningkatkan


kapasitas pemuatan kapal tahunan dari 12,5 mt menjadi 18,5 mt dengan
2 mt tambahan kapasitas pemuatan tongkang. Perluasan ini multibertahap mencakup peningkatan kapasitas total shiploader, menginstal
sistem barge loader, sistem CBU, dan sistem conveyor belt masuk dan
memperluas stockyard yang ada. Fleksibilitas yang dihasilkan akan
mengurangi penanganan ganda serta mempercepat bongkar muat batu
bara dari dan ke kapal.
Operasi penuh dari Bontang Coal Fired Power Plant-ditetapkan
untuk tahun 2010 dan akan membantu pengendalian biaya dan
mengurangi

ketergantungan

pada

sumber

energi

dari

luar,

memungkinkan pertumbuhan yang lebih terjadwal dan menguntungkan.


Pembangkit listrik ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan listrik untuk
Blok Timur dan operasi BoCT.

36

Gambar 17
2. Port

37

Anda mungkin juga menyukai