Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
Makalah Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman
Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
Nama : - Ryan Kosala
- Syaikhudin
(H0711101)
- Tangguh Prakoso
(H0711102)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012
perhatian pada alternatif pengendalian yang lebih ramah lingkungan semakin besar
untuk menurunkan penggunaan pestisida sintetis.
Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management)
merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia
terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan,
serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat
antar waktu dan antar generasi. Salah satu komponen pengendalian hama terpadu
(PHT) yang sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan pembangunan pertanian
secara hayati karena pengendalian ini lebih selektif (tidak merusak organisme yang
berguna dan manusia) dan lebih berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati berupaya
memanfaatkan pengendali hayati dan proses-proses alami. Aplikasi pengendalian hayati
harus kompatibel dengan peraturan (karantina), pengendalian dengan jenis tahan,
pemakaian pestisida dan lain-lain. Berbagai kendala yang menyangkut komponen
hayati antara lain adalah adanya kesan bahwa cara pengendalian hayati lambat kurang
diminati. Oleh karena itu terasa pentingnya suatu komitmen untuk menentukan suatu
gerak terpadu melalui konsep pengendalian hayati yang menguntungkan dan
berkelanjutan dalam pemanfaatannya.
2. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan OPT?
b. Organisme apa saja yang termasuk dalam pengganggu tnaman?
c. Bagaimana cara untuk mengendalikan OPT?
d. Apa saja keuntungan dan kerugian dari adanya OPT?
3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian OPT secara mendalam.
b. Mengetahui organisme-organisme yang termasuk OPT.
c. Mengetahui cara-cara untuk mengendalika OPT.
d. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari adanya OPT tersebut.
B. Pembahasan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah semua organisme yang dapat
merusak, menggangu kehidupan atau menyebabkan kematian pada tumbuhan. Organisme
penganggu tanaman merupakan faktor pembatas produksi tanaman baik tanaman pangan,
hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar
dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tanaman
merupakan salah satu penghambat produksi dan penyebab ditolaknya produk tersebut
masuk ke suat negara, karena dikawatirkan akan menjadi hama baru di negara yang
ditujunya. Masih banyak permasalahan OPT yang belum tuntas penanganannya dan perlu
kerja keras untuk mengatasinya dengan berbagai upaya dilakukan, seperti lalat buah pada
berbagai produk buah dan sayuran buah dan virus gemini pada cabai. Selain itu, dalam
kaitannya dengan terbawanya OPT pada produk yang akan diekspor dan dianalis potensial
masuk, menyebar dan menetap di suatu wilayah negara, akan menjadi hambatan yang
berarti dalam perdagangan internasional.
Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman adalah
Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang), dan
Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain-lain). Dalam uraian berikut akan dibicarakan
secara singkat tentang sifat-sifat morfologi luar anggota filum tersebut.
1. Filum Nematoda
Sastrosuwignyo (1990) menyatakan bahwa tidak semua anggota Nematoda
berperan sebagai hama tanaman atau bersifat parasitik, namun ada juga yang bersifat
saprofag yang tidak merugikan tanaman. Nematoda sering ditemukan pada tempattempat atau habitat yang basah, misalnya dalam air, tanah, tanaman, binatang, dan
manusia. Nematoda berukuran sangat kecil, berbentuk silindris, tidak berwarna
(transparan), bilateral simetris, tidak beruas, mempunyai rongga tubuh semu
(pseudocoelomates), bagian kepala agak tumpul, sedangkan bagian ekornya agak
runcing. Selama hidupnya nematoda dapat mengalami pegantian kulit sebanyak empat
kali. Cara nematoda menyerang tanaman bervariasi, yaitu :
a. Ektoparasit, yaitu menyerang dari luar jaringan tanaman, misalnya Criconemoides
sp dan Xiphinema sp.
b. Endoparasit, yaitu menyerang dari dalam jaringan tanaman. Ada yang bersifat
sedentary (menetap), misalnya nematoda puru akar (Meloidogyne spp.), dan ada
yang bersifat migratory (berpindah), misalnya Pratylenchus sp.
c. Ektoendoparasit, yaitu setelah dewasa nematoda meletakkan sebagian tubuhnya ke
dalam tanaman, misalnya Rotylenchus sp.
d. Endoektoparasit, yaitu telur dan larva berkembang dalam tubuh tanaman, kemudian
sebagian tubuhnya keluar dari jaringan tanaman, misalnya Heterodera sp.
Akibat serangan nematoda, maka tanaman akan mengalami gejala kerusakan
yang beragam, tergantung jenis nematodanya. Berdasarkan gejala kerusakannya,
nematoda dibedakan menjadi :
a. Nematoda puru/bengkak (gall nematodes), misalnya Anguina tritici penyebab puru
pada daun dan biji gandum.
Rodentia (binatang mengerat) merupakan ordo yang paling merugikan, misalnya tupai
(Callosciurus notatus) dan tikus sawah (Rattus rattus argentiventer). Disamping itu
kelelawar, musang, landak, dan satwa liar seperti gajah, kera, babi hutan, rusa, dan
beruang juga dapat berperan sebagai hama yang merugikan. Sedangkan dari kelas aves
yang berperan sebagai hama misalnya burung pipit (Lonchura leucogastroides (Horsf.
dan Moore)). Mamalia yang dianggap menjadi hama menyerang tanaman sebagai
berikut:
a. Tikus (Rattus-rattus spp.)
Tikus merupakan hama paling penting dibandingkan dengan hama-hama dari
golongan mamalia lainnya. Perkembangbiakan tikus sangat cepat, dan tanaman yang
disukainya cukup banyak. Tikus dapat menyebabkan kerusakan tanaman padi pada
areal yang luas sejak di persemaian sampai menjelang panen. Disamping itu tikus
juga menyerang tanaman lainnya yaitu jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, tebu,
kelapa, dan kelapa sawit (Kalshoven,1981). Pada umumnya tikus menyerang tanpa
mengenal tempat, sejak di persemaian, pertanaman sampai di tempat penyimpanan.
Tikus aktif menyerang tanaman pada malam hari. Tikus yang lapar akan memakan
hampir semua benda yang dijumpainya. Jika makanan cukup tersedia, tikus akan
memilih jenis makanan yang paling disukai, seperti padi yang sedang bunting, dan
jagung muda. Pada saat makanan banyak tersedia, perkembangbiakan tikus
berlangsung sangat cepat (Rukmana dan Saputra, 1997). Tiga jenis tikus yang sering
merusak tanaman pertanian menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :
1) Tikus sawah (Rattus rattus argentiventer), tikus sawah mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: panjang dari hidung sampai ujung ekor antara 270 mm 370
mm, berat badan rata-rata 130 gram, panjang ekor 95 persen panjang badan
(dari kepala sampai pangkal ekor), tikus betina mempunyai 12 puting susu, yaitu
terdiri atas tiga pasang di bagian dada dan tiga pasang di bagian perut, warna
badan kelabu gelap, sedang bagian dada dan perutnya berwarna keputih-putihan.
2) Tikus rumah (Rattus rattus diardi), tikus rumah mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut: panjang dari hidung sampai ujung ekor antara 220 mm 370 mm,
panjang ekor sama atau lebih panjang 105 persen dari panjang badan (hidung
sampai pangkal ekor), tikus betina mempunyai puting susu 10 buah, yaitu terdiri
dari dua pasang di bagian dada dan tiga pasang di bagian perut, warna bulu badan
bagian atas dan bagian bawah cokelat tua kelabu, makanan tikus rumah diperoleh
dari sisa makanan manusia, atau makanan yang disimpan tidak rapi, dan hasil
pada saat padi sedang menguning. Pada umumnya gerombolan burung ini terdiri atas
kurang dari 50 ekor dan datang berkali-kali.
b. Pipit jawa (Lonchura leucogastroides Horsfield dan Moore)
Burung pipit ini berbentuk hampir sama dengan pipit haji, tetapi tanpa warna
pada kepala. Tubuh bagian atas dan sayapnya berwarna merah coklat, lehernya
hitam, perut putih, mata coklat, paruh hitam dan ekor kehitam-hitaman. Panjang
tubuh sampai ke ujung ekornya kurang lebih 9 10 cm. Burung jantan dan betina
seukuran dan serupa. Burung menyukai lingkungan yang bersemak-semak, hutan
sekunder, persawahan, atau pekarangan terutama yang berdekatan dengan
pertanaman padi. Pada saat padi menguning burung pipit ini datang bergerombol
berkali-kali untuk makan padi yang sudah masak. Di Jawa burung ini pernah
menjadi hama padi yang sangat potensial. Demikian pula di Nusa Tenggara Timur,
burung pipit ini termasuk hama potensial pada pertanaman padi.
c. Burung peking (Lonchura punctata punctata (Horsf dan Moore))
Panjang tubuh burung peking 10 11 cm. Warna punggung, dagu dan leher
merah coklat. Bulu dada dan perut berwarna putih dengan pinggir coklat hitam.
Mata berwarna coklat merah. Burung peking hidup bergerombol, bersarang pada
pohon-pohon tinggi, misalnya pada pohon-pohon aren. Pada satu pohon terdapat
lebih dari satu sarang. Sarang terbuat dari rumput-rumputan, kadang-kadang
bersarang diantara buah pisang. Di daerah Nusa Tenggara Timur, burung ini juga
berpotensi sebagai hama pada pertanaman padi.
4. Filum Arthropoda
Sebagian besar hama tanaman yang kita kenal merupakan anggota filum
Arthropoda. Filum ini mempunyai ciri yang sangat khas yaitu tubuh terbagi menjadi 2
atau 3 bagian, tubuh dan kaki beruas-ruas, alat tambahan beruas-ruas dan berpasangan
dan dinding tubuh bagian luar berupa skeleton yang secara periodik dilepas dan
diperbaiki/diganti. Anggota filum Arthropoda yang berperan sebagai hama berasal dari
Kelas Acharina dan Insecta (serangga) (Ananda, 1983).
a. Kelas Arachnida
Menurut Ananda (1983), anggota kelas Arachnida ada yang berperan sebagai
hama tanaman, dan adapula yang berperan sebagai predator hama tanaman. Salah
satu contoh jenis yang berperan sebagai hama tanaman adalah tungau merah
Tetranichus bimaculatus yang menyerang tanaman ketela pohon terutama pada
musim kemarau. Gejala yang ditimbulkannya berupa bercak-bercak kekuningan,
karena cairan sel daun diisapnya. Daun ini akhirnya kering dan rontok. Contoh yang
berperan sebagai predator adalah laba-laba. Ciri khas Arachnida adalah: kaki empat
pasang yang terdiri atas tujuh ruas, yaitu coxa, trochanter, patela, femur, tibia,
metatarsus dan tarsus, tubuh terbagi menjadi dua bagian, yaitu gabungan kepala dan
dada (cephalothorax) serta abdomen, tidak bersayap dan memiliki alat tambahan
berupa sepasang pedipalpus.
b. Kelas Insecta atau Hexapoda
Anggota kelas insecta disebut juga hexapoda karena memiliki 6 kaki. Anggota
kelas ini menempati peringkat paling atas dalam hal peranannya sebagai hama
tanaman. Ciri khas kelas insecta menurut Ananda (1983). Adalah: tubuh terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen),
mempunyai 3 pasang kaki yang terdiri atas 6 ruas, yaitu coxa, trochanter, femur,
tibia, metatarsus dan tarsus, sayap satu pasang atau dua pasang dan adapula yang
tidak bersayap dan mempunyai satu pasang antena. Beberapa jenis ordo dari kelas
insecta atau hexapoda yang menjadi hama penting adalah sebagai berikut :
1) Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari kata orthos yang berarti lurus dan pteron artinya
sayap. Golongan serangga ini pada waktu istirahat berperilaku khas, yaitu sayap
belakangnya dilipat lurus di bawah sayap depan. Alat mulut nimfa dan imagonya
penggigit-pengunyah.
Perkembangan
hidup
hama
ini
termasuk
tipe
Kutu
daun
bersifat
partenogenetik,
yaitu
embrio
pada teh (Catoptilia theivora Wls), Penggerek batang padi merah jambu (Sesamia
inferens Walker) dan lain-lain.
5) Ordo Coleoptera
Coleoptera berasal dari kata coleos atau seludang dan pteron atau sayap.
Serangga dari ordo Coleoptera ini memiliki sayap depan yang mengalami
modifikasi, yaitu mengeras dan tebal seperti seludang. Sayap depan atau seludang
ini berfungsi untuk menutupi sayap belakang dan bagian tubuhnya. Sayap depan
yang bersifat demikian disebut elitron, sedangkan sayap belakang strukturnya
tipis seperti selaput. Pada saat terbang kedua sayap depan tidak berfungsi, namun
pada waktu istirahat sayap belakang dilipat di bawah sayap depan.
Perkembangbiakan hidup serangga ordo Coleoptera adalah holometabola (telurlarva-pupa-iamgo). Tipe alat mulut larva dan imago memiliki struktur yang sama,
yaitu penggigit-pengunyah. Coleoptera adalah ordo serangga yang paling besar di
antara ordo-ordo serangga hama. Oleh karena itu, ordo serangga ini banyak
bentuknya. Sifat hidup serangga ordo Coleoptera sebagian ada yang merusak
tanaman, namun adapula yang bersifat predator. Serangga ordo Coleoptera yang
berperan sebagai hama/perusak tanaman, antara lain: Kumbang kelapa atau
kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.), Penggerek buah kopi (Stephanoderes
hampei), Penggerek batang cengkeh (Nothopeus fasciatipennis Wat.)
6) Ordo Diptera
Di artinya dua dan pteron berarti sayap. Diptera artinya serangga yang hanya
mempunyai sepasang sayap depan sebab sepasang sayap belakangnya telah
berubah bentuk menjadi bulatan (halter). Sayap ini berfungsi sebagi alat
keseimbangan pada saat terbang, alat untuk mengetahui arah angin, dan juga alat
pendengaran. Stadium larva Diptera disebut tempayak atau belatung atau set.
Larva tidak mempunyai kaki, dan hidupnya menyukai tempat-tempat yang
lembab dan basah. Perkembangan hidup ordo Diptera adalah holometabola (telurlarva-pupa-imago). Tipe alat mulut larva penggigit-pengunyah, sedang imagonya
memiliki tipe alat mulut penjilat-pengisap. Jenis serangga ordo Diptera yang
sering merusak tanaman antara lain adalah: Lalat bibit kedelai (Agromyza
phaseoli Tryon), Lalat buah (Bactrocera spp.), Lalat penggerek batang padi
(Atherigona exigua).
7) Ordo Thysanoptera
Thysanos artinya rumbai dan pteron berarti sayap. Serangga dari ordo
Thysanoptera ini berukuran sangat kecil. Sayapnya berjumlah dua pasang dengan
bentuk memanjang, sempit, membranus, dan pada bagian tepinya terdapat
rambut-rambut halus berumbai. Perkembangan hidup serangga Thysanoptera
adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut nimfa dan imago
pencucuk-pengisap. Serangga dari ordo ini dapat merusak daun, bunga, dan buah
tanaman. Daun yang terserang menjadi keriting atau salah bentuk. Bunga yang
terserang menjadi salah bentuk atau gugur, sedangkan serangan pada buah
menyebabkan bercak-bercak atau gugur. Jenis serangga dari ordo Thysanoptera
yang sering merusak tanaman antara lain: Thrips hitam pada tanaman jagung
(Heliothrips striatoptera Kob), Thrips pada bibit padi dan jagung (Thrips oryzae
Will) dan Thrips bawang (Thrips tabaci Lind).
Kerusakan (kerugian) yang ditimbulkan oleh hama tanaman menurut Rukmana dan
Saputra (1997), antara lain sebagai berikut :
1. Kerugian secara kuantitas (berkurangnya hasil atau produksi) antara lain sebagai
berikut :
a. Serangan kumbang daun Aulacophora similis Oliver dengan cara memakan daun
dan bunga pada famili Cucurbitaceae (semangka, melon, mentimun, dan pare)
menyebabkan produksi tanaman tersebut menurun (rendah).
b. Serangan kumbang penggerek buah kapas Amorphoidea sp. dapat menyebabkan
buah tersebut gugur sebelum masak.
c. Serangan serangga Amrasca flavescens F. atau Empoasca flavescens F. pada
tanaman kapas yang masih muda dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut
tidak normal sehingga produksi menurun.
d. Serangan ulat tanah Agrotis ipsilon Hufn. yang memakan berbagai jenis tanaman
(polifag), terutama tanaman muda, dapat menyebabkan tanaman terkulai (layu) atau
mati.
2. Kerugian secara kualitas (menurunnya mutu hasil), antara lain sebagai berikut :
a. Perubahan warna pada beberapa macam produk tanaman (ubi, daun, bunga, maupun
buah), misalnya: Ubi jalar Ipomoea batatas L. yang terserang hama lanas Cylas
formicarius Fabr. akan berwarna cokelat kehitam-hitaman. Biji kedelai yang
terserang kepik hijau Nezara viridula L. dan kepik polong atau kepik cokelat
Riptortus linearis F. akan berwarna kehitam-hitaman.
b. Perubahan rasa, misalnya Ubi jalar yang terserang hama lanas Cylas formicarius
Fabr. rasanya menjadi pahit. Buah durian yang terserang hama penggerek Tirathaba
ruptilinea Wlk. rasanya menjadi kemasam-masaman.
c. Bercak atau bintik-bintik hitam, misalnya daun kangkung yang terserang walang
sangit Leptocorisa oratorius Thumb. akan menunjukkan gejala berbintik-bintik
hitam atau kecokelat-cokelatan. Kulit biji kedelai ataupun kacang hiaju yang
terserang kepik hijau Nezara viridula L. akan berbercak-bercak cokelat.
d. Rusak atau abnormal, misalnya daun kedelai yang terserang ulat jengkal
Chrysodeixis chalcites Esp. akan menjadi berlubang-lubang. Umbi kentang yang
terserang nematoda Meloidogyne sp. akan berbintil-bintil (abnormal), atau berlubang
dan membusuk akibat serangan hama uret.
Organisme yang berperan sebagai hama tanaman menurut Rasdiman (1994), meliputi
filum Nemathelminthes/Aschelminthes termasuk nematoda, Mollusca, Arthropoda, dan
Chordata. Filum Nemathelminthes, Mollusca , dan Arthropoda, karena tidak bertulang
belakang dimasukkan ke dalam kelompok Invertebrata, sedangkan filum Chordata yang
bertulang belakang dimasukkan ke dalam kelompok Vertebrata. Dari fila tersebut, maka
filum Arthropodalah yang paling berperan sebagai hama, terutama dari kelas insekta
(serangga).
Serangga dan tanaman inang mempunyai hubungan yang erat sekali, karena serangga
membutuhkan tempat berlindung, kawin, meletakkan telur dan nutrisi yang dapat
diperolehnya dari tanaman. Kecenderungan serangga hama dalam memilih tanaman
sebagai inang sangat ditentukan oleh sifat-sifat yang terkandung dalam tanaman tersebut.
Apabila tanaman memiliki sifat-sifat yang disukai oleh serangga hama, maka ada
kecenderungan bahwa tanaman mengalami kerusakan yang lebih berat.
Hama merusak tanaman secara langsung, yaitu menyerang bagian-bagian tanaman
seperti akar, batang, daun, bunga, buah atau tanaman seluruhnya. Pengertiannya adalah
bahwa ada jenis hama yang menyerang satu bagian tanaman, atau menyerang bagian
tanaman tertentu, namun mengakibatkan tanaman tidak dapat dipanen. Sebagai contoh
adalah hama penggerek batang padi kuning Tryporyza incertulas yang menyerang titik
tumbuh tanaman padi. Akibatnya akan timbul gejala mati pucuk (dead heart) atau sundep
pada tanaman padi pada fase pertumbuhan vegetatif. Pada fase generatif, hama ini
menimbulkan gejala beluk, yaitu bulir-bulir tanaman padi yang terserang akan tegak,
kosong dan berwarna keabu-abuan. Tanaman padi yang terserang hama tersebut tidak akan
pernah diharapkan hasilnya.
Tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
hama dalam cara menyerangnya. Beberapa jenis hama hanya menyerang sasaran utama
bagian daun atau batang, dahan, akar, ubi, bunga, buah, dan biji, namun ada pula hama
yang menyerang lebih dari satu bagian tanaman.
Macam pengendalian organisme pengganggu tanaman berapa teknik pengendaliannya
antara lain:
1. Pengendalian Secara Kultur Teknik
Pengendalian tersebut merupakan pengendalian yang bersifat preventif, dilakukan
sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya. Menurut
Pedigo (1996) dalam Untung (2006) sebagian besar teknik pengendalian secara
budidaya dapat dikelompokan menjadi empat dengan sasaran yang akan dicapai, yaitu
1) mengurangi kesesuaian ekosistem, 2) Mengganggu kontinuitas penyediaan keperluan
hidup OPT, 3) Mengalihkan populasi OPT menjauhi tanaman, dan 4) Mengurangi
dampak kerusakan tanaman. Beberapa contoh dari pengendalian OPT secara kultur
teknis:
a. Menggunakan varietas domestik yang tahan: karakteristik dari varietas domestik
adalah memiliki ketahanan yang lebih baik karena cocok terhadap lingkungannya.
b. Rotasi Tanaman: pergiliran atau rotasi tanaman yang baik adalah bila jenis tanaman
yang ditanam pada musim berikutnya, dan jenis tanaman tersebut bukan merupakan
inang hama yang menyerang tanaman yang ditanam pada musim sebelumnya.
Dengan pemutusan ketersediaan inang pada musim berikutnya populasi hama yang
sudah meningkat pada musim sebelumnya dapat ditekan pada musim berikutnya.
Rotasi tanaman paling efektif untuk mengendalikan hama yang memiliki kisaran
makanan sempit dan kemampuan migrasi terbatas terutama pada fase yang aktif
makan.
c. Menghilangkan tanaman yang rusak. Tanamn yang terkena serangan hama maupun
patogen sebaiknya dibersihkan dari kawasan budidaya.
d. Pengolahan Tanah: pengerjaan tanah dapat dimanfaatkan untuk pengendalian instar
hama yang berada dalam tanah. Misal:
- Pengolahan tanah sangat efektif untuk membunuh telur belalang kembara (Locusta
migratoria) yang selalu diletakan di dalam tanah.
- Hama akar seperti lundi (Holotricia helleri) mempunyai fase larva dan pupa di
dalam tanah, sehingga pengolahan tanah dapat mengangkat pupa dan memutus
siklus perkembangannya.
e. Tumpang Sari dan variasi penanamn serta pemanenan: tumpang sari dapat
mengendalikan suatu opt akibat keberadaan tanaman yang bukan inangnya.
Sedangkan variasi waktu panen akan memutuskan siklus hidup hama. Misalnya:
- Panen dilakukan secara bertahap dari satu lajur atau setrip ke lajur yang lain pada
hari berikutnya. Diharapkan populasi hama tidak keluar dari petak hamparan
tetapi pindah dari bagian yang telah dipanen ke bagian pertanaman yang lebih
muda dan belum dipanen.
- Tumpang sari antara kentang dan bawang daun, tagetes ataupun lobak relatif dapat
menekan populasi hama penting tanaman kentang (Setiawati, 2005).
f.
predator dan secara fungsional (respon fungsional) dengan meningkatkan daya makan
per musuh alami. Beberapa tindakan antara lain:
a. pengendalian hayati dengan parasitoid dan predator.
b. Introduksi, perbanyakan dan penyebaran musuh alami.
c. perlindungan dan dorongan musuh alami.
3. Pengendalian Secara Mekanis dan Fisik.
Mengendalikan menggunakan tindakan-tindakan antara lain Mematikan hama,
Mengganggu aktivitas fisiologis hama yang normal dengan cara non-pestisida,
mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi kurang sesuai
bagi kehidupan OPT. Beberapa tindakan tersebut yaitu:
a. penghancuran dengan tangan. Cara ini dailkukan dengan mencari adanya hama dan
selanjutnya dilakukan pemusnahan. Fase hidup hama yang dikumpulkan dan
dibunuh adalah yang mudah dtemukan seperti telur dan larva. Atau dapat pula
mengumpulkan bagian tanaman yang terserang hama.
b. Menutup dengan jaring atau paranet. Dapat dilakukan untuk mencegah masuknya
atau mengganggunya ngengat yang akan berkembang biak pada tanaman.
c. Perangkap. Menggunakan alat perangkap yang disesuaikan berdasarkan jenis hama
dan fase hama yang akan ditangkap.
d. perlakuan panas. Faktor suhu dapat mempengaruhi penyebaran, frekuenditas,
kecepatan perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama. Setiap perubahan faktor
fisik mempengaruhi berbagai parameter kehidupan tersebut.
e. penggunaan lampu perangkap. Dipengaruhi oleh adanya daya tarik serangga
terhadap cahaya lampu fungsi utama lampu ini hanya menarik perhatrian serangga
yang selanjutnya ketika sudah terkumpul dapat dikendalikan dengan ditangkap.
f.
dengan
memecahkan
kelemahan
dari
hama
tertentu.
Teknik
C. Penutup
Dari uraian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengendalian secara hayati berupaya untuk mempertahankan dan meningkatkan
sumberdaya alam serta memanfaatkan proses-proses alami.
2. Penelitian tentang pengendalian OPT secara hayati tidak bertujuan untuk
meningkatkan produksi pertanian dalam jangka pendek, namun untuk mencapai
tingkat produksi stabil dan memadai dalam jangka panjang
3. Pengetahuan dan pemahaman yang cukup terhadap OPT dengan penyakit yang
ditimbulkannya terutama kalau dikaitan dengan tanaman inang, pola tanam, system
pertanian, daya dukung lahan dan system pengendalian pada waktu tertentu perlu
diantisipasi dengan cermat dan baik.
4. Dalam menerapkan pengendalian hayati di lapangan, keperdulian unsur-unsur terkait
(peneliti/pakar, penyuluh/petugas proteksi tanaman, petani, tokoh masyarakat,
pengambil keputusan perlu terpadu dengan aktif.
5. Proses pengendalian hayati harus berkelanjutan dan kesempatan sebagai komponen
yang kuat dalam PHT akan terwujud dengan menggiatkan koordinasi untuk
melakukan eksplorasi, pengadaan agensia, penggunaan di lapangan dan evaluasi terus
menerus.
6. Peluang dan prospek pengendalian hayati penyakit tanaman cukup besar untuk
dikembangkan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Guntur, Nova Dwi. Dkk. 2010. Pengaruh Atraktan Nabati Ekstrak Selasih (Ocimum sanctum
l.) Dan Daun Wangi (Melaleuca bracteata l.) Terhadap Lalat Buah Jantan
(Diptera: trypetidae) pada Tanaman Mentimun. Universitas Lampung. Lampung
Setiawati, A. Dkk. 2005. Pengendalian Kutu Kebul dan Nematoda Parasitik Secara Kultur
Teknik pada Tanaman Kentang. J. Hort. 15(4):288-296.
Suhaendah, Endah. Dkk. 2008. Uji Ekstrak Daun Suren Dan Beauveria Bassiana Terhadap
Mortalitas Ulat Kantong Pada Tanaman Sengon. Balai Penelitian Kehutanan
Ciamis. Jawa Barat
Untung, Kasumbogo. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (edisi kedua). Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Zulfitriany, D.M. dkk. 2004. Pemanfaatan Minyak Sereh (Andropogon nardus l.) Sebagai
Atraktan Berperekat Terhadap Lalat Buah (Bactrocera spp.) Pada Pertanaman
Mangga. J. Sains & Teknologi, Desember 2004, Vol. 4 No.3: 123-129