Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

ILMU BEDAH
HERNIASI

Pembimbing :
dr. Agus Guntoro, Sp.BS

Penyusun :
Dedea Ika Cahyati
2010.04.0.0101

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM


UNIVERSITAS HANGTUAH SURABAYA
2015

Lembar Pengesahan
REFERAT

HERNIASI

Telah disahkan referat ilmu Bedah berjudul Herniasi yang digunakan


sebagai salah satu syarat dalam mengikuti tugas kepaniteraan di
departemen ilmu Bedah RSAL dr. Ramelan Surabaya.
Penyusun :
Dedea Ika Cahyati (2010.04.0.0101)
Disahkan oleh :
Pembimbing

dr. Agus Guntoro, Sp.BS

BAB I
PENDAHULUAN

Otak merupakan organ tubuh yang sangat penting bagi manusia. Otak
juga membutuhkan banyak energi agar tetap dapat bekerja, dimana
energi tersebut diperoleh dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
Jaringan otak bersifat sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan
glukosa melalui aliran darah bersifat konstan. Metabolisme otak
merupakan proses yang tetap dan kontinyu tanpa ada masa istirahat,
untuk itu asupan oksigen dan glukosa harus tetap terjaga agar otak dapat
bekerja dengan baik.4
Aktivitas otak yang tak pernah berhenti ini berhubungan dengan fungsinya
sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan motorik,
serta fungsi sebagai pengatur informasi yang masuk maupun impuls yang
keluar.4
Otak terdiri atas cerebrum, otak, cerebellum, diencephalon, dan sistem
limbic. Peningkatan volume salah satu dari unsur otak tersebut
mengakibatkan desakan pada ruangan yang ditempati oleh unsur otak
lainnya dan meningkatkan tekanan intrakranial. 4
Ruang intrakranial ditempati oleh jaringan otak, darah, dan cairan
serebrospinal. Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang
menghasilkan suatu tekanan intrakranial normal berkisar antara 10
sampai 15 mmHg.5
Peningkatan tekanan intrakranial merupakan komplikasi serius yaitu dapat
menyebabkan herniasi dan berakhir dengan gagal pernafasan dan gagal
jantung, serta kematian. 5
Tidak seperti organ lainnya, otak dibungkus oleh tulang tengkorak yang
keras dan tidak fleksibel. Sifat tengkorak yang tidak fleksibel ini berperan
dalam mencegah kerusakan otak serta menyimpan dan melindunginya

dengan aman. Namun ketika tekanan intrakranial naik, jaringan otak akan
dipaksa ke daerah-daerah yang tidak biasanya sebagai upaya untuk
mengatasi tekanan.1
Herniasi otak dapat menyebabkan asupan nutrisi dan oksigen terganggu
yang berakhir pada kerusakan dan kematian sel . Kerusakan otak tersebut
dapat berakibat pada terganggunya fungsi biologis tubuh. 5
Salah satu contohnya, edema cerebri yang hebat dapat menyebabkan
terjadinya herniasi jaringan otak, terutama pada tentorium cerebellum dan
foramen magnum. Otak terletak dalam rongga tengkorak yang dibatasi
oleh tulang-tulang keras. Dengan adanya edema cerebri, mudah sekali
terjadi peningkatan tekanan intrakranial dengan akibat seperti herniasi,
torsi, dan lain-lain yang akan mengganggu fungsi otak. 5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi Otak.2


Otak terlindungi dalam suatu ruangan keras yang terbentuk dari tulang
tengkorak. Suatu lubang yang terletak pada basis tulang tengkorak yaitu
foramen magnum, dimana di dalamnya keluar medulla oblongata.
Foramen magnum merupakan satu-satunya pembukaan dari tulang
tengkorak, sehingga jaringan otak dapat menonjol keluar ke dalamnya. 2
Otak terdiri atas cerebrum, brainstem, dan cerebellum. Cerebrum terdiri
dari hemisfer kanan dan kiri, yang dipisahkan oleh falx cerebri. 1
Otak dilapisi oleh meningen, yang terdiri dari 3 lapisan, yaitu piamater,
arachnoid, dan duramater. Terdapat penebalan pelipatan duramater pada
dua tempat, yaitu :

1. Antara hemisfer kanan dan kiri otak (cerebrum) yang dikenal


sebagai falx cerebri.
2. Antara lobus occipitalis dari cerebrum dan cerebellum, yang dikenal
sebagai tentorium cerebelli.2

Gambar 2.2 Anatomi falx cerebri dan tentorium cerebelli. 2


2.2.

Tekanan Intrakranial

Tekanan intrakranial adalah tekanan relatif di dalam rongga kepala yang


dihasilkan oleh keberadaan jaringan otak, cairan serebrospinal, dan
volume darah yang bersirkulasi di otak. Tekanan intrakranial merupakan
keadaan dinamis yang berfluktuasi secara terus-menerus yang dapat
berubah sebagai respon terhadap berbagai aktivitas dan proses fisiologis
tertentu seperti olah raga, batuk, denyut nadi, dan siklus pernafasan. 5
Rongga kepala merupakan suatu struktur yang rigid, dan berisi tiga
komponen utama yang terdiri dari tiga komponen utama yang terdiri dari
otak, darah (arteri dan vena), dan cairan serebrospinal. Pada keadaan
fisiologis normal volume intrakranial yang selalu dipertahankan konstan
dengan tekanan intrakranial berkisar 10-15 mmHg. 5

Isi
Volume
Volume total
Otak
1400 ml
80 %
Darah
150 ml
10 %
Cairan serebrospinal
150 ml
10 %
Total
1700 ml
100 %
Tabel 2.1 Perbandingan volume komponen penyusun rongga intrakranial 5
Adanya suatu penambahan massa intrakranial, maka sebagai kompensasi
awal adalah penurunan darah vena dan cairan serebrospinal secara
respirokal. Keadaan ini dikenal sebagai doktrin Monro-Kellie Burrows,
yang telah dibuktikan melalui berbagai penelitian eksperimental maupun
klinis (kecuali pada anak-anak dimana sutura tulang tengkoraknya masih
belum menutup, sehingga mampu mengakomodasi penambahan volume
intrakranial). Sistem vena akan segera menyempit bahkan kolaps dan
darah akan diperas keluar melalui vena jugularis atau melalui vena-vena
emisaria dan kulit kepala. Kompensasi selanjutnya adalah cairan
serebrospinal juga akan terdesak melalui foramen magnum ke arah
rongga

subarachnoid

spinalis.

Mekanisme

kompensasi

ini

hanya

berlangsung sampai batas tertentu yang disebut sebagai titik batas


kompensasi dan kemudian akan terjadi peningkatan tekanan intrakranial
yang hebat secara tiba-tiba. Parenkim otak dan darah tidak ikut serta
dalam mekanisme kompensasi tersebut di atas. 5
Kenaikan tekanan intrakranial lebih dari 10 mmHg dikategorikan sebagai
keadaan yang patologis (hipertensi intrakranial), keadaan ini berpotensi
merusak otak dan berakibat fatal. 5

Gambar 2.3 Doktrin Monro Kellie.1

Tekanan Intrakranial Tinggi dan Aliran Darah Otak (Cerebral Blood


Flow)
Peningkatan TIK dapat menimbulkan gangguan fungsi neurologis sebagai
akibat dari terganggunya aliran darah ke otak. Kemampuan otak untuk
menyimpan oksigen dan glukosa sangat kecil, sehingga untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme sebagai syarat kelangsungan hidupnya, sel otak
sangat bergantung pada cukupnya suplai oksigen dan glukosa dari
kontinuitas aliran darah. 5
Nilai normal aliran darah otak berkisar antara 55-60 ml/100 gram jaringan
otak/menit. Aliran ini cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik otak.
Kerusakan neuronal irreversible terjadi ketika aliran darah otak berkisar
10-15 ml/100 gram jaringan otak/menit. Yang paling berperan dalam
menentukan aliran darah otak adalah tekanan perfusi otak (cerebral

perfusion pressure), yang merupakan tekanan darah untuk masuk ke


dalam otak. Tekanan perfusi otak merupakan selisih antara tekanan arteri
rata-rata (mean arterial pressure) dengan tekanan intrakranial. Mean
arterial pressure adalah hasil dari dua pertiga nilai tekanan diastolik
ditambah sepertiga tekanan sistolik. Peningkatan tekanan intrakranial
cenderung

menyebabkan

penurunan

cerebral

perfusion

pressure.

Cerebral perfusion pressure normal berkisar antara 50-150 mmHg.5

Bila CPP berada di bawah 50 mmHg akan terjadi iskemia otak, sedangkan
bila di atas 150 mmHg akan terjadi kerusakan blood brain barrier sehingga
terjadi edema cerebri. 5
Dalam keadaan fisiologis ada 3 faktor utama yang berperan pada
pengaturan aliran darah otak, yaitu tekanan darah sistemik, karbon
dioksida, dan kadar ion H+ dalam darah arteri. Kemampuan arteriol
mengubah diameternya pada keadaan perubahan tekanan perfusi untuk
mempertahankan aliran darah otak pada nilai yang konstan disebut
sebagai mekanisme autoregulasi. Bila mean arterial pressure rendah,
arteriol cerebral akan mengalami dilatasi untuk membuat aliran darah otak
tetap adekuat dalam tekanan yang rendah, sebaliknya pada tekanan
darah sistemik yang tinggi, arteriol akan mengalami konstriksi sehingga
aliran darah otak akan tetap dipertahankan dalam kondisi fisiologis. 5
Aliran darah otak tidak selalu dapat diatur, bila tekanan perfusi menurun
sampai di bawah 50 mmHg, aliran darah otak menjadi tidak adekuat. Bila
tekanan perfusi melebihi 150 mmHg, autoregulasi juga tidak akan
berjalan. 5
Penyebab Peningkatan TIK
Peningkatan tekanan intrakranial merupakan hal yang menjadi perhatian
utama bila terdapat penderita dengan kelainan intrakranial. Sehingga
untuk penatalaksanaan kausatifnya, sebab-sebab peningkatan tekanan
intrakranial sangat penting untuk diketahui. 5

Tekanan intrakranial normal berkisar antara 10-15 mmHg. Yang paling


berperan dalam hal ini adalah pulsasi arteri yang secara langsung
ditransmisikan ke dalam otak dan melalui pleksus khoroideus. Bila terjadi
gangguan yang menyebabkan ketidakseimbangan antara volume rongga
kepala dengan muatan yang ada di dalam rongga kepala, maka akan
menyebabkan

peningkatan

tekanan

intrakranial.

Penyebab

umum

peningkatan tekanan intrakranial antara lain lesi massa (hematom,


neoplasma,

abses

edema

fokal),

gangguan

pada

sistem

cairan

serebrospinal, obstruksi sinus vena yang besar, edema otak difus, dan
ada pula yang idiopatik seperti pseudotumor cerebri. 5
Penyebab yang paling sering dijumpai adalah cedera otak yang
disebabkan karena trauma kepala. Pada kasus-kasus cedera kepala berat
dimana tingkat kesadaran penderita di bawah 9 menurut Glasgow Coma
Scale, sebesar 44% akan mengalami peningkatan TIK hingga melebihi 20
mmHg dan 82% mengalami peningkatan TIK melebihi 10 mmHg.
Tingginya tekanan intrakranial ini mempunyai konsekuensi buruknya
prognosis penderita, atau dengan kata lain penderita cedera kepala berat
seringkali meninggal sebagai akibat dari hipertensi intrakranial. 5
Aneurisma intrakranial yang pecah dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial secara mendadak. Selain itu, tumor otak yang makin
membesar akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang
akhirnya terjadi pergeseran cairan serebrospinal dan darah perlahanlahan. Penyebab peningkatan tekanan intrakranial lainnya antara lain,
perdarahan intracerebral spontan, hidrocephalus, abses otak, meningitis,
malformasi arterio-venosa, hipertensi intrakranial idiopatik, dan thrombosis
sinus venosus. 5
2.3.

Definisi

Herniasi secara umum merupakan suatu penonjolan abnormal organ atau


struktur tubuh lainnya melalui cacat atau lubang alamiah dalam selaput
pembungkus, membrane, otot, atau tulang.6

Sedangkan herniasi otak adalah protrusi atau penonjolan jaringan otak


dari satu kompartemen (dengan tekanan tinggi) ke kompartemen lain
dengan tekanan yang lebih rendah. Dengan adanya pergeseran jaringan
otak tersebut, maka suplai darah dan oksigen akan berkurang yang
akhirnya menyebabkan jaringan otak mengalami iskemia, hipoksia, dan
berakhir dengan kematian sel.5
Herniasi otak merupakan kondisi medis yang sangat berbahaya dimana
jaringan otak berpindah dalam beberapa cara karena peningkatan
tekanan intrakranial (tekanan di dalam tengkorak). Dalam beberapa
kasus, herniasi otak dapat disembuhkan, tetapi dalam kasus lain herniasi
otak dapat menyebabkan koma dan kematian pada akhirnya. 5
Herniasi otak merupakan pergeseran otak normal melalui atau antar
wilayah ke tempat lain karena efek massa. Biasanya merupakan
komplikasi dari efek massa baik dari tumor, trauma, ataupun infeksi. 5
Adanya peningkatan tekanan intrakranial dapat menimbulkan cedera
karena pergeseran otak dan herniasi. Sulit untuk menentukan apakah
kerusakan otak yang terjadi merupakan kerusakan akibat dari pengaruh
tekanan pada neuron dan glia, atau karena iskemia lokal akibat kompresi
pada pembuluh darah setempat. Herniasi otak terjadi karena timbulnya
perbedaan tekanan antar kompartemen kraniospinal. 5
2.4.

Etiologi

Herniasi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang menyebabkan efek


massa dan meningkatkan tekanan intrakranial, hal ini termasuk cedera
otak traumatis, stroke, atau tumor otak. Karena herniasi memberikan
tekanan yang ekstrim pada bagian-bagian otak dan dengan demikian
menekan pasokan darah ke berbagai bagian otak. Untuk mencegah
terjadinya hal ini maka dilakukan upaya untuk menurunkan tekanan
intrakranial.5

Hal ini paling sering terjadi karena pembengkakan otak karena cedera
kepala. Herniasi otak adalah efek samping yang paling umum dari tumor
otak, termasuk tumor otak primer dan tumor otak metastase. 5
Herniasi juga dapat disebabkan oleh

2.5.

Abses
Pendarahan
Hidrocephalus
Stroke yang menyebabkan pembengkakan otak5
Klasifikasi

Otak dapat ditekan ke struktur seperti falx cerebri, tentorium cerebelli, dan
bahkan melalui foramen magnum di dasar tengkorak. 5
Ada beberapa jenis herniasi yang dikenal yaitu :

Supratentorial
1. Herniasi transtentorial uncal
2. Herniasi transtentorial sentral
3. Herniasi subfalksial
4. Herniasi transcalvarial
Infratentorial
5. Herniasi transtentorial upward
6. Herniasi transforaminal atau tonsillar5

Gambar 2.4 Tipe herniasi.9

2.5.1 Herniasi Transtentorial Uncal


/

Gambar 2.5 Herniasi Transtentorial Uncal.10

Pada Herniasi Transtentorial Uncal, bagian medial lobus temporal (uncus)


tergeser ke medial ke arah hiatus tentorii dan menekan midbrain,
disebabkan karena massa unilateral. Gejala dan tanda klinis Herniasi
Transtentorial Uncal adalah :
1. Kompresi midbrain akan menyebabkan penekanan dari tractus
corticospinal, dimana jaras motorik menyilang kontralateral setinggi
foramen magnum, sehingga menyebabkan kelemahan/hemiparesis
kontralateral.
2. N. cranialis III berjalan sepanjang tepi tentorium, jika terjadi herniasi
akan menyebabkan terjadinya penekanan pada serabut simpatis N.
cranialis III yang berfungsi untuk konstriksi pupil . Jika terjadi
penekanan akan menyebabkan dilatasi pupil ipsilateral. 3

2.5.2 Herniasi Transtentorial Sentral

Gambar 2.6 Herniasi transtentorial central.8


Herniasi ini terjadi karena pembengkakan otak difus atau lesi bilateral,
khususnya pada area vertex. Terjadi pergeseran hemisfer cerebri dan
ganglia basalis dengan kompresi dan pergeseran diencephalon (thalamus,
hypothalamus) dan midbrain ke bawah melalui hiatus tentorii. 5

Herniasi ini menimbulkan distorsi retrokaudal yaitu disfungsi progresif dari


diencephalon, midbrain, pons, dan akhirnya medulla oblongata secara
berurutan. Penekanan pada midbrain atau pons dapat menyebabkan
terjadinya penurunan kesadaran, sedangkan penekanan pada medulla
oblongata

dapat

menyebabkan

pernafasan

ireguler,

dan

bahkan

menyebabkan respiratory arrest. Robekan pada vasa perforantes A.


basilaris

dapat

menyebabkan

terjadinya

perdarahan

batang

otak

(perdarahan Durets). Penarikan (downward traction) tangkai hipofisis dan


hypothalamus dapat menyebabkan diabetes insipidus, yang merupakan
gejala stadium akhir.3

2.5.3 Herniasi Subfalksial

Gambar 2.7 Herniasi subfalksial.7


Herniasi subfalksial disebabkan karena lesi unilateral yang menyebabkan
girus singuli terdorong ke medial menyeberang garis tengah dan terjepit di
bawah falks cerebri. Herniasi akan menyebabkan kompresi dan obstruksi
v. cerebri interna dan a. cerebri anterior ipsilateral. Biasanya lesi-lesi otak
unilateral pada awalnya menyebabkan herniasi subfalksial terlebih dahulu
diikuti oleh herniasi sentral atau uncal. Herniasi tipe ini jarang
menimbulkan efek klinis.5

2.5.4 Herniasi Transcalvarial


Pada herniasi transcalvarial, otak bergeser melalui tempat fraktur atau
tempat operasi pada tengkorak. Disebut juga hernasi eksternal, herniasi
tipe ini biasanya terjadi selama kraniektomi. 5

Gambar 2.8 Herniasi transcalvarial.7

2.5.5 Herniasi Transtentorial ke Atas (upward)


Lesi fossa posterior dapat menyebabkan herniasi transtentorial ke atas
melalui hiatus tentorii. Pada herniasi transtentorial ke atas, cerebellum dan
batang otak terdorong ke atas. 5

2.5.6 Herniasi Tonsillar


Merupakan herniasi tonsil cerebelli melalui foramen magnum ke rongga
subarachnoid spinal akibat lesi infratentorial. Herniasi transforaminal akan
berakibat penekanan pada medulla oblongata dan terjadi gangguan
respirasi yang progresif dan fatal.5

2.6.

Manifestasi Klinis

Karakteristik fisik dapat menunjukkan kerusakan otak parah. Misalnya


penurunan kesadaran, dengan Glasgow Coma Score dari 3 sampai 5,
salah satu atau kedua pupil dapat membesar dan mengecil tetapi gagal
dalam merespon terhadap cahaya. Muntah juga dapat terjadi karena
kompresi dari pusat muntah di medulla oblongata. 5
Dapat juga dijumpai :

Henti jantung (tanpa denyut nadi)


Pernafasan irregular
Nadi irregular
Hilangnya semua reflex batang otak (berkedip, tersedak, respon

pupil terhadap cahaya tidak ada)


Respiratory arrest (no breathing) 5

2.7.

Diagnosis

Pemeriksaan neurologis menunjukkan perubahan dalam kewaspadaan


(kesadaran). Tergantung pada beratnya herniasi itu, akan ada masalah
dengan satu atau lebih reflex dan otak yang berhubungan dengan fungsi
saraf cranial. Pasien dengan herniasi otak memiliki ritme jantung yang
tidak teratur dan kesulitan bernafas secara konsisten. 5
Untuk herniasi transtentorial, CT scan dan MRI berguna untuk evaluasi.
MRI dapat memberikan gambaran aksial, sagital, serta koronal. 5
Untuk herniasi tonsillar atau foramen magnum, MRI memberikan
gambaran terbaik secara sagital dan koronal. 5
Untuk herniasi sphenoid, MRI memberikan visualisasi terbaik pada
gambaran parasagital. Namun CT scan atau MRI aksial bisa menunjukkan
perpindahan anterior dari arteri cerebral ipsilateral yang merupakan tanda
herniasi sphenoid secara tidak langsung. 5
Untuk herniasi ekstrakranial, CT scan atau MRI berguna untuk evaluasi. 5
2.8.

Penatalaksanaan

Sebagai langkah pertama penanganan herniasi otak yaitu untuk


mengurangi tekanan intrakranial, untuk mengurangi kerusakan lebih lanjut
pada otak. Tergantung dari apa yang menyebabkan peningkatan tekanan,
penurunan tekanan bisa dilakukan dengan pemberian obat untuk
menguras kelebihan cairan, maupun dilakukan dengan tindakan bedah.
Jika tekanan intrakranial bisa distabilkan, langkah berikutnya yaitu untuk
menilai tingkat kerusakan. 5
Herniasi otak merupakan darurat medis. Tujuan pengobatan yaitu untuk
menyelamatkan nyawa pasien. Untuk membantu mengembalikan ataupun
mencegah herniasi otak, perlu dilakukan penurunan pembengkakan atau
tekanan dalam otak. Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu :

Menempatkan drain ke otak untuk membantu mengeluarkan cairan.


Kortikosteroid, seperti dexamethasone, terutama jika ada tumor

otak.
Pengobatan untuk menurunkan cairan dalam tubuh seperti diuretik

manitol, yang mengurangi tekanan dalam otak.


Intubasi endotracheal untuk meningkatkan

mengurangi tingkat karbondioksida (CO2) dalam darah.


Menghilangkan darah jika penyebab herniasi adalah perdarahan. 5

pernafasan

dan

Penatalaksanaan TTIK
Ada dua tujuan utama dari penatalaksanaan peningkatan tekanan
intrakranial, yaitu :
1. Menjamin suplai oksigen dan nutrisi cerebral yang adekuat dengan
jalan memelihara tekanan perfusi otak dan oksigenasi arteriol serta
menghindari hipoglikemia maupun hiperglikemia.
2. Mencegah terjadinya peningkatan metabolisme

otak

yang

berlebihan yang dapat memicu peningkatan tekanan intrakranial


lebih berat. 5
Adapun upaya yang dapat dilakukan sebagai strategi klinis sehubungan
dengan tujuan di atas adalah :

1. Menghindari

atau

mencegah

timbulnya

faktor

pencetus

peningkatan tekanan intrakranial seperti demam, kejang, nyeri,


penggunaan obat stimulan sistem saraf pusat seperti ketamine,
hiperkapnea, hipoksemia, batuk, muntah, hipotensi atau hipertensi,
hipoglikemia atau hiperglikemia, dan hipernatremia.
2. Menghilangkan penyebab primer misalnya evakuasi

massa

intrakranial, operasi untuk hydrocephalus, memberikan obat atau


upaya untuk mengatasi edema cerebral, mengatasi dilatasi
cerebrovascular.
3. Menurunkan tekanan intrakranial dengan memposisikan kepala
lebih tinggi, memberikan obat-obatan seperti glukokortikoid dan
diuretika, pembatasan cairan, drainase cairan serebrospinal, dan
operasi dekompresi. 5

Manitol
Penggunaan manitol bertujuan untuk menurunkan tekanan intrakranial.
Efek yang ditimbulkan manitol yaitu (1) efek dehidrasi otak, dengan
mengurangi penumpukan cairan di ruang interstisial sehingga volume
jaringan otak relatif berkurang, (2) efek reologi, efek ini akan
meningkatkan sirkulasi mikro sehingga memperbaiki kemampuan
penetrasi sel darah merah yang memberikan suplai oksigenasi dan
nutrisi jaringan. 5
Pada situasi peningkatan tekanan intrakranial yang gawat, terapi
manitol per infus dengan dosis 0,5-1,5 g/kg BB diberikan dengan
diguyur, dan kemudian dilanjutkan dengan dosis 0,25-0,5 g/kg BB tiap
4-6 jam untuk memelihara tekanan intrakranial di dalam rentang yang
aman. 5
Di samping manfaat manitol yang diharapkan, perlu juga diwaspadai
beberapa efek samping yang mungkin muncul antara lain :
1. Vasodilatasi sistemik dan cerebral sesaat jika diberikan dalam dosis
besar dan cepat.

2. Hipovolemia intravaskuler sesaat yang dilanjutkan dengan diuresis


dan hipovolemia yang persisten.
3. Gangguan elektrolit serum.
4. Keadaan hiperosmotik.
5. Peningkatan tekanan intrakranial berulang (rebound phenomenon)
pada penghentian pemberian yang mendadak.
6. Eksaserbasi perdarahan intrakranial yang aktif.
7. Dalam pemberian dosis tinggi, resiko juga

dapat

berupa

hipovolemia, hemokonsentrasi, hiperglikemia, asidosis metabolik


dan gagal ginjal. 5
Hiperventilasi
Hiperventilasi diberikan dengan tujuan tercapainya PaCO 2 35-40 mmHg.
Tindakan ini dapat dengan cepat menurunkan aliran dan volume darah
cerebral, sehingga otomatis juga akan menurunkan tekanan intrakranial.
Bila tindakan hiperventilasi dihentikan secara mendadak, dapat terjadi
peningkatan PaCO2 kembali, sehingga dapat terjadi asidosis dan aliran
darah otak kembali meningkat. Karena itu tindakan ini perlu dipertahankan
selama sekiar 6-8 jam. 5
Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid bertujuan menurunkan edema vasogenik,
terutama edema yang ditimbulkan oleh tumor. Dengan berkurangya
edema, maka tekanan intrakranial juga akan ikut turun. Biasanya
dexamethasone diberikan 4-20 mg intravena setiap 6 jam. Peranannya
masih kontroversial dalam terapi peningkatan tekanan intrakranial pada
kasus-kasus trauma. 5
Beberapa efek samping yang dapat timbul berkaitan dengan penggunaan
steroid yang lama seperti penurunan sistem kekebalan, supresi adrenal,
hiperglikemia,

hipokalemia,

alkalosis

metabolik,

retensi

cairan,

penyembuhan luka yang terlambat, ulserasi lambung dan hipertensi. 5


Furosemida

Furosemida 10-20 mg intravena dan obat diuretika lainnya dapat


menurunkan tekanan intrakranial dengan mengurangi edema dan
produksi cairan serebrospinal, namun diuretika hanya efektif untuk
peningkatan tekanan intrakranial yang akut. Efek samping yang mungkin
timbul adalah hipovolemia, azotemia, alkalosis metabolik, abnormalitas
elektrolit, nefrotoksik dan ototoksik. 5
Posisi Kepala
Posisi kepala dielevasi 30-45 derajat untuk melancarkan drainase vena
cerebral tetapi aliran darah otak masih relatif tetap, sehingga dapat
diharapkan meminimalkan kontribusi tekanan vena cerebral terhadap
peningkatan tekanan intrakranial. 5
Restriksi Cairan
Pembatasan pemberian cairan diharapkan dapat mempertahankan
osmolaritas serum yang tinggi dan menurunkan keseluruhan cairan tubuh,
sehingga cairan intrakranial pun akan menurun. Pembatasan cairan ini
diterapkan dengan cara pemberian cairan intravena sepruh sampai
sepertiga kebutuhan biasa. 5
Drainase Cairan Serebrospinal
Biasanya diterapkan pada kasus hidrocephalus dengan peningkatan
tekanan intrakranial akut yang tidak memberikan respon terhadap
modalitas terapi lain. 5

Operasi Dekompresi
Kraniektomi dekompresi merupakan tindakan operasi membuka tulang
tengkorak dan duramater. Dengan dilakukannya kraniektomi, tengkorak
tidak lagi merupakan suatu ruangan tertutup, dengan demikian tekanan

intrakranial juga akan turun, terjadi dekompresi dan menciptakan perfusi


cerebral yang adekuat. 5
Alternatif lain adalah tindakan operasi reseksi jaringan otak yang
mengalami edema (dekompresi internal) dimana dalam hal ini tulang
dapat ditutup kembali. Operasi dekompresi merupakan tindakan yang
dipilih untuk kasus-kasus yang tidak berespon terhadap terapi lain. 5

2.9.

Prognosis

Herniasi otak dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Bahkan


ketika herniasi terlihat pada CT scan, prognosis bermakna untuk
pemulihan fungsi saraf adalah buruk. Pasien bisa mengalami kelumpuhan
bagian tubuh. Kerusakan pada midbrain, yang berfungsi mengaktifkan
jaringan reticular yang mengatur kesadaran akan menyebabkan koma.
Kerusakan pada pusat pernafasan dan jantung di medulla oblongata akan
menyebabkan gangguan pernafasan dan serangan jantung. Penelitian kini
sedang berlangsung tentang penggunaan agen neuroprotektif selama
periode pasca trauma. 5

BAB III
KESIMPULAN

Herniasi otak merupakan suatu kondisi medis yang sangat berbahaya


dimana jaringan otak berpindah keluar dari rongga tengkorak yang
disebabkan oleh beberapa faktor sehingga terjadi peningkatan tekanan
intrakranial. Herniasi otak merupakan suatu darurat medis.
Herniasi merupakan pergeseran dari otak normal melalui atau antar
wilayah ke tempat lain karena efek massa. Herniasi bisa disebabkan
karena efek massa sehingga terjadi peningkatan tekanan intrakranial,
seperti tumor, cedera otal traumatis, perdarahan, abses, stroke,
hidrocephalus ataupun infeksi.
Ada dua kelompok utama herniasi otak, yaitu herniasi supratentorial dan
infratentorial. Dilihat dari keadaan fisik pasien dapat menunjukkan
terjadinya kerusakan otak parah, misalnya apabila terjadi penurunan
kesadaran, pupil tidak merespon terhadap cahaya. Muntah juga bisa
terjadi apabila terjadi penekanan pada pusat muntah di medulla
oblongata. Selain itu dapat juga dijumpai pernafasan irregular, nadi
irregular, bahkan cardiac arrest dan respiratory arrest.
Tujuan pengobatan herniasi otak yaitu untuk menyelamatkan nyawa
pasien. Untuk membantu mengembalikan atau mencegah herniasi otak
dapat dilakukan dengan

upaya

menurunkan

tekanan

intrakranial.

Prognosis pasien dengan herniasi otak relatif buruk karena dapat


menimbulkan kecacatan bahkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA

1. American College of Surgeons, Committee on Trauma. 2012.


Advanced Trauma Life Support. 9 th edition. American College of
Surgeons. Chicago.
2. Drake, Richard, et al. 2007. Greys Anatomy for Students. Elsevier.
3. Lindsay, Kenneth, et al. 2010. Neurology and Neurosurgery
Illustrated. 5th edition. Churchill Livingstone Elsevier.
4. Prince, Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. EGC. Jakarta.
5. Satyanegara, et al. 2014. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara. Edisi V.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
6. Dorland. 2002. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
7. http://www.anesthesia2000.com/BrainInjury/page1.htm
8. http://ccn.aacnjournals.org/content/24/5/19/F1.expansion
9. https://en.wikipedia.org/wiki/Brain_herniation
10. http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/TIK5.jpg

Anda mungkin juga menyukai