BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan dinamika umat Islam Indonesia, memasuki era tahun 1970-an,
pesantren mengalami perubahan signifikan. Pesantren mengalami perkembangan kuantitas
yang sangat menakjubkan, baik di wilayah pedesaan (rural), pinggiran kota (sub urban)
maupun perkotaan (urban). Karena itu, tidak berlebihan bila Azyumardi Azra (1997)
mengatakan pesantren mengalami ekspansi yang semula hanya rural based institution,
kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan urban.
Pada awalnya memang pesantren bersikap enggan dan rikuh menerima
modernisasi. Namun secara gradual pesantren juga melakukan adaptasi, akomodasi dan
konsesi untuk kemudian menemukan pola yang dipandangnya cukup tepat guna menghadapi
modernisasi yang berdampak luas. Modernisasi pesantren, baik berkaitan dengan sistem
pendidikan maupun program sosialnya, pada dasarnya didorong oleh keinginan untuk
menyahuti kebutuhan masyarakat. Hal ini inheren dengan sejarah berdirinya pesantren
sebagai lembaga pendidikan Islam indigeneous muncul dari pengalaman sosiologis
masyarakat.
Kemodernan sistem di Pesantren bisa ditandai dengan mulai adanya penggunaan
teknologi dalam mengatur kehidupan dan keberlangsungan Pesantren. Serta dengan
menerapkan organisasi kepesantrenan dengan pola yang lebih baik. Sentralisasi Kiayi dalam
mengasuh sebuah Pesantren dan mengatur segala kebijakan-kebijakan Pesantren sudah
mulai memudar di masa ini, hal ini tiada lain dikarenakan banyak munculnya pesantren yang
berada di bawah naungan instuisi/yayasan sehingga tugas kepengurusan pesantren diberikan
kepada masing-masing pengurus sesuai tupoksinya yang diatur oleh Yayasan.
Sebagai salah satu Pondok pesantren yang berada di bawah naungan Yayasan,
Pesantren Al-Mukmin juga telah melangkah untuk menerapkan manajemen yang baik guna
menjalankan kepengurusan dan pendidikan di Pondok Pesantren Al-Mukmin yang
diharapkan dapat membekali para santri agar bisa mencapai santri yang mempunyai
keterampilan dan aqidah yang kuat. Namun penerapannya masih banyak sekali kekurangan
B. Rumusan Masalah
1. Apa Fungsi Sistem Informasi Manajemen di Pondok Pesantren Al-Mukmin ?
2. Bagaimana Implementasi Sistem Informasi Manajemen di Pondok Pesantren AlMukmin ?
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari bab I Pendahuluan yang terdiri dari :
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan makalah, manfaat penulisan
makalah, metode penulisan makalah, dan sistematika
merupakan kajian teori terdiri dari : Pengertian Sistem Informasi Manajemen, Pengertian
Pendidikan Agama Islam, Teori tentang Pondok Pesantren. Bab III Pembahasan terdiri dari
Profil singkat pondok Pesantren Al-Mukmin, Implementasi SIM di Pondok Pesantren AlMukmin, dan Hambatan.Bab IV Penutup terdiri dari SImpulan dan Saran.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Teori Tentang Sistem Informasi Manajemen
Menurut U Saefulloh sebagaimana dalam Helmawati ( 2015 : 13 ) Secara
etimologis sistem berasal dari bahasa Yunani Systema yang berarti (1) keseluruhan yang
tersusun dari sekian banyak bagian (2) hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan
atau komponen secara teratur.. Dengan demikian kata systema berarti himpunan bagian atau
komponen yang saling berhubungan secara teratur yang merupakan satu keseluruhan
sehingga pada suatu sistem terdapat sistem kecil. Secara terminologi sistem berasal adalah
suatu yang lebih tinggi daripada hanya merupakan cara, tata,rencana,skema,prosedur atau
metode
Informasi adalah data yang diolah atau dianalisis dengan suatu cara bermakna
sehingga dapat memberikan manfaat bagi penggina ( Helmawati, 2015 : 17 ). Sumber dari
informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data
item. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan
nyata. (Jogiyanto,2005:11). Adapun k egunaan informasi adalah untuk mengurangi ketidak
pastian di dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Suatu informasi
dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya untuk
mendapatkan informasi tersebut
Sistem informasi menurut
Robert
A.
Leitch
dan
K.
RoscoeDavis
manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau
suatustrategi bisnis
Sedangkan menurut Stoner sebagaimana dalam Helmawati (2015 : 21) SIM adalah
metode formal untuk menyediakan informasi yang akurat dan tepatwaktu bagi manajemen
yang diperlukan untuk mempermudah proses pengambilan keputusan, dan memungkinkan
fungsi-fungsi
darimanajemen
seperti
perencanaan,
pengendalian,
dan
operasional
menumbuhkembangkan
potensi sumber daya manusia peserta didikdengan cara mendorong memfasilitasi kegiatan
belajar mereka secara detail.
Zuhairini, (2008: 149) pendidikan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan
kata lain pendidikan tidak hanya berlangsung didalam kelas, tetapi berlangsung pula diluar
kelas, pendidikan bukan bersifat formal saja, tetapi mencakup pula yang non formal.
Sedangkan pengertian pendidikan agama Islam adalah upaya mendidik ajaran Islam
agar menjadi way of life (jalan hidup). Dalam buku pedoman PAI untuk sekolah umum.
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk meniapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan, agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau latihan dengan dibarengi tuntunan untuk menghormati penganul
agama lain hubunganya dengan kerukunan umat beragama, hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa. Dengan demikian berbicara agama Islam dapat dimaknai dalam dua
pengertian yaitu: sebagai proses penanaman ajaran Islam dan sebagai bahan kajian yang
menjadi proses itu sendiri.
Indonesia adalah bangunan untuk tempat sementara; rumah; bangunan tempat tinggal yang
berpetak yang berdinding bilik dan beratap rumbia; madrasah dan asrama (tempat mengaji,
belajar agama Islam). Istilah pondok ataupun pesantren pada dasarnya memiliki makna yang
sama yaitu tempat tinggal santri, namun penggunaan pondok pesantren sering digunakan
oleh masyarakat yang dapat dipahami sebagai penguatan makna saja. Pesantren secara
terminologi didefinisikan sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari,
memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Menurut Syukri
Zarkasyi, pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama dan di
dalamnya ada yang bertindak sebagai pendidik dan sentral figurnya yaitu kiai, ajengan atau
tuan guru, dan ada santri, asrama, ruang belajar, dan masjid sebagai sentralnya.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan memiliki lima elemen dasar tradisi
pesantren, yaitu pondok, masjid, santri, pengajaran kitab Islam klasik, dan kiai. Ciri
pesantren tersebut diuraikan berikut ini:
1. Kiai
Menurut asal-usulnya, perkataan kiai digunakan untuk tiga jenis gelar yang saling
berbeda, yaitu:
a.
Sebagai gelar kehormtan pada barang yang dianggap keramat, misalnya Kiai
Garuda Kencana yang digunakan untuk sebutan Kereta Emas yang berada di
Keraton Yogyakarta.
b.
c.
Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang
memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajarkan kitab Islam klasik
kepada para santrinya. Selain gelar kiai, ia juga sering disebut seorang alim (orang
yang dalam pengetahuan Islamnya).
Predikat kiai sebagai seorang yang ahli agama diberikan oleh masyarakat yang
mengakui kealiman seseorang. Tuntunan dan kepemimpinannya diterima dan diakui oleh
masyarakat, bukan diperoleh dari sekolah. Kiai tidak memerlukan ijazah, tetapi kealiman,
kesalehan, dan kemampuan mengajar santri dengan kitab kuning.
2. Santri
Santri adalah siswa atau murid yang belajar dan merupakan salah satu elemen
penting dalam suatu lembaga pesantren. Seorang ulama dapat disebut kiai apabila
memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren untuk mempelajari kitab
Islam klasik. Dengan demikian, eksistensi kiai biasanya juga berkaitan dengan adanya
santri di pesantren.
Menurut tradisi pesantren, santri terdiri dari dua kategori:
a.
Santri mukim, yaitu murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam
kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal (santri senior) di
pesantren biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang bertanggung jawab
mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari.
b.
Santri kalong, yaitu murid yang berasal dari desa di sekitar pesantren dan tidak
menetap dalam pesantren. Santri kalong memiliki rumah orang tua yang letaknya
tidak jauh dari pesantren, sehingga memungkinkan mereka pulang setiap hari ke
tempat tinggal masing-masing setelah aktivitas pembelajaran berakhir.
Selain itu, kitab tersebut memiliki pula karakteristik teks yang sangat pendek sampai teks
yang terdiri dari beberapa jilid dan tebal. Karakteristik tersebut
4. Masjid
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan
dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam
praktik salat lima waktu, khutbah dan salat Jumat, dan pengajaran kitab Islam klasik.
Sejak zaman Nabi Muhammad saw., masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam. Kaum
muslimin selalu menggunakan masjid untuk tempat beribadah, pertemuan, pusat
pendidikan, aktivitas administrasi dan kultural. Kedudukan masjid sebagai pusat
pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem
pendidikan Islam tradisional.
5. Pondok
Pondok atau tempat tinggal para santri merupakan ciri khas tradisi pesantren yang
membedakannya dengan sistem pendidikan lainnya. Ada tiga alasan utama pesantren
harus menyediakan asrama bagi para santri. Pertama, para santri tertarik dengan
kemasyhuran atau kedalaman ilmu sang kiai, sehingga mereka ingin mendekatkan diri
mereka kepada sang kiai. Kedua, hampir semua pesantren berada di desa yang tidak
menyediakan perumahan untuk menampung para santri. Ketiga, santri menganggap
kiainya seolah-olah bapaknya sendiri, sedangkan kiai menganggap para santri sebagai
titipan Tuhan yang harus senantiasa dilindungi. Salah satu perlindungan yang diberikan
oleh kiai adalah dengan menyediakan pemondokan bagi para santri.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Sekilas Profil Pondok Pesantren Al-Mukmin
Pondok Pesantren Al-Mukmin terletak di Desa Cipeundeuy Kecamtan Cipeundeuy
Kabupaten Bandung Barat, berdiri sejak tahun 1998 dan merupakan salah satu Pondok
Pesantren Tipe lama sebagaimana Zamakhsyari Dhofier menyebutkan bahwa lembaga
pondok pesantren dapat dikelompokkan dalam dua tipe besar, yaitu: 1) tipe lama (klasik)
yang inti pendidikannya mengajarkan kitab Islam klasik, 2) tipe baru, yaitu mendirikan
sekolah umum dan madrasah yang mayoritas mata pelajaran yang dikembangkannya bukan
kitab Islam klasik.
Dalam perkembangannya Pondok Pesantren Al-Mukmin telah menyelenggarakan
pendidikan formal mulai dari Raudhatul Athfal, Sekolah Menengah Pertama Boarding
School, dan Sekolah Menengah Atas Boarding School. Saat ini jumlah santri yang tinggal di
Pondok pesantren Al-Mukmin sebanyak 200 Santri yang semuanya mengikuti pendidikan
formal di SMP dan SMA Al-Mukmin Boarding School.
Para pengajar di Pondok Pesantren Al-Mukmin terdiri dari 30 orang yang semuanya
adalah alumni dari Pondok Pesantren Al-Mukmin, dan sudah meneyelesaikan pendidikan
sarjana mereka. Baik itu jurusan Agama Islam ataupun Jurusan mata Pelajaran Umum, dan
kurikulum yang digunakan adalah dengan memadukan kurikulum Pondok dan pendidikan
umum.
B. Implementasi SIM di Pondok Pesantren Al-Mukmin
1. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu jenis pembuatan keputusan untuk masa depan yang
spesifik yang dikehendaki oleh seorang pemimpin, dalam hal ini berarti Kiayi sebagai
pimpinan di pondok Pesantren. Pesantren termasuk ke dalam kelompok Pendidikan non
formal, sebagaimana tertera dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa
Pendidikan Non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non formal berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung
pendidikan sepanjang hayat.
Adanya perencanaan yang dirancang sejak awal kepemimpinan akan membantu
mencapai sasaran yang diharapkan. Manfaat perencanaan sendiri diantaranya yaitu
sebagai : a) alat pemberi arah, b) alat memfokuskan tujuan yang akan dicapai, c) alat
pedoman rencanan dan keputusan, dan 4) alat bantu mengevaluasi kemajuan yang
dicapai.
Agar tujuan pendidikan dapat terwujud, pemimpin pesantren perlu membuat
perencanaan program pendidikan pesantren, program tersebut dapat dirancang dalam
beberapa program berikut :
a. Perencanaan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan di pondok Pesantren Al-Mukmin adalah untuk
mewujudkan para santri yang kuat aqidah, berakhlakul karimah, dan terampil dam
ilmu pengetahuan teknologi. Dalam merumuskan perencanaan itu ada yang yang
b.
2. Pengambilan Keputusan
Pembuatan keputusan merupakan kegiatan yang akan selalu dihadapi setiap
pemimpin. Pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting dari pekerjaan
seorang pemimpin (manajer).pengambilan keputusan adalah kegiatan mengidentifikasi
dan memilih serangkaian tindakan untuk menghadapi masalah tertentuatau mengambil
keuntungan dari suatu kesempatan (Helmawati, 2015 : 103).
Pengambilan keputusan dipengaruhi tidak hanya oleh waktu masa kini tetapi juga
informasi terkadang dibutuhkan dari waktu lampau untuk kepentingan di masa yang akan
datang. Jadi engalaman masa lalu dapat dijadikan sebagai pijakan untuk pengambilan
kepuusan masa depan. Supaya pengambilan keputusan berhasil dengan baik maka
seorang pemimpin harus mengembagkan kemampuannya.
Moorhead dan Griffin dalam Helmawati (2015) menyatakan bahwa aturan untuk
mengambil keputusan menuntut para pemimpin agar mencari informasi untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan dan kemudian mengomunikasikan keputusan-keputusan
tersebut kepada yang lain. Pengambilan keputusan juga harus memperhatikan nilai-nilai
berupa : etika, kemanfaatan, kebenaran, dan keadilan.
a. Pengambilan keputusan dalam tujuan pendidikan
Komponen pertama yang diperhatikan untuk membantu pendidikan di
pondok Pesantren Al-Mukmin adalah dengan menentukan tujuan apa yang
diharapkan dari proses pendidikan.
Tujuan Pondok Pesantren Al-Mukmin adalah menwujudkan manusia yang
kuat akidah,berakhlakul karimah dan mempunyai keterampilan untuk bekal hidupnya
di dunia. Adapun tujuan utamanya adalah meraih kebaikan di dunia dan meraih
b.
kebaikan di kahirat.
Pengambilan keputusan dalam memilih pendidik
Setelah di awalmerencanakan untuk merekrut alumni, maka semua alumni
yang mempunyai kemampuan sesuai kebutuhan Pondok, di hubungi kembali untuk
direkrut dan diberi jadwal mengajar di Pondok Pesantren Al-Mukmin. Namun
demikian, pondok pesantren Al-Mukmin tidak menutup ruang bagi para pengajar
yang datang dari pondok lain demi kemajuan bersama,hanya yang lebih diutamakan
c.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasar pada paparan dari awal sampai akhir, maka penulis telah mengmabil
simpulan, yaitu :
1. Fungsi dari Sistem Informasi Manajemen di Pondok Pesantren Al-Mukmin adalah untuk
Perencanaan, Pengambilan Keputusan, dan Pengendalian
2. Implementasi Sistem Informasi Manajemen di Pondok Pesantren Al-Mukmin sudah baik
namun masih manual, dengan kurang menggunakan sistem komputer
3. Hambatan selalu ada dalam setiap perjalanan,namun demikian hambatan tersebut
merupakan pelajaran-pelajaran berharga bagi Pondok pesantren Al-Mukmin, untuk lebih
meningkatkan manajemen Pondok,hambatan tersebut lebih cenderung pada kurangnya
wawaasan tentang teknologi dikalangan pengurus.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,maka dari itu kritik dan saran sangat
diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
B. Saran
1. Untuk Pondok Pesantren Al-Mukmin agar diupayakan mengadakan fasilitas komputer
untuk memudahkan kinerja manajemen
2. Bagi para pengurus agar lebih melatih kemampuan manajemen dengan mengikuti
workshop, seminar, study banding ke pesantren lain yang lbih berkembang
manajemennya.
DAFTAR PUSTAKA