BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis Volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, dimana zat yang akan
dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan
dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak
diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung
secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping. Selain
itu jika reagen penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat diketahui
dengan suatu indikator (Khopkar, 1990 : 39).
Titrasi digunakan untuk menganalisis jumlah asam atau basa di dalam
larutan. Proses ini melibatkan larutan dengan konsentrasi yang diketahui (titran)
yang diteteskan dari buret ke dalam larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
sampai pada titik stoikiometris atau titik ekivalen, yang biasa ditandai dengan
perubahan warna indikator (Yayan, 2011 : 147). Perubahan warna indikator ini
biasa terjadi pada larutan asam dan basa.
Asam secara sederhana didefiniskan sebagai zat yan bila dilarutkan dalam
air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai ion positif.
Sedangkan basa secara paling sederhana didefiniskan sebagai zat yang bila
dilarutkan dalam air, mengalamai disosiasi dengan pembentukan ion OH - sebagai
ion negative (Baharuddin dkk, 2013 : 16). Berdasarkan latar belakang diatas maka
dilakukan percobaan reaksi asam basa untuk menentukan titik akhir dan titik
ekuivalen titrasi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana menentukan titik akhir dan titik ekuivalen titrasi?
2. Berapa konsentrasi NaOH dan HCl menggunakan titrasi asam basa?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menentukan titik akhir dan titik ekuivalen titrasi.
2. Untuk menentukan konsentrasi NaOH dan HCl menggunakan titrasi asam
basa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
H+ + CL-
NaOH
Na+ + OH-
Jika suatu asam memberi sebuah H+ kepada molekul basa, maka sisanya
akan menjadi basa konjugasi dari asam semula. Begitu juga bila basa menerima
H+ maka sisanya adalah asam konjugasi dari basa semula.
Teori Bronsted-Lowry menunjukkan adanya in Hidronium (H30+) secara
nyata.
Contoh :
HF
Asam
H2O
H3O+
basa
Asam konjugasi
F-
Basa konjugasi
H3O+ air mempunyai sifat ampoterik karena dapat sebagai asam dan dapat
sebagai basa (Baharuddin,dkk, 2013 : 18 ).
Manfaat dari teori asam basa menurut Bronsted-Lowry adalah sebagai
berikut :
1. Aplikasinya tidak terbatas pada pelarut air, melainkan untuk semua pelarut
yang mengandung atom Hidrogen dan bahkan tanpa pelarut.
2. Asam dan basa tidak hanya berwujud molekul, tetapi juga dapat berupa anion
dan kation (Baharuddin,dkk, 2013 : 18 ).
Menurut G.N. Lewis, konsep asam dan basa secara umum mencakup
reaksi oksidas asam dan oksida basa serta sejumlah rekasi lainya termasuk reaksi
transfer proton. Menurut model lewis, asam adalah spesi yang dapat membentuk
ikatan kovalen dengan akseptor pasangan elektron bebas dari spesi yang lain,
sedangkan basa adalah spesi yang dapt membentuk ikatan kovalen melalui donor
pasangan elektron bebas kepada spesi yang lain (Yayan, 2011 : 75).
B. Titrasi
Titrasi digunakan untuk menganisis jumlah asam atau basa di dalam
larutan. Proses ini melibatkan larutan dengan konsentrasi yang diketahui (titran)
yang diteteskan dari buret ke dalam larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
sampai pada titik stoikiometris atau titik ekivalen, yang biasa ditandai dengan
perubahan warna indikator (Yayan, 2011 : 147).
Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kwantitatif, yang
sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam
larutan. Keberhasilan analisa volumetri ini sangat ditentukan oleh adanya
indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat
(Harjanti, 2008 : 49).
Analisis Volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, dimana zat yang akan
dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan
dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak
diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung
secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping. Selain
itu jika reagen penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat diketahui
dengan suatu indikator (Khopkar, 1990 : 39).
Menurut Khopkar, ( 1990 : 43). Metode volumetri secara garis besar dapat
diklasifikasikan dalam empat kategori sebagai:
1. Titrasi asam-basa yang meliputi reaksi asam dan basa kuat maupun lemah
2. Titrasi redoks adalah titrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi
reduksi.
3. Titrasi pengendapan adalah titrasi yang melipuiti pembentukan endapan.
4. Titrasi kompleksometri sebagian besar meliputi titrasi EDTA seperti titrasi
spesifik dan juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada
pengompleksan.
Pada reaksi asam dan basa konsentrasi asam dan basa dapat ditentukan
dengan suatu metode kuantitatif dengan cara titrasi.
BAB III
METODE PERCOBAAN
Pukul
Tempat
Bahan
Aquadest (H2O), asam oksalat (C2H2O4) 0,1 N, larutan asam klorida
10
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
Tabel 4.1 Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan asam oksalat
Larutan
Percobaan
NaOH
Indikator PP
H2C2O4
2,70 mL
4 tetes
25,00 mL
II
2,80 mL
4 tetes
25,00 mL
Percobaan
NaOH
Indikator PP
HCl
0,50 mL
4 tetes
6,25 mL
II
1,00 mL
4 tetes
6,25 mL
2. Hasil Reaksi
a. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan asam oksalat.
(COOH)2 + NaOH
(COONa)2 + H2O
NaCl + H2O
11
a. Pembuatan larutan baku primer asam oksalat
Dik :
N=0,1 g/eq
BE=63,035 eq /L
12
V =0,1 L
Dit : Massa?
Peny :
Massa=N x BE x V
g
eq
x 63,035
x 0,1 L
eq
L
0,63035 gram
0,1
0,50 mL+1,00 mL
=0,75 mL
2
Dit : N 1 ( NaOH ) ?
Peny :
V 1 N 1 =V 2 N 2
6,25 mL x N 1 = 0,75 mL x 0,9090 N
13
0,75 mL x 0,9090 N
6,25 mL
= 0,1090 N
B. Pembahasan
Titrasi asam basa adalah reaksi penetralan pada suatu larutan baku asam
disebut asidimetri dan untuk larutan baku basa disebut alkalimetri. Menurut Lewis
asam akan membentuk suatu pasangan elektron dan basa sebagai pendonor suatu
pasangan elektron.
Sebelum penentuan konsentrasi NaOH terlebih dahulu dilakukan
pembuatan larutan standar primer (asam oksalat) yang dimana konsentrasinya
dapat kita ketahui langsung dari hasil perhitungan.Larutan NaOH yang akan
digunakan pada proses penitaran terlebih dahulu di standarisasi. Hal ini
disebabkan karena konsentrasi NaOH dapat berubah-ubah juga karena NaOH
sangat mudah menyerap atau menarik air dan karbondioksida dari udara yang
membentuk karbonat, dimana karbonat ini sangat mengganggu pada proses
penitaran dengan adanya penggunaan indikator phenolptalein .
Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan bahan baku asam oksalat
menghasilkan suatu perubahan warna, dikarenakan pada natrium hidroksida
terbentuk dari oksida basa dan membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam aquadest. Sedangkan pada asam oksalat dengan titrasi oleh
natrium hidroksida yang merupakan asam organik selanjutnya ditambahkan
indikator phenolptalin yang berfungsi untuk memberikan perubahan warna pada
saat titik akhir tercapai . Kemudian akan dititrasi dengan natrium hidroksida
karena pH dari larutan natrium hidroksida > 7. Hal ini menyebabkan larutan
tersebut berubah warna pada titik akhir adalah merah muda. Sehingga didapatkan
hasil mL larutan NaOH ialah 2,70 mL dan 2,80 mL. Pada percobaan tersebut
terjadi kesalahan pada penentuan titik akhir, yaitu penambahan larutan NaOH
14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Titik ekuivalen ditentukan pada keadaan dimana jumlah zat yang dititar setara
dengan zat penitar dan titik akhir ditentukan pada keadaan dimana kelebihan
setetes zat penitar yang akan menimbulkan perubahan warna dari indikator
yang digunakan.
15
B. Saran
Pada percobaan reaksi asam basa selanjutnya dapat dilakukan dengan
titrasi asam kuat-basa lemah untuk menentukan titik ekuivalen dan titik akhir
suatu titrasi misalnya NH4OH dan HCl.
DAFTAR PUSTAKA
15
Chandra, Ahmad Dwiana dan Hendra Cordova.Rancang Bangun Kontrol pH
Berbasis Self Tuning PID Melalui Metode Adaptive Control,Jurnal
teknik pomits, Vol 1, No 1 (2012) hal 1-6.
Khopkar. Basic Concept of Analytical Chemistry, Terj. Saptrahardjo, Konsep
Dasar Kimia Analitik, Jakarta: UI press, 1990.
Harjanti, Ratnah Sri. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica
val.) dan Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri, Jurnal
rekayasa proses, Vol 2, No 2 (2008),hal 49-54.
Sunarya, Yayan. Kimia Dasar 2, Bandung: Yrama widya,2011.
Baharuddin,Maswati, dkk. Kimia Dasar II. Makassar: Alauddin press, 2013.
16
LAMPIRAN GAMBAR
17