Renvoi Dalam Hukum Perdata Internasional
Renvoi Dalam Hukum Perdata Internasional
Asas-asas HPI
1. Lex Rei Sitae ( Lex Situs ): hukum yang berlaku atas suatu benda adalah hukum dari
tempat dimana benda itu terletak atau berada bias benda bergerak, berwujud, atau tak
berwujud.
2. Lex Loci Contractus: terhadap perjanjian yang bersifat HPI berlaku kaidah hukum dari
tempat pembuatan perjanjian/ tempat dimana perjanjian ditandatangani.
3. Lex Loci Solutionis: hukum yang berlaku adalah tempat dimana isi perjanjian
dilaksanakan.
4. Lex Loci Celebrationis: hukum yang berlaku bagi sebuah perkawinan adalah sesuai
dengan hukum tempat perkawinan itu dilangsungkan.
5. Lex Domicile: hukum yang berlaku adalah tempat seseorang berkediaman tetap/
permanent home.
6. Lex Patriae: hukum yang berlaku adalah dari tempat seseorang berkewarganegaraan.
7. Lex Loci Forum: hukum yang berlaku adalah tempat perbuatan resmi dilakukan.
Perbuatan resmi adalah pendaftaran tanah, kapal dan gugatan perkara itu diajukan dan
perbuatan hukum yang diajukan.
8. Asas choice of law ( pilihan hukum ): hukum yang berlaku adalah hukum yang dipilih
berdasarkan para pihak.
Dengan demikian akan berlaku hokum rusia yang tidak mengenal larangan
perkawinan antara paman dengan saudara sepupunya Ini , maka perkawinan yang
bersangkutan baik menurut hk rusia maupun menurut HPI rusia dan HPI swiss sah
adanya
Jawaban
1. Forum yang berwenang
pengadilan jerman karena sesuai dengan prinsip actor sequitor forum rei
yaitu gugatan diajukan ke pengadilan, tempat dimana tergugat bertempat
tinggal. Karena tergugat bertenpat tinggal di hamburg, maka forum yang
berwenang harus di tempat tinggal tergugat
1. Titik taut primer adalah factor-faktor/keadaan yang menciptakan hubungan HPI
dalam kasus ini yang merupakan titik taut primer harus dilihat/ditinjau dari
pengadilan yang berwenang menyelesaikan sengketa ini. Menurut pandangan PN
hamburg perkara ini adalah perkara HPI karena ada unsure asingnya yaitu pihak
penggugat dan tergugat berkewarganegaraan swiss.
2. Titik taut sekunder dan Renvoi. Sesuai dengan prinsip jerman yang
kewarganegaraan maka hokum jerman merenvoi ke hokum swiis, ternyata swiss
yang menganut prinsip domisili merenvoi lagi ke /penunjukan lebih jauh ke rusia
tempat dimana perkawinan itu dilangsungkan. Dan menurut hokum rusia
perkawinan tersebut sah adanya (menjawab persoalan pendahuluan juga)
3. Kualifikasi adalah penyalinan fakta sehari-hari kedalam istilah-istilah hokum, ini
adalah permasalahan hokum tentang orang yaitu tentang gugat cerai
4. Vested right: seseorang yang sudah mendapatkan hak hak nya yang diperoleh
maka negar2 harus menghormatinya/mengakui nya. Seperti status sebagai istri
hukum yang sifatnya supra nasional, maka renvoi tidak dapat digunakan karena
kaidah HPI semacam itu memiliki kekuatan hukum yang tidak menghiraukan
pembuat undang-undang untuk mengoper atau menolak renvoi. Jika kaidahkaidah HPI semacam ini berasal dari tata tertib hukum yang lebih tinggi daripada
tata tertib pembuat undang-undang nasional, maka HPI yang bersifat supra
nasionalah yang berlaku.
Berkenaan dengan renvoi, tidak semua penulis setuju dengan adanya renvoi
dengan beberapa alasan, yaitu:
1.Renvoi dianggap tidak logis
Hal ini didasarkan pada suatu penunjukan kembali secara terus menerus, maka
yang ada adalah suatu permasalahan yang menggantung karena tidak ada pihak
yang mau menanganinya dan terus saling melakukan suatu penunjukkan kembali.
Pendapat kalangan penulis yang menolak renvoi ini lantas dibantah oleh pihak
yang pro renvoi dengan alasan bahwa baik yang menerima atau yang menolak
dua-duanya secara selogis mungkin. Dalam kenyataannya tidak akan ditemui
adanya suatu penujukkan tiada akhir melainkan hanya ada satu kali renvoi/
penujukkan kembali.
2.Renvoi merupakan penyerahan kedaulatan legislatif.
Menurut pandangan yang kontra dengan renvoi, menurut Cheshire dan Meyers,
dengan adanya suatu renvoi, maka seolah-olah kaidah-kaidah hakim itu sendiri
yang dikorbankan terhadap seuatu hukum asing yang kemudian dianggap berlaku.
Sementara itu, pendapat ini dibantah dengan alasan kaidah yang digunakan oleh
hakim itu bukan dari sembarang kaidah negara asing, dengan arti hanya sebatas
kaidah HPI saja dimana yang menunjuk penggunaannya adalah sang hakim itu
sendiri sehingga secara tidak langsung, yang berlaku adalah HPI negaranya