PBL Blok 23 Katarak
PBL Blok 23 Katarak
Skenario
: Seorang laki-laki 57 tahun datang ke poli umum dengan keluhan penglihatan
mata kanan bertambah kabur seperti berasap sejak 6 bulan yang lalu, tidak disertai mata
merah dan nyeri. Pasien mempunyai riwayat diabetes melitus sejak 10 tahun yang lalu, pada
pemeriksaan fisik : compos mentis,tanda vital dalam batas normal. Status oftalmologi : visus
OD 1/300 pin hole tetap, OS 20/40 pin hole 20/30. Pada OD didapatkan pupil keruh dan
tampak ada bayangan coklat. Dan pada OS didapatkan bayangan keruh pada sebagian lensa.
Kornea jernih, tekanan bola mata (N)/palpasi, funduskopi OD sulit dinilai, OS samar kesan
normal.
BAB 1. PENDAHULUAN
1. Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan
tertentu dengan penolong pasien. Ada beberapa tipe anamnesis:2
- Autoanamnesis: wawancara yang dilakukan langsung kepada pasien
- Aloanamnesis: wawancara yang dilakukan terhadap orangtua, wali, orang yang dekat
dengan pasien, atau sumber lain (keterangan dari dokter yang merujuk, catatan rekam medik,
dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya sendiri).
1. Identitas pasien
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan
lain mengenai identitas pasien.
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
mata.
Lampu dan matahari sangat mengganggu.
Sering meminta ganti resep kaca mata.
Penglihatan ganda.
Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti:
DM
Hipertensi
Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko
katarak.
Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena
Ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,
pemeriksaan
mata
harus
mencakup
penilaian
ketajaman
yang
optimal
untuk
penglihatan
jauh.
Mata
ametrop
(yakni,mata
miopia,hiperopia, atau astigmat) memerlukan lensa koreksi agar terfokus dengan baik
untuk melihat jauh. Gangguan optik ini disebut kelainan refraksi. Refraksi adalah
prosedur untuk menentukan dan mengukur setiap kelainan optik.
Pemeriksaan refraksi sering diperlukan untuk membedakan pandangan kabur akibat
kelainan refraksi dari pandangan kabur akibat kelainan medis pada sistem
penglihatan. Jadi,selain menjadi dasar untuk penulisan resep kacamata atau lensa
kontal koreksi,prosedur ini juga memiliki fungsi diagnostik.
3. Uji penglihatan sentral
Penglihatan dapat dibagi menjadi penglihatan sentral dan perifer. Ketajaman
penglihatan sentral diukur dengan memperlihatkan objek dalam berbagai ukuran yang
diletakkan pada jarak standar dari mata. Misalnya, kartu snellen yang sudah
dikenal,yang terdiri atas deretan huruf acak yang tersusun mengecil untuk menguji
penglihatan jauh. Setiap baris diberi angka yang sesuai dengan suatu jarak (dalam
kaki atau meter),yaitu jarak yang memungkinkan semua huruf dalam baris itu terbaca
oleh mata normal. Misalnya,huruf-huruf pada baris 40 cukup besar untuk dapat
dibaca mata normal dari jarak 40 kaki.
Kartu yang berisi angka-angka dapat digunakan pada pasien yang tidak terbiasa dalam
abjad Inggris. Kartu E-buta hurufdipakai untuk menguji anak-anak kecil atau pasien
dengan hambatan bahasa. Gambar Esecara acak dirotasi dengan empat orientasi
yang berbeda. Untuk setiap sasaran,pasien diminta menunjuk arah yang sesuai dengan
arah ketiga batanggambar E. Kebanyakan anak dapat diuji dengan cara ini sejak
usia 3,5 tahun.
Ketajaman penglihatan yang belum tekoreksi diukur tanpa kacamata atau lensa
kontak. Ketajaman terkoreksi berarti menggunakan alat-alat bantu tadi. Mengingat
buruknya ketajaman penglihatan yang belum dikoreksi dapat disebabkan oleh
kelainan refraksi semata,untuk menila kesehatan mata secara lebih relevan,digunakan
ketajaman penglihatan yang terkoreksi.
4. Uji Pinhole
Jika pasien memerlukan kacamat atau jika kacamatanya tidak tersedia,ketajaman
penglihatan terkoreksi dapat diperkirakan dengan uji penglihata melalui pinhole.
Penglihatan kabur akibat refraksi (mis, miopia,hiperopia,astigmatisme) disebabkan
oleh banyaknya berkas sinar tak terfokus yang masuk ke pupil dan mencapai retina.
Ini mengakibatkan terbentuknya bayangan yang tidak terfokus tajam.
Melihat kartu snellen melalui sebuah plakat dengan banyak lubag kecil mencegah
sebagian besar berkas tak terfokus yang memasuki mata. Hanya sejumlah kecil berkas
sejajar-sentral yang bisa mencapai retina sehingga dihasilkan bayangan yang lebih
tajam. Dengan demikian,pasien dapat membaca huruf pada satu atau dua baris dari
dicatat sebagai angka pertama. Ketajaman visual 5/200artinya pasien baru dapat
mengenali huruf yang paling besar pada jarak 5 kaki. Mata yang tidak daapat
membaca satu huruf pun,diuji dengan cara menghitung jari. Catatan pada kartu yang
mencantumkan CF pada 2 kakimenunjukkan bahwa mata tersebut dapat
menghitung jari pada jarak 2 kaki,tetapi tidak bisa bila lebih jauh.
Jika tidak bisa menghitung jari,mata tersebut mungkin masih dapat mendeteksi tangan
yang digerakkan secara vertikal atau horizontal. Tingkat penglihatan yang lebih
rendah lagi adalah kesanggupan mempersepsicahaya. Mata yang tidak dapat
mempersepsi cahaya diangga buta total.
5. Pemeriksaan slitlamp
Slitlamp adalah sebuah mikroskop binokular yang terpasang pada meja dengan
sumber cahaya khusus yang dapat diatur. Seberkas cahaya-celah pijat yang lurus
dijatohkan pada bola mata dan menyinari potongan sagital optik mata. Sudut
adalah
sebuah
mikroskop
binokular,pandangannya
adalah
stereoskopik,atau tiga-dimensi.
konjungtiva
palpebrae
dan
bulbaris,lapisan
air
mata
dan
intraokular dengan memakai alat-alat yang terkalibrasi. Tekanan yang normal berkisar
dari 10 sampai 21 mmHg.
Pada tonometri aplanasi,tekanan intraokular ditentukan oleh gaya yang diperlukan
untuk meratakan kornea dengan beban-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Gaya yang diperlukan meningkat seiring dengan peningkatan tekanan intraokular.
Oftalmoskop Direk
Oftalmoskop direk genggam memeprlihatkan gambaran monokular fundus
dengan pembesaran 15 kali. Karena mudah dibawa dan menghasilkan
gambaran diskus dan stuktur vaskular retina yang detil,oftalmoskopi direk
merupakan bagian dari standar pemeriksaan medis umum dan pemeriksaan
oftalmologik.
Intensitas,warna,dan ukuran titik sumber cahaya dapat disesuaikan,demikian
pula titik fokus oftalmoskopnya. Titik fokus diubah dengan memakai roda
lensa yang kekuatannya semakin bertambah besar; kekuatan tersebut dapat
ditentukan terlebih dahulu oleh pemeriksa. Lensa-lensa ini disusun berututan
dan diberi nomor sesuai kekuatannya dalam satuan dioptri. Biasanya,lensa
konvergen (+) ditandai dengan angka hitam dan lensa divergen (-) dengan
angka merah.
Kegunaan utama oftalmoskop direk adalah untuk memeriksa fundus. Gambaran yang
diperlihatkan oftalmoskop mugkin kabur akibat media mata yang keruh,seperti
katarak,atau akibat pupil yang kecil. Menggelapkan ruangan periksa biasanya cukup
menyebabkan dilatasi pupil alami untuk mengevaluasi fundus sentral,termasuk
diskus,makula,dan struktur pembuluh darah retina proksimal. Pelebaran pupil secara
farmakologis sangat memperluas pandangan dan memungkinkan pemeriksaan yang
lebih luas ke retina perifer.
Pemeriksaan fundus juga dapat lebih optimal dengan memegang oftalmoskop sedekat
mungkin ke pupil pasien (kira-kira 1-2 inchi),seperti halnya seseorang dapat melihat
lebih banyak melalui lubang kunci bila sedekat mungkin. Untuk itu,mata dan tangan
kanan pemeriksa harus memeriksa mata kanan pasien;tangan dan mata kiri memeriksa
mata kiri pasien.
Ukuran titik dan warna cahaya yang dipakai dapat disesuaikan. Jika pupil cukup
melebar,ukuran titik cahaya yang besar memberikan daerah penyinaran yang paling
luas. Sebaliknya,dengan pupil yang lebih kecil,sebagian besar cahaya ini akan
dipantulkan iris pasien kembali ke mata pemeriksa,mengganggu pandangan,dan
menyebabkan pengecilan pupil. Inilah sebabnya,ukuran titik cahaya yang kecil
dipakai untuk pupil yang tidak melebar.
Kelainan refraksi pasien dan pemeriksa akan menentukan kekuatan lensa yang
diperlukan untuk membawa fundus dalam fokus optimal. Jika pemeriksa memakai
kacamata,kacamata dapat dipakai atau dilepas. Kacamata pasien biasanya
dilepas,tetapi dapat membantu pada refraksi yang cukup tinggi.
temporal tepi diskus. Sebuah refleksi putih kecil atau refleks menjadi pertanda
fovea sentralis. Daerah fovea ini dikelilingi oleh daerah berpigmen yang lebih gelap
dan berbatas kurang tegas,yang disebut makula. Cabang-cabang pembuluh arah retina
mendekati dari segala arah tetapi berhenti tepat di dekat fovea. Dengan
demikian,lokasi fovea dapat dipastikan dengan tidak adanya pembulu darah retina
atau dengan meminta pasien menatap langsung ke arah cahaya.
gelap
dan
lebih
besar
daripada
arteri
pendampingnya.
Perhatikan
3. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
mendiagnosis retinitis virus. Dengan penilaian radang intraokular non-infeksi,kadangkadang spesimen sitologik diambil juga dengan teknik serupa.
3. Gonioskopi
Bilik mata depan-ruang antara iris dan kornea-diisi cairan aqueous humor. Cairan ini
yang dihasilkan di belakang iris oleh corpus ciliare,keluar dari mata melalui jalinan
drainase mirip saringan halus yang disebut anyaman trabekula. Anyaman ini tersusun
berupa pita jaringan tipis melingkar tepat di anterior pangkal iris-kornea. Lekukan
sudut ini bisa bervariasi anatomi,pigmentasi,dan lebar muaranya yang seluruhnya
dapat mempengaruhi drainase aqueous dan relevan untuk diagnosis glaukoma.
Gonioskopi adalah metode pemeriksaan anatomi sudut bilik mata depan dengan
pembesaran binokular dan sebuah lensa-gonio khusus. Lensa gonio-khusus jenis
Glodmann dan Posner/Zeiss memiliki cermin khusus yang mebentuk sudut
sedemikian rupa sehingga menghasilkan garis pandangan yang paralel dengan
permukaan iris; cermin tersebut diarahkan ke perifer ke arah lekukan sudut ini.
dengan panjang gelombang 820nm sebagai pengganti suara. Karena kecepatan cahaya
hampir
satu
juta
kali
lebih
cepat
daripada
kecepatan
suara,OCT dapat
dipasang. Scan A dapat pula dipakai untuk menetapkan ukuran tumor dan memantau
pertumbuhannya lebih lanjut.
4. Working Diagnosis
Klasifikasi Katarak
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di
bawah 40 tahun.
Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Katarak Senilis
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di
atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun banyak
kasus katarak senilis yang ditemukan berkaitan dengan faktor keturunan, maka riwayat
penyakit keluarga perlu ditanyakan. Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini
yaitu setengah dari 45 juta kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara
berkembang seperti Indonesia, India dan lainnya. Katarak juga merupakan penyebab utama
kebutaan di Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan dengan penglihatan.
Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Katarak secara klinik dikenal dalam 4 stadium
yaitu insipien, imatur, intumessen, matur, hipermatur dan morgagni.
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senile
Kekeruhan
Cairan lensa
Iris
Bilik mata depan
Insipien
Ringan
Normal
Normal
Normal
Imatur
Sebagian
Bertambah
Matur
Seluruh
Normal
Hipermatur
Masif
Berkurang
(masuk)
(air+masa lensa
Terdorong
Dangkal
keluar)
Tremulans
Dalam
Normal
Normal
Normal
Negatif
-
Sempit
Positif
Glaukoma
Normal
Negatif
-
Terbuka
Pseudopos
Uveitis +
glaukoma
Katarak Insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular
posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat
lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak Intumessen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat yang degenerative menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang
akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumessen
biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya
akan bertambah yang akan memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Katarak Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa.
Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma sekunder. Pemeriksaan shadow test
positif.
Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa
terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumessen tidak
dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal.
Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.
Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris/ shadow test negatif.
Katarak Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair.
Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn
menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka
korteks akan memperlihatkan bentuk menjadi sekantong susu disertai dengan nucleus yang
terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak
Morgagni.
Berdasarkan lokasi, katarak senilis dapat dibagi menjadi :
1. Nuclear sclerosis/ katarak inti atau nuclear, merupakan perubahan lensa secara
perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan, menjadi coklat dan
kemudian menjadi kehitam-hitaman karena pengendapan pigmen. Seringkali , yang
biasa terlihat adalah nukleus katarak yang berpigmen kuning baik, coklat (cataracta
brunescens) atau hitam (cataracta nigra) dan jarang sekali kemerahan (cataracta
rubra). Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik.
Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca),
bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. Kemudian, penglihatan mulai
bertambah kabur atau lebih menguning. Menyetir saat malam hari menjadi silau dan
sukar. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru
dan ungu.
2. Katarak kortikal, mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ke
tengah sehingga mengganggu penglihatan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator
berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior. Penglihatan jauh dan dekat
terganggu. Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra.
3. Katarak subkapsular, mulai dengan kekeruhan kecil di bawah kapsul lensa, tepat lajur
jalan sinar masuk. Dapat telihat pada kedua mata. Katarak ini menyebabkan silau,
halo atau warna sekitar sumber cahaya, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang,
serta pandangan baca menurun. Banyak ditemukan pada pasien diabetes, pasca
radiasi, dan trauma.
Katarak Brunesen
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada nucleus
lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi. Sering
tajam penglihatan lebih baik daripada dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada
orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal
posterior.
4. Differential Diagnosis
1. Katarak Diabetik
Katarak diabetic merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes
mellitus. Katarak pada pasien DM dapat terjadi dalam 3 bentuk :
1. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan
terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan
terjadi kekeruhan lensa dan kekeruhan tersebut akan hilang jika terjadi rehidrasi dan
normalisasi kadar glukosa darah.
2. Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada
kedua matanya dalam 48 jam. Kataraknya dapat berbentuk snow flake atau bentuk
pisang subkapsular.
3. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik dan
biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemi maka terdapat
penumpukan sorbitol dan fruktosa dalam lensa. Pada mata terlihat meningkatkan insidens
maturasi katarak yang lebih pada pasien diabetes. Adalah jarang ditemukan true
diabetic katarak. Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang
sebagian jernih dengan pengobatan. Diperelukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran
gula darah puasa. Galaktosemia pada bayi akan memperlihatkan kekeruhan anterior dan
subkapsular posterior. Bila dilakukan tes galaktosa akan terlihat meningkat dalam darah
dan urine.
2. Degenarasi Makula
Degenerasi Makula adalah suatu keadaan dimana makula mengalami kemunduran
sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan akan
menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral. Makula adalah pusat dari retina
dan merupakan bagian yang paling vital dari retina. Makula merupakan bagian dari
retina yang memungkinkan mata melihat detil-detil halus pada pusat lapang pandang.
Penyebab :
Degenerasi terjadi sebagai akibat dari kerusakan pada epitel pigmen retina. Epitel
pigmen retina adalah lapisan pemisah antara retina dan koroid (lapisan pembuluh
darah di belakang retina). Fungsi dari epitel pigmen retina adalah sebagai penyaring
yang menentukan zat gizi dari koroid yang sampai ke retina. Bagian dari darah yang
berbahaya bagi retina dibuang/dijauhkan dari retina oleh epitel pigmen retina.
Kerusakan pada epitel pigmen retina mempengaruhi metabolisme pada retina, Terjadi
penipisan retina sehingga memungkinkan masuknya bahan yang berbahaya dari darah
ke dalam retina dan menyebabkan kerusakan serta pembentukan jaringan parut.
Dengenerasi makula terjadi pada usia lanjut, cenderung diturunkan, lebih banyak
ditemukan pada orang kulit putih dan tampaknya lebih sering ditemukan pada
perokok.
Tanda dan gejala :
Secara tiba-tiba ataupun secara perlahan akan terjadi kehilangan fungsi penglihatan
tanpa rasa nyeri. Kadang gejala awalnya berupa gangguan penglihatan pada salah satu
mata, dimana garis yang sesungguhnya lurus terlihat bergelombang. Degenerasi
makula menyebabkan kerusakan penglihatan yang berat (misalnya kehilangan
kemampuan untuk membaca atau mengemudi), tetapi jarang menyebabkan kebutaan
total. Penglihatan pada tepi luar dari lapang pandang dan kemampuan untuk melihat
warna biasanya tidak terpengaruh, yang terkena hanya penglihatan pada pusat lapang
pandang.
Diagnosis:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Beberapa
pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai retina: ketajaman penglihatan,tesa
refraksi,respon refleks pupil,pemeriksaan slit lamp,fotografi retina,angiografi
fluoresensi.
Pengobatan :
Jika di dalam atau di sekeliling makula ditemukan pertumbuhan pembuluh darah baru,
dilakukan fotokoagulasi laser untuk menghancurkannya. Tidak ada pengobatan
usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis anterior dan
posterior yang tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan melintang dari cincin
zonula.
c. Epitel lensa
Epitel lensa terletak tepat di belakang kapsula anterior lensa. Terdiri dari sel-sel
epithelial yang mengandung banyak organel sehingga sel-sel ini secara metabolik
aktif dan dapat melakukan semua aktivitas sel normal termasuk biosintesis DNA,
RNA, protein dan lipid sehingga dapat menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan
energi dari lensa. Sel epitel akan mengalami perubahan morfologis ketika sel-sel
epithelial memanjang membentuk sel serat lensa yang sering disertai dengan
peningkatan masa protein dan pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan organelorganelnya, termasuk inti sel, mitokondria dan ribosom. Hilangnya organel-organel
ini sangat menguntungkan, karena cahaya dapat melalui lensa tanpa tersebar atau
terserap oleh organel-organel ini, tetapi dengan hilangnya organel maka fungsi
metabolik pun akan hilang sehingga serat lensa bergantung pada energi yang
dihasilkan oleh proses glikolisis.
d. Korteks dan nucleus
Tidak ada sel-sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru diletakkan, selsel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja dibentuk dengan
lapisan tertua menjadi bagian yang paling tengah. Bagian tertua dari ini adalah
nucleus fetal dan embrional yang dihasilkan selama kehidupan embrional dan terdapat
pada bagian tengah lensa. Bagian terluar dari serat adalah yang pertama kali terbentuk
dan membentuk korteks dari lensa.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke
retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian
mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu
juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk
Kapsul
Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
Mulai presbiopia
Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
Terlihat bahan granular
Lebih irregular.
3. Epidemiologi
Sampai saat ini katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak ditemukan,
sampai90% dari seluruh kasus katarak. Katarak terkait usia yang bertanggung jawab
untuk 48% dari kebutaan dunia, yang mewakili sekitar 18 juta orang, menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO). Di banyak negara layanan bedah tidak memadai, dan katarak
tetap penyebab utama kebutaan. Dengan bertambahnya usia populasi, jumlah orang
dengan katarak berkembang. Katarak juga merupakan penyebab penting dari visi rendah
di kedua negara maju dan berkembang. Bahkan di mana layanan bedah yang tersedia, low
vision yang terkait dengan katarak mungkin masih lazim, sebagai akibat dari lama
menunggu untuk operasi dan hambatan untuk serapan bedah, seperti biaya, kurangnya
informasi dan masalah transportasi.
Di Amerika Serikat, terkait usia lenticular perubahan telah dilaporkan di 42% dari mereka
yang berusia dari 52 ke 64, 60% dari mereka antara usia 65 dan 74, dan 91% dari mereka
yang berusia antara 75 dan 85.
4. Patofisiologi
Patogenesa katarak belum sepenuhnya dimengerti. Kendati demikian, pada lensa
katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghambirkan
berkas-berkas cahaya serta mengurangi transparansinya. Sementara perubahan protein
lainya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat.
Temuan tambahan mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel
epitel dan pembesaran epitel yang menyimpang. Factor yang diduga turut berperan
dalam katarak antara lain factor stress oksidatif, sinar UV, serta malnutrisi.
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah
usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada
kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti
kristal salju pada jendela.Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transparansi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa
dapat
menyebabkan
koagulasi
sehingga
mengabutkan
pandangan
dengan
Tingkat ringan dari katarak subkapsular posterior dapat menyebabkan penurunan yang
berat ketajaman penglihatan dengan efek pada penglihatan dekat lebih berat dari efek
pada gangguan penglihatan jauh yang diperkirakan oleh karena akomadasi miosis.
Bagaimanapun katarak sklerosis nuklear sering disertai dengan penurunan
mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak
mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.
Indikasi operasi :
- Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan.
- Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma.
- Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m
didapatkan hasil visus 3/60.
- Indikasi kosmetik
Persiapan bedah katarak:
Biasanya pembedahan dipersiapkan untuk mengeluarkan bagian lensa yang keruh dan
dimasukkan lensa buatan yang jernih permanent. Pra bedah diperlukan pemeriksaan
kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah ada kelainan yang menjadi halangan untuk
dilakukan pembedahan. Pemeriksaaan ini akan memberikan informasi rencana pembedahan
selanjutnya.
Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti:
- Gula darah
- Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan
- Tekanan darah
- Elektrokardiografi
- Pernafasan
- Riwayat alergi obat
- Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk keadaan fisik prabedah
- Tekanan bola mata
- Uji Anel Positif, dimana tidak terjadi obstruksi fungsi ekskresi saluran lakrimal sehingga
tidak ada dakriosistitis.
- Uji Ultrasonografi Sken A untuk mengukur panjang bola mata. Pada pasien tertentu
kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam pada kedua mata. Dengan cara
ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan ditanam untuk mendapatkan kekuatan refraksi
pasca bedah.
- Keratometri mengukur kelengkungan kornea untuk bersama ultrasonografi dapat
menentukan kekuatan lensa intraokular yang akan ditanam. Dilakukan trlebih dahulu
pemeriksaan khusus mata untuk mencegah terjadinya penyulit pembedahan seperti adanya
infeksi sekitar mata, glaucoma, dan penyakit mata lainnya yang dapat menimbulkan penyulit
waktu pembeahan dan sedudah pembedahan.
Pembedahan
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.
1. Pengangkatan lensa
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
A. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK
Ekstrasi intrakapsular merupakan teknik bedah katarak yang digunakan sebelum adanya
bedah katarak ekstrakapsular. Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum
dilakukan pada katarak senil. Dengan teknik tersebut dilakukan pengeluaran lensa dengan
kapsul lensa secara keseluruhan. Indikasi EKIK terutama bermamfaat pada luksasio lensa dan
katarak hipermatur. Bila zonula zinii tidak cukup adekwat untuk dilalukan EKEK maka lebih
baik dilakukan EKIK. Kontra indikasi absolut meliputi katarak pada anak anak dan dewasa
muda serta rupture kapsular traumatic. Kontra indikasi relatif meliputi miop tinggi, sindrom
Marfan, katarak Morgagni, dan adanya korpus vitreus di kamera Okuli anterior. Pada saat ini
pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
2.Untuk mendapatkan posisi anatomi yang lebih baik untuk fiksasi IOL
3.Mengurangi
mobilitas
iris
dan
vitreus
yang
terjadi
pada
gerakan
saccadic( endophthalmiodonesis)
4.Sebagai barier yang membatasi pertukaran molekul antara vitreus dan humour akuos.
5.Mengurangi
kemungkinan
masuknya
bakteri
ke
vitreus
yang
dapat
menyebabkanendoftalmitis.
6.Mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan menempelnya dengan vitreus dengan
iris, kornea dan luka incise.
Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan
getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat
diaspirasi melalui insisi 3 mm. Untuk mencegah astigmatisme pasca bedah EKEK, maka
luka dapat diperkecil dengan tindakan bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan ini lensa yang
katarak di fragmentasi dan diaspirasi. Tindakan operasi katarak dengan Teknik
Fakoemulsifikasi memiliki banyak keunggulan diantaranya :
1. Luka operasi sangat pendek(3 ml).
2. Dengan alat fako seluruh lensa dapat dihancurkan dan kemudian disedot/dihisap
keluar.
3. Penggunaan lensa tanam hanya cukup ditutup dengan 1 atau 2 jahitan, atau pada
kondisi tertentu tidak memerlukan jahitan sama sekali.
4. Masa penyembuhan lebih singkat.
5. Komplikasi
Komplikasi sebelum operasi
1. Glaukoma
Glaukoma merupakan komplikasi katarak yang tersering. Glaukoma dapat
terjadi karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.
Fakolitik
Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa.
Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk
pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi mereabsorbsi substansi lensa
tersebut.Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.
Fakotopik
Berdasarkan posisi lensa, oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke
depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous
tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan
meningkat dan timbul glaukoma
Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata
sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang
kemudian akan menjadi glaukoma.
2. Uveitis
3. Subluksasi atau Dislokasi Lensa
Komplikasi selama operasi
Hifema
Perdarahan bisa terjadi dari insisi korneoskleral, korpus siliaris atau
vaskularisasi iris abnormal. Bila perdarahan berasal dari luka harus dilakukan
kauterisasi. Perdarahan dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila
terdapat rubeosis iridis, uveitis heterocromik dan iridosiklitis. Komplikasi utama
akibat hifema yang berlangsung lama adalah peningkatan TIO dan corneal blood
staining.
Iridodialisis
Iridodialisis dapat terjadi pada waktu memperlebar luka operas, iridektomi,
atau ekstrasi lensa. Iridodialisi yang kecil tidak menimbulkan ganngguan visus dan
bisa berfungsi sebagai irisektomi perifer, tetapi iridodialisi yang parah dapat
menimbulkan gangguan visus dan kosmetik. Perbaikan harus segera dilakukan dengan
menjahit iris pada luka.
Perdarahan ekspulsif
Perdarahan ekspulsif jarang terjadi, tetapi merupakan masalah serius yang
dapat menimbulkan eksplusi dari lensa, vitreus, uvea. Penanganan segera dilakukan
tamponade dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka ditutup dengan rapat.
Komplikasi pasca operasi
Edema kornea
Edema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi pada
epitel atau stroma yang diakibatkan trauma mekanik, aspirasi irigasi yang cukup lama,
inflamasi dan peningkatan TIO. Biasanya akan teresobsi 4-6 minggu setelah operasi.
Jika masih ditemukan edema kornea sentral setelah 3 bulan pasca operasi, perlu
dipertimbangkan keratoplasti.
Prolaps Iris
Iris paling sering terjadi satu sampai 5 hari setelah operasi dan penyebab
tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi karena komplikasi prolaps
vitreus selama operasi. Keaadaan ini memerlukan penanganan (jahit ulang) untuk
menghindari timbulnya komplikasi seperti penyembuhan luka lama, epithelial
downgrowth, konjungtivitis kronis, endoftalmitis, edema macula kistoid dan kadang
kadang Ophthalmia simpatik.
Astigmatisme
Astigmatisme pasca bedah katarak dapat terjadi karena jahitan yang terlalu
kencang maupun jahitan yang terlalu longgar. Jahitan yang terlalu kencang akan
mengakibatkan Steepen corneal daerah yang searah jahitan with the rule. Sedangkan
jahitan yang terlalu longgar akan menyebabkan againt the rule astigmatisma. With the
rule astigmatisma setelah operasi katarak yang kurang dari 2 dioptri akan berkurang
dengan sendirinya sehingga mengurangi kemungkinan untuk melepas jahitan yang
terlalu kencang.
Hifema
Hifema bisa terjadi 1-3 hari setelah operasi, biasanya hilang spontan dalam
waktu 7-10 hari. Perdarahan berasal dari pembuluh darah kecil pada luka. Bila
perdarahan cukup banyak dapat menimbulkan glaucoma sekunder dan corneal
staining blood dan TIO harus diturunkan dengan pemberian asetazolamid 250 mg 4
kali sehari. Serta parasintesis hifema dengan aspirasi irigasi.
Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder dengan peningkatan TIO yang ringan bisa timbul 24-48
jam setelah operasi, umumnya dapat hilang dengan sendirinya dan tidak memerlukan
terapi antiglaukoma. Peningkatan TIO yang berlangsung lama dapat disebabkan oleh
Hifema, blok pupil, sinekia anterior perifer karena pendangkalan COA, epithelial
ingrowth, blok siliar, endoftalmitis, sisa material lensa, pelepasan pigmen iris,
preexisting glaucoma.
Endoftalmitis
Endoftalmitis dalam bentuk akut atau kronik, dimana bentuk kronik
disebabkan rendahnya pathogenesis organisme penyebabnya. Secara umum
endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri yang ringan sampai berat, penurunan visus,
injeksi siliar, kemosis dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul 2-5 hari pasca
operasi, sedangkan bentuk kronis dapat timbul beberapa minggu atau bulan atau lebih
setelah operasi. Endoftalmitis kronis ditandai dengan reaksi inflamasi ringan atau
uveitis (granulomatus) dan penurunan visus. Penyebab endoftalmitis akut terbanyak
adalah Staphylococcus epidermidis (gram positif) dan Staphylococcus coagulase
negative yang lain. Kuman gram positif merupakan penyebab terbanyak endoftalmitis
akut bila dibandingkan gram negatif. Untuk gram negatif, kuman penyebab terbanyak
adalah Pseudomonas aeruginosa. Umumnya organisme dapat menyebabkan
endoftalmitis bila jumlahnya cukup banyak untuk inokulasi, atau sistem pertahanan
mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan, penyakit atau trauma. Organisme
penyebab endoftalmitis kronis mempunyai virulensi yang rendah, penyebab tersering
adalah Propionibacterium acnes, S. epidermidis dan Candida. Organisme tersebut
menstimulasi reaksi imunologik yang manifestasinya adalah inflamasi yang menetap.
Ablasi retina
Mekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui. Faktor
predisposisinya meliputi myopia aksilis (> 25 mm), lattice degeneration, prolaps
vitreus, riwayat robekan atau ablasio retina yang dioperasi, riwayat ablasio pada mata
kontralateral dan riwayat keluarga dengan ablasio retina. Ablsio retina terjadi sekitar
2-3% pasca EKIK dan 0,5-2% pasca EKEK. Kapsul posterior yang masih intak
mengurangi kemungkinan terjadinya ablsio retina pasca bedah, sedangkan operasi
dengan komplikasi seperti rupture kapsul posterior dan vitreus loss meningkatkan
kemungkinan ablasio retina.
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat
dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak.
Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat
dijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan:
1.
2.
3.
Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada
mata.
4.
7. Prognosis
Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasien
mungkin meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan.. Namun jika katarak dapat
dengan cepat terdeteksi serta mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang
tepat maka 95 % penderita dapat melihat kembali dengan normal.
BAB 3. PENUTUP
Kesimpulan
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa
yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada
retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yaitu katarak senile, kongenital, traumatic,
toksik, asosiasi, dan komplikata.Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan
tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat
bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang
paling sering terjadi
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I
Made Kariasa. Jakarta . EGC
2. Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
3. Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
4. Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa :
Setiawan Sari. Jakarta. EGC
5. Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI
6. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC