Anda di halaman 1dari 35

Katarak

Mira Dewi Prawira


102009265
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
Mira_sangwoo@yahoo.com

Skenario
: Seorang laki-laki 57 tahun datang ke poli umum dengan keluhan penglihatan
mata kanan bertambah kabur seperti berasap sejak 6 bulan yang lalu, tidak disertai mata
merah dan nyeri. Pasien mempunyai riwayat diabetes melitus sejak 10 tahun yang lalu, pada
pemeriksaan fisik : compos mentis,tanda vital dalam batas normal. Status oftalmologi : visus
OD 1/300 pin hole tetap, OS 20/40 pin hole 20/30. Pada OD didapatkan pupil keruh dan
tampak ada bayangan coklat. Dan pada OS didapatkan bayangan keruh pada sebagian lensa.
Kornea jernih, tekanan bola mata (N)/palpasi, funduskopi OD sulit dinilai, OS samar kesan
normal.
BAB 1. PENDAHULUAN
1. Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan
tertentu dengan penolong pasien. Ada beberapa tipe anamnesis:2
- Autoanamnesis: wawancara yang dilakukan langsung kepada pasien
- Aloanamnesis: wawancara yang dilakukan terhadap orangtua, wali, orang yang dekat
dengan pasien, atau sumber lain (keterangan dari dokter yang merujuk, catatan rekam medik,
dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya sendiri).
1. Identitas pasien
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan
lain mengenai identitas pasien.
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:

Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).


Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
Perubahan daya lihat warna.

Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan

mata.
Lampu dan matahari sangat mengganggu.
Sering meminta ganti resep kaca mata.
Penglihatan ganda.
Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti:

DM
Hipertensi
Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko

katarak.
Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena
Ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi,

steroid / toksisitas fenotiazin.


Kaji riwayat alergi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress
2. Pemeriksaan Fisik
1. Penglihatan
Sebagaimana peneliaian tanda vital merupakan bagian dari setiap pemeriksaan
fisik,setiap

pemeriksaan

mata

harus

mencakup

penilaian

ketajaman

penglihatan,walaupun ketajaman penglihatan tidak disebut sebagai bagian dari


keluhan utama. Penglihatan yang baik dihasilkan dari kombinasi jaras visual
neurologik yang utuh,mata yang sehat secara struktural,serta mata yang bisa
memfokus dengan tepat. Sebagai analogi,sebuah kamera video memerlukan kabel
penghubung ke monitor yang berfungsi,badan kamera yang mesinnya utuh,dan
pengatur fokus yang baik. Penilaian ketajaman penglihatan biasanya lebih bersifat
subjektif daripada objektif karena memerlukan respons dari pihak pasien.
2. Refraksi
Titik fokus dasar (tanpa bantuan alat) bervariasi di antara mata individu normal
tergantung bentuk bola mata dan korneanya. Mata emetrop secara alami memiliki
fokus

yang

optimal

untuk

penglihatan

jauh.

Mata

ametrop

(yakni,mata

miopia,hiperopia, atau astigmat) memerlukan lensa koreksi agar terfokus dengan baik
untuk melihat jauh. Gangguan optik ini disebut kelainan refraksi. Refraksi adalah
prosedur untuk menentukan dan mengukur setiap kelainan optik.
Pemeriksaan refraksi sering diperlukan untuk membedakan pandangan kabur akibat
kelainan refraksi dari pandangan kabur akibat kelainan medis pada sistem

penglihatan. Jadi,selain menjadi dasar untuk penulisan resep kacamata atau lensa
kontal koreksi,prosedur ini juga memiliki fungsi diagnostik.
3. Uji penglihatan sentral
Penglihatan dapat dibagi menjadi penglihatan sentral dan perifer. Ketajaman
penglihatan sentral diukur dengan memperlihatkan objek dalam berbagai ukuran yang
diletakkan pada jarak standar dari mata. Misalnya, kartu snellen yang sudah
dikenal,yang terdiri atas deretan huruf acak yang tersusun mengecil untuk menguji
penglihatan jauh. Setiap baris diberi angka yang sesuai dengan suatu jarak (dalam
kaki atau meter),yaitu jarak yang memungkinkan semua huruf dalam baris itu terbaca
oleh mata normal. Misalnya,huruf-huruf pada baris 40 cukup besar untuk dapat
dibaca mata normal dari jarak 40 kaki.

Gambar 1. Snellen chart & kartu E-buta huruf


Sesuai konvensi,ketajaman penglihatan dapat diukur pada jarak jauh-20 kaki (6
meter), atau dekat-14 inci. Untuk keperluan diagnostik ketajaman penglihatan yang
diukur pada jarak jauh merupakan standar pembanding dan selalu diuji terpisah pada
masing-masing mata. Ketajaman penglihatan diberi skor dengan dua angka (Mis.
20/40). Angka pertama adalah jarak uji (dalam kaki) antara kartu dan pasien,dan
angka kedua adalah jarak barisan huruf terkecil yang dapat dibaca oleh mata pasien.
Penglihatan 20/20 adalah normal; penglihatan 20/60 berarti huruf yang cukup besar
untuk dibaca dari jarak 60 kaki oleh mata-normal baru bisa dibaca oleh mata pasien
dari jarak 20 kaki.

Kartu yang berisi angka-angka dapat digunakan pada pasien yang tidak terbiasa dalam
abjad Inggris. Kartu E-buta hurufdipakai untuk menguji anak-anak kecil atau pasien
dengan hambatan bahasa. Gambar Esecara acak dirotasi dengan empat orientasi
yang berbeda. Untuk setiap sasaran,pasien diminta menunjuk arah yang sesuai dengan
arah ketiga batanggambar E. Kebanyakan anak dapat diuji dengan cara ini sejak
usia 3,5 tahun.
Ketajaman penglihatan yang belum tekoreksi diukur tanpa kacamata atau lensa
kontak. Ketajaman terkoreksi berarti menggunakan alat-alat bantu tadi. Mengingat
buruknya ketajaman penglihatan yang belum dikoreksi dapat disebabkan oleh
kelainan refraksi semata,untuk menila kesehatan mata secara lebih relevan,digunakan
ketajaman penglihatan yang terkoreksi.
4. Uji Pinhole
Jika pasien memerlukan kacamat atau jika kacamatanya tidak tersedia,ketajaman
penglihatan terkoreksi dapat diperkirakan dengan uji penglihata melalui pinhole.
Penglihatan kabur akibat refraksi (mis, miopia,hiperopia,astigmatisme) disebabkan
oleh banyaknya berkas sinar tak terfokus yang masuk ke pupil dan mencapai retina.
Ini mengakibatkan terbentuknya bayangan yang tidak terfokus tajam.
Melihat kartu snellen melalui sebuah plakat dengan banyak lubag kecil mencegah
sebagian besar berkas tak terfokus yang memasuki mata. Hanya sejumlah kecil berkas
sejajar-sentral yang bisa mencapai retina sehingga dihasilkan bayangan yang lebih
tajam. Dengan demikian,pasien dapat membaca huruf pada satu atau dua baris dari
dicatat sebagai angka pertama. Ketajaman visual 5/200artinya pasien baru dapat
mengenali huruf yang paling besar pada jarak 5 kaki. Mata yang tidak daapat
membaca satu huruf pun,diuji dengan cara menghitung jari. Catatan pada kartu yang
mencantumkan CF pada 2 kakimenunjukkan bahwa mata tersebut dapat
menghitung jari pada jarak 2 kaki,tetapi tidak bisa bila lebih jauh.
Jika tidak bisa menghitung jari,mata tersebut mungkin masih dapat mendeteksi tangan
yang digerakkan secara vertikal atau horizontal. Tingkat penglihatan yang lebih
rendah lagi adalah kesanggupan mempersepsicahaya. Mata yang tidak dapat
mempersepsi cahaya diangga buta total.
5. Pemeriksaan slitlamp
Slitlamp adalah sebuah mikroskop binokular yang terpasang pada meja dengan
sumber cahaya khusus yang dapat diatur. Seberkas cahaya-celah pijat yang lurus
dijatohkan pada bola mata dan menyinari potongan sagital optik mata. Sudut

penyinaran dapat diubah;demikian juga lebar,panjang,dan intensitas berkas cahaya.


Pembesaran juga dapat disesuaikan (biasanya pembesaran 10x sampai 16x). Karena
slitlamp

adalah

sebuah

mikroskop

binokular,pandangannya

adalah

stereoskopik,atau tiga-dimensi.

Gambar 2. Pemeriksaan slitlamp.


Selama pemeriksaan,pasien didudukkan dan kepalanya ditopang dengan penunjang
dagu yang dapat diatur dan penahan dahi. Dengan memakai slitlamp,belahan anterior
bola mata-segmen anterior- dapat diamati. Detil-detil tepi palpebra dan bulu
mata,permukaan

konjungtiva

palpebrae

dan

bulbaris,lapisan

air

mata

dan

kornea,iris,dan aqueous dapat diteliti. Melalui pupil yang dilebarkan,lensa kristalina


dan bagian anterior vitreus dapat pula diamati.
Karena berkas cahaya-celah menampakkann potongan sagital optik mata,dapat
ditemukkan lokasi anteroposterior yang tepat dari suatu kelainan dalam setiap struktur
mata yang jernih (mis,kornea,lensa,corpus vitreus). Pembesaran yang paling kuat
mampu menampakkan sel-sel abnormal dalam aqueous,seperti sel darah merah atau
putih atau granul-granul pigmen. Kekeruhan aqueous (disebut flare),akibat
peningkatan konsentrasi protein,dapat dideteksi pada peradangan intraokular.
Aqueous normal bening secara optis,tanpa sel atau flare.
6. Tonometri
Bola mata dapat digambarkan sebagai suatu kompartemen tertutup dengan sirkulasi
aqueous humor yang kosntan. Cairan ini mempertahankan bentuk dan tekanan yang
cukup merata di dalam bola mata. Tonometri adalah cara pengukuran tekanan cairan

intraokular dengan memakai alat-alat yang terkalibrasi. Tekanan yang normal berkisar
dari 10 sampai 21 mmHg.
Pada tonometri aplanasi,tekanan intraokular ditentukan oleh gaya yang diperlukan
untuk meratakan kornea dengan beban-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Gaya yang diperlukan meningkat seiring dengan peningkatan tekanan intraokular.

Gambar 3. Tonometri Aplanasi,menggunakan tonometer Goldmann yang dipasang


pada slitlamp.
Tonometer Schiotz,yang sekarang jarang digunakan,mengukur besarnya identasi
kornea yang dihasilkan oleh beban yang telah ditentukan. Dengan makin menigkatnya
tekanan intraokular,makin sedikit identasi kornea yang terjadi. Karena kedua cara ini
menggunakan alat yang menempel pada kornea pasien,diperlukan anestesi lokal dan
ujung alat harus didisinfeksi sebelum dipakai.

Gambar 4.Tonometri Schiotz yang diletakkan pada kornea.


Saat melakukan tonometri dengan teknik apa pun,pemeriksa harus hati-hati agar tidak
menekan bola mata dan menyebabkan tekanannya meningkat.
7. Oftalmoskopi Direk & Indirek

Oftalmoskop Direk
Oftalmoskop direk genggam memeprlihatkan gambaran monokular fundus
dengan pembesaran 15 kali. Karena mudah dibawa dan menghasilkan
gambaran diskus dan stuktur vaskular retina yang detil,oftalmoskopi direk
merupakan bagian dari standar pemeriksaan medis umum dan pemeriksaan
oftalmologik.
Intensitas,warna,dan ukuran titik sumber cahaya dapat disesuaikan,demikian
pula titik fokus oftalmoskopnya. Titik fokus diubah dengan memakai roda
lensa yang kekuatannya semakin bertambah besar; kekuatan tersebut dapat
ditentukan terlebih dahulu oleh pemeriksa. Lensa-lensa ini disusun berututan
dan diberi nomor sesuai kekuatannya dalam satuan dioptri. Biasanya,lensa
konvergen (+) ditandai dengan angka hitam dan lensa divergen (-) dengan

angka merah.
Kegunaan utama oftalmoskop direk adalah untuk memeriksa fundus. Gambaran yang
diperlihatkan oftalmoskop mugkin kabur akibat media mata yang keruh,seperti
katarak,atau akibat pupil yang kecil. Menggelapkan ruangan periksa biasanya cukup
menyebabkan dilatasi pupil alami untuk mengevaluasi fundus sentral,termasuk
diskus,makula,dan struktur pembuluh darah retina proksimal. Pelebaran pupil secara
farmakologis sangat memperluas pandangan dan memungkinkan pemeriksaan yang
lebih luas ke retina perifer.
Pemeriksaan fundus juga dapat lebih optimal dengan memegang oftalmoskop sedekat
mungkin ke pupil pasien (kira-kira 1-2 inchi),seperti halnya seseorang dapat melihat
lebih banyak melalui lubang kunci bila sedekat mungkin. Untuk itu,mata dan tangan
kanan pemeriksa harus memeriksa mata kanan pasien;tangan dan mata kiri memeriksa
mata kiri pasien.

Gambar 4. Foto fundus normal

Ukuran titik dan warna cahaya yang dipakai dapat disesuaikan. Jika pupil cukup
melebar,ukuran titik cahaya yang besar memberikan daerah penyinaran yang paling
luas. Sebaliknya,dengan pupil yang lebih kecil,sebagian besar cahaya ini akan
dipantulkan iris pasien kembali ke mata pemeriksa,mengganggu pandangan,dan
menyebabkan pengecilan pupil. Inilah sebabnya,ukuran titik cahaya yang kecil
dipakai untuk pupil yang tidak melebar.
Kelainan refraksi pasien dan pemeriksa akan menentukan kekuatan lensa yang
diperlukan untuk membawa fundus dalam fokus optimal. Jika pemeriksa memakai
kacamata,kacamata dapat dipakai atau dilepas. Kacamata pasien biasanya
dilepas,tetapi dapat membantu pada refraksi yang cukup tinggi.

Gambar 5. Oftalmoskopi direk


Saat pasien menatap objek yang jauh dengan mata sebelahnya,pemeriksa mula-mula
membawa detil retina ke dalam fokus. Karena seluruh pembukuh retina muncul dari
diskus,diskus dicari dengan mengikuti salah satu cabang utama pembukuh ke tempat
berbagai cabang tersebut berasal. Dari sini,berkas sinar oftalmoskop diarahkan sedikit
ke nasal dari garis pandang pasien,atau sumbu visual. Kemudian diteliti
bentuk,ukuran,dan warna diskus,ketajaman tepinya,dan ukuran bagian sentralnya
yang pucat-cawan fisiologik. Ratio ukuran cawan terhadap ukuran diskus penting
untuk diagnosis glaukoma.
Daerah

makula terletak kira-kira dua kali diameter diskus optikusdisebelah

temporal tepi diskus. Sebuah refleksi putih kecil atau refleks menjadi pertanda
fovea sentralis. Daerah fovea ini dikelilingi oleh daerah berpigmen yang lebih gelap
dan berbatas kurang tegas,yang disebut makula. Cabang-cabang pembuluh arah retina
mendekati dari segala arah tetapi berhenti tepat di dekat fovea. Dengan
demikian,lokasi fovea dapat dipastikan dengan tidak adanya pembulu darah retina
atau dengan meminta pasien menatap langsung ke arah cahaya.

Pembuluh-pembuluh retina utama kemudian diperiksa dan diikuti sejauh mungkin ke


arah distal masing-masing kuadran (superior,inferior,temmporal,dan nasal). Vena
lebih

gelap

dan

lebih

besar

daripada

arteri

pendampingnya.

Perhatikan

warna,kelokan,dan kaliber pembuluh darah,selain juga kelainan yang ada,seperti


aneurisma,perdarahan atau eksudat. Ukuran dan jarak di dalam fundus sering diukur
dalam diameter diskus(DD) normal 1,5-2,2mm.
Untuk memeriksa retina perifer,yang diperjelas dengan melebarkan pupil,pasien
diminta melihat ke arah kuadran yang ingin diperiksa. Jadi,retina temporal mata
kanan terlihat bila pasien melihat ke temporal kanan,sedangkan retina superior terlihat
bila pasien melihat ke atas. Saat bola mata berputar,retina dan kornea akan bergerak
dalam arah berlawanan. Saat pasien melihat ke atas, retina superior bergerak ke
bawah- ke dalam garis pandang pemeriksa.
Oftalmoskopi Indirek
Oftalmoskop indirek binokular menambah dan melengkapi pemeriksaan
oftalmoskopi direk. Karena memerlukan dilatasi pulpil yang lebar dan sulit
dipelajari,teknik ini terutama dipakai oleh para ahli oftalmologi. Pasien dapat
diperiksa sambil duduk,tetapi posisi telentang lebih disukai.

Gambar 6. Pemeriksaan Oftalmoskopi indirek


Oftalmoskop indirek dipasang di kepala pemeriksa dan memungkinkan
pandangan binokular melalui sepasang lensa dengan kekuatan tetap. Sebuah
sumber cahaya terang dapat diatur dipasang pada ikat kepala dan diarahkan ke
mata pasien. Seperti halnya pada oftalmoskopi direk,pasien diminta untuk
melihat ke arah kuadran yang diteliti. Sebuah lensa konveks dipegang
beberapa inci dari mata pasien dengan arah yang tepat sehingga serentak
memfokuskan cahaya pada retina dan sebuah bayangan retina terletak di

udara,antara pasien dan pemeriksa. Dengan lensa oftalmoskop yang sudah


diatur sebelumnya pada kepala,pemeriksa kemudian memfokus dan melihat
bayangan retina di udara itu.

3. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium

Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

EKG, kolesterol serum, lipid

Tes toleransi glukosa : kotrol DM

2. Mikrobiologi & Sitologi


Seperti membran mukosa lainnya,konjungtiva dapat dibiakkan dengan swab untuk
identifikasi infeksi bakterial. Spesimen untuk pemeriksaan sitologik diambil dengan
kerokan ringan konjungtiva palpebra (yakni,yang melapisi permukaan-dalam
palpebra),menggunakan spatula platina kecil setelah anestesi topikal. Pada
pemeriksaan sitologi konjungtivitis,digunakan pulasan giemsa untuk menetapkan
jenis-jenis sel radang yang ada; pulasan Gram dapat mengungkap adanya bakteri serta
jenisnya.
Kornea normalnya,steril. Setiap ulkus kornea yang dicurigai infeksius,dasarnya harus
dikerok dengan spatula platina atau alat lain untuk pemeriksaan pulasan Gram dan
biakan. Prosedur ini dilakukan dengan slitlamp. Karena dalam banyak kasus hanya
ditemukan sedikit sekali bakteri,spatula yang dipakai harus langsung dioleskan di atas
lempeng biakan tanpa melalui media transpor. Sekecil apa pun pertumbuhan pada
biakan dianggap cukup bermakna,tetapi banyak kasus infeksi yang mungkin tetap
menunjukkan biakan negatif.
Biakan cairan intraokular adalah metode untuk mendiagnosis atau meniadakan
kemungkinan adanya infeksi endoftalmitis. Aqueous dapat disadap dengan
memasukkan jarum pendek ukuran 25-gauge pada spuit tuberkulin melalui
limbus,paralel terhadap iris. Hati-hati jangan sampai merusak lensa. Hasil diagnosis
akan lebih baik dengan tusukan jarum melalui pars plana atau melalui bedah
vitrektomi. Polymerase chain reaction bahan vitreus telah menjadi metode baku untuk

mendiagnosis retinitis virus. Dengan penilaian radang intraokular non-infeksi,kadangkadang spesimen sitologik diambil juga dengan teknik serupa.
3. Gonioskopi
Bilik mata depan-ruang antara iris dan kornea-diisi cairan aqueous humor. Cairan ini
yang dihasilkan di belakang iris oleh corpus ciliare,keluar dari mata melalui jalinan
drainase mirip saringan halus yang disebut anyaman trabekula. Anyaman ini tersusun
berupa pita jaringan tipis melingkar tepat di anterior pangkal iris-kornea. Lekukan
sudut ini bisa bervariasi anatomi,pigmentasi,dan lebar muaranya yang seluruhnya
dapat mempengaruhi drainase aqueous dan relevan untuk diagnosis glaukoma.
Gonioskopi adalah metode pemeriksaan anatomi sudut bilik mata depan dengan
pembesaran binokular dan sebuah lensa-gonio khusus. Lensa gonio-khusus jenis
Glodmann dan Posner/Zeiss memiliki cermin khusus yang mebentuk sudut
sedemikian rupa sehingga menghasilkan garis pandangan yang paralel dengan
permukaan iris; cermin tersebut diarahkan ke perifer ke arah lekukan sudut ini.

Gambar 7. Gonioskopi dengan slitlamp dan lensa Goldmann.


4. Fotografi Fundus
Kamera retina khusus digunakan untuk merekam detil-detil fundus bagi kepentingan
studi dan perbandingan di kemudian hari. Dulu,dipakai film standar untuk membuat
slide berwarna berukuran 35mm. Sekarang ini,fotografi digital lebih sering
digunakan. Seperti halnya bentuk oftalmokopi lain,pupil yang dilebarkan dan media
mata yang jernih akan menampilkan gambaran paling optimal.
5. Optical Coherence Tomography
Optical Coherence Tomography (OCT) adalah modalitas pencitraan sayat-lintang
lanjut yang digunakan untuk mengamati dan menilai struktur intraokular. Prinsip
operasional OCT analog dengan ultrasonografi,tetapi alat ini menggunakan cahaya

dengan panjang gelombang 820nm sebagai pengganti suara. Karena kecepatan cahaya
hampir

satu

juta

kali

lebih

cepat

daripada

kecepatan

suara,OCT dapat

memvisualisasikan dan menilai struktur intraokular pada skala 10 nm,dibandingkan


dengan resolusi gambar 100nm dengan ultrasonografi. OCT dapat dikerjakan melalui
pupil yang belum dilebarkan dan tidak seperti ultrasongrafi,tidak memerlukan kontak
dengan jaringan yang diperiksa. Peralatannya serupa dengan kamera fundus dan
digunakan dalam ruang kerja.Interferometer OCT mengukur waktu keterlambatan
pantulan cahaya yang diproyeksikan oleh suatu dioda superluminesens yang
kemudian dipantulkan kembali oleh berbagai struktur di dalam mata. OCT segmen
posterior memungkinkan analisis diskus optikus,lapisan serat saraf retina,dan makula
yang mendetil. Perubahan-perubahan mikroskopik di makula,seperti edema dapat
divisualisasikan dan dinilai. Untuk segmen anterior,digunakan instrumen OCT lain
yang memancarkan berkas sinar inframerah dengan panjang gelombang yang lebih
pajang lagi. Alat ini menghasilkan ganbar-gambar resolusi tinggi dan memungkinkan
pengukuran kornea,iris,serta struktur-struktur intraokular dan lensa.
6. Ultrasonografi
Ultrasonografi memakai prinsip sonar untuk meneliti struktur yang tidak terlihat
secara langsung. Alat ini dapat dipakai untuk menilai bola mata atau orbita.
Gelombang suara berfrekuensi tinggi dipancarkan dari sebuah transmiter khusus ke
arah jaringan sasaran. Sewaktu terpantul kembali dari berbagai komponen
jaringan,gelombang suara ditangkap oleh penerima yang melipatgandakan dan
menayangkan pada layar osiloskop.
Terdapat dua metode : scan A dan scan B. Pada ultrasonografi scan A,berkas suara
yang diarahkan berupa garis lurus. Setiap gema yang kembali tampak sebagai paku
yang amplitudonya tergantung pada kepadatan jaringan yang dipantulkan. Scan A
maupun scan B dapat dipakai untuk membuat bayangan dan mendiferensiasi penyakit
orbita atau anatomi intraokular yang terhalang media keruh. Selain menetapkan
ukuran dan lokasi massa intraokular atau intraorbita,scan A dan scan B dapat memberi
petunjuk tentang sifat-sifat jaringan suatu lesi.
Untuk keperluan pengukuran, scan A adalah metode yang paling teliti. Gema suara
yang dipantulkan dari dua lokasi berbeda. Pemisahan temporal ini dapat dipakai untuk
menghitung jarak antara dua titik,berdasarkan kecepatan suara dalam media jaringan.
Pengukuran mata yang paling umum adalah pengukuran panjang sumbu. Ini penting
pada operasi katarak agar dapat dihitung kekuatan lensa intraokular yang akan

dipasang. Scan A dapat pula dipakai untuk menetapkan ukuran tumor dan memantau
pertumbuhannya lebih lanjut.
4. Working Diagnosis

: Katarak Senile Imatur dan Katarak Brunesen.

Klasifikasi Katarak
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun

Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di
bawah 40 tahun.
Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.

Katarak Senilis
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di
atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun banyak
kasus katarak senilis yang ditemukan berkaitan dengan faktor keturunan, maka riwayat
penyakit keluarga perlu ditanyakan. Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini
yaitu setengah dari 45 juta kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara
berkembang seperti Indonesia, India dan lainnya. Katarak juga merupakan penyebab utama
kebutaan di Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan dengan penglihatan.
Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Katarak secara klinik dikenal dalam 4 stadium
yaitu insipien, imatur, intumessen, matur, hipermatur dan morgagni.
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senile
Kekeruhan
Cairan lensa

Iris
Bilik mata depan

Insipien
Ringan
Normal

Normal
Normal

Imatur
Sebagian
Bertambah

Matur
Seluruh
Normal

Hipermatur
Masif
Berkurang

(masuk)

(air+masa lensa

Terdorong
Dangkal

keluar)
Tremulans
Dalam

Normal
Normal

Sudut bilik mata


Shadow test
Penyulit

Normal
Negatif
-

Sempit
Positif
Glaukoma

Normal
Negatif
-

Terbuka
Pseudopos
Uveitis +
glaukoma

Katarak Insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular
posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat
lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak Intumessen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat yang degenerative menyerap air.
Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang
akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.
Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumessen
biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya
akan bertambah yang akan memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
Katarak Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa.
Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma sekunder. Pemeriksaan shadow test
positif.
Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa
terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumessen tidak
dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal.
Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.

Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris/ shadow test negatif.
Katarak Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair.
Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn
menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka
korteks akan memperlihatkan bentuk menjadi sekantong susu disertai dengan nucleus yang
terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak
Morgagni.
Berdasarkan lokasi, katarak senilis dapat dibagi menjadi :
1. Nuclear sclerosis/ katarak inti atau nuclear, merupakan perubahan lensa secara
perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan, menjadi coklat dan
kemudian menjadi kehitam-hitaman karena pengendapan pigmen. Seringkali , yang
biasa terlihat adalah nukleus katarak yang berpigmen kuning baik, coklat (cataracta
brunescens) atau hitam (cataracta nigra) dan jarang sekali kemerahan (cataracta
rubra). Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik.
Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca),
bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. Kemudian, penglihatan mulai
bertambah kabur atau lebih menguning. Menyetir saat malam hari menjadi silau dan
sukar. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru
dan ungu.
2. Katarak kortikal, mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ke
tengah sehingga mengganggu penglihatan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator
berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior. Penglihatan jauh dan dekat
terganggu. Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra.
3. Katarak subkapsular, mulai dengan kekeruhan kecil di bawah kapsul lensa, tepat lajur
jalan sinar masuk. Dapat telihat pada kedua mata. Katarak ini menyebabkan silau,
halo atau warna sekitar sumber cahaya, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang,

serta pandangan baca menurun. Banyak ditemukan pada pasien diabetes, pasca
radiasi, dan trauma.
Katarak Brunesen
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada nucleus
lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan myopia tinggi. Sering
tajam penglihatan lebih baik daripada dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada
orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal
posterior.
4. Differential Diagnosis
1. Katarak Diabetik
Katarak diabetic merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes
mellitus. Katarak pada pasien DM dapat terjadi dalam 3 bentuk :
1. Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemia nyata, pada lensa akan
terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan
terjadi kekeruhan lensa dan kekeruhan tersebut akan hilang jika terjadi rehidrasi dan
normalisasi kadar glukosa darah.
2. Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak serentak pada
kedua matanya dalam 48 jam. Kataraknya dapat berbentuk snow flake atau bentuk
pisang subkapsular.
3. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara histologik dan
biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemi maka terdapat
penumpukan sorbitol dan fruktosa dalam lensa. Pada mata terlihat meningkatkan insidens
maturasi katarak yang lebih pada pasien diabetes. Adalah jarang ditemukan true
diabetic katarak. Pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang
sebagian jernih dengan pengobatan. Diperelukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran
gula darah puasa. Galaktosemia pada bayi akan memperlihatkan kekeruhan anterior dan
subkapsular posterior. Bila dilakukan tes galaktosa akan terlihat meningkat dalam darah
dan urine.
2. Degenarasi Makula
Degenerasi Makula adalah suatu keadaan dimana makula mengalami kemunduran
sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan akan

menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan sentral. Makula adalah pusat dari retina
dan merupakan bagian yang paling vital dari retina. Makula merupakan bagian dari
retina yang memungkinkan mata melihat detil-detil halus pada pusat lapang pandang.
Penyebab :
Degenerasi terjadi sebagai akibat dari kerusakan pada epitel pigmen retina. Epitel
pigmen retina adalah lapisan pemisah antara retina dan koroid (lapisan pembuluh
darah di belakang retina). Fungsi dari epitel pigmen retina adalah sebagai penyaring
yang menentukan zat gizi dari koroid yang sampai ke retina. Bagian dari darah yang
berbahaya bagi retina dibuang/dijauhkan dari retina oleh epitel pigmen retina.
Kerusakan pada epitel pigmen retina mempengaruhi metabolisme pada retina, Terjadi
penipisan retina sehingga memungkinkan masuknya bahan yang berbahaya dari darah
ke dalam retina dan menyebabkan kerusakan serta pembentukan jaringan parut.
Dengenerasi makula terjadi pada usia lanjut, cenderung diturunkan, lebih banyak
ditemukan pada orang kulit putih dan tampaknya lebih sering ditemukan pada
perokok.
Tanda dan gejala :
Secara tiba-tiba ataupun secara perlahan akan terjadi kehilangan fungsi penglihatan
tanpa rasa nyeri. Kadang gejala awalnya berupa gangguan penglihatan pada salah satu
mata, dimana garis yang sesungguhnya lurus terlihat bergelombang. Degenerasi
makula menyebabkan kerusakan penglihatan yang berat (misalnya kehilangan
kemampuan untuk membaca atau mengemudi), tetapi jarang menyebabkan kebutaan
total. Penglihatan pada tepi luar dari lapang pandang dan kemampuan untuk melihat
warna biasanya tidak terpengaruh, yang terkena hanya penglihatan pada pusat lapang
pandang.
Diagnosis:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Beberapa
pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai retina: ketajaman penglihatan,tesa
refraksi,respon refleks pupil,pemeriksaan slit lamp,fotografi retina,angiografi
fluoresensi.
Pengobatan :
Jika di dalam atau di sekeliling makula ditemukan pertumbuhan pembuluh darah baru,
dilakukan fotokoagulasi laser untuk menghancurkannya. Tidak ada pengobatan

khusus untuk degenerasi makula. Pemberian seng bisa memperlambat perkembangan


penyakit. Pada stadium awal, bisa dilakukan pembedahan laser untuk membekukan
pembuluh darah koroid yang merembes ke retina. Pilihan pengobatan lainnya adalah
terapi fotodinamik, dimana pengobatan laser dilakukan setelah penyuntikan zat warna
untuk menambah kepekaan pembuluh darah yang merembes terhadap sinar laser.
Pencegahan :
Jika ada anggota keluarga yang menderita degenerasi makula, sebaiknya para perokok
segera berhenti merokok.
BAB 2. PEMBAHASAN
1. Anatomi & fisiologi lensa
Lensa berasal dari lapisan ectoderm, merupakan struktur yang transparan berbentuk
cakram bikonveks. Lensa tidak memiliki suplai darah atau inervasi setelah
perkembangan janin dan hal ini bergantung pada aquous humor untuk memenuhi
kebutuhan metaboliknya serta membuang sisa metabolismenya. Lensa terletak
posterior dari iris dan anterior dari korpus vitreus. Posisinya dipertahankan oleh
zonula zinnii yang terdiri dari serat-serat kuat yang menyokong dan melekatkannya
pada korpus siliar. Bagianbagian lensa terdiri dari kapsul, epithelium lensa, korteks
dan nucleus.
a. Kapsula
Kapsula lensa memiliki sifat elastis, membran basalisnya yang transparan terbentuk
dari kolagen tipe IV yang ditaruh di bawah oleh sel-sel epithelial. Kapsula terdiri dari
substansia lensa yang dapat mengkerut selama perubahan akomodatif. Lapis terluar
dari kapsula lensa adalah lamella zonularis yang berperan dalam melekatnya seratserat zonula. Kapsula lensa tertebal pada bagian anterior dan posterior preekuatorial
dan tertipis pada daerah kutub posterior sentral dimana memiliki ketipisan sekitar 2-4
mm. Kapsula lensa anterior lebih tebal dari kapsul posterior dan terus meningkat
ketebalannya selama kehidupan. Pinggir lateral lensa disebut ekuator, yaitu bagian
yang dibentuk oleh gabungan kapsula anterior dan posterior yang merupakan insersi
dari zonula.
b. Serat Zonula
Serat zonula lensa disokong oleh serat-serat zonular yang berasal dari lamina basalis
dari epithelium non-pigmentosa pars plana dan pars plikata korpus siliar. Serat-serat
zonula ini memasuki kapsula lensa pada region ekuatorial secara kontinu. Seiring

usia, serat-serat zonula ekuatorial ini beregresi, meninggalkan lapis anterior dan
posterior yang tampak sebagai bentuk segitiga pada potongan melintang dari cincin
zonula.
c. Epitel lensa
Epitel lensa terletak tepat di belakang kapsula anterior lensa. Terdiri dari sel-sel
epithelial yang mengandung banyak organel sehingga sel-sel ini secara metabolik
aktif dan dapat melakukan semua aktivitas sel normal termasuk biosintesis DNA,
RNA, protein dan lipid sehingga dapat menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan
energi dari lensa. Sel epitel akan mengalami perubahan morfologis ketika sel-sel
epithelial memanjang membentuk sel serat lensa yang sering disertai dengan
peningkatan masa protein dan pada waktu yang sama, sel-sel kehilangan organelorganelnya, termasuk inti sel, mitokondria dan ribosom. Hilangnya organel-organel
ini sangat menguntungkan, karena cahaya dapat melalui lensa tanpa tersebar atau
terserap oleh organel-organel ini, tetapi dengan hilangnya organel maka fungsi
metabolik pun akan hilang sehingga serat lensa bergantung pada energi yang
dihasilkan oleh proses glikolisis.
d. Korteks dan nucleus
Tidak ada sel-sel yang hilang dari lensa sebagaimana serat-serat baru diletakkan, selsel ini akan memadat dan merapat kepada serat yang baru saja dibentuk dengan
lapisan tertua menjadi bagian yang paling tengah. Bagian tertua dari ini adalah
nucleus fetal dan embrional yang dihasilkan selama kehidupan embrional dan terdapat
pada bagian tengah lensa. Bagian terluar dari serat adalah yang pertama kali terbentuk
dan membentuk korteks dari lensa.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke
retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian
mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu
juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk

memfokuskan sinar ke bintik kuning. Pada keadaan tidak berakomodasi, lensa


memberikan kontribusi 15-20 Dioptri dari sekitar 60 D seluruh kekuatan refraksi bola
mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksinya diberikan oleh udara dan
kornea.
2. Etiologi
Penyebab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti, diduga
multifaktorial, diantaranya antara lain:
- Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
- Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk
terhadap serabu-serabut lensa.
- Faktor imunologik
- Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.
- Gangguan metabolisme umum.
Konsep penuaan
- Teori putaran biologic (a biologic clock)
- Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali mati
- Imunologis; dengan bertambah usia akan bertambah cacat imunologik yang
mengakibatkan kerusakan sel
- Teori mutasi spontan
- Teori A free radical
Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat
Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
Free radical dapat dinetralisasi oleh antioksidan dan vitamin E
- Teori A cross-link
Ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul
protein sehingga mengganggu fungsi.
Perubahan lensa pada usia lanjut:

Kapsul
Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
Mulai presbiopia
Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
Terlihat bahan granular

Epitel makin tipis

Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat


Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
Serat lensa

Lebih irregular.

Pada korteks jelas kerusakan serat sel.

Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein


nucleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa, sedang warna
coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding
normal.

Korteks tidak berwarna karena:

Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

3. Epidemiologi
Sampai saat ini katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak ditemukan,
sampai90% dari seluruh kasus katarak. Katarak terkait usia yang bertanggung jawab
untuk 48% dari kebutaan dunia, yang mewakili sekitar 18 juta orang, menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO). Di banyak negara layanan bedah tidak memadai, dan katarak
tetap penyebab utama kebutaan. Dengan bertambahnya usia populasi, jumlah orang
dengan katarak berkembang. Katarak juga merupakan penyebab penting dari visi rendah
di kedua negara maju dan berkembang. Bahkan di mana layanan bedah yang tersedia, low
vision yang terkait dengan katarak mungkin masih lazim, sebagai akibat dari lama
menunggu untuk operasi dan hambatan untuk serapan bedah, seperti biaya, kurangnya
informasi dan masalah transportasi.
Di Amerika Serikat, terkait usia lenticular perubahan telah dilaporkan di 42% dari mereka
yang berusia dari 52 ke 64, 60% dari mereka antara usia 65 dan 74, dan 91% dari mereka
yang berusia antara 75 dan 85.

4. Patofisiologi
Patogenesa katarak belum sepenuhnya dimengerti. Kendati demikian, pada lensa
katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang menghambirkan
berkas-berkas cahaya serta mengurangi transparansinya. Sementara perubahan protein
lainya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat.
Temuan tambahan mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel
epitel dan pembesaran epitel yang menyimpang. Factor yang diduga turut berperan
dalam katarak antara lain factor stress oksidatif, sinar UV, serta malnutrisi.
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah
usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada
kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti
kristal salju pada jendela.Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transparansi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa
dapat

menyebabkan

koagulasi

sehingga

mengabutkan

pandangan

dengan

menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya


protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan
serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan
bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.Katarak biasanya terjadi bilateral, namun
mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun
sistematis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses
penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang
ketika orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal karena bila tidak didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam

terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok,


DM, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.
Katarak pada usia lanjut terjadi melalui dua proses, yaitu :
1.Penumpukan protein di lensa mata
Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein. Penumpukan protein
pada lensa mata dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata dan mengurangi
jumlah cahaya yang masuk ke retina. Proses penumpukan protein ini berlangsung
secara bertahap, sehingga pada tahap awal seseorang tidak merasakan keluhan atau
gangguan penglihatan. Pada proses selanjutnya penumpukan protein ini akan semakin
meluas sehingga gangguan penglihatan akan semakin meluas dan bisa sampai pada
kebutaan. Proses ini merupakan penyebab tersering yang menyebabkan katarak yang
terjadi pada usia lanjut.
2.Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia,
lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat
keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur)
pada seseorang, tetapi tidak menghambat penghantaran cahaya ke retina.
Konsep penuaan :
1.Teori putaran biologi
a. Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali kemudian mati
b. Imunologis dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yan
mengakibatkan kerusakan sel
2.Teori mutasi spontan
3.Teori a free radical
Free radical terbentuk bila terjadi reaksi intermediate reaktif kuat yang mengakibatkan
molekul normal mengakibatkan degenerasi. Free redical dapat dinetralisasi oleh
antioksidan dan vit. E
4. Teori a cross-link
5. Manifestasi klinis
Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin
kabur.

Pada stadium insipien, pembentukan katarak penderita mengeluh penglihatan jauh


yang kabur dan penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat
membaca lebih baik tanpa kacamata (second sight). Terjadinya miopia ini
disebabkan oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium insipient.

Tingkat ringan dari katarak subkapsular posterior dapat menyebabkan penurunan yang
berat ketajaman penglihatan dengan efek pada penglihatan dekat lebih berat dari efek

pada gangguan penglihatan jauh yang diperkirakan oleh karena akomadasi miosis.
Bagaimanapun katarak sklerosis nuklear sering disertai dengan penurunan

penglihatan jauh dan penglihatan dekat yang bagus.


Katarak kortikal umumnya tidak memberi gejala sampai tingkat progresifitas lanjut

ketika jari-jari korteks membahayakan axis penglihatan.


Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau
berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-hole.
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau,dimana tigkat
kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontrasyang menurun dengan latar
belakang yang terang hingga merasa silau disiang hari atau merasa silau terhadap
lampu mobil yang berlawanan arahatau sumber cahaya lain yang mirip pada malam
hari. Keluhan ini seringkali muncul pada penderita katarak kortikal.
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui
perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbedawarna, penerangan dan
tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsimata sebagai optik dan uji ini diketahui
lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui kepastuian
fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya penglihatan
yang disebabkan oleh adanya katarak.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan
pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini
mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan
memburuknya kualitas lensa, rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti
dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris
pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi,
dancenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan menurun
pada siang hari atau keadaan terang dan membaik

pada senja hari, sebaliknya

penderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih


baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul
atau bergelombang.
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yangterlihat di
sekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita
glaucoma.
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang
keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular
dengan cover test dan pin hole.
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan persepsi
warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding
warna sebenarnya.
10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak pada
lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous yang
sering bergerak-gerak.
5. Penatalaksanaan
Penanganan non bedah meliput penanganan kelainan refraksi atau penggunaan kaca
mata, penggunaan lampu baca khusus dan penggunaan midriatikum pada katarak
subkapsularis posterior. Sampai saat ini belum ada obat antikatarak yang memiliki bukti
kuat mampu menghambat atau meniadakan pembentukan katarak, namun d pasaran ada
beberapa bahan dan suplemen yang mungkin sebagai anti katarak misalnya obat-obat
penurun sorbitol, obat-obat yang menaikkan glutation dan antioksidan kgusus vitamin C
dan itamin E.
Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan
kaca mata untuk melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa
penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca

mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak
mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.
Indikasi operasi :
- Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan.
- Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma.
- Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m
didapatkan hasil visus 3/60.
- Indikasi kosmetik
Persiapan bedah katarak:
Biasanya pembedahan dipersiapkan untuk mengeluarkan bagian lensa yang keruh dan
dimasukkan lensa buatan yang jernih permanent. Pra bedah diperlukan pemeriksaan
kesehatan tubuh umum untuk menentukan apakah ada kelainan yang menjadi halangan untuk
dilakukan pembedahan. Pemeriksaaan ini akan memberikan informasi rencana pembedahan
selanjutnya.
Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti:
- Gula darah
- Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan
- Tekanan darah
- Elektrokardiografi
- Pernafasan
- Riwayat alergi obat
- Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk keadaan fisik prabedah
- Tekanan bola mata
- Uji Anel Positif, dimana tidak terjadi obstruksi fungsi ekskresi saluran lakrimal sehingga
tidak ada dakriosistitis.
- Uji Ultrasonografi Sken A untuk mengukur panjang bola mata. Pada pasien tertentu
kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam pada kedua mata. Dengan cara
ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan ditanam untuk mendapatkan kekuatan refraksi
pasca bedah.
- Keratometri mengukur kelengkungan kornea untuk bersama ultrasonografi dapat
menentukan kekuatan lensa intraokular yang akan ditanam. Dilakukan trlebih dahulu
pemeriksaan khusus mata untuk mencegah terjadinya penyulit pembedahan seperti adanya
infeksi sekitar mata, glaucoma, dan penyakit mata lainnya yang dapat menimbulkan penyulit
waktu pembeahan dan sedudah pembedahan.

Pembedahan

Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.
1. Pengangkatan lensa
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
A. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK
Ekstrasi intrakapsular merupakan teknik bedah katarak yang digunakan sebelum adanya
bedah katarak ekstrakapsular. Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum
dilakukan pada katarak senil. Dengan teknik tersebut dilakukan pengeluaran lensa dengan
kapsul lensa secara keseluruhan. Indikasi EKIK terutama bermamfaat pada luksasio lensa dan
katarak hipermatur. Bila zonula zinii tidak cukup adekwat untuk dilalukan EKEK maka lebih
baik dilakukan EKIK. Kontra indikasi absolut meliputi katarak pada anak anak dan dewasa
muda serta rupture kapsular traumatic. Kontra indikasi relatif meliputi miop tinggi, sindrom
Marfan, katarak Morgagni, dan adanya korpus vitreus di kamera Okuli anterior. Pada saat ini
pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.

B. Ekstrasi katarak Ekstrakapsular (EKEK)


Ekstrasi katarak Ekstrakapsular (EKEK) merupakan teknik operasi katak dengan melakukan
pengangkatan nucleus lensa dan korteks lensa melalui pembukaan kapsul anterior dan
meninggalkan kapsul posterior. EKEK merupakan kontra indikasi pada katarak dengan
Zonula zinii yang tidak adekwat. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda,
pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glaukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu
dapat terjadinya katarak sekunder.
Kapsul posterior yang yang masih intak pada EKEK mempunyaai kelebihan antara lain:
1.Mengurangi risiko CV prolaps

2.Untuk mendapatkan posisi anatomi yang lebih baik untuk fiksasi IOL
3.Mengurangi

mobilitas

iris

dan

vitreus

yang

terjadi

pada

gerakan

saccadic( endophthalmiodonesis)
4.Sebagai barier yang membatasi pertukaran molekul antara vitreus dan humour akuos.
5.Mengurangi

kemungkinan

masuknya

bakteri

ke

vitreus

yang

dapat

menyebabkanendoftalmitis.
6.Mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan menempelnya dengan vitreus dengan
iris, kornea dan luka incise.

Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan
getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat
diaspirasi melalui insisi 3 mm. Untuk mencegah astigmatisme pasca bedah EKEK, maka
luka dapat diperkecil dengan tindakan bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan ini lensa yang
katarak di fragmentasi dan diaspirasi. Tindakan operasi katarak dengan Teknik
Fakoemulsifikasi memiliki banyak keunggulan diantaranya :
1. Luka operasi sangat pendek(3 ml).
2. Dengan alat fako seluruh lensa dapat dihancurkan dan kemudian disedot/dihisap
keluar.
3. Penggunaan lensa tanam hanya cukup ditutup dengan 1 atau 2 jahitan, atau pada
kondisi tertentu tidak memerlukan jahitan sama sekali.
4. Masa penyembuhan lebih singkat.

5. Komplikasi
Komplikasi sebelum operasi
1. Glaukoma
Glaukoma merupakan komplikasi katarak yang tersering. Glaukoma dapat
terjadi karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.
Fakolitik
Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa.
Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk
pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi mereabsorbsi substansi lensa
tersebut.Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.
Fakotopik
Berdasarkan posisi lensa, oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke
depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous
tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan
meningkat dan timbul glaukoma
Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata
sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang
kemudian akan menjadi glaukoma.
2. Uveitis
3. Subluksasi atau Dislokasi Lensa
Komplikasi selama operasi

Hifema
Perdarahan bisa terjadi dari insisi korneoskleral, korpus siliaris atau
vaskularisasi iris abnormal. Bila perdarahan berasal dari luka harus dilakukan
kauterisasi. Perdarahan dari iris yang normal jarang terjadi, biasanya timbul bila
terdapat rubeosis iridis, uveitis heterocromik dan iridosiklitis. Komplikasi utama
akibat hifema yang berlangsung lama adalah peningkatan TIO dan corneal blood
staining.

Iridodialisis
Iridodialisis dapat terjadi pada waktu memperlebar luka operas, iridektomi,

atau ekstrasi lensa. Iridodialisi yang kecil tidak menimbulkan ganngguan visus dan
bisa berfungsi sebagai irisektomi perifer, tetapi iridodialisi yang parah dapat

menimbulkan gangguan visus dan kosmetik. Perbaikan harus segera dilakukan dengan
menjahit iris pada luka.

Prolaps korpus vitreus


Prolaps korpus vitreus merupakam komplikasi yang serius pada operasi
katarak, keadaan ini dapat menyebabkan keratopati bulosa, epithelial dan stromal
downgrowth, prolap iris, uveitis, glaukoma, ablasi retina, edema macula kistoid,
kekeruhan korpus vitreus, endoftalmitis dan neuritis optic. Untuk menghindari hal
tersebut, harus dilakukan vitrektomi anterior sampai segmen anterior bebas dari
korpus vitreus.

Perdarahan ekspulsif
Perdarahan ekspulsif jarang terjadi, tetapi merupakan masalah serius yang
dapat menimbulkan eksplusi dari lensa, vitreus, uvea. Penanganan segera dilakukan
tamponade dengan jalan penekanan pada bola mata dan luka ditutup dengan rapat.
Komplikasi pasca operasi

Edema kornea
Edema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi pada
epitel atau stroma yang diakibatkan trauma mekanik, aspirasi irigasi yang cukup lama,
inflamasi dan peningkatan TIO. Biasanya akan teresobsi 4-6 minggu setelah operasi.
Jika masih ditemukan edema kornea sentral setelah 3 bulan pasca operasi, perlu
dipertimbangkan keratoplasti.

Kekeruhan kapsul posterior


Kekeruhan kapsul posterior merupakan penyebab tersering penurunan visus
setelah EKEK. Sel-sel epitel lensa yang masih viable dan tersisa pada saat operasi
akan mengalami proliferasi. Lokasi di mana kapsul anterior dan posterior menempel
membentuk wedl cells yang kemudian membentuk soemmerings ring. Jika sel-sel
epitel tersebut migrasi ke arah luar, sel-seltersebut membentuk Elschnigs pear di
kapsul posterior. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kekeruhan kapsul
posterior sangat bervariasi antara lain usia, riwayat inflamasi intra okuler,
pseudoexfoliasi, betuk lensa tanam,material lensa tanam, modifikasi permukaan lensa
dan waktu operasi.

Residual lensa material


Timbulnya residual lensa material disebabkan EKEK yang tidak adekuat. Bila
material yang tertinggal sedikit, akan diresorbsi secara spontan, sedangkan bila
jumlahnya banyak, perlu dilakukan aspirasi karena bisa menimbulkan uveitis anterior
kronis dan glaucoma sekunder. Apabila yang tertinggal potongan nucleus yang besar
dan keras, dapat merusak endotel kornea, penanganannya dengan ekspresi atau irigasi
nucleus.

Prolaps Iris
Iris paling sering terjadi satu sampai 5 hari setelah operasi dan penyebab

tersering adalah jahitan yang longgar, dapat juga terjadi karena komplikasi prolaps
vitreus selama operasi. Keaadaan ini memerlukan penanganan (jahit ulang) untuk
menghindari timbulnya komplikasi seperti penyembuhan luka lama, epithelial
downgrowth, konjungtivitis kronis, endoftalmitis, edema macula kistoid dan kadang
kadang Ophthalmia simpatik.

Astigmatisme
Astigmatisme pasca bedah katarak dapat terjadi karena jahitan yang terlalu
kencang maupun jahitan yang terlalu longgar. Jahitan yang terlalu kencang akan
mengakibatkan Steepen corneal daerah yang searah jahitan with the rule. Sedangkan
jahitan yang terlalu longgar akan menyebabkan againt the rule astigmatisma. With the
rule astigmatisma setelah operasi katarak yang kurang dari 2 dioptri akan berkurang
dengan sendirinya sehingga mengurangi kemungkinan untuk melepas jahitan yang
terlalu kencang.

Hifema
Hifema bisa terjadi 1-3 hari setelah operasi, biasanya hilang spontan dalam
waktu 7-10 hari. Perdarahan berasal dari pembuluh darah kecil pada luka. Bila
perdarahan cukup banyak dapat menimbulkan glaucoma sekunder dan corneal
staining blood dan TIO harus diturunkan dengan pemberian asetazolamid 250 mg 4
kali sehari. Serta parasintesis hifema dengan aspirasi irigasi.

Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder dengan peningkatan TIO yang ringan bisa timbul 24-48
jam setelah operasi, umumnya dapat hilang dengan sendirinya dan tidak memerlukan
terapi antiglaukoma. Peningkatan TIO yang berlangsung lama dapat disebabkan oleh
Hifema, blok pupil, sinekia anterior perifer karena pendangkalan COA, epithelial
ingrowth, blok siliar, endoftalmitis, sisa material lensa, pelepasan pigmen iris,
preexisting glaucoma.

Endoftalmitis
Endoftalmitis dalam bentuk akut atau kronik, dimana bentuk kronik
disebabkan rendahnya pathogenesis organisme penyebabnya. Secara umum
endoftalmitis ditandai dengan rasa nyeri yang ringan sampai berat, penurunan visus,
injeksi siliar, kemosis dan hipopion. Endoftalmitis akut biasanya timbul 2-5 hari pasca
operasi, sedangkan bentuk kronis dapat timbul beberapa minggu atau bulan atau lebih
setelah operasi. Endoftalmitis kronis ditandai dengan reaksi inflamasi ringan atau
uveitis (granulomatus) dan penurunan visus. Penyebab endoftalmitis akut terbanyak
adalah Staphylococcus epidermidis (gram positif) dan Staphylococcus coagulase

negative yang lain. Kuman gram positif merupakan penyebab terbanyak endoftalmitis
akut bila dibandingkan gram negatif. Untuk gram negatif, kuman penyebab terbanyak
adalah Pseudomonas aeruginosa. Umumnya organisme dapat menyebabkan
endoftalmitis bila jumlahnya cukup banyak untuk inokulasi, atau sistem pertahanan
mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan, penyakit atau trauma. Organisme
penyebab endoftalmitis kronis mempunyai virulensi yang rendah, penyebab tersering
adalah Propionibacterium acnes, S. epidermidis dan Candida. Organisme tersebut
menstimulasi reaksi imunologik yang manifestasinya adalah inflamasi yang menetap.

Ablasi retina
Mekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui. Faktor
predisposisinya meliputi myopia aksilis (> 25 mm), lattice degeneration, prolaps
vitreus, riwayat robekan atau ablasio retina yang dioperasi, riwayat ablasio pada mata
kontralateral dan riwayat keluarga dengan ablasio retina. Ablsio retina terjadi sekitar
2-3% pasca EKIK dan 0,5-2% pasca EKEK. Kapsul posterior yang masih intak
mengurangi kemungkinan terjadinya ablsio retina pasca bedah, sedangkan operasi
dengan komplikasi seperti rupture kapsul posterior dan vitreus loss meningkatkan
kemungkinan ablasio retina.

Edema Makula Kistoid


Edema macula kistoid merupakan penyebab penurunan visus setelah operasi
katarak, yang dapat terjadi pada operasi katarak dengan maupun tanpa komplikasi.
Patogenesisnya tidak diketahui, kemungkinan karena permeabilitas vaskuler
perifoveal yang meningkat. Factor-faktor lain yang mempengaruhi adalah inflamasi
yang terjadi karena prostaglandin release, vitreomacular traction dan hipotoni. Edema
macula kistoid ditemukan pada keadaan penurunan tajam penglihatan pasca operasi
yang tidak diketahui sebabnya atau diketahui dengan penampakan yang karakteristik
pada macula dengan pemeriksaan oftalmoskop maupun fluorescein angiography, di
mana didapatkan gambaran macula yang khas (flower petal pattern).

Retinal light toxicity


Retinal light toxicity diakibatkan karena paparan sinar operating microscope
yang lama dan dapat menyebabkan terbakarnya epitel pigmen retina. Jika yang
terbakar daerah fovea maka akan terjadi penurunan tajam penglihatan pasca bedah.
Sedangkan jika yang terbakar di daerah parafovea maka penderita akan mengeluh
adanya skotoma parasentral.
6. Pencegahan

Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat
dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak.
Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat
dijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan:
1.

Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam


tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah.

2.

Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur.

3.

Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada
mata.

4.

Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya.

7. Prognosis
Katarak senilis biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasien
mungkin meninggal sebelum timbul indikasi pembedahan.. Namun jika katarak dapat
dengan cepat terdeteksi serta mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang
tepat maka 95 % penderita dapat melihat kembali dengan normal.

BAB 3. PENUTUP
Kesimpulan
Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa
yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada
retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yaitu katarak senile, kongenital, traumatic,
toksik, asosiasi, dan komplikata.Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan

tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) lensa sering terjadi akibat
bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang
paling sering terjadi

DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I
Made Kariasa. Jakarta . EGC
2. Long, C Barbara. 1996.Perawatan Medikal Bedah : 2.Bandung. Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
3. Margaret R. Thorpe. Perawatan Mata. Yogyakarta . Yayasan Essentia Medica
4. Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa :
Setiawan Sari. Jakarta. EGC
5. Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. FKUI
6. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Alih bahasa : Agung Waluyo. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai