Anda di halaman 1dari 45

Sakramen

adalah upacara atau ritus dalam agama Kristen (Katolik dan Protestan) yang menjadi mediasi,
dalam arti menjadi simbol yang terlihat atau manifestasi dari Rahmat Tuhan yang tak
tampak. Gereja dan denominasi-denominasi Kristen mempunyai pendapat yang berbeda mengenai
jumlah dan pelaksanaan sakramen tersebut, namun mereka umumnya yakin bahwa kegiatan ini
dimulai oleh Yesus.
Sebuah sakramen biasanya dilakukan oleh seorang pastor atau pendeta kepada sang penerima,
dan umumnya dipercayai melibatkan hal-hal yang tampak maupun yang tak tampak. Komponen
yang tak tampak diyakini adalah rahmat Tuhan yang sedang bekerja di dalam para peserta
sakramen, sementara komponen yang tampak melibatkan
penggunaan air, anggur atau minyak yang sudah diberkati.
Daftar isi
[sembunyikan]

1Etimologi

2Arti Sakramen

3Arti Sakramen Dalam Gereja


o

3.1Gereja Katolik

3.2Gereja Protestan

3.3Sakramen Lain

3.3.11. Baptisan

3.3.22. Perjamuan Kudus

3.3.3Makna Roti dan Anggur di Perjamuan Kudus

Etimologi[sunting | sunting sumber]


Istilah sakramen berasal dari bahasa Latin sacramentum, yang berarti "suatu kegiatan suci".

Arti Sakramen[sunting | sunting sumber]

Sakramen berasal dari bahasa Latin 1 Sakramentum, artinya "membuat suci, penggunaan suci,
mempersembahkan kepada dewa-dewa"; 2 Musterion, "ketetapan-ketetapan yang diberikan
tekanan atau perhatian khusus" (dalam Vulgata, berarti, ketetapan yang Yesus berikan tekanan
khusus); Kedua kata tersebut dalam budaya Helenis, dipakai sebagai :
1. Uang muka yang dibayar dua belah pihak yang mengadakan perkara di pengadilan;
sacrementuentum, merupakan jaminan bahwa pihak yang kalah sudah membayar kepada
pengadilan semua ongkos perkara. Uang tersebut tidak akan dikembalikan;
2. Sumpah tentara kepada panglima. Seorang prajurit tetap setia kepada panglimanya, bahkan
sampai mati demi bangsa dan negaranya.

Arti Sakramen Dalam Gereja[sunting | sunting sumber]


Gereja mula-mula, memberikan makna dan isi baru tentang sakramen (di dalamnya menyangkut
sakramen dan mysterion), sehingga maknanya adalah:
1. Suatu kesepakatan antara manusia dengan Tuhan Allah. Sehingga dengan menerima
Sakramen, seseorang berjanji untuk hidup setia kepada Yesus Kristus.
2. Sebagai sumpah kesetiaan orang-orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
3. Menurut Agustinus, salah seorang dari "bapa-bapa gereja", sakramen berarti :
1. Tanda-tanda yang kelihatan dari yang tidak kelihatan dari suatu hal suci; atau wujud
yang kelihatan dari rahmat yang tidak kelihatan; Firman yang kelihatan.
2. Tanda dan materei yang kelihatan dan suci yang ditentukan oleh Tuhan Allah,
menjelaskan bahwa segala sesuatu yang dijanjikan-Nya supaya iman kita
dikuatkan,
3. Ditetapkan Tuhan Allah untuk menguatkan persekutuan sesama anak-anak Allah.
Sakramen memberikan anugerah dan mengu-dusan seseorang. Cara untuk
mempersatukan seseorang [manusia] dengan Kristus, dan mempertahankan
persatuan itu.

Gereja Katolik[sunting | sunting sumber]

Pembaptisan (Permandian)

Peneguhan (Krisma)

Rekonsiliasi (Sakramen Tobat, Pengakuan Dosa)

Ekaristi (Komuni Suci)

Pernikahan (Perkawinan)

Pengurapan Orang Sakit (Sakramen Minyak Suci)

Imamat (Pentahbisan)

Gereja Protestan[sunting | sunting sumber]

Baptisan Kudus, Mat. 28:18-20

Perjamuan Kudus, Mat. 26:26-29, I Kor 11:23-32 [1 Yoh 5:7,8; Yoh3:5; 6:54,55].

Sakramen Lain[sunting | sunting sumber]

Basuh Kaki, Yoh 13:8 (dilakukan oleh gereja non denominasi Gereja Yesus Sejati )

Menurut Calvin, Sakramen sebagai materei atau segel. Dengan Sakremen, Tuhan Allah
menguatkan dan mensahkan perjanjian yang telah Ia buat dengan manusia melalui pengorbanan
Kristus di Golgota. Sakramen sebagai alat karunia yang menyatakan kasih Allah, untuk
memperteguh iman seseorang pada Firman, sehingga tidak terombang-ambing dalam kelemahan
dan pencobaan.
1. Baptisan[sunting | sunting sumber]
Arti Baptisan,; (Yunani), Baptizo, dimandikan, dibersihkan, atau diselamkan; Roma 6 : 1- 14, mati
dan bangkit di dalam Kristus; Melambangkan bahwa manusia mati terhadap dosa bersama dengan
Kristus, dan dibangkitkan untuk suatu hidup baru. Karena manusia dilahirkan kembali oleh air dan
Roh Kudus, Yoh 3:5. Dan hidup baru tersebut menunjukkan kita dibersihkan dari dosa.
Mengapa orang percaya harus dibaptiskan :perintah Tuhan Yesus, Mat. 28 : 19 pergi dan jadikan
semua bangsa murid Tuhan, baptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, mengajar Firman
Allah untuk menjadi murid Tuhan ; untuk masuk dalam keluarga umat kudus kepunyaan Allah, I Pet.
2 : 9 -10; menerima warisan janji Tuhan Allah kepada Bapa Orang Beriman, Kisah 2:39. Melalui
baptisan ini orang yang telah percaya bersaksi kepada orang lain bahwa dirinya sudah percaya
pada Tuhan Yesus Kristus.
Cara Baptisan : Pertama : Menyiramkan, baptisan ini dilakukan dengan menyiramkan air ke kepala
yang menerima baptisan dengan satu keyakinan, bahwa air itu bukanlah air biasa, melainkan air
yang berisikan Firman dan Titah Allah yang telah dikuduskan. Bukan karena air itu si penerima

baptisan mendapat Keselamatan dari keampunan dosa, melainkan Firman Tuhan itu, maka baptisan
itu menyelamatkan.
Kedua : Memercikkan, baptisan ini dilakukan dengan memercikkan berulang kali ke atas kepala
yang menerima baptisan. Baptisan seperti ini biasanya dilakukan dalam gereja Katolik dan gereja
Ortodok
Ketiga : Menyelamkan, biasanya orang yang dibaptis diselamkan di dalam kolam air, di sugai dan
sejenisnya secara langsung, ini mengikuti baptisan tradisi Yahudi yang dilakukan Yohanes dan
Petrus di sugai dan umumnya dilakukan oleh Pentakosta dan Kharismatik.
Seorang dewasa -yang tadinya bukan Kristen- yang dibaptisan [baptisan dewasa] berdasarkan
pengakuan imanya serta penyerahan diri secara pribadi kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya, dan juga ia harus meninggalkan imannya yang lama agar memperoleh iman yang
baru, dalam arti menjadi serta masuk ke dalam persekutuan dengan Tuhan Allah yang menyatakan
DiriNya dalam Yesus Kristus
2. Perjamuan Kudus[sunting | sunting sumber]
Sakramen ditetapkan Tuhan Yesus untuk menguatkan dengan sesama orang percaya, seluruh
umatNya, atau segenap keluarga Allah, di semua tempat dan segala zaman. Karena seseorang
masuk ke dalam perse-kutuan keluarga Allah atau Jemaat sebagai anak-anak Allah melalui
Baptisan. Dalam perse-kutuan tersebut, kita merayakan Perjamuan Kudus berarti makan bersama
dari satu roti yaitu Tubuh Kristus, sebagai tanda kesatuan dalam Tubuh Kristus.
Gereja Mula-mula atau orang-orang yang menjadi percaya setelah peristiwa Pentakosta setiap hari
berkumpul untuk memecahkan roti, yaitu Perjamuan Kudus, Kisah 2:42. Apa yang mereka lakukan
ini diimani sebagai perintah dari Tuhan Yesus. Gereja melakukan atau melaksanakan Perjamuan
Kudus sebagai peringatan terhadap penderitaan -dan juga kematian serta kebang-kitan- yang Tuhan
Yesus alami, sampai Ia datang kedua kali, 1 Kor 11:28.
Makna Roti dan Anggur di Perjamuan Kudus[sunting | sunting sumber]
1.Roti melambangkan Tubuh Kristus, meng-ingatan dan memperingati tubuh Yesus yang disalibkan.
Makan tubuh Kristus dalam arti -kita- dipersatukan dengan Dia, dengan menerima apa yang
dilakukan-Nya bagi manusia, Yoh 6:48-58. Makan roti mengingatkan bahwa Yesus menjadi manusia
supaya tubuh manusiawi itu disalibkan. Ia menderita dan mati serta bangkit, untuk menciptakan
Tubuh baru, yaitu jemaatNya
2.Anggur melambangkan darah Kristus yang ditumpahkan untuk menyucikan dosa-dosa manusia.
Darah ditumpahkan pada/dari tubuh Yesus yang terpaku di kayu salib untuk pengam-punan atau
penghapusan dosa seluruh manusia. Darah yang adalah hidup, ditumpahkan agar memberi hidup
kekal bagi manusia. Minum anggur -pada/dari cawan- pada Perjamuan Kudus, mengingatkan -kitabahwa Yesus sendiri telah minum cawan murka Tuhan Allah yang seharusnya diterima manusia

Sikap pada Perjamuan Kudus :

Berusaha untuk hadir, karena Tuhan Yesus sendirilah yang mengundang untuk datang pada
meja perjamuan

Mempersiapkan diri untuk hadir. Menyelidiki dan mengaku dosa, berdamai dengan sesama
manusia, serta mohon pengampunan dari Tuhan Allah. Kita datang ke hadapan Tuhan Allah
sebagai orang yang berdosa yang sudah ditebus oleh Kristus

Dengan makan dan minum pada meja Perjamuan Kudus, ini berarti ada suatu penyerahan
diri kepada Tuhan Allah. Karena Yesus telah menyerahkan Diri-Nya sebagai ganti manusia,
maka setiap menghadiri Perjamuan Kudus menunjukkan bahwa seseorang mau menjadi
persembahan yang hidup dan berkenan kepada Tuhan Allah, Roma 12:1-2

Kategori:
Sakramen Kristen

(bahasa Inggris: sacrament) dengan kata sifatnya sakramental (bahasa Inggris: sacramental),
sebagaimana dipahami oleh Gereja Katolik, adalah tanda yang terlihat, yang dapat ditangkap
oleh panca indera, yang dilembagakan oleh Yesus dan dipercayakan kepada Gereja, sebagai
sarana yang dengannya rahmat dari Allah dinyatakan melalui tanda yang diterimakan, yang
membantu penerimanya untuk berkembang dalam kekudusan, dan berkontribusi kepada
pertumbuhan Gereja dalam amal-kasih dan kesaksian. Gereja Katolik Ritus Timur umumnya
menyebut Sakramen dengan istilah "Misteri" atau "Misteri Suci".

Ketujuh Sakramen oleh Rogier van der Weyden, sekitar 1448.

Meskipun tidak semua orang dapat menerima semua sakramen, sakramen-sakramen secara
keseluruhan dipandang sebagai sarana penting bagi keselamatan umat beriman, yang
menganugerahkan rahmat tertentu dari tiap sakramen tersebut, misalnya dipersatukan
dengan Kristus dan Gereja, pengampunan dosa-dosa, atau pun pengkhususan (konsekrasi) untuk
suatu pelayanan tertentu.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa dampak dari suatu sakramen itu ada, yaitu ex opere
operato (oleh kenyataan bahwa sakramen itu dilayankan), tanpa
memperhitungkan kekudusan pribadi pelayan yang melayankannya. Tetapi kurang layaknya kondisi
penerima untuk menerima rahmat yang dianugerahkan tersebut dapat menghalangi efektivitas
sakramen itu baginya; sakramen memerlukan adanya iman meskipun kata-kata dan elemen-elemen
ritualnya berdampak menyuburkan, menguatkan, dan memberi ekspresi bagi iman
(Kompendium Katekismus Gereja Katolik, 224).
Gereja katolik mengajarkan adanya tujuh sakramen, dan diurutkan dalam Katekismus Gereja Katolik
(KGK) sebagai berikut:

Pembaptisan: KGK 12131284

Penguatan, juga disebut Krisma (KGK 1289): KGK 12851321

Ekaristi: KGK 13221419

Rekonsiliasi(umumnya disebut "Pengakuan Dosa"):KGK 14221498

Pengurapan orang sakit: KGK 14991532

Imamat: KGK 15361600

Pernikahan: KGK 16011666

Penjelasan tiap sakramen tersebut berikut ini terutama didasarkan atas Kompendium Katekismus
Gereja Katolik.
Daftar isi
[sembunyikan]

1Sakramen-sakramen Inisiasi
o

1.1Pembaptisan

1.2Penguatan

1.3Ekaristi

2Sakramen-sakramen Penyembuhan
o

2.1Rekonsiliasi

2.2Pengurapan Orang Sakit

3Sakramen-sakramen Panggilan
o

3.1Imamat

3.2Pernikahan

4Validitas dan keabsahan pelayanan sakramen-sakramen

5Para Pelayan-Sakramen Biasa dan Luar Biasa

6Referensi

7Pranala luar

Sakramen-sakramen Inisiasi[sunting | sunting sumber]


Pembaptisan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Baptisan

Baptisterium (bejana/ruang/tempat pembaptisan) dalam Katedral St. Rafael, Dubuque, Iowa. Bejana khusus ini
diperluas pada tahun 2005 untuk mencakup sebuah kolam kecil bagi pembaptisan selam orang dewasa,
delapan sisi pada bejana melambangkan delapan jiwa yang terselamatkan oleh Bahtera Nuh.

Pembaptisan adalah sakramen pertama dan mendasar dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini
dilayankan dengan cara menyelamkan si penerima ke dalam air atau dengan mencurahkan (tidak
sekadar memercikkan) air ke atas kepala si penerima "dalam nama Allah Bapa dan Allah
Putra dan Roh Kudus " (Matius 28:19). Pelayan sakramen ini biasanya seorang uskup atau imam,
atau (dalam Gereja Latin, namun tidak demikian halnya dalam Gereja Timur) seorang diakon.

Dalam keadaan darurat, siapapun yang berniat untuk melakukan apa yang dilakukan Gereja,
bahkan jika orang itu bukanlah seorangKristiani, dapat membaptis.
Pembaptisan membebaskan penerimanya dari dosa asal serta semua dosa pribadi dan dari
hukuman akibat dosa-dosa tersebut, dan membuat orang yang dibaptis itu mengambil bagian dalam
kehidupan Tritunggal Allah melalui "rahmat yang menguduskan" (rahmat pembenaran yang
mempersatukan pribadi yang bersangkutan dengan Kristus dan Gereja-Nya).
Pembaptisan juga membuat penerimanya mengambil bagian dalam imamat Kristus dan merupakan
landasan komuni (persekutuan) antar semua orang Kristen.
Pembaptisan menganugerahkan kebajikan-kebajikan "teologis" (iman, harapan dan kasih) dan
karunia-karunia Roh Kudus. Sakramen ini menandai penerimanya dengan suatu meterai rohani
yang berarti orang tersebut secara permanen telah menjadi milik Kristus.

Penguatan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penguatan
Penguatan atau Krisma adalah sakramen ketiga dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini diberikan
dengan cara mengurapi penerimanya dengan Krisma, minyak yang telah dicampur sejenis balsam,
yang memberinya aroma khas, disertai doa khusus yang menunjukkan bahwa, baik dalam variasi
Barat maupun Timurnya, karunia Roh Kudus menandai si penerima seperti sebuah meterai. Melalui
sakramen ini, rahmat yang diberikan dalam pembaptisan "diperkuat dan diperdalam" [1].
Seperti pembaptisan, penguatan hanya diterima satu kali, dan si penerima harus dalam keadaan
layak (artinya bebas dari dosa-maut apapun yang diketahui dan yang belum diakui) agar dapat
menerima efek sakramen tersebut. Pelayan sakramen ini adalah seorang uskup yang ditahbiskan
secara sah; jika seorang imam (presbiter) melayankan sakramen ini sebagaimana yang biasa
dilakukan dalam Gereja-Gereja Timur dan dalam keadaan-keadaan istimewa (seperti pembabtisan
orang dewasa atau seorang anak kecil yang sekarat) dalam Gereja Ritus-Latin (KGK 13121313)
hubungan dengan jenjang imamat di atasnya ditunjukkan oleh minyak (dikenal dengan
nama krisma ataumyron) yang telah diberkati oleh uskup dalam perayaan Kamis Putih atau pada
hari yang dekat dengan hari itu. Di Timur sakramen ini dilayankan segera sesudah pembaptisan. Di
Barat, di mana administrasi biasanya dikhususkan bagi orang-orang yang sudah dapat memahami
arti pentingnya, sakramen ini ditunda sampai si penerima mencapai usia awal kedewasaan;
biasanya setelah yang bersangkutan diperbolehkan menerima sakramen Ekaristi, sakramen ketiga
dari inisiasi Kristiani. Kian lama kian dipulihkan urut-urutan tradisional sakramen-sakramen inisiasi
ini, yakni diawali dengan pembaptisan, kemudian penguatan, barulah Ekaristi.

Ekaristi[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perjamuan Kudus

Ekaristi adalah sakramen (yang kedua dalam inisiasi Kristiani) yang dengannya umat Katolik
mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus serta turut serta dalam pengorbanan diriNya. Aspek pertama dari sakramen ini (yakni mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus
Kristus) disebut pula Komuni Suci. Roti (yang harus terbuat dari gandum, dan yang tidak
diberi ragi dalam ritus Latin, Armenia dan Ethiopia, namun diberi ragi dalam kebanyakan Ritus
Timur) dan anggur (yang harus terbuat dari buah anggur) yang digunakan dalam ritus Ekaristi,
dalam iman Katolik, ditransformasi dalam segala hal kecuali wujudnya yang kelihatan menjadi
Tubuh dan Darah Kristus, perubahan ini disebut transubstansiasi.
Hanya uskup atau imam yang dapat menjadi pelayan Sakramen Ekaristi, dengan bertindak selaku
pribadi Kristus sendiri. Diakon serta imam biasanya adalah pelayan Komuni Suci, umat awam dapat
diberi wewenang dalam lingkup terbatas sebagai pelayan luar biasa Komuni Suci. Ekaristi
dipandang sebagai "sumber dan puncak" kehidupan Kristiani, tindakan pengudusan yang paling
istimewa oleh Allah terhadap umat beriman dan tindakan penyembahan yang paling istimewa oleh
umat beriman terhadap Allah, serta sebagai suatu titik dimana umat beriman terhubung dengan
liturgi di surga. Betapa pentingnya sakramen ini sehingga partisipasi dalam perayaan Ekaristi (Misa)
dipandang sebagai kewajiban pada setiap hari Minggu dan hari raya khusus, serta dianjurkan untuk
hari-hari lainnya. Dianjurkan pula bagi umat yang berpartisipasi dalam Misa untuk, dalam kondisi
rohani yang layak, menerima Komuni Suci. Menerima Komuni Suci dipandang sebagai kewajiban
sekurang-kurangnya setahun sekali selama masa Paskah.

Sakramen-sakramen Penyembuhan[sunting | sunting sumber]


Rekonsiliasi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pengakuan dosa
Sakramen rekonsiliasi adalah yang pertama dari kedua sakramen penyembuhan, dan juga disebut
Sakramen Pengakuan Dosa, Sakramen Tobat, dan Sakramen Pengampunan[2]. Sakramen ini adalah
sakramen penyembuhan rohani dari seseorang yang telah dibaptis yang terjauhkan dari Allah
karena telah berbuat dosa. Sakramen ini memiliki empat unsur: penyesalan si peniten (si pengaku
dosa) atas dosanya (tanpa hal ini ritus rekonsiliasi akan sia-sia), pengakuan kepada seorang imam
(boleh saja secara spirutual akan bermanfaat bagi seseorang untuk mengaku dosa kepada yang
lain, akan tetapi hanya imam yang memiliki kuasa untuk melayankan sakramen
ini), absolusi(pengampunan) oleh imam, dan penyilihan.
"Banyak dosa yang merugikan sesama. Seseorang harus melakukan melakukan apa yang mungkin
dilakukannya guna memperbaiki kerusakan yang telah terjadi (misalnya, mengembalikan barang
yang telah dicuri, memulihkan nama baik seseorang yang telah difitnah, memberi ganti rugi kepada
pihak yang telah dirugikan). Keadilan yang sederhana pun menuntut yang sama. Akan tetapi dosa
juga merusak dan melemahkan si pendosa sendiri, serta hubungannya dengan Allah dan sesama.
Si pendosa yang bangkit dari dosa tetap harus memulihkan sepenuhnya kesehatan rohaninya

dengan melakukan lagi sesuatu untuk memperbaiki kesalahannya: dia harus 'melakukan silih bagi'
atau 'memperbaiki kerusakan akibat' dosa-dosanya. Penyilihan ini juga disebut 'penitensi'" (KGK
1459). Pada awal abad-abad Kekristenan, unsur penyilihan ini sangat berat dan umumnya
mendahului absolusi, namun sekarang ini biasanya melibatkan suatu tugas sederhana yang harus
dilaksanakan oleh si peniten, untuk melakukan beberapa perbaikan dan sebagai suatu sarana
pengobatan untuk menghadapi pencobaan selanjutnya.
Imam yang bersangkutan terikat oleh "meterai pengakuan dosa", yang tak boleh dirusak. "Oleh
karena itu, benar-benar salah bila seorang konfesor (pendengar pengakuan) dengan cara apapun
mengkhianati peniten, untuk alasan apapun, baik dengan perkataan maupun dengan jalan lain"
(kanon 983 dalam Hukum Kanonik). Seorang konfesor yang secara langsung merusak meterai
sakramental tersebut otomatis dikenai ekskomunikasi (hukuman pengucilan) yang hanya dapat
dicabut oleh Tahta Suci (kanon 1388).

Pengurapan Orang Sakit[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pengurapan orang sakit
Pengurapan Orang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua. Dalam sakramen ini seorang
imam mengurapi si sakit dengan minyak yang khusus diberkati untuk upacara ini. "Pengurapan
orang sakit dapat dilayankan bagi setiap umat beriman yang, karena telah mencapai penggunaan
akal budi, mulai berada dalam bahaya yang disebabkan sakit atau usia lanjut" (kanon 1004; KGK
1514). Baru menderita sakit ataupun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat sakramen ini
dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.
Dalam tradisi Gereja Barat, sakramen ini diberikan hanya bagi orang-orang yang berada
dalam sakratul maut, sehingga dikenal pula sebagai "Pengurapan Terakhir", yang dilayankan
sebagai salah satu dari "Ritus-Ritus Terakhir". "Ritus-Ritus Terakhir" yang lain adalah pengakuan
dosa (jika orang yang sekarat tersebut secara fisik tidak memungkinkan untuk mengakui dosanya,
maka minimal diberikan absolusi, yang tergantung pada ada atau tidaknya penyesalan si sakit atas
dosa-dosanya), dan Ekaristi, yang bilamana dilayankan kepada orang yang sekarat dikenal dengan
sebutan "Viaticum", sebuah kata yang arti aslinya dalam bahasa Latin adalah "bekal perjalanan".

Sakramen-sakramen Panggilan[sunting | sunting sumber]


Imamat[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sakramen imamat
Imamat atau Pentahbisan adalah sakramen yang dengannya seseorang dijadikan uskup, imam,
atau diakon, sehingga penerima sakramen ini dibaktikan sebagai citra Kristus. Hanya uskup yang
boleh melayankan sakramen ini.

Pentahbisan seseorang menjadi uskup menganugerahkan kegenapan sakramen Imamat baginya,


menjadikannya anggota badan penerus (pengganti) para rasul, dan memberi dia misi untuk
mengajar, menguduskan, dan menuntun, disertai kepedulian dari semua Gereja.
Pentahbisan seseorang menjadi imam mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Kepala Gereja
dan Imam Agung, serta menganugerahkan baginya kuasa, sebagai asisten uskup yang
bersangkutan, untuk merayakan sakramen-sakramen dan kegiatan-kegiatan liturgis lainnya,
teristimewa Ekaristi.
Pentahbisan seseorang menjadi diakon mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Hamba semua
orang, menempatkan dia pada tugas pelayanan uskup yang bersangkutan, khususnya pada
kegiatan Gereja dalam mengamalkan cinta-kasih Kristiani terhadap kaum papa dan dalam
memberitakan firman Allah.
Orang-orang yang berkeinginan menjadi imam dituntut oleh Hukum Kanonik (Kanon 1032 dalam
Kitab Hukum Kanonik) untuk menjalani suatu program seminari yang selain berisi studi filsafat dan
teologi sampai lulus, juga mencakup suatu program formasi yang meliputi pengarahan rohani,
berbagai retreat, pengalaman apostolat (semacam Kuliah Kerja Nyata), dst. Proses pendidikan
sebagai persiapan untuk pentahbisan sebagai diakon permanen diatur oleh Konferensi Wali Gereja
terkait.

Pernikahan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sakramen Perkawinan (Gereja Katolik)
Pernikahan atau Perkawinan, seperti Imamat, adalah suatu sakramen yang mengkonsekrasi
penerimanya guna suatu misi khusus dalam pembangunan Gereja, serta menganugerahkan rahmat
demi perampungan misi tersebut. Sakramen ini, yang dipandang sebagai suatu tanda cinta-kasih
yang menyatukan Kristus dengan Gereja, menetapkan di antara kedua pasangan suatu ikatan yang
bersifat permanen dan eksklusif, yang dimeteraikan oleh Allah. Dengan demikian, suatu pernikahan
antara seorang pria yang sudah dibaptis dan seorang wanita yang sudah dibaptis, yang dimasuki
secara sah dan telah disempurnakan dengan persetubuhan, tidak dapat diceraikan sebab di
dalam kitab suci tertulis Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini
untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu
laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya
itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang
telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Ketika mereka sudah di rumah, muridmurid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu. Lalu kata-Nya kepada mereka: Barangsiapa
menceraikan istrinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinaan terhadap istrinya
itu. Dan jika si istri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zina." (Mrk.
10:112)

Sakramen ini menganugerahkan kepada pasangan yang bersangkutan rahmat yang mereka
perlukan untuk mencapai kekudusan dalam kehidupan perkawinan mereka serta untuk
menghasilkan dan mengasuh anak-anak mereka dengan penuh tanggung jawab. Sakramen ini
dirayakan secara terbuka di hadapan imam (atau saksi lain yang ditunjuk oleh Gereja) serta saksisaksi lainnya, meskipun dalam tradisi teologis Gereja Latin yang melayankan sakramen ini adalah
kedua pasangan yang bersangkutan.
Demi kesahan suatu pernikahan, seorang pria dan seorang wanita harus mengutarakan niat dan
persetujuan-bebas (persetujuan tanpa paksaan) masing-masing untuk saling memberi diri
seutuhnya, tanpa memperkecualikan apapun dari hak-milik esensial dan maksud-maksud
perkawinan. Jika salah satu dari keduanya adalah seorang Kristen non-Katolik, maka pernikahan
mereka hanya dinyatakan sah jika telah memperoleh izin dari pihak berwenang terkait dalam Gereja
Katolik. Jika salah satu dari keduanya adalah seorang non-Kristen (dalam arti belum dibaptis), maka
diperlukan izin dari pihak berwenang terkait demi sahnya pernikahan.

Validitas dan keabsahan pelayanan sakramensakramen[sunting | sunting sumber]


Lihat pula: Valid tapi tidak licit
Sebagaimana dijelaskan di atas, efek dari sakramen-sakramen timbul ex opere operato (oleh
kenyataan bahwa sakramen-sakramen tersebut dilayankan). Karena Kristus sendiri yang bekerja
melalui sakramen-sakramen, maka efektivitas sakramen-sakramen tidak tergantung pada kelayakan
si pelayan.
Meskipun demikian, sebuah pelayanan sakramen yang dapat dipersepsi akan invalid, jika orang
yang bertindak selaku pelayan tidak memiliki kuasa yang diperlukan untuk itu, misalnya jika seorang
diakon merayakan Misa. Sakramen-sakramen juga invalid jika "materi" atau "formula"nya kurang
sesuai daripada yang seharusnya. Materi adalah benda material yang dapat dipersepsi, seperti air
(bukannya anggur) dalam pembaptisan atau roti dari tepung gandum dan anggur dari buah anggur
(bukannya kentang dan bir) untukEkaristi, atau tindakan yang nampak. Formula adalah pernyataan
verbal yang menyertai pemberian materi, seperti (dalam Gereja Barat), "N., Aku membaptis engkau
dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus". Lebih jauh lagi, jika si pelayan positif
mengeluarkan beberapa aspek esensial dari sakramen yang dilayankannya, maka sakramen
tersebut invalid. Syarat terakhir berada di balik penilaian Tahta Suci pada tahun 1896 yang
menyangkal validitas imamat Anglikan.
Sebuah sakramen dapat dilayankan secara valid atau sah, namun tidak licit, jika suatu syarat yang
diharuskan oleh hukum tidak dipenuhi. Kasus-kasus yang ada misalnya pelayanan sakramen oleh
seorang imam yang tengah dikenai hukuman ekskomunikasi atau suspensi, dan pentahbisan uskup
tanpa mandat dari Sri Paus.

Hukum kanonik merinci halangan-halangan (impedimenta) untuk menerima sakramen imamat dan
pernikahan. Halangan-halangan sehubungan dengan sakramen imamat hanya menyangkut soal
keabsahannya, tetapi "suatu halangan yang bersifat membatalkan dapat menjadikan seseorang
tidak berkapasitas untuk secara valid untuk mengikat suatu janji pernikahan" (kanon 1073).
Dalam Gereja Latin, hanya Tahta Suci yang secara otentik dapat mengeluarkan pernyataan
bilamana hukum ilahi melarang atau membatalkan suatu pernikahan, dan hanyaTahta Suci yang
berwenang untuk menetapkan bagi orang-orang yang sudah dibaptis halangan-halangan
pernikahan (kanon 1075). Adapun masing-masing Gereja Katolik Ritus Timur, setelah memenuhi
syarat-syarat tertentu termasuk berkonsultasi dengan (namun tidak harus memperoleh persetujuan
dari) Tahta Suci, dapat menetapkan halangan-halangan (Kitab Hukum Kanonik Gereja-Gereja Timur,
kanon 792).
Jika suatu halangan timbulnya hanya karena persoalan hukum Gerejawi belaka, dan bukannya
menyangkut hukum ilahi, maka Gereja dapat memberikan dispensasi dari halangan tersebut.
Syarat-syarat bagi validitas pernikahan seperti cukup umur (kanon 1095) serta bebas dari paksaan
(kanon 1103), dan syarat-syarat bahwa, normalnya, mengikat janji pernikahan dilakukan di hadapan
pejabat Gereja lokal atau imam paroki atau diakon yang mewakili mereka, dan di hadapan dua
orang saksi (kanon 1108), tidaklah digolongkan dalam Hukum Kanonik sebagai halangan, tetapi
sama saja efeknya.
Ada tiga sakramen yang tidak boleh diulangi: Pembaptisan, Penguatan dan Imamat: efeknya
bersifat permanen. Ajaran ini telah diekspresikan di Barat dengan citra-citra dari karakter atau tanda,
dan di Timur dengan sebuah meterai (KGK 698). Akan tetapi, jika ada keraguan mengenai validitas
dari pelayanan satu atau lebih sakramen-sakramen tersebut, maka dapat digunakan suatu formula
kondisional pemberian sakramen misalnya: "Jika engkau belum dibaptis, aku membaptis engkau "

Para Pelayan-Sakramen Biasa dan Luar Biasa[sunting | sunting


sumber]
Para Pelayan Sakramen dalam Gereja Katolik

Sakramen

Pembaptisan

Pelayan Biasa

uskup, imam atau diakon; tetapi biasanya


dikhususkan bagi imam paroki setempat

Pelayan Luar Biasa

umat awam yang didelegasikan


oleh uskup, atau siapapun dalam
keadaan darurat

Penguatan

Ekaristi

uskup, vikaris jendral (vikjen) atau


(dalam Gereja Katolik Ritus Timur) imam

uskup atau imam

uskup, imam, atau diakon

Komuni Suci

Ekaristi
(pengunjukan)

Rekonsiliasi

Pengurapan orang
sakit

diberikan wewenang oleh hukum


Gereja atau izin khusus

tidak ada

akolit yang diberi wewenang (jika

Ekaristi
(pembagian)

(dalam Gereja Barat) imam yang

klerus tidak mencukupi)


umat awam (jika klerus atau akolit
tidak mencukupi)

pelayan luar biasa Komuni Suci


uskup, imam, atau diakon

atau orang lain yang ditunjuk oleh


pejabat gereja lokal

uskup atau imam

tidak ada

uskup atau imam

tidak ada

Uskup (untuk alasan keabsahan,


Imamat

sekurang-kurangnya harus ada tiga orang tidak ada


uskup dalam suatu pentahbisan uskup)

Pernikahan

suami dan istri (tradisi Barat); imam yang


bertugas (tradisi Timur)

tidak ada

SAKRAMEN MENURUT THEOLOGIA HKBP

Pemahaman tentang sakramen menurut


Theologia Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) tertuang dalam Pengakuan Iman HKBP baik tahun 1951
dan tahun 1996, Agenda HKBP, dan Buku Ende HKBP. Gereja (HKBP) mempercayai dan menyaksikan
hanya ada dua sakramen yaitu Baptisan kudus dan Perjamuan Kudus.
1. Pengertian Sakramen
Sakramen berasal dari Bahsa Latin yaitu : Sacramentum yang artinya Sumpah. Istilah
Sakramen digunakan untuk upacara keagamaan Kristen, sumpah untuk tidak melakukan kejahatan.
[1] Defenisi umum yang dipakai oleh Gereja Protesatan tentang sakramen dimengerti sebagai ritus yang
terjadi atas perintah dan perjanjian Allah yang merupakan tanda lahiriah yang nampak. Selain ditetapkan
oleh Kristus, sakramen juga menyatakan dan menjanjikan suatu berkat rohani. Sakramen secara pasti
dapat diartikan terhadap ritus Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus yang secara khusus memberi
makna keselamatan.[2]
2. Pemahaman Gereja Terhadap Sakramen
Pada zaman gereja mula-mula kata sakramen awalnya ditujukan kepada setiap doktrin dan
perundangan. Inilah alasan dari sebagian orang untuk menolak istilah sakramen, dan memakai
istilah tanda, meterai, atau misteri. Demikian juga dengan pemakaian kata sakramen (yang
dijabarkan dari kata sacer = kudus) juga mengandung arti perbuatan atau perkara yang rahasia, yang
kudus yang berhubungan dengan dewa. [3] Dalam gereja-gereja Lutheran, pada umumnya sakramen
diadakan bukan sebagai tanda bahwa dengannya seseorang dapat dikatakan sebagai orang Kristen,
melainkan agar sakramen tersebut menjadi tanda dan kesaksian akan kehendak Allah atas umat
manusia (orang percaya) untuk meneguhkan iman kita. [4] Itu sebabnya dalam sakramen harus disertai
dengan iman. Sakramen digunakan dengan benar apabila diterima dalam iman dan untuk meneguhkan
iman itu sendiri. Hal ini juga dihubungkan dengan keadaan religius pada masa gereja mula-mula, sebab
pada zaman itu perbuatan-perbuatan misterius dalam melakukan konsentrasi ditemukan dalam berbagai
agama atau kepercayaan. Tindakan-tindakan gereja saat itu pada umumnya masih dipahami bersifat
misterius.[5]
Salah satu tokoh bapa gereja yaitu Agustinus memberikan defenisi tentang sakramen.
Menurutnya, Sakramen adalah tanda kelihatan dari hal yang kudus ataupun bentuk yang kelihatan dari
kasih karunia yang tidak kelihatan. Tanda-tanda yang kelihatan dari yang tidak kelihatan dari suatu hal
suci; atau wujud yang kelihatan dari rahmat yang tidak kelihatan; Firman yang kelihatan. Tanda dan
materei yang kelihatan dan suci yang ditentukan oleh Tuhan Allah, menjelaskan bahwa segala sesuatu
yang
dijanjikan-Nya
supaya
iman
kita
dikuatkan,

Ditetapkan Tuhan Allah untuk menguatkan persekutuan sesama anak-anak Allah. Sakramen memberikan
anugerah dan mengu-dusan seseorang. Cara untuk mempersatukan seseorang manusia dengan
Kristus, dan mempertahankan persatuan itu. Gereja mula-mula memberikan makna dan isi baru tentang
sakramen, dengan pemahaman bahwa sakramen adalah suatu kesepakatan antara manusia dengan
Tuhan Allah. Sehingga dengan menerima Sakramen, seseorang berjanji untuk hidup setia kepada Yesus
Kristus.
Pada zaman gereja mula-mula hingga abad pertengahan, ketentuan tentang jumlah sakramen
selalu berubah-ubah. Munculnya reformasi yang dilakukan oleh Martin Luhter, meragukan akan
keberadaan sakramen dalam gereja Katolik. Karena Katolik menyatakan ada 7 Sakramen , sedangkan
Martin Luther menyatakan hanya ada 2 Sakramen yaitu : Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Hal itu
menjadi pokok perdebatan antara para teolog pada zaman reformasi. Sakramen-sakramen gereja
ternyata mendapat perhatian yang lebih khusus dalam pembahasan-pembahasan, khususnya
menyangkut substansi sakramen tersebut, termasuk maknanya masing-masing, bahkan juga
menyangkut soal-soal praktis.[6]
Menurut gereja gereja Protestan, sakramen yang diakui adalah Baptisan dan Perjamuan
Kudus. Allah yang mendirikan, menetapkan, memerintah, mensyahkan baptisan itu dan perjamuan
kudus, yang melaluinya Allah memberikan berkat dan pengampunan dosa. [7]
3. Sejarah dan Makna Sakramen
Kedua jenis sakramen tersebut bertitik tolak dan berdasarkan pada amanat penetapan, perintah
dan perbuatan Yesus Kristus. Penetapan Baptisan Kudus terdapat dalam Injil Matius 28:19 dan Markus
16:16, sedangkan penetapan Perjamuan Kudus terdapat dalam Injil synoptis (Mat. 26:26-29; Mrk. 14:2225;
Luk.
22:14-20)
dan
surat
Rasul
Paulus
(I
Kor.
11:23-25).
Kuasa dari sakramen tidak terletak pada unsur-unsur yang digunakan (air, roti atau anggur), tetapi pada
Allah yang menjadi fokus dari tanda-tanda itu. Kuasanya tidak tergantung pada karakter dari pada iman
yang melaksanakannya, tetapi pada integritas Allah, sebab sakramen tidak pernah dimaksudkan untuk
berdiri sendiri tanpa disertai dengan Firman Tuhan. Firman dan ketentuan atau perintah-perintah Allah
dalam sakramen tersebutlah yang membuat sakramen ada dan benar.[8]
Sejarah Perjamuan Kudus dalam Protestan. Istilah Perjamuan Kudus (bahasa Inggris: holy
communion) digunakan oleh gereja Protestan. Perjamuan Kudus didasari pada perjamuan makan malam
yang lazim di Israel Kuno. Selain hal tersebut terdapat makna dari ritus perjamuan malam dalam tradisi
Israel kuno yang dilakukan untuk menghayati perbuatan Allah yang melepaskan nenek moyang mereka
dari perbudakan di Mesir (Ul. 16:1 dst). Perjamuan itu mereka sebut Pesakh (Paskah) artinya berlalu
atau melewati. Dalam Kel.12:13, Tuhan berjanji bahwa hukuman-Nya akan berlalu pada pintu-pintu
yang diberi tanda dengan darah anak domba. Gereja Mula-mula atau orang-orang yang menjadi percaya
setelah peristiwa Pentakosta setiap hari berkumpul untuk memecahkan roti yang disebut Perjamuan
Kudus (Kisah 2:42). Apa yang mereka lakukan ini diimani sebagai perintah dari Tuhan Yesus.
Gereja melakukan atau melaksanakan Perjamuan Kudus sebagai peringatan terhadap
penderitaan dan juga kematian serta kebangkitan yang Tuhan Yesus alami, sampai Ia datang kedua kali
(1 Kor. 11:28). Dalam tradisi Perjanjian Baru, Perjamuan berasal dari Perjamuan yang diadakan Tuhan
Yesus beserta murid-muridNya pada malam Ia ditangkap untuk disalibkan (1 Kor. 11:23; Mrk 14:22; Mat
26:26; Luk 22:14). Oleh karena itu Perjamuan Kudus menghadapkan kepada kematian Yesus dan
kebangkitanNya yang telah nyata, bahwa kematian-Nya itu telah menerbitkan keselamatan bagi yang
mempercayainya.[9]

3.1. Baptisan Kudus


Baptisan Kudus diperintahkan oleh Yesus sendiri yang dikatakan dalam Mat 29 : 19-20,"Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan
Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadaMu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Demikian juga perintah Tuhan
Yesus dlm Markus 16 : 16 "Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak
percaya akan dihukum." Inilah yang menjadi dasar baptisan, bukan iman si anak yang dibaptis,
melainkan ajaran tentang perjanjian Allah yang diberi kepada setiap manusia. Hal ini lebih jelas lagi bila
dihubungkan dengan ungkapan Petrus : Kis 2 : 38-39, "jawab Petrus kepada mereka : "Bertobatlah dan
hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu
dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan
Allah kita."
Baptisan adalah juga merupakan janji-janji Allah sebagai tanda yang diberitakan di dalam Injil.
Kata membaptis berarti mencelupkan/dipercik air yang biasanya diucapkan dengan kata-kata"Engkau di
baptis dalam nama Bapa, Anak, Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Pengertian nama Bapa, Anak, dan Roh
Kudus berarti bahwa orang itu diselangkan dalam karya penyelamatan Bapa, Anak, dan roh Kudus. Maka
hidupnya bukan lagi dikuasai oleh keinginannya sendiri, tetapi dikuasai oleh kehendak Allah sehingga dia
membawa hidup. Oleh karena itu, jelaslah bahwa Baptisan Kudus adalah tanda atau gambaran yang
menunjuk kepada pengampunan dosa dan hidup yang kekal yang menjadi bagian dari sakramen sebagai
materai yang berfungsi untuk menguatkan atau mengokohkan kepercayaan kepada janji Allah; untuk
memateraikan atau menandai janji Allah dalam Injil bahwa kematian Kristus mempersatukan kita dalam
kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus ke sorga yang dikaruniai sebagai pengampunan dosa dan
hidup yang kekal. Tuhan Yesus pernah berkata, "Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan,
tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum"(Mrk. 16:16). Itulah pentingnya dalam menerima baptisan
kudus. Karena itu masalah keselamatan.
Baptisan itu adalah saluran kemurahan Allah bagi manusia, anak-anak dan dewasa, karena
melalui baptisan itu gereja berdiri di tengah dunia ini, dan melalui iman dijadikan layak menerima
keampunan dosa, kelahiran kedua kali, kelepasan dari kuasa maut dan dari kuasa iblis, dan memperoleh
kebahagiaan kekal. Dan melalui baptisan itu jugalah orang percaya dipersatukan ke dalam kematian dan
kebangkitan Tuhan Yesus, dan menerima kuasa Roh Kudus (Mrk. 10:14; Luk 18:16; Kis 2: 41; 10:48;
16:33; Rom. 6:4; 1 Kor 10:1-9; Tit. 3: 5; Ibr 11:29; 1 Ptr. 3:21).
Dengan ajaran ini kita menekankan bahwa bayi (anak-anak) dibaptiskan di tengah gereja, karena
demikianlah mereka termateraikan ke dalam persekutuan yang ditebus Kristus, sebab Tuhan Yesus
adalah juga bersukacita menerima anak-anak. Orang tua dihimbau agar mereka mendorong anak-anak
mereka yang sudah dibaptis ikut sekolah minggu, dan persekutuan lainnya di gereja. Kita juga
menekankan, gereja itu Esa dalam Baptisan Kudus. Cukuplah baptisan kudus dilayankan sekali kepada
seseorang selama hidupnya.
Menurut Konfessi HKBP adanya pengajaran penting bahwa Baptisan adalah jalan pemberian
anugerah yang terpenting bukanlah cara, teknik atau tempatnya dilaksanakan (kolam, sungai, danau dan
sebagainya) atau bentuknya. Tetapi makna dan berkat yang kita dapati dari baptisan itulah yang paling
penting. Baptisan itu bagaimanapun dilakukan dan dimanapun itu berlangsung adalah merupakan
saluran dari jaminan berkat keselamatan yang diberikan oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Berkat itu mengalir kepada orang-orang percaya melewati saluran yang bermacam-macam. Adanya
berkat dan anugerah serta janji yang diberikan oleh Allah melalui baptisan, yaitu: keampunan dosa,
kebaharuan hidup, kelepasan dari kematian dan ikatan iblis serta keselamatan kekal.

Disamping baptisan anak-anak kita juga mengenal dan melaksanakan baptisan dewasa, yakni
mereka yang datang dari kekafiran atau agama lain sebagaimana kita temukan dalam agenda HKBP V.
hal 11 Tata Kebaktian Pembabtisa Orang Dewasa. Pelaksanaan baptisan dewasa juga terlihat dari buku
Ende HKBP No. 144 dan No. 145.
BE. No. 144 (1). Na hot padanku tu Jahowa binaen ni Jesus Tuhanki/Ai hutadingkon do na roa, hujalo
pandidion i/ Sai las rohangku alani saleleng ni lelengna i.
BE. No 145 (1). Ndang hapalang las ni roha, Ala na tardidi au,/ Ai disi bolong na roa, dohot dosa sian
au/Ise na tumananda arta, Na umuli, na umarga/Sian hatuaonki salelenglelena i.
Kata padanku (janjiku) rohangku (hatiku) dan tardidi au (pembaptisanku), sian au (dari
hatiku) jelas menunjukkan orang yang sudah dewasa. Menyangkut tentang baptisan anakconfessi
HKBP memberi perhatian yang sangat besar, karena di sana nyata sekali makna baptisan tersebut
diuraikan yakni menyangkut kelahiran kembali dan ketika itu pula si anak yang menerima baptisan berhak
menerima status dan kehidupan yang baru sebagai anakanak Allah,sekaligus pewaris harta kerajaan
Allah, sorga yang kekal selama-lamanya dari jaminan (garansi)keselamatan dari Yesus Kristus.
Dalam Konfessi HKBP kita melihat penekanan bahwa baptisan itu merupakan tanda kejadian
manusia yang baru atau suatu kelahiran baru. Baptisan itulah awal dari seluruh proses kerohanian kita;
sejak baptisan terjadilah perubahan yang radikal dalam hidup orang percaya, menjadi manusia baru di
dalam Kristus. Timbul pertanyaan: Bagaimana bagi anak-anak atau bayi kecil bisa menerima kelahiran
kembali sedangkan mereka belum mengerti apa-apa; bagaimana anak-anak bertobat dan hidup baru ?
Jika diamati dari segi fisik lahiriah, maka di dalam diri seorang bayi kecil tidak mungkin
terjadi kelahiran baru. Tetapi tidak boleh disangkal bahwa pengertian, pengetahuan dan logika si bayi
akan berkembang terus seiring dengan perkembangan fisiknya. Demikian juga iman, kepercayaan dan
pengenalannya terhadap Allah serta pengetahuannya tentang kebenaran dan ajaran-ajaran moral akan
senantiasa terus berkembang di dalam jiwa dan hidup si anak. Sejak ia menerima baptisan, benih iman
telah bertumbuh pelan-pelan dalam dirinya. Ia menjadi anak yang dilahirkan kembali oleh Roh Allah,
mendapat keselamatan dan kelepasan dari dosa warisan (turunan) dan menerima status sebagai Anak
Allah. Disinilah besarnya pengaruh dan peranan keluarga terutama orangtua untuk membimbing
mereka dalam pengenalan Allah. Itu sebabnya, ketika kedua orangtua membawa anaknya untuk dibaptis
maka salah satu pertanyaan yang harus dijawab para orangtua adalah: pakah saudara-saudara
bersedia membimbing anak-anak ini, agar mereka mengetahui dan melakukan Firman Tuhan ?
Orangtua akan menjawab (berjanji): Ya, saya bersedia!
Dengan demikian dalam baptisan anak (bayi), iman orangtualah sebagai dasar dan pengganti
iman si anak dalam menerima baptisan. Iman orangtua tidak boleh dipisahkan dari iman si anak, sebab
anak-anak adalah bagian yang integral (tidak boleh dipisahkan) dan merupakan unsur yang penting dari
keluarga. Dalam Alkitab kita dapat melihat beberapa contoh tentang iman pengganti. Iman pengganti
berarti iman yang menggantikan iman orang lain. Iman pengganti diperlukan karena seseorang tidak
(belum) memiliki iman yang cukup untuk keselamatan dan kesembuhan bagi dirinya sendiri. Untuk itu
harus ada orang yang telah percaya menggantikan mereka. Beberapa contoh dalam Alkitab
misalnya: Dalam Matius 15:21-28 diceritakan bahwa iman seorang ibu Kanaan telah menyebabkan anak
perempuannya yang dirasuk setan dilepaskan oleh Yesus. Ucapan Yesus yang mengatakan: Hai ibu,
besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki!, berlaku bagi anaknya yang sama
sekali tidak beriman. Dalam Markus 9:14-29 iman seorang bapak telah melepaskan puteranya yang
menderita dirasuk roh tuli dan bisu. Ketika itu si ayah dengan spontan berteriak: Aku percaya. Tolonglah
aku yang tidak percaya ini!. Oleh iman dan kepercayaan si bapak, Yesus segera bertindak mengusir roh
jahat: Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau,

keluarlah daripada anak ini dan jangan memasukinya lagi!. Segera sesudah itu roh jahat keluar, ia
sembuh.
Dalam matius 8:5-13; seorang laskar atau perwira di Kapernaum datang menemui Yesus
katanya: Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita. Ketika Yesus
memberitahu rencana kedatanganNya, komandan laskar hanya meminta sepatah kata saja saja, sebab
ia menyadari bahwa firmanNya sangat berkuasa, dan hambanya akan sembuh. Yesus menilai hal itu
merupakan satu iman yang tinggi dan memujinya. Yesus mengatakan: Pulanglah dan jadilah kepadamu
seperti yang engkau percayai!. Iman pengganti menyebabkan kesembuhan orang lain.
Praktek gereja melalui pembaptisan anak adalah suatu pelayanan gereja terhadap orangtua yang
menyaksikan baptisan sebagai firman Allah. Melalui pembaptisan anak, berarti gereja menyatakan
pemberian berkat Allah kepada anak-anak dari setiap orang yang beriman (Mrk. 10:13-16), supaya ikut
serta menerima berkat akan Kerajaan Allah yang kekal. Ada dua hal dalam baptisan kudus yang dapat
dipegang orangtua yang menyaksikan baptisan sebagai firman Allah, yaitu:
a. Baptisan Kudus menandakan dan memberikan jaminan akan uluran tanganNya kepada anak-anak
bahwa bukan manusia yang terlebih dahulu mengasihi Allah, melainkan Allah mendahulukan rahmatNya
mengasihi manusia (1 Joh. 4:10).
b. Baptisan Kudus menandakan dan memberikan jaminan bahwa anak-anak ikut serta memperoleh
Kerajaan Allah, dimana Tuhan Yesus menjalankan pemerintahanNya di bawah perlindungan kasih untuk
mengalahkan kuasa-kuasa dosa, maut dan iblis di dalam kematianNya (Kol. 1:13-14).
Sebelum anak-anak dibaptis, orangtua terlebih dahulu diminta untuk :
1. Bersedia agar anak-anaknya dibaptis dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.
2. Bersedia membimbing anak-anak agar mengetahui dan melakukan Firman Tuhan.
3. Bersedia menyuruh anak-anaknya datang ke Gereja dan membesarkannya dalam pengajaran Kristus.
Makna dari ketiga hal di atas, bahwa orangtua yang telah menjadi bagian tubuh Kristus diberikan
kharisma-kharisma untuk melayani anak-anak dalam rumah tangga. [10] Orangtua dipanggil atas
tuntunan kesadaran imannya dalam pengetahuan Injil untuk memberikan teladan kepada anak-anaknya
tentang ketaatan dalam iman. Panggilan ini merupakan pergumulannya dengan Allah untuk menjadikan
anak-anaknya dalam suatu rumah tangga sebagai anak-anak Allah. Orangtua dituntut untuk bersedia
mendampingi anak-anak di dalam kasih dan pengampunan, memperkenalkan jalan Tuhan dan
menumbuhkan anak dalam iman kepercayaan kepada Allah (Ef. 6:1-4; Kol. 3:20-21; 1 Ptr. 2:9). Orangtua
menerima dan meyakini tanggungjawabnya melalui penyampaian Firman Allah dalam baptisan anak,
berarti Allah sendiri yang telah menganugerahi kebapaan dan keibuan atas mandat Allah sendiri. (Ul.
5:16).[11]
Orangtua harus mendidik anak mereka dalam takut akan Kristus. Kata takut di sini berarti rasa
segan, hormat, penaklukan diri kepada Firman Tuhan (bnd. Ams. 9:10; Kis. 9:31; Ef. 5:21). Dalam bagian
Surat Efesus kita membaca, bahwa bapa-bapa, harus mendidik anak-anaknya: Di dalam ajaran dan
nasehat Tuhan (Ef. 6:4). Pengajaran yang sopan dapat juga diartikan dengan pimpinan bagi anak.
Bagaikan ayah-ibu yang merintis jalan ke muka, lalu diiringi anak-anaknya pada jalan yang lurus dan baik
itu. Pelaksanaan baptisan anak di HKBP dapat kita temukan dalam Agenda HKBP Bagian II halaman 7
tentang Pembaptisan Anak-anak. Di sana sangat ditekankan peranan dari orangtua yang membawa
anaknya menerima baptisan tersebut. Penekanan itu kelihatan jelas pada bagian nasihat dan bimbingan.
Di sana dikatakan Saudara-saudara orangtua dari anak-anak yang akan dibaptis hari ini, dengarkanlah
Firman Tuhan Yesus: , dengarkanlah juga Firman Tuhan Yesus seperti yang tertulis dalam Injil Markus:
. Selanjutnya ikrar iman kepercayaan juga diucapkan oleh orangtua. Peran dan tanggungjawab
orangtua semakin tampak dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terhadap mereka dan menjadi janji
orangtua dalam baptisan anak, yaitu tentang keinginan dan kesediaan untuk menyuruh anak-anaknya ke

gereja
serta
membesarkannya
dalam
pengajaran
kristen.
Disamping itu, peranan dan tanggungjawab dari orangtua yang membawa anak-anaknya dibaptis juga
terlihat dari Buku Ende HKBP No. 146 dan No. 147 :1-2
BE. No. 146 (2) Diboan natorasna nasida be tuson,/Ai naeng pasahatonna tu Ho dakdanak on.
BE. No. 147 (1) Jesus hami ro dison, mangihuthon na nidokMu;/Ro do posoposo on, ala na
pinatikkonMu;/Ingkon do tu Ho boanon, lao manjalo parpadanan.
Demikianlah yang terjadi dalam baptisan anak-anak (dari keluarga orang yang telah percaya
kepada Yesus Kristus). Anak-anak belum dapat mengungkapkan isi imannya yang sudah ada itu dalam
bahasa komunikasi manusia. Untuk menggantikan dia dalam mengungkapkan pengakuan imannya maka
orangtua (Bapak dan Ibu) mewakilinya di hadapan Allah. Jadi iman orangtua di sana merupakan iman
pengganti bagi anak-anak (bayi yang tidak tahu apa-apa); inilah juga menjadi dasar keselamatan bagi
bayi kecil saat menerima baptisan.
HKBP juga mengenal yang dinamai Babtisan Darurat (Tardidi na hinipu) hal ini bisa
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: Baptisan darurat dilakukan kepada anak-anak yang
sakit keras, yang belum sempat dibawa ke gereja untuk menerima baptisan. Di HKBP dirumuskan
sebagai berikut : Bila ada orang yang belum dibabtis yang sakit keras, dan orang tuanya berkehendak
anaknya dibaptiskan, dimintalah sintua.. setempat.. untuk melaksanakannya. Bila sintua setempat
tidak bisa ditemui dimintalah sintua tetangganya. Bila itu juga tidak ada, dicarilah anggota jemaat yang
rajin kegereja dan hidupnya saleh untuk melakukan pembaptisan. Bila anggota jemaat yang seperti itu
juga tidak sempat lagi dicari, orang tuanya juga boleh melakukan pembaptisan itu, asal baptisan itu
dilaksanakan dengan benar sesuai dengan pemahaman HKBP. Bila itu yang terjadi, mereka hanya boleh
membaptiskan tanpa memberi berkat. Namun dalam situasi yang semakin maju sekarang ini, gereja tidak
lagi hanya ada di pedesaan, dan sudah banyak dikota, sekiranya ada anak yang sakit keras, mereka bisa
meminta pendeta untuk melakukan baptisan darurat.
Pendeta harus berusaha lebih dulu menghubungi sintua sekitar keluarga tersebut, untuk samasama mengunjungi si anak yang sakit keras tersebut, dan sebaiknya sintua yang melakukannya untuk
menghubungi pendeta yang bersangkutan. Tetapi bila itu tidak dapat dilakukan, bahkan guru huria,
bibelvrow atau diakones tidak bisa dihubungi, pendeta sendiri yang melakukan baptisan darurat. Apabila
anak itu meninggal, maka harus dilayani dengan liturgi HKBP. Bila anak itu menjadi sehat, anak itu
kemudian harus dibawa ke gereja pada waktu kebaktian minggu waktu ada pembaptisan. Pada waktu
anak itu dibawa ke depan altar dihadapan pendeta, maka pendeta mengumumkan kepada jemaat
sebagai berikut : Saudara-saudara yang terkasih, kita bersyukur kepada Tuhan kita yang maha pengasih
yang menyembuhkan anak ini, karena pada waktu yang lalu anak ini sakit keras dan telah dibaptiskan
dengan baptisan darurat.
Oleh sebab itu, hanya berkat yang akan diberikan kepadanya, namun namanya
adalah:...................... (disebut nama anak itu, nama itu hanya dibacakan tanpa baptis ulang). Kemudian
pendeta memberkatinya.[12]
3.2. Perjamuan Kudus
Perintah mengenai Perjamuan Kudus itu terdapat dalam Mat 26 : 26-29 ; Mrk 19 : 22-25 ; Luk
22 : 15-20 ; 1 Kor 11 : 23-25. "Dan ketika Yesus dan murid-muridNya sedang makan, Yesus mengambil
roti, mengucap berkat dan memecah-mecahkannya kepada mereka dan berkata, "Ambillah, inilah
tubuhKu," sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka
semua dan mereka semua minum dari cawan itu. Dan berkata kepada mereka, " Inilah darahKu, darah
perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang." Aku berkata kepadanya, "Sesungguhnya Aku tidak

a.

b.

akan minum lagi hasil pokok anggur, sampai pada hari Aku meminumnya yaitu yang baru dalam
Kerajaan Allah." (Mrk. 14 : 22-25).
Dari segala perintah itu dapat disimpulkan bahwa Perjamuan Kudus bukanlah perjamuan biasa
karena Perjamuan Kudus harus dilaksanakan sebagai suatu peringatan akan Yesus dan dihubungkan
dengan kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Pelaksana perayaan Perjamuan Kudus yang biasa kita
lihat yakni dilaksanakan oleh Pendeta, dimana roti yang dipecah-pecahkan dibagikan kepada jemaat
dalam arti roti yang kita pecahkan ini menjadi sarana persekutuan kita dengan Yesus Kristus. Tubuh
Kristus telah dipecah-pecahkan menjadi tebusan yang sempurna bagi segala dosa kita, sedangkan
cawan anggur menjadi sarana persekutuan dengan Kristus mengingat dan percaya bahwa darah Yesus
yang kudus itu telah ditumpahkan menjadi tebusan yang sempurna bagi dosa kita.
Air anggur itu diberikan oleh pendeta lalu diminum. jika kita perhatikan upacara yang dilakukan
Yesus pada Perjamuan Kudus sebagai perjamuan yang pertama sekali, dimana fungsi Tuhan Yesus
sebagai imam yg mempersembahkan korban persembahan. Pendeta melakukan itu bukan
mempersembahkan korban tetapi sebagai wakil jemaat melaksanakan (memimpin) jemaat menikmati
hasil korban yg dipersembahkan Kristus di kayu salib. Jadi, Perjamuan Kudus sebagai tanda
menggambarkan bagaimana kristus telah membagi-bagikan hasil korbannya kepada manusia, seperti
halnya Pendeta memecahkan roti dan menuangkan anggur serta memberikan kepada jemaat untuk
dimakan dan diminum, demikianlah Kristus telah membagikan hasil korbannya dikayu salib
untuk Pengampunan Dosa dan hidup yang kekal kepada manusia.Gereja Protestan pada umumnya
lebih menekankan Perjauan Kudus sebagai peringatan akan kematain dan pengorbanan Yesus bagi umat
manusia. Adapun roti dan anggur dalam sakramen yang berarti bahwa [13];
Roti ; melambangkan Tubuh Kristus yang disalibkan. Makan tubuh Krists dalam arti kita dipersatukan
dengan Dia, dengan menerima apa yang dilakukanNya bagi manusia (Yoh 6: 8-58). Makan roti
mengingatkan bahwa Yesus menjadi manusia supaya tubuh manusiawi itu disalibkan. Ia menderita dan
mati serta bangkit, untuk menciptakan tubuh baru yaitu jemaat Kristus.
Anggur ; melambangkan darah Kristus yang ditumpahkan untuk menyucikan dosa-dosa manusia.
Darah ditumpahkan dari tubuh Yesus yang terpaku di kayu salib untuk pengampunan atau penghapusan
dosa seluruh manusia. Darah yang adalah hidup, ditumpahkan agar memberi hidup kekal bagi manusia.
Minum anggur dari cawan pada saat Perjamuan Kudus, mengingatkan kita bahwa Yesus sendiri telah
minum cawan murka Allah yang seharusnya diterima manusia.
Dalam Konfessi HKBP dirumuskan bahwa kita percaya dan menyaksikan, Perjamuan
Kudus ialah : memakan roti, dengan roti dimana (parhitean) kita terima daging dari Yesus Kristus Tuhan
kita dan meminum anggur, dengan anggur dimana kita terima darah Tuhan kita Yesus Kristus, supaya
kita peroleh keampunan dosa, hidup dan sejahtera (1 Kor 11:17-34); Mat 26; Mark 14; Luk 22). Dengan
demikian Perjamuan Kudus hanya sebagai alat atau media saja. Oleh karena itu, melalui Perjamuan
Kudus manusia memperoleh keampunan dosa. Melalui keampunan dosa menusia dituntut untuk hidup
bersekutu dan hidup dalam damai antara yang satu dengan yang lain.
Menurut ajaran Luther tentang Perjamuan Kudus dia sebut Kon-substansiasi (kon yaitu samasama): roti dan anggur itu tidak berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (trans-substansiasi). Tetapi
tubuh dan darah Kristus mendiami roti dan anggur itu sehingga terdapat dua zat atau substansi yang
sama-sama terkandung dalam roti dan anggur itu. [14] Gereja Lutheran memahami bahwa di dalam
Perjamuan Kudus, Kristus sungguh-sungguh hadir tanpa merubah substansi roti dan anggur namun Dia
hadir ketika Perjamuan Kudus dilakukan. Makna kehadiran Kristus diterima, ketika yang menerima
Perjamuan Kudus percaya tentang firman Tuhan yang diberitakan melalui Perjamuan Kudus dan percaya
kepada penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Hal inilah yang menjadikan roti dan anggur dalam
teologi mengenai sakramen Perjamuan Kudus menjadi sangat sakral dikarenakan adanya paham

mengenai roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus, dalam hal ini terdapat paham mistisisme.
Begitu jemaat memakan roti dan meminum anggur maka jemaat secara mistis telah memakan tubuh dan
meminum darah dari pengorbanan Kristus.
HKBP memahami bahwa Perjamuan Kudus dipahami sebagai parhitean untuk menerima tubuh
dan darah Kristus yang sebenarnya. Yesus tidak mengubah hakikat roti dan anggur menjadi tubuh dan
darahNya sendiri, juga tubuh dan darah Yesus tidak melekat pada roti dan anggur, melainkan bahwa
melalui Perjamuan Kudus kita menerima tubuh dan darah Yesus yang masuk ke dalam tubuh rohani kita,
sedangkan roti dan anggur tersebut masuk ke dalam tubuh jasmaniah kita. Artinya Perjamuan Kudus
merupakan sarana menerima tubuh dan darah Kristus. Melalui Perjamuan Kudus manusia diyakinkan
bahwa dia tumbuh menjadi satu tubuh dengan Kristus. Dengan demikian segala sesuatu yang adalah
kepunyaan Dia boleh kita namakan kepunyaan kita. Melalui Perjamuan Kudus manusia diyakinkan
bahwa kehidupan kekal yang telah diwarisinya menjadi milik manusia dan bahwa Kerajaan Sorga yang
telah dimasuki-Nya tak dapat luput dari manusia sebagaimana tak dapat luput dari Dia. Manusia boleh
yakin juga bahwa manusia tidak dapat dihukum karena dosa-dosanya, manusia telah bebas oleh-Nya
dari kesalahan yang merupakan akibat dari dosa-dosa sebab Dia menghendaki supaya dosa-dosa itu
diperhitungkan kepada-Nya seakan-akan dosa-Nya sendiri. Dia telah membuat manusia menjadi anakanak Allah bersama Dia, dengan turunnya Dia ke bumi Dia telah merintis jalan bagi manusia untuk naik
ke Sorga, dengan menerima kelemahan manusia, kita dikokohkan-Nya dengan kekuatan-Nya. [15]
Relevansi Makna Perjamuan Kudus dalam Gereja HKBP tertera dalam Konfessi HKBP
dirumuskan bahwa kita percaya dan menyaksikan, Perjamuan Kudus ialah: memakan roti, dengan roti
mana (parhitean) kita terima daging dari Yesus Kristus Tuhan kita dan meminum anggur, dengan anggur
mana kita terima darah Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kita peroleh keampunan dosa, hidup dan
sejahtera (1 Kor 11:17-34); Mat 26; Mark 14; Luk 22). Dengan demikian Perjamuan Kudus hanya sebagai
alat atau media saja Oleh karena itu, melalui Perjamuan Kudus manusia memperoleh keampunan dosa.
Melalui keampunan dosa menusia dituntut untuk hidup bersekutu dan hidup dalam damai antara yang
satu dengan yang lain.
Jadi Perjamuan Kudus seharusnya tidak ditentukan oleh perasaan manusia atau orang percaya,
melainkan seharusnya sikap semua orang percaya adalah menerima saja keselamatan yang diberikan
itu, tanpa mempertimbangkan apakah ia siap atau tidak siap. Sebaiknya kapan saja Tuhan memanggil
kita untuk ikut dalam perjamuanNya, maka seharusnya kita dengan segera bangkit dan bergegas
mendekatkan
diri
ke
hadirat
Tuhan
yang
maha
baik
itu.
Perjamuan Kudus adalah sarana berefleksi bagi jemaat untuk mengambil sikap sebagai agen
pendamaian (2 Kor. 5:17-21). Sebagaimana Kristus telah mengorbankan dirinya sebagai kurban
pendamaian bagi umat yang berdosa, demikianlah hendaknya semua orang percaya dalam Perjamuan
Kudus itu bersedia untuk diperdamaikan oleh Yesus Kristus dengan semua orang. Besedia
diperdamaikan Kristus berarti bersedia menjalin hubungan yang baru, bersedia memaafkan saudara yang
mungkin pernah menyakiti perasaan kita.
Perjamuan Kudus adalah Hak dari Anggota Gereja, Karena Perjamuan kudus diberikan kepada
semua orang yang menyesal akan dosanya. Itu berarti bahwa Perjamuan Kudus diberikan kepada semua
orang berdosa. Karena semua orag adalah berdosa dan tidak seorangpun yang tidak berdosa, maka
tentulah semua jemaat seharusnya ikut menerima Perjamuan Kudus itu sebagai sarana menerima
pengampunan dosa dari Allah. Meninggalkan Perjamuan Kudus malah seolah-olah menunjukkan bahwa
mereka yang tidak mengikutinya adalah orang-orang yang tidak berdosa, karena mungkin merasa tidak
perlu. Semua Orang Kristen Harus menyadari bahwa Perjamuan Kudus adalah Pengampunan.

Tujuh Sakramen Gereja


Katekese Singkat:
Sebuah Tinjauan Singkat tentang Iman Katolik dengan ayat-ayat Kitab
Suci
oleh: P. Francis J. Peffley
Sakramen adalah tanda kelihatan yang ditetapkan oleh Kristus untuk
memberikan rahmat. Masing-masing sakramen memiliki ritus perayaan, yaitu
perkataan dan perbuatan tertentu (Katekismus 1234). Perkataan adalah
rumusan kata-kata yang digunakan dalam pemberian sakramen; perbuatan
meliputi penuangan air dalam Sakramen Pembaptisan, pengurapan dengan
minyak

dalam

Sakramen

Penguatan

dan

Pengurapan

Orang

Sakit,

penumpangan tangan dalam Sakramen Tahbisan/Imamat, konsekrasi roti dan


anggur dalam Sakramen Ekaristi, pertobatan dalam Sakramen Pengakuan
Dosa dan kesepakatan perkawinan dalam Sakramen Perkawinan bagi
pasangan yang memilih untuk menikah.
SAKRAMEN PEMBAPTISAN: Sakramen Pembaptisan (Mat 28:19, Yoh 3:5)
adalah sakramen pertama yang kita terima. Umat beriman wajib menerima
Pembaptisan sebelum menerima sakramen-sakramen yang lain. Pembaptisan
mengampuni dosa asal, semua dosa pribadi, serta mengalirkan rahmat
pengudusan ke dalam jiwa (Yeh 36:25-26, Kis 2:38, 22:16, 1Kor 6:11, Gal
3:26-27). Pembaptisan menganugerahkan jasa-jasa wafat Kristus di salib ke
dalam jiwa kita, serta membersihkan kita dari dosa. Pembaptisan menjadikan
kita anak-anak Allah, saudara-saudara Kristus, dan kanisah Roh Kudus.

Pembaptisan

hanya

diterimakan

satu

kali

untuk

selamanya

namun

meninggalkan meterai rohani yang tidak dapat dihapuskan.


SAKRAMEN PENGUATAN: (Kis 2: 14-18, 9:17-19, 10:45, 19:5-6, Titus 3:4-8)
Sakramen Penguatan menjadikan kita dewasa secara rohani dan menjadikan
kita saksi-saksi Kristus. Penguatan hanya diterimakan satu kali untuk
selamanya namun meninggalkan meterai rohani yang tidak dapat dihapuskan.
SAKRAMEN EKARISTI: (Yoh 6: 25-71, Mat 26:26-28, 1Kor 11:23-26, Luk
24:30-31) Sakramen Ekaristi disebut juga Sakramen Maha Kudus atau
Komuni Kudus. Ekaristi bukanlah sekedar lambang belaka, tetapi adalah
sungguh Tubuh, Darah, Jiwa dan Keallahan Yesus Kristus. Dalam mukjizat
Perayaan Ekaristi, imam mengkonsekrasikan roti dan anggur menjadi Tubuh
dan Darah Kristus dengan kata-kata penetapan yang diambil dari Kitab Suci:
Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi
peringatan akan Aku! Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan,
lalu berkata: Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan
Aku! (1Kor 11:23-25). Misa disebut kurban karena Misa menghadirkan
secara tak berdarah kurban Kristus yang wafat disalib satu kali untuk
selamanya. Kristus mengatakan: Akulah roti hidup yang telah turun dari
sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan
roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup
dunia. (Yoh 6:48-52).
Jika kita melakukan dosa berat, kita harus mengakukan dosa kita terlebih
dahulu sebelum menerima Komuni Kudus, jika tidak, Komuni Kudus bukannya

mendatangkan rahmat bagi jiwa, malahan akan mengakibatkan dosa sakrilegi


(1Kor 11:27-29). Untuk menerima Komuni, kamu harus bangkit berdiri menuju
altar dengan tanganmu terkatup di dada sambil berdoa. Ketika tiba di
hadapan imam, ia akan mengatakan: Tubuh Kristus. Kamu menunjukkan
imanmu dengan menjawab, Amin, kemudian kamu mengulurkan tanganmu,
telapak tangan kiri di atas telapak tangan kanan, menerima Hosti di tanganmu
dan segera memasukkan Hosti ke dalam mulutmu (cara umum), atau kamu
membuka mulutmu dan menerima Komuni Kudus dengan lidahmu (alternatif).
SAKRAMEN TOBAT: Sakramen Tobat disebut juga Pengakuan atau
Rekonsiliasi (Yoh 20:21-23, Amsal 28:13). Kristus memberikan kuasa kepada
para Rasul untuk mengampuni dosa atas nama-Nya, dan para Rasul
meneruskan kuasa tersebut kepada penerus-penerus mereka, yaitu para
Uskup dan Imam. Sakramen Tobat mengampuni dosa-dosa yang dilakukan
setelah Baptis. Ketika mengaku dosa, umat beriman harus mengakui semua
dosa-dosa berat yang disadarinya, menurut jenisnya (misalnya perzinahan
atau pencurian) serta jumlahnya (misalnya satu kali, beberapa kali, atau
sering kali). Setelah mengakui segala dosa-dosamu, kamu mendengarkan
nasehat-nasehat yang diberikan imam, mengucapkan doa tobat, menerima
absolusi (pengampunan Kristus) dari imam, meninggalkan kamar pengakuan,
serta melakukan penitensimu.
Imam diwajibkan dengan ancaman siksa yang sangat berat, supaya berdiam
diri secara absolut, untuk tidak mengungkapkan apa pun yang telah ia dengar
dalam pengakuan. Rahasia pengakuan ini dinamakan `meterai sakramental.
Seorang imam lebih suka dipenjarakan atau bahkan mati daripada

mengungkapkan dosa-dosa yang diakukan umat kepadanya. (Luk 15, Yeh


33).
SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT: Bantuan Tuhan melalui
kekuatan Roh-Nya hendak membawa orang sakit menuju kesembuhan jiwa,
tetapi juga menuju kesembuhan badan, kalau itu sesuai dengan kehendak
Allah. Dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni (Mrk
6:13, Yak 5:14-15).
SAKRAMEN TAHBISAN: (Kej 14:18, Ibr 5:5-10, Luk 22:19, Kis 6:6, 14: 23).
Tahbisan memungkinkan para Rasul Kristus dan penerus-penerus mereka
untuk menerimakan Sakramen-sakramen. Ada tiga jenjang Sakramen
Tahbisan: diakon, imam, dan uskup. Hanya para imam dan uskup yang boleh
menerimakan Sakramen Pengakuan serta mempersembahkan Kurban Misa.
Mengapa kita memanggil para imam dengan sebutan Romo (=bapa)? Para
imam adalah bapa rohani Gereja. Mereka mempersembahkan hidup mereka
bagi Gereja dengan mewartakan Injil dan menganugerahkan pengampunan
Tuhan melalui sakramen-sakramen (1Kor 4:14-15, 1Tes 2:8-12).
Mengapa para imam hidup selibat? Para imam hidup seturut teladan dan
ajaran Yesus Kristus (imam yang selibat), untuk mengurbankan kehidupan
berkeluarga demi Kerajaan Allah (Mat 19:12, Luk 18:29-30, 1Kor 7).
SAKRAMEN PERKAWINAN: (Mrk 10:2-12, Ef 5:22-33) Sakramen ini, dengan
kuasa Allah, mengikat seorang pria dan seorang wanita dalam suatu
kehidupan bersama dengan tujuan kesatuan (kasih) dan kesuburan (lahirnya
keturunan). Perkawinan tidak terceraikan, mengikat seumur hidup (1Kor 7:10-

11, 39, Mat 19:4-9). Pembatalan Perkawinan adalah suatu pernyataan yang
dikeluarkan oleh Gereja yang menyatakan bahwa setelah dilakukan suatu
penyelidikan yang mendalam oleh pengadilan gereja yang berwenang, unsurunsur yang diperlukan untuk suatu perkawinan yang sah tidak ada pada saat
perkawinan, dan oleh karena itu suatu perkawinan yang sah tidak pernah
terjadi. Pembatalan perkawinan bukanlah suatu perceraian Katolik dan sama
sekali tidak mempengaruhi hak anak-anak dari perkawinan tersebut.
Sakramen Pada Umumnya
Setiap manusia adalah mahluk simbolis dan ekspresif.
Artinya kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari penggunaan simbol dan tanda.
Manusia mengekspresikan dirinya melalui simbol dan tanda.
Oleh karena itu Allah mengkomunikasikan diri-Nya melalui bahasa manusia agar manusia
mengenal dirinya lewat simbol dan tanda yang dapat dimengerti manusia.
Perbedaan Simbol dan Tanda
Simbol : menghadirkan secara nyata apa yang ditandakannya.
Tanda : tidak menghadirkan secara nyata apa yang ditandakannya, hanya memberikan
gambaran.
Pengertian Sakramen: Tanda rahmat / keselamatan yang kelihatan, yang menghadirkan rahmat
yang tidak kelihatan.
Sakramen adalah tanda keselamatan/rahmat dan kehadiran Tuhan dalam hidup manusia
Yesus Kristus adalah SAKRAMEN DASAR, karena seluruh hidup Yesus Kristus menghadirkan Allah
kepada manusia. Rahmat dan kasih Allah menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus.
Rahmat dalam sakramen hanya akan menjadi efektif jika penerima sakramen memiliki iman
dan keadaan batin yang siap dalam pelaksanaannya.

Mengapa 7 Sakramen? 7 Sakramen dipilih karena ketujuh sakramen tersebut mewakili seluruh
hidup manusia, dan karena angka tujuh merupakan angka sempurna yang memiliki makna
khusus.
7 Sakramen dalam Gereja Katolik:
1) Sakramen Baptis
2) Sakramen Ekaristi
3) Sakramen Krisma/Penguatan
4) Sakramen Tobat/Pengakuan Dosa
5) Sakramen Pengurapan Orang Sakit/ Minyak Suci
6) Sakramen Perkawinan
7) Sakramen Imamat
Sakramen yang hanya dapat diterimakan satu kali seumur hidup:
Sakramen Baptis
Sakramen Krisma
Sakramen Imamat
Sakramen mempunyai 3 Aspek Simbolis:
Aspek Antropologis
Adalah aspek yang berhubungan dengan sifat manusiawi atau kemanusiaan manusia.
Dalam setiap sakramen ada Materi (Tanda/Perbuatan) dan Forma ( Kata) yang dapat dipahami
(atau diindera) manusia.
Aspek Kristologis
Adalah aspek yang bersumber pada Kristus sebagai asal dari semua sakramen karena Kristus
adalah Sakramen Dasar.
Aspek Eklesiologis
Adalah aspek yang berhubungan dengan Gereja sebagai pelaksana sakramen berdasarkan
perintah Kristus, dan sebagai jemaat.
Gereja adalah sakramen keselamatan karena Gereja adalah tanda persatuan mesra dengan
Allah dan kesatuan seluruh umat manusia.
Gereja menghadirkan Kristus.
Kristus menghadirkan Allah.

II. Sakramen Baptis


Sakramen baptis adalah sakramen pertama yang diterima oleh seorang yang hendak menjadi
anggota Gereja Katolik.
Sakramen baptis adalah sakramen pertama dalam inisiasi Katolik.
Inisiasi adalah penerimaan seseorang masuk ke dalam atau menjadi anggota kelompok
tertentu.
Sakramen Inisiasi dalam Gereja Katolik:
Sakramen Baptis
Sakramen Ekaristi
Sakramen Krisma
3 Tahap Inisiasi Katolik
1) Masa pra-katekumenat/simpatisan menjadi Katekumen
Masa pemurnian motivasi calon, dituntut pertobatan dan iman
2) Masa Katekumen menjadi Calon Baptis
Masa perkembangan iman calon baptis, merupakan masa pengajaran dan pembinaan iman
3) Masa Calon Baptis menjadi Baptisan baru
Masa persiapan baptisan dan penerimaan menjadi angota Gereja Katolik
Sesudah dibaptis, para baptisan baru menerima/mengalami masa pembinaaan iman sebagai
baptisan baru yang disebut mistagogi.
Untuk dibaptis, seseorang harus percaya dan beriman kepada Kristus.
Percaya kepada Kristus berarti hidup sesuai dengan ajaran Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui sakramen baptis sesorang dilahirkan kembali dalam air dan Roh.
Lilin bernyala yang diterima oleh baptisan baru dalam upacara sakramen baptis merupakan
lambang baptisan baru yang sudah diterangi oleh Kristus dan harus senantiasa berusaha hidup
dalam terang Kristus.
Materi dan Forma Sakramen Baptis
Materi: Air
Forma: Aku membaptis kamu dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus.
Buah Atau Rahmat Sakramen Baptis:
1. mendapat pengampunan dari segala dosa, baik dosa asal maupun dosa yang dibuatnya.
2. menjadi ciptaan baru dan dilantik menjadi anak Allah.

3. memperoleh rahmat pengudusan yang;


membuatnya sanggup semakin percaya kepada Allah, berharap kepada-Nya, dan mencintaiNya.
Membuatnya hidup di bawah bimbingan dan dorongan Roh Kudus.
Membuatnya sanggup bertumbuh dalam kebaikan
4. digabungkan menjadi anggota Gereja, sebagai bagian dari Tubuh Mistik Kristus.
5. dimeteraikan secara kekal dalam sebuah meterai rohani yang tak terhapuskan, sebagai bagian
dari Kristus.
Macam-Macam Baptisan:
@ Baptisan bayi : baptisan yang diterima saat masih bayi
@ Baptisan dewasa: baptisan yang diterima saat sudah dewasa
@ Baptisan rindu: saat seseorang ingin dibaptis dan ingin menjadi anggota Gereja Katolik,
menjalani masa katekumenat namun sebelum dibaptis, ia sudah meninggal. Maka ia sudah
menerima baptisan rindu
@ Baptisan darah: saat seseorang ingin dibaptis dan ingin menjadi anggota Gereja Katolik,
menjalani masa katekumenat namun sebelum dibaptis, ia sudah meninggal karena membela
imannya.
Perbedaan Baptisan Yesus dan Baptisan kita
Kitab Suci pernah menceritakan bahwa Yesus dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes
pembabptis.
Baptisan Yesus dan baptisan yang kita terima tidak sama.
@ Baptisan kita adalah baptisan pertobatan sedangkan baptisan Yesus adalah bentuk solidaritas
Yesus dengan manusia yang selalu berdosa. Yesus tidak membutuhkan pertobatan, karena Yesus
adalah Allah yang menjadi manusia (sama dalam segala hal dengan manusia kecuali dalam hal
dosa).
III. Sakramen Ekaristi
Sakramen Ekaristi adalah perjamuan syukur.
Sebelum menderita sengsara dan wafat, Yesus merayakan perjamuan malam terakhir bersama
murid-murid-Nya.
Perjamuan Malam Terakhir adalah asal dari Ekaristi.
Perjamuan Malam Terakhir dilakukan Yesus dan murid-murid-Nya untuk memperingati
Perjamuan Paskah Yahudi.

Yesus mengubahnya menjadi sebuah perjamuan syukur bagi murid-murid-Nya, dan sebagai
tanda perpisahan kepada mereka.
Dalam Perjamuan Terakhir bersama para murid,Yesus mengucap syukur dan dan memberikan
pesan Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan akan Aku.
Ia juga berkata Cawan in adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagimu. Ia
juga memberikan perintah untuk melakukan hal itu sebagai kenangan akan diri-Nya perbuatlah
ini menjadi peringatan akan Daku.
Perjamuan Tuhan diteruskan oleh Gereja dalam perjamuan ekaristi (sakramen ekaristi)
Perjamuan Ekaristi adalah peringatan syukur untuk mengenangkan dan sekaligus
menghadirkan kembali Yesus yang mempersembahkan diri-Nya dalam kematian di salib demi
keselamatan manusia, sesuai dengan perintah Yesus.
Kata Ekaristi berasal dari kata eukharistia yang artinya puji syukur.
Ekaristi merupakan kehadiran Kristus melalui kekuatan Sabda-Nya dan Roh Kudus.
Kehadiran Kristus paling nyata dapat dirasakan dalam sakramen Ekaristi.
Bagian terpenting dalam sakramen ekaristi adalah DOA SYUKUR AGUNG.
Skema besar Perayaan Ekaristi terdiri dari:
1. Ritus Pembukaan
2. Liturgi Sabda
3. Liturgi Ekaristi
4. Ritus Penutup
Materi dan Forma Sakramen Ekaristi
Materi: Roti dan Anggur
Forma:
Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan akan Aku
Cawan in adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumapahkan bagimu
perbuatlah ini menjadi peringatan akan Daku.
IV. Sakramen Krisma
Peralihan dari masa kanak-kanak ke kedewasaan bagi banyak budaya merupakan hal penting.
Kedewasaan bukan hanya secara fisik, namun juga keseluruhan diri.
Demikian juga dalam hal iman. Sakramen Krisma merupakan tanda kedewasaan iman
seseorang.

Bersama sakramen Baptis dan sakramen Ekaristi, sakramen Krisma merupakan inisiasi Katolik.
Penerimaan sakramen Krisma melengkapi rahmat pembaptisan, dan menyempurnakan inisiasi.
Melalui sakramen Krisma, seseorang diikat secara kebih kuat dan sempurna dengan Gereja
serta diperkaya dengan daya kekutan Roh Kudus.
Konsekuensi dari sakramen Krisma adalah tanggung jawab iman dan semakin wajib untuk
menyebarluaskan dan membela iman sebagai saksi Kristus.
Rahmat Dalam Sakramen Krisma
1) Menjadikan kita sungguh anak Allah.
2) Menyatukan lebih teguh dengan Kristus.
3) Menambahkan karunia Roh Kudus ke dalam diri kita.
4) Mengikat kita lebih sempurna dengan Gereja.
5) Menganugerahkan kepada kita kekuatan Roh Kudus.
Materi dan Forma Sakramen Krisma
Materi: Minyak Krisma (Minyak Zaitun)
Forma: Semoga dimeterai oleh karunia Allah, Roh Kudus.
V. Sakramen Tobat
Dosa adalah perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama.
Setiap dosa berarti manusia menjauhkan diri dari Tuhan dan mendekatkan diri pada ciptaan.
Pada dasarnya setiap manusia tidak menghendaki berbuat dosa, namun memiliki
kecenderungan untuk berdosa.
Sebuah tindakan yang dikatakan sebagai dosa, jika dilakukan secara sadar, dengan sengaja
(diinginkan), dan dalam keadaan bebas, akan berakibat merugikan orang lain dan drinya sendiri
serta merusak hubungan dengan Tuhan.
Akan tetapi, Allah kita adalah Allah yang mengampuni.
Allah selalu memberikan kebebasan (kehendak bebas) kepada manusia. Manusia dapat secara
bebas memilih untuk hidup bersama-Nya dengan penuh kelimpahan stsu terpisah dengan-Nya.
Lewat perbuatan dosa, manusia memilih untuk memisahkan diri dari Allah dan hidup menurut
kehendaknya sendiri tanpa rahmat Allah.
Akibat dosa, manusia kehilangan rahmat Allah yang pernah ia terima dalam sakramen baptis. Ia
tidak layak lagi disebut sebagai anak Allah. Selain itu, dosa ikut mengotori kesucian Gereja
Kristus. Relasi dengan sesama pun ikut rusak.

Jika seseorang bertobat maka, ia pun berdamai kembali dengan Allah, Gereja, dan sesama.
Gereja melalui mereka yang memiliki kuasa para rasul, menjadi saluran rahmat pengampunan
dan pendamaian Allah dalam sakramen pengakuan dosa atau sakramen tobat.
Yang dituntut dalam sakramen tobat adalah bukan hanya sekadar rasa sesal dan air mata,
melainkan metanoia.
Metanoia berarti perubahan hati dan seluruh sikap hidup.
Yang diminta Allah dari manusia adalah niat baik dan usaha pertobatan yang dilakukan
manusia.
Allah selalu siap menerima orang yang bertobat.
Langkah-langkah pertobatan seseorang:
1) Menyadari dan mengakui dosa
2) Menyesali dosa
3) Berniat untuk tidak berbuat dosa lagi
4) Mohon ampun
5) Mau menghidupi cara hidup yang baru

Sakramen adalah firman Allah yang dijelmakan dalam bentuk tanda yang
kelihatan, yang dapat disentuh dan dirasakan indra manusia. Sakramen
merupakan saluran anugerah Allah, dimana Allah bertindak mendatangi
manusia dan mengaruniakan kesalamatan kepada manusia. Oleh sebab
itu sakramen adalah perbuatan Allah, bukan perbuatan manusia. Ada dua
sakramen yang diberlakukan di GKPI seprti halnya di gereja-gereja
reformatoris pada umumnya, yaitu baptisan kudus dan perjamuan kudus.
2. Baptisan kudus adalah permandian ke dalam nama Allah Bapa, AnakNya
Tuhan Yesus Kristus, dan Roh kudus sesuai dengan amanat Tuhan Yesus
(Mat 28:19). Baptisan kudus yang dilayankan dengan menggunakan air.
Air itu adalah air biasa, tetapi Firman yang menyertai air itulah yang
menjadikannya berkat bagi manusia.
3. Dengan baptisan kudus itu manusia disucikan dari dosa, dilahirkan
kembali (Yoh 3:5) atau menerima permandian kelahiran kembali dan
pembaruan yang dikerjakan Roh Kudus (Tit 3:5; bnd. Ef 5:26). Di dalam
baptisan itu. Kita ambil bagian dalam perbuatan Tuhan Yesus Kristus yang
telah mati, dikuburkan dan bangkit kembali dari kematian (Kol 2:12).
Dengan itu manusia dimeteraikan sebagai anak-anak Allah dan diberi hak
menjadi ahli waris dari semua yang dihasilkan oleh pekerjaan Tuhan
Yesus Kristus (Rm 6:3-7; 8:17; Gal 4:7). Penetapan sebagai anak dan ahli
waris itu terjadi sekali untuk; selamanya karena itu Baptisan Kudus bagi
setiap orang percaya juga hanya terjadi sekali untuk selamanya (Ibr 9:2628; 1 Pet 3:18).

4. Baptisan kudus memberi keuntungan bagi orang yang mau bertobat,


percaya dan menerimanya, yaitu keampunan dosa, kelepasan dari maut
dan kuasa iblis, serta keselamatan yang kekal (Mrk. 16:16). Keuntungan
yang diberikan Baptisan kudus ini,sebagai pemberian dan penggenapan
janji Allah, berlaku bagi setiap orang, yang dewasa maupun anakanak sebab kamulah janji itu, dan bagi anak-anakmu, dan bagi orangorang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan
Allah kita (Kis 2:39).
5. Baptisan Kudus itu menghisabkan setiap orang yang telah menerimanya
ke dalam satu tubuh, yaitu gereja selaku Tubuh Kristus (1 Kor 12:13).
Berbarengan dengan itu setiap orang yang telah dibaptis itu telah
menjadi bait Allah dan tempat kediaman Roh Kudus (1 kor 3:16). Serta
menerima karunia Roh Kudus (1 Kor 12:17), dan hidupnya dipimpin oleh
Roh Kudus (Rm 6:9,14). Karena itu perilaku setiap orang yang telah
menerima Baptisan Kudus harus mencerminkan pertobatan dan
pembaruan hidup yang berlangsung setiap hari. Dosa dan hawa nafsu
yang jahat dimatikan; sebaliknya setiap hari ia bertumbuh sebagai
manusia baru di dalam kebenaran dan kesucian di hadapan Allah (Rm
6:4).
6. Perjamuan kudus adalah tanda peringatan atas penderitaan Tuhan Yesus
Kristus, dan persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus (1 Kor 10:16),
yang diwujudkan dalam tanda roti dan anggur, sebagai mana
diamanatkanNya, Ambillah, makanlah, inilah tubuhku.. dan Minumlah
kamu semua dari cawan ini. Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang
ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa, perbuatlah ini
menjadi peringatan akan Aku (Mat 26:26-28; Luk 22:19). Karena firman
yang menyertai roti dan anggur itu, kita menerima tubuh dan darah Yesus
Kristus yang sebenarnya.
7. Dengan perjamuan kudus ini manusia menerima keampunan dosa dan
senantiasa diingatkan pada karya Yesus Kristus yang mati danbangkit
untuk menebus manusia dari dosa. Sebab itu Perjamuan Kudus itu
diperuntukkan bagi orang yaesus Kristus yang mati danbangkit untuk
menebus manusia dari dosa. Sebab itu Perjamuan Kudus itu
diperuntukkan bagi orang yang menerima serta mempercayai firman dan
janji yang terkandung di dalamnya. Manusia tidak lagi digoyahkan oleh
iblis, sekalipun ia dituduh sebagai orang berdosa. Barang siapa
mempercayai firman itu, ia memperoleh apa yang dinyatakan firman itu,
yaitu keampunan dosa.
8. Karena Perjamuan Kudus itu merupakan peringatan akan pengorbanan
Kristus, maka Perjamuan Kudus dilayankan berulang kali, agar dengan
demikian orang percaya selalu diingatkan pada betapa mahal dan
tingginya nilai pengorbanan Tuhannya dan agar dengan demikian
imannya semakin diteguhkan ketika harus menghadapi berbagai
pencobaan ataupun penderitaan. Karena perjamuan Kudus menghendaki
jawaban kesediaan dan pengakuan orang yang sudah percaya, maka
Perjamuan Kudus hanya dilayankan bagi mereka yang sudah mendalami

pemahaman iman Kristiani melalui katekisasi dan sudah naik sidi.


Pelayanan Perjamuan Kudus bagi mereka yang melanggar hukum Siasat
Gereja ditunda untuk sementara, agar ada kesempatan baginya untuk
merenungkan dan menyesali dosanya, agar kemudian Perjamuan Kudus
sungguh-sungguh membawa keuntungan baginy, yakni pengampunan
dosa dan tuntunan untuk memulaih hidup secara baru.
Oleh karena itu GKPI melaksanakan pelayanan Baptisan Kudus sedini
mungkin dan tidak menerima Baptisan ulang. GKPI juga melayankan
Perjamuan Kudus sesering mungkin. Dalam hubungan itu GKPI mengajarkan
bahwa sakramen hanya boleh dilayankan oleh gereja menurut tata ibadah
yang berlaku.

SAKRAMEN-SAKRAMEN Kata sakramen berasal dari bahasa Latin sacramentum yang berarti :
hal-hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi. Kata sakramen berasal dari bahasa
Latin sacramentum yang berarti : hal-hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi.
Dalam konteks agama katolik, sakramen berarti : Tanda dan Sarana keselamatan Allah yang
diberikan kepada manusia. Dalam konteks agama katolik, sakramen berarti : Tanda dan Sarana
keselamatan Allah yang diberikan kepada manusia. Tujuan sakramen : (SC 59) Tujuan sakramen :
(SC 59) 1. Menguduskan manusia 2. Membangun Tubuh Kristus 3. Mempersembahkan ibadat
kepada Allah

Gambar slide 2

Sebagai Tanda dan Sarana keselamatan, maka sakramen hendaknya diterima berdasarkan Iman.
Sebagai Tanda dan Sarana keselamatan, maka sakramen hendaknya diterima berdasarkan Iman.
Sakramen biasanya diungkapkan dengan kata-kata dan tindakan. Sakramen biasanya diungkapkan
dengan kata-kata dan tindakan. Dalam semua sakramen selalu mengandung 2 unsur yang hakiki,
yaitu : Dalam semua sakramen selalu mengandung 2 unsur yang hakiki, yaitu : 1. Forma (=katakata yang menjelaskan peristiwa Ilahi) 2. Materia (= barang / tindakan tertentu yang kelihatan)

Gambar slide 3

Dalam Gereja Katolik ada 7 sakramen : Dalam Gereja Katolik ada 7 sakramen : 1. Sakramen Inisiasi
(Baptis, Krisma & Ekaristi) 2. Sakramen Penyembuhan (Tobat & Pengurapan orang sakit) 3.
Sakramen Persekutuan dan Perutusan umat beriman (Perkawinan & Imamat) Melalui sakramensakramen ini Allah berkehendak mewujudkan keselamatan-Nya bagi manusia. Melalui sakramensakramen ini Allah berkehendak mewujudkan keselamatan-Nya bagi manusia. Dari ketujuh

sakramen tersebut, Ekaristilah yang menjadi sakramen segala sakramen, artinya : semua
sakramen yan lain diarahkan kepada Ekaristi sebagai tujuannya, karena Ekaristilah yang menjadi
sumber dan puncak seluruh hidup kristian (LG 11) Dari ketujuh sakramen tersebut, Ekaristilah
yang menjadi sakramen segala sakramen, artinya : semua sakramen yan lain diarahkan kepada
Ekaristi sebagai tujuannya, karena Ekaristilah yang menjadi sumber dan puncak seluruh hidup
kristian (LG 11)

Gambar slide 4

I. SAKRAMEN BAPTIS (Cfr. Mat 3:13-17 par; Mat 28:19-20) Sakramen baptis merupakan salah satu
bagian dari sakramen inisiasi. Sakramen baptis merupakan salah satu bagian dari sakramen
inisiasi. Inisiasi berasal dari bahasa Latin inire (masuk ke dalam), atau initiare (memasukkan ke
dalam), atau initium (awal) Melalui inisiasi ini orang dimasukkan ke dalam keanggotaan Gereja,
yang tampak secara nyata di dalam peristiwa pembaptisan. Melalui inisiasi ini orang dimasukkan ke
dalam keanggotaan Gereja, yang tampak secara nyata di dalam peristiwa pembaptisan. Baptis
berasal dari kata baptizein atau baptismos (Yunani), yang berarti : mencelupkan ke dalam air
atau membasuh dengan air. Baptis berasal dari kata baptizein atau baptismos (Yunani), yang
berarti : mencelupkan ke dalam air atau membasuh dengan air.

Gambar slide 5

Pembaptisan merupakan upacara inisiasi, berarti bahwa orang yang belum termasuk dalam
kelompok orang yang percaya kepada Yesus Kristus dimasukkan ke dalam kelompok dengan segala
hak dan kewajibannya. Pembaptisan merupakan upacara inisiasi, berarti bahwa orang yang belum
termasuk dalam kelompok orang yang percaya kepada Yesus Kristus dimasukkan ke dalam
kelompok dengan segala hak dan kewajibannya. Pembaptisan juga diartikan bahwa orang
dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah. Pembaptisan juga
diartikan bahwa orang dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali sebagai putera-puteri Allah.
Dengan demikian maka pembaptisan merupakan tanda perjajian antara Allah yang berprakarsa
untuk menawarkan keselamatan dan kehidupan sejati dengan manusia yang beriman kepada-Nya.
Dengan demikian maka pembaptisan merupakan tanda perjajian antara Allah yang berprakarsa
untuk menawarkan keselamatan dan kehidupan sejati dengan manusia yang beriman kepada-Nya.

Gambar slide 6

Di dalam Gereja Katolik hanya ada satu pembatisan, yaitu pembaptisan dengan air. Di dalam

Gereja Katolik hanya ada satu pembatisan, yaitu pembaptisan dengan air. Pembaptisan dengan air
sungguh diimani sebagai meterai rohani yang tak terhapuskan dan diterimakan hanya satu kali
untuk selama- lamanya (tidak dapat diulang). Pembaptisan dengan air sungguh diimani sebagai
meterai rohani yang tak terhapuskan dan diterimakan hanya satu kali untuk selama- lamanya
(tidak dapat diulang). Dalam pembaptisan, orang juga menerima pengurapan minyak krisma
sebagai tanda pengurapan Roh Kudus, agar orang yang dibaptis boleh mengambil bagian dalam
tugas imamat, kanabian,dan penggembalaan Yesus Kristus. Dalam pembaptisan, orang juga
menerima pengurapan minyak krisma sebagai tanda pengurapan Roh Kudus, agar orang yang
dibaptis boleh mengambil bagian dalam tugas imamat, kanabian,dan penggembalaan Yesus
Kristus.

Gambar slide 7

Siapa yang boleh dibaptis ? Siapa yang boleh dibaptis ? = mereka yang diperbolehkan menerima
pembaptisan adalah setiap orang (sejauh tidak ada halangan) dan yang belum dibaptis, baik anakanak (bayi) maupun orang dewasa. Mengapa pembaptisan anak-anak perlu dilakukan ? Mengapa
pembaptisan anak-anak perlu dilakukan ? = menurut iman Katolik, pembaptisan anak-anak itu
perlu karena mereka dilahirkan dengan kodrat manusia yang jatuh ke dalam dosa dan dinodai oleh
dosa asal. Mereka membutuhkan kelahiran kembali di dalam pembaptisan supaya mereka
dibebaskan dari kuasa kegelapan. Dalam pembaptisan anak-anak, yang pertama-tama
mengungkapkan imannya adalah Gereja dan orang tuanya.

Gambar slide 8

Dalam pembaptian dewasa ada beberapa proses yang harus dilalui : Dalam pembaptian dewasa
ada beberapa proses yang harus dilalui : 1. Tahap I : Masa Pra-katekumenat = Saat untuk
menampung para simpatisan, menjernihkan motivasi dan memperkenalkan Kristus sehingga
mereka mulai bertobat dan beriman. Masa ini ditutup dengan pelantikan menjadi katekumen. 2.
Tahap II : Masa Katekumenat = Saat untuk menjalani pembinaan menyeluruh guna menjadi orang
Katolik, baik melalui kegiatan katekese dan perayaan-perayaan liturgi maupun penanaman
berbagai macam sikap dan keutamaan Kristiani. Masa ini ditutup degan pemilihan sebagai calon
baptis.

Gambar slide 9

3. Tahap III : Masa Persiapan Terakhir = Saat untuk mempersiapkan diri dan hidup guna menerima

Sakramen Baptis (dan sakramen-sakramen lainnya). Masa ini ditutup dengan penerimaan
sakramen inisiasi sebagai wujud bahwa seseorang sudah menjadi anggota penuh dalam Gereja. 4.
Tahap IV : Masa Mistagogi = Saat di mana para baptisan baru dibimbing untuk semakin mendalami
penghayatan iman mereka, baik dalam perayaan Ekaristi maupun dalam persekutuan umat
beriman. Note : Pembaptisan dalam keadaan wajar dapat dilakukan oleh Uskup, Imam dan Diakon
(tertahbis), sedangkan dalam keadaan darurat pebaptisan dapat dilakukan oleh setiap orang
dengan tetap memperhatikan rumusan Trinitas : NN, aku membaptis engkau atas nama Bapa dan
Putera dan Roh Kudus Note : Pembaptisan dalam keadaan wajar dapat dilakukan oleh Uskup,
Imam dan Diakon (tertahbis), sedangkan dalam keadaan darurat pebaptisan dapat dilakukan oleh
setiap orang dengan tetap memperhatikan rumusan Trinitas : NN, aku membaptis engkau atas
nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus

Gambar slide 10

II. SAKRAMEN KRISMA Pada mulanya sakramen krisma / penguatan ini tidak terpisahkan dengan
sakramen baptis. Kedua sakramen ini dilaksanakan dalam satu rangkaian upacara, yaitu
penerimaan pembaptisan pada malam Paskah, yang dilakukan oleh Uskup. Pada mulanya
sakramen krisma / penguatan ini tidak terpisahkan dengan sakramen baptis. Kedua sakramen ini
dilaksanakan dalam satu rangkaian upacara, yaitu penerimaan pembaptisan pada malam Paskah,
yang dilakukan oleh Uskup. Zaman berubah dan perkembangan umat bertambah, sedangkan
jumlah Uskup terbatas dan kehadiran Uskup juga terbatas, maka pelaksanaan sakramen krisma
dipisahkan dengan sakramen baptis. Zaman berubah dan perkembangan umat bertambah,
sedangkan jumlah Uskup terbatas dan kehadiran Uskup juga terbatas, maka pelaksanaan sakramen
krisma dipisahkan dengan sakramen baptis. Pembaptisan sungguh dipusatkan pada baptisan air,
sedangkan krisma lebih pada pengurapan dengan Roh Kudus. Pembaptisan sungguh dipusatkan
pada baptisan air, sedangkan krisma lebih pada pengurapan dengan Roh Kudus.

Gambar slide 11

Sakramen krisma melengkapi ataupun menyempurnakan rahmat pembaptisan, artinya : dengan


menerima sakramen krisma orang secara nyata diikutsertakan dalam tugas publik umat, yaitu
mewartakan kabar gembira keselamatan Allah bagi dunia (LG 11) Sakramen krisma melengkapi
ataupun menyempurnakan rahmat pembaptisan, artinya : dengan menerima sakramen krisma
orang secara nyata diikutsertakan dalam tugas publik umat, yaitu mewartakan kabar gembira
keselamatan Allah bagi dunia (LG 11) Dkl. Seseorang yang menerima sakramen krisma dianggap
layak untk menjadi saksi Kristus dalam kehidupannya sehari-hari karena rahmat pengurapan Roh
Kudus. Unsur pokok dalam penerimaan sakramen krisma adalah : Unsur pokok dalam penerimaan
sakramen krisma adalah : 1. Penumpangan tangan sebagai tanda pencurahan Roh Kudus 2.
Pengurapan dengan minyak krisma di dahi sambil berkatan : NN, terimalah tanda karunia Roh
Kudus

Gambar slide 12

Sakramen krisma diberikan oleh Uskup atau Wakil Uskup yang diberi kuasa (biasanya Vikjen /
Vikaris Jenderal). Sakramen krisma diberikan oleh Uskup atau Wakil Uskup yang diberi kuasa
(biasanya Vikjen / Vikaris Jenderal). Setiap orang yang sudah dibaptis dan belum menerima Krisma
berhak dan harus menerima sakramen krisma. Setiap orang yang sudah dibaptis dan belum
menerima Krisma berhak dan harus menerima sakramen krisma. Dalam penerimaan sakramen
krisma ini perlu diperhatikan soal kedewasaan seseorang, khususnya kedewasaan iman agar
rahmat Roh Kudus sungguh dapat berdaya guna bagi orang yang bersangkutan. (usia 13 15
tahun) Dalam penerimaan sakramen krisma ini perlu diperhatikan soal kedewasaan seseorang,
khususnya kedewasaan iman agar rahmat Roh Kudus sungguh dapat berdaya guna bagi orang
yang bersangkutan. (usia 13 15 tahun) Sakramen krisma ini diberikan satu kali, sebagai meterai
rohani yang tak terhapuskan. Sakramen krisma ini diberikan satu kali, sebagai meterai rohani yang
tak terhapuskan.

Gambar slide 13

III. SAKRAMEN EKARISTI Ekaristi berasal dari kata Latin Eucharistia atau kata Yunani
Eucharistein, yang berarti : Ucapan Syukur. Ekaristi berasal dari kata Latin Eucharistia atau kata
Yunani Eucharistein, yang berarti : Ucapan Syukur. Ekaristi pertama-tama dilihat dan dipahami
sebagai : (I Kor 11:23-26; Luk 22:14-20) Ekaristi pertama-tama dilihat dan dipahami sebagai : (I Kor
11:23-26; Luk 22:14-20) 1. Kenangan akan Perjamuan Terakhir yang diadakan Kristus bersama para
rasul 2. Kenangan akan wafat dan kebangkitan Kristus

Gambar slide 14

Bagi Gereja Katolik, sakramen ekaristi dipahami sebagai sumber dan puncak seluruh hidup
kristiani (LG 11) Bagi Gereja Katolik, sakramen ekaristi dipahami sebagai sumber dan puncak
seluruh hidup kristiani (LG 11) Dalam merayakan Ekaristi, Gereja Katolik mempunyai kerangka
dasar yang sepanjang sejarah tetap sama sampai sekarang, yaitu : Dalam merayakan Ekaristi,
Gereja Katolik mempunyai kerangka dasar yang sepanjang sejarah tetap sama sampai sekarang,
yaitu : 1. Liturgi Sabda, yang terdiri dari : bacaan KS, kotbah, dan doa umat. 2. Liturgi Ekaristi, yang
terdiri dari : persembahan roti dan anggur, doa syukur agung, dan komuni.

Gambar slide 15

Di dalam ekaristi inilah Gereja meyakini Kristus hadir. Kehadiran Kristus terjadi di dalam seluruh
perayaan ekaristi (awal s/d akhir) dan dalam semua peserta perayaan (imam dan umatnya) Cfr. SC
7 Di dalam ekaristi inilah Gereja meyakini Kristus hadir. Kehadiran Kristus terjadi di dalam seluruh
perayaan ekaristi (awal s/d akhir) dan dalam semua peserta perayaan (imam dan umatnya) Cfr. SC
7 Pemahaman di atas bukan berarti lalu menghilangkan arti misteri kehadiran Kristus dalam rupa
roti dan anggur (Realis Praesentia). Pemahaman di atas bukan berarti lalu menghilangkan arti
misteri kehadiran Kristus dalam rupa roti dan anggur (Realis Praesentia). Kehadiran Kristus tetap
dirasakan pada saat roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah (Transubstantiatio).
Transubstantiatio (perubahan) ini terjadi karena kekuatan Sabda Kristus dan kekuatan Roh Kudus
pada saat konsekrasi. Kehadiran Kristus tetap dirasakan pada saat roti dan anggur berubah
menjadi Tubuh dan Darah (Transubstantiatio). Transubstantiatio (perubahan) ini terjadi karena
kekuatan Sabda Kristus dan kekuatan Roh Kudus pada saat konsekrasi.

Gambar slide 16

Tubuh dan Darah Kristus disambut oleh umat pada saat komuni. (dari kata Latin communio yang
berarti : kesatuan). Tubuh dan Darah Kristus disambut oleh umat pada saat komuni. (dari kata
Latin communio yang berarti : kesatuan). Dkl. Menyambut komuni berarti mengalami kesatuan
dengan Kristus dan kesatuan dengan umat. Perayaan ekaristi bukan bukan perayaan pribadi (satu
orang), melainkan perayaan bersama. Oleh karena itu dituntut partisipasi aktif dari para peserta
untuk mengambil bagian di dalamnya, baik sebagai umat biasa maupun sebagai petugas. Perayaan
ekaristi bukan bukan perayaan pribadi (satu orang), melainkan perayaan bersama. Oleh karena itu
dituntut partisipasi aktif dari para peserta untuk mengambil bagian di dalamnya, baik sebagai umat
biasa maupun sebagai petugas. Ekaristi juga bukan sebagai kewajiban atau formalitas belaka
(setiap minggu ikut misa), melainkan sebagai kebutuhan hakiki di dalam hidup. Ekaristi juga bukan
sebagai kewajiban atau formalitas belaka (setiap minggu ikut misa), melainkan sebagai kebutuhan
hakiki di dalam hidup.

Gambar slide 17

IV. SAKRAMEN TOBAT Situasi kedosaan manusia di satu pihak dan kasih setia Allah yang diberikan
kepada manusia di lain pihak, sungguh dapat dirasakan dan dihayati dalam Gereja melalui
sakramen tobat atau sakramen pengampunan dosa. Situasi kedosaan manusia di satu pihak dan
kasih setia Allah yang diberikan kepada manusia di lain pihak, sungguh dapat dirasakan dan
dihayati dalam Gereja melalui sakramen tobat atau sakramen pengampunan dosa. Iman Katolik

mengatakan bahwa orang berdosa berarti berdosa di hadapan Allah dan di hadapan Gereja. Iman
Katolik mengatakan bahwa orang berdosa berarti berdosa di hadapan Allah dan di hadapan Gereja.
Melalui sakramen pengampunan dosa, orang tidak hanya diampuni dosa-dosanya, melainkan dapat
mengambil bagian lagi secara penuh dalam kehidupan Gereja. Dkl. Melalui sakramen tobat, orang
memperoleh pengampunan dari Allah dan sekaligus didamaikan dengan Gereja. (LG 11) Melalui
sakramen pengampunan dosa, orang tidak hanya diampuni dosa-dosanya, melainkan dapat
mengambil bagian lagi secara penuh dalam kehidupan Gereja. Dkl. Melalui sakramen tobat, orang
memperoleh pengampunan dari Allah dan sekaligus didamaikan dengan Gereja. (LG 11)

Gambar slide 18

Praktek sakramen tobat pada zaman Gereja perdana / pada zaman para Bapa Gereja berbeda
dengan praktek zaman sekarang : Praktek sakramen tobat pada zaman Gereja perdana / pada
zaman para Bapa Gereja berbeda dengan praktek zaman sekarang : 1. Zaman dulu Orang berbuat
dosa (membunuh, merampok, berzinah, dan murtad) harus mengaku dosa dihadapan Uskup Orang
berbuat dosa (membunuh, merampok, berzinah, dan murtad) harus mengaku dosa dihadapan
Uskup Dilakukan secara publik dan terbuka Dilakukan secara publik dan terbuka Memakai pakaian
khusus dan mempunyai tempat khusus di gedung gereja (di luar gedung gereja) Memakai pakaian
khusus dan mempunyai tempat khusus di gedung gereja (di luar gedung gereja) Diwajibkan
berpuasa, berdoa, dan bersedekah Diwajibkan berpuasa, berdoa, dan bersedekah Tidak
diperbolehkan mengambil bagian dalam perayaan ekaristi Tidak diperbolehkan mengambil bagian
dalam perayaan ekaristi Orang dapat menjalani tobat hanya satu kali, dan apabila ia jatuh lagi
dalam dosa, maka ia tidak diberi kesempatan kembali menjadi anggota aktif dalam Gereja. Orang
dapat menjalani tobat hanya satu kali, dan apabila ia jatuh lagi dalam dosa, maka ia tidak diberi
kesempatan kembali menjadi anggota aktif dalam Gereja.

Gambar slide 19

2. Zaman Sekarang Orang yang berdosa cukup mengaku dosa secara pribadi Orang yang berdosa
cukup mengaku dosa secara pribadi Dilayani oleh seorang Imam Dilayani oleh seorang Imam
Denda atas dosa biasanya berupa doa Denda atas dosa biasanya berupa doa Sakramen tobat ini
dapat diterima lebih dari satu kali. Sakramen tobat ini dapat diterima lebih dari satu kali. Dari
kedua praktek tersebut di atas, satu hal yang tetap dipertahankan yaitu Gereja Katolik yakin bahwa
melalui Gereja (Uskup dan Imam) Allah berkenan untuk melimpahkan rahmat pengampunan-Nya
kepada orang berdosa. Dari kedua praktek tersebut di atas, satu hal yang tetap dipertahankan
yaitu Gereja Katolik yakin bahwa melalui Gereja (Uskup dan Imam) Allah berkenan untuk
melimpahkan rahmat pengampunan-Nya kepada orang berdosa. Dua hal penting yang harus
diperhatikan : Dua hal penting yang harus diperhatikan : 1. Dari pihak orang yang berdosa dituntut
penyesalan, pengakuan dosa, membuat silih atas dosa (penitensi) serta memperbaiki diri dan
hidup. 2. Dari pihak Gereja (Uskup dan Imam) berkat tahbisannya diberi wewenang atau kuasa
untuk mengampuni segala dosa (memberi absolusi) atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus.

Gambar slide 20

V. SAKRAMEN PERKAWINAN Iman Katolik melihat dan memahami perkawinan sebagai panggilan
Allah. Allah memanggil pria dan wanita untuk hidup secara khusus, yaitu membangun hidup
berkeluarga. Iman Katolik melihat dan memahami perkawinan sebagai panggilan Allah. Allah
memanggil pria dan wanita untuk hidup secara khusus, yaitu membangun hidup berkeluarga.
Hidup bekeluarga hendaknya dipahami sebagai bentuk kehidupan yang sungguh suci dan agung
serta patut disyukuri karena merupakan karya agung Allah sendiri. Hidup bekeluarga hendaknya
dipahami sebagai bentuk kehidupan yang sungguh suci dan agung serta patut disyukuri karena
merupakan karya agung Allah sendiri.

Gambar slide 21

Perkawinan Katolik dipahami sebagai : Perkawinan Katolik dipahami sebagai : Perjanjian


perkawinan, dengan mana pria dan wanita membentuk antar mereka kebersamaan seluruh hidup,
dari sifat kodratinya terarah pada kesejahteraan suami isteri serta pada kelahiran dan pendidikan
anak; oleh Kristus Tuhan, perkawinan antara orang-orang yang dibaptis diangkat ke martabat
Sakramen (KHK, Kan, 1055 par.1) Dari rumusan di atas dapat ditegaskan unsur- unsur paham
Gereja mengenai perkawinan : Dari rumusan di atas dapat ditegaskan unsur- unsur paham Gereja
mengenai perkawinan : 1. Perjanjian Perkawinan Lambang real hubungan antara Tuhan dan umatNya Lambang real hubungan antara Tuhan dan umat-Nya Sehidup semati Sehidup semati

Gambar slide 22

2. Kebersamaan seluruh hidup Hubungan pribadi suami istri yang beraspek kualitatif (bukan
kuantitatif) di segala bidang kehidupan. Hubungan pribadi suami istri yang beraspek kualitatif
(bukan kuantitatif) di segala bidang kehidupan. 3. Antara pria dan wanita Kebersamaan hidup
dalam keluarga sungguh terjadi antara pria dan wanita (bukan pria dengan pria atau wanita
dengan wanita) Kebersamaan hidup dalam keluarga sungguh terjadi antara pria dan wanita (bukan
pria dengan pria atau wanita dengan wanita) 4. Terarah pada kesejateraan suami istri Perkawinan
bertujuan untuk kebahagiaan lahir batin bagi suami istri untuk selamanya. Perkawinan bertujuan
untuk kebahagiaan lahir batin bagi suami istri untuk selamanya.

Gambar slide 23

5. Terarah pada anak Perkawinan terbuka pada prokreasi (keturunan) yang terjadi dalam hubungan
persetubuhan suami istri, serta usaha mendidik anak dengan sebaik-baiknya (khususnya
pendidikan iman). Perkawinan terbuka pada prokreasi (keturunan) yang terjadi dalam hubungan
persetubuhan suami istri, serta usaha mendidik anak dengan sebaik-baiknya (khususnya
pendidikan iman). 6. Perkawinan sebagai sakramen Perkawinan ini terjadi antara dua orang yang
dibaptis (baik baptis Katolik maupun Kristen). Perkawinan ini terjadi antara dua orang yang dibaptis
(baik baptis Katolik maupun Kristen). Sifat hakiki perkawinan : (KHK, Kan. 1056) Sifat hakiki
perkawinan : (KHK, Kan. 1056) 1. Monogami (= seorang pria dan seorang wanita) 2. Tak terceraikan
(= ikatan perkawinan tidak terputuskan oleh kemauan suami istri sendiri ataupun kuasa manusia,
mis. Instansi tertentu, kecuali karena kematian pasangannya / kematian secara wajar).

Gambar slide 24

Proses menuju perkawinan : Proses menuju perkawinan : 1. Menghadap ketua lingkungan setempat
2. Menghadap pastor paroki 3 bulan sebelum hari pernikahan, sambil menyelesaikan surat-surat
yang dibutuhkan baik oleh Gereja maupun catatan sipil 3. Menghadap pastor paroki untuk
menjalani penyelidikan kanonik 4. Pengumuman di Gereja sebanyak 3 kali (3 minggu) Tata
peneguhan perkawinan : (KHK, Kan 1108 par 1) Tata peneguhan perkawinan : (KHK, Kan 1108 par
1) Perkawinan hanyalah sah bila : 1. Dilangsungkan di hadapan ordinaris wilayah (Uskup) atau
pastor paroki atau imam maupun diakon - yang diberi delegasi oleh salah satu dari mereka itu
yang meneguhkannya, 2. Serta dihadapan 2 orang saksi

Gambar slide 25

Perkawinan campur : Perkawinan campur : 1. Perkawinan beda Agama = perkawinan yang terjadi
antara seorang yang sudah dibaptis dalam Gereja Katolik, atau yang sudah diterima di dalamnya,
dengan seorang yang tidak dibaptis. Maka untuk mengesahkan perkawinan ini diperlukan
DISPENSASI dari ordinaris wilayah (Uskup) 2. Perkawinan beda Gereja = Perkawinan yang terjadi
antara seorang yang sudah dibaptis dalam Gereja Katolik, atau yang sudah diterima di dalamnya,
dengan seorang yang dibaptis dalam Gereja Kristen. Maka untuk mengesahkan perkawinan ini
diperlukan IZIN dari ordinaris wilayah (Uskup).

Gambar slide 26

VI. SAKRAMEN IMAMAT Melalui sakramen imamat / tahbisan seseorang diangkat menjadi pemimpin
resmi dalam Gereja, baik dalam pelayanan sakramen-sakramen maupun dalam seluruh kehidupan
dan kegiatan Gereja. Melalui sakramen imamat / tahbisan seseorang diangkat menjadi pemimpin
resmi dalam Gereja, baik dalam pelayanan sakramen-sakramen maupun dalam seluruh kehidupan
dan kegiatan Gereja. Dkl. Dengan sakramen tahbisan orang diangkat untuk menggembalakan
Gereja dengan sabda dan rahmat Allah (LG 11) Melalui tahbisan suci, seseorang boleh mengambil
bagian dalam imamat Yesus Kristus, khususnya imamat jabatan. Imamat jabatan inilah yang
menjadikan seseorang bertindak atas nama Kristus dan atas nama seluruh Gereja. Melalui tahbisan
suci, seseorang boleh mengambil bagian dalam imamat Yesus Kristus, khususnya imamat jabatan.
Imamat jabatan inilah yang menjadikan seseorang bertindak atas nama Kristus dan atas nama
seluruh Gereja.

Gambar slide 27

Imamat jabatan hendaklah dimengerti dan dihayati sebagai salah satu bentuk pelayanan (LG 24).
Dkl. Melalui tahbisan orang menjadi pelayan Kristus dan sekaligus pelayan Gereja. Imamat jabatan
hendaklah dimengerti dan dihayati sebagai salah satu bentuk pelayanan (LG 24). Dkl. Melalui
tahbisan orang menjadi pelayan Kristus dan sekaligus pelayan Gereja. Dalam Gereja Katolik, ada 3
jenjang tahbisan suci : Dalam Gereja Katolik, ada 3 jenjang tahbisan suci : 1. Tahbisan Uskup (LG
21) 2. Tahbisan Imam (LG 28) 3. Tahbisan Diakon (LG 29) Inti sakraman tahbisan adalah
penumpangan tangan oleh Uskup atas orang yang tertahbis dan doa pencurahan Roh Kudus. Inti
sakraman tahbisan adalah penumpangan tangan oleh Uskup atas orang yang tertahbis dan doa
pencurahan Roh Kudus. Tahbisan merupakan meterai atau tanda rohani yang tidak terhapuskan
dan tidak dapat diulang atau dikembalikan. Tahbisan merupakan meterai atau tanda rohani yang
tidak terhapuskan dan tidak dapat diulang atau dikembalikan.

Gambar slide 28

VII. SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT Dalam Gereja Katolik ada suatu kebiasaan untuk
mendoakan orang sakit. Dalam Gereja Katolik ada suatu kebiasaan untuk mendoakan orang sakit.
Gereja mengimani bahwa di dalam doa, Allah sungguh berkarya untuk menyembuhkan yang sakit
dan memberkan keselamtan padanya. Secara nyata kebiasaan ini tampak dalam penerimaan
sakramen pengurapan orang sakit (cfr. Yak 5:14-16). Gereja mengimani bahwa di dalam doa, Allah
sungguh berkarya untuk menyembuhkan yang sakit dan memberkan keselamtan padanya. Secara
nyata kebiasaan ini tampak dalam penerimaan sakramen pengurapan orang sakit (cfr. Yak 5:14-

16). Selain doa resmi, dilakukan juga pengolesan dengan minyak pengurapan orang sakit (OI =
Oleum Infirmorum) Selain doa resmi, dilakukan juga pengolesan dengan minyak pengurapan orang
sakit (OI = Oleum Infirmorum)

Gambar slide 29

Melalui sakramen pengurapan orang sakit, seseorang dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan
bangkit dengan mulia, yang menjadi sumber pengharapan dan kekuatan bagi si sakit. (Cfr. LG 11)
Melalui sakramen pengurapan orang sakit, seseorang dipersatukan dengan Kristus yang wafat dan
bangkit dengan mulia, yang menjadi sumber pengharapan dan kekuatan bagi si sakit. (Cfr. LG 11)
Sakramen pengurapan orang sakit hanya diberikan kepada orang yang sakit berat. Sakramen
pengurapan orang sakit hanya diberikan kepada orang yang sakit berat. Hal yang penting
diperhatikan adalah bahwa penerimaan sakramen ini bukan dimaksudkan untuk mereka yang
sudah hampir menemui ajal, tetapi hendaklah diberikan kepada mereka sewaktu belum parah,
sehingga ia dapat ikut serta dalam perayaan perminyakan suci. Hal yang penting diperhatikan
adalah bahwa penerimaan sakramen ini bukan dimaksudkan untuk mereka yang sudah hampir
menemui ajal, tetapi hendaklah diberikan kepada mereka sewaktu belum parah, sehingga ia dapat
ikut serta dalam perayaan perminyakan suci.

Gambar slide 30

Sakramen ini jangan dipandang sebagai yang mendatangkan maut atau mempercepat kematian,
tetapi dipahami sebagai karya Allah yang akan menyelamatkan (menyembuhkan) si sakit. Allah
sungguh berperan bagi si sakit, baik menyembuhkan atau memanggil si sakit ke hadapan-Nya
untuk selamanya. Sakramen ini jangan dipandang sebagai yang mendatangkan maut atau
mempercepat kematian, tetapi dipahami sebagai karya Allah yang akan menyelamatkan
(menyembuhkan) si sakit. Allah sungguh berperan bagi si sakit, baik menyembuhkan atau
memanggil si sakit ke hadapan-Nya untuk selamanya. Sakramen ini hanya boleh diberikan oleh
Imam atau Uskup, dengan mengolesan minyak orang sakit (OI = Oleum Infirmorum) di dahi dan
tangan si sakit. Sakramen ini hanya boleh diberikan oleh Imam atau Uskup, dengan mengolesan
minyak orang sakit (OI = Oleum Infirmorum) di dahi dan tangan si sakit. Sakramen ini dapat
diterima berulang kali. Sakramen ini dapat diterima berulang kali.
Download "SAKRAMEN-SAKRAMEN Kata sakramen berasal dari bahasa Latin sacramentum yang berarti :
hal-hal yang berkaitan dengan yang kudus atau yang ilahi. Kata."

Anda mungkin juga menyukai