Anda di halaman 1dari 19

TUGAS ANALISA AIR

ASIDIMETRI

Oleh :
MIKA KRISNAWATI
SEPTIYANI IKA F.

28102477 J
28102488 J

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat,
hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang
berjudul ASIDIMETRI
Penyusunan tugas ini merupakan salah satu pemenuhan tugas mata kuliah
Analisa Air, Program Studi Diploma III Analis Kesehatan Universitas Setia Budi,
Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Nur Hidayati, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Analisa
Air, Program Studi D III Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan
2.

Universitas Setia Budi, Surakarta.


Teman-teman D III Analis Kesehatan dan semua pihak yang telah banyak
membantu dan memberikan dukungan sehingga tugas ini data terselesaiakan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih ada

kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan
tugas ini. Penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk semua pihak

Surakarta,

Juli 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

B. Asidimetri

C. Uraian bahan

BAB III METODE PENELITIAN

10

A. Alat Dan Bahan

10

B. Prosedur Percobaan

11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

12

A. Data Standarisasi

12

B. Analisis Data

12

C. Pembahasan

13

BAB V KESIMPULAN

16

DAFTAR PUSTAKA

17

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah
dengan melalui proses titrasi asidimetri. Cara ini cukup menguntungkan
karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga
cukup tinggi.
Titrasi asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar
asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah
HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat.
Selain dalam air, reaksi asam basa juga dapat berlangsung dalam
pelarut non air. Sebenarnya pemeriksaan ini agak baru dalam pemeriksaan
kimia, tetapi untuk pemakaiannya kini digunakan untuk senyawa organik
maupun anorganik, sesungguhnya dalam titrasi bebas air ini juga berlangsung
reaksi netralisasi.
Walaupun cara ini terhitung baru namun para analis telah merasakan
betapa cara ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya untuk senyawa
yang tidak dapat larut dalam air,dapat larut dalam air, dapat larut dalam
pereaksi yang mudah didapat dan dikenal. Sehingga untuk menentukan
kadarnya

tidak

kesulitan

dalam

mencari

pelarut

yang

lain

untuk

melarutkannya. Keuntungan lain dengan pemakaian metode ini adalah karena


dalam percobaan digunakan pelarut non air seperti asam asetat glacial, pelarut
ini memiliki kekuatan asam basa yang sangat kuat.

Dalam bidang analis kesehatan, asidimetri dapat digunakan untuk


menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini,
penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk
mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna,
begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.

B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari karya tulis ini adalah untuk
mengetahui dan mempelajari tentang asidimetri seperti membuat larutan
standart, menstandarisasikan larutan tersebut dengan cara titrasi serta
menetapkan konsentrasi larutan standart tersebut.
Kedua, untuk mengetahui asidimetri sampel air no.9.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar
larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam
ditetesi dengan larutan basa, atausebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen
(asam dn basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam
atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan.
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan
naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH
larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan
asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk
S, yang pada ttik tengahnya merupakan titik ekuivalen.
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk
menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa.
Kebanyakan asam dan basa organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan
berair, tetapi sebagian senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut dalam
air. Namun demikian umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut
organik, karena itu senyawa organik itu dapat ditentukan dengan titrasi asam
basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan larutan baku
asam kuat misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa digunakan larutan
basakuat misalnya NaOH. Tiik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan
bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan
peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer.

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titik ekuivalen
4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa
lemah, jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan
tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104 .pH berubah secara drastis bila
volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul
ke molekul lain. Dalam air proton biasnya tersolvasi sebagai H30. Reaksi asam
basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan
perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur.
Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi
pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan imertri.
Kata metri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur.
I dan O dalam hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with
atau off). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi
asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pengukuran
dengan asam (yang diukur dalam jumlah basa atau garam).
Pada kedua jenis titrasi diatas, dipergunakan indikator yang sejenis yaitu
fenolftalein (PP) dan metil orange (MO). Hal tersebut dilakukan karena jika
menggunkan indikator yang lain, misalnya TB, MG atau yang lain, maka
trayek pHnya sangat jauh dari ekuivalen
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air sebagai
pelarut,

tetapi

digunakan

pelarut

organic.Seperti

diketahui

dengan

menggunakan pelarut air, asam atau basa dapat dititrasi dengan basa atau asam

baku lain, seperti halnya asam-asaam organic atau alakaloida-alkaloida,cara


titrasi dalam lingkungan air tidak dapat dilakukan, karena di samping sukar
larut dalam air,juga kurang reaktif dalam air.
Pelarut yang digunakan dalam titrasi lingkungasn bebas air dapat dibagi
menjadi dua golongan :
a. Pelarut protolitis
Atau disebut pelarut inert, proto-proton tidak tidak memberi atau
menerima, misalnya benzen, nitrobenzene, klorobenzen, dan kloroform.
b. Pelarut amfiprotolitis
Pelarut ini dapat menerima atau memberi proton.Dengan demikian
dapat bersifat sebagai suatu asam atau basa.

B. Asidimetri
Asidimetri yaitu kelompok dari titrasi netralisasi. Asidimetri sering
juga disebut dengan titrasi asidimetri.
Titrasi asidimetri adalah titrasi larutan yang bersiofat basa (basa
bebas, dan larutan garam-garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah)
dengan larutan standart asam.
Larutan

standart/larutan

baku

adalah

suatu

larutan

yang

konsentrasinya telah diketahui dengan pasti dan teliti. Dimana, proses


penambahan larutan standart ke dalam larutan analit sampai terjadi reaksi
sempurna disebut proses titrasi.
Dalam proses titrasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1.

Indikator titrasi, yaitu zat kimia lain, analit atau titran yang sengaja
ditambahkan pada proses titrasi untuk mengetahui titik ekivalen.

2.

Titik Ekivalen/titik akhir teoritis, yaitu saat dimana reaksi tepat


berlangsung sempurna.

3.

Titik Akhir titrasi, yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah


menunjukkan warna dan titrasi harus dihentikan.
Dalam titrasi juga perlu diperhatikan larutan standart primernya

dan larutan standart sekundernya. Larutan standart primer yaitu suatu zat yang
sudah diketahui kemurniannya dengan pasti, konsentrasinya dapat diketahui
dengan pasti dan teliti berdasarkan berat zat yang dilarutkan.
Larutan standart sekunder adalah suatu zat yang tidak murni atau
kemurniannya tidak diketahui, konsentrasi larutannya hanya dapat diketahui
dengan teliti melalui proses standarisasi, standarisasi dilakukan dengan cara
menitrasi larutan tersebut dengan larutan standart primer. Serta faktor yang
paling penting adalah ketepatan dalam pemilihan indikator agar kesalahan
titrasi yang terjadi menjadi sekecil mungkin.
Di dalam pembuatan larutan standart asam yang biasa dipakai adalah
HCl dan H2SO4. Asam nitrat (HNO3) tidak dipakai karena mempunyai sifat
yang tidak stabil dan mudah mengeluarkan gas NO, lagipula HNO 3 adalah
suatu oksidator kuat, sehingga dapat merusak indikator. Untuk titrasi yang
memerlukan pemanasan, lebih baik memakai H2SO4, sebab asam ini tidak
mudah menguap pada pemanasan, tetapi dalam beberapa hal misalnya dengan
air kapur dan air barit dapat membentuk endapan, sehingga sering

menyulitkan. Dengan HCl kurang baik, karena HCl sering keluar sebagai gas
pada pemanasan. Namun demikian, titrasi yang terbanyak adalah memakai
HCl, sebab umumnya HCl membentuk garam yang mudah larut dalam air.
Larutan

standart

yang

diinginkan

biasanya

dibuat

dengan

mengencerkan asam yang pekat. Tetapi dalam pengenceran sering diperoleh


konsentrasi yang tidak tepat, hanya mendekati saja, oleh sebab itu perlu
distandarisasikan.

C. Uraian bahan
1. Natrium hidroksida (1:412)
Nama resmi

: Natrii hydroxydum

Nama lain

: Natrium hidroksida

RM/BM

: NaOH/40,00

Pemerian

: Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering,


rapuh dan mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan
korosif. Segera menyerap CO2

Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) .

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kandungan

: Mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah


dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 2,5%
Na2CO3

Khasiat

: -

Kegunaan

: Sebagai zat tambahan

2. Asam Oksalat
Asam oksalat merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus
H2C2O4, yang nama sistematisnya adalah asam etanadioat. Asam organic
yang terdapat pada senyawa ini relatif lebih kuat. Kekuatan asam senyawa
ini 10.000 kali lebih kuat dari asam asetat. Asam dikarboksilat yang sangat
sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH. Dalam
senyawa ini, yang dikenal sebagai oksalat ada pada anionnya. Nama lain
dari oksalat adalah agen pereduktor. Asam oksalat akan membentuk
endapan yang tak larut bila direaksikan dengan banyak ion logam. Salah
satu contoh dari reaksi ini adalah kalsium oksalat (CaOOC-COOCa).
Selain itu, asam oksalat adalah asam dikarboksilat yang hanya
terdiri dari dua atom C pada masing-masing molekul, yang menyebabkan
dua gugus karboksilat berada berdampingan. Letak gugus karboksilat yang
berdampingan ini mengakibatka asam oksalat mempunyai konstanta
dissosiasi yang lebih besar daripada asam-asam organik lain. Besar
konstanta disosiasi yang dimiliki oleh asam oksalat ini adalah (K1) =
6,24.10-2 dan K2 = 6,1.10-5).

Dengan adanya besar konstanta dissosiasi dapat dibuktikan bahwa


asam oksalat lebih kuat daripada senyawa homolognya dengan rantai atom
karbon lebih panjang. Walaupun asam oksalat lebih kuat daripada senyawa
organic lain, namun senyawa

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Alat Dan Bahan


1. Untuk membuat larutan standart NaOH 0,1 N

Alat
Gelas Kimia
Gelas Arloji
Neraca
Gelas Ukur
Labu Takar
Bahan
NaOH padat
Aquades
2. Untuk membuat standarisasi dengan asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O)
Alat
Neraca
Gelas Arloji
Labu Erlenmeyer
Corong
Buret
Bahan
Larutan NaOH
Asam Oksalat (H2C2O4 . 2H2O)
Phenolpthaleine (pp)
Aquades
B. Prosedur Percobaan
1.

Prosedur standarisasi NaOH dengan H2C2O4


a. Memipet H2C2O4 sebanyak 1 ml dalam tabung erlenmeyer

b. Menambahka 3 tetes indikator pp 1%


c. Mentitrasi dengan NaOH dari buret sampai terbentuk warna merah
muda yang konstan
2.

Prosedur penetapan kadar sampel


a.Memipet sampel air kemudian dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer
b. Menambah 3 tetes indikator pp 1%
c.Mentitrasi dengan larutan NaOHG standars sampai terjadi warna merah
yang konstan (pH 8,3)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Standarisasi
1. Untuk membuat larutan standart NaOH 0,1 N
No.

Bahan/Zat

Volume

Nama dan N Volume (ml)

1.
2.
3.

H2C2O4
H2C2O4
H2C2O4

Bahan (ml)
1 ml
1 ml
1 ml

Titran
NaOH
NaOH
NaOH

2. Data Titrasi Sampel

Titran
8,8 ml
9,0 ml
8,9 ml

No.

Bahan/Zat

Volume

Nama dan N Volume (ml)

1.
2.
3.
4.

Sampel air no. 9


Sampel air no. 9
Sampel air no. 9
Sampel air no. 9

Bahan (ml)
5 ml
10 ml
10 ml
10 ml

Titran
NaOH
NaOH
NaOH
NaOH

Titran
5 ml
9,5 ml
9 ml
9,5 ml

B. Analisis Data
Berdasarkan data hasil standarisasi yang telah dilakukan, maka
diperoleh bahwa :
1.

Perhitungan Standarisasi NaOH dengan H2C2O4


(V.N) NaOH = (V.N) H2C2O4
(8,965 . N) NaOH = 1 x 0,1001
NaOH = 0,011
Asam oksalat
=

126,02
2

= 63,01
2.

Perhitungan Kadar Sampel


a. Keasaman (HCl)
=

(9,5 x 0,011) NaOH x 36,5 x 1000


10

= 381,425 ppm
b. Sebagai Asam oksalat
=

(9,5 x 0,011) NaOH x 63,01 x 1000


10

= 658,4545 ppm

C. Pembahasan
Titrasi atau analisa volumetric adalah salah satu cara pemakaian
jumlah zat kimia yang yang luas pemakaiannya. Pada dasarnya cara titrimetri
ini terdiri dari pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk
bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang akan ditentukan. Larutan
pereaksi ini biasanya diketahui kepekatannya dengan pasti dan disebut
pentitter atau larutan baku. Sedangkan proses pembentukan atau penambahan
pentitter ke dalam larutan zat yang akan ditentukan disebut titrasi.
Salah satu jenis reaksi dalam titrasi, dalah reaksi netralisasi
(asidimetri). Asidimetri merupakan metode titrasi asam basa. Asidimetri yaitu
titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa.
Indicator merupakan suatu senyawa organic yang kompleks dan
digunakan untuk menentukan titik akhir suatu reaksi netralisasi.Dalam metode
asidimetri digunakan indicator fenolftalein dan metil jingga. Fenolftalein
memiliki range PH 8,3-10. Penggunaan fenolftalein dalam metode asidimetri
karena dalam metode asidimetri, karena dalam metode asidimetri yang akan
ditentukan adalah kadar basa.
Perubahan warna suatu indicator tergantung konsentrasi ion hydrogen
(H+) yang ada dalam larutan dan tidak menunjukkan kesempurnaan reaksi
atau ketetapan netralisasi. Indikator PH asam basa adalah suatu idikator atau
zat yang dapat berubah warna apabila PH lingkungan berubah. Misalnya biru

brometil (BB), dilarutkan asam menjadi warna kuning, tetapi dalam larutan
basa menjadi biru. Macam-macam indicator yang sering digunakan dalam
metode asidimetri adalah sebagai berikut :

Baku primer dalah pembakuan dengan cara menimbang seksama zat


yang diketahui kemurniannya, sedangkan baku sekunder adalah pembakuan
yang dilakukan dengan menggunakan larutan baku yang diketahui.
Pada penentuan kadar sampel air no. 9 percobaan asidimetri diatas,
diperoleh nilai kadar keasaman sampel air no. 9 pada adalah sebesar 381,425
ppm. Kadar keasaman sampel air no. 9 sebagai asam oksalat adalah sebesar
658,4545.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat


disimpulkan bahwa :
1.

Standarisasi Larutan NaOH dengan menggunakan asam oksalat


(H2C2O4 . 2H2O)

didapatkan harga normalitas yang berbeda dari setiap

percobaan, yaitu :

Volume sampel 1 ml, memiliki volume titrasi = 8,8 ml

Volume sampel 1 ml, memiliki volume titrasi = 9,0 ml

Volume sampel 1 ml, memiliki volume titrasi = 8,9 ml

2.

Hasil titrasi sampel air no 9 dengan menggunakan NaOH didapatkan


harga yang berbeda dari setiap percobaan, yaitu :

Volume sampel 5 ml, memiliki kadar sampel = 5 ml

Volume sampel 10 ml, memiliki kadar sampel = 9,5 ml

Volume sampel 10 ml, memiliki kadar sampel = 9 ml

Volume sampel 10 ml, memiliki kadar sampel = 9,5 ml

3.

Keasaman air pada sampel no. 9 HCl adalah 381,425 ppm

4.

Keasaman air pada sampel no. 9 sebagai asam oksalat adalah 658,4545
ppm

DAFTAR PUSTAKA

Abudarin. 2002. Buku Ajar Kimia Analisis II. Palangkaraya : FKIP, Jurusan
PMIPA, Program Studi Pendidikan Kimia Universitas
Palangkaraya.
Anonim. Tanpa tahun. PenuntunPraktikum Kimia Analisis.
Rival, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Universitas Indonesia.
Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai