Anda di halaman 1dari 15

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Di Indonesia

Di tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Hukum Bisnis

Nama Kelompok :
Allan M.Z.K

(111040101)

Anita Mulia Putri

(111040107)

Epi Linah

(111040109)

Turini

(111040131)

Aini Indriani

(111040133)

Tingkat/Semester: II/IV
Kelas : Akuntansi D
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Jl. Pemuda No. 32 Telp. (0231) 206558 Cirebon 45132
http://unwagati-crb.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang untuk setiap ciptaan-Nya. Berkat karunia dan hidayahNya yang telah memberi kemudahan khususnya bagi kami dalam menyusun tugas
makalah ini. Makalah mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di Indonesia ini
kami buat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis.
Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen pembimbing Mata Kuliah Pengantar Hukum
Bisnis yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Saran dan kritik yang

membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi semua orang, khususnya bagi yang membaca makalah ini.

Cirebon, April 2013

Penulis

BAB I
Pendahuluan
1.

Latar Belakang

Isu-isu tentang HAKI kini semakin beredar, karena kesadaran masyarakat akan
pengakuan kekayaan intelektual. Sejalan dengan berkembangnya HAKI di Indonesia,
kasus-kasus pelanggaran dan sengketa HAKI semakin marak. HAKI di Indonesia telah
diserahkan pengelolaan dan regulasinya pada Dirjen HAKI. Pada bab II nanti kita akan
membahas HAKI secara umum, dan jenis HAKI yang kami khususkan pada Paten,
Merek, dan Hak Cipta.
1.

Rumusan Masalah

Berikut rumusan masalah yang menjabarkan keseluruhan isi pada makah ini :
1

Apa yang dimaksid dengan HAKI?

Bagaimana perkembangan HAKI di Indonesia?

Bagaimana regulasi Hak Cipta di Indonesia?

Bagaimana regulasi Hak Paten di Indonesia?

Bagaimana regulasi Hak Merek di Indonesia?

1.

Tujuan dan Manfaat

Setiap penulisan makalah tentu agar adanya manfaat dan tujuan yang ingin dicapai.
Berikut tujuan dan manfaat dalam penulisan makalah ini :
1.

Dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan pembaca tentang HAKI


di Indonesia

2.

Dapat mengurangi kasus-kasus pelanggaran HAKI di Indonesia

3.

Dapat menjadi bahan pada penulisan makalah yang mengangkat tema HAKI
selanjutnya

BAB II
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
1.1 Definisi HAKI
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) ini merupakan
padanan dari bahasa Inggris Intellectual Property Right. Kata intelektual tercermin
bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk
pemikiran manusia (the Creations of the Human Mind) (WIPO, 1988:3).
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif yang diberikan suatu
peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Secara
sederhana HAKI mencakup Hak Cipta, Hak Paten dan Hak Merk. Namun jika dilihat lebih
rinci HAKI merupakan bagian dari benda (Saidin : 1995), yaitu benda tidak berwujud
(benda imateriil).
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk dalam bagian hak atas benda tak
berwujud (seperti Paten, merek, dan hak cipta). Hak Atas Kekayaan Intelektual sifatnya
berwujud, berupa informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sastra, keterampilan dan
sebagainya yang tidak mempunyai bentuk tertentu.
Dari istilah Hak atas kekayaan intelektual, ada 3 kata kunci dari istilah tersebut yaitu :

Hak adalah benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat


sesuatu ( karena telah ditentukan oleh undang-undang ),atau wewenang menurut
hukum.

Kekayaan adalah perihal yang ( bersifat, ciri ) kaya, harta yang menjadi milik
orang, kekuasaan.

Intelektual adalah cerdas, berakal dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu


pengetahuam

Jadi pada intinya Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) itu adalah hak tidak berwujud yang di
berikan kepada perorangan/kelompok orang untuk berbuat atas segala hasil karya
intelektual, seperti teknologi, seni, musik, lukisan, karya tulis, gambar, dan banyak lagi.
1.2 Prinsip-prinsip yang mendasari HAKI

Prinsip Keadilan (The Principle of Natural Justice)

Berdasarkan prinsip ini, hukum memberikan perlindungan kepada pencipta berupa suatu
kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingan yang disebut hak. Pencipta yang
menghasilkan suatu karya bedasarkan kemampuan intelektualnya wajar jika diakui hasil
karyanya.

Prinsip Ekonomi (The Economic Argument)

Berdasarkan prinsip ini HAKI memiliki manfaat dan nilai ekonomi serta berguna bagi
kehidupan manusia. Nilai ekonomi pada HAKI merupakan suatu bentuk kekayaan bagi
pemiliknya, pencipta mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap karyanya
seperti dalam bentuk pembayaran royalti terhadap pemutaran musik dan lagu hasil
ciptanya.

Prinsip Kebudayaan (The Cultural Argument)

Berdasarkan prinsip ini, pengakuan atas kreasi karya sastra dari hasil ciptaan manusia
diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat untuk mendorong melahirkan
ciptaan baru. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan, seni dan sastra sangat berguna bagi peningkatan taraf kehidupan,
peradaban dan martabat manusia. Selain itu, HAKI juga akan memberikan keuntungan
baik bagi masyarakat, bangsa maupun negara.

Prinsip Sosial (The Social Argument)

Berdasarkan prinsip ini, sistem HAKI memberikan perlindungan kepada pensipta tidak
hanya untuk memenuhi kepentingan individu, persekutuan atau kesatuan itu saja
melainkan berdasarkan keseimbangan individu dan masyarakat. Bentuk keseimbangan
ini dapat dilihat pada ketentuan fungsi sosial dan lisensi wajib dalam undang-undang hak
cipta Indonesia.
1.3 Dasar Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual di Indonesia
Pengaturan hukum terdapat hak kekayaan intelektual di Indonesia dapat ditemukan
dalam:
1.

UU Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

2.

UU Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten

3.

UU Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

4.

UU Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang

5.

UU Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri

6.

UU Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

7.

UU Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Varietas Tanaman

1.4 Direktorat Jendral HAKI Indonesia

Di Indonesia badan yang berwenang dalam mengurusi HaKI adalah Direktorat Jendral
Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI. Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut Ditjen HaKI mempunyai
tugas menyelenggarakan tugas departemen di bidang HaKI berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan Menteri.
Ditjen HaKI mempunyai fungsi :

Perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan teknis di bidang HaKI;

Pembinaan yang meliputi pemberian bimbingan, pelayanan, dan penyiapan


standar di bidang HaKI;

Pelayanan Teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Direktorat


Jenderal HaKI.

Di dalam organisasi Direktorat Jenderal HaKI terdapat susunan sebagai berikut :

Sekretariat Direktorat Jenderal;

Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, tata letak Sirkuit terpadu, dan Rahasia
Dagang;

Direktorat Paten;

Direktorat Merek;

Direktorat Kerjasama dan Pengembangan Hak Kekayaan Intelektual;

Direktorat Teknologi Informasi;

Pada tahun 1994, Indonesia masuk sebagai anggota WTO (World Trade Organization)
dengan meratifikasi hasil Putaran Uruguay yaitu Agreement Astablishing the World
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Salah satu
bagian terpenting darti persetujuan WTO adalah Agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights Including Trade In Counterfeit Goods (TRIPs). Sejalan
dengan TRIPs, pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi konvensi-konvensi
Internasional di bidang HaKI, yaitu :

Paris Convention for the protection of Industrial Property and Convention


Establishing the World Intellectual Property Organization, dengan Keppres No. 15
Tahun 1997 tentang perubahan Keppres No. 24 Tahun 1979;

Patent Coorperation Treaty (PCT) and Regulation under the PTC, dengan Keppres
NO. 16 Tahun 1997;

Trademark Law Treaty(TML) dengan Keppres No. 17 Tahun 1997;


d. Bern Convention for the Protection of Literaty and Artistic Works dengan Keppres
No. 18 tahun 1997;

WIPO copyrights treadty (WCT) dengan Keppres No. 19 tahun 1997;

Di dalam dunia internasional terdapat suatu badan yang khusus mengurusi masalah
HaKI yaitu suatu badan dari PBB yang disebut WIPO (WORLD INTELLECTUAL PROPERTY
ORGANIZATIONS). Indonesia merupakan salah satu anggota dari badan tersebut dan
telah diratifikasikan dalam Paris Convention for the Protection of Industrial Property and
Convention establishing the world Intellectual Property Organization, sebagaimana telah
dijelaskan diatas.
Memasuki millenium baru, hak kekayaan intelektual menjadi isu yang sangat penting
yang selalu mendapat perhatian baik dalam forum nasional maupun internasional.
Dimasukkannya TRIPs dalam paket persetujuan WTO di tahun 1994 menandakan
dimulainya era baru perkembangan HaKI diseluruh dunia. Dengan demikian saat ini
permasalahan HaKI tidak dapat dilepaskan dari perdagangan dan investasi. Pentingnya
HaKI dalam pembangunan ekonomi dalam perdagangan telah memacu dimulainya era
baru pembangunan ekonomi yang berdasar ilmu pengetahuan.
1.5 Hak Cipta
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku(Pasal 2 ayat 1 UUHC). Dikatakan hak khusus atau sering juga
disebut hak eksklusif yang berarti hak tersebut hanya diberikan kepada pencipta dan
tentunya tidak untuk orang lain selain pencipta.
Hak khusus meliputi :

hak untuk mengumumkan;

hak untuk memperbanyak.

Ciptaan yang dilindungi.


Dalam undang undang ini, ciptaan yang dilindungi adlah ciptaan dalam bidang ilmu
pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup:

Buku, program, dan semua hasil karya tulid lain.

Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu.

Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan da ilmu pengetahuan.

Lagu atau music dengan atau tanpa teks.

Drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan pantonim.

Masa berlaku hak cipta.


Dalam pasal 29 sampai dengan pasal 34 Undang undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta diatur masa / jangka waktu untuk suatu ciptaan. Dengan demikian,
jangka waktu tergantung dari jenis ciptaan.

Hak cipta atas suatu ciptaan berlaku selama hidup pencipta dan terus menerus
berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meniggal dunia. Ciptaan yang dimiliki
oleh dua orang atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal
dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta yang hidup
terlama meniggal, antara lain:

Buku, pamphlet, dan semua hasil karya tulis lainnya,

Lagu atau music dengan atau tanpa teks,

Drama atau drama musical, tari, koreografi,

Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi,
seni pahat, seni patung,

Arsitektur,

Hak atas ciptaan dimiliki atau dipegang oleh suatu badan hukum berlaku selama
50 tahun sejak pertama kali diumumkan, antara lain:

Program computer,

Senimatografi,

Fotografi,

Database, dan

Karya hasil pengalihan wujud

Untuk perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 tahun sejak
pertama kali diterbitkan.

Untuk ciptaan yang tidak diketahui siapa penciptanya dan peninggalan sejarah
prasejarah benda budaya nasional dipegang oleh Negara, jangka waktu berlaku
tanpa batas waktu.

Untuk ciptaan yang belum diterbitkan dipegang leh Negara, ciptaan yang sudah
diterbitkan sebagi pemegang hak cipta dan ciptaan sudah diterbitkan tidak diketahui
pencipta dan penerbitnya dipegang oleh Negara dan jangka waktu selama 50 tahun
sejak ciptaan tersebut pertama kali diketahui secara umum.

Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena:
a. Pewarisan;
b. Hibah;
c. Wasiat;
d. Perjanjian tertulis; atau
e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pendaftaran Hak Cipta

Pendaftaran hak cipta bukanlah merupakan persyaratan untuk memperoleh perlindungan


hak cipta (pasal 5 dan pasal 38 UUHC). Artinya, seorang pencipta yang tidak
mendaftarkan hak cipta juga mendapatkan perlindungan, asalkan ia benar-benar
sebagai pencipta suatu ciptaan tertentu. Pendaftaran bukanlah jaminan mutlak bahwa
pendaftar sebagai pencipta yang dilindungi hukum. Dengan kata lain Undang-Undang
Hak Cipta melindungi pencipta, terlepas apakah ia mendaftarkan ciptaannya atau tidak.
Penyelesaian sengketa.
Pemegang hak cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada pengadilan niaga
atas pelanggaran hak cipta dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan
atau hasil perbanyakan ciptaan itu. Namun, apabila putusan pengadilan niaga tidak
memberikan hasil yang baik maka dapat diajukan permohonankasasi ke Mahkamah
Agung.
Pelanggaran terhadap hak cipta.
Pelanggaran terhadap hak cipta telah diatur dalam Pasal 72 dan Pasal 73 Undang
undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dapat dikenakan hukum pidana dan
perampasan oleh Negara untuk dimusnahkan.
Perkembangan Perundang-undangan Mengenai Hak Cipta di Indonesia
Setelah masa revolusi sampai tahun 1982, Indonesia masih memakai UU pemerintah
kolonial Belanda Auteurswet 1912, sampai saat Undang-Undang Hak Cipta Nasional
pertama diberlakukan tahun 1982. Berdasarkan Undang-undang Hak Cipta (UUHC) No. 6
tahun 1982, perlindungan atas para Pencipta dianggap kurang memadai dibandingkan
dengan yang diberikan oleh hukum Hak Cipta di luar negeri. Misalnya, perlindungan Hak
Cipta umumnya berlaku selama hidup Pencipta dan 25 tahun setelah meninggalnya
Pencipta. Kategori karya-karya yang Hak Ciptanya dilindungi pun terbatas karena hakhak yang berkaitan dengan Hak Cipta (neighbouring rights), misalnya, tidak memperoleh
perlindungan hukum.
Pada tahun 1987, UU Hak Cipta Indonesia direvisi dan skala perlindungan pun diperluas.
Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1987 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.
6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, diberlakukan tidak sama untuk setiap bidang ciptaan..
Pada tahun 1997, UU Hak Cipta Indonesia direvisi lebih lanjut guna mengarahkan hukum
Indonesia memenuhi kewajibannya pa TRIPs. Hak yang berkaitan dengan Hak Cipta
(neighbouring rights) secara khusus diakui dan dilindungi dalam bagian UU baru
tersebut. Walaupun demikian, banyak karya yang dianggap termasuk dalam hak-hak
yang berkaitan dengan Hak Cipta ternyata diikutsertakan dalam pasal umum mengenai
kategori karya-karya yang hak ciptanya dilindungi.

Pengaturan ketentuan mengenai perlindungan Hak Cipta ini, dalam Undang-undang Hak
Cipta No. 12 tahun 1997 banyak mengalami perubahan, menyangkut karena adanya
perubahan dan penataan pengelompokan mengenai jenis-jenis ciptaan. Di antara
perubahan mengenai perlindungan Hak Cipta tersebut yaitu adanya tambahan ketentuan
baru yang dimasukkan dalam Undang-undang Hak Cipta 1997, berupa pengaturan halhal sebagai berikut:

Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan Negara berupa hasil
kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, maka lamanya perlindungan berlaku
tanpa batas waktu.

Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan Negara karena suatu
ciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan, maka lamanya
perlindungan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya cipta tersebut
pertama kali diketahui umum.

Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang dan dilaksanakan oleh penerbit karena
suatu ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui penciptanya atau pada ciptaan
tersebut hanya tertera nama samar-an penciptanya, maka lamanya perlindungan
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya cipta tersebut pertama kali
diterbitkan.

Hak Moral dari suatu ciptaan jangka waktu perlindungannya tanpa batas waktu.

Dasar perhitungan jangka waktu perlindungan Hak Cipta bertitik tolak pada
tanggal 1 Januari tahun berikutnya atau tahun yang ber-jalan setelah ciptaan
tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan atau pencipta meninggal
dunia.

Ketentuan ini tidak berarti mengurangi hak Pencipta atas jangka waktu perlindungan Hak
Cipta yang dihitung sejak lahirnya suatu ciptaan, apabila tanggal tersebut diketahui
secara jelas.
Tolok ukur untuk mengukur terjadinya pelanggaran Hak Cipta diubah dari ukuran
kuantitatif (10 %) menjadi ukuran kualitatif yang sesuai dengan kebanyakan undangundang di luar negeri. Revisi tahun 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam
definisi karya kreatif (Pasal 1 ayat 2). Hal yang menarik di sini adalah di pertahankannya
sistern pendaftaran Hak Cipta secara sukarela. Pendaftaran sebenarnya dilakukan dalam
rangka penyediaan bukti-bukti guna menyelesaikan sengketa jika terjadi masalah di
kemudian hari.
Pada akhirnya, pada tahun 2002, Undang-undang Hak Cipta No. 12 tahun 1997 (UUHC)
dicabut dan digantikan UHHC yang baru yaitu Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19
Tahun 2002 yang memuat perubahan-perubahan untuk disesuaikan dengan TRIPs dan
penyempurnaan beberapa hal yang perlu untuk memberi perlindungan bagi karya-karya
intelektual di bidang Hak Cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya

intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya


tradisisonal Indonesia.Di dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 yang
baru juga dimuat beberapa ketentuan baru.
1.6 Paten
Dalam pasal 1 butir 1 Undang undang Nomor 14 Tahun 2001 tetang Paten. Paten
merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor atas hasil
invensinya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
invensinya atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan.
Lingkup Paten.
Paten diberikan untuk invensi yang baru dan mengandung langkah inventif serta dapat
diterapkan dalam industry. Namun, suatu invensi merupakan hal yang tidak dapat
diduga sebelumnya dan harus dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang ada pada
saat pertama kali diajukan permohonan. Dengan demikian, invensi dianggap baru jika
pada tanggal penerimaan invensi tersebut tidak sama dengan teknologi yang
diungkapkan sebelumnya. Oleh karena itu, suatu invensi dapat diterapkan dalam
industry jika invensi dapat dilaksanakan dalam industry sesuai dengan apa yang
diuraikan dalam permohonan. Setiap invensi berupa produk atau alat yang baru dan
mempunyai nilai kegunaan praktis disebabkan oleh bentuk, konfigurasi, kontruksi, atau
komponennya dapat memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk paten sederhana.
Sementara itu, paten yang tidak diberikan untuk invensi meliputi sebagai berikut :

Proses atau produk, pengumuman, penggunaan atau pelaksanaannya


bertentanagan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku, moralitas
agama, ketertiban umum, atau kesusilaan.

Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan, dan pembedahan yang ditetapkan


terhadap manusia / hewan.

Teori yang metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika, atau

Semua makhluk hidup, kecuali jasad renik,

Proses biologi yang esesial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali
proses nonbiologis atau mikrobiologis.

Jangka Waktu Paten


Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Paten
diberikan untuk jangka waktu selama 20 tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan dan
jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang, sedangkan untuk Paten sederhana diberikan
jangka waktu 10 tahun, terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu tidak
dapat diperpanjang. Oleh karena itu, tanggal dimulai dan berakhirnya jangka waktu
Paten dicatat dan diumumkan.

Permohonan Paten
Sementara itu, Paten diberikan atas dasar permohonan. Setiap permohonan hanya dapat
diajukan untuk satu invensi atau beberapa invensi yang merupakan satu kesatuan
invensi. Namun, permohonan dapat berubah dari paten menjadi paten sederhana.
Sebaliknya, perubahan ini dilakukan oleh pemohon dengan tetap memperhatikan
ketentuan dalam perundang-undangan.
Pengalihan Paten
Berdasarkan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang paten, patendapat
beralih atau dialihkan baik seluruh maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wasiat,
perjanjian tertulis, atau sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundangundangan. Setiap segala bentuk pengalihan paten wajib dicatat dan diumumkan di
Direktorat Jenderal pengalihan paten yang tidak sesuai dengan di atas tidak sah dan
batal demi hukum.
Lisensi Paten
Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian
lisensi untuk melaksanakan perbuatan hukum sebagaimana di perjanjikan; berlangsung
untuk jangka waktu lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik
Indonesia. Namun, perjanjian lisensi harus dicatat dan diumumkan dan dikenakan biaya.
Sementara itu, pelaksanakan lisensi wajib disertai pembayaran royalty oleh penerima
lisensi kepada pemegang paten, besarnya royalti yang harus dibayarkan ditetapkan oleh
direktorat jenderal.
Paten Sederhana
Paten sederhana hanya diberikan untuk satu invensi, dicatat, dan diumumkan di
Direktorat Jenderal sebagai bukti hak kepada pemegang hak sederhana diberiakn
sertifikat paten sederhana. Selain itu, paten sederhana tidak dapat dimintakan lisensi
wajib
Penyelesaian Sengketa
Pemegang paten atau penerima lisensi berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada
pengadilan niaga tehadap siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dengan perundang-undangan ini. Namun, jika dalam
keputusan pengadilan niaga tidak memberikan kepastian para pihak dapat
menyelesaikan sengketa melalui arbitrase atau alternative penyelesaian sengketa.
Pelanggaran Terhadap Hak Paten
Pelanggaran terhadap Hak Paten merupakan tindakan delik aduan, seperti diatur dalam
pasal 130 sampai dengan pasal 135 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang

Paten, dapat dikenakan hukum pidana dan perampasan oleh Negara untuk
dimusnahkan.
1.7 Hak Merek
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, merek
adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Hak atas merek adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar
umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek atau
memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakanya.
Jenis-Jenis Merek
Jenis-jenis merek dapat dibagi menjadi merek dagang, merek jasa, dan merek kolektif.

Merek Dagang

Merek dagang merupakan merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenisnya.

Merek Jasa

Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

Merek Kolektif

Merek kolektif merupakan merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum
secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau hal sejenis lainnya.
Merek yang Tidak Dapat Didaftar

Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas


agama, kesusilaan, atau ketertiban umum;

Tidak memiliki daya pembeda;

Telah menjadi milik umum; atau

Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohon
pendaftarannya.

Merek Yang Ditolak


Permohonan merek yang ditolak oleh Direktorat Jenderal Merek, antara lain

Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik


pikah lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa yang
sejenis;

Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhanya dengan merek yang


sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasigeografis yang sudah dikenal,

Serupa atau mempunyai nama orang terkenal, foto atau nama badan hukum
yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;

Merupakan tiruan atau mempunyai nama atau singkatan nama, bendera,


lambang, symbol, emblem Negara, lambang nasional maupun internasional, kecuali
atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;

Pendaftaran Merek
Setiap permohonan merek diajukan kepada Direktorat Jenderal Merek Departemen
Kehakiman dan HAM dan setiap permohonan yang telah disetujui akan memperoleh
sertifikat merek yang terdaftar dalam daftar umum merek.
Jangka Waktu
Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 tahun sejak
tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan dapat diperpanjang dengan jangka
waktu yang sama.
Peralihan Hak Merek Terdaftar
Hak merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena pewarisan, wasiat, hibah,
perjanjian, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Sementara itu, setiap pengalihan hak atas merek wajib dimohonkan pencatatnya di
Direktorat Jenderal Merek uantuk dicatat dalam daftar umum merek.
Lisensi
Pemilik merek terdaftar berhak memberikan lisensi kepada pihyak lain dengan perjanjian
bahwa penerima lisensi akan menggunakan merek tersebut untuk sebagian atau seluruh
jenis barang atau jasa. Sementara itu, perjanjian lisensi wajib dimohonkan
pencatatannya pada Direktorat Jenderal Merek.
Merek Kolektif
Permohonan pendaftaran merek dagang atau merek jasa sebagai merek kolektif hanya
dapat diterima apabila dalam permohonan dengan jelas dinyatakan bahwa merek
tersebut akan digunakan sebagai merek kolektif. Penggunaan merek kolektif harus
memenuhi persyaratan, antara lain:

Sifat, ciri umum, mutu barang, atau jasa yang akan diproduksi dan
diperdagangkan;

Peraturan baik pemilik merek kolektif untuk melakukan pengawasan yang efektif
atas penggunaan merek tersebut;

Sanksi atas pelanggaran peraturan penggunaan merek kolektif. Sementara itu,


merek kolektif terdaftar tidak dapat dilisensikan kepada pihak lain.

Penghapusan dan Pembatalan Pendaftaran merek


Penghapusan pendaftaran merek dari daftar umum merek dapat dilakukan atas prakasa
Direktorat Jenderal berdasarkan permohonan pemilik merek yang bersangkutan.
Penghapusan pendaftaran merek atas prakasa Direktorat Jenderal dapat dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut.

Merek tidak digunakan selama 3 tahun berturut-turut dalam perdagangan barang


dan/atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila
ada alasan yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal.

Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan
jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termaksud pemakaian merek
yang tidak sesuai dengan merek yang terdaftar.

Penyelesaian Sengketa
Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain secara tanpa hak
menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau seluruhnya
untuk barang atau jasa yang sejenis, berupa

Gugatan ganti rugi, dan/atau

Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek


tersebut.
Selain penyelesaian gugatan sebagaimana diatas maka para pihak dapat
menyelesaikan sengketa melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.

BAB III
Kesimpulan

Kekayaan intelektual pada masa sekarang sudah diakui sebagai hak milik pribadi, untuk
itu dibentuklah undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan HAKI. Di Indonesia
HAKI diatur oleh Dirjen HAKI. Banyak kasus-kasus pelanggaran terhadap HAKI saat ini,
untuk itu diperlukan penguatan kembali undang-undang yang berlaku dan pengawasan
ketat terhadap HAKI oleh Dirjen HAKI, juga perlu ditingkatkan lagi pengetahuan
masyarakat luas tentang HAKI (Hak, Pelanggaran, dan Sanksi).

Daftar Pustaka :
http://vandoyo.wordpress.com/2007/11/27/uu-nomor-19-tahun-2002-tentang-hakcipta/
http://lailly0490.blogspot.com/2010/06/hak-kekayaan-intelektual.html
http://marutosuka.blogspot.com/2012/04/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki.html
http://artikelhki.blogspot.com/2012/04/pengertian-hki.html

Anda mungkin juga menyukai