Hak Atas Kekayaan Intelektual
Hak Atas Kekayaan Intelektual
Nama Kelompok :
Allan M.Z.K
(111040101)
(111040107)
Epi Linah
(111040109)
Turini
(111040131)
Aini Indriani
(111040133)
Tingkat/Semester: II/IV
Kelas : Akuntansi D
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
Jl. Pemuda No. 32 Telp. (0231) 206558 Cirebon 45132
http://unwagati-crb.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang untuk setiap ciptaan-Nya. Berkat karunia dan hidayahNya yang telah memberi kemudahan khususnya bagi kami dalam menyusun tugas
makalah ini. Makalah mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di Indonesia ini
kami buat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Bisnis.
Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen pembimbing Mata Kuliah Pengantar Hukum
Bisnis yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi semua orang, khususnya bagi yang membaca makalah ini.
Penulis
BAB I
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Isu-isu tentang HAKI kini semakin beredar, karena kesadaran masyarakat akan
pengakuan kekayaan intelektual. Sejalan dengan berkembangnya HAKI di Indonesia,
kasus-kasus pelanggaran dan sengketa HAKI semakin marak. HAKI di Indonesia telah
diserahkan pengelolaan dan regulasinya pada Dirjen HAKI. Pada bab II nanti kita akan
membahas HAKI secara umum, dan jenis HAKI yang kami khususkan pada Paten,
Merek, dan Hak Cipta.
1.
Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah yang menjabarkan keseluruhan isi pada makah ini :
1
1.
Setiap penulisan makalah tentu agar adanya manfaat dan tujuan yang ingin dicapai.
Berikut tujuan dan manfaat dalam penulisan makalah ini :
1.
2.
3.
Dapat menjadi bahan pada penulisan makalah yang mengangkat tema HAKI
selanjutnya
BAB II
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
1.1 Definisi HAKI
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) atau Hak Milik Intelektual (HMI) ini merupakan
padanan dari bahasa Inggris Intellectual Property Right. Kata intelektual tercermin
bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk
pemikiran manusia (the Creations of the Human Mind) (WIPO, 1988:3).
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif yang diberikan suatu
peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Secara
sederhana HAKI mencakup Hak Cipta, Hak Paten dan Hak Merk. Namun jika dilihat lebih
rinci HAKI merupakan bagian dari benda (Saidin : 1995), yaitu benda tidak berwujud
(benda imateriil).
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk dalam bagian hak atas benda tak
berwujud (seperti Paten, merek, dan hak cipta). Hak Atas Kekayaan Intelektual sifatnya
berwujud, berupa informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sastra, keterampilan dan
sebagainya yang tidak mempunyai bentuk tertentu.
Dari istilah Hak atas kekayaan intelektual, ada 3 kata kunci dari istilah tersebut yaitu :
Kekayaan adalah perihal yang ( bersifat, ciri ) kaya, harta yang menjadi milik
orang, kekuasaan.
Jadi pada intinya Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) itu adalah hak tidak berwujud yang di
berikan kepada perorangan/kelompok orang untuk berbuat atas segala hasil karya
intelektual, seperti teknologi, seni, musik, lukisan, karya tulis, gambar, dan banyak lagi.
1.2 Prinsip-prinsip yang mendasari HAKI
Berdasarkan prinsip ini, hukum memberikan perlindungan kepada pencipta berupa suatu
kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingan yang disebut hak. Pencipta yang
menghasilkan suatu karya bedasarkan kemampuan intelektualnya wajar jika diakui hasil
karyanya.
Berdasarkan prinsip ini HAKI memiliki manfaat dan nilai ekonomi serta berguna bagi
kehidupan manusia. Nilai ekonomi pada HAKI merupakan suatu bentuk kekayaan bagi
pemiliknya, pencipta mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap karyanya
seperti dalam bentuk pembayaran royalti terhadap pemutaran musik dan lagu hasil
ciptanya.
Berdasarkan prinsip ini, pengakuan atas kreasi karya sastra dari hasil ciptaan manusia
diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat untuk mendorong melahirkan
ciptaan baru. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan, seni dan sastra sangat berguna bagi peningkatan taraf kehidupan,
peradaban dan martabat manusia. Selain itu, HAKI juga akan memberikan keuntungan
baik bagi masyarakat, bangsa maupun negara.
Berdasarkan prinsip ini, sistem HAKI memberikan perlindungan kepada pensipta tidak
hanya untuk memenuhi kepentingan individu, persekutuan atau kesatuan itu saja
melainkan berdasarkan keseimbangan individu dan masyarakat. Bentuk keseimbangan
ini dapat dilihat pada ketentuan fungsi sosial dan lisensi wajib dalam undang-undang hak
cipta Indonesia.
1.3 Dasar Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual di Indonesia
Pengaturan hukum terdapat hak kekayaan intelektual di Indonesia dapat ditemukan
dalam:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Di Indonesia badan yang berwenang dalam mengurusi HaKI adalah Direktorat Jendral
Hak Kekayaan Intelektual, Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI. Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut Ditjen HaKI mempunyai
tugas menyelenggarakan tugas departemen di bidang HaKI berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan Menteri.
Ditjen HaKI mempunyai fungsi :
Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, tata letak Sirkuit terpadu, dan Rahasia
Dagang;
Direktorat Paten;
Direktorat Merek;
Pada tahun 1994, Indonesia masuk sebagai anggota WTO (World Trade Organization)
dengan meratifikasi hasil Putaran Uruguay yaitu Agreement Astablishing the World
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Salah satu
bagian terpenting darti persetujuan WTO adalah Agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights Including Trade In Counterfeit Goods (TRIPs). Sejalan
dengan TRIPs, pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi konvensi-konvensi
Internasional di bidang HaKI, yaitu :
Patent Coorperation Treaty (PCT) and Regulation under the PTC, dengan Keppres
NO. 16 Tahun 1997;
Di dalam dunia internasional terdapat suatu badan yang khusus mengurusi masalah
HaKI yaitu suatu badan dari PBB yang disebut WIPO (WORLD INTELLECTUAL PROPERTY
ORGANIZATIONS). Indonesia merupakan salah satu anggota dari badan tersebut dan
telah diratifikasikan dalam Paris Convention for the Protection of Industrial Property and
Convention establishing the world Intellectual Property Organization, sebagaimana telah
dijelaskan diatas.
Memasuki millenium baru, hak kekayaan intelektual menjadi isu yang sangat penting
yang selalu mendapat perhatian baik dalam forum nasional maupun internasional.
Dimasukkannya TRIPs dalam paket persetujuan WTO di tahun 1994 menandakan
dimulainya era baru perkembangan HaKI diseluruh dunia. Dengan demikian saat ini
permasalahan HaKI tidak dapat dilepaskan dari perdagangan dan investasi. Pentingnya
HaKI dalam pembangunan ekonomi dalam perdagangan telah memacu dimulainya era
baru pembangunan ekonomi yang berdasar ilmu pengetahuan.
1.5 Hak Cipta
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku(Pasal 2 ayat 1 UUHC). Dikatakan hak khusus atau sering juga
disebut hak eksklusif yang berarti hak tersebut hanya diberikan kepada pencipta dan
tentunya tidak untuk orang lain selain pencipta.
Hak khusus meliputi :
Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu.
Hak cipta atas suatu ciptaan berlaku selama hidup pencipta dan terus menerus
berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meniggal dunia. Ciptaan yang dimiliki
oleh dua orang atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal
dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta yang hidup
terlama meniggal, antara lain:
Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi,
seni pahat, seni patung,
Arsitektur,
Hak atas ciptaan dimiliki atau dipegang oleh suatu badan hukum berlaku selama
50 tahun sejak pertama kali diumumkan, antara lain:
Program computer,
Senimatografi,
Fotografi,
Database, dan
Untuk perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50 tahun sejak
pertama kali diterbitkan.
Untuk ciptaan yang tidak diketahui siapa penciptanya dan peninggalan sejarah
prasejarah benda budaya nasional dipegang oleh Negara, jangka waktu berlaku
tanpa batas waktu.
Untuk ciptaan yang belum diterbitkan dipegang leh Negara, ciptaan yang sudah
diterbitkan sebagi pemegang hak cipta dan ciptaan sudah diterbitkan tidak diketahui
pencipta dan penerbitnya dipegang oleh Negara dan jangka waktu selama 50 tahun
sejak ciptaan tersebut pertama kali diketahui secara umum.
Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena:
a. Pewarisan;
b. Hibah;
c. Wasiat;
d. Perjanjian tertulis; atau
e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Pendaftaran Hak Cipta
Pengaturan ketentuan mengenai perlindungan Hak Cipta ini, dalam Undang-undang Hak
Cipta No. 12 tahun 1997 banyak mengalami perubahan, menyangkut karena adanya
perubahan dan penataan pengelompokan mengenai jenis-jenis ciptaan. Di antara
perubahan mengenai perlindungan Hak Cipta tersebut yaitu adanya tambahan ketentuan
baru yang dimasukkan dalam Undang-undang Hak Cipta 1997, berupa pengaturan halhal sebagai berikut:
Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan Negara berupa hasil
kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, maka lamanya perlindungan berlaku
tanpa batas waktu.
Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan Negara karena suatu
ciptaan tidak diketahui penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan, maka lamanya
perlindungan berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya cipta tersebut
pertama kali diketahui umum.
Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang dan dilaksanakan oleh penerbit karena
suatu ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui penciptanya atau pada ciptaan
tersebut hanya tertera nama samar-an penciptanya, maka lamanya perlindungan
berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya cipta tersebut pertama kali
diterbitkan.
Hak Moral dari suatu ciptaan jangka waktu perlindungannya tanpa batas waktu.
Dasar perhitungan jangka waktu perlindungan Hak Cipta bertitik tolak pada
tanggal 1 Januari tahun berikutnya atau tahun yang ber-jalan setelah ciptaan
tersebut diumumkan, diketahui oleh umum, diterbitkan atau pencipta meninggal
dunia.
Ketentuan ini tidak berarti mengurangi hak Pencipta atas jangka waktu perlindungan Hak
Cipta yang dihitung sejak lahirnya suatu ciptaan, apabila tanggal tersebut diketahui
secara jelas.
Tolok ukur untuk mengukur terjadinya pelanggaran Hak Cipta diubah dari ukuran
kuantitatif (10 %) menjadi ukuran kualitatif yang sesuai dengan kebanyakan undangundang di luar negeri. Revisi tahun 1997 juga menambahkan konsep keaslian dalam
definisi karya kreatif (Pasal 1 ayat 2). Hal yang menarik di sini adalah di pertahankannya
sistern pendaftaran Hak Cipta secara sukarela. Pendaftaran sebenarnya dilakukan dalam
rangka penyediaan bukti-bukti guna menyelesaikan sengketa jika terjadi masalah di
kemudian hari.
Pada akhirnya, pada tahun 2002, Undang-undang Hak Cipta No. 12 tahun 1997 (UUHC)
dicabut dan digantikan UHHC yang baru yaitu Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19
Tahun 2002 yang memuat perubahan-perubahan untuk disesuaikan dengan TRIPs dan
penyempurnaan beberapa hal yang perlu untuk memberi perlindungan bagi karya-karya
intelektual di bidang Hak Cipta, termasuk upaya untuk memajukan perkembangan karya
Proses biologi yang esesial untuk memproduksi tanaman atau hewan, kecuali
proses nonbiologis atau mikrobiologis.
Permohonan Paten
Sementara itu, Paten diberikan atas dasar permohonan. Setiap permohonan hanya dapat
diajukan untuk satu invensi atau beberapa invensi yang merupakan satu kesatuan
invensi. Namun, permohonan dapat berubah dari paten menjadi paten sederhana.
Sebaliknya, perubahan ini dilakukan oleh pemohon dengan tetap memperhatikan
ketentuan dalam perundang-undangan.
Pengalihan Paten
Berdasarkan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang paten, patendapat
beralih atau dialihkan baik seluruh maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wasiat,
perjanjian tertulis, atau sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundangundangan. Setiap segala bentuk pengalihan paten wajib dicatat dan diumumkan di
Direktorat Jenderal pengalihan paten yang tidak sesuai dengan di atas tidak sah dan
batal demi hukum.
Lisensi Paten
Pemegang paten berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan perjanjian
lisensi untuk melaksanakan perbuatan hukum sebagaimana di perjanjikan; berlangsung
untuk jangka waktu lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik
Indonesia. Namun, perjanjian lisensi harus dicatat dan diumumkan dan dikenakan biaya.
Sementara itu, pelaksanakan lisensi wajib disertai pembayaran royalty oleh penerima
lisensi kepada pemegang paten, besarnya royalti yang harus dibayarkan ditetapkan oleh
direktorat jenderal.
Paten Sederhana
Paten sederhana hanya diberikan untuk satu invensi, dicatat, dan diumumkan di
Direktorat Jenderal sebagai bukti hak kepada pemegang hak sederhana diberiakn
sertifikat paten sederhana. Selain itu, paten sederhana tidak dapat dimintakan lisensi
wajib
Penyelesaian Sengketa
Pemegang paten atau penerima lisensi berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada
pengadilan niaga tehadap siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dengan perundang-undangan ini. Namun, jika dalam
keputusan pengadilan niaga tidak memberikan kepastian para pihak dapat
menyelesaikan sengketa melalui arbitrase atau alternative penyelesaian sengketa.
Pelanggaran Terhadap Hak Paten
Pelanggaran terhadap Hak Paten merupakan tindakan delik aduan, seperti diatur dalam
pasal 130 sampai dengan pasal 135 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang
Paten, dapat dikenakan hukum pidana dan perampasan oleh Negara untuk
dimusnahkan.
1.7 Hak Merek
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, merek
adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsure-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Hak atas merek adalah hak
eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar
umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek atau
memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakanya.
Jenis-Jenis Merek
Jenis-jenis merek dapat dibagi menjadi merek dagang, merek jasa, dan merek kolektif.
Merek Dagang
Merek dagang merupakan merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan barang-barang sejenisnya.
Merek Jasa
Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
Merek Kolektif
Merek kolektif merupakan merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum
secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau hal sejenis lainnya.
Merek yang Tidak Dapat Didaftar
Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohon
pendaftarannya.
Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasigeografis yang sudah dikenal,
Serupa atau mempunyai nama orang terkenal, foto atau nama badan hukum
yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;
Pendaftaran Merek
Setiap permohonan merek diajukan kepada Direktorat Jenderal Merek Departemen
Kehakiman dan HAM dan setiap permohonan yang telah disetujui akan memperoleh
sertifikat merek yang terdaftar dalam daftar umum merek.
Jangka Waktu
Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 tahun sejak
tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan dapat diperpanjang dengan jangka
waktu yang sama.
Peralihan Hak Merek Terdaftar
Hak merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena pewarisan, wasiat, hibah,
perjanjian, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.
Sementara itu, setiap pengalihan hak atas merek wajib dimohonkan pencatatnya di
Direktorat Jenderal Merek uantuk dicatat dalam daftar umum merek.
Lisensi
Pemilik merek terdaftar berhak memberikan lisensi kepada pihyak lain dengan perjanjian
bahwa penerima lisensi akan menggunakan merek tersebut untuk sebagian atau seluruh
jenis barang atau jasa. Sementara itu, perjanjian lisensi wajib dimohonkan
pencatatannya pada Direktorat Jenderal Merek.
Merek Kolektif
Permohonan pendaftaran merek dagang atau merek jasa sebagai merek kolektif hanya
dapat diterima apabila dalam permohonan dengan jelas dinyatakan bahwa merek
tersebut akan digunakan sebagai merek kolektif. Penggunaan merek kolektif harus
memenuhi persyaratan, antara lain:
Sifat, ciri umum, mutu barang, atau jasa yang akan diproduksi dan
diperdagangkan;
Peraturan baik pemilik merek kolektif untuk melakukan pengawasan yang efektif
atas penggunaan merek tersebut;
Merek digunakan untuk jenis barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan
jenis barang atau jasa yang dimohonkan pendaftaran, termaksud pemakaian merek
yang tidak sesuai dengan merek yang terdaftar.
Penyelesaian Sengketa
Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain secara tanpa hak
menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau seluruhnya
untuk barang atau jasa yang sejenis, berupa
BAB III
Kesimpulan
Kekayaan intelektual pada masa sekarang sudah diakui sebagai hak milik pribadi, untuk
itu dibentuklah undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan HAKI. Di Indonesia
HAKI diatur oleh Dirjen HAKI. Banyak kasus-kasus pelanggaran terhadap HAKI saat ini,
untuk itu diperlukan penguatan kembali undang-undang yang berlaku dan pengawasan
ketat terhadap HAKI oleh Dirjen HAKI, juga perlu ditingkatkan lagi pengetahuan
masyarakat luas tentang HAKI (Hak, Pelanggaran, dan Sanksi).
Daftar Pustaka :
http://vandoyo.wordpress.com/2007/11/27/uu-nomor-19-tahun-2002-tentang-hakcipta/
http://lailly0490.blogspot.com/2010/06/hak-kekayaan-intelektual.html
http://marutosuka.blogspot.com/2012/04/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki.html
http://artikelhki.blogspot.com/2012/04/pengertian-hki.html