Bab V - Asam Amino Dan Protein
Bab V - Asam Amino Dan Protein
BAB V
ASAM AMINO DAN PROTEIN
NAMA
NIM
: 013021211007
DOSEN
ASISTEN
BAB I
PENDAHULUAN
protein.
Membandingkan sifat-sifat golongan primer alami (protein)
BAB II
LANDASAN TEORI
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N
yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung gula
terpor belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan
tembaga. (Winarno, 1997).
Protein yang ditemukan kadang-kadang berkonjugasi dengan makromolekul
atau mikromolekul seperti lipid, polisakarida dan mungkin fosfat. Protein
terkonjugasi yang dikenal antara lain nukleoprotein, fosfoprotein, metaloprotein,
lipoprotein, flavoprotein dan glikoprotein. Protein yang diperlukan organisme dapat
diklasifikasikan menjadi dua golongan utama, ialah pertama; protein sederhana, yaitu
protein yang apabila terhidrolisis hanya menghasilkan asam amino, dan kedua protein
terkonjugasi, yaitu protein yang dalam hidrolisis tidak hanya menghasilkan asam
amino, tetapi menghasilkan juga komponen organik ataupun komponen anorganik
yang disebut gugus prosthetic (Sumarno, dkk., 2002).
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik
menggunakan enzim maupun asam. Dengan cara ini diperoleh campuran bermacammacam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino maupun kuantitas
masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan antara asam-asam amino
tersebut (Poedjiadi, 1994).
Asam amino terdiri dari sebuah gugus amino, sebuah gugus karboksil, sebuah
atom hydrogen, dan gugus R yang terikat pada sebuah atom C yang dikenal sebagai
karbon , serta gugus R merupakan rantai cabang. (Winarno, 2008)
Ada beberapa metode analisis asam amino, misalnya metode gravimetric,
kalorimetri, mikrobiologi, kromatografi dan elektroforesis. Salah satu metode yang
banyak memperoleh pengembangan ialah metode kromatografi. Macam-macam
kromatografi ialah kromatografi kertas, krometografi lapis tipis dan kromatografi
penukar ion (Poedjiadi, 1994).
Asam amino dan protein secara umum mempunyai sifat-sifat fisik yang sama.
Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang
yangbiasa dijumpai pada protein. Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai
dua gugus pada tiapmolekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang
digambarkan sebagai strukturion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada
asam amino menunjukkan sifat-sifatspesifiknya. Karena asam amino mengandung
kedua gugus tersebut, senyawa ini akanmemberikan reaksi kimia yang yang
mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi
(Girindra, 1993).
Sifat fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung pada jumlah dan jenis
asam aminonnya.
Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi
semua protein tidak larut dalam pelarut lemak.
Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan
berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa
pemisahan protein ini disebut salting out.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung reaksi,
pipet, dan termometer.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah albumin
5%, HCl pekat, HNO3 pekat, NaOH pekat, HCl 10%, NaOH 10%,
CuSO4
10%,
AgNO3
1%,
albumin
telur,
asam
glutamate,
albumin
10%
dan
tetes
NaOH
10%.
Selanjutnya
menambahkan
1ml
larutan
NaOH
10%.
Kemudian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengamatan
4.1.1 Tabel Koagulasi Protein
No
1
2
3
4
5
Perlakuan
2 mL albumin 5% + panaskan
2 mL albumin 5% + 4 mL etanol + HCl pekat
2 mL albumin 5% + beberapa tetes HCl pekat
2 mL albumin 5% + beberapa tetes HNO3 pekat
2 mL albumin 5% + beberapa tetes NaOH pekat
Pengamatan
Albumin mengendap
Albumin mengendap
Albumin mengendap
Tidak ada endapan
Albumin mengendap
Pengamatan
Bening jadi biru
Warna jadi biru muda dan ada
endapan berbentuk helix
Bening jadi biru muda
Terjadi emulsi dan endapan
3
4
5
6
albumin
5 mL air + 4 tetes NaOH 10%
Tidak ada endapan
5 mL albumin 10% + 4 tetes NaOH 10% Tidak ada endapan
4.1.3 Tabel Pengaruh Logam Pada Protein dan Larutan Asam Amino
No
Perlakuan
1 Beberapa tetes AgNO3 1% + 1 mL albumin telur
2 Beberapa tetes AgNO3 1% + 1 mL gelatin
3 Beberapa tetes AgNO3 1% + 1 mL larutan Asam
Pengamatan
Larutan keruh
Tidak terjadi reaksi
Tidak terjadi reaksi
glutamat
Pengamatan
Warna larutan
menjadi ungu (+)
Pengamatan
Warna menjadi jingga kuning (+)
Warna menjadi jingga kuning (+)
Pembahasan
Koagulasi Protein
Pada percobaan koagulasi protein, protein yang digunakan merupakan
albumin putih telur (dalam hal ini albumin 5%). Pada uji ini, albumin ditambahkan
dengan asam asetat dan apabila dipanaskan maka akan terbentuk endapan. Dari hasil
pengamatan didapat bahwa protein menggumpal akibat terjadinya koagulasi pada
protein. Koagulasi yang dimaksud adalah merupakan proses penggumpalan atau
pembekuan sehingga membentuk endapan.
suatu ion karboksilat (-COO2-) maupun suatu ion ammonium (-NH3+) dalam suatu
molekul. Oleh karena itu asam amino bersifat amfoter: asam ini dapat bereaksi
dengan asam (HCl) ataupun dengan basa (NaOH) dalam praktikum, masing-masing
dengan menghasilkan suatu kation atau suatu anion.
Pengendapan ini terjadi apabila protein yang berada dalam keadaan
isoelektrik bermuatan negative bertemu dengan logam yang bermuatan positif
sehinggaa menyebabkan netralisasi dan menghasilkan endapan garam proteinat yang
mengendap dan bersifat reversible.
Larutan protein telur dan susu pada saat ditambah dengan CuSO 4 membentuk
endapan yang berwarna biru. Warna biru ini berasal dari logam Cu 2+ yang berwarna
biru. Saat penambahan CuSO4 berlebih menyebabkan endapan biru tersebut larut
sehingga membentuk larutan yang berwarna biru. Berdasarkan hal ini berarti
pengendapan protein dengan logam berat bersifat reversible.
Reaksi secara umum adalah sebagai berikut:
NH2
NH2
R
MSO4
COO +
COOM
H
Dalam Asam:
H3N
CO2
C
H + H
H3N
CO2H
C
R
Suatu kation
Dalam Basa:
+
CO2
H3N
H + OH
CO2
H2N
H + H2O
R
Suatu anion
4.2.3
diketahui bahwa protein dapat terkoagulasi sebagai akibat dari denaturasi protein.
Denaturasi protein dapat terjadi karena adanya pengaruh dari logam-logam berat. Jika
terjadi denaturasi protein, akan terjadi pula penurunan kelarutan protein dalam air,
sehingga terbentuklah gumpalan-gumpalan putih.
Gumpalan-gumpalan putih ini merupakan endapan yang berasal dari protein
yang diuji, endapan ini terjadi karena adanya reaksi logam Pb dengan protein. Logam
Pb ini merupakan logam yang mengandung ion positif. Dimana salah satu sifat dari
logam yang mengandung ion positif dapan menghasilkan endapan jika direaksikan
dengan protein. Sama halnya dengan Hg yang juga merupakan logam yang
mengandung ion positif yang juga dapat menghasilkan endapan jika direaksikan
dengan protein dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Dimana pengendapan akan terjadi bila protein berada dalam bentuk isoelektrik yang
bermuatan negatif, dengan adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi reaksi
netralisasi dari protein dan dihasilkan garam protein yang mengendap.
Penambahan logam berat seperti AgNO3, Pb-asetat, dan HgCl akan
membentuk endapan logam proteinat. Ikatan yang terbentuk amat kuat dan akan
memutuskan jembatan garam, sehingga protein mengalami denaturasi. Secara
bersamaan gugus COOH dan gugus NH2 yang terdapat dalam protein dapat
bereaksi dengan ion logam berat dan membentuk senyawa kelat. Jumlah endapan
yang yang dihasilkan dipengaruhi oleh kereaktifan logam berat yang ditambahkan.
Logam Ag dan Hg lebih reaktif daripada Pb karena kedua logam tersebut merupakan
logam transisi pada system periodic unsur.
Persamaan reaksi :
R
P
CH NH2 + AgNO3
CH NH2 + HNO 3
COOAg
COOH
protein
R
P
perak nitrat
perak proteinat
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan adanya ikatan peptida lebih dari satu.
Secara teori uji ini positif apabila pada sampel yang direaksikan menghasilkan warna
ungu. Warna ungu tersebut dipengaruhi oleh banyaknya asam amino yang terikat
pada ikatan peptida. Pada percobaan ini dilakukan penambahan NaOH, dimana
penambahan larutan NaOH pada larutan protein tersebut yaitu sebagai katalis yang
berfungsi untuk menghancurkan atau memecahkan protein.
peptidanya kuat, karena apabila ikatan peptidanya lemah saat larutan protein
ditambahkan larutan CuSO4, warna ungunya akan memudar saat dikocok. Uji Biuret
digunakan untuk membuktikan adanya peptida pada larutan protein albumin. Dan
dari hasil percobaan yang telah dilakukan terbukti adanya protein pada larutan
albumin. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
R
NH2
NH2
O
+
CH3 +
HNO 3
NH2
OH
NH2
H 2O
3-amino-3-phenylpropanoic acid
3-amino-4-phenylbutan-2-one
NO 2
HO
HC
COOH +
HO
HNO 3
CH2
COOH
NH2
NO 2
amino(4-hydroxyphenyl)acetic acid
(4-hydroxy-2,6-dinitrophenyl)acetic acid
endapan kuning
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
digunakan
untuk
menguji
atau
yang apabila
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden and Fessenden. 1991. Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Fessenden and Fessenden. 1999. Kimia Organik Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Lampiran
PERTANYAAN PRAPRAKTIK
1 Apa artinya residu, denaturasi, dan polipeptida?
2 Jelaskan mengapa asam glutamat bersifat asam dan lisina adalah
asam amino basa?
3 Apakah tripeptida akan memberikan uji Biuret positif? Jelaskan!
4 Manakah dari berikut yang membedakan protein dan asam amino
biuret, ninhidrin, atau xantoproteat?
JAWABAN
1 Residu adalah asam amino ang terikat satu sama lain melalui
ikatan peptid.
Denaturasi adalah perusakan bentuk tiga dimensi dari molekul
oleh berbagai cara fisis dan kimia.
Polipeptida adalah apabila peptida mengandung lebih dari 10 asam amino.
2 Asam glutamat bersifat asam dan lisina bersifat basa karena struktur asam
glutamat terdapat gugus penentu COOH (gugus penentu asam) sedangkan pada
struktur lisina terdapat gugus penentu NH2 (gugus penentu basa).
3 Uji biuret selalu positif untuk protein, tetapi untuk asam amino tidak. Hasil positif
dinyatakan dengan pembentukan kompleks ungu merah jambu, ika Cu 2+ dalam
larutan basa ditambahkan pada polimer protein yang mengandung ikatan
poliamida, dimana protein adalah poliamida, zat ini dapat dihidrolisis dalam
larutan atau basa, menghasilkan asam bebas. Reaksi ini digambarkan dengan
tripeptida yang residu asam aminonya terikat pada ikatan amidanya.
4 Uji yang membedakan protein dari asam amino yaitu uji biuret dimana sesuai
jawaban no.3, dimana uji biuret selalu positif untuk protein, tetapi tidak untuk
asam amino. Protein adalah poliamida, yang dapat dihidrolisis dalam larutan atau
basa menghasilkan asam bebas. Reaksi ini digambarkan dari ikatan peptida yaitu
peptida yang terdiri dari 3 asam amino.