Anda di halaman 1dari 22

Makalah

TEORI FUNGSIONALISME

DISUSUN
O
L
E
H
NAMA : MELIDAR
NIM
: 1110101010025

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2012

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang


telah meberi hidayah dan inayah-Nya pada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaika makalah ini dengan baik dan lancar.
Serta tak lupa pula kami kami ucapkan terimakasih pada Dosen
yang membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan
makalah yang berjudul Teori Fungsionalisme ini semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan maka dari itu penulis menerima saran
dan kritik yang membangun dari pembaca makalah ini.

Banda Aceh, 01 Juni 2012


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

ii

BAB I, PENDAHULUAN..............................................................................

A. Latar belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................

1
1
1

BAB II, PEMBAHASAN................................................................................

A. Teori Fungsionalisme......................................................
B. Tokoh-Tokoh Tori Fungsional Struktural...........................

2
4

C. Fungsionalisme Struktural Sebagai Sistem Dalam Domain Sosial


............................................................................................. 7

D. Tinjauan Singkat Tentang Teori Fungsional Struktural........................


E. Pengaruh Teori Ini Dalam Kehidupan Sosial........................................

11
13

BAB III, PENUTUP........................................................................................

15

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

15
15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

16

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori Fungsional-struktural adalah sesuatu yang urgen dan sangat bermanfaat
dalam suatu kajian tentang analisa masalah social. Hal ini disebabkan karena studi
struktur dan fungsi masyarakat merupakan sebuah masalah sosiologis yang telah
menembus karya-karya para pelopor ilmu sosiologi dan para ahli teori kontemporer.
Oleh karena itu karena pentingnya pembahasan ini maka kami dari kelompok
3 mengangkat tema ini. Mudah-mudahan dapat bermanfaat.
Fungsionalisme

struktural

atau

lebih

popular

dengan

struktural fungsional merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat


dari teori sistem umum di mana pendekatan fungsionalisme yang
diadopsi dari ilmu alam khususnya ilmu biologi, menekankan
pengkajiannya

tentang

cara-cara

mengorganisasikan

dan

mempertahankan sistem. Dan pendekatan strukturalisme yang


berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal
yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial.
Fungsionalisme struktural atau analisa sistem pada prinsipnya
berkisar pada beberapa konsep, namun yang paling penting adalah
konsep fungsi dan konsep struktur.
B. Rumusan Masalah
1. Apa seluk-beluk teori fungsionalisme?
2. Siapa tokoh-tokoh tori fungsional struktural?
3. Apa fungsionalisme struktural sebagai sistem dalam domain social?

4. Apa tinjauan singkat tentang teori fungsional structural?


5. Apa pengaruh teori ini dalam kehidupan social?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui seluk-beluk teori fungsionalisme?
2. Untuk mengetahui siapa tokoh-tokoh tori fungsional
struktural?

3. Untuk mengetahui fungsionalisme struktural sebagai sistem dalam


domain social?

4. Untuk mengetahui tinjauan singkat tentang teori fungsional structural?


5. Untuk mengetahui pengaruh teori ini dalam kehidupan social?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Fungsionalisme
Teori Fungsionalisme struktural pertama kali dikembangkan
dan dipopulerkan oleh Talcott Parsons. Talcott Parsons adalah
seorang sosiolog kontemporer dari Amerika yang menggunakan
pendekatan fungsional dalam melihat masyarakat, baik yang
menyangkut fungsi dan prosesnya. Pendekatannya selain diwarnai
oleh adanya keteraturan masyarakat yang ada di Amerika juga
dipengaruhi oleh pemikiran Auguste Comte, Emile Durkheim,
Vilfredo Pareto dan Max Weber. Kemunculan Teori Fungsionalisme
Struktural dipengaruhi oleh adanya asumsi kesamaan antara
kehidupan organisme biologis dengan struktur sosial tentang
adanya keteraturan dan keseimbangan dalam masyarakat.
Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu
bahwa masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para
anggotanya

akan

mempunyai

nilai-nilai

kemampuan

kemasyarakatan
mengatasi

tertentu

yang

perbedaan-perbedaan

sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem


yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan.
Dengan demikian masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem
sosial

yang

satu

sama

lain

berhubungan

dan

saling

dibangun

Talcott

ketergantungan.
1. Tindakan Sosial dan Orientasi Subjektif
Teori

Fungsionalisme

Struktural

yang

Parsons dan dipengaruhi oleh para sosiolog Eropa menyebabkan


teorinya

itu

bersifat

empiris,
2

positivistis

dan

ideal.

Pandangannya

tentang

tindakan

manusia

itu

bersifat

voluntaristik, artinya karena tindakan itu didasarkan pada


dorongan kemauan, dengan mengindahkan nilai, ide dan norma
yang disepakati. Tindakan individu manusia memiliki kebebasan
untuk memilih sarana (alat) dan tujuan yang akan dicapai itu
dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi-kondisi, dan apa yang
dipilih tersebut dikendalikan oleh nilai dan norma.
Prinsip-prinsip

pemikiran

Talcott

Parsons,

yaitu

bahwa

tindakan individu manusia itu diarahkan pada tujuan. Di


samping itu, tindakan itu terjadi pada suatu kondisi yang
unsurnya sudah pasti, sedang unsur-unsur lainnya digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Selain itu, secara normatif
tindakan tersebut diatur berkenaan dengan penentuan alat dan
tujuan. Atau dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa tindakan
itu dipandang sebagai kenyataan sosial yang terkecil dan
mendasar, yang unsur-unsurnya berupa alat, tujuan, situasi, dan
norma.
Dengan

demikian,

dalam

tindakan

tersebut

dapat

digambarkan yaitu individu sebagai pelaku dengan alat yang


ada akan mencapai tujuan dengan berbagai macam cara, yang
juga individu itu dipengaruhi oleh kondisi yang dapat membantu
dalam memilih tujuan yang akan dicapai, dengan bimbingan
nilai dan ide serta norma. Perlu diketahui bahwa selain hal-hal
tersebut di atas, tindakan individu manusia itu juga ditentukan
oleh orientasi subjektifnya, yaitu berupa orientasi motivasional
dan orientasi nilai. Perlu diketahui pula bahwa tindakan individu
tersebut dalam realisasinya dapat berbagai macam karena
adanya unsur-unsur sebagaimana dikemukakan di atas.
2. Analisis

Struktural

Fungsional

dan

Diferensiasi

Struktural
Sebagaimana telah diuraikan bahwa Teori Fungsionalisme
Struktural beranggapan bahwa masyarakat itu merupakan

sistem yang secara fungsional terintegrasi ke dalam bentuk


keseimbangan. Menurut Talcott Parsons dinyatakan bahwa yang
menjadi persyaratan fungsional dalam sistem di masyarakat
dapat dianalisis, baik yang menyangkut struktur maupun
tindakan

sosial,

penyesuaian

adalah

dengan

berupa

lingkungan

perwujudan
yang

nilai

menuntut

dan
suatu

konsekuensi adanya persyaratan fungsional.


Perlu
dipenuhi

diketahui
agar

pencapaian

ada

ada

tujuan,

fungsi-fungsi

kelestarian
integrasi

dan

tertentu

sistem,

yang

yaitu

keadaan

harus

adaptasi,

latent.

Empat

persyaratan fungsional yang mendasar tersebut berlaku untuk


semua sistem yang ada. Berkenaan hal tersebut di atas, empat
fungsi tersebut terpatri secara kokoh dalam setiap dasar yang
hidup pada seluruh tingkat organisme tingkat perkembangan
evolusioner. Perlu diketahui bahwa sekalipun sejak semula
Talcott Parsons ingin membangun suatu teori yang besar, akan
tetapi akhirnya mengarah pada suatu kecenderungan yang tidak
sesuai dengan niatnya. Hal tersebut karena adanya penemuanpenemuan mengenai hubungan-hubungan dan hal-hal baru,
yaitu yang berupa perubahan perilaku pergeseran prinsip
keseimbangan yang bersifat dinamis yang menunjuk pada
sibernetika teori sistem yang umum. Dalam hal ini, dinyatakan
bahwa perkembangan masyarakat itu melewati empat proses
perubahan struktural, yaitu pembaharuan yang mengarah pada
penyesuaian evolusinya Talcott Parsons menghubungkannya
dengan

empat

persyaratan

fungsional

di

atas

untuk

menganalisis proses perubahan.


B. Tokoh-Tokoh Tori Fungsional Struktural
1. Herbert Spencer
Adalah ahli sosiologi Inggris pada pertengahan abad ke-19
yang

membahas

tentang

fungsional

struktural

dengan

menganalogikan
Pembahasan

struktur

spencer

biologi

tentang

dengan

struktur

masyrakat

sebagai

sosial.
suatu

organisme hidup terdapat dalam butir-butir ini (Margaret M.


Poloma 2007: 24) :
a. Masyarakat

maupun

organisme

hidup

sama-sama

mengalami pertumbuhan
b. Strukur tubuh-sosial (social body) maupun organisme
hidup (living body) juga mengalami pertumbuhan, dimana
semakin besar suatu struktur sosial maka semakin banyak
pula bagian-bagiannya seperti halnya dengan sistem
biologis yang menjadi semakin kompleks sementara ia
tumbuh menjadi semakin besar.
c. Setiap bagian yang tumbuh di dalam tubuh organisme
biologis maupun organisme sosial memiliki fungsi dan
tujuan tertentu. Misalnya pada manusia struktur biologis
seperti struktur dan fungsi paru-paru berbeda dengan
struktur dan fungsi keluarga sebagai struktur institusional
memiliki tujuan yang berbeda dengan sistem politik atau
ekonomi
d. Di
dalam

sistem

organisme

maupun

sistem

sosial,perubahan pada suatu bagian akan mengakibatkan


perubahan pada bagian lain dan pada akhirnya di dalam
sistem secara keseluruhan. Misalnya perubahan sistem
politik

dari

suatu

pemerintah

pemerintahantotaliter
keluarga,pendidikan,

demokratis

akan
agama

dan

ke

suatu

mempengaruhi
sebagainya.

Bagian-

bagian itus aling berkaitan satu sama lain


e. Bagian-bagian yang saling berkaitan tersebut merupakan
suatu struktur-mikro yang dapat dipelajari secara terpisah.
Demikianlah

maka

sistem

peredaran

atau

sitem

pembuangan merupakan pusat perhatian para spesialis


biologi dan media, seperti halnya sistem politik atau

sistem ekonomi merupakan sasaran pengkajian para ahli


politik dan ekonomi.
Butir-butir yang dikemukakan spencer merupakan model atau
analogi yang tidak harus diterima mentah-mentah, dimana
masyarakat tidak benar-benar mirip dengan organisme hidup,
dimana keduanya memiliki perbedaan yang sangat jelas.
Misalnya saja di dalam sistem organisme yang dianalaogikan
sebagai struktural biologi, bagian-bagian saling terkait dalam
suatu hubungan yang sangat dekat, sedangkan di dalam sistemsosial hubungan yang sangat dekat seperti itu tidak begitu
terlihat jelas, terkadang bagian-bagian tersebut terpisah. Pikiran
spencer yang dilandasi oleh pemikiran comte bahwa masyarakat
dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagianbagian yang saling bergantung satu sama lain.
2. Emile Durkheim
Emile Dukheim adalah seorang sosiolog prancis, durkheim
melihat masyrakat modern sebagai keseluruhan organis yang
memiliki realitas tersendiri, dimana setiap perangkat tersebut
memiliki seperangakat kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu
yang

harus

dipenuhi

oleh

bagian-bagian

yang

menjadi

anggotanya agar dalam keadaan normal, tetap langgeng


(Margaret M. Poloma 2007: 25).
Dimana ada suatu dampak jika kebutuhan atau fungsi-fungsi
tertentu tidak terpenuhi maka akan berkembang suatu keadaan
yang

bersifat

patologis

(keadaan

tidak

seimbang

atau

perubahan sosial, contohnya di dalam masyarakat modern


fungsi ekonomi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi, jika
dalam kehidupan ekonomi mengalami suatu fluktasi yang keras,
maka bagian ini akan mempengaruhi bagian lain dari sistem
tersebut seperti sistem politik, kemudian sistem keluarga dan
kemudian menyebabkan perubahan dalam struktur keagamaan
dan akhirnya mempengaruhi sistem keseluruhannya. Keadaan

patologis

tersebut

akan

teratasi

dengan

sendirinya

yang

mengakibatkan equilibrium keadaan normal atau suatu sistem


yang seimbang.
3. Radcliffe Brown
Fungsionalisme Brown ini merupakan perkembangan dari
teori Fungsional Durkheim. Fungsi dari setiap kegiatan selalu
berulang,

seperti

penghukuman

kejahatan,

atau

upacara

penguburan, adalah merupakan bagian yang dimainkannya


dalam kehidupan social sebagai keseluruhan dan, karena itu,
merupakan

sumbangan

yang

diberikan

bagi

pemelihara

kelangsungan structural (Radcliffe Brown, 1976: 505).


4. Bronislaw Malinowsky
Para
melihat

ahli
pada

antropologi
fakta-fakta

menganalisa

kebudayaan

antropologis dan

dengan

bagian yang

dimainkan oleh fakta-fakta itu dalam system kebudayaan


(Malinowski, 1976: 551).
5. Talcott Parson
Fungsionalisme structural Talcott Parsons terkenal dengan
skema AGIL. Parson yakin bahwa ada empat fungsi penting
yang diperlukan semua system:
a. Adaptation (adaptasi)
Sebuah system harus menanggulangi situasi eksternal
yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan
kebutuhannya.
b. Goal attainment (pencapaian tujuan)
Sebuah system harus mendefenisikan dan mencapai
tujuan utamanya.
c. Integration (integrasi)
Sebuah system harus mengatur antarhubungan bagianbagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus

mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting lainnya


(A, G, L).
d. Latency (latensi atau pemeliharaan pola)
Sebuah system harus memperlengkapi, memelihara, dan
memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola
cultural yang menciptakan dan menopang motivasi.
6. Robert K. Merton
Robert K. Merton, sebagai seorang yang mungkin dianggap
lebih dari ahli teori lainnya telah mengembangkan pernyataan
mendasar dan jelas tentang teori-teori fungsionalisme, merton
merupakan seorang pendukung yang mengajukan tuntutan lebih
terbatas bagi perspektif ini. Mengakui bahwa pendekatan
fungsional-struktural

telah

membawa

kemajuan

bagi

pengetahuan sosiologis.
Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa
fungsional dan disempurnakannya, diantaranya ialah :
a. postulat

pertama,

adalah

kesatuan

fungsional

masyarakat yang dapat dibatasi sebagai suatu keadaan


dimana seluruh bagian dari system sosial bekerjasama
dalam
internal

suatu
yang

tingkatan

keselarasan

memadai,

tanpa

atau

konsistensi

menghasilkan

konflik

berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Atas


postulat ini Merton memberikan koreksi bahwa kesatuan
fungsional yang sempurna dari satu masyarakat adalah
bertentangan dengan fakta. Hal ini disebabkan karena
dalam

kenyataannya

dapat

terjadi

sesuatu

yang

fungsional bagi satu kelompok, tetapi dapat pula bersifat


disfungsional bagi kelompok yang lain.
b. postulat kedua, yaitu fungionalisme universal yang
menganggap

bahwa

seluruh

kebudayaan yang sudah baku

bentuk

sosial

dan

memiliki fungsi-fungsi

positif. Terhadap postulat ini dikatakan bahwa sebetulnya

disamping fungsi positif dari sistem sosial terdapat juga


dwifungsi. Beberapa perilaku sosial dapat dikategorikan
kedalam bentuk atau sifat disfungsi ini. Dengan demikian
dalam analisis keduanya harus dipertimbangkan.
c. postulat ketiga, yaitu indispensability yang menyatakan
bahwa dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide,
objek materiil dan kepercayaan memenuhi beberapa
fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus
dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak
dapat

dipisahkan

dalam

kegiatan

system

sebagai

keseluruhan. Menurut Merton, postulat yang kertiga ini


masih kabur ( dalam artian tak memiliki kejelasan, pen ),
belum jelas apakah suatu fungsi merupakan keharusan.

C. Fungsionalisme Struktural Sebagai Sistem Dalam Domain


Sosial

Dorongan yang besar bagi perkembangan fungsionalisme


datang dari penerbitan karya Talcott Parsons (1902-1978), The
strucrur of social action (1957) [stuktur tindakan sosial], Ahli
sosiologi yang besar ini telah belajar di Jerman, dan didalam kaarya
besarnya yang pertama ia mencoba mengintegrasikan gagasangagasan Durkheim, Weber, Pareto, dan juga gagasan-gagasan ahli
ekonomi Inggris T.H. Marshall, menjadi satu teori tindakan sosial.
Teori ini dengan jelas memberi tekanan kepada fungsionalisme
yang dalam tahun-tahun kemudian akan menjadi lebih kuat.
Menurut Parsons, ide mnegenai kehidupan sosial sebagai
suatu sistem suatu jaringan dari bagian yang berbeda-beda
menjelaskan bagian struktural dari label fungsionalis struktural
yang selalu dikaitkan dengan karyanya. Lebih lanjut, analogi
mengenai sebuah sistem menjelaskan bagian fungsionalisnya.
Jkalau kita menyebut tubuh manusia sebagai suatu sistem, hal itu

bisa dilihat sebagai sesuatu yang memiliki kebutuhan-kebutuhan


tertentu, misalnya kebutuhan makanan dan sejumlah bagianbagian yang saling berhubungan (sistem pencernaan, perut,
intesines,

dan

lain-lain)

yang

fungsinya

adalah

menemukan

kebutuhan-kebutuhan itu. sistem sosial dari tindakan dilihat oleh


Parson sebagai sesuatu yang mempunyai kebutuhan yang harus
dipenuhi kalau mau hidup dan sejumlah bagian-bagian yanbg
berfungsi untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan itu. semua
sistem yang hidup dilihat sebagai sesuatu yang cenderung
mengarah kepada keseimbangan, suatu hubungan yang stabil dan
seimbang

antara

bagian-bagian

yang

terpisah

dan

mempertahankan dirinya secara terpisah dari sistem-sistem lain.


Ada sebuah tradisi dalam pemikiran sosiologi yang lazim
disebut

fungsionalisme

fungsionalis.

Kebaikan

fungsionalisme
yang

bersifat

struktur,
relatif

dari

analisis
tradisi

fungsionalisme bukan hanya diperdebatkan tetapi juga sering


mendapat kritik mendasar yang merusakkan. Walaupun demikian,
tradisi tersebut masih dipegang teguh oleh para pengikutnya.
Gagasan-gagasan inti dari fungsionalisme ialah perspektif
holistis, yaitu sumbangan-sumbangan yang diberikan oleh bagianbagian

demi

tercapainya

tujuan-tujuan

dari

keseluruhan,

kontinuitas dan keserasan dan tata berlandaskan consensus


mengenai nilai-nilai fundamental.
Fungsionalisme struktural bermaksud menjadi suatu teori
umum mengenai masyarakat yang tidak begitu membenarkan
kapitalisme

(walaupun

sering

terjadi

justeru

membenarkan).

Sebagai sesuatu yang memberikan penjelasan dan pemahaman


mengenai kesulitan-kesulitan kapitalisme, tanpa mengutuknya.
Seperti akan kita lihat, hal ini dicapai dengan melihat kesulitankesulitan itu sebagai bagian dari model Parsons yang bersifat
evolutif, menuntun kepada stabilitas dan integrasi yang lebih besar.

10

Teori fungsional ini menganut faham positivisme, sehingga


dalam

melakukan

kajian

haruslah

mengikuti

aturan

ilmu

pengetahuan alam. Dengan demikian, fenomena tidak didekati


secara kategoris, dengan tujuan membangun ilmu dan bukan untuk
tujuan praktis. Analisis teori fungsional bertujuan menemukan
hukum-hukum

universal

keunikan-keunikan

[generalisasi]

[partikularitas].

dan

Dengan

bukan

mencari

demikian,

teori

fungsional berhadapan dengan cakupan populasi yang amat luas,


sehingga

tidak

mungkin

mengambilnya

secara

keseluruhan

sebagai sumber data. Sebagai jalan keluarnya, agar dapat mengkaji


realitas universaaal tersebut maka diperlukan representasi dengan
cara melakukan penarikan sejumlah sampel yang mewakili. Dengan
kata lain, keterwakilan [representatifitas] menjadi sangat penting.
Oleh karena kajian

teori fungsional menekankan upaya

menemukan hubungan kausal dan atau korelasi antar fenomena,


maka metode penelitian ini lebih mengarah kepada pemakaian
teknik

kuantitatif.

Dengan

sendirinya,

metode

survey

lebih

memungkinkan peneliti untuk dapat menguji hubungan kausalitas


antar fenomena. Kedua metode penelitian kuantitatif tersebut
terakhir menjadi sangat populer dimata para eksponen teori
structural fungsional.
Durkheim mengemukakan bahwa ikatan solidaritas mekanis,
yang dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana, laksana
kohesi antara benda-benda mati, sedangkan ikatan solidaritas
organis, yang dijumpai pada masyarakat yang kompleks, laksana
kohesi antara organ hidup. Pernyataan seperti ini mencerninkan
penganutan analogi organis aggapan mengenai adanya persamaan
tertentu antara organis biologis

dengan masyarakat.

Analogi

organis merupakan suatu cara memandang masyarakat yang


banyak kita jumpai dikalangan penganut teori fungsionalisme.
Gambaran yang disajikan Dahrendorf mengenai pokok-pokok teori
fungsionalismeadalah sebagai berikut :

11

1. Setiap masyarakat merupakan suatu struktur unsur yang


relatif gigih dan stabil.
2. Mempunyai struktur unsur yang terintegrasi dengan baik
3. Setiap

unsur

dalam

masyarakat

mempunyai

fungsi,

memberikan sumbangan pada terpeliharanya masyarakat


sebagai suatu sistem.
4. Setiap

struktur

sosial

yang

berfungsi

didasarkan

pada

consensus mengenai nilai dikalangan para anggotanya.


Fungsionalisme

Durkheim

ini

tetap

bertahan

dan

dikembangkan lagi oleh dua orang ahli antropologi abad ke 20,


yaitu Bronislaw Malinowski dan A.R Radcliffe- Brown. Keduanya
dipengaruhi oleh ahli-ahli sosiologi yang melihat masyarakat
sebagai organisme hidup, dan keduanya menyumbang buah fikiran
mereka tentang hakikat analisa fungsional yang dibangun diatas
model organis. Didalam batasannya tentang beberapa konsep
dasar fungsionalisme dalam ilmu-ilmu sosial, pemahaman Radcliff
Brown [1976: 503-511] mengenai fungsionalisme merupakan dasar
fungsional kontemporer.
Fungsi dari setiap kegiatan yang selalu berulang, seperti
penghukuman

kejahatan,

atau

upacara

penguburan,

adalah

merupakan bagian yang dimainkannya dalam kehidupan sosial


sebagai keseluruhan dan karena itu, merupakan sumbangan yang
diberikannya bagi pemeliharaan kelangsungan structural.
Yang sangat mengherankan,

perspektif structural sekitar

tahun 1950 an dan awal 1960 an justru menjadi Landasan


pengembangan

teori

medernisasi,

yakni

salah

satu

teori

modernisasi tersebut paling populer dan berkembang. Kenapa


perspektif

struktural

fungsional

yang

sangat

perhatiannya terhadapmasalah perubahan sosial,


sebagai

kekuatan

intelektual

yang

dominan

sedikit

sekali

justru tampil

disamping

teori

perubahan sosial lainnya? Penjungkir balikan yang mendongkolkan


yang terjadi dalam sosiologi kontemporer demikian itu nampaknya

12

memerlukan suatu penyelidikan. Tetapi penyelidikan tersebut


bukan pekerjaan yang ringan. Paling kurang terdapat tiga faktor
yang berkaitan dengan kontradiksi metodologis yang aneh itu.
1. Beberapa

premis

metodologis

perspektif

structural

fungsional.
2. Konsep difusi kultural dibidang ekonomi dan teknologi.
3. Adanya etnosentrisme dikalangan ahli ilmu sosial Barat pada
umumnya- mengenai cara-cara mencapai kemajuan.
Seperti teori formal tentang masyarakat, struktural fungsional
mempunyai empat premis dasar :
1. Masyarakat adalah suatu sistem yang secara keseluruhan
terdiri dari bagian-bagian yang saling tergantung.
2. Keseluruhan atau sistem yang utuh menentukan bagianbagian. Artinya bagian yang satu tidak dapat difahami secara
terpisah

kecuali

dengan

memperhatikan

hubungannya

dengan sistem keseluruhan yang lebih luas dimana bagianbagian

menjadi unsurnya. Pola organisasi kekeluargaan,

pranata politil, dan organisasi ekonomi - teknologi.


3. Bagian-bagian
fungsinya

harus

terhadap

difahami

dalam

keseimbangan

kaitannya
sistem

dengan

keseluruhan

sebagai satu sistem terdapat hubungan fungsiol.

D. Tinjauan Singkat Tentang Teori Fungsional Struktural


Pokok-pokok para ahli yang telah banyak merumuskan dan mendiskusikan
hal ini telah menuangkan berbagai ide dan gagasan dalam mencari paradigma tentang
teori ini, sebut saja George Ritzer (1980), Margaret M.Poloma (1987), dan Turner
(1986). Drs. Soetomo (1995) mengatakan apabila ditelusuri dari paradigma yang
13

digunakan, maka teori ini dikembangkan dari paradigma fakta social. Tampilnya
paradigma ini merupakan usaha sosiologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang
baru lahir agar mempunyai kedudukkan sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri.
Secara garis besar fakta social yang menjadi pusat perhatian sosiologi terdiri
atas dua tipe yaitu struktur social dan pranata social. Menurut teori fungsional
structural, struktur sosial dan pranata sosial tersebut berada dalam suatu system
social yang berdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan
menyatu dalam keseimbangan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teori ini (fungsional structural)
menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan
dalam masyarakat. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam system
sosial, fungsional terhadap yang lain, sebaliknya kalau tidak fungsional maka
struktur itu tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya. Dalam proses lebih lanjut,
teori inipun kemudian berkembang sesuai perkembangan pemikiran dari para
penganutnya.
Emile Durkheim, seorang sosiolog Perancis menganggap bahwa adanya teori
fungsionalisme-struktural merupakan suatu yang berbeda, hal ini disebabkan
karena Durkheim melihat masyarakat modern sebagai keseluruhan organisasi yang
memiliki realitas tersendiri. Keseluruhan tersebut menurut Durkheim memiliki
seperangkat kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh bagianbagian yang menjadi anggotanya agar dalam keadaan normal, tetap langgeng.
Bilamana kebutuhan tertentu tadi tidak dipenuhi maka akan berkembang suatu
keadaan yang bersifat patologis . Para fungsionalis kontemporer menyebut
keadaan normal sebagai ekuilibrium, atau sebagai suatu system yang seimbang,
sedang keadaan patologis menunjuk pada ketidakseimabangan atau perubahan social.
Robert K. Merton, sebagai seorang yang mungkin dianggap lebih dari ahli
teori lainnya telah mengembangkan pernyataan mendasar dan jelas tentang teori-teori
fungsionalisme, (ia) adalah seorang pendukung yang mengajukan tuntutan lebih
terbatas bagi perspektif ini. Mengakui bahwa pendekatan ini (fungsional-struktural)
telah membawa kemajuan bagi pengetahuan sosiologis.
Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa fungsional dan
disempurnakannya, diantaranya ialah :

14

1. postulat pertama, adalah kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi


sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari system sosial bekerjasama
dalam suatu tingkatan keselarasan atau konsistensi internal yang memadai,
tanpa menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau
diatur. Atas postulat ini Merton memberikan koreksi bahwa kesatuan
fungsional yang sempurna dari satu masyarakat adalah bertentangan dengan
fakta. Hal ini disebabkan karena dalam kenyataannya dapat terjadi sesuatu
yang fungsional bagi satu kelompok, tetapi dapat pula bersifat disfungsional
bagi kelompok yang lain.
2. postulat kedua, yaitu fungionalisme universal yang menganggap bahwa
seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsifungsi positif. Terhadap postulat ini dikatakan bahwa sebetulnya disamping
fungsi positif dari sistem sosial terdapat juga dwifungsi. Beberapa perilaku
sosial dapat dikategorikan kedalam bentuk atau sifat disfungsi ini. Dengan
demikian dalam analisis keduanya harus dipertimbangkan.
3. postulat ketiga, yaitu indispensability yang menyatakan bahwa dalam setiap
tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan
memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus
dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan system sebagai keseluruhan. Menurut Merton, postulat yang kertiga
ini masih kabur (dalam artian tak memiliki kejelasan, pen), belum jelas
apakah suatu fungsi merupakan keharusan.
E. Pengaruh Teori Ini Dalam Kehidupan Sosial
Talcott Parsons dalam menguraikan teori ini menjadi sub-sistem yang
berkaitan menjelaskan bahwa diantara hubungan fungsional-struktural cenderung
memiliki empat tekanan yang berbeda dan terorganisir secara simbolis :
1.
2.
3.
4.

pencarian pemuasan psikis


kepentingan dalam menguraikan pengrtian-pengertian simbolis
kebutuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan organis-fisis, dan
usaha untuk berhubungan dengan anggota-anggota makhluk manusia lainnya.
Sebaliknya masing-masing sub-sistem itu, harus memiliki empat prasyarat

fungsional yang harus mereka adakan sehingga bias diklasifikasikan sebagai suatu
istem. Parsons menekankan saling ketergantungan masing-masing system itu ketika

15

dia menyatakan : secara konkrit, setiap system empiris mencakup keseluruhan,


dengan demikian tidak ada individu kongkrit yang tidak merupakan sebuah
organisme, kepribadian, anggota dan sistem sosial, dan peserta dalam system
cultural .
Walaupun fungsionalisme struktural memiliki banyak pemuka yang tidak
selalu harus merupakan ahli-ahli pemikir teori, akan tetapi paham ini benar-benar
berpendapat bahwa sosiologi adalah merupakan suatu studi tentang struktur-struktur
social sebagai unit-unit yang terbentuk atas bagian-bagian yang saling tergantung.
Fungsionalisme struktural sering menggunakan konsep sistem ketika
membahas struktur atau lembaga sosial. System ialah organisasi dari keseluruhan
bagian-bagian yang saling tergantung. Ilustrasinya bisa dilihat dari system listrik,
system pernapasan, atau system sosial. Yang mengartikan bahwa fungionalisme
struktural terdiri dari bagian yang sesuai, rapi, teratur, dan saling bergantung. Seperti
layaknya sebuah sistem, maka struktur yang terdapat di masyarakat akan memiliki
kemungkinan untuk selalu dapat berubah. Karena system cenderung ke arah
keseimbangan maka perubahan tersebut selalu merupakan proses yang terjadi secara
perlahan hingga mencapai posisi yang seimbang dan hal itu akan terus berjalan
seiring dengan perkembangan kehidupan manusia.

16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori fungsional struktural bukan hal yang baru lagi didalam dunia sosiologi
modern, teori ini pun telah berkembang secara meluas dan merata. Sehingga tak ayal
banyak Negara yang menggunakan teori ini di dalam menjalankan pemerintahannya
baik itu mengatur suatu pola interaksi maupun relasi diantara masyarakat. Dalam
kesempatan ini setidaknya pemakalah dapat mengambil keseimpulan bahwa secara
singkat dan sederhana teori sosial ini merupakan seperti rantai sosiologi manusia,
dimana didalam hubungannya terdapat suatu keterkaitan dan saling berhubungan.
Juga adanya saling ketergantungan, layaknya suatu jasad maka apabila salah satu
bagian tubuh jasad tersebut ada yang sakit ataupun melemah sangat ber-implikasi
pula pada bagian yang lain.
Sekiranya hanya ini yang dapat kami selesaikan dalam penyusunan makalah
ini, terasa bagi kami kesulitan dalam mencari refrensi tentang pengertian yang
mendalam dari teori ini. Sehingga nantinya dapat dijadikan bahan pembelajaran yang
lebih mendalam bagi kawan-kawan yang haus akan suatu ilmu. Kami memohon
maaf bila banyak kekurangan dan mungkin ada yang bingung terhadap bahsa yang

17

dipergunakan dalam penulisan. Oleh karena itu input kalian sangat berarti bagi kami
penyusun makalah.

B. Saran
Pada teori fungsionalisme struktural yaitu sesuatu yang harus
dijunjung tinggi keberadaannya. Dimana fungsionalisme struktural
merupakan

suatu

masyarakat

yang

terintegrasi

atas

dasar

kesepakatan dari para anggotanya. Maka dari itu mulailah dari


sekarang mengaplikasikan tentang teori fungsionalisme struktural.

DAFTAR PUSTAKA

Alimandan, Sosiologi Masyarakat Sedang Berkembang, (Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, 1995), 82
Bagusbejo (2011) Teori Fungsional
http:// www.scribd.com/ doc/23711839/teori-fungsional.
akses: Darussalam, Jumat, 01 Juni 2012.

Di

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: UI, 1993), 239


Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1994), 26
Viva Socius (2011) Teori Fungsional Struktural
http:// sosiologi unsyiah 2010. wordpress.com/ 2011/04/19/
teori
fungsional-%E2%80%93-struktural/.
Di
akses:
Darussalam, Jumat, 01 Juni 2012.

18

Zainuddin Maliki, Tiga Teori Sosial Hegemonik, (Surabaya : Narasi Agung, 2003),
50

19

Anda mungkin juga menyukai