Klasifikasi Penelitian
Klasifikasi Penelitian
B. Jenis-Jenis Penelitian
Klasifikasi jenis penelitian sebetulnya relatif sangat beragam dan tergantung dari aspek
mana penelitian tersebut diklasifikasikan. Ketiadaan kesepakatan dalam pengklasifikasian
tersebut bertolak dari adanya perbedaan sudut pandang dari para ahli dalam mengawali fokus
pengklasifikasiannnya sejalan dengan aspek kepentingan pengklasifikasian penelitian itu sendiri.
Pengklasifikasian
jenis-jenis
penelitian
ini
sebenarnya
hanya
sebuah
upaya
untuk
mengklasifikasikan penelitian yang sudah ada yang bertujuan untuk memudahkan bagi kita. Di
dalam makalah ini penulis akan menggunakan lima klasifikasi bagi penelitian, yaitu:
1. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Manfaat Penelitian
Ditinjau berdasarkan manfaatnya, penelitian bisa dibedakan dalam dua macam penelitian,
yaitu:
a. Penelitian dasar (basic research)
Penelitian dasar disebut pula sebagai penelitian murni ( pure research), adalah pencarian
terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil suatu aktifitas.
Penelitian dasar dikerjakan tanpa memikirkan ujung praktis atau titik terapan. Hasil dari
penelitian dasar adalah pengetahuan umum dan pengertian-pengertian tentang alam serta hukumhukumnya. Pengetahuan umum ini merupakan alat untuk memecahkan masalah-masalah praktika,
walaupun ia tidak memberikan jawaban yang menyeluruh untuk tiap masalah tersebut. Penelitian
terapanlah yang akan menjawab masalah-masalah praktis tersebut.[3]
Penelitian ini merupakan penelitian yang manfaatnya dirasakan untuk waktu yang lama
dalam artian kegunaan hasil penelitian itu tidak segera dipakai namun dalam waktu jangka panjang
juga akan terpakai. Lamanya manfaat ini lebih karena penelitian ini biasanya dilakukan karena
kebutuhan peneliti sendiri. Penelitian dasar juga mencakup penelitian-penelitian yang dilakukan
dalam kerangka akademis.[4]
Contoh yang paling nyata adalah penelitian untuk skripsi, tesis, dan disertasi. Karena
penelitian dasar lebih banyak digunakan di lingkungan akademik, penelitian tersebut memiliki
karakteristik yaitu penggunaan konsep-konsep yang abstrak. Penelitian dasar biasanya dilakukan
dalam kerangka pengembangan ilmu pengetahuan. Umumnya hasil penelitian dasar memberikan
dasar untuk pengetahuan dan pemahaman yang dapat dijadikan sumber metode, teori dan gagasan
yang dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya. Karena penelitian dasar banyak ditujukan
bagi pemenuhan keinginan atau kebutuhan peneliti, umumnya peneliti memiliki kebebasan untuk
menentukan permasalahan apa yang akan ia teliti. [5] Karena itu, penelitian dasar tidak dibayangbayangi oleh pertimbangan penggunaan dari penemuan tersebut untuk orang lain atau masyarakat.
Perhatian utamanya adalah kesinambungan dan integritas dari ilmu dan filosofi. Penelitian murni
bisa diarahkan ke mana saja, tanpa memikirkan ada tidaknya hubungan dengan kejadian-kejadian
yang diperlukan masyarakat. Proses pemikiran si peneliti bisa membawanya kemana saja, tanpa
memikirkan sudut apa dan arah mana yang akan dituju.[6]
b. Penelitian Terapan (Applied Research)
Berbeda dengan penelitian dasar, pada penelitian terapan, manfaat dari hasil penelitian
dapat segera dirasakan oleh berbagai kalangan. Penelitian terapan biasanya dilakukan untuk
memecahkan masalah yang ada sehingga hasil penelitian harus segera dapat diaplikasikan. [7] Hasil
penelitian tidak perlu sebagai satu penemuan baru, tetapi merupakan aplikasi baru dari penelitian
yang telah ada. Peneliti yang mengerjakan penelitian dasar atau penelitian murni tidak
mengharapkan hasil penelitiannya digunakan secara praktika. Para peneliti terapanlah yang akan
merinci penemuan penelitian dasar untuk keperluan praktis dalam bidang-bidang tertentu. Tiap
ilmuwan yang mengerjakan penelitian terapan mempunyai keinginan agar dengan segera hasil
penelitiannya dapat digunakan masyarakat dalam berbagai bidang.[8]
Contoh penelitian jenis ini misalnya bentuk penelitian pemasaran. Hasil dari penelitian
harus bisa memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai produk apa yang laku dipasaran,
produk apa yang gagal dipasaran, serta berbagai solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi
segala masalah yang ada di perusahaan.
Karena penelitian terapan ini digunakan untuk segera mengatasi masalah yang ada,
konsep-konsep yang digunakan juga cenderung konsep-konsep yang operasional, dan bukan konsep
yang abstrak. Bahkan secara extreme dikatakan bahwa penelitian terapan cenderung tidak (atau
mengabaikan) menggunakan teori dalam penyusunan rancangan penelitiannya. Penelitian terapan
ini juga seringkali diidentikkan dengan penelitian yang mengggunakan sponsor. Cenderung
demikian namun bukan berarti bahwa setiap penelitian terapan adalah penelitian yang
menggunakan sponsor.[9]
Secara umum penelitian terapan merupakan penelitian yang diminta oleh pihak lain kepada
peneliti sehingga peneliti tidak lagi memiliki kebebasan untuk menentukan permasalahan apa yang
akan diteliti. Fokus penelitian ditujukan dari hasil penelitian, apakah dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada atau tidak, namun tidak jarang juga penelitian terapan dilakukan
justru untuk menemukan masalah-masalah yang ada pada pihak yang meminta penelitian (sponsor).
Penelitian terapan seringkali juga masih dikelompokkan lagi ke dalam penelitian aksi; yaitu
penelitian terapan yang berfokus pada tindakan sosial seperti masalah perilaku menyimpang atau
juga penelitian tentang kenakalan remaja. Selain penelitian aksi, juga ada penelitian evaluative
formatif; yaitu penelitian terapan yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan suatu program
yang sedang berjalan. Kemudian penelitian evaluative sumatif ; yaitu penelitian terapan yang
dilakukan untuk mengukur keberhasilan suatu program yang sudah selesai dilaksanakan. [10]
2. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tujuan Penelitian
Berdasarkan klasifikasi ini, penelitian bisa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Penelitian Exploratif
Penelitian ini dilakukan untuk menggali suatu gejala yang relatif masih baru. Dapat
dikatakan bahwa ada suatu fenomena atau gejala yang selama ini belum pernah diketahui atau
dirasakan.
Contoh yang paling nyata adalah penelitian tentang penemuan virus baru. Dalam ilmu sosial
studi kelayakan merupakan jenis penelitian yang berupa mengeksplorasi tentang suatu fenomena
yang baru. Mengingat bahwa topik yang akan diteliti merupakan topik yang baru, penelitian ini
biasanya memiliki sifat kreatif, fleksibel, serta terbuka bagi berbagai informasi yang ada.
Biasanya penelitian ini menghasilkan teori-teori yang baru, pengembangan dari teori yang sudah
ada. Dengan topik atau gejala yang baru, maka seringkali penelitian ini diidentikkan dengan
penelitiaan yang selalu menggunakan pertanyaan APA dan SIAPA dalam menggali informasi.
Tujuan dari penelitian eksplorasi sendiri adalah; mengembangan gagasan dasar mengenai topik
yang baru dan memberikan dasar bagi penelitian lanjutan.[11]
b. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan
karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha
menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif
sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hepotesis, membuat prediksi, maupun
mempelajari implikasi.[12]
Penelitian ini bisa juga dikatakan sebagai kelanjutan dari penelitian exploratif. Penelitian
exploratif telah menyediakan gagasan dasar sehingga penelitian ini mengungkapkan secara lebih
detail. Penelitian ini diidentikkan dengan penelitian yang menggunakan pertanyaan BAGAIMANA
dalam
mengembangkan
informasi
yang
ada.
Tujuan
dari
penelitian
deskriptif
menggambarkan mekanisme sebuah proses dan menghasilkan pola hubungan sebab akibat.
adalah;
[13]
c. Penelitian Explanatif
Penelitian ini dilakukan untuk menemukan penjelasan tentang mengapa suatu kejadian atau
gejala terjadi. Hasil akhir dari penelitian ini adalah gambaran mengenai hubungan sebab akibat.
Penelitian ini sering diidentikkan dengan penelitian yang menggunakan pertanyaan MENGAPA
dalam mengembangkan informasi yang ada. Tujuan dari penelitian eksplanatif adalah;
menghubungkan pola-pola yang berbeda namun memiliki keterkaitan dan menghasilkan pola
hubungan sebab akibat.[14]
3. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Dimensi Waktu
Berdasarkan dimensi waktu, penelitian bisa dibedakan menjadi 2 macam penelitian, yaitu:
a. Penelitian Cross-sectional
Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Penelitian ini
hanya digunakan dalam waktu yang tertentu, dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu
yang berbeda untuk diperbandingkan.
Satu hal yang diingat bahwa pengertian satu waktu tertentu tidak bisa hanya dibatasi
pada hitungan minggu, bulan atau tahun saja. Tidak ada batasan baku untuk menunjukkan satu
waktu tertentu. Akan tetapi, yang digunakan adalah bahwa penelitian itu telah selesai. Dengan
demikian, bisa saja seorang melakukan penelitian di bulan Januari, kemudian karena ada keperluan
mendesak, pada bulan Februari dan Maret, ia kembali ke rumahnya. Pada bulan April, ia kembali
lagi kelapangan untuk meneruskan pengumpulan data. Sekalipun peneliti mendatangi lokasi
penelitian sebanyak dua kali, ia tetap dikategorikan melakukan penelitian cross-sectional. Dengan
demikian, konsep satu waktu tertentu dalam satu penelitianlah yang digunakan untuk menentukan
bahwa penelitian itu merupakan penelitiancross-sectional.[15]
b. Penelitian longitudinal
. Penelitian jenis ini dilakukan antarwaktu. Dengan demikian, setidaknya terdapat dua kali
penelitian dengan topik dan gejala yang sama, tetapi dilakukan dalam waktu yang berbeda. Namun
bukan berarti jika ada dua penelitian yang dilakukan dalam waktu yang berbeda dengan topik yang
sama selalu dikategorikan ke dalam penelitian longitudinal, tetapi ada kata kunci yang harus
dipegang, yaitu adanya upaya perbandingan antara hasil penelitian. Dengan kata lain,
penelitian longitudinal sudah direncanakan sejak awal penelitian, dan bukannya secara kebetulan
terjadi.[16]
Penelitian longitudinal merupakan penelitian yang mencoba melihat perubahan yang
terjadi. Penelitian longitudinal terbagi lagi ke dalam tiga bentuk, yaitu:
1) Penelitian kecenderungan, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama dengan waktu
yang berbeda, serta responden atau informan yang berbeda.
2) Penelitian panel, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama dengan waktu yang
berbeda, dan responden atau informan yang sama. Dengan penelitian ini, seseorang akan diteliti
minimal sebanyak dua kali. Permasalahan yang seringkali muncul dalam penelitian ini adalah jika
jangka waktu antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lainnya berdurasi cukup lama
sehingga ada kemungkinan responden yang dulu dijadikan sampel, kina sudah tidak bisa ditemui
lagi, bisa jadi karena dia sudah meninggal dunia atau bisa juga karena sudah pindah rumah.
3) Penelitian kohort, yaitu penelitian-penelitian terhadap gejala yang sama, yang dilakukan pada
waktu yang berbeda dengan responden atau informan yang memiliki karakteristik yang sama.
Dengan demikian, orang-orang yang diteliti berbeda, tetapi memiliki ciri-ciri yang sama. Ciri-ciri
ini bisa berbentuk apa pun juga. Bisa saja mereka memiliki kesamaan pengalaman hidup, kesamaan
tempat tinggal, kesamaan keturunan, kesamaan alumni, kesamaan latar belakang pekerjaan,
kesamaan status, dan lain sebagainya. Misalnya kita akan melakukan penelitian di tahun 1990
kepada orang-orang yang berusia 45 tahun. Tahun 2000 kita melakukan penelitian yang sama
dengan orang-orang yang berusia 55 tahun. Karakteristik apa yang sama? Mereka adalah orangorang yang lahir pada tahun 1945. Dengan demikian, karakteristik yang sama adalah tahun
kelahiran. Tidak hanya itu, ternyata peneliti menginginkan agar semua orang yang diteliti pada
tahun 1965 berusia 20 tahun sehingga dapat mengetahui tentang kejadian pemberontakan G 30 S
PKI, dan sama-sama mengalaminya.[17]
4. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data
Ada banyak sekali jenis penelitian yang ada di dalam klasifikasi ini, namun secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi dua macam jenis penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif.
a. Penelitian kuantitatif
Penelitian penelitian kuantitif adalah penelitian yang lebih menekankan analisisnya pada
data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistik. Pada dasarnya, pendekatan
kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hepotesis) dan
menyandarkan kesimpulan hasilnya pada pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hepotesis
nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi
hubungan antar variabel yang diteliti. Pada umumnya penelitian kuantitatif merupakan penelitian
sampel besar.[18] Dalam kelompok penelitian kuantitatif ini terdapat beberapa jenis penelitian lagi
yaitu:
1) Penelitian survei; yaitu penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian.
Kuesioner merupakan lembaran yang berisi beberapa pertanyaan dengan struktur yang baku.
Dalam pelaksanan survei, kondisi penelitian tidak dimanipulasi oleh peneliti.
2) Penelitian experimen; penelitian ini bisa dilakukan di dalam alam terbuka dan juga ruang tertutup.
Dalam penelitian experimen, kondisi yang ada dimanipulasi oleh peneliti sesuai dengan keperluan
peneliti. Dalam kondisi yang telah dimanipulasi ini, biasanya dibuat dua kelompok, yaitu kelompok
control dan kelompok pembanding. Kepada kelompok control akan diberikan treat ment atau
stimulus tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil dari reaksi kedua kelompok itu akan
diperbandingkan.
3) Analisis isi; penelitian ini dilakukan bukan kepada orang, tetapi lebih kepada simbol, gambar, film,
dan sebagainya. Pada material yang dianalisis, misalnya surat kabar, dihitung berapa kali tulisan
tentang topik tertentu muncul, lalu dengan alat bantu statistik dihitung.[19]
b. Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang lebih menekankan analisisnya pada proses
penyimpulan
deduktif
dan
induktif
serta
pada
analisis
terhadap
dinamika
hubungan
antarfenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa
penelitian kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi
penekanannya tidak pada pengujian hepotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan
penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif. Banyak penelitian kualitatif yang
merupakan penelitian sampel kecil.[20] Dalam kelompok penelitian kualitatif ini juga terdapat jenis
penelitian yang lain, yaitu:
1) Penelitian lapangan; penelitian ini bisa dimulai dengan perumusan permasalahan yang tidak terlalu
baku. Instrumen yang digunakan juga hanya berisi tentang pedoman wawancara. Pedoman analisis
wacana serta penelitian perbandingan sejarah. Pedoman wawancara ini dapat berkembang sesuai
dengan kondisi yang ada dilapangan.
2) Analisis wacana; penelitian ini serupa dengan analisis isi, hanya saja bukan tampilan frekuensi
tampilan dari topik tertentu yang dipilih dalam material yang sudah ditentukan, tetapi lebih jauh
menggali topik tersebut pada setting atau kondisi yang muncul bersamaan atau melatar belakangi
topik tersebut.
3) Perbandingan sejarah; penelitian ini bertujuan mengumpulkan data dan menjelaskan aspek-aspek
kehidupan sosial yang terjadi di masa lalu. Penelitian ini sebaiknya difokuskan pada satu priode
sejarah, beberapa kebudayaan berbeda, atau juga kombinasi antara priode sejarah dan
kebudayaan yang berbeda.[21]
5. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan tempat Pelaksanaannya
Penggolongan penelitian menurut tempat pelaksanaannya, dapat dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:
a. Penelitian laboratorium
Penelitian jenis ini dilakukan dalam suatu tempat khusus untuk mengadakan studi ilmiah
dan kerja ilmiah. Tujuan penelitian laboratorium untuk ilmu pengetahuan sosial ialah:
mengumpulkan data, mengadakan analisa, mengadakan test, serta memberikan interpretasi
terhadap sejumlah data, sehingga orang bisa meramalkan kecenderungan gerak satu gejala sosial
dalam satu masyarakat tertentu. Laboratorium pengetahuan sosial ini memberikan bimbingan
pada sejumlah ilmuwan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan untuk melakukan penelitian
secara kooperatif.[22]
[1]
[2]
[3]
[4]
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif;Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008), h. 38
Ibid., h. 38-39
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
Ibid., h. 40
Ibid., h. 41-42
[11]
[12]
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), cet. Ke-4, h.7
[13]
[14]
Ibid., h. 43
Ibid., h. 45
[15]
[16]
[17]
Ibid., h. 46
Ibid., h. 46-48
[18]
[19]
[20]
[21]
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1996), cet. Ke- 7, hal. 31
[22]
Ibid
[23]
Ibid., h. 3
[24]