Case Bedah
BAB I
1.1
1.2
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. N
Umur
: 35 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
: Ibu RT
Status
: Menikah
Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
No RM
: 733 703
MRS
: 10 Mei 2016
Tanggal pemeriksaan
: 14 Mei 2016
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Nyeri Perut Kanan Atas
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 2 hari SMRS.
Nyeri perut timbul mendadak.terasa sangat sakit seperti tertusuk,terus menerus
dan menjalar ke belakang pinggang kanan,bahu kanan sehingga menggangu
aktivitas . Nyeri timbul saat pasien selesai makan dan semakin nyeri terutama saat
setelah mengkonsumi makanan berlemak seperti gorengan dan soto. Nyeri
menghilang saat pasien beristirahat dan berpuasa. Pasien juga mengeluhkan badan
lemas dan gemetar disertai mual muntah setelah makan,muntah isi makanan dan
cairan tanpa demam. Pasien sering merasa gatal pada kulit badan
Riwayat BAK (+) bewarna kuning pekat tanpa disertai rasa sakit,panas
atau kesusahan dalam berkemih, riwayat BAB (+) bewarna coklat tanpa disertai
perubahan pengeluaran feses menjadi kecil-kecil padat,darah (-), lendir (-)
Pasien mengaku sering mengkonsumsi makanan berlemak seperti
gorengan,soto, dan jeroan. Pasien jarang mengkonsumsi sayur dan buah buahan.
Saat ini pasien memakai alat KB suntik sudah 2 tahun. Pasien jarang
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 28 Mei - 4 Juni 2016
Page 1
Case Bedah
Kolestrol diakui
Gastritis disangkal
1.3
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 200/170 mmHg
RR
: 28 x/ menit
HR
Suhu
: 36,8 0C
SPO2
: 99
BB/TB
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
Leher
Mulut
Page 2
Case Bedah
KGB
Thorax
Jantung :
Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus kordis
Palpasi
Paru
Inspeksi : simetris dalam diam dan pergerakan, retraksi sela costae (-)
Palpasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Genitalia eksterna
Kulit
Page 3
Case Bedah
Perkusi
Auskultasi
1.4
DIAGNOSIS KERJA
Kolelitiasis
1.5
DIAGNOSA BANDING
- Kolesistitis
- Kolangitis
- Abses Hepar
- Hepatitis akut
- Ca Duodenum
- Ca Hepar
- Pankreatitis
- Ulkus peptik
1.6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
10 Mei 2016 Pemeriksaan Darah Lengkap
Hemoglobin
9,6 g/dL L
12 15
Eritrosit
3,44 juta/l L
4,0 5,1
Hematokrit
26,3 % L
36 47
Trombosit
83 ribu/L L
150 400
Leukosit
9 ribu/L
4 12
Neutrofil
72 % H
50 70
Limfosit
15,1 % L
25 40
Monosit
10,8 % H
28
Eosinofil
0,6 % L
24
Page 4
Case Bedah
Basofil
0,3 %
01
MCH
27.2 pg
27 31
MCHC
35.8 g/dL
33 37
MCV
L 76 fL
79 99
Waktu Pendarahan
300
1-5
Waktu Pembekuan
600
2-6
Ureum
87,4 H
19 - 4
Creatinin
5,9 H
0,6 1,3
Kolestrol
261 H
< = 200
HDL Cholestrol
33
27-67
LDL Cholestrol
129,6
< 150
Trigliserida
492 H
<160
Protein Total
6.0
6.0 8.0
Bilirubin Total
1,32 H
0.20 1.20
Bilirubin Direk
0,31
0.0 0.40
Bilirubin Indirek
1.01 H
0 0.75
SGOT
19
0 50
SGPT
0 50
Calsium
2.33
2.02 2.60
Kalium
3.3 L
3.6 5.5
Kimia Klinik
Page 5
Case Bedah
Natrium
134 L
135 155
Klorida
102
75 108
Magnesium
0.9
0.8 1.0
HBsAG
Negatif
Negatif
Anti HIV
Non Reaktif
Non Reaktif
Anti HCV
R/Habis
Negatif
Urid Acid
11,3 H
3.5 7.2
1.7
RESUME
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 28 Mei - 4 Juni 2016
Page 6
Case Bedah
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 200/170 mmHg
RR
: 28 x/ menit
HR
Suhu
: 36,8 0C
SPO2
: 99
BB/TB
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Page 7
Case Bedah
DIAGNOSIS KERJA
Kolelitiasis
1.8
DIAGNOSA BANDING
- Kolesistitis
- Abses Hepar
- Ca Duodenum
- Ca Hepar
- Pankreatitis
1.9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
10 Mei 2016 Pemeriksaan Darah Lengkap
Hemoglobin
9,6 g/dL L
12 15
Eritrosit
3,44 juta/l L
4,0 5,1
Hematokrit
26,3 % L
36 47
Trombosit
83 ribu/L L
150 400
Leukosit
9 ribu/L
4 12
Neutrofil
72 % H
50 70
Limfosit
15,1 % L
25 40
Monosit
10,8 % H
28
Eosinofil
0,6 % L
24
Basofil
0,3 %
01
MCH
27.2 pg
27 31
MCHC
35.8 g/dL
33 37
MCV
L 76 fL
79 99
Waktu Pendarahan
300
1-5
Page 8
Case Bedah
Waktu Pembekuan
600
2-6
Ureum
87,4 H
19 - 4
Creatinin
5,9 H
0,6 1,3
Kolestrol
261 H
< = 200
HDL Cholestrol
33
27-67
LDL Cholestrol
129,6
< 150
Trigliserida
492 H
<160
Protein Total
6.0
6.0 8.0
Bilirubin Total
1,32 H
0.20 1.20
Bilirubin Direk
0,31
0.0 0.40
Bilirubin Indirek
1.01 H
0 0.75
SGOT
19
0 50
SGPT
0 50
Calsium
2.33
2.02 2.60
Kalium
3.3 L
3.6 5.5
Natrium
134 L
135 155
Klorida
102
75 108
Magnesium
0.9
0.8 1.0
HBsAG
Negatif
Negatif
Anti HIV
Non Reaktif
Non Reaktif
Kimia Klinik
Page 9
Case Bedah
Anti HCV
R/Habis
Negatif
Urid Acid
11,3 H
3.5 7.2
1.10 PENATALAKSANAAN
A. Operatif : Kolesistektomi
B. Medikamentosa
Terapi cairan : Infus RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24 jam
Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/ 8 jam
1.11 PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanationam
Quo ad functionam
: Bonam
: Bonam
: Bonam
Page 10
Case Bedah
KANDUNG EMPEDU
A. Anatomi
Sistem biliaris disebut juga sistem empedu. Sistem biliaris dan hati
tumbuh bersama. Berasal dari divertikulum yang menonjol dari foregut, dimana
tonjolan tersebut akan menjadi hepar dan sistem biliaris. Bagian kaudal dari
divertikulum akan menjadi gallbladder (kandung empedu), ductus cysticus, ductus
biliaris communis (ductus choledochus) dan bagian cranialnya menjadi hati dan
ductus hepaticus biliaris.1
Kandung empedu berbentuk bulat lonjong seperti buah pear/alpukat
dengan panjang sekitar 4-6 cm dan berisi 30-60 ml empedu . Apabila kandung
empedu mengalami distensi akibat bendungan oleh batu, maka infundibulum
menonjol seperti kantong (kantong Hartmann).
Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk
bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir inferior hepar, dimana fundus
berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX
kanan.
Page 11
Case Bedah
KOLELITIASIS
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 28 Mei - 4 Juni 2016
Page 12
Case Bedah
A. Definisi
Penyakit batu empedu yang dapat ditemukan didalam kandung empedu
(kolesistolitiasis) atau didalam duktus koledokus (koledokolitiasis) atau pada
kedua-duanya. Sebagian besar batu batu empedu, terutama batu kolesterol,
terbentuk didalam kandung empedu (Kolesistolitiasis). Kalau batu kandung
empedu ini berpindah ke dalam saluran empedu ekstrahepatik maka disebut batu
saluran empedu sekunder atau koledokolitiasis sekunder. Kebanyakan batu duktus
koledokus berasal dari batu kandung empedu, tetapi ada juga yang terbentuk
primer di dalam saluran empedu ekstrahepatik maupun intrahepatik.
B.Epidemiologi
Insiden kolelitiasis di negara Barat adalah 20% dan banyak menyerang
orang dewasa dan lanjut. Kebanyakan kolelitiasis tidak bergejala atau bertanda.
Angka kejadian penyakit batu empedu dan penyakit saluran empedu di Indonesia
tidak jauh berbeda dengan negara lain.
Prevalensi batu empedu bervariasi sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Wanita
dengan batu empedu melebihi jumlah pria dengan perbandingan 4:1. Faktor risiko
batu empedu memang dikenal dengan singkatan 4-F, yakni Fatty (gemuk), Forty
( 40th), Fertile (subur), dan Female (wanita).
Wanita yang mengkonsumsi obat hormonal estrogen eksogen
meningkatkan resiko terjadinya batu empedu. Dengan bertambahnya usia,
dominansi wanita menjadi kurang jelas. Batu empedu jarang ditemukan pada
orang yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih sering ditemukan pada
kelompok usia 40-60 tahun dan sisanya di temukan pada orang berusia lebih dari
80 tahun.
C.Klasifikasi Batu
Di kenal tiga jenis batu empedu, yaitu batu kolesterol, batu pigmen atau
batu bilirubin (yang terdiri dari kalsium dan bilirubinat) dan batu campuran. Di
negara barat, 80% batu empedu adalah batu kolesterol, tetapi angka kejadian batu
pigmen meningkat akhir-akhir ini. Sebaliknya, di Asia Timur, lebih banyak batu
pigmen dibanding batu kolesterol. Sementara itu didapat kesan bahwa meskipun
batu kolesterol di Indonesia lebih umum, angka kejadian batu pigmen lebih tinggi
dibanding dengan angka yang terdapat di negara Barat. Hal ini menunjukkan
bahwa faktor infeksi empedu oleh kuman gram negatif E.Coli ikut berperan
penting dalam timbulnya batu pigmen.
C.1 Batu Kolesterol
Empedu yang di supersaturasi dengan kolesterol bertanggung
jawab bagi lebih dari 90 % kolelitiasis di negara Barat. Sebagian besar empedu ini
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 28 Mei - 4 Juni 2016
Page 13
Case Bedah
Pembentukan nidus.
Kristalisasi/presipitasi.
Page 14
Case Bedah
Page 15
Case Bedah
pulih, disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik biliaris. Mual dan
muntah sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris.
F.Komplikasi
Kolesistitis akut merupakan komplikasi penyakit batu empedu yang paling
umum. Peradangan akut dari kandung empedu, berkaitan dengan obstruksi duktus
sistikus atau dalam kantong Hartmann. Pada kolesistitis akut, factor trauma
mukosa kantong empedu oleh batu dapat menyebabkan pelepasan fosfolipase
yang mengubah lesitin menjadi lisolesitin, yaitu senyawa toksik yang
memperberat proses peradangan. Pada awal penyakit, peran bakteri agaknya kecil
saja meskipun kemudian dapat terjadi supurasi dan dapat berkembang menjadi
empyema, gangrene dan perforasi.
Perjalanan kolesistitis akut bergantung pada apakah obstruksi dapat hilang sendiri
atau tidak, derajat infeksi sekunder, usia penderita, dan penyakit lain yang
memperberat keadaan seperti diabetes mellitus.
Gambaran tipikal dari kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas yang
kadang menjalar ke punggung atau ujung scapula (Boas Point). Biasanya
ditemukan riwayat serangan kolik di masa lalu, yang pada mulanya sulit
dibedakan dengan nyeri kolik yang sekarang. Pada kolesistitis, nyeri menetap dan
disertai tanda rangsang peritoneal berupa nyeri tekan, nyeri lepas dan defans
muscular otot dinding perut.
Kadang kandung empedu yang membesar dapat diraba. Pada separuh
penderita, nyeri disertai mual dan muntah. Suhu badan sekitar 38oc. Apabila
timbul demam dan menggigil, harus dicurigai komplikasi yang lebih berat atau
penyakit lain.
G. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
Batu kandung empedu yang asimptomatik umunya tidak menunjukkan kelainan
laboratorik. Apabila terjadi peradangan akut, dapat terjadi lekositosis. Apabila ada
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 28 Mei - 4 Juni 2016
Page 16
Case Bedah
Page 17
Case Bedah
Page 18
Case Bedah
Page 19
Case Bedah
dosis harian akan mempercepat disolusi. Intervensi ini membutuhkan waktu 6-18
bulan dan berhasil bila batu yang terdapat ialah kecil dan murni batu kolesterol.
I.2. Tatalaksana bedah dengan kolesistektomi
I.2.1 Open Kolesistektomi
Kolesistektomi adalah pengangkatan kandung empedu yang secara umum
diindikasikan bagi yang memiliki gejala atau komplikasi dari batu, kecuali yang
terkait usia tua dan memiliki resiko operasi. Pada beberapa kasus empiema
kandung empedu, diperlukan drainase sementara untuk mengeluarkan pus yang
dinamakan kolesistostomi dan kemudian baru direncanakan kolesistektomi elektif.
Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren,
diikuti oleh kolesistitis akut. Komplikasi yang berat jarang terjadi, meliputi
trauma CBD, perdarahan, dan infeksi
I.2.2 Laparoskopik Kolesistektomi
Berbeda dengan kolesistektomi terbuka, pada laparoskopik hanya
membutuhkan 4 insisi yang kecil. Oleh karena itu, pemulihan pasca operasi juga
cepat. Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal,
pemulihan lebih cepat, hasil kosmetik lebih baik, menyingkatkan perawatan di
rumah sakit dan biaya yang lebih murah. Indikasi tersering adalah nyeri bilier
yang berulang. Kontra indikasi absolut serupa dengan tindakan terbuka yaitu tidak
dapat mentoleransi tindakan anestesi umum dan koagulopati yang tidak dapat
dikoreksi. Komplikasi yang terjadi berupa perdarahan, pankreatitis, bocor stump
duktus sistikus dan trauma duktus biliaris. Resiko trauma duktus biliaris sering
dibicarakan, namun umumnya berkisar antara 0,51%. Dengan menggunakan
teknik laparoskopi kualitas pemulihan lebih baik, tidak terdapat nyeri, kembali
menjalankan aktifitas normal dalam 10 hari, cepat bekerja kembali, dan semua
otot abdomen utuh sehingga dapat digunakan untuk aktifitas olahraga.
I.2.3 Kolesistostomi
Pada pasien dengan kandung empedu yang mengalami empiema dan sepsis, yang
dapat dilakukan ialah kolesistostomi. Kolesistostomi adalah penaruhan pipa
drainase di dalam kandung empedu. Setelah pasien stabil,maka kolesistektomi
dapat dilakukan.
Page 20