Anda di halaman 1dari 9

PERSPEKTIF TEORITIS I

Pionir – Pionir Eropa

Sudah sejak lama pera filsuf-filsuf Eropa mempunyai pendirian bahwa,

hukum merupakan suatu gejala yang mandiri yang terlepas dari sturuktur maupun

fungsi masyarakat dalam mana hukum tadi hidup. gagasan tentang hukum alam

yang merupakan dasar dari konsefsi tentang hukum yang mandiri tersebut. St.

Thomas Aquinas menyatakan bahwa hukum alam merupakan bagian dari hakikat

kehidupan dan melalui hukum alam manusia berpartisifasi sebagai makhluk

rasional dalam hukum-hukum Tuhan yang bersifat abadi. sehingga Selznick

berasumsi bahwa “ kalau prinsip-prinsip hukum yang dibentuk oleh manusia tidak

serasi dengan prinsip-prinsip hukum alam, maka hukum yang dibentuk manusia itu

tidak adil”.

Namun demikian pertengahan abat ke-19 gagasan hukum alam sudah mulai

tergeseroleh penafsiran-penafsiran sejarah dan evolusionerterhadap hukum, serta

paham positivisme yang menganggap bahwa hukum dan moral merupakan dua hal

yang mempunyai lingku berbeda. pandangan tersebut berusaha untuk menjelaskan

hukum dalam kerangka faktor-faktor etnologis atau atas dasar acuan terhadap

kekuatan-kekuatan evolusioner tertentu yang mendorong perkembangan hukum

melalui jalur-jalur tertentu yang sebenarnya telah ditentukan terlebih dahulu.

sehingga banyak diantara ahli fikir yang tidak setuju akan spekulasi filosofis

mengenai hakikat dan tujuan hukum. adapun diantara mereka adalah :


1. Montesquieu (1689 – 1755)

Filsuf ini berasal dari Perancis, beliau sangat menentang asumsi-asumsi

hukum alam, dengan jalan menyajikan suatu konsefsi mengenai hukum dan

masyarakat yang secara radikal berbeda. katanya hukum merupakan hasil dari

pelbagai faktor dalam masyarakat. disamping itu dia juga mengatakan bahwa

hukum itu bersifat relatif ; secara abstrak tidak ada hukum yang baik dan

buruk, jadi tiap hukum harus dipelajari latar belakangnya. pemikiran ini

didasari atas teorinya tentang pemisahan kekuasaan. dimana masing-masing

kekuasaan dipegang oleh suatu badan atau orang yang berbeda-beda

2. Friedrich Kark von Savigny (1770 – 1861)

Menurut von Savigny hukum tidak seharusnya disusun sengaja oleh

pembentuk hukum. secara fundamental hukum terbentuk moleh adat istiadat

dan kepercayaan populer atau oleh kekuatan-kekuatan internal yang bekerja

secara diam-diam. hukum yang sesungguhnya senantiasa merupakan

keinginan yang wajar dari rakyat. sebagaimana halnya dengan bahasa dan

sopan santun, maka hukum selalu berkembang ; hukum selalu tumbuh beserta

masyarakat dan mati bersamanya. oleh karena kehidupan sosial bertambah

rumit, maka hukum terwujud dalam bentuk abstraknya. menurut bbeliau,

perkembangan pelbagai tipe sistim hukum ditimbulkan oleh berbagai

kekuatan moderenisasi dan bahwa tidak ada hukum yang berlaku secara

universal, gagasan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosiologi

hukum
3. Herbert Spencer (1820 – 1903)

Herbert sangat terpengaruh dengan gagasan-gagasan Charles Darwin. dia

berpendapat bahwa dalam evolusi peradaban dan hukum, seleksi alamiah dan

ketahanan merupakan faktor-faktor yang menentukan. dia sangat

mengagungkan sifat individualistis, sehingga Dia sangat menentang

pendidikan umum, komunikasi umum, dan setiap program pemerintah yang

bertujuan untuk meningkatkan derajat ekonomi golongan lemah dalam

masyarakat. dia percaya bahawa legislasi sosial semacam itu merupakan

intervensi terhadap hukum-hukum seleksi alamiah.

4. ddddd
5. fffff
6. ggggg
PERSPEKTIF TEORITIS II
(Gagasan Para Sosiolog yang berpengaruh)

Para sosiolog mengakui akan adanya hubungan esensial antara lembaga-

lembaga hukum dengan tertib sosial. Beberapa fikiran ahli sosiolog yang dimaksud

adalah :

A. Kark Marx (1818 – 1883)

Max merupakan seorang filosof, ekonom, sosiolog maupun ahli sejarah dan

politik. Dia berpendapat bahwa setiap masyarakat dalam setiap tahap

perkembangannya secara historis, didasarkan pada suatu fondasi ekonomis,

yang mencakup 2 unsur :

1. Kerangka fisik atau teknologis dari kegiatan-kegiatan ekonomis; dan

2. Hubungan antar manusia dan bentuk hubungan tersebut dalam kegiatan-

kegiatan ekonomis.

Menurut Marx cara berproduksi merupakan variabel yang menentukan,

sehingga perubahan padanya akan mengakibatkan terjadinya perubahan pola-

pola hubungan sosial. Teori-teori Marx tentang hukum :

1. Hukum merupakan hasil perkembangan kekuatan ekonomis ;

2. Hukum merupakan suatu sarana yang dipergunakan oleh penguasa untuk

mempertahankan kekuasaannya;

3. Hukum sebagai sarana mengadakan pengendalian sosial, lama

kelamaam akan berpudar.


Menurut Marx setiap tertib politik, sosial, agama dan budaya ditentukan oleh

sistim produksi yang ada dan merupakan sturuktur yang didasarkan pada

ekonomi, dan hukum merupakan bagian dari sturuktur tersebut.

B. Max Weber

Weber memegang peranan penting dalam perkembangan sosiologi sebagai

ilmu pengetahuan. dia bukan hanya pengembang sosiolog yang bersifat

historis akan tetapi juga ia juga merupakan tokoh ilmuwan yang berpengaruh

pada dalam sosiologi kontemporer. Weber berpendapat bahwa hukum

merupakan suatu tertib memaksa yang mempunyai dukungan potensial dari

kekuatan negara. Dia membedakan hukum dari norma-norma lain seperti adat

istiadat dan konvensi yang mempunyai sanksi yang berbeda. Weber

membedakan antara sistim hukum yang didasarkan pada Rasionalitas Formal

dengan yang didasarkan pada Rasionalitas substantif. Rasionalitas formal

didasarkan pada sistematisasi norma-norma umum dan pola keteraturan

prosedural, sedang Rasional Substantif didasarkan pada pertimbangan

keadilan terhadap keputusan kasus-kasus individual. Dengan

mempertimbangkan adanya Rasionalitas Formal dan Substantif , Weber

mengidentifikasikan tiga tipe administrasi keadilan, yakni :

1. Keadilan “Kahdi” yaitu keadilan yang

diterapkan dalam peradilan syari’at keagamaan;

2. Keadilan Empiris, yaitu keadilan yang

didasrkan pada analogis, Preseden maupun penafsirannya.


3. Keadilan Rasional, yaitu keadilan yang

didasarkan pada prinsip-prinsip birokrasi yang sifatnya Universal.

Selanjutnya Weber berpendapat bahwa pengakuan terhadap hukum sebagai

ilmu rasional didasarkan pada postulat-postulat fundamental dan logis

tertentu.

C. Eugen Ehrlich (1862 – 1922)

Ehrlich adalah seorang yuris dan sosiolog dari Austria, Dia seringkali

dianggap sebagai pembentuk Ilmu Hukum Sosiologis (Sociological

Jurisprudence) tujuan pokok teori yang dikemukakannya adalah meneliti latar

belakang aturan-aturan formal yang dianggap sebagai hukum. Aturan-aturan

tersebut merupakan norma-norma sosial aktual yang mengatur semua aspek

kemasyarakatan yang disebuit sebagai hukum yang hidup (Living Law).

Apabila seseorang ingin mempelajari hukum yang hidup, maka yang

bersangkutan harus meneliti perjanjian-perjanjian perkawinan, kontrak jual-

beli dan lain sebagainya.

Selanjutnya Ehrlich beranggapan bahwa, hukum tunduk pada kekuatan-

kekuatan sosial tertentu; kahukum sendiri tidak akan mungkin efektif , oleh

karena ketertiban dalam masyarakat didasarkan pada pengakuan sosial

terhadap hukum, dan bukan karena penerapannya secara resmi oleh Negara.

Bagi Ehrlich tertib sosial didasarkan pada fakta diterimanya hukum yang

didasrkan pada aturan dan norma sosial yang tercermin dalam sistim hukum.
D. Emile Durkheim (1858 – 1917)

Dia adalah seorang sosiolog Prancis yang menjelaskan pokok-pokok

fikirannya tentang hukumdalam masyarakat. Dia mengemukakan suatu teori

mengenai perkembangan hukum dengan menegaskan bahwa hukum

merupakan ukuran bagi adanya type-type solidaritas tertentu dalam

masyarakat. Didalam masyarakat terdapat dua type solidaritas yaitu :

1. Solidaritas Mekanis, dimana terdapat

ikatan antara anggota masyarakat yang begitu erat yang disebabkan

kesamaan hubungan darah atau nasib, jadi jika terjadi gangguan bagi salah

satu anggota masyarakat, itu berarti gangguan pula bagi semua

masyarakat. Ciri masyarakat ini adalah :

 Masyarakatnya masih sederhana/bersahaja; dan

 masyarakat bersifat homogen.

Pada masyarakat seperti ini diperlukan kaedah hukum yang Represif

2. Solidaritas Organis, (Modern) dimana

terdapat ikatan yang tidak begitu erat dalam anggota solidaritas ini,

hubungan yang terjadi hanya didasarkan pad kepentingan. Hukum

perjanjian merupakan titik sentral masyarakat ini. Adapun ciri dari

solidaritas ini adalah :

 Masyarakat Kompleks; dan

 Bersifat heterogen.
Pada masyarakat seperti ini diberlakukan kaedah hukum yang Restitutif.

RESUME
PERSPEKTIF TEORITIS II
(Gagasan Para Sosiolog yang Berpengaruh)

Disusun Sebagai salah satu


Tugas Mata Kuliah
Sosiologi Hukum

Disusun Oleh :

Nama : Ali Dahwir


Nim : 20082004032
Mata Kuliah : Sosiologi Hukum
Dosen : Amir Syarifuddin, SH., M.Hum

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2008

Anda mungkin juga menyukai