I. PENDAHULUAN
1.1 Umum
Pada dasarnya prinsip kerja mesin las adalah memanfaatkan panas yang
timbul akibat perbedaan tegangan antara kutub positif dengan kutub negatif dari
suatu sumber tenaga listrik. Dalam pengelasan, beda tegangan ini timbul antara
elektrode dan base metal yang sudah dihubungkan degnan kutub listrik yang
muatannya berbeda. Dalam ilmu listrik stastis, muatan positif akan mengalir dari
kutub positif menuju kutub negatif, sedangkan muatan negatif ( elektrun ) akan
mengalir dari kutub negatif menuju kutub positif. Ketika proses pengelasan sedang
berlangsung, karena jarak antara elektrode dan base metal sedemikian rupa ( dalam
arti keduanya tidak menyatu seperti layaknya konduktur yang utuh ), maka terjadi
loncatan muatan listrik yang berusaha menuju kutub yang berlawanan. Loncatan
muatan listrik ini menimbulkan panas yang akan melelehkan logam dalam
elektrode. Prinsip seperti di jelaskan di atas merupakan prinsip kerja mesin las
SMAW ( Shielded Metal Arch Welding ) seperti yang digunakan dalam praktikum
mata kuliah teknologi Las ini.
1.2 Tujuan
Secara lebih khusus, tujuan praktikum penyalaan busur ini adalah untuk
melatih mahasiswa dalam menyalakan busur dan mempertahankan nyalanya. Busur
bisa dipertahankan nyalanya dengan menjaga jarak antara elektrade dan base metal
pada harga tertentu. Namun secara lebih umum bisa dikatakan tujuan praktikum ini
adalah untuk mengetahui prinsip kerja mesin las yang yang digunakan.
1
Elektrode
Material berupa palet baja
Sikat baja
Palu
Penjepit baja
Sarung tangan
Helm pelindung
Kostum praktikum
2
III. ANALISA HASIL LAS – LASAN ( PRAKTIKUM )
3.1 Hasil las – lasan yang baik dan jelek
Dalam praktikum yang pertama ini fokus permasalahan adalah pada kualitas
busur pada penyalaan busur, dan bukan pada hasil las – lasan. Busur yang baik
adalah busur yang nyalanya bagus dan terlihat merata. Busur dengan kualitas bagus
bisa diperoleh dengan jarak antara elektrode dan base metal sekitar.
Busur yang jelek adalah busur yang nyalanya tidak terlihat merata. Hal ini
bisa diakibatkan jarak yang terlalu dekat atau terlalu jauh antara elektrode dan base
metal. Besar kecilnya busur tidak menjadi parameter baik buruknya busur, karena
tujuan dari pengelasan tertentu biasanya membutuhkan besar busur tertentu yang
berbeda dari pengelasan yang lain.
Nyala busur yang bagus bisa dipertahankan dengan mengikuti gerakan
elektrode yang meleleh dan mempertahankan jarak ideal antara elektrode dan base
metal. Ketidaksigapan dalam mengikuti gerakan melelehnya elektrode akan
mengakibatkan jarak yang terlalu dekat atau terlalu jauh antarea elektrode dan base
metal yang akan menghasilkan nyala busur yang jelek.
3
c. Nyala busur tidak bisa dipertahankan
Solusi : Saat busur menyala maka elektrode akan meleleh kemudian jarak
elektrode dan base metal menjadi lebih besar akibatnya muatan listrik tidak
memiliki cukup energi untuk meloncat, akibatnya busur padam. Oleh sebab
itulah gerakan tangan harus mengimbangi proses melelehnya elektrode sehingga
jarak antara elektrode dan base metal yang ideal bisa dipertahankan
d. Kacamata las pada helm pelindung terlalu gelap
Solusi : Hal ini karena peserta praktikum belum terbiasa, untuk itu perlu di
lakukan beberapa latihan pada praktikum – praktikum selanjutnya sehingga
peserta praktikum menjadi terbiasa
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa ditarik dari praktikum penyalaan busur ini adalah
sebagai berikut :
Busur yang timbul pada pengelasan dengan muatan mesin las SMAW adalah
merupakan loncatan muatan listrik dari elektrode ke base metal dan sebaliknya
Busur yang bagus adalah busur yang nyalanya terlihat merata, ini di peroleh
dengan jarak antara elektrode dan base metal yang ideal
Busur yang buruk adalah busur yang nyalanya terlihat tidak merata, ini
biasanya dihasilkan pada jarak yang tidak ideal antara base metal dan elektrode
(terlalu dekat atau terlalu jauh)
Untuk mempertahankan busur yang nyalanya bagus maka gerakan tangan
peserta praktikum harus mengimbangi gerakan melelehnya elektrode agar jarak
yang ideal tetap terjaga antara elektrode dan base metal
V. LAMPIRAN
5.1 Skema mesin las tipe SMAW ( Shielded Metal Arch Welding )
4
5.2 Gambar Elektrode
5
PEMBUATAN BEAD LURUS
I. PENDAHULUAN
1.1 Umum
Sebaian besar proses pengelasan dalam dunia industri merupakan proses
pengelasan dengan lintasan yang lurus, meskipun ada juga yang tidak lurus
(berbentuk lurva, lingkaran, elips dan sebagainya). Dalam industri berat seperti
galangan kapal dan “offshore structure fabricator” proses pengelasan dengan
pembuatan kaki jacket dari pelat yang di roll. Berdasarkan kenyataan inilah secara
umum praktikum pembuatan bead lurus ini bertujuan untuk mempelajari teknik–
teknik pengelasan dengan lintasan lurus.
1.2 Tujuan
Beberapa tujuan yang ingin diperoleh dalam pelaksanaan praktikum
pembuatan bead lurus ini adalah sebagai berikut :
Mempelajari teknik pengelasan dengan lintasan lurus dengan benar
Mengetahui hasil las – lasan dengan lintasan lurus yang baik maupun yang
jelek
Melatih kemampuan mempertahankan nyalaa busur dalam proses pengelasan
yang lintasannya lurus
Melatih kemampuan mengelas dengan lintasan lurus dengan batasan 0 batasan
yang diberikan
Mempelajari tekniok pembersihan slag yang benar
Mempelajari teknik penyambungan pada pengelasan dengan lintasan lurus
Beberapa tujuan diatas merupakan bekal bagi peserta praktikum untuk mengikuti
praktikum – praktikum selanjutnya.
6
II. METODE PELAKSANAAN
2.1 Peralatan dan Bahan – bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ke – 2 ini adalah
sebagai berikut :
Mesin las tipe SMAW
Elektrode
Material lempengan baja ( persegi panjang )
Sikat baja
Palu pembersih slag
Penjepit baja
Sarung tangan
Helm pelindung
Kostum praktikum
7
Membersihkan slag yang masih tersisa dengan menggunakan sikat baja
Mendapat pengarahan tentang hasil las – lasan yang baik dan yang buruk
Mengembalikan peralatan dan bahan pada tempatnya masing – masing
Dalam pelaksanaan pengelasan peserta praktikum harus melakukan pengelasan
pada bagian yang telah di tentukan yaitu pada garis – garis pemandu. Hasil
pengelasan yang baik adalah hasil pengelasan yang melebar dengan ukuran kira–
kira 2x ukuran elektrode.
8
Solusi : Untuk menghasilkan pengelasan yang melebar maka dalam melakukan
proses pengelasan diperhatikan lelehan materialnya, diperkirakan apakah lebar
hasil pengelasan sudah memenuhi. Jika lebar material yang meleleh kira – kira
belum memenuhi lebar yang diinginkan, maka dipertahankan posisi elektroda
agar material meleleh lebih banyak sehingga hasil pengelasan bisa melebar
b. Elektrode habis sebelum pengelasan satu lintasan lurus selesai
Solusi : Masalah ini harus diatasi dengan cara penyambungan yang benar, yaitu
dengan cara membersihkan dahulu slag pada ujung yang akan disambung.
Setelah ujung yang akan disambung sudah bersih dari slag, selanjutnya
disambung dengan cara melakukan pengelasan sedikit diatas logam hasil
pengelasan yang sudah dibersihkan tersebut
c. Posisi tubuh yang kurang baik mengakibatkan tangan tidak bisa bergerak
dengan leluasa mengikuti garis panduan yang sudah dibuat
Solusi : Posisi tubuh harus diatur sedemikian rupa sehingga lurus dengan
material yang ingin di las. Posisi seperti ini memudahkan peserta praktikum
untuk melakukan gerakan tangan maju mundur
d. Saat pengelasan garis panduan tidak terlihat dengan jelas, sehingga kadang –
kadang sulit menentukan di mana harus menghentikan proses pengelasan
Solusi : Permasalahan ini harus diatasi dengan kecermatan masing – masing
peserta praktikum untuk memanfaatkan cahaya dari busur untuk melihat garis
panduan
e. Pembersihan slag kadang – kadang sulit meskipun telah dipukul berulang kali
menggunakan palu
Solusi : Dalam membersihkan slag harus dimulai sedikit demi sedikit dari
ujung hasil pengelasan. Pemukulan dengan menggunakan palu tidak perlu
terlalu keras karena akan merusak hasil pengelasan
IV. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang didapat berkaitan dengan tujuan praktikum yang
sudah disebutkan adalah sebagai berikut :
9
Teknik pengelasan bead lurus yang baik adalah dengan cara mengatur posisi
tubuh dengan baik saat pengelasan
Penyambungan hasil pengelasan dilakukan dengan cara membersihkan
terlebih dahulu bagian yang ingin disambung dari slag, kemudian dilakukan
pengelasan sedikit diatas bagian yang disambung
Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang lebar, maka harus diperhatikan
lelehan material saat di las sehingga bisa diperkirakan lebar hasil pengelasan
Untuk melihat garis panduan diperlukan kecermatan dan pemanfaatan cahaya
busur dengan baik
Pembersihan slag harus dimulai dari ujung hasil pengelasan secara sedikit
demi sedikit dan tidak perlu melakukan pemukulan terlalu keras
Untuk menmpertahankan nyala busur, maka diperhatikan gerakan melelehnya
logam pada elektroda, kemudian tangan menyesuaikan dan mempertahankan
jarak antara ujung elektroda dan base metal
Hasil – hasil pengelasan yang baik adalah hasil pengelasan yang sesuai
demgam garis panduan dengan hasil melebar (dengan ukuran kurang lebih 2x
ukuran elektroda). Sedangkan hasil pengelasan yang buruk adalah yang tidak
mengikuti garis panduan dan hasilnya tidak melebar
V. LAMPIRAN
5.1 Gambar Material Baja dan Garis Panduan
10
5.3 Gambar Pembersihan Slag yang Baik
11
PEMBUATAN WEAVING BED
I. PENDAHULUAN
1.1 Umum
Pada kondisi tertentu penerapan las berayun atau pembuatan weaving bed bisa
menjadi hal sangat di butuhkan. Sebagai contoh untuk menyambungkan dua pelat
baja diperlukan hasil pengelasan yang melebar, untuk itu diperlukan las yang
berayun. Pada prinsipnya las berayun dilakukan sebagaimana proses pengelasan
dengan lintsan lurus, namun pada las berayun dilakukan gerakan berayun ke kiri
dan kekanan secara teratur. Dalam ilmu pengelasan, tipe-tipe ayunan adalah sangat
beragam diantaranya tipe ayunan “crescent” (bentuk silang lengkung, tipe ayunan
bentuk angka delapan, dan tipe ayunan bentuk lingkaran).
Dalam pelaksanaan pengelasan berayun harus diperhatikan lelehan logam dari
elektrode dan diperhatikan tipe kerapatan lelehannya. Hasil pengelasan berayun
sebagian besar diharapkan membentuk ayunan yang rapat dan merata. Namun tidak
selamanya demikian, karena pada dasarnya hasil pengelasan tidak lah mutlak, akan
tetapi akan sangat bergantung pada tujuan yang ingin dicapai.
1.2 Tujuan
Praktikum pembuatan weaving bed dilaksanakan untuk mencapai tujuan
sebagai berikut :
Untuk melatih peserta praktikum dalam melaksanakan pengelasan berayun
Untuk mengetahui hasil pengelasan yang baik dan yang buruk
12
Adapun beberapa peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum
ketiga ini adalah sebagai berikut :
Mesin las tipe SMAW
Elektrode
Material baja dari praktikum pembuatan bead lurus yang telah di las
Sikat baja
Palu pembersih slag
Penjepit baja
Sarung tangan
Helm pelindung
Kostum praktikum
13
III. ANALISA HASIL PENGELASAN
3.1 Hasil Pengelasan Yang Baik dan Jelek
Hasil pengelasan yang baik dalam praktikum pembuatan weaving bed ini
adalah jika hasil pengelasan merata. Hal ini berarti bahwa hasil pengelasan
mengisi ruang antara bead lurus dengan merata mengikuti pola berayun tanpa ada
bagian yang kosong. Selain itu hasil pengelasan yang baik memiliki ketebalan yang
kurang lebih sama dengan tebal bead lurus pada praktikum pembuatan bead lurus,
serta tidak melebihi batasan-batasan yang sudah ditentukan. Batasan-batasan ini
sama dengan batasan pasa pembuatan bead lurus, dan tidak melewati bead lurus
dalam arah menyamping.
Hasil pengelasan yang jelek adalah jika hasil pengelasan yang tidak mengisi
ruang antar bead lurus dengan merata. Jika slag dibersihkan dari hasil pengelasan
yang jelek ini akan terlihat pada ayunan yang tidak rapat dan tidak teratur. Selain itu
hasil pengelasan yang dikatakn jelek, jika tebal hasil pengelasan lebih tipis dari
tebal bead lurus maupun lebih tipis dari tebal bead lurus. Hasil pengelasan yang
buruk juga di definisikan jika melebihi batasan-batasan yang sudah dibuat.
14
Solusi : Untuk menyesuaikan berapa tebal pengelasan harus diperhatikan
pelelehan logam elektrode saat melakukan proses pengelasan di perkirakan
ketebalan yang tepat.
IV. KESIMPULAN
Ada beberapa kesimpulan yang bisa di tarik dari pelaksanaan praktikum
pembuatan weaving bead ini, yaitu :
Hasil pengelasan yang baik adalah jika hasil pengelasan mengisi ruang antara
bead lurus secara merata dan tidak melewati batas yang ada.
Hasil pengelasan yang baik membentuk pengayunan yang rapat.
Hasil pengelasan yang baik memiliki tebal yang kurang lebih sama dengan
ketebalan bead lurus.
Hasil pengelasan di kategorikan buruk jika tidak memenuhi tiga kriteria
diatas.
Untuk mendapat hasil pengelasan yang baik harus di lakukan pengelasan
dengan ayunan yang teratur dan memperkirakan ketebalan lelehan logam
elektrode dengan tepat.
Agar pengelasan tidak melebihi batasan yang ada maka peserta praktikum
cermat dan berkonsentrasi saat proses pengelasan.
V. LAMPIRAN
5.1 Gambar material yang di las
15
5.3 Gambar penampang Melintang Hasil Pengelasan
LAS FILLET 1 F
I. PENDAHULUAN
1.1 Umum
Pada kenyataannya posisi pengelasan adalah bermacam – macam. Beberapa
posisi pengelasan diantaranya adalah flat (mendatar) seperti yang telah dilakukan
pada praktikum ke – dua dan ke tiga. Posisi pengelasan yang selanjutnya adalah
posisi pengelasan horisontal, vertikal up dan vertikal down serta posisi over head.
Pada praktikum ke empat ini dilakukan salah satu jenis pengelasan mendatar, yaitu
posisi 1 F. Las posisi 1 F adalah pengelasan dua bidang dimana keduanya
berpotongan, dengan kemiringan 45 dari garis sumbu horisontal. Untuk lebih jelas
posisi ini bisa dilihat pada lampiran.
Dalam proses pengelasan Fillet 1 F di lakukan pengelasan sebagai awalan
yang disebut dengan pengelasan kunci / pengelasan titik / Tack Welding. Las titik
merupakan jenis pengelasan yang walaupun tampaknya sangat sepele namun
fungsinya sangat menentukan dan jika salah penanganannya justru dapat
menimbulkan malapetaka. Pada praktikum ini las kunci digunakan untuk mengunci
posisi pelat yang akan di gabungkan dalam posisi 1 F. Kuncian dilakukan pada
ujung – ujung pertemuan pelat dan akan mempermudah saat melakukan pengelasan
Fillet 1 F.
1.2 Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan praktikum Las
Fillet 1 F ini adalah sebagai berikut :
16
Mempelajari teknik pengelasan posisi Fillet 1 F
Mengetahui hasil pengelasan yang baik dan hasil pengelasan yang buruk.
Mempelajari teknik pengelasan titik / pengelasan kunci yang baik.
17
Melakukan pengelasan titik pada ujung – ujung pertemuan pelat baja
sedemikian rupa sehingga penampang melintang ke tiga material baja tersebut
membentuk tanda +.
Melakukan pengelasan posisi 1 F yang merupakan tipe pengelasan mendatar
seperti pada praktikum – praktikum sebelumnya.
Proses pengelasan dilakukan pada sudut – sudut pertemuan material baja yang
sudah di kunci dengan las titik.
Mengambil meterial yang sudah di las dari meja dengan menggunakan
penjepit baja.
Membersihkan slag dari hasil pengelasan dengan menggunakan palu dan sikat
baja.
Mendapat pengarahan tentang hasil pengelasan yang baik dan hasil
pengelasan yang buruk.
Mengembalikan semua peralatan dan hasil pengelasan pada tempatnya masing
– masing.
18
Ada beberapa permasalahan yang di hadapi selama pelaksanaan praktikum
Las Fillet 1 F ini. Secara terperinci permasalahan di uraikan sebagai berikut :
a. Hasil pengelasan tidak merata dalam arti tidak mengenai kedua bidang yang di
sambung (mengumpul dan cembung).
Solusi : Untuk menghindari hal ini maka dalam proses pengelasan harus di
lakukan sedikit ayunan kearah kedua sisi bidang yang di sambung.
b. Saat melakukan pengelasan titik terjadi pelelehan logam elektrode yang
berlebihan.
Solusi : Untuk menghindari hal ini maka saat melakukan pengelasan titik harus
di lakukan dalam waktu yang singkat pada tempat yang tepat yaitu pada ujung –
ujung pertemuan antara pelat baja yang di las. (Gambar pada Lampiran)
IV. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang bisa diperoleh dari pelaksanaan praktikum ini
adalah sebagai berikut :
Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang cekung dan merata maka waktu
pengelasan harus di lakukan sedikit ayunan.
Pelaksanaan las titik harus dalam waktu yang singkat dan tempat yang tepat.
Hasil pengelasan yang baik adalah jika penampang melintangnya berbentuk
cekung dan merata menghubungkan dua bidang yang di sambung (Gambar pada
Lampiran).
V. LAMPIRAN
5.1 Gambar Las Titik Pengelasan Fillet 1 F
19
5.3 Gambar Posisi Pengelasan Fillet 1 F
LAS FILLET 2 F
I. PENDAHULUAN
1.1 Umum
Pengelasan Fillet 2 F merupakan salah satu jenis posisi pengelasan mendatar
horisontal. Dalam posisi pengelasan ini, material yang di las adalah material pelat
baja yang membentuk sudut 90 satu dengan yang lain. Pada prinsipnya, Las Fillet 2
F merupakan penyambungan dua pelat baja dengan posisi sedemikian rupa
sehingga pengelasan di lakukan dengan posisi horisontal mendatar. Seperti pada
pengelasan Fillet 1 F, Las Fillet 2 F juga dimulai dengan pengelasan titik /
pengelasan kunci / tack welding. Las titik ini di gunakan untuk mengunci posisi
material baja yang di sambung.
Las titik merupakan jenis pengelasan yang walaupun tampaknya sangat sepele
namun fungsinya sangat menentukan dan jika salah penanganannya justru dapat
menimbulkan kesalahan fatal, karena tampaknya yang kecil dan sepele inilah yang
menyebabkan di remehkan oleh pelaksana sehingga pada suatu saat kondisi yang
terabaikan ini dapat berubah menjadi kerusakan yang bersifat ......... dan berakibat
pada korban materi dan jiwa. Pada prinsipnya las titik di lakukan dengan ukuran
pengelasan yang keci dan waktu yang singkat. Pada akhirnya hasil pengelasan titik
akan di........... dan di ratakan dengan permukaan yang di las.
Las Fillet 2 F dilakukan denan arah horisontal mendatar dengan sedikit
melakukan ayunan untuk menghubungkan kedua pelat baja yang digabng.
20
Pelaksanaan pengelasan ini harus diikuti dengan kecermatan mengamati lelehan
logam dari elektrode.
1.2 Tujuan
Beberapa tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan praktikum Las Fillet 2 F
ini adalah sebagai berikut :
Melatih peserta praktikum untuk melakukan pengelasan posisi 2 F
Mengetahui hasil pengelasan yang baik dan hasil pengelasan yang buruk.
Melatih peserta praktikum untuk melakukan pengelasan arah horisontal
(menyamping).
21
Peserta praktikum mengunakan kostum praktikum, sarung tangan dan helm
pelindung
Peserta praktikum mengambil material baja sebanyak dua buah lempang baja
persegi panjang
Peserta praktikum mendapat pengarahan tentang cara pengelasan Fillet 1 F
yang benar di sertai contoh
Melakukan pengelasan titik pada ujung – ujung pertemuan pelat baja
sedemikian rupa sehingga penampang melintang ke tiga material baja tersebut
membentuk tanda +
Melakukan pengelasan posisi 1 F yang merupakan tipe pengelasan mendatar
seperti pada praktikum – praktikum sebelumnya
Proses pengelasan dilakukan pada sudut – sudut pertemuan material baja yang
sudah di kunci dengan las titik
Mengambil meterial yang sudah di las dari meja dengan menggunakan
penjepit baja
Membersihkan slag dari hasil pengelasan dengan menggunakan palu dan sikat
baja
Mendapat pengarahan tentang hasil pengelasan yang baik dan hasil
pengelasan yang buruk
Mengembalikan semua peralatan dan hasil pengelasan pada tempatnya masing
– masing
2.2.2 Praktikum Las Fillet 2 F kedua.
Peserta praktikum mengunakan kostum praktikum, sarung tangan, dan helm
pelindung
Peserta praktikum mengunakan kostum praktikum, sarung tangan dan
helm pelindung
Peserta praktikum mengambil material baja yang sudah di las pada
praktikum las Fillet 2 F pertama dan sebuah lempeng baja satu buah yang
ukurannya sama dengan yang digunakan pada las Fillet 2 F pertama
22
Meletakkan material baja ketiga pada hasil pengelasan praktikum Las
Fillet 2 F pertama, sedemikian rupa sehingga penampang melintang dari
gabungan ini membentuk huruf “H” miring ( I )
Melakukan pengelasan “tig” pada ujung – ujung pertemuan kedua material
untuk penyatuan. Hal ini dilakukan oleh dua orang peserta praktikum seperti
pada Las Fillet 2 F
Melakukan pengelasan pada sudut – sudut pertemuan material baja hasil
pengelasan pertama dengan material ketiga ( I ) dengan arah pengelasan
menyamping
Mengambil meterial yang sudah di las dari meja dengan menggunakan
penjepit baja, kemudian membersihkan slag dari hasil pengelasan dengan
menggunakan palu dan sikat baja
Mendapat pengarahan tentang hasil pengelasan yang baik dan hasil
pengelasan yang buruk
Mengembalikan semua peralatan dan hasil pengelasan pada tempatnya
masing – masing
23
hanya mengenai salah satu sisi material baja. Hasil seperti ini biasanya diakibatkan
oleh gerakan pengelasan yang terlalu cepat dan kurang memperhatikan lelehan
logam elektrode. Selain itu hasil pengelasan yang jelek adalah jika penampang
melintangnya berbentuk cembung (gambar pada lempiran), meskipun hasil las-lasan
ini menghubungkan kedua sisi material baja yang membentuk sudut 90º.
Pada pengelasan Fillet 2 F ini prosedur penyambungan pengelasan dilakukan
seperti pada praktikum–praktikum sebelumnya.
IV. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang bisa di dapat dari pelaksanaan praktikum Las Fillet
2 F ini adalah :
Pengelasan Fillet 2 F dilakukan dengan arah horisontal
mendatar/menyamping dengan sedikit berayun untuk mendapatkan hasil
pengelasan yang baik
24
Hasil pengelasan yang baik adalah jika lelehan logam menghubungkan
kedua bidang pelat baja yang digabungkan, dan penampang melintangnya
berbentuk cekung
Pengelasan titik dilakukan pada waktu singkat dan pada tempat yang tepat
V. LAMPIRAN
5.1 Gambar Material Baja Las Fillet 2 F Pertama
25
5.4 Gambar Posisi Pengelasan
PENYAMBUNGAN PELAT
I. PENDAHULUAN
1.1 Umum
Pada kenyataan di lapangan kita sering dihadapkan pada permasalahan
penyambungan logam. Untuk menyambung dua logam yang terpisah, biasanya
dilakukan dengan proses pengelasan. Di dunia industri perkapalan maupun fabikasi
anjungan lepas pantai seringkali di temui kasus penyambungan pelat-pelat baja
untuk dibentuk menjadi bangunan utuh. Dengan leterangan ini dapat di simpulkan
bahwa kemampuan melakukan pengelasan untuk menyambung pelat baja
merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam industri.
1.2 Tujuan
Beberapa tujuan yang ingin di capai dari pelaksanaan praktikum
penyambungan pelat ini adlah sebagai berikut :
Mempelajari teknik penyambungan dua pelat baja
Mengetahui jarak antara dua pelat baja yang tepat untuk melakukan
penyambungan
Mengetahui hasil pengelasan yang baik dan hasil yang buruk
26
Mempelajari teknik melakukan las kunci (tack welding) pada
penyambungan dua pelat baja
27
Melakukan pengelasan kunci (Tack Welding) pada bagian dua pelat yang
berdekatan untuk mempertahankan posisi dua pelat baja tersebut
Melakukan pengelasan penyambungan dengan pengelasan mendatar (flat)
mulai dari ujung lokasi sambungan (gambar pada lampiran)
Melakukan proses pengelasan penyambungan dengan sedikit ayunan agar
hasil pengelasan melebar (penyambungan sisi pertama)
Mengambil material baja yang sudah disambung pada proses pengelasan
menggunakan penjempit baja dari meja pengelasan)
Membersihkan hasil pengelasan dari slag dengan menggunakan palu dan sikat
baja
Mendinginkan material baja, untuk kemudian dilakukan penyambungan sisi
kedua pada praktikum kedua penyambungan dua pelat baja
28
3.1 Hasil Pengelasan yang Baik dan yang Buruk
Dalam praktikum penyambungan dua pelat baja ini hasil pengelasan
dikategorikan baik jika lintasan pengelasan lurus dan menutupi celah antara dua
meaterial baja yang disambung. Selain itu hasil pengelasan dikategorikan baik jika
hasil pengelasan agak melebar dengan ketebalan yang relatif kecil terhadap
permukaan material baja. Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang seperti ini,
maka dilakukan sedikit ayunan pada saat melakukan penyambungan dengan proses
pengelasan.
Sedangkan hasil pengelasan dikatakan buruk jika hasil pengelasan tidak
memiliki lintasan yang lurus, sehingga tidak menutupi celah antara dua pelat baja
yang disambung. Selain itu hasil pengelasan yang dikategorikan buruk jika hasil
pengelasan cenderung mengumpul di tengah dan memiliki ketebalan yang relatif
besar terhadap permukaan material baja yang disambung.
2.3 Permasalahan yang dihadapi dan Solusi
Beberapa permasalahan yang dihadapi saat melakukan praktikum
penyambungan dua pelat ini adalah sebagai berikut :
a. Pada saat melakukan pengelasan titik / pengelasan kunci / tack welding, posisi
pelat menjadi berhimpit setelah di las
Solusi : Fenomena seperti ini merupakan akibat dari adanya tegangan sisa
setelah logam lelehan mengering, mendingin dan memadat. Untuk mengatasi
hal ini maka perlu digunakan pelat pengganjal untuk mempertahankan posisi /
jarak antara dua pelat yang disambung
b. Terjadi cekungan pada daerah sepanjang lintasan memanjang hasil pengelasan
(pada bagian tengah)
Solusi : Fenomena ini merupakan akibat dari jarak dua pelat baja yang
disambung terlalu renggang. Untuk mengatasi hal ini, tentu saja sebelum
penyambungan dimulai, diatur dulu jarak antar pelat sebesar ± 1 mm
c. Hasil pengelasan mengalami pembengkakan setelah material dingin, sehingga
hasinya tidak sesuai dengan yang diharapkan
29
Solusi : Hal ini di akibatkan oleh adanya tagangan sisa saat lelehan logam
pengelasan telah mendingin. Untuk mengetahui hal ini, ada beberapa cara
diantaranya adalah dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah Pemanasan Pendahuluan (Preheating)
Benda kerja dipanaskan perlahan-lahan sampai pada suhu gas (º C)
Langkah Perendaman Suhu
Benda kerja yang bersuhu gas (º C), dipertahankan suhunya selama selang
waktu tertentu
Langkah Penurunan Suhu
Benda kerja diturunkan suhunya sampai dengan derajat penurunan tertentu
Langkah-langkah ini dilakukan setelah pengelasan. Dalam praktikum kali ini,
perlakuan ini tidak dilakukan karena keterbatasan peralatan yang ada
IV. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang bisa didapat dari pelaksanaan praktikum
penyambungan pelat ini sebagai berikut :
Jarak yang ideal utnuk penyambunagn dua pelat baja adalah ± 1 mm
Hasil pengelasan yang baik adalah jika lelehan lgam elektrode membentuk
lintasan lurus menutupi celah antar pelat yang disambung
Hasil pengelasan yang buruk adalah jika lelehan elektrode membentuk
lintasan yang tidak lurus dan tidak menutupi celah antar pelat baja yang
disambung
Beberapa kesalahan dalam pengelasan penyambungan akan
mengakibatkan hasil pengelasan yang bengkok, hasil pengelasan yang cekung
di bagian tengan memanjang sepanjang lintasan pengelasan, dan tebal lelehan
tidak terlalu besar
Untuk mempertahankan posisi pelat baja saat dilakukan pengelasan titik
maka digunakan pelat pengganjal
Untuk mendapatkan ketebalan pengelasan yang kecil terhadap permukaan
pelat baja yang disambung, maka pengelasan dilakukan dengan sedikit ayunan
30
V. LAMPIRAN
5.1 Gambar posisi pengelasan penyambungan dua pelat baja
31
5.4 Gambar hasil pengelasan yang terjadi cekungan di tengah
DAFTAR PUSTAKA
32