Anda di halaman 1dari 65

PRAKTIS

Treatment of Peripheral Nerve


Tumors
455
ISSN: 0125-913 X I 179 / vol. 37 no. 6 / Agustus 2010 http.//www.kalbe.co.id/cdk
CDK 179 / vol. 37 no. 6 / Agustus 2010

HASIL PENELITIAN OPINI PROFIL


Erosi Dasar Tengkorak dan Stetoskop-Stetoskop Masa Depan Prof. Dr. Bambang Hermani, SpTHT (K)
Kelainan Saraf Kranial pada Teknologi THT Semakin Canggih,
Penderita Karsinoma Nasofaring Sehingga Bedah Otak Saat ini Melalui
di RS. H. Adam Malik Medan Jalur THT Terlebih Dahulu

Untitled-1 1
CDK ed_179
Untitled-3.indd 1 Agustus-September'10 DR.indd 403 6/26/2010 11:51:24
7/26/2010
7/27/2010 3:00:44 PM
5:28:59
Petunjuk untuk Penulis
DAFTAR ISI
CDK menerima naskah yang membahas berbagai aspek keseha-
tan, kedokteran dan farmasi, bisa berupa tinjauan kepusta-
kaan ataupun hasil penelitian di bidang-bidang tersebut, termasuk lapo-
ran kasus. Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang
khusus untuk diterbitkan oleh CDK; bila pernah dibahas atau dibacakan
dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan mengenai
Validasi Foto Polos Sinus Paranasal 3 Posisi
nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggu- untuk Diagnosis Rinosinusitis Kronik
nakan bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Vimala Acala, Kartono Sudarman,
Indonesia yang berlaku. Istilah medis sedapat mungkin menggunakan Anton Christanto, Slamet Widodo 409
istilah bahasa Indonesia yang baku, atau diberi padanannya dalam ba- Erosi Dasar Tengkorak dan Kelainan Saraf Kranial
hasa Indonesia. pada Penderita Karsinoma Nasofaring
Redaksi berhak mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. di RS. H. Adam Malik Medan
Setiap naskah harus disertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia Delfitri Munir, Ramsi Lutan, Muzakkir Zam-Zam,
dan Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak ber- Chairul Abdi 415
bahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah berisi 2.000 - 3.000 kata Hubungan antara Stadium Polip Nasi dengan Fungsi
ditulis dengan program pengolah kata seperti MS Word, spasi ganda, Ventilasi dan Drainase Telinga Tengah berdasarkan
font Eurostile atau Times New Roman 10 pt.
Gambaran Timpanogram
Nama (para) pengarang ditulis lengkap, disertai keterangan lemba-
Iin Fatimah Hanis, Sutji Pratiwi Raharjo,
ga/fakultas/institut tempat bekerjanya. Tabel/skema/grafik/ilustrasi yang
R. Boy Arfandy, Nani.I.Djufri 419
melengkapi naskah dibuat sejelas- jelasnya dan telah dimasukkan dalam
Rinitis Alergi sebagai Faktor Risiko Otitis Media
program MS Word.
Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan pemunculannya Supuratif Kronis
dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated Index Tutie Ferika Utami, Kartono Sudarman,
Medicus dan/atau Uniform Requirement for Manuscripts Submitted to Bambang Udji Djoko Rianto, Anton Christanto 425
Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). Hubungan antara Rintis Kronis dan Gambaran
Sinusitis pada Foto Waters
Contoh : Dewi Ayu Paramita, Suyono, Kristanto Yuli Yarsa,
1. Basmajian JV, Kirby RL.Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore, Mardiatmo, Wachid Putranto 431
London: William and Wilkins, 1984; Hal 174-9. Introduction of Student Oral Case Analysis (SOCA)
2. Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading micro- to Assess Student’s Performance in Pre-clinical Setting
organisms. Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic in Faculty of Medicine, Mataram University
physiology: Mechanism of diseases. Philadelphia: WB Saunders, Eustachius Hagni Wardoyo, Bobby Marwal Syahrizal,
1974 ; 457-72.
Dyah Purnaning, Ida Ayu Eka Widiastuti,
3. Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia.
Ardiana Ekawanti, Muhammad Farid Wajdi 434
CDK. 1990; 64: 7-10.
Epulis Gigantocellulare
Jika pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh
Azamris 437
atau lebih, sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk. BERITA TERKINI
Naskah dikirim ke redaksi dalam bentuk softcopy / CD atau melalui Beberapa Tip Menurunkan Tekanan Darah 441
e-mail ke alamat : Epirubicin dan Cyclophosphamide dengan Transtuzumab
pada trial HERCULES 442
Redaksi CDK Eprotirome, Hormon Tiroid Analog, Menurunkan Kadar
Jl. Letjen Suprapto Kav. 4 Kolesterol Pasien Dislipidemia yang Diterapi
Cempaka Putih, Jakarta 10510 dengan Statin 443
E-mail: cdk.redaksi@yahoo.co.id Review Kriteria Diagnostik dan Skrining DM bagi
Tlp: (021) 4208171. Fax: (021) 42873685 Dokter Keluarga 444
Efektifitas Penggunaan Preparat Sodium Divalproat
Mengingat saat ini CDK sudah dapat diakses lewat internet (online)
Lepas Berkesinambungan (Extended Release/ER) pada
maka (para) penulis hendaknya menyadari bahwa makalah yang diter-
Terapi Gangguan Bipolar 445
bitkan juga akan dapat lebih mudah dimanfaatkan oleh lingkungan yang
Kombinasi Testosteron dan Progestogen sebagai
lebih luas.
Korespondensi selanjutnya akan dilakukan melalui e-mail; oleh kar-
alternatif Kontrasepsi Pria 447
ena itu untuk keperluan tersebut tentukan contact person lengkap den- BCAA untuk Anoreksia Pasien Kanker 449
gan alamat e-mailnya. Aktivitas SOD pada Kanker Prostat dan BPH 450
Keefektifan Chlorhexidine Gel Intra-alveolar pada
Alveolar Osteitis dan Komplikasi Perdarahan pada
Pembedahan Molar Ketiga Mandibular Pasien dengan
Gangguan Perdarahan 451
Nutraseutikal Kombinasi Terbaru
untuk Terapi Hiperkolesterolemia 453
PRAKTIS 455
OPINI 458
INFORMATIKA KEDOKTERAN 461
PROFIL 465
LAPORAN KHUSUS 467
INFO PRODUK 474
GERAI 476
Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat ANTAR SEJAWAT 477
masing-masing penulis dan tidak selalu merupakan pandangan AGENDA 479
atau kebijakan instansi/lembaga tempat kerja si penulis.
RPPIK 480

| AGUSTUS 2010 405

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 405 7/26/2010 5:29:40 PM


PRAKTIS
Treatment of Peripheral Nerve
Tumors
146
ISSN: 0125-913 X I 179 / vol. 37 no. 6 / Agustus 2010 http.//www.kalbe.co.id/cdk

HASIL PENELITIAN OPINI PROFIL


Erosi Dasar Tengkorak dan Stetoskop-Stetoskop Masa Depan Prof. Dr. Bambang Hermani, SpTHT (K)
Kelainan Saraf Kranial pada Teknologi THT Semakin Canggih,
Penderita Karsinoma Nasofaring Sehingga Bedah Otak Saat ini Melalui
di RS. H. Adam Malik Medan Jalur THT Terlebih Dahulu

EDITORIAL
Di antara penyakit/masalah THT yang umum didapatkan di kalangan masyarakat
– dan juga sudah menjadi istilah awam – adalah penyakit amandel, yang terutama
menjadi masalah di kalangan anak-anak; bahkan di masa lalu masa liburan sekolah
merupakan masa tonsilektomi !

Sebenarnya banyak hal lain di bidang THT yang perlu diketahui, antara lain rinitis
alergi dan sinusitis yang sebenarnya tidak jarang dijumpai ; topik ini yang antara lain
menjadi pokok bahasan di edisi CDK kali ini - kaitannya dengan gambaran radiologi
perlu dipahami untuk mencegah pemeriksaan yang tidak perlu.

Artikel lain yang mungkin menarik bagi kalangan pendidikan ialah penilaian SOCA
- umpan balik ini perlu untuk menilai seberapa jauh manfaatnya bagi proses belajar-
mengajar di fakultas kedokteran. Pengalaman sejawat di pusat pendidikan lain kami
tunggu untuk dijadikan bahan perbandingan.

Ditambah dengan berita terkini dari berbagai sumber , semoga bisa memenuhi ke-
butuhan sejawat akan berita kedokteran yang mutakhir.

Selamat membaca,

Redaksi

406 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 406 7/23/2010 10:32:56 PM


Redaksi Kehormatan
Prof. Drg. Siti Wuryan A Prayitno, SKM, MScD, PhD
Bagian Periodontologi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta

Prof. Dr. Abdul Muthalib, SpPD KHOM


Divisi Hematologi Onkologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
ISSN: 0125-913 X
Prof. Dr. Djoko Widodo, SpPD-KPTI
http://www.kalbe.co.id/cdk Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Prof. DR. Dr. Charles Surjadi, MPH


Pusat Penelitian Kesehatan Unika Atma Jaya Jakarta

Prof. DR. Dr. H. Azis Rani, SpPD, KGEH


Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Prof. DR. Dr. Sidartawan Soegondo, SpPD, KEMD, FACE


Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

DR. Dr. Abidin Widjanarko, SpPD-KHOM


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Kanker Dharmais, Jakarta

DR. Dr. med. Abraham Simatupang, MKes


Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, Jakarta

Prof. Dr. Sarah S. Waraouw, SpA(K)


Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado

Prof. DR. Dr. Rully M.A. Roesli, SpPD-KGH


Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP
Dr. Hasan Sadikin, Bandung

Dr. Aucky Hinting, PhD, SpAnd


Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya

DR. Dr. Yoga Yuniadi, SpJP


Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI/Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita, Jakarta

Prof. DR. Dra. Arini Setiawati


Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Prof. Dr. Faisal Yunus, PhD, SpP(K)


Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/SMF Paru RS Persahabatan, Jakarta
Susunan Redaksi Prof. DR. Dr. Rianto Setiabudy, SpFK
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Dr. R.M. Nugroho Abikusno, MSc., DrPH


Ketua Pengarah Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta
Dr. Boenjamin Setiawan, PhD
Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS
Pemimpin Umum Fakultas KedokteranUniversitas Udayana Denpasar, Bali

Dr. Kupiya Timbul Wahyudi Prof. DR. Dr. Ignatius Riwanto, SpB(K)
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS Dr. Kariadi,
Ketua Penyunting Semarang

Dr. Budi Riyanto W. Dr. Tony Setiabudhi, SpKJ, PhD


Universitas Trisakti/ Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia, Jakarta
Manajer Bisnis Prof. DR. Samsuridjal Djauzi, SpPD, KAI
Nofa, S.Si, Apt. Sub Dept. Alergi-Imunologi, Dept. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Dewan Redaksi Dr. Prijo Sidipratomo, SpRad(K)
Dr. Artati Departemen Radiologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Dr. Irwan Widjaja
Prof. DR. Dr. Johan S. Masjhur, SpPD-KEMD, SpKN
Dr. Esther Kristiningrum
Departemen Kedokteran Nuklir Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/
Dr. Dedyanto Henky RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung
Dr. Harvian Satya Dharma
Dr. Yoska Yasahardja Dr. Hendro Susilo, SpS(K)
Dept. Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RS Dr. Soetomo,
Surabaya
Tata Usaha
Dodi Sumarna Prof. DR. Dr. Darwin Karyadi, SpGK
Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat
Dr. Ike Sri Redjeki, SpAn KIC, M.Kes
Bagian Anestesiologi & Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung

| AGUSTUS 2010 407

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 407 7/26/2010 5:30:15 PM


ENGLISH SUMMARY

Skull Base Erosion and deafness, social isolation, decrease Correlation between
Cranial Nerve Palsy in prestige and productivity, even Chronic Rhinitis and
causing handicap and death due to
among Nasopharyngeal complications and disease process. Sinusitis on Waters’
Carcinoma Patients A large percentage of chronic otitis X-ray
in H. Adam Malik media is still difficult to cure. Doctors
usually assume that inflammation is Dewi Ayu Paramita*, Suyono*,
Hospital, Medan, caused by bacterial infections. Thus, Kristanto Yuli Yarsa**, Mardiatmo*,
Indonesia antibiotics are generally prescribed Wachid Putranto***
for treatment. But recurrent inflamma- Department of Radiology*, Department
Delfitri Munir, Ramsi Lutan, Muzakkir tion may be caused by allergic rhinitis; of Histology**, Department of Internal
Zam-Zam, Chairul Abdi in CBSOM this possibility cannot be Medicine***
Department of ENT, H. Adam Malik Hospital, overlooked. Faculty of Medicine, Sebelas Maret
Medan, Indonesia University/ Dr. Moewardi Hospital,
Objective. To study the presence of Surakarta, Indonesia
Skull base erosion and cranial nerve allergic rhinitis as a risk factor in CB-
palsy are complications of nasopha- SOM. Objective: To find correlation between
ryngeal carcinoma (NPC). These com- chronic rhinitis and sinusitis on Waters’
plications can be caused by primary or Method and Material. This is a case view Xray photo. Method: This study
metastatic tumor. – control study at the ENT polyclinic, is observational with cross sectional
Dr. Sardjito Hospital. Patients with CB- approach, conducted from January to
Among 37 NPC patients in H. Adam SOM as case group compared with June 2008. Samples are Waters’ view
Malik Hospital, Medan during 2004, patients without ear complaints as films at Radiology Department of Dr.
we found 27 % with skull base erosion control group. Risk factors to allergic Moewardi Hospital Surakarta. Result:
and 59,5 % with cranial nerve palsies, rhinitis was assessed through history Total samples analyzed were 91. There
mostly n. VI. taking, anterior rhinoscopic examina- is strong correlation between chronic
tion and skin prick test. Data analysis rhinitis and sinusitis imaging on Wa-
Keywords: Undifferentiated Ca, used X2 test and logistic regression ters view (p value = 0,002; OR 3,78).
Non keratinizing Ca, Keratinizing analysis. Conclusion: Subject with rhinitis have
squamous Ca, Foramen lacerum, Sella 3,78 bigger possibility to have sinusitis
turcica, Os petrosum. Results. A total of 50 patients as cases in imaging.
dm,rl,mz,ca and 50 patients as controls underwent
CDK 2010; 37(6): 415-18 allergic rhinitis diagnosis. Forty pa- Key words: chronic rhinitis, sinusitis,
tients (80%) from case group and 8 pa- Waters view
tients (16%) from control group were CDK 2010; 37(6): 431-33

Allergic Rhinitis is a positive for allergic rhinitis. The differ-


ence is significant (p = 0,001) which
Risk Factor for Chronic shows that allergic rhinitis is a risk fac-
Benign Suppurative tor for CBSOM. The risk of suffering
Otitis Media CBSOM is 21 times more frequent in
allergic rhinitis patients compared to
controls (OR = 21, IK = 95% : 7,53% -
Tutie Ferika Utami, Kartono Sudar- 58,56%).
man, Bambang Udji Djoko Rianto,
Anton Christanto. Conclusion. Allergic rhinitis is a risk
Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery factor for CBSOM.
Department, Faculty of Medicine
Gadjah Mada University/Dr. Sardjito Hos- Key words: CBSOM, allergic rhinitis,
pital, Yogyakarta, Indonesia risk factor
CDK 2010; 37(6): 425-29
Background. Chronic benign suppu-
rative otitis media (CBSOM) is a com-
mon disease in developing countries
especially Indonesia. The prevalence
of CBSOM in Indonesia is 2,1 – 5,2%.
Inadequate management can cause

408 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 408 7/26/2010 5:30:48 PM


HASIL PENELITIAN

Validasi Foto Polos Sinus Paranasal 3 Posisi untuk


Diagnosis Rinosinusitis Kronik
Vimala Acala, Kartono Sudarman, Anton Christanto, Slamet Widodo
Bagian Telinga Hidung dan Tenggorok
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RS DR. Sardjito, Yogyakarta, Indonesia

LATAR BELAKANG Simpulan: Foto polos SPN 3 posisi dasar sinus dengan gerakan menyeru-
Rinosinusitis adalah peradangan valid untuk mendiagnosis rinosinusitis pai bintang, sepanjang dinding de-
mukosa nasal dan sinus paranasal, kronis. pan, medial, posterior dan lateral, ser-
dikatakan kronis apabila berlangsung ta atap sinus bertemu di ostium (3,4,5).
paling sedikit 12 minggu. Penegakan Kata kunci: rinosinusitis kronik, foto
diagnosis rinosinusitis merupakan ma- polos sinus paranasal 3 posisi, CT- PATOFISIOLOGI
salah di fasilitas pelayanan kesehatan Scan, diagnosis Penyakit sinus terkait 3 faktor: pa-
yang tidak memiliki CT-Scan, atau bi- tensi ostium, fungsi silia dan kualitas
aya CT-Scan yang mahal; sehingga ma- PENDAHULUAN sekret. Gangguan salah satu faktor
sih menggunakan foto polos. Masalah Rinosinusitis (RSK) merupakan istilah atau kombinasi faktor-faktor tersebut
saat ini adalah validitas foto polos di yang lebih tepat karena sinusitis ja- mengubah fisiologi dan menimbulkan
RS Sardjito, bahkan di Indonesia be- rang tanpa didahului rinitis dan tanpa rinosinusitis. Obstruksi ostium menim-
lum pernah diteliti. melibatkan inflamasi mukosa hidung. bulkan drainase tidak adekuat, beraki-
Rinosinusitis menjadi penyakit ber- bat penumpukan cairan dalam sinus;
Tujuan: Menentukan validitas foto po- spektrum inflamasi dan infeksi mukosa pada sinus maksilaris menjadi penting
los sinus paranasal 3 posisi untuk men- hidung dan sinus paranasal(1). Rino- karena mukus dibersihkan melawan
egakkan diagnosis rinosinusitis kronik. sinusitis didefinisikan sebagai gang- pengaruh gravitasi (3). Obstruksi me-
guan akibat inflamasi mukosa hidung nyebabkan hipoksi lokal dalam sinus,
Desain dan metode: Penelitian ini dan sinus paranasal; dikatakan kronik menimbulkan perubahan pH, keru-
menggunakan desain uji diagnostik. apabila telah berlangsung sekurang- sakan epitel dan fungsi silia. Cairan
Sampel diambil mulai bulan Januari nya 12 minggu(1). dalam sinus menjadi media yang baik
sampai Maret 2007 di poliklinik RSUP bagi pertumbuhan bakteri, menimbul-
DR.Sardjito secara consecutive sam- Sinus paranasalis seperti bagian alat kan inflamasi jaringan dan penebalan
pling. Kritera inklusi adalah penderita pernafasan lain, dilapisi oleh epitel mukosa sehingga menambah obstruk-
tersangka rinosinusitis kronik (kriteria pseudostratified kolumner berlapis si ostium.
task force), memiliki foto polos sinus semu bersilia(2). Mukosa sinus parana-
paranasal 3 posisi, memiliki CT scan sal merupakan kelanjutan mukosa ka- KLASIFIKASI
potongan koronal. Kriteria eksklusi vum nasi meskipun lebih tipis(3). Mem- RSK ditandai penebalan mukosa, hi-
adalah pernah menjalani operasi sinus bran basal tampak lebih tipis, jaringan perplasi sel goblet, fibrosis subepitel
sebelumnya, terdiagnosis tumor sino- subepitel memiliki jaringan ikat tipis dan inflamasi permanen. Remodelling
nasal, catatan medis tidak lengkap. yang melekat kuat pada periosteum, mukosa sinus mengarah pada gang-
Analisis statistik menggunakan diag- dan kelenjar seromusin relatif lebih guan keseimbangan antara deposit
nostic test. sedikit. Sinus paranasalis mempunyai dan degradasi kolagen dan matriks
sistem mukosilia, terdiri dari gabung- protein lain. Peningkatan sintesis fi-
Hasil: Sensitivitas = 85,7% Spesifisi- an epitel bersilia dan lapisan mukus, broblas merupakan respon adanya
tas = 33,3% Nilai duga positif = 75% berfungsi proteksi dan melembapkan aktivasi eosinofil beserta produknya,
Nilai duga negatif = 50% Rasio kecen- udara inspirasi. Lapisan mukus dido- termasuk profibrotic transforming
derungan positif = 1,28 Rasio kecen- rong oleh silia menuju ke ostium sinus. growth factor-β (TGF-β). Sel inflamasi
derungan negatif = 0,42 Transportasi mukus sinus diawali dari yang banyak terdapat di sinus an-

| AGUSTUS 2010 409

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 409 7/23/2010 10:32:59 PM


HASIL PENELITIAN

tara lain : sel T, eosinofil, basofil, dan nyeri daerah sela mata. Untuk sinus- diagnosis yang akurat sebagai kunci
neutrofil memiliki jumlah menonjol di itis frontalis nyeri terasa di daerah manajemen terapi termasuk untuk
mukosa sinus. dahi, sedangkan sinusitis sphenoidalis menetapkan etiologi dan faktor pre-
menimbulkan nyeri di daerah puncak disposisi. Para ahli menyepakati bah-
Pinheiro et al. (1998) membagi rinosi- kepala atau di oksipital (5). wa rinosinusitis disebabkan oleh ob-
nusitis ditinjau dari lima aksis : 1) struksi clearance mukosilia dari sinus
gambaran klinis (akut, subakut, dan Tanda obyektif ditentukan melalui pe- paranasal, khususnya daerah KOM.
kronik), 2) lokasi sinus yang terkena meriksaan rinoskopi anterior, rinosko- Pemeriksaan radiologi diharapkan
(maksilaris, frontalis, ethmoidalis, dan pi posterior dan pemeriksaan faring. dapat menggambarkan secara akurat
sphenoidalis), 3) organisme yang ter- Pemeriksaan rinoskopi anterior dapat morfologi regional dan menunjukkan
libat (virus, bakteri, atau jamur), 4) ket- menemukan tanda inflamasi yaitu mu- obstruksi osteomeatal.
erlibatan ekstrasinus (komplikasi atau kosa hiperemis, edema, discharge mu-
tanpa komplikasi), dan 5) modifikasi kopurulen yang terlihat di meatus me- Foto polos atau radiografi standar
penyebab spesifik (atopi, obstruksi dia. Pemeriksaan rinoskopi posterior Foto polos sinus paranasal merupakan
komplek osteomeatal). Klasifikasi lain menemukan kumpulan pus di permu- metode mudah dan cepat untuk eva-
didasarkan ditemukan tidaknya alergi, kaan palatum, dapat berasal dari tiap luasi struktur maksilofasial. Ada empat
membagi rinosinusitis menjadi alergi sinus tetapi paling sering dari sinus posisi yang sering adalah posisi Wa-
dan nonalergi atau berdasarkan ada maksilaris. Pus dapat tampak menetes ters’, Towne’s, lateral, dan submento-
tidaknya infeksi dibagi dalam rinosi- melalui ujung posterior konka inferior verteks. Paparan radiasi berkisar 40-60
nusitis infeksi dan noninfeksi. Sedang- dari meatus media. Pada pemeriksaan mSv. Pemeriksaan tersebut memua-
kan untuk derajat sinusitis digunakan farings dapat terlihat pus mengalir skan untuk sepertiga bawah kavum
gambaran radiologis untuk menunjuk- sampai ke bawah melalui sela dinding nasi dan sinus maksila. Gambaran si-
kan berat ringannya penyakit. lateral faring dan umumnya berasal nus ethmoid anterior et posterior, sinus
dari sinus maksilaris, frontalis atau frontal, dan sphenoid sering kurang
Pembagian secara radiologis telah ethmoidalis(5,8). Pada pemeriksaan en- baik akibat penumpukan bayangan (7).
banyak dilakukan di antaranya menu- doskopi dapat dilihat edema dan hi-
rut Lund MacKay. Pembagian menu- peremi di meatus media atau bulla Penebalan mukosa lebih dari 4 mm,
rut sistem Lund MacKay didasarkan ethmoid dan dan jaringan granulasi (9). opasitas komplit sinus maksilaris, dan
pada pengukuran obyektif kelainan gambaran air fluid level merupakan
masing-masing sinus, dengan skor 0 DIAGNOSIS gambaran radiologis utama yang di-
bila tidak ditemukan kelainan, skor 1 Diagnosis RSK dapat ditegakkan mela- gunakan untuk diagnosis sinusitis
bila ditemukan opasitas parsial, skor lui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pada foto polos. Gambaran opasitas
2 bila ditemukan opasitas total sinus, penunjang. Anamnesis didasarkan sinus maksilaris tersebut dapat akibat
dan penilaian patensi osteomeatal pada gejala seperti obstruksi hidung, penebalan dinding anterior sinus atau
komplek. Sistem ini banyak dipakai kongesti, rasa nyeri di wajah, nyeri jaringan lunak yang tebal. Polip sinus
karena mampu mengukur kelainan kepala, gangguan discharge hidung, juga dapat memberi gambaran seper-
masing-masing sinus secara obyektif, post nasal drip, nafas bau, batuk, ti air fluid level(7).
dapat dipakai untuk kasus individual, gangguan penghidu dengan atau tan-
dan mempertimbangkan kondisi kom- pa telinga terasa penuh, faringitis, fa- Beberapa peneliti membandingkan
plek osteomeatal (7). tigue, malaise atau demam yang telah roentgen polos dan CT scan koronal
berlangsung selama 12 minggu (1). pada bayi dan anak dengan sinusitis
GEJALA DAN TANDA rekuren. Hasilnya dari 70 pasien terda-
Gejala RSK berbeda-beda, dari sangat Pemeriksaan fisik harus menemukan pat 80% mempunyai CT scan abnor-
ringan hingga berat. Gejala bisa dikel- salah satu tanda inflamasi yaitu 1) mal dan 75% roentgen tidak berko-
ompokkan menjadi gejala subyektif discharge berwarna di saluran nafas, relasi terhadap CT scan. Berdasarkan
dan obyektif. Gejala subyektif meliputi polip atau pembengkakan konka po- evaluasi pada 21 pasien didapatkan
gejala nasal dan nasofaringeal, faring lipoid menggunakan rinoskopi ante- kesesuaian korelasi roentgen polos
dan nyeri wajah. Gejala nasal menca- rior atau endoskopi setelah aplikasi dengan CT scan pada penderita sinus-
kup obstruksi hidung, sekresi hidung dekongestan; 2) edema dan hiperemi itis akut sebesar 87%.
dan post nasal drip. Sering disertai di meatus media atau bulla ethmoid
epistaksis dan gangguan olfaktorius. yang diidentifikasi menggunakan en- CT scan
Gejala faring berupa rasa ke-ring di doskopi nasal; 3) eritema lokal atau CT scan menyediakan gambaran hi-
tenggorokan dan gejala nyeri wajah keseluruhan, edema dan jaringan dung dan sinus paranasal yang lebih
akibat keadaan vakum di sinus. Nye- granulasi (1). detail dibandingkan roentgen. Ahli
ri pada sinusitis maksilaris timbul di THT sangat membutuhkan gambaran
daerah pipi atau zigomatik, sedang- RADIOLOGI SINUS PARANASAL KOM dan kelainan yang mungkin ter-
kan sinusitis etmoidalis menimbulkan Penyakit inflamasi sinus membutuhkan dapat di sinus paranasal untuk menda-

| AGUSTUS 2010 411

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 411 7/23/2010 10:33:00 PM


HASIL PENELITIAN

patkan diagnosis akurat dan rencana ke posterior (identifikasi sinus frontalis, sedangkan CT scan lebih dari 95%
terapi selanjutnya. Potongan koronal sinus ethmoidalis, bulla ethmoidalis, dan 61% (15).
CT scan memberikan gambaran aku- sinus maksilaris, sinus sphenoidalis,
rat sinus ethmoid anterior, 2/3 kavum kavum nasi, orbita, fossa kranii media, METODA PENELITIAN
nasi bagian atas, recessus frontalis. dan septum deviasi), 2) melihat lami-
Potongan lintang CT scan dapat me- na papiracea, processus uncinatus, A. Rancangan Penelitian
nilai kondisi soft tissue di kavum nasi, dan konka media, 3) melihat recessus Penelitian ini merupakan uji diagnos-
sinus paranasal, orbita, dan intrakra- frontalis, 4) perhatikan asimetri kanan- tik untuk menentukan validitas foto
nial. Perbedaan yang teridentifikasi kiri dengan melihat basis kranii, 5) in- polos sinus paranasal 3 posisi dan CT
antara komponen kavum nasi yaitu dentifikasi sinus sphenoidalis, melihat scan potongan koronal sebagai alat
udara - tulang, lemak - orbita, dan septum intersphenoidalis, 6) melihat diagnosis pada pasien dengan gejala
soft tissue – udara. Perbedaan den- perluasan penyakit (7). klinis/persangkaan rinosinusitis kronis
sitas juga mempermudah identifikasi menurut kriteria task force.
sinus frontal, recessus frontal, proces- Perbandingan CT scan koronal
sus uncinatus, infundibulum ethmoid, terbatas dan foto polos sinus B. Populasi Penelitian
bulla ethmoid, sinus maksila, ostia paranasal Populasi target pada penelitian ini
sinus maksilaris, meatus media, sinus CT scan potongan koronal terbatas adalah pasien yang memenuhi krite-
ethmoid, sinus sphenoid, dan reces- telah diteliti sensitivitas dan spesi- ria klinis task force untuk persangkaan
sus sphenoid. Gambaran yang jelas fisitasnya dibandingkan dengan foto rinosinusitis kronis (RSK). Populasi ter-
sangat mempermudah diagnosis dan polos sinus paranasal. CT scan 4 slice jangkau penelitian ini adalah pasien
rencana terapi (7). dibandingkan CT scan standar memi- yang memenuhi kriteria klinis task
liki sensitivitas 81,25%, spesifisitas force untuk persangkaan rinosinusitis
Potongan koronal merupakan poton- 89,47%, nilai duga positif 92,86, dan kronis di RS Dr. Sardjito.
gan terbaik karena mampu menunjuk- nilai duga negatif 73,91.13 Penelitian
kan hubungan antara otak dan sinus Goodman et al. (1995) mendapatkan C. Sampel Penelitian
ethmoid, orbita dan sinus paranasal, bahwa foto polos sinus paranasal Sampel adalah bagian dari populasi
juga KOM. Endoskopi hanya member- memiliki sensitivitas dan spesifisitas terjangkau yang dipilih dengan cara
ikan gambaran anatomi yang terletak secara keseluruhan 54% dan 64%.14 tertentu. Teknik pengambilan sampel
di depan endoskopi, sedangkan CT Penelitian serupa oleh Garcia et al. dengan cara berurutan (consecutive
scan mampu mendefinisikan daerah (1994) mendapatkan kesesuaian foto sampling), yaitu setiap pasien RSK di
yang tidak tampak pada endoskopi. polos mendeteksi sinusitis adalah 20% RS Dr. Sardjito Yogyakarta dan me-
Pasien diposisikan prone dengan hi- untuk sinus frontal, 0% sinus sphenoid, menuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
perekstensi di meja scanner. Kondisi dan 54% sinus ethmoid; sinus maksila Cara pemilihan sampel seperti ini ada-
KOM ideal diperoleh dengan CT scan 75%. Sensitivitas dan spesifisitas posisi lah satu cara yang terbaik dalam pene-
difokuskan pada kavum nasi dan si- Waters adalah 76% and 81%. Sinus CT litian klinik (16).
nus paranasal. Bila pasien tidak dapat scan mempunyai kesesuaian diband-
posisi prone maka dibuat potongan ingkan CT standar masing-masing D. Kriteria Inklusi
aksial dari palatum hingga melalui si- 100% untuk sinus frontal, 82% untuk Penderita dengan persangkaan RSK
nus frontalis(7). sinus sphenoid, 73% untuk sinus eth- (task force positif), memiliki foto polos
moid, dan 97% untuk sinus maksila. sinus paranasal 3 posisi, memiliki CT
Pelaksanaan CT scan sering kali terk- Kesesuaian secara keseluruhan bila scan potongan koronal
endala biaya, maka dikerjakan CT dibandingkan CT scan standar adalah
scan terbatas untuk mengatasi per- 88% (14). E. Kriteria Eksklusi
masalahan dan meningkatkan nilai Pernah menjalani operasi sinus, ter-
diagnosis foto polos sinus paranasal. Pemeriksaan radiologi dibutuhkan diagnosis tumor sinonasal, memiliki
Jika perkiraan jarak sinus sphenoid untuk konfirmasi klinis. Pada rontgen catatan medis tidak lengkap. tidak
hingga nares sekitar 7,5 cm maka CT sinus paranasalis didapatkan air fluid bersedia ikut dalam penelitian.
scan standar dengan jarak antara 3 level, pengkabutan atau penebalan
mm akan menghasilkan 25 gambar. CT mukosa pada satu atau lebih sinus F. Cara Pengukuran
(2,4)
scan terbatas dikerjakan dengan jarak . CT scan dapat menggambar- 1). Semua penderita tersangka RSK
antar potongan beragam mulai 3, 4, kan penebalan mukosa, perubahan memenuhi kriteria inklusi dan ek-
5 hingga 10 mm. sentrasi kavum nasi struktur tulang maupun kondisi os- sklusi dicatat identitasnya pada
dan sinus paranasal (7). teomeatal komplek (1). Sensitifitas formulir penelitian,
dan spesifisitas radiologi sinus para- 2). Dilakukan foto polos sinus parana-
Penilaian CT scan meliputi 6 tahap, yai- nasal 85% dan 80% untuk posisi Wa- sal 3 posisi dan CT Scan potongan
tu: 1) melihat gambaran dari anterior ters, untuk tiga posisi 90% dan 60% koronal.

412 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 412 7/23/2010 10:33:02 PM


HASIL PENELITIAN

G. Kerangka Penelitian H. Analisis Statistik


Analisis data dalam penelitian ini
adalah sensitivitas, spesifisitas, nilai
Penderita rinosinusitis kronis
duga positif, nilai duga negatif, rasio
kecenderungan positif, dan rasio ke-
Informed consent Kriteria inklusi dan eksklusi cenderungan negatif dari CT Scan dan
foto polos SPN 3 posisi.

Sampel Penelitian HASIL PENELITIAN


Karakteristik subyek penelitian
Jumlah sampel penelitian seluruhnya
Foto polos SPN 3 posisi CT scan SPN potongan coronal 20 pasien, wanita 11 orang (55%) dan
laki-laki 9 orang (45%), paling banyak
pada umur dekade ke 3 (30%). (tabel
Uji Diagnostik 2).

Keluhan utama pasien dengan per-


sangkaan RSK terdistribusi dalam ta-
1. Sensitivitas bel 3.
2. Spesifisitas
3. Nilai duga positif
4. Nilai duga negatif Uji Diagnostik/Validasi Foto polos SPN
5. Rasio kecenderungan positif 3 posisi (Tabel 4)
6. Rasio kecenderungan negatif
Sensitivitas = 12/14 x 100 % = 85,7%
Gambar 1. Bagan alur penelitian dan analisis pada penelitian Spesifisitas = 2/6 x 100 % = 33,3%
Nilai duga positif = 12/16 x 100 % =
Tabel 2. Distribusi umur sampel penelitian 75%
Umur (dalam tahun) Jumlah (%) Nilai duga negatif = 2/4 x 100 % =
50%
<9 0 (0)
Rasio kecenderungan positif = 85,7%/
10-19 4 (20)
(4/(4 + 2)) = 1,28
20-29 6 (30) Rasio kecenderungan negatif = (2/(12
30-39 4 (20) + 2))/33,3% = 0,14/0,33 = 0,42
40-49 2 (10)
50-59 4 (20) PEMBAHASAN
Jumlah sampel penelitian seluruhnya
>60 0 (0)
ada 20 pasien, wanita 11 orang (55%)
Tabel 3. Distribusi gejala sampel penelitian dan laki-laki 9 orang (45%). Umur teru-
No. Gejala rinosinusitis Jumlah (%) tama pada dekade ke 3 (30%) (tabel 2).
1 Discharge purulen 8 (40)
Keluhan utama pada sampel penelitian
2 Hidung tersumbat 6 (30)
(kriteria task force) adalah discharge
3 Gangguan penghidu 4 (20) purulen (40%), hidung tersumbat (30%)
4 Rasa tertekan atau nyeri di sinus 1 (5) dan gangguan penghidu (20%) (tabel
5 Nyeri kepala 1 (5) 3). Hasil penelitian ini berbeda dengan
6 Fatigue 0 (0) penelitian Evans (1994) yang menda-
patkan gejala subyektif meliputi gejala
7 Gangguan tidur 0 (0)
nasal dan nasofaringeal, faring dan
Tabel 4. Tabel penghitungan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, akurasi, rasio nyeri wajah. Gejala nasal mencakup
kecenderungan positif, dan rasio kecenderungan negatif foto polos SPN 3 posisi (17)
obstruksi hidung, sekresi hidung dan
Foto polos SPN 3 posisi post nasal drip. Sering gejala terse-
+ - Total but disertai epistaksis dan gangguan
+ 12 4 16 olfaktorius. Gejala faring berupa rasa
-
kering di tenggorokan dan gejala nye-
ri wajah disebabkan oleh keadaan va-
kum pada sinus. Proyeksi nyeri pada

| AGUSTUS 2010 413

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 413 7/23/2010 10:33:02 PM


HASIL PENELITIAN

sinusitis maksilaris di daerah pipi atau Hal tersebut membuat kalangan klinisi Penelitian ini sesuai dengan penelitian
zigomatik, sedangkan sinusitis etmoi- ragu dan cenderung merujuk ke pusat Dolor(2001) yang mendapatkan sensitifi-
dalis menimbulkan nyeri di daerah pelayanan medis dengan fasilitas CT tas dan spesifisitas radiologi sinus para-
sela mata. Untuk sinusitis frontalis nye- Scan. Hal ini menjadi beban tersendiri, nasal untuk tiga posisi 90% dan 60%.
ri terasa di daerah dahi, sedangkan karena pengobatan bisa dilakukan di
sinusitis sphenoidalis menimbulkan daerah yang tidak memiliki fasilitas CT Dari 16 sampel pasien dengan CT Scan
nyeri di daerah puncak kepala atau di Scan. Masalah ini menjadi dasar bagi positif didapatkan 12 sampel foto po-
oksipital. peneliti untuk mencari validitas foto los SPN 3 posisi yang juga positif, ini
polos SPN 3 posisi dalam menegak- menandakan bahwa hasil foto polos
Hal tersebut di atas menandakan bah- kan diagnosis RSK. SPN 3 posisi mempunyai nilai duga
wa keluhan utama discharge purulen positif yang tinggi (75%), sehingga
hidung pada umur sekitar dekade 3 Penelitian dengan 20 sampel men- tidak diperlukan foto CT Scan untuk
harus dicurigai sebagai gejala RSK. dapatkan sensitivitas sebesar 85,7% mendiagnosis RSK. Foto polos SPN 3
Masalahnya adalah untuk membuk- dan spesifisitas sebesar 33,3%. Hal ini posisi layak untuk mendiagnosis RSK
tikan kecurigaan tersebut. Mahalnya berarti 85,7% kemungkinan seseorang di daerah yang tidak memiliki fasilitas
CT Scan dan tidak adanya fasilitas CT benar benar positif RSK jika ditemu- CT Scan.
Scan di beberapa daerah menyebab- kan foto polos SPN 3 posisi positif.
kan masih perlunya foto polos SPN 3 Dan 33.3% kemungkinan subyek bu- SIMPULAN
posisi untuk menegakkan diagnosis kan RSK apabila hasil foto polos SPN Foto polos SPN 3 posisi valid untuk
RSK, tetapi validitas foto polos di RS 3 posisi ditemukan negatif. Foto polos mendiagnosis rinosinusitis kronis den-
Sardjito belum pernah diteliti, bahkan SPN 3 posisi bisa dilakukan untuk me- gan sensitivitas 85,7% dan spesifisitas
di Indonesia. negakkan diagnosis RSK. 33,3%.

DAFTAR PUSTAKA
1. Benninger MS, Poole M, Ponikau J. Adult chronic rhinosinusitis: definitions, diagnosis, epidemiology, and pathophysiology. Otolaryngol Head Neck Surg (suppl)
2003;129S: S1-S32.
2. Hilger PA. Penyakit sinus paranasalis. Dalam: Boies: Buku Ajar penyakit THT. Effendi H (terj.ed.) 6th ed. EGC, Jakarta. 1997.
3. Miller AJ, Amedee RG. Sinus anatomy and function. In: Bailey BJ. Head & Neck Surgery - Otolaryngology. 2nd ed. 1998.Lippincott-Raven, New York ; p: 413-
21.
4. Rohr AS. Sinusitis: pathophysiology, diagnosis, and management. J Immunol Allergy Clin North Am 1987;7:383-91
5. Evans KL. Fortnightly review: diagnosis and management of sinusitis. BMJ 1994;309:1415-22.
6. Pinheiro AD, Facer GW, Kern EB. Sinusitis: Current concepts and management. In Bailey BJ. Head & Neck Surgery - Otolaryngology. 2nd ed. Lippincott-Raven,
New York, 1998. p: 441-55.
7. Zeinreich SJ. Imaging for staging of rhinosinusitis. Ann Otol. Rhinol. Laryngol 2004.; 133: 19-23.
8. Sucipto D. Temuan sinuskopi pada pasien sinusitis maksilaris kronis. Kongres Nasional Perhati XI. Jogjakarta: 1995.. 179-189.
9. Khun FA. Role of endoscopy in the management of chronic rhinosinusitis. Ann Otol Rhinol Laryngol 2004.; 113: 10-14.
10. Kurt R, Lange S, Grumme T, Wolfgang K. Cerebral and spinal computerized tomography. Schering AG, West Germany. 1989.
11. Toshiba’s Medical Electronic. The statement of ROI. In Manual of Toshiba’s CT scan. Serial number 27345-Tosh-201. 1995.
12. Awaida JPS, Woods SE, Doerzbacher M, Gonzales Y, Miller TJ. Four cut sinus computed tomographic scanning in screening for sinus disease. Southern Medical
J 2004; 97: 18-20.
13. Goodman GM, Martin DS, Klein J. Comparison of a screening coronal CT versus a contagious coronal CT for evaluation of patients with presumptive sinusitis.
Am Allerg. Asthma Immunol 1995.; 74: 178-182.
14. Garcia GP, Corbett ML, Elbery SM, Joyce MR, Le HT, Karibo JM et al. Radiographic imaging studies in pediatric chronic sinusitis. J Allerg Clin Immunol 1994; 94:
1-11.
15. Dolor RJ, Williams JW. Management of Rhinosinusitis in Adults: Clinical Applications of Recent Evidence and Treatment Recommendations. JCOM 2001.; 9:
463-477.
16. Hulley SB, Cummings SR. Designing Clinical Research. Williams and Wilkins, Baltimore. 1998.
17. Fletcher RH, Fletcher SW, Wagner EH. Clinical Epidemiology : The Essential, 2nd ed. Williams & Wilkins, Baltimore, USA 1988:58-04.

414 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 414 7/23/2010 10:33:02 PM


HASIL PENELITIAN

Erosi Dasar Tengkorak dan Kelainan Saraf Kranial


pada Penderita Karsinoma Nasofaring
di RS. H. Adam Malik Medan
Delfitri Munir, Ramsi Lutan, Muzakkir Zam-Zam, Chairul Abdi
Bagian Telinga Hidung Tenggorok - Kepala Leher, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, Medan

ABSTRAK
Erosi dasar tengkorak dan kelainan saraf kranial merupakan komplikasi karsinoma nasofaring (KNF). Komplikasi ini dapat
disebabkan oleh tumor primer atau metastasis.

Pada 37 penderita KNF.di RS H Adam Malik, Medan selama tahun 2004 dijumpai 27% dengan erosi dasar tengkorak dan
59,5% dengan kelainan saraf kranial, terutama n. VI.

PENDAHULUAN Kelainan saraf kranial berhubungan BAHAN DAN CARA


Karsinoma nasofaring (KNF) di In- dengan perluasan tumor ke jaringan Penelitian dilakukan secara deskriptif
donesia menduduki urutan pertama sekitar dan invasi tumor yang menga- analitik dengan metode cross sectio-
keganasan kepala-leher dan urutan kibatkan erosi dasar tengkorak.5 Well nal. Populasi penelitian adalah semua
ke-empat setelah keganasan serviks, (1963) menemukan adanya erosi pada penderita yang dicurigai menderita
payudara dan kulit Insiden tumor ini tulang tengkorak mummi dari Mesir karsinoma nasofaring berdasarkan
meningkat pada akhir dekade ke dua yang diduga disebabkan oleh KNF.6 anamnesis dan pemeriksaan THT-KL
dan mencapai puncak pada umur 40- Sampel penelitian adalah semua pop-
50 tahun dengan perbandingan pria Di Indonesia perluasan tumor ke arah ulasi yang memenuhi kriteria inklusi
dan wanita 2 : 1 sampai 4:1.1,2 atas lebih sering ditemukan, terbanyak dan eksklusi.
mengenai saraf kranial VI.7 Muyassaroh
Menurut Survai Departemen Kes- menemukan proporsi kelainan saraf - Kriteria Inklusi:
ehatan 1987, angka prevalensi KNF kranial sebesar 27,7 % dari 141 kasus Penderita KNF yang diagnosisnya
di Indonesia adalah 4,7 per 100,000 KNF dan yang terbanyak adalah saraf ditegakkan berdasarkan hasil peme-
penduduk per tahun. Di bagian THT kranial VI, 8 Furukawa menemukan ke- riksaan histopatologis tumor di naso-
RSCM, KNF menempati urutan per- lainan saraf kranial akibat perluasan faring.
tama dari seluruh tumor ganas kepala- tumor sebanyak 18%.4 Tumor yang
leher, dan hampir setengahnya pen- meluas ke posterior dapat menyebab- - Kriteria Eksklusi:
derita baru 3 Di RSUP H. Adam Malik kan kelainan saraf hipoglosus. Chong Penderita dengan kelainan saraf kra-
Medan ditemukan 130 penderita KNF menemukan kelainan saraf hipoglosus nial yang tidak disebabkan oleh KNF
dari 1370 kasus baru tumor kepala dan 75% dari 16 pasien KNF.9 Sham men- seperti stroke, tumor kepala leher
leher dari tahun 1998-2002.4 emukan erosi tulang tengkorak 31,3% selain karsinoma nasofaring, trauma
dari 262 kasus KNF yang ditelitinya.10 kepala dan penyakit infeksi telinga.
Tumor ganas ini dapat mengenai se-
mua golongan usia dan berpotensi Di RSUP H. Adam Malik Medan belum Besar sampel ditentukan berdasarkan
menyebar cepat ke jaringan sekitar ada data mengenai kelainan saraf kra- jumlah kasus yang didapat selama
dan bermetastasis jauh. Biasanya pen- nial dan erosi dasar tengkorak pada rentang waktu penelitian mulai dari
derita datang berobat setelah menca- penderita karsinoma nasofaring. Pe- Januari 2004 sampai Desember 2004.
pai stadium lanjut, dengan gejala pe- nelitian ini bertujuan untuk mengeta-
nyebaran berupa pembesaran kelenjar hui erosi dasar tengkorak dan kelainan Tempat penelitian di Bagian Ilmu Pe-
getah bening di leher dan kelainan saraf kranial pada penderita KNF. nyakit THT-KL FK USU / RSUP H. Adam
saraf kranial3’4 Malik Medan.

| AGUSTUS 2010 415

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 415 7/23/2010 10:33:03 PM


HASIL PENELITIAN

Responden yang memenuhi kriteria Kelainan saraf kranial yang terbanyak Tabel 8. Distribusi jenis histopatologis tumor
inklusi dicatat semua data yang dibu- dijumpai akibat KNF adalah saraf VI Histipatotogis Jumlah %
tuhkan sesuai dengan kuesioner yang (18 - 48,6 % ).
Undifferentiated Ca 17 45,9
telah disiapkan. Kemudian dilakukan
Non Keratinizing Ca 16 43,2
pemeriksaan radiologi untuk meneliti Tabel 4. Hubungan Erosi Dasar Tengkorak dengan-
adanya erosi dasar tengkorak akibat Kelainan Saraf kranial pada pasien KNF Keratinizing Squamous Ca 4 10,8
KNF ; selanjutnya penderita dikon- Erosi dasar tengkorak Jumlah 37
sultasikan ke bagian Neurologi untuk
- + Total
mengetahui adanya kelainan saraf kra- Tabel 9. Distribusi stadium tumor
Kelainan - 15 - 15
nial yang disebabkan oleh KNF. Stadium Jumlah %
Stadium 1 2,7
Data disusun dalam bentuk tabel dan
Stadium III 25 67,6
dianalisis secara statistik dengan pro-
gram Window SPSS versi 10,1. Stadium IV 11 29,7
Total 37
HASIL PENELITIAN
Jenis histopatologis yang terbanyak
Tabel 1. Distribusi erosi dasar tengkorak pasien adalah tipe III yaitu Undifferentiated
KNF. Carcinoma (45,9 %) dan stadium tu-
Jumlah % mor yang terbanyak dijumpai adalah
Tabel 5. Distribusi kelompok umur pasien KNF stadium III (67,6 %).
Umur Jumlah %
PEMBAHASAN
20-29 3 8,1
Erosi dasar tengkorak akibat tumor
30-39 4 10,8
didapatkan pada 10 (27 %) dari 37 ka-
40-49 13 35,1 sus (tabel 1). Effendi menjumpai erosi
50-59 12 32,4 dasar tengkorak akibat KNF (Karsino-
Tabel 2. Distribusi kasus Kelainan Saraf Kranial 60-69 2 5,4 ma Nasofaring) pada 19 kasus (47,50
pasien KNF
70-79 3 8,1 %) dari 40 penderita KNF.6 Godtfred-
Jumlah % sen menjumpai erosi dasar tengkorak
Total 37
20% dari 454 kasus KNF.5 Sedangkan
Tabel 6. Distribusi jenis kelamin pasien KNF Roh menjumpai 38,6% dari 119 pasien
Jumlah % KNF yang ditelitinya.11
Pria 29 78,4
Wanita 8 21,6 Pada penelitian ini didapatkan 22 (59,5
Jumlah 37 100 %) kasus KNF dengan kelainan saraf
kranial, yang terbanyak adalah saraf
Tabel 3. Distribusi kelainan saraf kranial pasien Tabel 7. Distribusi suku pasien KNF kranial VI (48,6 %). Pada penelitian Ef-
KNF Jumlah % fendi atas 40 kasus KNF di RS. Dr. Pirn-
Lesi saraf kranial Jumlah % gadi Medan ditemukan 31 kasus (77,5
Batak 17 45,9
%) dengan kelainan saraf kranial, yang
I 2 5,4 Jawa 9 24,3
terbanyak adalah saraf V (51, 61 %).6
II 4 10,8 Aceh 7 18,9 Muyassaroh di Semarang menemukan
III 15 40,5 Minang 2 5,4 kelainan saraf kranial terbanyak adalah
IV 13 35,1 Melayu 1 2,7 saraf VI (92,3 %).8 Dari data beberapa
V 15 40,5 Nias 1 2,7 pusat pendidikan dokter di Indonesia,
VI 18 48,6 15 - 30 % penderita KNF mengalami
Jumlah 37
kelainan saraf kranial; terbanyak pada
VII 9 24,3
Penderita KNF terbanyak pada go- saraf VI. Sedangkan di luar negeri ke-
VIII 4 10,8
longan umur 40 -49 tahun (35,1 % ). lainan saraf kranial tercatat lebih tinggi
IX 14 37,8 Termuda 20 tahun dan paling tua 78 yaitu 40 - 50 %, dan yang terbanyak
X 14 37,8 tahun, Perbandingan pria dan wanita adalah saraf V.9,10,11 Ilhan dalam peneliti-
XI 1 2 ;7 adalah 3,63 : 1, sedangkan suku bang- annya menjumpai kelainan saraf krani-
XII 11 29,7
sa penderita KNF yang terbanyak ada- al pada 16% dari 166 kasus KNF ; 57,2%
lah suku Batak (49,5 %), adalah kelainan saraf kranial VI.12

| AGUSTUS 2010 417

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 417 7/23/2010 10:33:03 PM


HASIL PENELITIAN

Terdapat hubungan yang bermakna Pada penelitian ini didapatkan jenis Stadium tumor terbanyak pada pe-
antara 22 kasus kelainan saraf kranial histopatologis terbanyak adalah Un- nelitian ini adalah stadium III (67,6 %),
dengan 10 kasus yang mengalami differentiated Ca (45,9 %). (tabel 8). Hal dan hanya 1 kasus stadium II. (tabel 8).
erosi dasar tengkorak (p < 0.05). (tabel ini sama dengan yang didapatkan oleh Sesuai dengan Soeleiman (1999)7 di
4). Hal ini berbeda dengan penelitian Lutan (1986)10 - 57,50 %, Susilo (1995)16 Medan yang mendapatkan 70 % kasus
Effendi (1984)6 yang tidak menemukan - 55,47 %, dan Yong-sheng (1983)17 di adalah stadium III. Hal ini menunjuk-
hubungan antara erosi dasar tengko- Guangdong sebanyak 93,13 %. Pada kan bahwa sebagian besar penderita
rak dengan kelainan saraf kranial pada penelitian ini dijumpai jenis nonkera- KNF baru terdeteksi pada saat penya-
penderita KNF. Menurut Godtfredsen tinizing Ca sebanyak 16 kasus (43,2%). kitnya sudah lanjut
yang dikutip dari Zaman (1977)5, leb- Jumlah ini lebih banyak bila diband-
ih dari separah gejala kelainan saraf ingkan dengan di Taiwan (15%).21
kranial penderita KNF yang diteliti
menunjukkan adanya erosi dasar teng-
korak.

Pada penelitian ini didapatkan 37 DAFTAR PUSTAKA


orang penderita KNF ; 29 orang pria 1. Hulu O. Karsinoma nasofaring pada pada sopharyngeal carcinoma. Eur J Ophthalmol
dan 8 orang wanita, Umur termuda anak. Kumpulan Naskah Konas XII Perhati 2002; 12(1): 55-9 13. 13. Siregar P. Manifestasi
adalah 20 tahun dan tertua 78 tahun; 1999; 25-32. neurologi karsinoma nasofaring. Kumpulan
35,1 %. pada kelompok umur 40 - 49 2. Hadi W. Aspek klinis dan histopatologi karsi- Naskah Konas Perhati V 1977; 545 - 51
tahun (tabel 5) ; sama dengan peneli- noma nasofaring (Tinjauan 29 kasus). Kumpu- 14. Lutan R, Efendi Ss Aboet A . Kerusakan pada
tian Gosal (1977)12 di Ujung Pandang. lan Naskah Konas XII Perhati 1999; 1001-7 dasar tengkorak suspek oleh karena infiltrasi
Sedangkan Roezin di Jakarta (1977)13 3. Soetjipto D. Karsinoma nasofaring, Dalam: dari karsinoma nasofaring. Kumpulan Naskah
mendapatkan 28,1 %, Zainuddin di Tumor Telinga Hidung Tenggorok diagnosis & Konas VIII Perhati 1986; 117-121
Padang (1977)14 38,6 % dan Lutan 35,8 penatalaksanaan FK-UI. Jakarta 1989; 71-82. 15. Bambang SS. Diagnostik klinik kanker nasofar-
% di Medan (1986). l° Dari data terse- 4. Lutan R. Diagnosis dan penatalaksanaan karsi- ing. Kumpulan Naskah Seminar Kanker Naso-
but dapat disimpulkan bahwa insiden noma nasofaring. Kumpulan Naskah KONAS faring. Yayasan Kanker Wilayah Jawa Tengah.
KNF tertinggi adalah pada dekade ke- XIII PERHATI 2003; 16. 1998; 17- 42.
empat 5. Zaman M. Karsinoma nasofaring. Paralisis ner- 16. Gosal. Insidens minimum tumor ganas naso-
vus abducen yang bilateral dengan destruksi faring di Ujung Pandang. Kumpulan Naskah
Perbandingan pria dan wanita adalah os sphenoidale. Kumpulan Naskah Konas Per- Konas V Perhati 1977; 565 - 571.
3,63 : 1 (tabel 6). Lutan (2003)4 menda- hati V 1977; 539-44 17. Roezin A. Gejala telinga pada karsinoma na-
patkan perbandingan pria dan wanita 6. Effendi S. Tumar ganas nasofaring dengan ke- sofaring. Kumpulan Naskah Konas V. Perhati
3:1, Susilo (1995)16 di Semarang 2 : 1, lainan neurologi dan kerusakan dasar tengko- 1977; 588-593.
dan Yong-sheng (1983)17 di Guang- rak di RS Dr. Pirngadi Medan. Tesis. 1984. 18. Zainuddin MZ. Frekuensi tumor ganas naso-
dong 2,21 : 1. 7. Soeleiman S. Hubungan Gambaran makrosko- faring di Sumatera Barat Kumpulan Naskah
pis karsinoma nasofaring pada pemeriksaan Ilmiah Konas V Perhati 1977; 599 - 605
Suku bangsa yang terbanyak men- nasofaringoskopi dengan histopatologis. Tesis 19. Susilo N, Wiratno. Karsinoma nasofaring di
derita KNF adalah suku Batak (45,9 1999. SMF THT RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun
%).(tabel 7) Demikian juga dengan 8. Muyassaroh. Kelainan neurologi pada karsi- 1990-1994. Kumpulan Naskah Konas X Perhati
penelitian Lutan (1986)10 mendapat- noma nasofaring di SMF THT RSUP Dr. Ka- 1995; 1229 - 37.
kan suku Batak 50 %. Kalangan suku riadi Semarang tahun 1996 - 1998. Kumpulan 20. Yong-Seng Z. Histopathologic types and
bangsa Cina Selatan, baik yang bera- Naskah Konas Perhati XII1999; 1132-9 incidence of malignant nasopharyngeal tu-
da di negara Cina maupun yang men- 9, Chong VF, Fan YF. Hypoglossal nerve palsy in mors in Zhongshan Country. Chinese Med. J.
jadi imigran di penjuru dunia memiliki nasopharyngeal carcinoma. Eur Radiol 1998; 1983; 96 (7): 511-6
angka kejadian KNF tertinggi diband- 8(6): 939-45 21. Willard E, Fee Jr. Nasopharynx. Dalam: JP
ing suku-suku lainnya,19,20 10. Sham JS, Cheng YK, Choy D, Chan FL, Leong Shah. ed Essential of Head and Neck Oncol-
L. Cranial nerve involvement and base of skull ogy. Thieme: New York 1998; 205-10
Hal ini mungkin karena suku Batak erosion in NPC. Cancer 1991; 68(2): 422-6 22. Mulyarjo. Diagnosis dan penatalaksanaan
merapakan etnis terbanyak di Sumat- 11. Roh JL, Sung MW, Kim KH, Chi BY, Oh SH, karsinoma nasofaring, Disampaikan pada Pen-
era Utara, dan RSUP H. Adam Malik Rhee CS. Nasopharyngeal carcinoma with didikan Kedokteran Berkelanjutan III Ilmu Pe-
Medan tempat penelitian ini dilakukan skull base invasion: a necessity of staging sudi- nyakit THT-KL 2002.
tidak menggambarkan kunjungan ber- vision. Am J Otolaryngol 2004; 25(l):26-32 23. Pathmanathan. Pathology in: Nasopharynge-
obat dari seluruh suku-suku yang ada 12. Ilhan O, Sener EC, Ozyar E. Outcome of ab- al carcinoma. 3th ed. Amour Publ., 1999. 6-12
di kota Medan. ducens nerve paralysis in patiens with na-

418 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 418 7/23/2010 10:33:04 PM


HASIL PENELITIAN

Hubungan antara Stadium Polip Nasi dengan


Fungsi Ventilasi dan Drainase Telinga Tengah
berdasarkan Gambaran Timpanogram
Iin Fatimah Hanis, Sutji Pratiwi Raharjo,
R. Boy Arfandy, Nani.I.Djufri
Bagian / SMF Ilmu Kesehatan THT-KL, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin /
RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

ABSTRAK
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara stadium polip nasi terhadap fungsi telinga tengah berdasarkan peme-
riksaan timpanometri menggunakan Audiometri Impedans tipe AA222.

Subyek dan kerja : Penelitian cross sectional dengan 43 sampel pada 26 pasien polip nasi dari berbagai stadia
yang berobat di RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Dilakukan prosedur pemeriksaan rinoskopi anterior dan atau
rinoskopi posterior serta nasoendoskopi untuk menetapkan stadium polip nasi, dilanjutkan pemeriksaan audiometri
impedans untuk melihat berbagai tipe timpanogram.

Hasil : Terdapat hubungan tidak bermakna antara stadium polip nasi dengan gambaran timpanogram (p>0.05), ada
hubungan tidak bermakna antara stadium polip nasi dengan fungsi ventilasi dan drainase telinga tengah dan secara
berurutan pada uji asosiasi linier (p>0,05)

Simpulan : Walaupun terdapat hubungan yang tidak bermakna antara stadium polip nasi dengan fungsi telinga tengah,
komplikasi ini tidak boleh diabaikan.

Kata kunci : Polip nasi, Fungsi Ventilasi dan Drainase telinga tengah, Timpanometri.

PENDAHULUAN sangat jarang ditemukan dan dilapor- ventilation tube (Grommet / Shepard).
Polip nasi merupakan masalah me- kan hanya sekitar 0,1%.1-6
dis dan masalah sosial karena dapat Keluhan akibat gangguan fungsi venti-
mempengaruhi kualitas hidup pende- Di Indonesia, Sardjono Soejak dan Sri lasi dan drainase telinga tengah dapat
rita baik sekolah, kerja, aktivitas harian Herawati (dikutip dari Nurmusa, 1980) dideteksi dengan beberapa pemerik-
dan kenyamanan. Polip nasi merupa- melaporkan penderita polip nasi se- saan antara lain Audiometri Nada
kan mukosa yang mengalami inflamasi besar 4.63% dari semua pengunjung Murni (PTA) dan Timpanometri.
dan menimbulkan prolaps mukosa di poliklinik THT RS.Dr.Sutomo Surabaya. Hasil pemeriksaan timpanome-
dalam rongga hidung; dapat dilihat Rasio pria dan wanita 2-4 : 1. tri (Audiometri Impedans) menggam-
melalui pemeriksaan rinoskopi de- barkan fungsi ventilasi dan drainase
ngan atau tanpa bantuan endoskop. Keluhan dan gejala utama yang me- telinga tengah serta mobilitas mem-
nonjol dari polip nasi adalah obstruksi bran timpani. Akibat sumbatan di tuba
Prevalensi penderita polip nasi be- nasi, sehingga sering gejala- gejala Eustachius, tekanan udara dalam tel-
lum diketahui pasti karena hanya lain terabaikan (overlooked); salah inga tengah akan menurun/berkurang
sedikit laporan hasil studi epidemiolo- satu di antaranya adalah gangguan dibandingkan dengan tekanan udara
gi serta tergantung pada pemilih- telinga berupa gangguan fungsi ven- luar, sehingga didapatkan hasil timpa-
an populasi penelitian dan metoda tilasi dan drainase telinga tengah; pa- nogram tipe C. Jika ada cairan efusi
diagnostik yang digunakan. Di Ame- dahal dampaknya berupa rasa tidak dalam rongga telinga tengah akan
rika Serikat diperkirakan prevalensi nyaman dapat mengganggu quality of menghasilkan timpanogram tipe B.
penderita polip nasi antara 1-4 % se- life penderitanya. Gangguan ini akan
dangkan di Eropa dilaporkan sekitar memerlukan penanganan khusus se- Gangguan fungsi ventilasi dan drai-
1-2 % pada dewasa. Pada anak-anak perti parasentesis dan pemasangan nase telinga tengah pada penderita

| AGUSTUS 2010 419

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 419 7/23/2010 10:33:04 PM


HASIL PENELITIAN

polip nasi serta gambaran timpano- tuk menentukan ukuran dan bentuk Tabel 1. Distribusi menurut kelompok umur
gramnya telah dilaporkan oleh P.J. ujung probe ( probe tip ) yang akan Kelompok Umur (tahun) Frekuensi %
Hadfield, dkk (1999 ), dari 211 pen- digunakan serta untuk menilai ada
10-19 9 20.9
derita kistik fibrosis didapatkan 37% tidaknya perforasi atau ruptur mem-
20-29 14 32.7
polip nasi; 193 penderita di antaranya bran timpani.
menjalani pemeriksaan timpanometri, 30-39 6 14.0
dan ditemukan otitis media efusi pada Persiapan. Sebelum timpanometri 40-49 3 6.9
7 penderita ( 3,6 % ). 7 dilakukan anamnesis dan pemerik- 50-59 4 9.2
saan otoskopi serta pemeriksaan fisis 60-69 7 16.3
Tujuan Penelitian: THT lainnya. Pemeriksaan rinoskopi
Total 43 100
Umum : untuk mengetahui dampak anterior / rinoskopi posterior dan na-
stadium polip nasi terhadap gang- sofaringoendoskopi terlebih dahulu
15
guan fungsi ventilasi dan drainase tel- dilakukan untuk menetapkan stadium
inga tengah berdasarkan gambaran polip nasi saat pengambilan sampel 10
timpanogram. penelitian.
5
Khusus : untuk mengevaluasi gambar- Teknik Pemeriksaan
an tipe timpanogram pada berbagai Probe dipasangi tip yang sesuai, ke- 0
stadium polip nasi serta untuk menge- mudian dimasukkan ke liang telinga Kelom pok Um ur

tahui besaran dampak stadium po- sedemikian rupa sampai liang telinga Grafik 1. Distribusi menurut kelompok umur
lip nasi terhadap fungsi ventilasi dan tertutup rapat. Selanjutnya pada alat
drainase telinga tengah berdasar- timpanometer ditekan tanda yang Distribusi menurut stadium polip
kan gambaran timpanogram. bertulis timpanometri, jika pada nasi
probe terlihat lampu hijau menanda-
Bahan dan Cara Kerja kan tidak ada kebocoran; gambaran Tabel 2. Distribusi menurut stadium polip nasi
Rancangan penelitian ini adalah cross timpanogram akan terlihat di layar Stadium Polip Nasi Frekuensi %
sectional study; populasi adalah se- (monitor ).
Stadium 1 2 4.6
mua penderita polip nasi yang bero-
Stadium 2 7 16.3
bat ke RS Dr. Wahidin Sudirohusodo. HASIL DAN DISKUSI
Didapat 43 sampel dari 26 penderita Stadium 3 34 79.1
Kriteria penerimaan : Penderita polip polip nasi yang datang ke poliklinik Total 43 100
nasi (termasuk polip nasi residif), pen- RS.Wahidin Sudirohusodo dalam ku-
40
derita polip nasi dengan atau tanpa run waktu 4 bulan ( Juli sampai Okto-
35
rinitis alergi (alergi ringan-sedang se- ber 2006 ); terbanyak di kelompok 34 Stadium 1
30
suai kriteria ARIA-WHO 2001), berse- umur 20-29 tahun (32,7%), dengan Stadium 2
25
dia ikut dalam penelitian, membran rerata umur adalah 34,39 tahun (tabel Stadium 3
20
timpani utuh dan berusia minimal 15 1).
15
tahun.
10
Manifestasi polip nasi biasanya sete- 7
Kriteria penolakan : penderita infek-
5
lah usia 20 tahun. Pada penelitian ini 2
0
si saluran nafas atas dalam 2 minggu sampel dibatasi pada usia 15 tahun Frekuensi

sebelumnya, penderita yang secara ke atas untuk menyingkirkan kemung- Grafik 2. Distribusi menurut stadium polip nasi
klinis menderita alergi berat menurut kinan hipertrofi adenoid; selain itu
kriteria ARIA-WHO 2001, penderita fungsi ventilasi tuba Eustachius pada Dari 43 sampel, stadium 3 paling ba-
hipertrofi adenoid/ adenoid persisten, anak–anak kurang efektif dibanding- nyak ditemukan (79.1%) (Tabel 2). Hal
penderita tumor sinonasal, karsinoma kan orang dewasa. Tuba Eustachius ini mungkin karena meningkatnya sta-
nasofaring, deviasi septi yang berat. anak-anak lebih pendek dan lebih dium polip nasi menyebabkan keluhan
lebar serta posisinya lebih horizontal obstruksi makin berat; dan mendorong
Pada semua sampel penelitian dilaku- dibanding orang dewasa sehingga penderita berobat. Stadium 1 jarang
kan anamnesis, pemeriksaan otoskopi infeksi saluran nafas berulang dan ditemukan karena sering diabaikan,
serta pemeriksaan fisis THT lainnya. pembesaran adenoid akan memu- dianggap hanya penyakit rinitis akut
dahkan infeksi telinga tengah pada yang akan sembuh sendiri. Di kepusta-
Pemeriksaan otoskopi dilakukan untuk anak-anak. Adanya hipertrofi adenoid kaan, peneliti tidak mendapatkan data
mencari adanya serumen yang dapat persisten disingkirkan dengan pemer- prevalensi masing-masing stadium
mengganggu hasil pemeriksaan, un- iksaan nasofaringoendoskopi. polip nasi.

| AGUSTUS 2010 421

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 421 7/23/2010 10:33:04 PM


HASIL PENELITIAN

Distrubusi menurut stadium polip Tabel 3. Distribusi menurut stadium polip nasi dan tipe timpanogram
nasi dan tipe timpanogram Tipe Timpanogram
Stadium
Tipe As
Polip Tipe A Tipe Ad Tipe B Tipe C
Tabel 3 menunjukkan pola tipe tim- Nasi
panogram pada penderita polip nasi. n % n % n % n % n %
Tipe timpanogram A didapatkan pada
29 sampel (67.7%), tipe timpanogram
As pada 3 sampel (6.9%), tipe timpa-
nogram Ad pada 2 sampel (4.6%), tipe
timpanogram B pada 3 sampel (6.9%)
dan tipe timpanogram C pada 6 sam-
pel (14.0%) .
25
Pola ini menunjukkan bahwa dari 43 21
sampel yang diteliti, 34 sampel (79.1%) 20
dengan fungsi ventilasi dan drainase Tipe A
jumlah

telinga tengah normal (tipe timpano-


15
gram A, As dan Ad), 9 sampel (20.9%) Tipe As
10
dengan gangguan fungsi ventilasi te- 6 6 Tipe Ad
linga tengah ( tipe timpanogram B 5 Tipe B
2 3 2 2
dan C ), 3 sampel (6.9%) dengan gang-
0 0 0 0 0 0 0 1 0 Tipe C
guan fungsi drainase telinga tengah (
1 2 3
tipe timpanogram B ).
Stadium Polip Nasi
Didapatkan hubungan yang tidak ber- Grafik 3. Distribusi menurut stadium polip nasi dan tipe timpanogram
makna antara stadium polip nasi dan
fungsi ventilasi telinga tengah (p>0,05). Tabel 4. Distribusi menurut stadium polip nasi dan fungsi ventilasi telinga tengah
Pada uji asosiasi linier (Linear-by-linear Fungsi Ventilasi TelingaTengah Total
Association) ditemukan hubungan
Stadium Polip Normal Abnormal
tidak bermakna antara stadium polip
Nasi (-100 daPa s/d +100 daPa) (< -100 daPa )
nasi dan tipe timpanogram (p>0,05)
n % n % n %
Polip nasi dengan fungsi ventilasi teli- 1 2 4.6 0 0 2 4.6
nga tengah normal didapatkan pada 2 6 14.0 1 2.3 7 16.3
34 sampel (79.1%) (Tabel 4), Pada 3 26 60.5 8 18.6 34 79.1
seluruh sampel polip nasi stadium 1
(2 - 4.6%) didapatkan fungsi ventilasi
telinga tengah normal. Pada 7 pen-
derita polip nasi stadium 2 hanya 1
sampel yang terganggu fungsi venti-
lasi telinga tengahnya. Penderita po- 30
26
lip nasi stadium 3, 34 orang (79.1%), 25
8 di antaranya mengalami gangguan
20
Jumlah

fungsi ventilasi telinga tengah, den-


gan perbedaan yang cukup tinggi ( > 15
10% ). Artinya ada trend linear, makin 10 8
tinggi stadium polip nasi, makin besar 6
5 2
kemungkinan mengalami gangguan 0 1
fungsi ventilasi telinga tengah; tetapi
0
pada asosiasi linier (Linear-by-linear 1 2 3
Association) ditemukan hubungan
Stadium Polip Nasi
tidak bermakna antara stadium polip
nasi dan fungsi ventilasi telinga tengah Fungsi Ventilasi Telinga tengah Normal
(p>0,05) ; hal ini mungkin karena tidak Fungsi Ventilasi Telinga tengah Abnormal
memperhitungkan sumber dan lokasi
polip, bisa berasal dari sinus ethmoid Grafik 4. Distribusi menurut stadium polip nasi dan fungsi ventilasi telinga tengah

422 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 422 7/26/2010 5:31:17 PM


HASIL PENELITIAN

Tabel 5. Distribusi menurut stadium polip nasi dan fungsi drainase telinga tengah 2. Mackay IS, Naclerio RM. Guidelines for the

Fungsi Drainase Telinga Tengah management of Nasal Polyposis, In : Mygind

Stadium Normal Abnormal Total N, Lidholdt T(eds.) Nasal Polyposis, An Inflam-


Polip Nasi (0.2 -2.5 ml) (<0.2ml atau >2.5 ml) matory disease and its treatment. Copenha-

n % n % n % gen : Munksgaard,1997 : 177-80


3. Drakee-Lee A B, Nasal Polyps, In : Kerr AG (ed).
Rhinology, Scott-Brown’s Otolaryngology,6th
ed,Vol.4,Oxford : Reed Educational and Pro-
fessional Publ. Ltd,1997,4/10/1-6
4. Van der Baan B. Epidemiology and Natural His-
tory, In : Mygind N, Lidholdt T eds, Nasal Poly-
posis, An Inflammatory disease and its treat-
ment, Copenhagen, Munksgraad, 1997 : 13-6
5. Archer S M. Nasal Polyps, Non Surgical Treat-
40 ment. . accessed 2002: 1-11
30 Fungsi Drainase Grafik 5. Distribusi menurut 6. Vento S. Nasal Polypoid Rhinosinusitis- Clinical
Jumlah

20 Normal stadium polip nasi dan fungsi Course and Etiological Investigations, Depart-
10 32 Fungsi Drainase
6 drainase telinga tengah ment of Otorhinolaryngology- Head and Neck
2
1
0

2 Abnormal
0 Surgery, University of Helsinki, Finland, Haart-
1 2 3
maninkatu 4E, Helsinki, On May 4th, 2001,13-33.
Stadium Polip Nasi
7. Hadfield P J. Prevalence of nasal polyps in
adults with cystic fibrosis, In Clinical Otolaryn-
atau dari sinus maksillaris yang meluas SIMPULAN gology, Blackwell Science Ltd 2000,25 : 19-22
ke koana. Gangguan fungsi ventilasi a. Didapatkan pola distribusi tipe 8. Meek RB, Middle Ear, Eustachian Tube, Infla-
telinga tengah pada sampel mungkin timpanogram pada penderita po- mation/Infection,ed. Goldsmith AJ, accessed
disebabkan polip nasi yang meluas ke lip nasi . March 22,2006
arah nasofaring dan menyumbat lang- b. Didapatkan hubungan tidak ber- 9. Kuppersmith RB. Eustachian Tube Function
sung ostium tuba Eustachius. Alasan makna antara stadium polip nasi and Dysfunction, Baylor College of Medicine.
lain, karena selama penelitian hanya dengan tipe timpanogram, fungsi www// Wikipedia.com,accessed July 11,1996.
dilakukan satu kali pengamatan. ventilasi dan drainase telinga 10. Bess FH. Tympanometry in Just Second. ac-
tengah. cessed July 13, 2006
Distribusi menurut stadium polip 11. Snow JB, Ballenger JJ. Tympanometry, Diag-
nasi dan fungsi ventilasi telinga SARAN nostic Audiology and hearing aid. In: Otorhi-
tengah. 1. Walaupun hubungan antara sta- nolaryngology Head and Neck Surgery, 15th
dium polip nasi dengan fungsi ed. Ballenger JJ (ed.) Williams & Wilkins, Lon-
Tabel 5 menunjukkan 40 ( 93.1%) pen- ventilasi, fungsi drainase dan tipe don 1996 :957
derita polip nasi dengan fungsi draina- timpanogram telinga tengah tidak 12. R.Sedjawidada. Bahan-bahan yang perlu dibi-
se telinga tengah normal dan 3 (6.9%) bermakna, dampak polip nasi ter- carakan dalam lokakarya Audiologi. Himpu-
penderita dengan fungsi drainase te- hadap telinga tengah tidak dapat nan Naskah Lokakarya Audiologi, Ujung Pan-
linga tengah abnormal, 2 pada sam- diabaikan. dang, Bagian THT FIIK UNHAS, 1978 :3
pel polip nasi stadium 3 dibanding 2. Agar hasil penelitian ini dapat 13. Mappangara B. Impedance Audiometry. Him-
1 pada sampel polip nasi stadium 2. menjadi data awal hubungan punan Naskah Lokakarya Audiologi, Ujung
Perubahan ini tidak sejalan dengan antara polip nasi dengan fungsi Pandang, Bagian THT FIIK UNHAS,1978 :59-85
gangguan fungsi ventilasi telinga ventilasi, fungsi drainase dan tipe 14. Margaretha. Nilai Audiometri Impedans pada
tengahnya. Ini menunjukkan bahwa timpanogram, diperlukan peneli- Evaluasi Gangguan Fungsi Pendengaran,
yang terganggu lebih dahulu adalah tian lanjutan menggunakan sam- Karya Akhir dalam Penyelesaian Pendidikan
fungsi ventilasi baru kemudian fungsi pel yang lebih besar, penelitian Spesialis I, THT,1986
drainase telinga tengah. eksperimental pada binatang atau 15. Operation Manual. The AA222 Tympanometer
penelitian dengan melihat sumber and Audiometer, Audio Traveller AA222, Valid
Adanya trend linear seharusnya dii- polip pada manusia. from serial no. 128998 and software version
kuti hubungan linier, tetapi pada aso- 1.09116, 65416-vers 05/2005
siasi linier (Linear-by-linear Associa- KEPUSTAKAAN 16. Nur Musa M. Lokasi Pangkal Pertumbuhan Po-
tion) terdapat hubungan yang tidak 1. Arfandy RB. Pola penanganan polip hidung. lip Hidung dan Sinus. Paranasalis pada orang
bermakna antara stadium polip nasi Simposium Penanganan Alergi dan Polip Hi- dewasa.Karya Akhir dalam penyelesaian Pen-
dan fungsi drainase telinga tengah dung, Makassar : Perhati-KL Cabang Sulselra didikan Dokter Spesialis I THT-KL 1993
(p>0,05). 2001 : 1-7

| AGUSTUS 2010 423

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 423 7/23/2010 10:33:06 PM


HASIL PENELITIAN

Rinitis Alergi sebagai Faktor Risiko Otitis


Media Supuratif Kronis
Tutie Ferika Utami, Kartono Sudarman, Bambang Udji Djoko Rianto, Anton Christanto
Departemen Telinga Hidung dan Tenggorok, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RS Dr. Sardjito, Yogya-
karta, Indonesia

LATAR BELAKANG impanun dan hipotimpanum serta auditoria. Beberapa kelainan sep-
Otitis media supuratif kronik (OMSK) tuba auditoria. Tipe ini jarang menim- erti hipertrofi adenoid, celah palatum
adalah radang kronik telinga tengah bulkan komplikasi yang berbahaya.5 mengganggu fungsi tuba auditoria.
dengan perforasi membran timpani Gangguan kronik fungsi tuba auditoria
dan riwayat keluarnya sekret dari tel- Prevalensi OMSKB di negara berkem- menyebabkan proses infeksi di telinga
inga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik bang berkisar antara 5 – 10% , se- tengah menjadi kronik, 2) perforasi
terus menerus atau hilang timbul.1 dangkan di negara maju 0,5 – 2%.6 membran timpani yang menetap me-
OMSK juga merupakan peradangan Diperkirakan sekitar 10 juta penduduk nyebabkan mukosa telinga tengah
akibat infeksi mukoperiosteum kavitas Indonesia menderita OMSKB.7 Survei selalu berhubungan dengan udara
timpani yang ditandai oleh perforasi Nasional Kesehatan Indera Pengliha- luar. Bakteri yang berasal dari kanalis
membran timpani dengan sekret yang tan dan Pendengaran tahun 1994 – auditorius eksterna atau dari luar lebih
keluar terus menerus atau hilang tim- 1996 menunjukkan prevalensi OMSKB leluasa masuk ke dalam telinga ten-
bul selama lebih dari 3 bulan dan dap- antara 2,10 – 5,2%.8 Frekuensi OMSKB gah menyebabkan infeksi kronik mu-
at menyebabkan perubahan patologik di RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakar- kosa telinga tengah.5 3) Pseudomonas
yang permanen.2 Ada juga yang ta pada tahun 1989 sebesar 15,21%.9 aeruginusa dan Staphylococcus au-
memberi batas waktu 6 minggu untuk Di RS Hasan Sadikin Bandung dilapor- reus merupakan bakteri yang tersering
terjadinya awal proses kronisitas pada kan frekuensi OMSKB selama periode diisolasi pada OMSKB, sebagian be-
OMSK.3 Sekret yang keluar mungkin 1988 – 1990 sebesar 15,7% 10 dan pada sar telah resisten terhadap antibiotika
serosa, mukus atau purulen.1,2,3,4 tahun 1991 dilaporkan prevelensi OM- yang lazim digunakan. Ketidaktepatan
SKB sebesar 10,96%.11 atau terapi yang tidak adekuat me-
OMSK secara klasik dapat dibagi men- nyebabkan kronisitas infeksi.14 4) Fak-
jadi 2 golongan, yaitu otitis media su- Frekuensi penderita OMSKB di RS Dr tor konstitusi, alergi merupakan salah
puratif kronik tipe benigna (OMSKB) Sardjito Yogyakarta pada tahun 1997 satu faktor konstitusi yang dapat me-
atau tipe tubotimpanum atau tipe safe sebesar 8,2%.12 Data catatan medis nyebabkan kronisitas.
dan tipe maligna, atau tipe atikoan- kunjungan kasus baru penderita OM-
tral atau tipe unsafe. OMSKB dibagi SKB di RS Sardjito tahun 2002 adalah Pada keadaan alergi ditemukan pe-
menjadi tipe aktif, tipe laten dan tipe 460 orang, sedangkan jumlah selu- rubahan berupa bertambahnya sel
inaktif. Pada OMSKB tipe laten, saat ruh kunjungan di poliklinik THT pada goblet dan berkurangnya sel kol-
pemeriksaan kavum timpani kering tahun tersebut adalah 13.524 orang, umner bersilia pada mukosa telinga
setelah mendapat pengobatan, tetapi maka frekuensi OMSKB adalah 3,4%.13 tengah dan tuba auditoria sehingga
sebelumnya ada riwayat otore yang produksi cairan mukoid bertambah
hilang timbul. OMSKB inaktif bila ada Faktor predisposisi kronisitas otitis dan efisiensi silia berkurang.15 Penya-
riwayat otore di masa lalu dan saat pe- media diduga karena: 1) disfungsi kit alergi adalah suatu penyimpangan
meriksaan kavum timpani kering tan- tuba auditoria kronik, infeksi fokal sep- reaksi tubuh terhadap paparan bahan
pa kemungkinan kekambuhan dalam erti sinusitis kronik, adenoiditis kronik asing yang menimbulkan gejala pada
waktu dekat. Pada otitis media supu- dan tonsilitis kronik yang menyebab- orang yang berbakat atopi sedangkan
ratif tipe benigna proses infeksi hanya kan infeksi kronik atau berulang salu- pada kebanyakan orang tidak menim-
terbatas pada mukosa telinga tengah ran napas atas dan selanjutnya men- bulkan reaksi apapun.16
saja dan yang terkena adalah mesot- gakibatkan udem serta obstruksi tuba

| AGUSTUS 2010 425

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 425 7/23/2010 10:33:06 PM


HASIL PENELITIAN

Rinitis alergi adalah suatu gangguan faktor antara lain kekerapan infeksi sa- tor risiko otitis media supuratif kronik
hidung yang disebabkan oleh reaksi luran napas atas, sosioekonomi, gizi, benigna (OMSKB), membandingkan
peradangan mukosa hidung diper- alergi dan faktor imunitas. Sebagai antara pasien OMSKB dengan faktor
antarai oleh imunoglobulin E (Ig respons alergi terjadi sekresi berbagai risiko rinitis (kasus) dan pasien non
E), setelah terjadi paparan alergen mediator dan sitokin yang mempeng- OMSKB dengan faktor risiko rinitis al-
(reaksi hipersensitivitas tipe I Gell dan aruhi terjadinya inflamasi dan kondisi ergi (kontrol).
Comb). Gejala klinik rinitis alergi dise- seperti ini dapat berulang hingga kro-
babkan oleh mediator kimia yang nis. Interleukin-1 (IL-1) merupakan si- Populasi terjangkau pada penelitian
dilepaskan oleh sel mast, basofil dan tokin yang kadarnya tinggi pada pasien ini adalah semua penderita OMSKB
eosinofil akibat reaksi alergen dengan OMSK; demikian juga tumor necrosis yang berobat ke klinik rawat jalan THT
Ig E spesifik yang melekat di permu- factor-α (TNF-α) yang dihubungkan RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Pengam-
kaannya. Mediator yang paling banyak dengan kronisitas pada otitis media bilan sampel dengan cara berurutan
diketahui peranannya adalah histamin. juga memiliki kadar yang tinggi. Selain (consecutive sampling) sampai terca-
Histamin akan menyebabkan hidung faktor fungsi tuba, patogenesis OMSK pai jumlah sampel minimal.
gatal, bersin-bersin, rinore cair dan hi- juga dipengaruhi oleh faktor mukosa
dung tersumbat.17 telinga tengah sebagai target organ Kriteria Inklusi dan Eksklusi
alergi. Pada biopsi mukosa telinga Kriteria Inklusi: 1) Pasien OMSKB rawat
Rinitis alergi bersifat kronik dan per- tengah didapatkan eosinophilic cation- jalan dengan keluhan sekret telinga
sisten sehingga dapat menyebab- ic protein (ECP), IL-5 dan basic major berulang atau pernah, dan pada pe-
kan perubahan berupa hipertrofi dan protein (BMP) yang tinggi pada pasien meriksaan otoskopi didapat cairan/
hiperplasi epitel mukosa dan dapat otitis media dengan rinitis alergi di- tanpa cairan pada liang telinga, mem-
menimbulkan komplikasi otitis me- bandingkan dengan pasien otitis me- bran timpani perforasi sentral tanpa
dia, sinusitis dan polip nasi. Beberapa dia tanpa rinitis alergi. kolesteatom dan granulasi, kontrol
pendapat menyatakan bahwa pada : pasien non OMSKB, yang datang
rinitis alergi, edema mukosa selain ter- Sebagian besar otitis media supuratif ke poli rawat jalan THT, 2) Penderita
jadi di kavum nasi juga meluas ke na- kronik tampaknya berasal dari otitis pria atau wanita umur ≥ 5 tahun dan
sofarings dan tuba auditoria sehingga media supuratif akut yang berulang, kooperatif, 3) Bebas dari obat anti-
dapat mengganggu pembukaan sinus namun beberapa peneliti mengatakan histamin, kortikosteroid sistemik dan
dan tuba auditoria.17 Prevalensi rinitis bahwa otitis media kronis mungkin ber- topikal setidaknya selama 7-10 hari.
alergi di Indonesia belum diketahui asal dari otitis media efusi yang terin- Kriteria Eksklusi : 1) Menderita OMA
pasti, namun data dari beberapa ru- feksi sekunder dengan hipertrofi dan pada kelompok kontrol.
mah sakit menunjukkan bahwa frekuen- hipersekresi mukosa telinga tengah.6
si rinitis alergi berkisar 10 – 26%. Subyek Penelitian
Penelitian epidemiologi di beberapa Subyek yang telah memenuhi kriteria
Penelitian tentang penatalaksanaan negara memperlihatkan angka > 50% inklusi dan eksklusi dan menanda-
OMSKB telah banyak dilakukan, na- pasien otitis media dengan rinitis aler- tangani informed consent tanpa ran-
mun lebih banyak ditujukan pada gi, 21% pasien rinitis alergi menderita domisasi dibagi menjadi kelompok
jenis pengobatan seperti perlunya otitis media. Tuba auditoria meme- kasus dan kelompok kontrol setelah
antibiotik, jenis antibiotik, apakah cu- gang peranan penting sebagai fungsi anamesis dan pemeriksaan otoskopi.
kup lokal atau sistemik, apakah anti- regulasi tekanan udara di dalam teli- Setiap subyek terpilih selanjutnya di-
biotika yang diberikan sudah sesuai nga tengah. Mekanisme ini dihubung- anamnesis dan menjalani pemerik-
dengan jenis bakterinya serta apakah kan dengan patofisiologi penyebab saan fisik hidung serta pemeriksaan
cukup tindakan konservatif atau perlu obstruksi tuba, terutama akibat infeksi rinoskopi anterior, selanjutnya dilaku-
tindakan operatif saja. Begitu juga pe- atau inflamasi dari proses alergi. Rini- kan skin prick test bagi sampel yang
nelitian mengenai faktor-faktor yang tis dihubungkan sebagai etiologi otitis belum pernah di test.
mendasari patogenesis OMSKB se- media dengan 2 cara yaitu: disfungsi
perti fungsi ventilasi dan drainase tuba tuba disebabkan oleh reaksi alergi dari Jumlah Sampel
auditoria dalam hubungannya dengan mukosa nasal atau adanya fungsi mu- Perkiraan besar sampel dihitung meng-
proses penyembuhan OMSKB.12 kosiliar yang terganggu.18 gunakan rumus besar sampel untuk
penelitian analitik kategorik tidak ber-
Faktor alergi khususnya rinitis alergi METODE PENELITIAN pasangan dengan α ditentukan sebe-
sebagai faktor risiko OMSKB belum Rancangan dan Populasi Penelitian sar 5% untuk tingkat kesalahan tipe I,
pernah diteliti. Restuti (2006)16 menya- Penelitian ini merupakan penelitian β ditetapkan sebesar 20% untuk kes-
takan bahwa prevalensi dan patogen- kasus-kontrol; bertujuan menganalisis alahan tipe II; power (1-β) adalah 80%
esis OMSK dipengaruhi oleh banyak /menentukan rinitis alergi sebagai fak- berarti penelitian ini mempunyai pe-

426 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 426 7/23/2010 10:33:07 PM


HASIL PENELITIAN

luang sebesar 80% untuk mengetahui Tabel 1. Distribusi subyek penelitian menurut umur dan jenis kelamin
adanya pengaruh faktor risiko terha- Kasus Kontrol Total (%) Nilai p
dap kasus apabila perbedaan itu ada N(%) N(%) (Uji X2)
di populasi. Zα untuk menguji hipote- Umur (tahun)
sis satu arah sebesar 1,64 dan Zβ sebe- 5 – 15 5 (10) 5 (10) 10 (10)
sar 0,84. Dari kepustakaan didapatkan
16 – 25 15 (30) 26 (52) 41 (41) 0,102
proporsi pajanan pada kelompok
kontrol sebesar 20 %. Dari hasil per- 26 – 55 26 (52) 18 (36) 44 (44)
hitungan besar sampel minimal, maka ≥ 56 4 (8) 1 (2) 5 (5)
jumlah total sampel 98 orang, untuk Jenis Kelamin
kelompok kasus adalah 49 orang dan Laki – laki 21 (42) 22 (44) 43 (43) 0,840
kelompok kontrol 49 orang.
Perempuan 29 (58) 28 (56 57 (57)

Analisis Statistik Tabel 2a. Distribusi menurut keluhan dan kelainan telinga
Data disajikan dalam bentuk tabulasi Kel.Kasus Kel.Kontrol Nilai p
Keluhan dan Kelainan telinga
dan deskripsi statistik. N(%) N(%) (Uji X2)
Cairan dari Telinga 26 (52) - 0,001
Analisis statistik yang digunakan ada- Batuk, pilek dan demam 41 (82) - 0,001
lah:
Manipulasi telinga 9 (18) -
1) Uji X2 untuk menghitung ada
tidaknya perbedaan karakteristik Kambuh < 3 x/ th 7 (14) -
kedua kelompok. Kambuh ≥ 3 x/th 43 (86) - 0,006
2) Analisis regresi logistik, untuk me- Pendengaran menurun 3 (6) - 0,079
nilai variabel-variabel yang ber- Perforasi MT 50 (100 - 0,001
pengaruh pada otitis media supu-
ratif kronik benigna. Tabel 2b. Distribusi menurut keluhan dan kelainan hidung

Keluhan dan Kelainan hidung


HASIL DAN PEMBAHASAN
Meler, bersin dan tersumbat 41 (82) 9 (18) 0,001
Penelitian di poliklinik THT RS Dr.
Riwayat atopi (+) 26 (52) 1 (2) 0,001
Sardjito Yogyakarta dari bulan Juni
2007 sampai dengan bulan Maret Hipertrofi, livide, discharge serous,
40 (80) 4 (8) 0,001
Shiner dan crease
2008 menemukan 53 penderita OM-
SKB dan 50 pasien non OMSKB, 100
pasien di antaranya memenuhi kriteria Tabel 3. Hubungan keluhan dan kelainan telinga dan hidung dengan rinitis alergi
inklusi penelitian ini, sisanya sebanyak Total Nilai p
RA (+) RA (-)
3 pasien dari kelompok kasus tidak N(%) (Uji X2)
bersedia menjalani skin prick test. Keluhan dan kelainan Telinga
Telinga meler 20 6 26(26)
1. Karakteristik demografis subyek
Tidak meler 28 46 74(74) 0,001
penelitian
Uji X2 mendapatkan nilai p = 0,102 (> Batuk, pilek dan demam 36 5 41(41)
0,05), tidak didapatkan perbedaan Manipulasi telinga 12 47 59(59) 0,001
yang bermakna antar usia kelompok Kambuh < 3 x/th 4 3 7(7)
kasus dengan kelompok kontrol pada Kambuh ≥ 3 x/th 44 49 93(93) 0,616
penelitian ini.
Perforasi MT 40 10 50(50) 0,001
Tidak perforasi MT 8 42 50(50)
Tidak terdapat perbedaan yang ber-
makna antara jenis kelamin subyek Keluhan dan kelainan Hidung
pada kelompok kasus dan kelompok Meler, bersin dan tersumbat 48 2 50(50)
kontrol dengan nilai p = 0,840 (p > Tanpa keluhan - 50 50(50) 0,001
0,05); OR: 0,922; IK 95%: 0,41- 2,03. Riwayat atopi 27 - 27(27)
Tanpa riwayat atopi 21 52 73(73) 0,001
Kedua variabel umur dan jenis kelamin
tidak berpengaruh terhadap morbidi- Hipertrofi, livide, discharge
44 - 44(44)
sereus, shiner dan crease 0,001
tas OMSKB. Tanpa kelainan hidung
4 52 56(56)

| AGUSTUS 2010 427

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 427 7/23/2010 10:33:07 PM


HASIL PENELITIAN

2. Karakteristik keluhan dan ke- Tabel 4. Hasil pengukuran kedua kelompok penelitian terhadap rinitis alergi
lainan telinga dan hidung Kasus N(%) Kontrol N(%) Nilai p
Terdapat perbedaan bermakna antara
Rinitis Alergi (+) 40 (80) 8 (16) 0,001
kelompok kasus dan kontrol pada ke-
Rinitis Alergi (-) 10 (20) 42 (84)
luhan cairan keluar dari telinga den-
gan nilai p = 0,001 (p < 0,05); OR: 3,08; Total 50 (100) 50 (100)
IK 95%: 2,2 – 4,2. Sebanyak 41 kasus
(82%) mengeluh batuk, pilek dan de- Tabel 5. Hasil regresi logistik pengaruh variabel terhadap OMSKB
mam sebelum keluhan telinga timbul Variabel ß p Adjusted Odd- IK 95%
dan 9 pasien (18%) karena manipulasi Ratio
telinga - p = 0,001 (< 0,05); OR: 6,5; IK Rinitis Alergi 0,080 0,001 21,00 7,53 – 58,56
95%: 3,5 – 11,9.
Keluhan dan kelainan telinga 3,108 0,008 22,38 2,24 – 22,81
Batuk, pilek dan demam
Sebanyak 7 pasien (14%) kambuh Manipulasi telinga
kurang dari 3 kali pertahun, 43 pasien Perforasi MT 1,752 0,032 5,76 1,16 – 28,56
(86%) kambuh ≥3 kali per tahun. p = Tidak perforasi MT
0,006 (< 0,05); OR: 2,1; IK 95%: 1,7 – Telinga meler -1,69 0,135 0,185 0,02 – 1,69
2,7. Tidak meler
Keluhan dan kelainan hidung 13,89 0,894 1083859,7 0,001 – 4,525
Keluhan penurunan pendengaran Meler, bersin dan
perbedaan antara kelompok kasus Tersumbat
dan kelompok kontrol tidak berbeda Riwayat atopi (+) 0,001 1,000 1,000 0,001 – 1,024
bermakna - p = 0,079 ( > 0,05); OR: Hipertrofi, livide, 12,51 0,944 270964,93 0,001 – 2,586
2,06; IK 95%: 1,68 – 2,53. Penurunan Discharge sereus,
pendengaran dapat disebabkan kar- Shiner dan crease
ena faktor usia.

Kelainan telinga berupa perforasi Keluhan dan kelainan hidung dengan merupakan faktor risiko OME.
membran timpani terjadi pada semua rinitis alergi berbeda bermakna (p =
kasus - 50 pasien (100%), sedangkan di 0,001 < 0,05) pada ketiga variabel kar- 5. Analisis regresi logistik
kelompok kontrol tidak terdapat ke- ena ketiga variabel tersebut merupak- Variabel tergantung pada penelitian
lainan telinga. p = 0,001 (p < 0,05). an tanda dan gejala rinitis alergi. Hasil ini adalah OMSKB, sedangkan varia-
penelitian ini sama dengan hasil Wrat- bel bebas yang dianalisis adalah rinitis
Terdapat perbedaan bermakna antara songko (2004)19 dengan nilai p = 0,001 alergi, keluhan dan kelainan telinga
kelompok kasus dengan kelompok untuk ketiga variabel tersebut. dan keluhan dan kelainan hidung.
kontrol pada ketiga variabel keluhan
dan kelainan hidung (p = 0,001). 4. Hubungan OMSKB terhadap Didapatkan tiga variabel yang ber-
rinitis alergi hubungan bermakna atau berpen-
3. Hubungan antara keluhan dan Terdapat perbedaan bermakna antara garuh terhadap OMSKB yaitu rinitis
kelainan telinga dan hidung kedua kelompok terhadap rinitis alergi alergi (p = 0,001, OR: 21: IK 95%: 7,53 –
dengan rinitis alergi dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05); OR: 58,56). Peluang terjadinya OMSKB 22
Terdapat perbedaan bermakna ke- 21; IK 95%: 7,53 – 58,56. Risiko kejadi- kali lebih besar pada pasien dengan
luhan telinga meler, batuk, pilek dan an kasus (OMSKB) adalah 21 kali lebih keluhan telinga diawali batuk, pilek
demam serta kelainan telinga berupa sering pada orang yang menderita rini- dan demam dibandingkan pasien
perforasi membran timpani pada rini- tis alergi dibandingkan dengan orang dengan keluhan telinga tanpa diawali
tis alergi (p = 0,001 < 0,05). Namun yang tidak menderita rinitis alergi. batuk, pilek dan demam (p = 0,008,
tidak terdapat perbedaan rinitis alergi OR: 22,38 ; IK 95%: 2,24 – 22,81).
yang bermakna antara kekambuhan < Hurst (2002)20 juga menemukan per-
3 kali/tahun maupun kekambuhan ≥ bedaan bermakna antara pasien oti- Peluang terjadinya OMSKB 5 kali
3 kali/tahun (p = 0,616 > 0,05). Seta- tis media efusi (OME) dengan pasien lebih besar pada pasien dengan per-
subrata (1999)12 tidak mendapatkan atopi, (p = 0,001). Begitu juga Supri- forasi membran timpani dibandingkan
perbedaan bermakna frekuensi keka- hati dan Putra (1993)17 menemukan pasien tanpa perforasi membran tim-
mbuhan dalam hal gangguan fungsi hubungan antara rinitis alergi dengan pani (p = 0,032, OR: 5,76 ; IK 95%: 1,16
ventilasi (p = 0,26) dan drainase dari OME (PR prevalence ratio = 2,18 ) – 28,56).
tuba eustachius dengan (p = 0,12). yang menandakan bahwa rinitis alergi

428 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 428 7/23/2010 10:33:07 PM


HASIL PENELITIAN

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Rinitis alergi merupakan faktor risiko 1. Helmi. Panduan penatalaksanaan baku otitis media supuratif kronik di Indonesia. Jakarta 2002: 4-13.
pada otitis media supuratif kronik be- 2. Paparela MM. Definition and classification of otitis media. Fifth Asia Oceania Congress of Otorhinologi-
nigna (OMSKB). cal Societies 1983: 9-14.
3. Proctor B. Chronic otitis media and mastoiditis. Otolaryngology vol 2. Paparela, MM, Schumrick, DA
SARAN (eds). Philadelphia:WB. Saunders Co. 1973. 138-140.
Melakukan test alergi (skin prick test), 4. Djaafar ZA. Diagnosis dan pengobatan otitis media supuratif kronik. Pengobatan Non Operatif Otitis
menegakkan diagnosis rinitis alergi Media Supuratif Kronik. Jakarta 1990: 47-56.
serta memberikan terapi rinitis alergi 5. Mawson SR. Disease of Middle Ear. Disease of the ear. 3rd ed. Great Britain: Alden and Mombrax ltd..
pada pasien otitis media yang sering 1974
berulang untuk menekan angka keja- 6. Sedjawidada R. Historia naturalis of otitis media: a scheme resuming the inter relationships between
dian OMSKB. various form of otitis media and their resective surgical iteration. ORL Indonesia 1985: 16(3).
7. Boesoirie T. Miringoplasti dini, suatu cara efektif merekonstruksi mekanisme pendengaran konduktif
pasca radang kronis telinga tengah. FK UNPAD Bandung. Disertasi 1995: 1-112.
8. Departemen Kesehatan RI. Pedoman upaya kesehatan telinga dan pencegahan gangguan pendenga-
ran untuk puskesmas.1998.
9. Helmi. Perjalanan penyakit dan gambaran klinis otitis media supuratif kronik. Pengobatan non operatif
otitis media supuratif. Jakarta 1990:17-30.
10. Boesoirie T. Prevalensi serta pola kepekaan kuman aerob dan anaerob pada otomastoiditonis kronis di
RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung. FK UNPAD Bandung. Tesis Magister 1992:52-54.
11. Djohar TH. Evaluasi fungsi tuba eusthacius dengan metoda modifikasi inflasi-deflasi dan tetes telinga
memakai zat warna pada penderita-penderita otitis media perforata “kering” dewasa. Karya Tulis Akhir
1992 Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.
12. Setasubrata YD. Peran fungsi ventilasi dan drainase tuba auditoria pada kesembuhan otitis media
supuratif kronik benigna aktif. Karya Tulis Akhir 1999: 1-39.
13. Hartanto D. Daya guna klinis amnion sebagai bahan bridge pada penutupan perforasi membran tim-
pani permanen secara konservatif. Karya Tulis Akhir 2004. FK UGM Yogyakarta.
14. Djoko Rianto BU. Effectiveness of ciprofloxacin ear drops vs chloramphenicol ear drops for treating
active benign type chronic otitis media. Master of Science in Public Health Thesis.1998 .Yogyakarta
Gadjah Mada University.
15. Gladstone HB, Jackler RK, Varav K. Tympanic membrane wound healing: an overview. Otolaryngol Clin
North Am 1995.28: 913-932.
16. Restuti RD. Hubungan Alergi dengan Otitis Media Supuratif Kronik. Abstrak Pertemuan Ilmiah Tahunan
Otologi I. Jakarta 2006: 31.
17. Putra IGK, Suprihati W. Hubungan antara rinitis kronik alergika dan otitis media dengan efusi. Kumpu-
lan Naskah Ilmiah Kongres PERHATI. Bukit Tinggi 1993.
18. Lazo-Saenz JG, Galvan –Aguilera AA. Eustachian tube dysfunction in allergic rhinitis. Otollaryngol
Head Neck Surg 2005.132: 626-631.
19. Wratsongko GT. Uji Diagnostik Skor Rinitis Alergi. Karya Tulis Akhir 2003. FK UGM Yogyakarta.
20. Hurst DS, Venge P. The impact of atopy on neutrophil activity in middle ear effusion from children and
adults with chronic otitis media. Arch Otolaryngol Head Neck Surg 2002.128: 561-566.

| AGUSTUS 2010 429

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 429 7/23/2010 10:33:08 PM


HASIL PENELITIAN

Hubungan antara Rinitis Kronis dan Gambaran


Sinusitis pada Foto Waters
Dewi Ayu Paramita*, Suyono*, Kristanto Yuli Yarsa**, Mardiatmo*, Wachid Putranto***
*Departemen Radiologi ,**Departemen Histologi ,***Departemen Interna
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/ RSUD DR. Moewardi, Surakarta

ABSTRAK
Obyektif: untuk mengetahui hubungan antara rinitis kronis dan gambaran sinusitis pada foto Waters. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun manfaat praktis di bidang radiologi.

Metode: Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian pasien dengan hasil foto
Waters di bagian Radiologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta antara bulan Januari sampai Juni 2008. Data dianalisis meng-
gunakan Mantel-Haenszel Chi Square OpenEpi version 2.

Hasil: Total subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 91 orang. Hasil uji statistik Mantel-
Haenszel Chi Square OpenEpi version 2 menunjukkan nilai p = 0,002 dengan odds ratio 3,78.

Simpulan: Subjek penderita rinitis berkemungkinan 3,78 kali lebih besar untuk mempunyai gambaran sinusitis pada foto
Waters.

Kata kunci: rinitis kronis, sinusitis, foto Waters

PENDAHULUAN Pasien rinitis alergi sering kualitas tidu- tes fungsi sosial.6
Rinitis adalah radang membran muko- rnya buruk, nafas terganggu saat tidur,
sa hidung1 Gejala rinitis seperti pilek, mengantuk siang hari dan kelelahan Pada pasien dengan keluhan klinis
demam, dan nyeri kepala sering dia- yang mengarah ke penurunan kognitif yang mengarah pada sinusitis, diper-
baikan; padahal rinitis bisa merupakan dan psikomotor, gangguan prestasi lukan informasi keadaan sinus. Di
permulaan penyakit yang akan meng- kerja, belajar, penurunan produktivi- beberapa rumah sakit atau klinik di
ganggu kehidupan selanjutnya.2 Rini- tas, kesulitan konsentrasi, dan defisit Indonesia, evaluasi sinus paranasalis
tis dan sinusitis adalah kondisi medis memori.5 cukup dengan foto kepala AP dan lat-
umum yang sering dihubungkan satu eral serta posisi Waters. Apabila foto
sama lain dan dapat mengakibatkan Penderita sinusitis kronis mempunyai di atas belum dapat menentukan atau
morbiditas dan biaya medis yang ting- tingkat nyeri paling tinggi di antara belum diperoleh informasi lengkap,
gi.3 Ratusan juta serangan common beragam penyakit termasuk penyakit baru dilakukan pemotretan dengan
cold setiap tahun di Amerika dan di jantung, nyeri punggung bawah, dan posisi lain.7
negara lain berdampak besar pada penyakit paru kronis. Mereka juga
ekonomi dunia.4 memberi hasil paling buruk pada tes- Berdasarkan latar belakang masalah

| AGUSTUS 2010 431

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 431 7/23/2010 10:33:15 PM


HASIL PENELITIAN

tersebut, peneliti berminat mengeta- Cara Kerja Teknik Analisis Data


hui hubungan antara rinitis kronis dan 1. Tahap Persiapan: Mengumpul- Menggunakan Mantel-Haenszel Chi
gambaran sinusitis pada foto Waters. kan data pasien yang menjalani Square OpenEpi version 2.
pemeriksaan foto Waters.
METODOLOGI HASIL
2. Tahap Pelaksanaan: Interpretasi Dari 179 subjek, sampel yang dapat
Desain Penelitian hasil pemeriksaan foto Waters diambil adalah 91 orang karena sisan-
Penelitian ini adalah penelitian obser- dengan melihat rekam medis ya tidak memenuhi kriteria inklusi dan
vasional analitik dengan rancangan pasien di Instalasi Rekam Medis eksklusi, seperti langsung didiagnosis
cross sectional. RSUD DR. Moewardi Surakarta. sinusitis, pilek lebih dari 1 bulan bukan
disebabkan rinitis kronis, nomor rekam
Tempat dan Waktu Identifikasi Variabel Penelitian medis tidak jelas, dan identitas kurang
Penelitian dilakukan di bagian Radi- 1. Variabel bebas : Rinitis Kronis lengkap.
ologi dan Instalasi Rekam Medik RSUD Rinitis tergolong infeksi saluran
Dr. Moewardi Surakarta. Waktu pene- napas yang dapat muncul akut Dari 91 sampel, 51% (46 orang)
litian dari bulan Januari 2008 sampai atau kronik. Rinitis disebut kronis menunjukkan gambaran sinusitis pada
bulan Juni 2008. bila radang terjadi lebih dari 1 bu- pemeriksaan foto Waters - 53% (25
lan.8 orang) wanita dan 47% (21 orang) laki
POPULASI DAN SAMPEL Cara pengukuran : pemeriksaan klinis -laki. Hal ini sesuai dengan penelitian
Sampel adalah semua hasil foto Wa- Skala : Nominal Ramanan (2007) yang menyatakan
ters bagian Radiologi RSUD Dr. Moe- bahwa wanita mempunyai lebih bany-
wardi Surakarta pada Januari-Juni 2. Variabel terikat : Gambaran Sinus- ak episode sinusitis karena cenderung
2008. Sampel penelitian adalah semua itis mempunyai hubungan lebih dekat
populasi sampel yang memenuhi kri- Sinusitis adalah inflamasi mukosa dengan anak-anak.9
teria inklusi dan eksklusi sinus paranasalis.8 Pada penci-
traan foto Waters, akan tampak Gambaran sinusitis maxillaris merupa-
Teknik Sampling penebalan mukosa, air fluid level kan yang terbanyak - 52% (24 orang)
Teknik pengambilan sampel yang di- (kadang), perselubungan homo- ipsilateral, 28% (13 orang) bilateral.
pakai adalah purposive sampling den- gen atau tidak homogen pada Sisanya 20% (9 orang), menunjukkan
gan kriteria : satu atau lebih sinus, serta pen- gambaran sinusitis maxillaris bersa-
ebalan sklerotik dinding sinus (ka- maan dengan gambaran sinusitis lain,
1. Inklusi : sus kronis).7 yakni 1 orang bersama sinusitis fronta-
lis, 5 orang bersama sinusitis ethmoi-
a. Telah melakukan foto Waters pada Cara pengukuran : Interpretasi foto dalis, dan 3 orang pansinusitis. Hal
Januari-Juni 2008 Skala : Nominal ini sesuai penemuan Mangunkusumo
b. Penderita tanpa batasan umur dan Rifki (2006) - paling sering sinusitis
maupun jenis kelamin 3. Variabel perancu: maxillaris dan sinusitis ethmoidalis.8

2. Eksklusi : Semua hasil foto Waters a. Variabel perancu yang dapat dik- Penelitian William et al (1992) pada re-
yang memiliki gejala pilek lama endalikan : semua foto Waters kam medis dan staf ahli radiologi, ahli
dan bukan didiagnosis rinitis kro- pada pasien pilek lama bukan dis- radiologi dengan pelatihan khusus ra-
nis (contoh: polip nasi, carcinoma ebabkan oleh rinitis kronis. diologi tulang, dan residen radiologi
nasi, granulomatosis Wegener, b. Variabel perancu yang tidak dapat senior menyimpulkan bahwa foto Wa-
dan benda asing di cavum nasi) dikendalikan: subjektivitas penila- ters dapat diterima untuk mendiagno-
dan pasien yang langsung didiag- ian ahli radiologi sis sinus maxillaris.10
nosis sinusitis pada bulan Januari-
Juni 2008. Pada penelitian ini ditemukan bahwa
gambaran sinusitis relatif meningkat
Rancangan Penelitian Sinusitis dari kelompok usia 10-20 tahun sampai
Rinitis + usia 50-60 tahun; relatif rendah pada
kronis usia 0-10 (diagram 2). Hal ini sesuai
+ Sinusitis
- dengan Sharma (2006) yang menyata-
Populasi sampel Sampel foto Waters Analisis data kan bahwa prevalensi tertinggi sinusitis
Sinusitis adalah pada usia dewasa, 18-75 tahun,
Rinitis +
kronis setelah itu anak-anak kurang dari 15
Bagan 1. Rancangan penelitian - Sinusitis tahun dan pada anak usia 5-10 tahun.11
-

432 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 432 7/23/2010 10:33:16 PM


HASIL PENELITIAN

SIMPULAN
15 Tidak ada gambaran Terdapat hubungan bermakna antara
Ada gambaran rinitis kronis dan gambaran sinusitis
10 pada foto Waters.

5
SARAN
0
Perlu penelitian lanjutan dengan sam-
0-10 10-20 20-30 30-40 40-50 50-60 60-70
th th th th th th th pel lebih besar dan metode penelitian
lebih baik (misal cohort) agar lebih
Diagram 2. Persentase subjek penelitian berdasarkan umur
mewakili populasi dengan hasil lebih
terpercaya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta:
EGC,1994.
2. Ballenger J.J. Penyakit Telinga, Hidung, Teng-
gorok, Kepala, dan Leher bag THT FKUI/
RSCM (ed.). Jakarta: Bina Aksara; 1993.Hal
225-74
Diagram 3. Sebaran penyakit subjek penelitian
3. Dykewicz M. Rhinitis and sinusitis. J. Allerg.
Tabel 4. Hubungan antara Rinitis Kronis dan Gambaran Sinusitis pada Foto Waters Clin. Immunol. 2003;111(2):520-9
Diagnosis Rinitis 4. Boies LR. dkk. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:
Kronis EGC,1997.
(+) (-) 5. Pratt EL, Craig TJ. Assessing Outcomes from
the Sleep Disturbance associated with Rhini-
Gambaran Sinusitis
pada foto Waters tis. Curr. Opin. Allerg Clin Immunol. 2007.7(3):
249-56
6. Metson RB. Menyembuhkan Sinusitis. Jakarta:
PT Buana Ilmu Populer 2006.
Sedikitnya subjek berumur 0-10 tahun tidak spesifik. Air fluid level dan opa- 7. Rachman MD dkk. Radiologi Diagnostik. Edisi
adalah karena pemeriksaan foto Wa- sitas lebih spesifik untuk sinusitis tapi kedua. Jakarta: Gaya Baru, 2005.pp: 431-8
ters hanya cocok pada anak usia lebih hanya terlihat pada sekitar 60% sinus- 8. Soepardi, Efiaty A, Nurbaiti I (eds). Buku Ajar
dari 3 tahun. Foto polos sinus pada itis. Interpretasi foto polos radiografi Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan.
anak usia 3 tahun atau kurang tidak bisa sangat berbeda antar observer, Edisi kelima. Jakarta: Gaya Baru, pp: 101-122
berguna karena adanya false opasitas dan mungkin false negatif.12 9. Ramanan R.V. Sinusitis 2007.. http://www.
sinus yang belum berkembang.12 Sinus emedicine.com/ (19 Juli 2008).
paranasalis mencapai besar maksimal Dari 91 orang subjek penelitian, diag- 10. William JWJ, Roberts LJ, Distell B, Simel
pada usia 15-18 tahun.8 nosis terbanyak adalah rinitis kronis DL. Diagnosing sinusitis by X-ray: is a single
(49% - 46 orang). Kemudian berturut- Waters view adequate. J Gen Intern Med.
Yang harus diperhatikan pada pem- turut fraktur tulang kepala (18% - 17 1992;(5):566.
bacaan foto Waters untuk sinus para- orang), kelainan gigi (10% - 9 orang), 11. Sharma GD. 2006. Sinusitis. http://www.emed-
nasalis rutin ialah kejernihan anthrum sefalgia (6% - 6 orang), dan tumor icine.com/ (19 Juli 2008).
maxillaris, keutuhan dinding anthrum (1 tumor malignan tuberokista dan 2 12. Okuyemi KS, Tsue TT. Radiologic imaging in
dan os zygomaticus, sinus sphenoida- tumor maksila) serta cedera kepala 3 the management of sinusitis. Radiologic Deci-
lis (jika foto Waters dilakukan dengan orang. Subjek dengan diagnosis se- sion-Making. 2002.http://findarticles.com/ (19
mulut terbuka), septum nasi, air fluid lain di atas adalah 10 orang (11%). Juli 2008)
level, dapat terlihat sinus lain tetapi 13. Meschan I. Synopsis of Analysis of Roentgen
tidak maksimal.13 Hasil uji statistik Mantel-Haenszel Chi Signs in General Radiology. Philadelphia: WB
Square OpenEpi menunjukkan odds Saunders, 1974. pp:205-8
Gambaran sinusitis pada foto polos ratio 3,78 (p = 0,002). Pasien rinitis
adalah penebalan mukosa, air fluid kronis berrisiko mempunyai gamba-
level, dan opasitas, serta penebalan ran sinusitis pada foto Waters 4 kali
sklerotik dinding sinus (kasus kronis).7 lebih besar daripada tanpa rinitis kro-
Penebalan mukosa terlihat pada lebih nis; peningkatan risiko tersebut secara
dari 90% kasus sinusitis, tetapi sangat statistik sangat signifikan.

| AGUSTUS 2010 433

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 433 7/23/2010 10:33:16 PM


HASIL PENELITIAN

Introduction of Student Oral Case Analysis (SOCA) to


Assess Student’s Performance in Pre-clinical Setting
in Faculty of Medicine, Mataram University
Eustachius Hagni Wardoyo1, Bobby Marwal Syahrizal1,
Dyah Purnaning , Ida Ayu Eka Widiastuti1, Ardiana Ekawanti1, Muhammad Farid Wajdi2
1

1. Faculty of Medicine, Mataram University (FMMU), Mataram, Indonesia


2. Dept. of Internal Medicine, Mataram General Hospital / FMMU, Mataram, Indonesia

ABSTRACT
Background: The competence-based curriculum that integrate different knowledge and skills to produce certain com-
petencies requires proper assessment. In clinical setting, Student Oral Case Analysis (SOCA) has been widely used to
assess student’s performance; however, the evidence in preclinical setting with more students is still limited

Objective: To describe the implementation of SOCA in pre-clinical setting

Method: The study is a descriptive study. Every student participating in Metabolism and Energy Block were included
in the study. SOCA was used to assess student’s performance in the following manner: 1) developing dietary plan for
normal individual, 2) developing dietary plan for patient with nutritional disorder (under-nutrition), and 3) developing di-
etary plan for patient with organ disorders (kidney, heart and liver) and metabolic disorders (diabetes and hypertension).
Each student was assessed in 20 minutes : 5 minutes for the scenario, 5 minutes for explanation with a simple flowchart,
10 minutes for answering 4-5 questions. Evaluation components was on the presentation (40%), the answers (50%) and
general performance (10%). The score was from 60 to 100 : frequent inaccuracy and guesses (60-69), occasional inac-
curacy (70-79), generally accurate, no guess (80-89), exceptionally complete (90-100). A semi-structured interview was
conducted to explore student’s perception on SOCA.

Result: Participants were 61 students. Sixty (98.36%) students passed SOCA (cut-off point: 70). Fifty two (85.24%) stu-
dents perceived that SOCA had helped them understand the topic, transforming basic medical science to clinical set-
ting. Forty nine (80.33%) students also mentioned that the motivation to study was enhanced through SOCA.

Conclusion: SOCA in FMMU helped students in topics understanding and increased study motivation.

Keywords: SOCA, competence-based curriculum

Medical education has shifted to prob- Student Oral Case Analysis (SOCA) is characteristics may be quite powerful
lem-based learning paradigm. Lecture one of the instrument to assess stu- to promote diversity of student per-
that used to be the main learning ac- dent’s performance in clinical clerk- formance; active discussion may serve
tivities, now simply act only as instruc- ship. Oral case presentation is vital in as a powerful incentive to go beyond
tional class assignment or introduction medical career, i.e. to present a case, mere competence and to demon-
to learning objectives. Tutorial as main and to explain the disease to a patient strate flair.3
learning activity enhanced student’s or their family.1,2
ability to orally present their opinion. It is possible to increase the reliability
SOCA has low psychometric indi- using several rather than single oral
The introduction of competence- cators with low reliability and valid- examination(2).
based curriculum that integrate differ- ity. These criticisms are justified if the
ent knowledge and skills to produce objectives are to produce relatively SOCA has been widely implemented
certain competencies requires proper homogeneous products for diverse in clinical clerkship in many medical
assessment. In many medical schools, trades or professions. But these same schools in Indonesia but implementa-

434 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 434 7/23/2010 10:33:17 PM


HASIL PENELITIAN

tion in pre-clinical setting is poorly doc- Tabel 1. SOCA Time allocation


umented. In 2007 The Faculty of Medi- Time Time allocation
cine Mataram University has introduced
The first 5 minutes Read the scenario carefully
SOCA to assess student’s performance
in preclinical setting in the fifth block
Metabolism and Energy.

This study described the implementa-


tion SOCA in pre-clinical setting. tween pre and post SOCA students.
A semi-structured questionnaire was
METHODS conducted to explore student’s per-
Participant’s characteristics ception of SOCA
The participants consist of 61 students:
43 (70.49%) female and 18 (29.51%) RESULT
male in Metabolism and Energy block. Implementation of SOCA
All participants fulfilled 75% attendance Introduction of SOCA in pre-clinical
in all learning activities in Metabolism setting at FMMU was started in Me-
and Energy block to qualify SOCA. tabolism and Energy block. SOCA
was held in May 26 – 28, 2008. Sixty
Examiner’s characteristics (98.36%) among 61 students passed
Examiners were tutors of Metabolism the exam (cut off: 70). One student un-
and Energy block; consist of 5 persons derwent remedial SOCA a week later
and 3 additional examiners. All exam- because of sick leave.
iners were trained as SOCA examiner.
The training was technical on how to Objectivity of SOCA was increased
examine using existing instruments through several efforts: 1) Random
student’s queue 2) Random scenario
PROCEDURES 3) Drawn scheme as part of assess-
Development of SOCA protocol ment 4) Examiners trained as SOCA
SOCA protocol was developed as a examiner.
part of Metabolism and Energy block.
Modifications was needed to adjust Perceptions of students
SOCA in clinical clerkship setting to -69), Fifty two (85.24%) students perceived
a pre-clinical setting,. Real case in occasionally inaccurate (70-79), gener- that SOCA helped in transforming ba-
clinical setting was modified by case ally accurate, no guess (80-89), excep- sic medical science to clinical setting.
scenario (bedside presentation is not tionally complete (90-100). Some students changed their learn-
applicable in pre-clinical setting) and ing strategy by reading more learning
‘SOAP’ (subjective, objective, assess- Table 2. Components of assessment resources weeks before, and by prac-
ment, plan and prognosis) presenta- Components of Score ticing SOCA assessed by peers. Forty
tion in clinical setting is modified by a assessment (60-100) nine (80.33%) students also mentioned
short scheme / flowchart. In this study, that motivation was enhanced through
students were asked to develop a di- SOCA.
etary plan.
Implementation of SOCA increased
SOCA’s implementation anxiety among students, but finally
Students were divided into three students felt excited and relieved.
groups, each group underwent SOCA Some of their comments: “So relieve
in three different days. SOCA’s exam- after the exam, I thought it is going to
iners were all five tutors in Metabolism be hard, but I can make it!”, “I am very
and Energy block plus three other anxious on what is going to be, but I
examiners. All were trained as SOCA am satisfied for what I’ve learned.”,
examiners. Different scenarios were and “I imagine I can implement my
used in different days. Each student knowledge to a real patient.” One stu-
underwent 20 minutes of SOCA and dent is really tired and think SOCA is
5 minutes interval. The time allocation unnecessary, has not enough time to
were summarized in table 1. prepare; and the ringing bell during

| AGUSTUS 2010 435

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 435 7/23/2010 10:33:17 PM


HASIL PENELITIAN

SOCA was disturbing. One examiner SOCA could not be used as a single understanding of the topic, transform-
was criticized as has low objectivity. component, SOCA at FMMU was one ing basic medical science to clinical
The limitation was a low lecturer : stu- of assessment methods used in Me- setting and in enhancing study moti-
dent ratio (17 : 211). tabolism and Energy Block. Impact vation.
of SOCA partly has been explored in
DISCUSSION student’s perception regarding SOCA
Five criteria for determining the use- implementation. Prospective study REFERENCES
fulness of a particular method of as- is needed to assess future impact of 1. Jayawickramarajah PT. Oral examinations in
sessment: 1) reliability (measurement SOCA. Cost of SOCA is quite high medical education Medical Education 2009;19
accuracy and reproducibility), 2) valid- due to development of SOCA’s proto- (4): 290 – 293.
ity (whether the assessment measures col, large human resources need and 2. CPM, Donker AJM, Reliability of clinical oral
what it claims to measure), 3) impact time consuming. examinations re-examined. Medical Teacher
on future learning and practice, 4) 2001; 23( 4): 422-424
acceptability to learners and faculty, In conclusion, SOCA has been suc- 3. Rangachari PK. The targeted oral. Advances in
and 5) costs (to individual trainee, in- cessfully implemented to assess stu- Physiology Education 2004; 28: 213–214.
stitution, and society)(4). Reliability was dent’s performance in pre-clinical 4. VanDer Vleuten CPM. The assessment of
enhanced by providing assessment’s setting in Faculty of Medicine, Mat- professional competence: developments, re-
instruments. SOCA can be performed aram University, with positive impact search and practical implications. Adv Health
repeatedly. in helping students to construct their Sci Educ 1996;1: 41-67

Kami Tunggu Tulisan Anda Mengenai :


TIS dan Dar
PRAKCair
ah
an
Terapi dk
e.co.id/c
ww.kalb
etes http.//w
Diab
IS erita 146
AKTtuk Pend
PRet
PRAKTIS
un dk Manajemen Pembedahan pada
Di litus o. id/c
lbe.c Cedera Medula Spinais
Mel i 2010
.//ww
w.ka
4 / Mei
- Jun 146
http 7 no. ISSN:
/ vol.3 0125-9
X I 177 13 X
0125-913 ISSN: 0125-913 X I 178 / vol.37 no. 5 / Juli - Agustus 2010 http.//www.kalbe.co.id/cdk I 179
ISSN: / vol.
37 no.
6 / Ag
ustus
2010 PRAK
Treatm TIS
Tumors ent of Per
ipheral Ne
rve

April
2010
http.//w 455
. 3/ ww.ka
37 no lbe.co.id/
vol. cdk
6/
I 17
13 X
0125-9
ISSN:

IL
PROF PHD,
Pin, at
Dr. Yow emuan Dap
Pen en
Setiap g Ribuan Pasi
OFI
L wan STAKA
PU tah yang Menolon
PRDr arta FACE UANMua
.
. Sid EMD-
-K icu TINJAaksanaa
n
l Mun
oterapi
. DR PD Pem in” Penatal Diinduksi Kem
Prof do, Sp a DM kr
IAN
PM
on Tu Endo LIT kong 3:33:16
HASIL
Soeg rang i Ahli PENE 4/26/2010
PE
HASIL
“O jad n Sing
rak Dau adap Fungsi Erosi NE
A Men Kelaina ar Ten LITIA
h Ekst Das
AKukan Pengaru uttilisima) terh h yang Pender n Saraf gkorak danN
PUSTrbur akit
t Tikus Puti osamin HASIL PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA PROFIL
(Maniho Ginjal ita Kar Kra
sinoma nial pada
AN bat Pe Peny
Nitr di RS. Irawan
Hati dansi Karsinogen t,FNBUJBO#BUBOH0UBL
JAU rlam ik ke
Hubungan antara Derajat Dr. Cosphiadi H. Ad Na
Diinduk t4JOESPN1JSJGPSNJT SpPD KHOM, am Malik sofaring
TIN Mempe l Kron Akhir OPIN
Lengkung Kaki dengan Tingkat Ste tos
Medan kop -St
a nja ium Kemampuan Endurans pada t$FOUSBM1POUJOF.ZFMJOPMZTJT +BEJMBI0SBOHZBOH eto sko I
Usah akit Gi l Stad Calon Jemaah Haji, 2007 Diagnosis dan Penatalaksanaan #FSNBOGBBUVOUVL0SBOH-BJO
CDK p Ma
Peny Ginja
ed_179
Agustus sa De
-Sep pan
3 tember'1
N
TIA r
cover.indd 0 DR.
PROF
7 mei indd Prof.
ELI p Kada
403 Dr.
IL
PENterhada uhan Tek Bamban
Sehingnologi TH g Herma
SIL e semb k
HAaruh Tempdan Ke Diabeti ga Bed T Sem ni,
Jalur ah akin SpTHT (K)
Canggi
Peng la Darahda Tik
us THT Otak Saa
Terleb t ini Me h,
Gu ka pa ih Da
Lu hulu lalui

INFEKSI KESEHATAN ANAK GASTROENTEROLOGI

436 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 436 7/26/2010 5:31:41 PM


LAPORAN KASUS

Epulis Gigantocellulare
Azamris
Sub Bagian Bedah Onkologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas /
RSUP. M.Djamil Padang

ABSTRAK
Epulis gigantosellulare atau epulis sel raksasa adalah kondisi serupa tumor yang biasanya berkembang dari tepi bebas
gusi. Epulis gigantosellulare merupakan nodul ekstraosseus terdiri dari proliferasi mononuklear dan multinukleasi giant
cell berhubungan dengan vaskularisasi, ditemukan di gingiva atau ridge alveolar. Epulis gigantosellulare adalah reaksi
hiperplastik jaringan ikat gingiva yang didominasi oleh komponen seluler histiositik dan endotelial. Kedua jenis sel
tersebut bercampur baur dan tersusun pada pola lobular yang dipisahkan oleh jaringan ikat fibrous yang mengandung
pembuluh darah sinusoid besar.

KASUS: Seorang perempuan 14 thn dengan benjolan di rongga mulut sejak 4 tahun. Awalnya benjolan kecil sebesar ka-
cang tanah di rahang bawah, kemudian sejak 2 tahun membesar seukuran tinju dan terdapat di rahang atas dan bawah,
mengganggu, tidak nyeri, mudah berdarah. Pada pemeriksaan fisik tampak benjolan sebesar tinju ukuran 12 x 8 x 5 cm,
dan 10 x 3 x 1,5 cm, merah muda, bergranul, pus di permukaan. teraba massa keras padat, terfiksir, tidak bertangkai,
batas tegas, permukaan licin dan tidak rata. Dilakukan ekskokleasi epulis dan ekstraksi seluruh gigi. Pasien pulang dalam
keadaan sembuh.

PENDAHULUAN Di Rumah Sakit Umum Pusat M. Dja- gigi, riwayat pertukaran gigi susu ke
Epulis gigantosellulare dikenal seba- mil Padang dari Januari 2007 sampai gigi permanen tidak ada keluhan.Ti-
gai epulis sel raksasa adalah kondisi dengan Oktober 2009 ditemukan 186 dak pernah menderita penyakit lain.
serupa tumor yang biasanya berkem- kasus epulis. 180 pasien di bagian Gigi
bang dari tepi bebas gusi. Istilah gra- dan Mulut, 6 pasien di bagian Bedah. Status generalisata dalam batas nor-
nuloma sel raksasa perifer lebih disu- Pasien berkunjung ke bagian Bedah mal, pada status lokal tampak massa
kai daripada granuloma reparatif sel biasanya karena massa tumor yang tumor hampir memenuhi seluruh
raksasa perifer. Lesi ini ditemukan cukup besar sehingga diharapkan da- rongga mulut bagian depan (gambar
pada semua kelompok usia, dengan pat dilakukan tindakan bedah dengan 1 dan 2), merah muda, bergranul, pus
insiden tertinggi pada orang dewasa membuang massa tumor. di pemukaannya. Pada palpasi teraba
usia 30 tahun dan anak-anak selama massa keras padat di rahang atas dan
periode gigi bercampur. 1 LAPORAN KASUS bawah, ukuran 12 x 8 x 5 cm, 10 x 3 x
Seorang wanita 14 tahun datang ke 1,5 cm terfiksir, tidak bertangkai, batas
Dalam bahan penelitian atas 173 pen- Bagian Bedah Onkologi RSUP M. Dja- tegas, permukaan licin dan tidak rata.
derita granuloma sel raksasa perifer, mil Padang dengan keluhan benjolan Tidak ditemukan benjolan di tempat
dijumpai paling sering pada periode di mulut sejak 4 tahun (gambar 1 dan lain dan tidak ada pembesaran kel
gigi-geligi bercampur. Pada masa ka- 2). Awalnya benjolan terdapat di gusi limfe leher.
nak-kanak granuloma lebih umum ter- bagian bawah sebesar kacang, sejak
dapat pada anak laki-laki, setelah usia 2 tahun ini makin membesar dan ter- Pemeriksaan laboratorium dalam ba-
16 tahun perempuan dua kali lebih dapat di gusi bagian atas dan bawah. tas normal, brain CT Scan (gambar 3
sering terkena. Mandibula sedikit le- Benjolan tidak nyeri tetapi sangat dan 4) tampak soft tissue mass dengan
bih sering terkena dibandingkan mak- mengganggu karena pasien tidak da- gambaran gigi erupted dan destruksi
sila dan lebih sering terjadi di daerah pat sempurna menutup mulut, men- regio os maxilla anterior.
premolar-molar daripada di daerah gunyah dan menelan makanan ter-
incisivus-caninus. Kadang-kadang lesi ganggu. Riwayat trauma tidak ada. Hasil biopsi : mikroskopis tampak epi-
ditemukan di daerah edentulous ridge tel berlapis gepeng pada permukaan
alveolar.2 Riwayat penyakit dahulu: sering sakit dengan bagian yang mengalami erosi,

| AGUSTUS 2010 437

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 437 7/23/2010 10:33:19 PM


LAPORAN KASUS

di bawahnya terdapat stroma jaringan lesi reaktif yang jarang terjadi. Lesi ini
ikat longgar mengandung banyak ke- juga dikenal sebagai giant-cell epulis,
pingan kalsifikasi di antaranya. Tampak osteoclastoma, giant cell reparative
pula kapiler-kapiler dan sel-sel limfosit, granuloma atau giant cell hyperplasia
plasma serta netrofil. dan myeloid epulis. 3 Termasuk lesi gi-
ant cell yang paling sering terjadi di ra-
Direncanakan tindakan Ekskokleasi hang, berasal dari jaringan ikat perios-
epulis yaitu pengangkatan jaringan teum atau dari membran periodontal,
patologis dari gingiva serta pengero- sebagai respon terhadap iritasi lokal
kan sisa jaringan patologis akar gigi. atau trauma kronis.3
Laringoskop tidak dapat masuk sem-
purna karena terhalang massa tumor, Epulis gigantosellulare berupa nodul
sehingga ETT tidak dapat dipasang. Gambar 3. Brain CT Scan posisi AP ekstraosseus yang terdiri dari prolif-
Diputuskan trakeostomi agar operasi erasi mononuklear dan multinukleasi
dapat berjalan lancar (gambar 5) giant cell yang berhubungan dengan
vaskularisasi, yang ditemukan pada
Pembedahan oleh ahli bedah tumor. gingiva atau alveolar ridge, merupak-
Massa tumor dapat diangkat dengan an reaksi hiperplastik jaringan ikat gin-
sempurna dengan pengerokan gin- giva yang didominasi oleh komponen
giva yang terkena dan ekstraksi ham- seluler histiositik dan endotelial. Ke-
pir seluruh bagian gigi. Perdarahan di dua jenis sel tersebut bercampur baur
tempat pengerokan massa tumor da- dan tersusun lobular, dipisahkan oleh
pat diatasi dengan sempurna. Anali- jaringan ikat fibrous yang mengan-
sis jaringan menunjukkan Congenital dung pembuluh darah sinusoid besar. 4
Granular Cell Epulis, tak tampak tan-
da ganas. Nama lesi ini diambil dari kecende-
Gambar 4. Brain CT Scan posisi lateral rungan histiosit mononuklear untuk
Pasien pulang pada hari ke 5 dalam membentuk giant cell multinukleasi
keadaan baik. (gambar 6). yang luas; lokasi perifer (ekstraosseus)
dari lesi ini sempit, lebih cenderung ke
tengah (intraosseus); dan gambaran
klinisnya mirip respon terhadap granu-
loma yang reaktif. Lesi mengandung
jaringan giant cell mirip dengan yang
ditemukan pada bagian lain dari tubuh
tetapi utamanya pada tulang.5

Penyebab Epulis gigantosellulare


Gambar 5. Trakeostomi saat tindakan bedah. tidak diketahui; iritasi lokal oleh plak
gigi atau kalkulus, penyakit periodon-
tal, restorasi gigi yang buruk, protesa
yang buruk, atau pencabutan gigi,
Gambar 1. Massa tumor memenuhi rongga mulut dianggap ikut berperan pada perkem-
terdapat di bagian atas dan bawah gingiva, ber- bangan lesi ini.6
granul, merah muda dan pus.
Penelitian baru-baru ini menghubung-
kannya dengan implan gigi; meru-
pakan komplikasi yang tidak umum,
Gambar 6. Pasien hari ke 5 pascaoperasi. berkembang dari beberapa bulan
sampai beberapa tahun setelah pe-
DISKUSI nempatan implan gigi.7
Etiologi Epulis gigantosellulare tidak
diketahui, masih diperdebatkan Gambaran klinis lesi diawali dengan
apakah proses reaktif atau neoplas- pembengkakan berbentuk kubah ke-
tik; kebanyakan ahli percaya bahwa merahan atau keunguan di papilla
Gambar 2. Massa tumor dilihat dari samping. granuloma giant cell perifer termasuk interdental atau alveolar ridge. Pada

438 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 438 7/23/2010 10:33:19 PM


LAPORAN KASUS

pasien dentulous lesi sering terlihat susunan nodular jaringan giant cell Indikasi pengangkatan massa tumor
lebih kemerahan oleh ulserasi yang dipisahkan oleh septum fibrous. Jari- adalah rasa nyaman penderita se-
terjadi ketika makanan dikunyah dan ngan giant cell terdiri dari campuran hingga dapat membuka dan menutup
mengenai epitelium yang tipis.6 Lesi mononuklear dan multinuklear yang mulut sempurna, dan indikasi kosme-
yang lebih luas biasanya mengelilingi mendasari ekstravasasi sel darah me- tik.
satu atau lebih gigi, sering melibatkan rah. Terdapat beberapa pembuluh
ligamen periodontal, termasuk apeks kapiler dan ruang sinusoid. Stroma Prognosisnya baik. dapat kambuh
gigi. Lesi ini menyebabkan hilangnya fibrous menipis atau menebal, meng- kembali pada 10% kasus, mungkin
dan goyangnya gigi. Pada daerah andung jaringan yang luas dan struk- disebabkan oleh pengangkatan yang
edentulous lesi berbentuk kubah, tur dinding vaskular yang tipis. Se- tidak sempurna.12
ungu, biasanya mempunyai permu- jumlah besar hemosiderin umumnya
kaan yang utuh. Radiografi periapikal terdapat dalam jaringan giant cell dan SIMPULAN
umumnya menunjukkan hilangnya mengelilingi komponen fibrous.9 Granuloma giant cell perifer dikenal
lapisan superficial tulang kortikal, dan sebagai epulis gigantosellulare adalah
sisa tulang di bagian tengah yang Diagnosis banding osteoblastic os- kondisi serupa tumor yang biasanya
tidak ikut terlibat.8 teosarcoma dapat dibedakan melalui berkembang dari tepi bebas gusi.
beragam sel stroma dan kurangnya Penyebabnya tidak diketahui, meski-
Pembengkakan berbatas jelas, keras, displasia sel. Pada remaja gambaran pun iritasi lokal oleh plak gigi atau kal-
dan jarang berulserasi. Dasarnya tidak mitosis bervariasi, dan sulit dibedakan kulus, penyakit periodontal, restorasi
bertangkai, permukaannya licin atau dari proliferasi aktif sel stroma. Epulis gigi yang buruk, protesa yang buruk,
sedikit bergranula, berwarna merah Gigantosellulare tidak dapat dibeda- atau pencabutan gigi, dianggap ikut
muda sampai merah ungu tua ber- kan dengan brown tumor ekstraoseus berperan. Lesi diawali dengan pem-
diameter beberapa mm sampai 1 cm; dari hiperparatiroidisme yang jarang bengkakan berbentuk kubah berwar-
pembesaran yang cepat dapat meng- terjadi.10 na kemerahan atau keunguan pada
ganggu gigi-gigi di sampingnya. papilla interdental atau alveolar ridge.
Tindakan pada epulis gigantosellulare Granuloma giant cell perifer dirawat
Lesi umumnya tanpa gejala, tatapi adalah Ekskokleasi epulis yaitu peng- dengan eksisi; jika tidak tuntas akan
karena sifatnya yang agresif, tulang al- angkatan jaringan patologi dari gin- cenderung kambuh.
veolar di bawahnya sering terlibat dan giva serta pengerokan sisa jaringan
Pada kasus ini operasi dilakukan
membuat radiolusensi “peripheral patologis akar gigi; eksisi disertai man-
karena massa menutupi rongga mulut
cuff” superfisial yang patognomonik.7 dibulektomi parsial atau total; Cryo-
surgery terbatas pada tumor yang sa- yang sudah menimbulkan gangguan
Gambaran mikroskopis menunjukkan ngat superficial.11 makan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Allen C. Peripheral Giant Cell Granuloma. Available from: http://www.emedicine.com/DERM/topic685.htm. Accessed Oktober 20,2008
2. Bodnar L.et al. Growth potential of peripheral giant cell granuloma. Oral Surgery.Oral Med. Oral Pathol.1997;83:548.
3. Lifshitz MS, Flotte TJ, Greco MA.Congenital granular cell epulis.Cancer 1984;53:1845-8.
4. Rainey JB, Smith IJ. Congenital epulis of the newborn. J Pediatr Surg 1984;19:305-6
5. Damm DD, Cibull ML,Geisler RH, et al. Investigation into histiogenesis of congenital epulis of newborn. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1993:76:205-212
6. Sunderland EP,Smith CJ. Hypoplasia following Congenital Epulis. Br Dent J 1984;157:535
7. Lack EE, Worsham GF. Callihan MD. Granular cell tumor:A clinical pathologic study of 110 patient. J Surg Oncol 1980;13:301-16
8. Daley TD et al. The major epulides: clinicopathological correlations. J. Can. Dent. Assoc. 1990; 6/7: 626,
9. Falaschini S dkk. Peripheral Giant Cell Granuloma: Immunohistochemical analysis of different markers. Study of Three Cases. Avances En Odontoestomatologia
2007; 23(4): 189. Available from: http://medind.nic.in/jao/t05/i2/jaot05i2p74.pdf. Accessed Oktober 20, 2008
10. Zarbo RJ, Lyod RV, Beals TF, McClatchey KD. Congenital gingival granular cell tumor with smooth muscle cytodifferentiation. Oral Surg Oral Med Oral Pathol
1983; 56: 512-520
11. Philip SJ, Eversole LR, Wysocki GP. Contemporary Oral and Maxillofacial Pathology 2nd. St.Louis Missouri: Mosby. 2004: p.292-4.
12. Peripheral Giant Cell Granuloma. Available from: http://www.maxillofacialcenter.com/BondBook/softtissue/pgcg.html. Accessed Oktober 20, 2008

| AGUSTUS 2010 439

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 439 7/23/2010 10:33:23 PM


BERITA TERKINI

Beberapa Tip Menurunkan Tekanan Darah


Kurangi garam:

S
ekitar 60 persen penderita diabe- dan kudapan lebih penting dibanding-
tes tipe 2 mengalami hipertensi. kan sumbernya. Pengurangan konsumsi garam mem-
Penderita hipertensi dan diabe- bantu menurunkan tekanan darah.
tes berisiko lebih besar mengalami pe- Serat: Usahakan mengurangi asupan sodium
nyakit kardiovaskular dan ginjal. Sama seperti populasi pada umum- hingga 2.400 mg atau garam hingga
nya, penderita diabetes didorong un- 6.000 mg per hari.
Anda bisa menurunkan risiko dengan tuk memilih berbagai makanan yang
menjaga tekanan darah dalam ren- mengandung serat seperti whole Asupan alkohol:
tang normal. grain, buah, dan sayuran. Makanan ini Peneliti sudah mengungkapkan adan-
mengandung vitamin, mineral, serat ya hubungan antara asupan alkohol
Berikut beberapa cara yang bisa Anda dan komponen lain yang baik untuk tinggi (tiga takar/hari) dengan pen-
lakukan untuk menurunkan tekanan kesehatan. ingkatan tekanan darah. Akan tetapi,
darah: tidak ada perbedaan tekanan darah
Protein: antara orang yang minum lebih sedikit
BERHENTI MEROKOK Tidak ada bukti yang mengharuskan dari tiga takar alkohol/hari dengan
Merokok mengurangi suplai oksigen penderita diabetes mengubah asupan mereka yang tidak minum.
ke organ-organ tubuh, meningkatkan protein (15 hingga 20 persen dari to-
kadar kolesterol dan meningkatkan tal energi harian) jika fungsi ginjalnya Asupan kalium dan kalsium:
tekanan darah. Karena itu, berhenti normal. Karena protein diperlukan un- Diet rendah lemak yang menyertakan
merokok merupakan langkah utama tuk membangun jaringan tubuh yang buah dan sayuran ( lima hingga sembi-
dalam mengontrol tekanan darah dan sehat, pilihlah sumber protein yang lan takar/hari) dan produk susu rendah
diabetes. rendah lemak. Ikan merupakan pilihan lemak (dua hingga empat takar/hari)
yang baik, konsumsilah dua hingga secara umum sudah kaya akan kalium,
TURUNKAN BERAT BADAN tiga kali per minggu. magnesium, kalsium dan bisa menu-
Pengurangan berat badan berkaitan runkan tekanan darah.
dengan penurunan tekanan darah. Daripada memasak dengan lemak,
Anda bisa menurunkan berat badan cobalah menambah rasa makanan Asupan air:
dengan mengurangi asupan lemak dan dengan menggunakan anggur, herbal Cobalah minum paling tidak dua liter
kalori, serta berolahraga secara tera- dan bumbu. Anda yang vegetarian air putih sehari. Cara ini membantu
tur. Diet tinggi lemak secara otomatis bisa mendapatkan protein dari telur, mengeluarkan kelebihan gula dari tu-
akan menambah konsumsi makanan kacang kedelai, kacang polong dan buh dan membantu serat menjalank-
dan total energi dan akan berkurang sumber lainnya. an tugasnya dalam mengontrol gula
jika diet Anda rendah lemak. darah. Selain itu, air ini juga memung-
Lemak: kinkan ginjal dan organ lain (termasuk
Olahraga tidak mempunyai efek terla- Batasi lemak jenuh dan asupan koles- kulit) tetap sehat.
lu besar dalam menurunkan berat ba- terol dari diet. Asupan lemak jenuh
dan. Akan tetapi, olahraga (30-45 me- sebaiknya kurang dari 10 persen dari Gula darah
nit sehari) bagus untuk meningkatkan asupan energi total. Beberapa indi- Cobalah terus memantau kadar gluko-
sensitifitas insulin, mengurangi kadar vidu (misalnya orang dengan kadar sa darah di rumah. Tes kadar glukosa
glukosa darah dan mempertahankan kolesterol jahat LDL 100 mg/dl) akan bisa dilakukan dengan menggunakan
berat badan dalam jangka panjang. mendapatkan manfaat dengan menu- alat monitor glukosa yang mudah
runkan asupan lemak jenuh hingga di dibawa. Catat rutinitas harian dan ka-
MODIFIKASI DIET bawah 7 persen dari asupan energi. dar glukosa Anda. Data ini akan mem-
Karbohidrat: bantu Anda menemukan pola manaje-
Sertakan makanan yang mengandung Asupan kolesterol sebaiknya kurang men diabetes yang tepat.
karbohidrat, khususnya dari whole dari 300 mg per hari. Beberapa indi-
grain, buah-buahan, sayuran, dan susu vidu (misalnya orang dengan kadar Obat-obatan
rendah lemak dalam diet penderita kolesterol jahat LDL 100 mg/dl) akan Penderita diabetes sebaiknya men-
diabetes. mendapatkan manfaat dengan menu- gontrol tekanan darah dengan hati-
runkan asupan kolesterol hingga di hati. Anda bisa mengontrol kedua pe-
Jumlah total karbohidrat dari makanan bawah 200 mg per hari. nyakit ini dengan kontrol diet.  (NFA)

| AGUSTUS 2010 441

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 441 7/23/2010 10:33:23 PM


BERITA TERKINI

Epirubicin
dan Cyclophosphamide
dengan Trastuzumab pada trial
HERCULES

STUDI HERCULES ggu) ditambah dengan Cyclophosph- hampir sama pada ketiga kelompok
Studi klinis oleh Dr. Michael dkt., pada amide (600 mg/m2) dan Epirubicin 60 tersebut, kecuali febrile neutropenia,
HERCULES sebagaimana yang dipub- mg/m2 (HEC-60) atau 90 mg/m2 (HEC- yang ditemukan pada 10% kelompok
likasi dalam Journal of Clinical Onco- 90) sebanyak 6 siklus pemberian, dii- HEC-90 berbanding dengan 3% pada
logy, Vol 28, No 9, 2010 menunjukkan kuti pengobatan tunggal trastuzumab dua kelompok lainnya. Angka respon
bahwa regimen lini pertama Epirubicin sampai tingkat progresi. Sejumlah 60 tumor atau Tumor response rate ada-
dan Cyclophosphamide serta Trastu- pasien dengan HER2 negatif mener- lah 57% pada HEC-60, 60%, pada
zumab pada kanker payudara metas- ima Epirubicin (90 mg/m2) dan Cyclo- HEC-90 dan 25% pada kelompok EC-
tasis dengan Epidermal Growth Factor phosphamide (EC-90) tunggal. Tujuan 90; adapun waktu median time sam-
Receptor 2 (EGFR-2) positif menunjuk- utama (primary end point) adalah efek pai progresi masing-masing sebesar
kan hasil baik dalam segi keamanan kardiotoksisitas yang terkait dosis atau 12,5, 10,1, dan 7,6 bulan.
terhadap kardiotoksisitas dan juga Dose-limiting cardiotoxicity (DLC).
mengenai efektivitasnya sendiri. Kesimpulan trial HERCULES, regimen
Trastuzumab (Herceptin), dengan Epi-
RESUME HERCULES rubicin dan Cyclophosphamide meru-
Didapati insidensi tinggi kegagalan pakan opsi pengobatan yang cukup
jantung kongestif (CHF) pada pasien menjanjikan pada penderita kanker
kanker payudara metastasis yang men- payudara metastasis dengan HER2
erima regimen doxorubicin dan trastu- positif. Insidens kardiotoksisitas terkait
zumab. Adapun regimen Herceptin® dosis atau DLC pada regimen HEC
(nama dagang dari Trastuzumab), Cy- lebih rendah, dibandingkan dengan
clophosphamide dan Epirubicin ingin insidens di regimen trastuzumab dan
mengevaluasi keamanan regimen tras- doxorubicin, terutama yang berkaitan
tuzumab dengan cyclophosphamide dengan pengobatan model adjuvant
dan evaluasi efek samping kardiotok- ataupun neoadjuvant.  (IWA)
sisitas yang lebih rendah golongan
anthracycline epirubicin.

Studi bersifat prospektif dan merupa- Hasil trial HERCULES ini, insidensi kar-
kan kombinasi fase 1 mengenai dosis diotoksisitas terkait dosis / DLC mas- REFERENSI :
dan temuan stadium dengan fase 2 ing-masing 5%, 1,7%, dan 0% pada 1. Michael U et al. First-Line Trastuzumab Plus
secara acak. Sejumlah 120 penderita kelompok yang mendapat regimen Epirubicin and Cyclophosphamide Therapy in
kanker payudara metastasis dengan HEC-90, HEC-60, and EC-90. Patients With Human Epidermal Growth Fac-
human epidermal growth factor re- tor Receptor 2–Positive Metastatic Breast Can-
ceptor 2 (HER2) positif dan fungsi jan- Semua kasus kejadian DLC dapat cer: Cardiac Safety and Efficacy Data From the
tung adekuat, menerima lini pertama dikelola dengan baik. Tidak ada ke- Herceptin, Cyclophosphamide, and Epirubicin
regimen trastuzumab (4 mg/kg iv dosis matian yang disebabkan efek pada (HERCULES) Trial. J. Clin. Oncol. 2010;28( 9 ):
loading, kemudian 2 mg/kg setiap min- jantung. Gambaran efek samping 1473-1480

442 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 442 7/23/2010 10:33:25 PM


BERITA TERKINI

Eprotirome, Hormon Tiroid Analog, Menurunkan


Kadar Kolesterol Pasien Dislipidemia
yang Diterapi dengan Statin

E
protirome (hormon tiroid analog) statin secara bermakna menambah runan kadar lemak darah pada
menambah penurunan kadar le- penurunan kadar kolesterol total, ko- pasien-pasien yang telah diterapi
mak darah pada pasien-pasien lesterol LDL dan trigliserida. Penuru- dengan statin.
dislipidemia yang telah diterapi den- nan ini semakin nyata pada kelompok • Walau merupakan hormon tiroid
gan statin. Simpulan ini merupakan dengan dosis eprotirome yang lebih analog, tanda dan gejala efek
hasil penelitian dr. Paul Ladenson dan besar. samping tirotoksikosis/ hipertor-
rekan dari Johns Hopkins University oidisme tidak dalam penelitian ini.
School of Medicine, Baltimore, Ameri- Selain itu tidak dijumpai tanda mau-  (YYA)
ka Serikat. Dr. Paul mengatakan bahwa pun gejala akibat pemberian hormon
berdasarkan penelitian ini, eprotirome tiroid analog seperti tirotoksikosis/
menurunkan kadar kolesterol total dan hipertiroidisme, peningkatan denyut
kolesterol LDL (Low Density Lipopro- jantung per-menit atau aritmia, penu-
tein). Selain itu, tidak seperti statin, runan berat badan, maupun gangguan
eprotirome efektif menurunkan kadar pembentukan tulang (dari pemerik-
trigliserida, sehingga dapat diberikan saan marker serologik dan penekanan
sebagai terapi pasien dislipidemia terhadap tirotropin). Dr. Ladenson
campuran. Hasil penelitian dr. Paul mengatakan bahwa eprotirome ini REFERENSI:
dan rekan ini telah dipublikasikan da- dapat menjadi terapi tambahan bagi 1. Ladenson P, Kristensen JD, Ridgway C, Olsson
lam the New England Journal of Medi- pasien-pasien yang telah diterapi den- AG, Carlsson B, Klein I, et al. Use of the Thy-
cine edisi bulan Maret 2010. gan statin namun tidak mencapai tar- roid Hormone Analogue Eprotirome in Statin-
get terapi. Treated Dyslipidemia. NEJM 2010; 362 (10):
Penelitian ini bertujuan untuk menel- 906-16.
iti apakah pemberian eprotirome da- 2. Medscape. Eprotirome Further Reduces Cho-
pat memberikan manfaat tambahan SIMPULAN: lesterol Levels in Statin-Treated Patients. [cited
dalam menurunkan kadar kolesterol • Eprotirome merupakan hormon 2009 March 23]. Available from: http://www.
total, trigliserida dan kolesterol LDL, tiroid analog yang dalam peneli- medscape.com/viewarticle/718099?src=mpne
yang merupakan lipoprotein yang ber- tian dapat menambahkan penu- ws&spon=2&uac=117092CG
sifat artherogenik serta meneliti efek
samping yang mungkin terjadi. Pene-
litian efek samping ini penting, karena Perubahan rata-
Fariabel per dosis Garis dasar
Minggu ke-12 rata dibanding p
eprotirome, sebagai hormon tiroid eprotirome (µg) (baseline)
baseline (mg/dL)
analog dikhawatirkan memiliki efek
Kolesterol Total (mg/dL)
samping terhadap organ tubuh yang
sensitif terhadap hormon tiroid, yaitu 25 214 178 -36 <0.001

jantung dan otot skeletal. Penelitian 50 211 166 -45 <0.001


merupakan penelitian kontrol plase- 100 215 158 -57 <0.001
bo, multisenter melibatkan 137 pasien Kolesterol LDL (mg/dL)
yang telah mendapatkan terapi statin 25 144 113 -32 <0.001
paling tidak selama 3 bulan. Pasien se-
50 138 99 -39 <0.001
cara acak dibagi menjadi 3 kelompok
100 141 94 -47 <0.001
terapi, yang diberi terapi eprotirome
25 μg, 50 μg, atau 100 μg. Trigliserida (mg/dL)
25 140 112 -29 <0.01
Hasil penelitian memperlihatkan bah- 50 141 106 -34 <0.01
wa pemberian eprotirome pada pasi- 100 155 93 -61 <0.001
en-pasien yang telah diterapi dengan
Tabel 1. Perbandingan kadar lemak serum sebelum dan sesudah terapi eprotirome.

| AGUSTUS 2010 443

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 443 7/23/2010 10:33:29 PM


BERITA TERKINI

P
ada 1 April 2010 American Fam-
ily Physician mempublikasi pe-
doman bagi dokter keluarga
dalam mendiagnostik dan menskrin-
ing pasien diabetes.

Pencegahan, diagnostik akurat dan


terapi merupakan hal yang penting
bagi pasien diabetes karena begitu
luasnya kemungkinan komplikasi sep-
erti nefropati, retinopati, neuropati,
penyakit kardiovaskuler, stroke bah-
kan kematian; yang dapat diperlam-
bat bahkan dicegah dengan pemili-
Review Kriteria Diagnostik
han terapi yang sesuai. dan Skrining DM bagi
Sejak tahun 1997 American Diabetes
Association (ADA) telah memperke-
Dokter Keluarga
nalkan etiologi diabetes berdasar-
kan klasifikasi dan kriteria diagnostik,
yang di tahun 2010 kembali direvisi, tes jika kadar HbA1c setidaknya 6,5% tuk melihat adanya destruksi sel beta
dan penting diketahui bagi para dok- dalam dua kali pemeriksaan, keter- pankreas.
ter dokter keluarga. batasan pemeriksaan ini adalah sen-
sitivitasnya rendah dan dipengaruhi Rekomendasi spesifik bagi klinisi ber-
Kriteria diagostik diabetes adalah oleh faktor di antaranya ras, anemia dasarkan bukti ilmiah adalah :
penilaian kadar hemoglobin A1c dan terapi yang digunakan.
(HbA1c), kadar gula darah puasa dan • Skrining diabetes harus dilaku-
kadar gula darah sewaktu atau hasil Pemberian larutan glukosa 50 g meru- kan pada pasien dengan tekanan
pemeriksaan toleransi glukosa oral pakan skrining yang paling sering di- darah di atas 135/80 mmHg (level
(OGTT). ADA mendefinisikan diabe- lakukan untuk mendiagnosis diabetes of evidence A)
tes dalam dua kondisi yaitu kadar glu- gestasional, meskipun pemberian 75 • Skrining diabetes harus dilakukan
kosa darah puasa (8 jam) di atas 126 -100 g glukosa dibutuhkan untuk meng- pada pasien hipertensi atau hip-
mg/dL dan kriteria lain: kadar glukosa konfirmasi hasil awal yang positif. erlipidemia (level of evidence B)
darah sewaktu di atas 200 mg/dL den- • Kalkulasi risiko dapat digunakan
gan keluhan poliuria, polidipsi, penu- Diabetes ketoasidosis merupakan ke- sebagai identifikasi pasien yang
runan berat badan dan karakterisktik jadian yang sering terjadi pada pasien memerlukan skrining lebih lanjut
lainnya yang positif. Kadar glukosa diabetes tipe 1 atau kadang pasien (level of evidence C)
darah sewaktu dapat digunakan se- diabetes tipe 2 ; lebih sering pada • Diabetes dapat didiagnosis jika
bagai skrining dan diagnostik tetapi pasien obesitas dan warna kulit hitam; kadar HbA1C > 6,5% dalam dua
sensitivitasnya hanya 39-55%. dikatakan diabetes ketoasidosis jika kali pemeriksaan terpisah (level of
hasil pemeriksaan kadar gula darah evidence C)
Pemeriksaan lini pertama pasien dia- melebihi 250 mg/dL dengan pH arteri • Pada pasien dengan risiko tinggi
betes adalah OGTT; pasien puasa < 7,3 dan keton darah meningkat. diabetes, counseling direko-
selama 8 jam dan diberi asupan glu- mendasikan untuk memberiksan
kosa 75 g. ; didiagnosis diabetes jika Meskipun belum cukup konsisten, strategi yang efektif, mengu-
kadar glukosa di atas 199 mg/dL, dan skrining diabetes perlu dilakukan rangi risiko diabetes termasuk
didiagnosis ada gangguan gula darah pada pasien hipertensi dan hiperlipi- penurunan berat badan dan lati-
puasa jika kadar glukosa 140-199 mg/ demia untuk menentukan klasifikasi han fisik. (level of evidence C).
dL pasca asupan glukosa; kriteria lain diabetes berdasarkan tipe, perlunya  (ARI)
gangguan gula darah puasa jika kadar pemberian insulin berkelanjutan da-
gula darah puasa tanpa asupan glu- pat difasilitasi dengan pemeriksaan
kosa adalah 100-125 mg/dL. kadar C peptide; sedangkan pemer- REFERENSI
iksaan autoantibodi terhadap sel islet, 1. L Barclay. Am Fam Physician 2010;81:863-70.
Pemeriksaan kadar HbA1c tidak me- insulin, glutamic acid decarboxylase abstract.
merlukan puasa, dapat berguna se- (GADA), tyrosine phosphatase (1A-2α 2. Executive Summary : Standards of Medical
bagai diagnostik dan skrining diabe- dan 1A-2β) atau marker lainnya un- Care in Diabetes -2010

444 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 444 7/23/2010 10:33:31 PM


BERITA TERKINI

Efektifitas Penggunaan Preparat Sodium


Divalproat Lepas Berkesinambungan (Extended
Release/ER) pada Terapi Gangguan Bipolar

S
ampai saat ini pengobatan Suatu penelitian awal dengan metode minggu penggunaan preparat sodium
jangka panjang untuk gangguan open-label selama 6 minggu melibat- divalproat ER.
bipolar American Psychiatric kan 12 pasien (8 perempuan dan 4 laki-
Association dan National Institute laki) dengan usia rata-rata 45,7 tahun. Penggunaan sodium divalproat ER
for Health and Clinical Excellence Diagnosis subjek penelitian menurut membutuhkan dosis sekitar 21% lebih
terdiri dari penggunaan mood stabi- DSM-IV adalah Bipolar I dan II dan tinggi agar mencapai dosis ekuivalen
lizer yaitu litium dan sodium divalproat gangguan skizoafektif tipe bipolar. preparat sodium valproat standar un-
yang juga dikenal sebagai antiepilepsi Pasien ini telah memakai obat sodium tuk mencapai kadar serum yang tera-
serta golongan antipsikotik atipikal divalproat standar dua kali sehari se- peutik untuk kasus bipolar. Walaupun
olanzapine. lama setidaknya 4 minggu. demikian preparat ER ternyata lebih
stabil sehingga meningkatkan efek-
Beberapa tahun belakangan ada ke- Preparat standar diberikan dua kali tifitasnya. Dosis preparat sodium ER
cenderungan penggunaan sodium sehari sedangkan preparat ER diberi- yang sederhana yaitu sehari sekali da-
divalproat sebagai terapi pasien bi- kan sehari sekali di saat hendak tidur. pat meningkatkan kepatuhan berobat
polar rawat jalan. Penggunaan sodium Konsentrasi sodium divalproat diukur dan mempunyai efek manfaat jangka
divalproat ini juga didasarkan karena menggunakan fluorescence polariza- panjang terutama dalam mencegah
terbukti efektif dalam aktifitas anti- tion immunoassay pada hari 1, hari kekambuhan .
maniknya dan adanya bukti adanya ke-7, minggu ke-6 dan satu minggu
efek perlindungan jangka panjang da- setelah penyeimbangan dosis. Serum Dengan pertimbangan tersebut,
lam melawan kekambuhan gangguan darah diambil di antara 10-14 jam set- penggunaan sodium divalproat lepas
bipolar. Sodium divalproat juga pada elah penggunaan terakhir dosis kedua berkesinambungan (extended release/
beberapa penelitian ternyata lebih pada sodium divalproat standar dan di ER) dapat menjadi pilihan baik bagi
baik dalam mengatasi gangguan man- antara 22-26 jam setelah penggunaan pasien bipolar yang belum pernah dit-
ik pasien bipolar dengan mood yang dosis terakhir sodium divalproat ER. erapi dengan preparat sodium dival-
berganti-ganti (mood swing). Efek Status mental secara klinis dievaluasi proat atau sebagai terapi pengganti
tersebut bergantung kepada dosis saat awal penelitian dan setiap min- pasien bipolar yang sudah memakai
dan konsentrasi serum. Efek antiman- ggu dengan menggunakan Young preparat sodium divalproat standar
iknya yang cepat sendiri dicapai den- Mania Rating Scale, 17-item Hamil- yang diharapkan dapat meningkatkan
gan dosis penuh 20mg/kgbb. perhari. ton Depression Rating Scale, Clinical ketaatan berobat karena dosis yang
Global Impression (CGI) of severity lebih sederhana
Tahun 2003 di Amerika, FDA telah
menyetujui sodium divalproat lepas and improvement, Global Assessment Andri
berkesinambungan (extended re- of Functioning Scale (DSM-IV) dan the Bagian Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran
lease/ER) dengan dosis satu kali se- 17-item Brief Psychiatric Rating Scale Universitas Krida Wacana Jakarta
hari sebagai obat untuk migrain dan (BPRS) serta the Udvalg for Kliniske
oleh Canada disetujui sebagai obat Undersøgelser (UKU) Side Effect Rat- SUMBER :
anti epilepsi. Bentuk baru dari so- ing Scale untuk menilai efek samping 1. Blanco C, Laje G, Olfson M,et al. Trends in the
dium divalproat ini memberikan be- obat. Treatment of Bipolar Disorder by Outpatient Psy-
berapa keuntungan yaitu konsentrasi chiatrists. Am J Psychiatry 2002; 159:1005–1010
yang lebih stabil dan dosis yang leb- Peneliti menemukan bahwa ke 12 2. Centorrino F, Kelleher JP, Berry JM, Salvatore
ih sederhana, satu kali sehari. Suatu pasien tersebut dapat diganti pengo- P, Eakin M, Fogarty V, et al. Pilot Comparison of
penilitian klinis tidak tersamar me- batannya dari sodium divalproat stan- Extended-Release and Standard Preparations
nemukan tidak adanya perbedaan dar menjadi sodium divalproat ER. of Divalproex Sodium in Patients With Bipolar
dalam efektifitas dan efek samping Penelitian ini tidak menrmukan pen- and Schizoaffective Disorders Am J Psychiatry
antara sodium divalproat ER dengan gurangan efektifitas pada pemakaian 2003; 160:1348–1350
jenis yang standar pada pasien epi- sediaan ER Hal lain yang patut diper- 3. Bipolar Disorder. Quick Reference Guideline.
lepsi hatikan adalah tidak adanya pening- National Institute for Health and Clinical Excel-
katan risiko efek samping selama 6 lence. July 2006

| AGUSTUS 2010 445

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 445 7/26/2010 5:37:45 PM


BERITA TERKINI

Kombinasi Testosteron dan


Progestogen sebagai Alternatif
Kontrasepsi Pria

S
tudi penggunaan kombinasi
hormon androgen dan proge-
stogen untuk kontrasepsi pada
pria memberikan hasil yang cukup
menjanjikan, meskipun masih terus di-
sempurnakan untuk diaplikasikan.

Androgen berfungsi menekan hormon


gonadotropin sehingga dapat men-
ekan spermatogenesis, juga untuk
mempertahankan kadar testosteron
darah agar tidak menimbulkan efek
tidak diinginkan seperti penurunan li-
bido. Sedangkan progestogen diha-
rapkan dapat lebih menekan hormon
gonadotropin sehingga dapat lebih
menekan spermatogenesis.

Penelitian Prof Moeloek dkk (2002)


mengenai kombinasi androgen dan
progestogen jangka panjang meng-
gunakan Testosteron undekanoat (TU)
dan Depot Medroksi Progesteron Ase-
tat (DMPA) pada 40 pria Indonesia, di
Jakarta dan Palembang menunjukkan
semua pria mencapai azoospermia.
DMPA (kelompok B) seta 1000 mg TU tikan dapat ditoleransi dengan baik;
Beliau saat ini sedang melakukan + 300 mg DMPA (kelompok C). Semua tidak ada laporan efek samping serius.
penelitian membuat TU dan DMPA dosis obat tersebut diberikan secara Kombinasi dosis yang lebih rendah,
menjadi satu emulsi yaitu Mikroemulsi suntikan intramuskular setiap 8 min- direkomendasikan untuk studi / test
TU/DMPA sehingga lebih mudah di- ggu. Pengamatan dalam periode 8 selanjutnya untuk menilai efektivitas
terima masyarakat karena hanya perlu minggu kontrol (baseline) , setelah 24 yang lebih bermakna2.  (IWA)
satu kali suntik setiap datang1. minggu periode pengobatan serta 24
minggu periode recovery. Keadaan
Dr. Gu dan rekan dari Beijing meng- azoospermia atau oligozoospermia
gunakan suntikan depot medroxypro- yang berat tercapai dan dipertahank- REFERENSI :
gesterone acetate (DMPA) dan testos- an pada seluruh sukarelawan selama 1. Moeloek N, Perkembangan terkini kontrasepsi
terone undecanoate (TU) interval 8 periode pengobatan , kecuali untuk 2 hormonal pria di dunia. Abstrak PIT PERSANDI
minggu untuk menekan proses sper- pria dalam kelompok TU konsentrasi IV & PANDI XVIII April 2010.
matogenesis pada pria China sehat. spermanya meningkat (rebound). Reg- 2. Gu YQ et al. Male Hormonal Contraception:
Setelah skrining awal, 30 sukarelawan imen pengobatan kombinasi Testos- Effects of Injections of Testosterone Unde-
pria sehat dipilih secara acak masuk teron Undekanoat selama 8 minggu canoate and Depot Medroxyprogesterone
dalam 3 kelompok dosis ; 10 orang / ditambah depot MPA efektif menekan Acetate at Eight-Week Intervals in Chinese
kelompok mendapatkan 1000 mg TU proses spermatogenesis yaitu azoo- Men. J. Clin. Endocrin. & Metabolism 2004;
(kelompok A); 1000 mg TU +150 mg spermia pada pria China. Seluruh sun- 89(5): 2254-2262; (abstract).

| AGUSTUS 2010 447

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 447 7/23/2010 10:33:34 PM


BERITA TERKINI

BCAA untuk Anoreksia Pasien Kanker

P
ada keadaan keganasan/ kanker, hipotalamus, dan berdasarkan lapo- dengan hiperamonemia dan kadar
dapat terjadi penurunan berat ran, pemberian BCAA oral berhasil rendah BCAA dalam darah, dan pada
badan drastis yang sering dise- menurunkan keadaan anorexia yang keadaan penyakit hati akut dengan
but dengan Kakeksia (cachexia) akibat berat pada penderita kanker. hiperaminoacidemia. Pada keadaan
pemecahan protein otot khususnya di regenerasi hati, suplementasi BCAA
perifer, yang memetabolisme asam Leucine, isoleucine dan valine meru- berkaitan dengan efek stimulasi pada
amino yang diperlukan bagi pemben- pakan asam amino rantai cabang sintesis protein, sekresi faktor pertum-
tukan protein di hati dan juga di tumor. dan merupakan asam amino yang buhan pada hepatosit, produksi gluta-
Pemberian asam amino secara teoritis cukup banyak diteliti dan dibuktikan min dan efek penghambatan proteoli-
dapat memberikan tambahan energi memiliki efek farmakologis sebagai sis. Sedangkan pada keadaan kakhesia
yang diperlukan sebagai protein-spa- prekursor (zat pendahulu) dalam sin- hati, efek suplementasi BCAA cukup
ring metabolic dengan membantu me- tesis glutamine dan alanine pada otot signifikan pada penyakit hati terkom-
tabolisme otot dan gluconeogenesis.1 rangka. Leucine paling jelas efeknya pensasi dengan mengurangi keadaan
Branched-chain amino acids (BCAA) dan berguna untuk sintesis protein inflamasi dan juga peningkatan kadar
yang terdiri dari leucine, isoleucine, yang diteliti pada keadaan sepsis dan turnover protein. Suplementasi BCAA
dan valine dipergunakan dengan tu- luka bakar2. dapat meningkatkan kualitas hidup
juan meningkatkan keseimbangan / pasien dan juga prognosis penyakit
balans nitrogen terutama pada meta- Keadaan kakhesia juga dapat terjadi hati.  (IWA)
bolisme protein otot pada gangguan fungsi hati; Dr. Hole-
cek menentukan 3 target suplementasi
Dilaporkan bahwa penambahan BCAA pada penyakit hati.3 : (1) ensefa-
BCAA dalam nutrisi parenteral ber- lopati hati (2) regenerasi hati, dan (3)
hasil meningkatkan keseimbangan kakhesia hati . Pemberian BCAA dapat REFERENSI :
protein dan sintesis albumin, selain mengurangi ensefalopati hati dengan 1. Inui A. Cancer anorexia-cachexia syndrome.
itu BCAA dapat mengurangi keadaan meningkatkan detoksifikasi amonia, CA Cancer J Clin 2002;52:72-91
anorexia dan cachexia secara berkom- mengoreksi ketidakseimbangan asam 2. Calder PC. Branched-chain amino acids and
petisi dengan tryptophan, prekursor amino plasma dan mengurangi influks immunity.J Nutr. 2006 Jan;136(1) Suppl
serotonin otak, melewati sawar otak asam amino aromatik. Suplementasi 3. Holecek M. Three targets of branched-chain
(blood-brain barrier) dan mengham- BCAA pada ensefalopati hati lebih amino acid supplementation in the treatment of
bat peningkatan aktivitas serotonin di efektif pada gangguan hati kronik liver disease. Nutrition 2010 May; 26(5): 482-90

| AGUSTUS 2010 449

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 449 7/23/2010 10:33:39 PM


BERITA TERKINI

P
rostat merupakan organ pria
yang paling sering mengalami
proses pembesaran jinak mau- Aktivitas SOD pada Kanker
pun ganas. Secara histologi, prostat
terdiri dari stroma dan epitel yang Prostat dan BPH
masing-masing, baik secara individual
ataupun kombinasi, dapat berkem-
bang menjadi nodul hiperplastik dan
menimbulkan gejala khas.
mitokondria menghasilkan sejumlah Penurunan aktivitas SOD pada pasien
BPH (benign prostatic hyperplasia) besar superoksida dalam sel. kanker prostat juga telah diteliti sebe-
merupakan salah satu tumor jinak lumnya pada 25 pasien kanker prostat
paling sering pada pria dan kejadian- Penurunan aktivitas Mn-SOD telah non-metastatik, 36 pasien BPH dan
nya berkaitan dengan usia. Prevalensi dikaitkan dengan berbagai jenis tu- 24 subyek pria sehat sebagai kontrol
BPH berkaitan dengan usia dan onset mor, antara lain bahwa peningkatan dimana aktivitas GPx dan SOD secara
biasanya setelah usia 40 tahun :50% ekspresi Mn-SOD dapat menekan tu- bermakna menurun pada pasien kank-
pada usia 60 tahun dan 90% pada usia morigenisitas melanoma, sel kanker er dibanding pasien BPH dan subyek
85 tahun. Sebanyak 50% pasien den- payudara dan sel glioma manusia. kontrol. Secara bermakna, peroksidasi
gan diagnosis histologi BPH mem- Fungsi penekanan Mn-SOD juga lemak meningkat dengan penurunan
punyai gejala saluran kemih sedang dikaitkan dengan kanker ovarium, aktivitas SOD dan kadar Zn pada
hingga berat. kanker paru dan kanker prostat. pasien BPH dibanding subyek kontrol.
Hal ini menunjukkan adanya peruba-
Jumlah pria dengan kanker prostat Banyak studi menunjukkan bahwa Mn- han indeks peroksidasi lemak dengan
meningkat dalam 2 dekade terakhir SOD dapat berfungsi sebagai gen disertai perubahan sistem pertahanan
akibat meningkatnya usia penduduk. penekan tumor secara umum, dan antioksidan pada pasien kanker pros-
Kanker prostat merupakan penyebab merupakan petunjuk untuk aplikasi tat dibanding pasien BPH, sehingga
kematian akibat kanker ke tiga paling terapi di masa mendatang dan bahwa peneliti mempunyai hipotesis bahwa
sering pada pria. Penyebab spesifik antioksidan berperan penting dalam perubahan keseimbangan prook-
onset dan progresivitas kanker prostat pencegahan kanker prostat. sidan-antioksidan dapat menyebab-
tidak diketahui, namun faktor genetik kan peningkatan kerusakan oksidatif
dan lingkungan berperan. Sebanyak Suatu studi telah dilakukan untuk me- dan konsekuensinya dapat berperan
90% kanker prostat merupakan ad- nilai status stres oksidatif/nitrosatif penting dalam karsinogenesis prostat.
enokarsinoma sel asinar dan 70%-nya pada kanker prostat dan BPH pada  (EKM)
terjadi di daerah perifer. 312 pria (107 pasien kanker prostat,
167 pasien BPH dan 38 subyek kon-
Pembesaran prostat mempunyai faktor trol). Dalam studi ini dilakukan pengu-
etiologi multifaktorial dan endokrin. kuran kadar MDA (malondialdehyde)
Faktor yang dikaitkan dengan pemb- eritrosit, aktivitas CuZn-SOD, gluta-
esaran prostat adalah peningkatan tion peroksidase (GPx) dan katalase
kadar DHT (dihydrotestosterone) dan eritrosit, dan nitrit/nitrat plasma.
penuaan. Observasi dan studi klinis REFERENSI
pada pria juga menunjukkan keterli- Hasilnya menunjukkan bahwa konsen- 1. Esaú F, Noemí C, Melchor C, Equihua JLR,
batan kontrol endokrin dalam pem- trasi MDA yang lebih tinggi dengan José F, Arzave C et al. Manganese superoxide
besaran prostat. aktivitas GPx dan CuZn-SOD yang dismutase (Mn-SOD) expression levels in pros-
lebih rendah ditemukan pada pasien tate cancer and benign prostatic hyperplasia
Telah diketahui bahwa stres oksidatif kanker prostat dibanding pasien BPH tissue. Rev Mex Urol 2009;69(4):159-62.
juga berperan pada pembesaran pros- dan subyek kontrol. Aktivitas katalase 2. Arsova-Sarafinovska Z, Eken A, Matevska N,
tat. Stres oksidatif merupakan ketidak- menurun pada pasien kanker prostat Erdem O, Sayal A, Savaser A et al. Increased
seimbangan antara produksi ROS dibanding subyek kontrol. Lebih lanjut, oxidative/nitrosative stress and decreased an-
(Reactive Oxygen Species) dengan pasien kanker prostat mengalami pen- tioxidant enzyme activities in prostate cancer.
pertahanan antioksidan. Dalam sistem ingkatan nitrit/nitrat plasma dibanding Clin Biochem. 2009;42(12):1228-35.
antioksidan enzim, SOD berperan pasien BPH dan subyek kontrol. Studi 3. Aydin A, Arsova-Sarafinovska Z, Sayal A, Eken
penting dalam mempertahankan kes- ini mengkonfirmasi peran stres oksi- A, Erdem O, Erten K et al. Oxidative stress and
eimbangan ROS. SOD mengkatalisasi datif dan perubahan status nitrosatif antioxidant status in nonmetastatic prostate
konversi superoksida menjadi hidro- pada pasien dengan kanker prostat. cancer and benign prostatic hyperplasia. Clin
gen peroksida, sedangkan respirasi Biochem. 2006;39(2):176-9.

450 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 450 7/23/2010 10:33:45 PM


BERITA TERKINI

Keefektifan Chlorhexidine Gel Intra-alveolar pada


Alveolar Osteitis dan Komplikasi Perdarahan
pada Pembedahan Molar Ketiga Mandibular
Pasien dengan Gangguan Perdarahan

C
hlorhexidine adalah suatu anti- fase) chlorhexidine pada permeabilitas perimen: insidens osteitis alveolar di
septik yang termasuk golongan membran sel bakteri, dimana pening- kelompok kontrol 17% dan di kelom-
bisbiguanide. Chlorhexidine katan kebocoran kandungan intrase- pok eksperimen sebesar 7% (p=0,402).
merupakan antiseptik dan disinfektan lular akan bertambah seiring bertam- Komplikasi perdarahan terjadi pada
yang mempunyai efek bakterisidal bahnya konsentrasi chlorhexidine, 21% kelompok eksperimen diband-
dan bakteriostatik terhadap bakteri namun kebocoran ini akan menurun ingkan dengan 29% di kelompok kon-
Gram (+) dan Gram (-). Chlorhexidine pada chlorhexidine konsentrasi tinggi trol (p=0,601).
lebih efektif terhadap bakteri Gram akibat koagulasi dari sitosol (cairan
positif dibandingkan dengan bakteri yang terletak di dalam sel) sel bakteri. Seperti hasil penelitian sebelumnya,
Gram negatif. Chlorhexidine dapat CHX 0,2% intraalveolar intraoperatif
menyebabkan kematian sel bakteri Baru-baru ini, gel bioadesif yang dosis tunggal tampaknya menurunkan
dengan menimbulkan kebocoran sel mengandung CHX diperkenalkan di insidens osteitis alveolar setelah pen-
(pada pemaparan chlorhexidine kon- pasaran. Pemberian gel ini secara in- cabutan molar ke tiga yang impaksi
sentrasi rendah) dan koagulasi kand- traalveolar memungkinkan efek terapi pada pasien dengan gangguan perd-
ungan intraselular sel bakteri (pada CHX lebih langsung dan lebih lama arahan.  (SFN)
pemaparan chlorhexidine konsentrasi bertahan, yang berguna mencegah
tinggi). terjadinya osteitis alveolar pasca pen-
cabutan molar ketiga yang impaksi.
Chlorhexidine akan diserap dengan Pemberian CHX gel intraalveolar pada
sangat cepat oleh bakteri dan penyer- pasien dengan gangguan perdarahan
apan ini tergantung pada konsentrasi dapat meningkatkan risiko komplikasi
chlorhexidine dan pH. Chlorhexidine perdarahan pasca operasi. Sebaliknya,
menyebabkan kerusakan pada lapisan kelainan perdarahan dapat mem-
luar sel bakteri, namun kerusakan ini pengaruhi efikasi CHX sebagai obat
tidak cukup untuk menyebabkan ke- pencegah osteitis alveolar.
matian sel atau lisisnya sel. Kemudian REFERENSI:
chlorhexidine akan melintasi dinding Tujuan penelitian ini adalah untuk 1. Torres-Lagares D, Gutierrez-Perez JL, Hita-
sel atau membran luar, diduga mela- mengevaluasi keefektifan gel CHX Iglesias P. Randomized, double-blind study
lui proses difusi pasif, dan menyerang 0,2% dalam menurunkan insidens os- of effectiveness of intra-alveolar application
sitoplasmik bakteri atau membran teitis alveolar pasca ekstraksi molar ke of chlorhexidine gel in reducing incidence of
dalam sel bakteri. Kerusakan pada tiga yang impaksi pada pasien dengan alveolar osteitis and bleeding complications in
membran semipermiabel ini akan dii- gangguan perdarahan. Digunakan mandibular third molar surgery in patients with
kuti dengan keluarnya kandungan in- metode penelitian tersamar ganda, bleeding disorders. J Oral Maxillofac Surg.
traselular sel bakteri. Kebocoran sel acak dan kelompok paralel pada 38 2010 Jun;68(6):1322-6. Available from: http://
tidak secara langsung menyebabkan pasien gangguan perdarahan. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20346565
inaktivasi selular, namun hal ini meru- 2. Torres-Lagares D, Gutierrez-Perez JL, Infante-
pakan konsekuensi dari kematian sel. Kelompok eksperimen (n=14) diobati Cossio P, Garcia-Calderon M, Romero-Ruiz
Chlorhexidine konsentrasi tinggi akan dengan gel CHX 0,2% intraoperatif MM, Serrera-Figallo MA. Randomized, double-
menyebabkan koagulasi (penggump- setelah pembedahan pengangkatan blind study on effectiveness of intra-alveolar
alan) kandungan intraselular sel bak- gigi molar ke tiga. Kelompok kontrol chlorhexidine gel in reducing the incidence of
teri sehingga sitoplasma sel menjadi (n=24) diobati dengan gel plasebo. alveolar osteitis in mandibular third molar sur-
beku, dan mengakibatkan penurunan Hasil penelitian memperlihatkan gery. Int J Oral Maxillofac Surg 2005;35(4):348-
kebocoran kandungan intraselular. penurunan insidens osteitis alveolar 51. Nov 9. Available from: http://www.ncbi.
Jadi terdapat efek bifasik (memiliki 2 sebesar 57,15% pada kelompok eks- nlm.nih.gov/pubmed/16289676

| AGUSTUS 2010 451

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 451 7/23/2010 10:33:47 PM


BERITA TERKINI

Nutraseutikal Kombinasi Terbaru


untuk Terapi Hiperkolesterolemia

K
ombinasi berberine, red yeast telah digunakan sejak lama di dunia diabetes dan dislipidemia. Berberine
rice, dan policosanol secara medis Timur (non-Barat) untuk men- dapat ditemukan pada tumbuhan Ber-
bermakna menurunkan kadar gontrol kadar kolesterol. Berberine beris, goldenseal (Hydrastis canaden-
kolesterol total, kolesterol LDL (Low dapat menurunkan kadar lipid total, sis), and Chinese goldthread (Coptis
Density Lipoprotein) serta memper- mengatasi gangguan pencernaan chinensis).
baiki fungsi vaskular. Demikian hasil dan telah digunakan dalam pengo-
penelitian dr. Valentina Mercurio dan batan tradisional Cina sebagai terapi Red yeast rice, atau red fermented
rekan dari University of Naples Fed- diabetes melitus. Dalam penelitian rice, red kojic rice, red koji rice, atau
erico II School of Medicine, Italia dan dr. Yifei Zhang dan rekan dari Shang- ang-kak, adalah nasi fermentasi ber-
telah dipublikasikan pada acara Euro- hai Clinical Center for Endocrine and warna merah keunguan, secara alami
PREVENT 2010. Metabolic Diseases and Division of mengandung lovastatin, apabila nasi
Endocrine and Metabolic Diseases, merah tersebut diolah bersamaan
Dr. Valentina mengatakan bahwa ber- Shanghai, China, berberine efektif dengan jamur Monascus purpureus.
berine, red yeast rice, dan policosanol dan relatif aman sebagai terapi pasien Dalam penelitian, red yeast rice secara

| AGUSTUS 2010 453

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 453 7/23/2010 10:33:49 PM


BERITA TERKINI

bermakna menurunkan kadar koles- tas insulin secara bermakna pada pa- REFERENSI :
terol total dan kolesterol LDL diband- sien yang pada baseline mengalami 1. Heber D, Yip I, Ashley JM, Elashoff DA,
ingkan plasebo. resistensi insulin. Selama penelitian Elashoff RM, Go VLW. Cholesterol-lowering
berlangsung, tidak ada efek samping effects of a proprietary Chinese red-yeastrice
Policosanol merupakan campuran berat yang teramati pada kedua ke- dietary supplement. Am J Clin Nutr 1999; 69:
alkohol alifatik yang berasal dari lilin lompok penelitian; efek samping rela- 231–6.
tumbuhan seperti tebu, ubi rambat tif ringan seperti diare dan konstipasi. 2. Medscape. “Nutraceutical” Combo for Lipid
atau dari lilin lebah. Data menunjuk- Penurunan kadar lemak dipeneklitian Lowering Shows Promise in Small, Prelimi-
kan bahwa policosanol ini diberikan ini dapat diperbandingkan dengan nary Trial. [cited 2010 Mei 14]. Available from:
pada pasien diabetes, namun hingga penurunan kadar lemak yang dapat http://www.medscape.com/viewarticle/72139
kini pengaruhnya terhadap kontrol dicapai dengan dosis statin standar. 0?src=mpnews&spon=2&uac=117092CG
gula darah masih dipertanyakan Di Italia kombinasi nutraseutikal ini 3. Torres O, Agramonte AJ, Illnait J, Más Fer-
tersedia dalam sediaan tablet untuk reiro J, Fernández L, Fernández JC. Treat-
Penelitian dr. Valentina dkk. merupa- pemberian sekali sehari serta dijual di ment of hypercholesterolemia in NIDDM
kan penelitian acak, tersamar ganda, apotik. Dr. Valentina menambahkan with policosanol. [cited 2010 Mei 14]. Avail-
melibatkan 50 pasien hiperkolestero- bahwa produk nutraseutikal kombinasi able from: http://care.diabetesjournals.org/
lemia. Kelompok I menerima terapi ini hendaknya diresepkan oleh dokter content/18/3/393.abstract?
nutraseutikal kombinasi (500-mg ber- dan bukan dibeli langsung oleh pa- 4. Zhang Y, Li X, Zou D, Liu W, Yang J, Zhu N,
berine, 200-mg red yeast rice, dan sien/ masyarakat. et al. Treatment of Type 2 Diabetes and Dys-
10-mg policosanol); dan kelompok lipidemia with the Natural Plant Alkaloid Ber-
II diberi plasebo selama periode 6 SIMPULAN: berine. J Clin Endocrinol Metab. 2008; 93:
minggu. Setelah 6 minggu pertama, o Kombinasi berberine, red yeast 2559–65.
dilakukan penelitian lanjutan (peneli- rice, dan policosanol secara ber-
tian terbuka), kelompok I dan II diberi makna menurunkan kadar koles-
terapi nutraseutikal kombinasi selama terol total, kolesterol LDL (Low
4 minggu. Density Lipoprotein) serta mem-
perbaiki fungsi vaskular
Hasil penelitian memperlihatkan ba- o Selain memperbaiki profil lemak,
hwa setelah 6 minggu, kadar koleste- nutraseutikal kombinasi ini juga
rol total dan LDL turun di kelompok I, diperkirakan dapat diberikan pada
namun tidak di kelompok II plasebo. pasien diabetes melitus karena
Selain itu flow-mediated dilation men- dapat memperbaiki sensitivitas in-
galami perbaikan pada kelompok I sulin.
terapi nutraseutikal kombinasi, namun
tidak berubah pada kelompok II (pla-  (YYA)
sebo).

Pada akhir masa penelitian lanjutan


(kelompok I dan II diberi terapi nutra-
seutikal kombinasi) terjadi penurunan
trigliserida pada kedua kelompok pe-
nelitian.

Selain hasil tersebut, analisis sekunder


memperlihatkan perbaikan sensitifi-

Tabel 1. Perbandingan perubahan dari baseline pada minggu ke-6, antara kelompok I (terapi nutraseutikal) dengan kelompok II (plasebo).

Pengukuran Kelompok I Kelompok II Nilai p

Kolesterol total (mmol/L) -1,14 -0,03 <0,001

Kolesterol LDL (mmol/L) -1,06 -0,04 <0,001

Dilatasi karena aliran darah (flow-mediated dilation (%)) 3 0 <0,05

454 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 454 7/23/2010 10:33:51 PM


PRAKTIS

Treatment of Peripheral Nerve Tumors


Julius July1, Abhijit Guha2
1. Department of Neurosurgery, Medical School of Universitas Pelita Harapan, Siloam Lippo Karawaci Hospital, Tangerang, Indonesia
2. Professor, Department of Surgery; Alan & Susan Hudson Chair in Neurooncology Toronto Western Hospital, University Health Network; Co-Director,
Arthur & Sonia Labatts Brain Tumor Centre, Hospital for Sick Children’s Research Institute, Univ. of Toronto, Ontario, Canada

INTRODUCTION
All cellular elements that comprise Peripheral Nerve Tumors
a peripheral nerve (perineural cells,
Schwann cells and fibroblasts) can the-
oretically give rise to peripheral nerve
tumors (PNTs). The tumors are clas-
sified as either benign or malignant, Benign Malignant
and sub-classified according to their
origin from either neural or non-neural
elements (Table 1).
Neural Elements Neural Elements
HISTORY AND PHYSICAL EXAMI-
NATION Schwanoma
MPNST
When a soft tissue mass is associated Neurofibroma
Primary PN Lymphoma
with sensory and/or motor symptoms Perineurioma
Etc.
supplied by a known peripheral nerve, Etc.
the suspicion of a peripheral nerve
tumor is readily apparent. Then a fo-
cused history of patient to harbor a pe-
ripheral nerve tumor (PNTs) should be Non Neural Elements Non Neural Elements
directed towards the onset, duration,
and growth alterations of the mass. A
Desmoid Pancoast Tumor
family history of NF-1 or NF-2 or other
Ganglion Cyst Soft Tissue sarcoma /-
predisposition syndromes is of special
importance, since majority of PNTs are Fibrolipomatous Hamartoma carcinoma
linked with these syndromes. Presence Lipoma Etc.
or absence of symptoms and signs Neuromuscular choristoma
such as pain, numbness, weakness, Etc.
the overlying skin temperature and
color, fluctuance, along with the pa-
tients general health inquiry including Table 1. Peripheral Nerve Tumors Simple Classification Scheme
immune status, pre-existing malignan-
cy are of importance in the differential
diagnosis. However, many peripheral longitudinal axis of a known peripheral ripheral nerve tumor.
nerve tumors present without any neu- nerve. 2. Palpation or percussion (Ti-
rological symptoms due to their slow nel’s sign) of a PNT may elicit sensory DIAGNOSTICS
growth rate or origin from a superficial stimuli radiating along the distribution Nerve conduction and EMG evalua-
small sensory branch. Several features of the nerve of origin. 3. A mass in the tion are not generally performed in
of the examination that suggests a pe- presence of a patient with a genetic the management of PNTs as they are
ripheral nerve origin(1): 1. PNTs are mo- predisposition such as neurofibroma- not diagnostic nor do they help in
bile perpendicular but not along the tosis (NF) most likely represents a pe- the management decision. However,

| AGUSTUS 2010 455

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 455 7/23/2010 10:33:52 PM


PRAKTIS

intra-operative electrophysiology is clinical and radiological growth, pro- results with this modality(6). Initial stud-
crucial as discussed below. Plain X-ray gressive neurological deterioration ies have shown that 18FDG-PET can be
and CT scans are occasionally helpful, and most importantly pain. Use of used to identify potentially malignant
18
especially to demonstrate remodel- FDG PET scanning, a developing transformation of a benign plexiform
ing of adjacent bony structures such technique for dynamic imaging of neurofibroma to a MPNST. In those in-
as the neural foramina. Angiography glucose metabolism(4,5), is of poten- stances where malignant transforma-
or MR angiography is rarely required, tial promise in distinguishing MPNST tion is probable but not yet confirmed,
and restricted to large PNTs at the from benign PNTs. Still, one should be biopsy of the lesion before surgery is
base of the neck, chest or retroperi- aware of the occasional false-negative essential.
toneum, where close proximity and or
rarely vascular invasion may be pres-
ent. MRI is the most useful and sensi-
tive technique, often but not always
revealing the nerve of origin (Fig. 1).
It is especially useful in determining
the relationship of the mass to adja-
cent anatomical structures, which are
of relevance.

Although CT scan or MRI cannot dis-


tinguish between the various subtypes
of PNTs and determine whether a le-
sion is benign or malignant (2,3), MR
imaging may be highly suggestive but
not diagnostic of the sub-type of PNT,
with elements of the history and physi-
cal examination often superior in pre-
dicting whether the lesion is benign
vs. malignant and the likely sub-type
of PNT to be present. Occasionally,
MR imaging of schwannoma demon-
strates the nerves of origin, and the
displaced passer-by fascicles around
the capsule, consistence with its typi-
cal extra-fascicular growth. In contrast,
neurofibromas are more fusiform (ie.
spindle) or multi-nodal, suggestive of
their typical intra-fascicular growth. Of
note, a PNT in the context of an NF-1
patient will most certainly be a neuro-
fibroma vs. an NF-2 patient who likely
harbors a schwannoma. Lipomas have
the characteristic bright on T1 and T2
signal, while ganglion cysts are bright
on T2 with the origin traced to joint
capsule in proximity to the nerve.

MRI of PNTs may demonstrate het-


erogeneous enhancement, indicat-
ing intra-tumor hemorrhage, necrosis
or cystic degeneration. However, its
relationship to malignancy is poor. In Figure 1. Patient with Left median nerve schwanoma. Upper Left: T1W MRI showed a masses along the
fact, there are no definitive radiologi- course of left median nerve with obvious nerve origin. Upper Right: intraoperative picture showed proximal
cal features of a Malignant Peripheral and distal part before dissection to identify the nerve and isolated with rubber band. Lower: Identifying
Nerve Sheath Tumor (MPNST), a di- the nerve and isolated with rubber band. Schwannoma always can be separated from the nerve and leave
agnosis mainly suspected on rapid the nerve intact.

456 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 456 7/23/2010 10:33:52 PM


PRAKTIS

OPERATIVE PRINCIPLES (NAP), and microneurosurgical in contrast typically do not reveal


There are several operative principles instruments should be ensured. the discrete passerby fasicles, as
that are applicable for all peripheral Ultrasonic aspiration is sometimes nerve fasicles are encompassed
nerve tumors(1), such as: required to internally debulk large within the tumor. However, several
PNTs, which allows the tumor cap- major fasicles may be displaced
1) Anesthetic without neuromuscular sule to be collapsed and facilitat- around the bulk of the tumor and
paralysis to allow intra-operative ing subsequent dissection of the their position in the tumor capsule
nerve stimulation. passerby fascicles from the tumor should be noted.
2) The limb was positioned and capsule. 7) A small biopsy of the tumor from
draped to allow anatomical acces- 5) The first step of dissection in- an electrically silent region is sent
sibility and evaluation of the distal volves isolating of the proximal for pathological verification. The
muscles that are supplied by the and distal segments of the nerve pathology in conjunction with the
nerve of origin. of origin from adjacent vascular gross and microscopic observa-
3) The incision over the tumor should and soft tissue structures and en- tion will determine the feasibility
extend proximally and distally to circling them in vessel loops. of total removal (as in schwanno-
allow adequate exposure of the 6) Gross observation of the tumor mas) vs. limited resection (as in
nerve of origin at either pole of and the position of the displaced neurofibromas, desmoids). If the
the tumor, coursing in a curvilin- fascicles will often reveal the un- quick section pathology suggests
ear fashion over flexor/extensor derlying pathology and vital to a neurogenic sarcoma, then we
creases. If the tumor is adjacent to avoid injuring the nerve during recommend closure and manage-
a known entrapment point such as tumor removal(7,8,9). In schwan- ment as outlined below.
the carpal tunnel or fibular head at nomas, passerby fasicles will be
the knee, the incision should allow found displaced relative to the tu- Using the principles outlined above,
prophylactic release of the entrap- mor capsule, though they may be the single nerve fascicle which gives
ment point in conjunction with tu- quite attenuated. The routes of rise to the schwannoma can usually
mor removal. these fasicles should be noted mi- be isolated and electrophysiologically
4) Magnification, intraoperative croscopically and evaluated with confirmed to be non-conducting, and
electrophysiological monitoring electrical stimulation noting dis- then total removal of the tumor can be
including Nerve Action Potentials tal muscle activity. Neurofibromas undertaken, (Fig 1).

REFERENCES:
1. July J, Guha A. Surgical Management of benign peripheral nerve tumors. Medical Journal of Indonesia 2008;17(3): 163-8.
2. Levine E, Huntrakoon M, Wetzel L. Malignant-nerve sheath neoplasms in Neurofibromatosis: Distinctions from benign tumors by using imaging techniques. Am.
J. Radiol.1987;149:1059-1064.
3. Suh J, Abenoza P, Galloway H, Everson L, Griffiths H. Peripheral (extracranial) nerve tumors: Correlation of MR imaging and histological findings. Radiology
1992;183:341-346.
4. Adler LP, Blair HF, Makley JT, Williams RP, Joyce MJ, Leisure G, Al-Kaisi N, Miraldi F. Noninvasive grading of musculoskeletal tumors using PET. J Nucl
Med.1991;32:1508-12.
5. Lucas JD, O’Doherty MJ, Wong JCH, Bingham JB, McKee PH, Fletcher CDM, Smith MA. Evaluation of fluorodeoxyglucose positron emission tomography in the
management of soft tissue sarcomas. J Bone Joint Surg (Br) 1998;80-B:441-7.
6. Hsu CH, Lee CM, Wang FC, Fang CL. Neurofibroma with increased uptake of (F-18)-fluoro-2- deoxy-D-Glucose interpreted as a metastatic lesion. Ann Nucl Med
2003;17:609-611.
7. Hudson A, Gentili F, Kline D. Peripheral Nerve Tumors. In: Schmidek H, Sweet W (Eds). Operative Neurosurgical Techniques. Grune & Stratton, New York 1988.
pp. 1599-1610.
8. Kline D, Hudson A. Operative Results of Major Nerve Injuries, Entrapments and Tumors. W. B. Saunders, Philadelphia. 1994.
9 Rosenberg A, Dick H, Botte M. Nerve Tumors. In Gilberman R (Ed.), Operative Nerve Repair and Reconstruction, J.B. Lippincott, Philadelphia,1991.

| AGUSTUS 2010 457

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 457 7/23/2010 10:33:54 PM


OPINI

Stetoskop - Stetoskop Masa Depan


Penggalih Mahardika Herlambang
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Indonesia

SEJARAH SINGKAT STETOSKOP jelas apakah Laennec mencoba men- versi akustik dengan penambahan
Sejak ditemukan pertama kali di Per- ghindarinya, atau untuk menghindari beberapa teknologi baru untuk bisa
ancis pada 1816 oleh René-Théophile- rasa malu pasien. Apabila dilihat dari meng-amplifikasi suara tubuh dari
Hyacinthe Laennec, stetoskop telah bentuk dan teknologinya, stetoskop tingkat frekuensi terendah sampai
menjadi simbol pekerjaan seorang dibagi menjadi 2 jenis : yang tertinggi agar memudahkan di-
dokter selama berabad-abad. Kata agnosis. Modifikasi yang ditambahkan
‘Stetoskop’ sendiri berasal dari bahasa 1. Stetoskop Akustik bermacam-macam mulai dari penggu-
Yunani (stethos, dada dan skopeein, naaan Diaphragma Elektronik, Kristal
memeriksa) yang berarti sebuah alat Piezo-Elektrik, hingga Piranti Nirkabel
medis akustik untuk memeriksa suara yang akan mulai muncul di pasaran
dalam tubuh. Alat ini banyak diguna- beberapa saat lagi.
kan untuk auskultasi suara jantung dan
pernapasan, meskipun juga diguna- STETOSKOP MASA DEPAN
kan untuk mendengar bising usus dan Perkembangan teknologi yang makin
aliran darah arteri dan vena. cepat telah merambah ke alat-alat
medis konvensional. Improvisasi den-
gan teknologi nirkabel hingga kristal
piezo-elektrik pun menambah fungsi
stetoskop masa kini dan akan terus
berkembang di masa depan.

Ini bentuk paling umum yang dicip- Banyak produk stetoskop mutakhir
takan oleh Rappaport & Sprague di telah muncul saat ini, beberapa di
awal abad ke-20 berdasarkan prinsip antaranya:
penjalaran suara dari tubuh pasien
akan diteruskan ke dalam tabung 1. 3M-Littmann 3200 Bluetooth
kosong lewat 2(dua) sisi chestpiece Stethoscope
untuk memperjelas suara. Sisi “dia- Penggunaan teknologi Bluetooth ser-
phragma” (lempengan plastik) untuk ing berhubungan dengan audio atau
memproduksi gelombang akustik dan suara tetapi tidak menyangka kalau
sisi “bell” (mangkuk kosong) untuk penggunaan Bluetooth sampai untuk
menyalurkan suara frekuensi rendah. stetoskop. 3M Littmann 3200 adalah
Masalah yang sering timbul dari ste- sebuah stetoskop digital yang telah di-
toskop akustik adalah tingkatan suara lengkapi dengan teknologi Bluetooth.
sangat rendah membuat diagnosis
Bentuk awal alat ini pertama kali relatif sulit Stetoskop yang satu ini mempunyai
adalah tabung kayu kosong. Konon fitur yang biasanya ada di sebuah
beliau menciptakan stetoskop sehing- 2. Stetoskop Elektronik earphone yaitu dikenal dengan nama
ga ia tidak perlu menaruh telinganya Stetoskop elektronik atau steto- Ambient Noise Reduction, sebuah
di buah dada wanita Perancis. Tidak phone, merupakan pengembangan fungsi untuk mengurangi suara berisik

458 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 458 7/23/2010 10:33:54 PM


OPINI

dari luar sehingga suara yang dihasil-


kan benar-benar baik.

Stetoskop ini juga bisa merekam suara


detak jantung, paru-paru dan lainnya
dan kemudian file suara tersebut dapat
ditransfer ke komputer melalui koneksi
Bluetooth. Dalam paket penjualannya
juga telah disertakan sebuah software
Zargis Steth Assist yang dapat digu-
nakan untuk menganalisis suara yang
direkam dan bisa juga untuk berkomu-
nikasi sekaligus berkonsultasi dengan
sejawat lain secara jarak jauh dengan
fitur Zargis TeleMed. Harga resmi 3M
Littmann Electronic Stethoscope ada-
lah US$ 379 sedangkan perangkat
lunaknya dijual terpisah seharga US$
385.

2. GE Vscan Pocket UltraSound


Ultrasound diprediksi akan menjadi
salah satu teknologi masa depan yang fisik luar juga bisa melihat kelainan di Dilengkapi slot memori MicroSD yang
akan diterapkan. Teknologi ini telah dalam tubuh secara pencitraan hitam bisa di-upgrade hingga 32GB, data
dikembangkan oleh General Electric putih dan kode warna aliran darah pasien dengan format ‘.jpg’ (gambar),
(GE). (echo) secara langsung di tempat. ‘.mpg’(video) dan ‘.wav’(suara) akan
Tujuan aplikasi klinis alat ini, menurut makin banyak tersimpan dalam piranti
CEO GE Jeff Immelt telah memajang GE, adalah sebagai alat bantu diag- VScan ini dan bisa ter-integrasi den-
perangkat baru yang dilengkapi den- nosis cepat untuk kelainan jantung, gan aplikasi Vscan Gateway Software
gan mesin ultrasound. Perangkat yang abdomen, vesica urinaria, obstetrik . Sayangnya piranti ini belum dapat
diberi nama Vscan ini digadang-gad- & ginekologi, pediatri, vaskularisasi dinikmati secara umum walaupun su-
ang akan menggantikan stetoskop di perifer, dan pergerakan cairan pleura dah lolos uji dari FDA Amerika Serikat,
masa depan. Perangkat pencitraan dalam thoraks. Kanada, dan Uni Eropa.
ukuran saku ini memiliki desain lipat
yang dilengkapi dengan layar beru-
kuran kecil 135x73x28 mm pada cang-
kang atas dan tombol keypad yang
terintegrasi di cangkang bawah yang
langsung tersambung pada probe.

Teknologi ultrasound pada Vscan me-


mungkinkan dokter memeriksa kondisi
kesehatan pasien, selain pemeriksaan

| AGUSTUS 2010 459

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 459 7/23/2010 10:33:57 PM


OPINI

3. iStethoscope Pro (iPhone


2G/3G/3Gs + Stethoscope)
Dikembangkan oleh Peter J.Bentley,
seorang pakar komputer sekaligus
penulis 7(tujuh) buku sains populer
yang tergabung dalam perkumpulan
The Undercover Scientist di Univer-
sity College London. Aplikasi iStetho-
scope Pro merupakan pengembangan
bersama dengan pakar kardiologi dari
aplikasi pendahulunya yaitu iSteto-
scope yang masih tergolong software
iseng saja. Terdapat 6 (enam) mode
pengoperasian dari mode mute,
heartbeat pure, heartbeat filtered,
conversation, clear sound, hingga
mode accelerometer.

Prinsip pemakaiannya sangat sederha-


na, cukup men-download aplikasi ini
di Apple AppStore seharga US$0,99
ke dalam iPhone, lalu aktifkan, kemu-
dian pasang headset lalu atur sen-
sitifitas microphone dan tempelkan jauh, setiap orang bisa ‘merasa bisa’
pada permukaan daerah dada. Bisa mendiagnosis hanya dengan meng-
juga dengan membeli iStetho adapter gunakan piranti digital tanpa dilandasi
rancangan Dr.Blaine Warkentine, MD dasar-dasar pengetahuan medis yg
yang berbentuk chestpiece stetoskop terintegrasi. Padahal, pasien adalah
dan bisa langsung dipasang pada iP- manusia dinamis dengan banyak un-
hone. sur subyektifitas. Terlepas dari kelema-
han-kelemahan tersebut, kehadiran
Kekurangan pasti ada di setiap piranti medis digital patut kita sambut
teknologi buatan manusia, begitu- dengan gembira dan juga lebih bijak
pula iStethoscope. Karena belum me- menggunakannya. (pm)
lewati uji FDA maka aplikasi ini tidak
disarankan untuk praktek resmi para
tenaga medis di AS saat ini. Di sisi lain, DAFTAR PUSTAKA:
pengembang aplikasi ini sudah mem- 1. Wikipedia, 28 Februari 2010. Stethoscope, http://en.wikipedia.org/wiki/Stethoscope
peringatkan untuk tidak mecobanya 2. Medgadget. 2010. Litmann 3200 Bluetooth stetoschope Brings Auscultation to PC For Sharing, Futher
pada pasien yang memiliki implant Review. http://www.medgadget.com/archives/2009/08/littmann_3200_bluetooth_stethoscope_brings_
pacemaker karena dapat mempenga- auscultation_to_pc_for_sharing_futher_review.html
ruhi fungsi alat pacu jantung. 3. Bentley, PJ. 2008. iStethoscope Pro. http://www.peterjbentley.com/
4. Steth Assist User Manual, 2009, download dari http://www.mystethoscope.com/littmann-3200-electron-
BIJAK MENGGUNAKAN ic-stethoscope-bluetooth-p-429.html ,
TEKNOLOGI 5. Vscan Data Sheet., 2010, download dari https://www2.gehealthcare.com/portal/site/vscan/aboutvs-
Perkembangan nirkabel untuk piranti can/
digital pemeriksan dasar yang lain
sangat mungkin makin berkembang.
Meski begitu, faktor manusia teta-
plah yang paling utama. Perlu dikha-
watirkan jika kelak sinergisme kinerja
piranti-piranti tersebut dipakai seba-
gai parameter absolut. Jika ini terjadi,
justru dapat menimbulkan kesalahan
interpretasi. Alhasil, yang bicara ada-
lah mesin (program). Dampak lebih

460 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 460 7/23/2010 10:34:05 PM


INFORMATIKA KEDOKTERAN

OsiriX, Peranti Lunak Pencitraan


Kedokteran
Prima Almazini
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

T
ubuh manusia adalah objek Faktanya aplikasi ini memang ada hu- citraan (MRI, CT, PET, PET-CT, SPECT-
yang sangat rumit dan menarik. bungannya dengan hal tersebut, yaitu CT, USG). Tampilan dan interpretasi
Dengan peranti lunak OsiriX, sebagai sebuah peranti lunak kedok- sebuah gambar diperoleh dengan cara
kita dapat melihatnya dalam bentuk teran untuk melihat potongan tubuh mengkombinasi data tiga dimensi yang
gambar 4D yang bisa diperbesar dan manusia yang telah di-scan. didapat dengan dua modalitas berbe-
eksplorasi sesuai keinginan. da (misalnya PET dan CT) pada subjek
Osirix merupakan peranti lunak yang yang sama membutuhkan perangkat
OsiriX. Nama program ini mirip deng- didedikasikan khusus untuk menampil- peranti lunak kompleks yang memung-
an nama Dewa Kehidupan, Kematian, kan gambar DICOM (ekstensi “.dcm”) kinkan pengguna mengatur berbagai
dan Kesuburan zaman Mesir, Osiris. yang diproduksi oleh peralatan pen- parameter gambar.

| AGUSTUS 2010 461

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 461 7/23/2010 10:34:10 PM


INFORMATIKA KEDOKTERAN

Osirix didesain secara spesifik untuk


navigasi dan visualisasi berbagai mo-
dalitas dan gambar multidimensional:
2D, 3D, 4D (series 3D dengan dimensi
waktu sesaat, contoh: Cardiac CT) dan
5D (series 3D dengan dimensi waktu
sesaat dan fungsional, contoh: Car-
diac PET-CT). 3D viewer menawarkan
seluruh mode proses rendering mod-
ern: multiplanar reconstruction (MPR),
surface rendering, volume rendering
and maximum intensity projection
(MIP). Seluruh mode ini mendukung
data 4D dan menghasilkan gabungan
gambar antara 2 series yang berbeda
(contohnya PET-CT).

Selain DICOM, OsiriX dapat diguna-


kan untuk membaca format file lain
seperti: TIFF (8,16, 32 bits), JPEG, PDF,
AVI, MPEG, dan Quicktime. Osirix pun
dapat digunakan untuk menerima
transfer gambar oleh protokol komu-
nikasi DICOM dari berbagai Picture
Achiving and Communication Systems
(PACS) atau modalitas pencitraan.

Proyek pembuatan OsiriX dimulai


pada tahun 2003 di California Amerika
Serikat. Peranti lunak ini dibuat dan
dikembangkan oleh Dr. Antoine Ros-
set, dengan bantuan dari Joris Heu-
berger, seorang ilmuwan komputer.
Dr. Antoine Rosser adalah seorang ra-
diologis, spesialis dalam MRI dan CT,
bekerja di Rumah Sakit LaTour. Mer-
eka sama-sama bekerja di Jenewa,
Swiss.

OsiriX tersedia dalam format 32-bit


dan 64-bit. Versi 64-bit menyediakan Gambar hasil pencitraan dapat dilihat SUMBER:
fasilitas untuk memuat jumlah gambar dalam format 3D, dapat diperbesar, 1. Anonim. About Osirix. Available from: http://
yang tak terbatas, melebihi batas 4-GB dan diperjelas detailnya. Hal ini mem- www.osirix-viewer.com/AboutOsiriX.html
dari aplikasi 32-bit. Versi 64-bit juga di- berikan pemahaman yang sempurna 2. Migliorini F. Process DICOM images. Available
optimalkan oleh prosesor multi-cores mengenai bentuk organ manusia dan from: http://osirix.en.softonic.com/mac
Intel, menawarkan performa terbaik dapat berguna untuk interpretasi dan 3. Rosset A, Spadola L, Pysher, Ratib O. Infor-
untuk proses rendering 3D. OsiriX untuk sarana pembelajaran untuk ma- matics in radiology (infoRAD): navigating the
hanya tersedia untuk pengguna oper- hasiswa kedokteran. OsiriX dapat diun- fifth dimension: innovative interface for multi-
ating system MAC OS X versi 10.4 atau duh gratis di http://homepage.mac. dimensional multimodality image navigation.
lebih dan prosesor PPC/Intel Mhz. com/rossetantoine/osirix. Beberapa Radiographics. 2006 Jan-Feb;26(1):299-308.
contoh file DICOM dapat diunduh di
Osirix digunakan oleh para dokter un- http://pubimage.hcuge.ch:8080/.
tuk membaca secara cepat gambar Tutorial penggunaan peranti lunak ini
DICOM dan memahami gambar 4D banyak tersedia di You Tube dengan
(gambar 3D disertai tampilan peris- kata kunci pencarian “OsiriX”. Sela-
tiwa sesaat, misalnya denyut jantung). mat mencoba!

| AGUSTUS 2010 463

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 463 7/23/2010 10:34:12 PM


PROFIL

Profil: Prof. Dr. Bambang Hermani, SpTHT (K)

“Teknologi THT Semakin Canggih,


Sehingga Bedah Otak Saat ini
Melalui Jalur THT Terlebih Dahulu”

Dr. Bambang Hermani adalah sosok keluhan di telinga, hidung dan teng- mendukung, maka akhirnya saya daf-
seorang dokter yang sederhana dan gorokan” tutur Prof. Dr. Bambang Her- tar dan alhamdulillah diterima di FKUI
ramah. Beliau sangat bersedia di- mani, Sp THT-KL(K) ketika menjawab pada tahun 1967,” tutur Bambang.
wawancarai sehingga saya dipersila- pertanyaan CDK mengenai mengapa
kan datang keesokan harinya di ruang mengambil spesialisasi THT ketika itu. Orangtua beliau hanya pegawai ne-
kerjanya di Departemen Ilmu Penyakit geri biasa; dari tujuh orang bersau-
THT FKUI/RSCM Jakarta. Masuk kedokteran sebenarnya bukan dara hanya beliau yang menjadi dok-
cita-citanya; ketika lulus dari SMA 1 ter. “Saya anak pertama, jadi sayalah
“Penyakit telinga, hidung, tenggoro- Boedi Oetomo Jakarta tahun 1966 be- yang menjadi tulang punggung kelu-
kan merupakan penyakit yang banyak liau ingin masuk ke Akademi Angka- arga untuk membantu adik-adik saya,”
dijumpai di Indonesia; terutama di po- tan Laut. “Tetapi karena teman-teman tuturnya.
liklinik rumah sakit tempat saya bek- SMA banyak yang mendaftar ke Fakul-
erja, banyak dijumpai pasien dengan tas Kedokteran dan juga orangtua Dokter yang lahir di Klaten 62 tahun

| AGUSTUS 2010 465

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 465 7/23/2010 10:34:15 PM


PROFIL

yang lalu ini lulus dari Fakultas Kedok- masalah, yang penting saling mema- HATI, Ketua Kelompok Studi Head
teran Universitas Indonesia pada ta- hami tugas masing-masing. “Anak & Neck PERHATI, Chairman ASEAN
hun 1973; meneruskan ke spesialisasi saya tiga orang dan semua sudah ORL H&N Society, Wakil Pemimpin
THT dan lulus tahun 1977. berumah tangga, mereka mempunyai Redaksi Majalah ORLI dan sampai saat
kesibukan sendiri-sendiri,” tuturnya. ini menjadi Wakil Ketua KORPRI Unit
Banyak pasien tidak mengetahui ge- RSCM.
jala penyakit telinga, hidung, teng- Bekerja di RSCM sampai pk.16.00,
gorokan, apalagi gejala kanker di sorenya praktek bergiliran di dua tem- KARYA ILMIAH
pita suaranya; oleh karena itu beliau pat - RS St Carolus dan RS Proklamasi. Hasil penelitian yang dipublikasikan
mengambil subspesialisasi Konsultan “Kesibukan saya selain di tempat kerja sebagai Penulis Utama berjumlah 5
Laring/Faring, Kepala dan Leher dan juga aktif di berbagai organisasi, seh- artikel dan sebagai Penulis Pembantu
lulus tahun 2000; pada tahun 2007 di- ingga saya hanya menyempatkan den- sebanyak 7 artikel. Karya Ilmiah Bukan
kukuhkan menjadi Guru Besar Tetap gan keluarga hari Sabtu dan Minggu Hasil Penelitian yang dipublikasikan
di Departemen Ilmu Penyakit THT saja,” ujar dokter yang hobynya main sebagai Penulis Utama sebanyak 3
RSCM/FKUI Jakarta. bulutangkis ini. artikel, sebagai Pembantu 11 artikel
dan karya ilmiah lainnya sebanyak 3
Dokter yang mempunyai tiga anak ini Moto hidup beliau : suatu pekerjaan artikel. Selain itu karya ilmiah berupa
terus mengabdi sebagai staf penga- jika benar dikerjakan dengan sungguh- buku: Penatalaksanaan Penyakit dan
jar di Departemen Ilmu Penyakit THT sungguh, disertai dengan doa akan Kelainan Telinga Hidung Tenggorok
RSCM/FKUI; beliau mempublikasikan memberikan hasil yang bermanfaat. (kontributor), Panduan Penatalaksa-
penelitian ilmiah di berbagai majalah naan Gawat Darurat Telinga Hidung
dan seminar. Untuk menambah ilmu, Ketua Umum Tenggorok (kontributor), dan Buku
Perhati ini menyarankan, dokter harus Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
PENGALAMAN MENARIK mengikuti perkembangan dunia ke- Tenggorok (kontributor).
Sub Bagian Konsultan Laring tidak dokteran. Ini akan menguntungkan
banyak dipilih dokter karena kasus pasien dan juga dokternya. “kita harus TANDA PENGHARGAAN
karsinoma laring, selain sulit dan be- mempelajari terus perkembangan Berbagai penghargaan yang diper-
rat, memerlukan keseriusan; juga tin- ilmu dan mentransfer ilmu ke orang oleh: dari Hearing International Japan:
dakan operasinya sangat lama - sekitar lain. “Saya di organisasi profesi ba- for effort and dedication to fullfilling
4 - 5 jam. “saya mengambil subspesia- nyak mengadakan kegiatan pelatihan the goals of the project ear health care
lis ini karena banyak tantangannya,” spesialis THT di daerah-daerah dan in Indonesia from 1995-2000, Satyalen-
ujar Bambang. teknologi THT sudah makin canggih; cana Karya 20 tahun 2002, sebagai staf
apalagi bedah otak sekarang melalui Subbid Kesehatan Pertemuan Para Pe-
Mengenai suka dan dukanya, sukanya jalur THT terlebih dahulu,” ujar Kepala mimpin Kerjasama Ekonomi Asia Pasi-
adalah banyak penyanyi terutama artis Sub Bagian Laring/Faring THT FKUI- fik. (APEC) Bogor 15 Nopember 1994,
yang datang untuk merawat pita su- RSCM ini. Beliau banyak mengikuti Penghargaan Sujono Juned Puspone-
aranya. “Mereka datang untuk mem- berbagai kegiatan pelatihan baik da- goro sebagai Penulis Ilmiah Bidang
perbaiki pita suara,” ujar Bambang. lam negeri maupun luar negeri, sep- Kedokteran dengan topik “ The effica-
Ada artis penyanyi yang suaranya se- erti di Malaysia, Singapura, Perancis cy and safety of ofloxacin otic solution
rak, padahal malamnya akan tampil dan Australia. for active suppurative otitis media”.
bernyanyi. “Alhamdulillah artis terse- Maj Kedokteran Indonesia 2002;52
but dapat tampil malam itu juga; artis JABATAN (11):373-376 (Penulis pembantu), Ang-
tersebut sangat senang dan saya juga Berbagai jabatan yang pernah dipe- gota Tim Penilai Kesehatan Calon
senang,” ujar Bambang. gang adalah Koordinator Pelayanan Presiden dan Wakil Presiden Republik
Masyarakat THT FKUI-RSCM, Staf Pe- Indonesia tahun 2004, Penghargaan
“Kalau dukanya, jika ada pasien da- ngajar Kelas Internasional FKUI, Ketua Dekan FKUI atas prestasi selama men-
tang dalam keadaan lanjut sehingga Tim Penyusunan Proposal Pembangu- jabat Ketua Departemen Ilmu Penya-
tidak bisa diapa-apakan lagi, saya nan RS Pendidikan, Gedung FKUI, Ge- kit Telinga, Hidung & Tenggorok FKUI
berusaha menanganinya dan setelah dung FKG UI Depok. Sampai saat ini 2000 – 2004, dan Penghargaan Dekan
itu saya pasrah dengan do’a agar masih menjadi Staf Pengajar Bagian FKUI dan Panitia Dies Natalis UI ke-56
diberi kesembuhan,” ujar mantan Ke- THT FKUI-RSCM dan Anggota Komite Kategori Staf Akademik 2006.
tua Departemen THT ini. Medik RSCM. (REDAKSI)

MEMBAGI WAKTU Di organisasi profesi pernah menjadi


Dalam hal membagi waktu dengan Ketua Perhati Jaya Periode I dan Pe-
keluarga, beliau mengaku tidak ada riode II, Ketua I Pengurus Pusat PER-

466 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 466 7/23/2010 10:34:21 PM


LAPORAN KHUSUS

Pelaksanaan The 13th Asian Australasian Congress of


Anaesthesiologists (AACA) 2010
1 - 5 Juni 2010

D
i negara Jepang, tepatnya di nan darah dan curah jantung, tetapi
Fukuoka International Cong- tidak menyebabkan risiko aritmia atau
ress Center, telah dilang- mensensitisasi jantung terhadap epi-
sungkan the 13th Asian Australasian nephrine. Desflurane dapat mening-
Congress of Anaesthesiologists (13th katkan aliran darah otak dan tekanan
AACA) pada tanggal 1-5 Juni 2010. intrakranial, yang dapat diturunkan
dengan hiperventilasi.
Acara yang diikuti oleh lebih dari 500
peserta, khususnya dokter spesialis Desflurane tidak bersifat nefrotoksik
anestesia tersebut mengambil tema maupun hepatotoksik desflurane
“Safety and Challenge” yang bertu- mengalami metabolisme yang
juan untuk memberikan kesempatan minimal pada manusia, yaitu hanya
yang berharga bagi para dokter spe- sekitar 0,02% yang dimetabolisme
sialis anestesia untuk belajar menge- oleh tubuh. Namun desflurane dapat
nai perkembangan baru dalam bidang didegradasi menjadi karbon monok-
anestesia, nyeri, perawatan klinis, ke- sida pada CO2 absorber yang sangat
dokteran kegawatdaruratan dan pera- kering.
watan paliatif.
Dilihat dari karakteristik desflurane
Program ilmiah dalam acara tersebut vaporizer khusus untuk penyimpanan tersebut, maka desflurane baik digu-
meliputi workshop, kuliah pleno, sim- dan penghantaran uap desflurane nakan untuk anestesia pada pasien
posium, dan luncheon seminar de- dengan terkontrol. Desflurane mem- bedah rawat jalan.
ngan pembicara dari berbagai negara punyai koefisien partisi darah:gas 0,42
termasuk Indonesia. Selain itu, juga yang menyebabkan cepatnya penca- Penggunaan rocuronium juga diba-
ada pameran poster ilmiah dan dime- paian tekanan parsial alveolus yang has dalam acara ini yang antara lain
riahkan dengan pameran beberapa diperlukan untuk anestesia, diikuti disampaikan oleh Takahiro Suzuki
produk dan peralatan anestesia di dengan pulih sadar yang cepat setelah dari Surugadai Nihon University Hos-
Marinemesse Fukuoka yang gedung- pemberian desflurane dihentikan. pital, Jepang. Rocuronium merupak-
nya cukup jauh terpisah dari gedung an obat pelumpuh otot dengan onset
tempat berlangsungnya simposium. Nilai MAC (Minimal Alveolar Con- yang cepat, namun efeknya berbeda
centration) desflurane 6,6% dalam nyata pada dosis yang berbeda, se-
Salah satu topik yang dibicarakan da- O2 pada suhu 37 °C dan turun men- hingga monitoring neuromuskular
lam program ilmiah adalah mengenai jadi 2,38% jika desflurane diberikan sangat bermanfaat untuk mencapai
desflurane yang merupakan suatu dengan N2O 60-70%. Desflurane juga intubasi yang tercepat dan teraman.
obat anestetik inhalasi yang relatif mempunyai bau yang tajam dapat Monitoring neuromuskular khusus-
baru di beberapa negara. Krishan Na- merangsang saluran pernapasan nya bermanfaat untuk menjaga ham-
rani dari Sir Ganga Ram Hospital In- sehingga kurang sesuai untuk induksi batan neuromuskular tetap konstan
dia menyampaikan bahwa desflurane anestesia. karena kebutuhan infus rocuronium
mempunyai titik didih 22,8 °C pada 1 secara nyata berbeda menurut otot-
atm dan tekanan uap 669 mmHg pada Desflurane menyebabkan penurunan otot yang dimonitor, usia pasien dan
20 °C sehingga memerlukan botol dan volume tidal, resistensi vaskular, teka- anestetik.

| AGUSTUS 2010 467

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 467 7/23/2010 10:34:24 PM


LAPORAN KHUSUS

Infus rocuronium yang lebih besar lege of Medicine Philippine General kan bahwa kejadian hipotensi masih
diperlukan untuk mempertahankan Hospital. relatif tinggi sehingga masih perlu
T1 10% dari kontrol pada otot corru- dipersiapkan pemberian vasopresor.
gator supercilii (7,1 mcg/kg/menit) Antara lain disebutkan bahwa pem- Pemberian cairan preloading ternya-
dibanding pada otot adductor pol- berian analgesia neuroaksial termasuk ta juga tidak lebih unggul dibanding
licis (4,7 mcg/kg/menit) pada pasien epidural dapat mempengaruhi keja- pemberian cairan coloading.
muda selama anestesia sevoflurane. dian persalinan operatif, dan kejadian
Sedangkan pada pasien usia lanjut, hipotensi maternal setelah anestesia Selain itu sering ada anggapan bahwa
kebutuhan rocuronium lebih kecil dan spinal dan epidural untuk persalinan analgesia epidural untuk persalinan
pada pasien dengan anestesia propo- sectio caesarea dapat diturunkan meningkatkan risiko nyeri punggung
fol, kebutuhan rocuronium lebih be- dengan pemberian infus cairan dima- pasca persalinan, namun kenyataan-
sar. na cairan kristaloid lebih baik diband- nya bahwa kehamilan itu sendiri dapat
ing tanpa cairan, cairan koloid lebih menyebabkan nyeri punggung akibat
Selain itu, ada topik lain yang memba- efektif dibanding kristaloid, dan tidak adanya berbagai perubahan dalam
has mengenai sejumlah fakta dalam ditemukan perbedaan untuk dosis, ke- tubuh seperti perubahan berat badan
anestesia regional yang disampaikan cepatan maupun cara pemberian yang dan hormonal, serta ketidakseimban-
oleh Ma. Concepcion Cruz dari De- berbeda dari kristaloid maupun koloid. gan otot.  (EKM)
partment of Anesthesiology UP Col- Namun kebanyakan studi menunjuk-

468 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 468 7/27/2010 8:03:37 AM


LAPORAN KHUSUS

Liver Update dan 3rd China Indonesia


joint Symposium on Hepatology
Medicine & Surgery (CISHMS)
Jakarta, 24-27 Juni 2010

P
embukaan 3rd China Indonesia lam ballroom, diikuti acara seremonial maupun luar Indonesia. Beliau me-
joint Symposium on Hepatol- seperti menyanyikan lagu Indonesia nyatakan bahwa Rencana Pembangu-
ogy Medicine & Surgery (3rd Raya dan sambutan-sambutan. Prof. nan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
CISHMS) tahun 2010 benar-benar ber- Dr. LA Lesmana, Ph.D, SpPD, KGEH 2005-2025 menetapkan bahwa pem-
beda. Kamis, 24 Juni 2010 Ibu Hj Ani selaku ketua panitia menyatakan bah- bangunan kesehatan adalah bagian
Bambang Yudhoyono menyempatkan wa sekitar 900 orang terdaftar dalam penting dari pembangunan SDM.
datang ke hotel Gran Melia Jakarta acara tersebut, 750 peserta dari Indo- Walaupun bukan merupakan penyakit
untuk membuka acara di bidang pe- nesia, 250 peserta dari China dan si- penyebab kematian langsung, hepati-
nyakit hati ini. Tidak ketinggalan, hadir sanya dari negara lain seperti US, In- tis virus menimbulkan masalah di usia
pula Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, dia, Korea, Jepang, dan Singapore. produktif , di saat para penderita ini
MPH, Dr.PH selaku Mentri Kesehatan seharusnya berfungsi sebagai sumber
dan Duta Besar Luar Biasa China. Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih juga daya pembangunan. Beliau juga me-
mengucapkan selamat datang pada laporkan bahwa Indonesia merupakan
Pukul 10.00 Ibu Ani SBY masuk ke da- seluruh peserta baik dari Indonesia negara anggota WHO di Asia Teng-

| AGUSTUS 2010 469

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 469 7/23/2010 10:34:26 PM


LAPORAN KHUSUS

gara yang bersama Brazil dan Colom- orang pengidap hepatitis B dan he- Acara kongres sendiri dilaksanakan
bia telah megusulkan resolusi agar patitis C, merupakan 3 besar di dunia 3 hari, 25-27 Juni 2010 di hotel yang
Hepatitis virus diangkat menjadi issue setelah China dan India, sehingga hal sama. Dengan tema “New Frontiers
dunia. Usulan ini telah diterima dan di- ini memerlukan perhatian bersama, & Current Development in Hepatol-
tetapkan tanggal 28 Juli sebagai hari misalnya dengan menggalakkan kam- ogy”, berbagai topik diangkat dalam
hepatitis dunia (World Hepatitis Day). panye Hepatitis B dan C. Bu Ani juga sesi Liver Update dan sesi CISHMS
mengaharapkan acara 3rd CISHMS secara paralel. Pembicara dari Indone-
Dalam sambutannya, duta besar luar dapat menjadi kombinasi antara peng- sia maupun China, Korea, Singapore,
biasa China Zhang Qi Yue mengu- obatan barat yang modern dan lebih India secara bergantian berbagi peng-
capkan selamat pada Indonesia yang ke zat kimia dengan pengobatan timur alamannya di bidang penyakit hati.
telah menyelenggarakan CISHMS. yang berupa herbal. Menutup sambut- Acara ditutup hari Minggu sebelum
Beliau berharap 3rd CISHMS ini mam- annya, bu Ani juga menyinggung ma- santap siang.  (SVA)
pu memfasilitasi diskusi tata laksana salah global warming dan dampaknya.
penyakit hati secara komprehensif,
mengingat penyakit hati memiliki Sekitar pukul 11.00 acara resmi dibuka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi. dengan ditandai pemukulan gong oleh
Ibu Ani SBY , didampingi Dr. Endang
Ibu Ani SBY sendiri menyatakan bahwa Rahayu Sedyaningsih, Prof. L.A. Lesma-
arti penting dari acara ini adalah tidak na, dan Dubes China. Di hari yang sama
ada satu negara pun di dunia yang da- diselenggarakan workshop endoscopy
pat hidup sendiri, semua perlu kerja & interventional hepatology dan work-
sama. Di Indonesia terdapat 20 juta shop patologi secara paralel.

470 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 470 7/23/2010 10:34:28 PM


LAPORAN KHUSUS

Seminar Nasional Terapi Medis


Berbasis Herbal

A
cara ini dilangsungkan di Au- sambutannya menyatakan acara na- bahkan masyarakat saat ini menuntut
ditorium FK UGM Jogjakarta sional ini dilangsungkan sebagai tin- cara berpikir rasional; oleh karena itu
pada tanggal 8-9 Mei 2010, di- dak lanjut program Menteri Kesehatan bahan alam yang digunakan sebagai
hadiri oleh 508 peserta dari berbagai RI yang sejak tanggal 6 Januari 2010 obat perlu dikaji lebih lanjut tentang
pihak, dokter spesialis, apoteker, ma- mencanangkan obat herbal berbasis standarisasi, manfaat dan keamanan-
hasiswa, farmasi bahkan masyarakat pelayanan medis. nya.
awam yang berminat atau berkecim-
pung dalam dunia herbal dan alter- Obat dari bahan alami telah digunakan Di Indonesia baru ada 5 sediaan fito-
natif; acara tersebut juga diramaikan masyarakat Indonesia sejak berabad- farmaka (ada uji klinik dan preklinik),
oleh 12 perusahaan farmasi, perusa- abad dalam lingkup pengalaman tu- 17 obat herbal terstandar (telah ada
haan obat herbal dan laboratorium run menurun, trial and error tetapi be- uji preklinik) di pasaran, tetapi sebe-
diagnostik. lum ada standarisasi bahan baku dan narnya potensi sumber daya alam
belum didukung bukti ilmiah tentang Indonesia sebagai bahan baku obat
Acara tersebut diketuai oleh Dr.dr. manfaat dan keamanannya secara masih demikian luas; acara ini dilang-
Nyoman Kertia, SpPD-KR, yang dalam klinik, sedangkan dunia kedokteran sungkan untuk memperluas informasi

| AGUSTUS 2010 471

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 471 7/23/2010 10:34:30 PM


LAPORAN KHUSUS

sumber daya alam tersebut dan men- kan ambang rangsang iritasi saraf o Propolis (air liur lebah) bersifat
ingkatkan minat penelitian lebih lanjut yang memicu batuk. antibakteri mulut dan mengham-
untuk bukti ilmiah manfaat, keamanan bat perlekatan S.mutans dan
serta standarisasi klinik. 2. PERAN VITAMIN B DALAM PE- S.sobrinus pada gelas; aktivitas
NANGANAN SINDROM NYERI CAM- antibakterinya mirip dengan chlo-
1. OBAT BAHAN ALAM YANG SE- PURAN. rhexidine dan lebih baik dari ek-
RING DIGUNAKAN PADA PENYAKIT Dr.dr.Nyoman Kertia, SpPD-KR strak cengkeh.
REMATIK. o Naringin terbukti juga efektif ter-
Prof.Dr.phil.nat.Sudarsono,Apt Nyeri seringkali underdiagnosed se- hadap Actinomyceta comitans,
hingga penanganannya kurang opti- Actinobacillus dan P.gingivalis.
Pengembangan obat herbal untuk di- mal, yang akan mempengaruhi hidup o Curcuma xanthorrhiza (zingiber-
manfaatkan sebagai pengobatan re- pasien. aceae); ekstrak metanol akar tana-
matik didasarkan atas pertimbangan man ini terbukti memiliki aktivitas
hasil penelitian analgetik, diuretik, lak- Penggunaan neurotropik (B1,B2, B12) antibakteri mirip chlorhexidine
satif, antiinflamasi, antiphlogistik dan bisa mengurangi nyeri nosiseptik dan terhadap bakteri mulut.
imunostimulan. nyeri neuropatik (sindroma nyeri cam- o Xylitol, menunjukkan efek anti-
puran) pada low back pain. kariogenik dengan menghambat
Dalam masyarakat Jawa Tengah dike- pertumbuhan S.mutans, sedang-
nal berbagai jenis jamu antara lain Kombinasi vitamin B1 25 mg/hari dan kan Streptococcus lain tidak ter-
kunir asem, beras kencur dan paitan : vitamin B6 50 mg/hari dapat diguna- pengaruh.
kan pada neuropati diabetika yang
• Kunyit asem : hasil penelitian di dalam penelitian mengurangi nyeri Aktivitas minyak atsiri terhadap
FK UGM menyatakan kurkumi- hingga 88,9%, numbness 82,5% dan bakteri rongga mulut
noid lebih stabil dalam lingkun- kesemutan 89,7%. o Sifat antibakteri minyak atsiri ter-
gan asam dan memiliki efek anti masuk aktivitasnya terhadap bak-
radang; dalam masyarakat me- Pemberian gabungan vitamin B (B1,B2 teri rongga mulut telah dilaporkan
mang digunakan oleh ibu pasca dan B12) ditambah dengan B9 (asam di antaranya minyak atsiri Mela-
melahirkan yang akan mengalami folat) 3 kali perhari juga secara ber- leuca alternifolia (minyak atsiri po-
peradangan sekitar panggul. makna memperbaiki keluhan dan hon teh) - bila digunakan bersama
• Temulawak : telah ditelaah meng- gejala polineuropati alkoholik diban- minyak kayu putih secara bermak-
andung kurkumin, desmetoksi- dingkan plasebo. na mengurangi jumlah chlorhexi-
kurkumin dan xanthorrhizol (salah dine yang dibutuhkan.
satu komponen minyak atsiri) ber- 3. OBAT BAHAN ALAM UNTUK o Larutan kumur mengandung ek-
efek memacu keluarnya cairan KESEHATAN GIGI DAN MULUT strak daun serut (Aper streblus)
empedu, sehingga nafsu makan (Drg.Goeno Subagyo,Sp.O.Path) dan daun nimba (Adirachta indica)
bertambah dan membantu proses dapat menurunkan secara selek-
pencernaan dengan mengemulsi Masyarakat Indonesia sudah sejak tif jumlah S.mutan dengan tidak
lipid, sehingga mungkin menu- lama mengenal berbagai bahan alam mempengaruhi jumlah bakteri
runkan kadar trigliserida, koles- untuk menjaga kesehatan gigi sep- total, pH dan kapasitas buffer air
terol total serum. erti daun sirih, bunga cengkeh, cabe, ludah.
• Paitan, biasanya diminum para bawang putih dan merah, jeruk nipis, o Evaluasi in vivo obat kumur 2,5%
manula, terdiri dari batang bro- lidah buaya dsb. Bahan tersebut ser- ekstrak bawah putih menurunkan
towali, daun sambiloto, biji ke- ing digunakan untuk mengatasi gang- bermakna S.mutans ludah.
dawung, setelah ditelaah secara guan di mulut seperti nyeri, gusi berd- o Ekstrak buah delima (Punica gra-
ilmiah diketahui salah satu efeknya arah dan luka di mulut . natum) dapat mencegah plak gigi
adalah stomachicum (memacu lebih baik dibandingkan chlorhex-
sekresi HCl lambung), dengan tu- Beberapa ekstrak bahan alam ter- idine ataupun akuades.
juan meningkatkan nafsu makan. hadap bakteri rongga mulut
• Beras kencur, biasanya diguna- o Bawang putih (Allium sativa - lili- 4. OBAT BAHAN ALAM
kan dengan tujuan penyegar aceae) memiliki aktivitas antimik- BERKHASIAT APRODISIAK
dan mengurangi frekuensi batuk roba gram negatif (P.gingivitis) UNTUK DISFUNGSI EREKSI PADA
terutama batuk akibat pergantian tetapi kurang efektif terhadap DIABETES MELLITUS
musim, dukungan ilmiahnya ada- gram positif, pengamatan awal (Dewa P Pramantara S)
lah efek etil parametoksi sinamat mendukung penggunaan bawang
yang bersifat menghilangkan rasa putih untuk penyakit periodontal Obat bahan alam sebagai aprodisiak
(anestetik) sehingga meningkat- atau penyakit mulut lainnya. (dorongan seksual) umumnya men-

472 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 472 7/23/2010 10:34:33 PM


LAPORAN KHUSUS

gandung senyawa turunan saponin,


yohimbin, ginseng, gingko, alkaloid,
tanin dan senyawa lain yang secara
fisiologis dapat memperlancar pere-
daran darah sistem saraf pusat dan
sirkulasi darah perifer termasuk alat
kelamin pria.

Epimedium sagittatum mengandung


senyawa icariin telah diketahui meng-
hambat enzim PDE5 di korpus kaver-
nosum yang kerjanya mirip dengan
obat kimiawi sildenafil.

Vigor® dengan kandungan ginseng


dan cinnamonum ditujukan untuk
aprodisiak tetapi juga dapat memban-
tu regulasi gula darah dan kolesterol.

5. OBAT BAHAN ALAM UNTUK


PENYAKIT KULIT
(Dr.Nurwestu Rusetyanti,Mkes,SpKK )

Dematitis atopik (DA)


Pengobatan DA antara lain secara tra- setara dengan pemberian psoralen- Penelitian bahan alam di bagian
disional Cina (CHM) dan pengobatan UV-A dengan methoksalen, dengan kulit dan kelamin FK UGM
herbal tradiosional Jepang (kampo) efek samping mual dan pusing lebih • Suryawati N : ekstrak teh hijau 3
rendah. % dibandingkan pembersih asam
CHM yang telah diteliti menggunakan salisilat 1% + resorsinol 0,5% un-
10 jenis herbal yaitu : Potentilla chi- Bahan lain adalah indigo naturalis tuk akne vulgaris derajat sedang,
nensis, Tribulus terrestris, Rehmannia dari Strobilanthes formosanis Moore hasilnya tidak ada perbedaan
glutinosa, Lophatherum gracile, Cle- (Acanthaceae) menurunkan skuama, • Hartati F : ekstrak sirih merah dan
matis armandii, Ledebouriella sase- eritema dan indurasi (81%) diban- ekstrak teh hijau dalam bentuk
loide, Dictamnus dasycarpus, Paeonia dingkan kelompok kontrol vehiculum sabun : penurunan jumlah koloni
lactiflora, Schizonepeta tenuifolia dan (26%), tidak dilaporkan efek samping Candida sp vulva pada penggu-
G.glabra, herbal tersebut direbus se- berat. naan ekstrak sirih merah lebih be-
perti teh; menurunkan skor eritema sar tetapi tidak bermakna diban-
(51%) dibandingkan kelompok kontrol Aloe vera: 60 pasien psoriasis tipe dingkan ekstrak teh hijau.
(6,15%). plak derajat ringan – sedang menda- • Qomariah LN : krim ekstrak Aloe
pat krim hidrofilik Aloe vera 0,5% atau vera 1% memiliki efek hidrasi
Di Jepang, Hochu-ekki-to berupa plasebo, terdapat perbaikan (83,3%) sama dengan krim urea 10% se-
granul halus berisi ginseng radix, At- dibandingkan plasebo (6,6%) serta ti- bagai pelembab kulit kering non
ractylodis rhizoma, Astragali radix, An- dak ditemukan efek samping. dermatotik (p>0,05).
gelicae radix, Zizyphi fructus, Bupleuri
radix, Glycyrrhizae radix, Zingiberis Herpes simplex  (ARI)
rhizoma, Cimicfugae rhizoma dan Au- Melissa officinalis - keluarga tanaman
rantii nobilis pericarpium selama 6 bu- mint, digunakan secara topikal pada
lan diteliti, memiliki efikasi 19 % lebih 116 pasien; 96% terdapat perbaikan
baik dibandingkan plesebo 5%. lesi herpes di hari ke-8 setelah pema-
kaian balm 1% 5 kali sehari.
Psoriasis
Akar Angelicae dahuricae (CHM) Hepers zoster
mengandung furocoumarins impera- Jel licorice Glyxyrrhiza glabra dan Gly-
torium, isoimpertorin dan alloimpe- cyrrhiza uralensis merupakan peng-
ratorin; pada penelitian 300 pasien hambat replikasi virus varicella zoster
psoriasis dengan kombinasi UV-A tetapi belum diuji klinis.

| AGUSTUS 2010 473

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 473 7/23/2010 10:34:35 PM


INFO PRODUK

Terapi Rinitis Alergi dengan Kombinasi


Fexofenadine dan Pseudoephedrine

RINITIS ALERGI
Rinitis alergi adalah suatu kondisi infla-
masi membran mukosa hidung yang
ditandai dengan gejala bersin, rinore,
kongesti hidung dan gatal pada hi-
dung akibat paparan alergen. Preva-
lensi rinitis alergi mencapai hampir
20 persen di populasi umum. Rinitis
alergi menyebabkan dampak yang
berat dan menurunkan kualitas hidup
penderitanya.

Pada rinitis alergi, paparan alergen


inisial akan mengaktifasi sel B men-
jadi sel plasma yang memproduksi
antibodi IgE (fase sensititasi). IgE yang
diproduksi akan menempel pada re-
septor IgE pada membran sel mast.
Pada paparan alergen yang ke dua Gambar 1. Patofisiologi alergi
dan selanjutnya, alergen akan men-
empel pada dua molekul IgE yang te- FEXOFED® rinitis alergi.Sebuah studi meta-ana-
lah menempel pada sel mast. Aksi ini Fexofed® merupakan produk dengan lisis yang mempelajari efek samping
akan memicu degranulasi sel mast dan kandungan zat aktif kombinasi fexofe- pseudoephedrine menyimpulkan ba-
pengeluaran berbagai mediator kimia nadine 60 mg lepas cepat (immediate hwa pada dosis yang dianjurkan kecil
seperti histamin, leukotrien dan lain- release) dan pseudoephedrine 120 mg kemungkinan menyebabkan pening-
nya (fase alergi). lepas lambat (extended release), terse- katan tekanan darah dan denyut jan-
dia dalam bentuk kaplet lepas lambat. tung.
Ada beberapa cara pengobatan rini-
tis alergi yaitu penghindaran alergen, Fexofenadine merupakan antihistamin Fexofed® diindikasikan untuk mereda-
terapi simtomatik dengan antihistamin generasi ke tiga yang diindikasikan un- kan gejala yang berhubungan dengan
dan dekongestan baik tunggal mau- tuk pasien rinitis alergi. Karena sifatnya rinitis alergi pada dewasa dan anak ≥ 12
pun kombinasi dan terapi bedah (mis- yang sangat selektif terhadap reseptor tahun. Efektif mengatasi gejala bersin,
al konkotomi). Terapi penghindaran histamin perifer, kemungkinan fexofe- pilek, gatal pada hidung/langit-langat
alergen sangat sulit dilakukan karena nadine menyebabkan efek samping mulut (palatum dan atau tenggorokan),
sangat banyaknya alergen di lingkun- mengantuk sangat kecil. gatal/berair/kemerahan pada mata dan
gan sekitar terutama alergen inhalan. hidung tersumbat.
Antihistamin dan dekongestan dalam Pseudoephedrine merupakan obat
bentuk tunggal maupun kombinasi golongan simpatomimetik amin aktif Fexofed® diberikan satu kaplet dua
masih merupakan pilihan terapi untuk yang bekerja sebagai dekongestan. kali sehari, diminum dengan air saat
pasien rinitis alergi. Pseudoephedrine secara efektif dapat perut kosong ; penggunaan Fexofed®
meredakan sumbatan hidung akibat bersamaan saat makan sebaiknya di-

474 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 474 7/23/2010 10:34:36 PM


INFO PRODUK

hindari karena makanan akan meng- dekongestan dalam fexofenadine 4. Pratt, Brown, Rampe, Mason, Russell, Reynold,
ganggu penyerapannya. Dosis satu tidak saling berinteraksi dan se- et al. Cardiovascular safety of fexofenadine
tablet sekali sehari dianjurkan sebagai cara sinergis meredakan gejala- HCl. Clin. and Experiment. Allergy 2001;29:
dosis awal untuk pasien dengan penu- gejala yang berkaitan dengan rini- 212-6
runan fungsi ginjal. Fexofed® harus tis alergi dan kondisi rinitis lainnya 5. Kaliner, White, Economides, Crisalida, Hele,
ditelan utuh, jangan dikunyah atau yang membutuhkan antihistamin Liao, et al. Relative potency of fexofenadine
dihancurkan (digerus) karena dapat dan dekongestan. HCl 180 mg, loratadine 10 mg, and pla-
menyebabkan inaktifnya kandungan • Fexofed® relatif aman dan dapat cebo using a skin model of wheal-and-flare
Fexofed®. ditoleransi baik. suppresion. Ann Allergy Asthma Immunol.
2003;90(6):629-34
Fexofed® hadir dengan keunggulan:  (ASL) 6. Vena GA, Cassano N, Filieri M, Filotico R, D’Ar-
• Zat aktif fexofenadine dalam Fex- gento V, Coviello C. Fexofenadine in chronic
ofed® merupakan antihistamin idiopathic urticaria: a clinical and immunohis-
generasi ke tiga dengan efek REFERENSI tochemical evaluation. Internat.J. Immunop-
samping sedasi sangat minimal 1. Togias AG. Systemic immunologic and inflam- athol. Pharmacol. 200215 (3): 217–224.
dan efektif meredakan gejala rini- matory aspects of allergic rhinitis. J Allergy 7. Salerno SM, Jackson JL, Berbano EP. Effect of
tis alergi. Clin Immunol. Nov 2000;106(5):S247-50 Oral Pseudoephedrine on Blood Pressure and
• Zat aktif pseudoephedrine lepas 2. Valet RS, Fahrenholz JM. Allergic rhinitis: up- Heart Rate: A Meta-analysis. Arch Intern Med.
lambat dalam Fexofed® menjamin date on diagnosis. Consultant 2009;49:610- 2005;165:1686-1694.
efek dekongestan jangka panjang 613
dan dapat mengurangi frekuensi 3. Dicpinigaitis PV, Gayle YE. Effect of the sec-
pemakaian. ond-generation antihistamin, fexofenadine,
• Kombinasi dua zat aktif anti- on cough reflex sensitivity and pulmonary
histamin generasi ke tiga den- function. Br.J. Clin. Pharmacol. 2003; 56 (5):
gan pseudoephedrine sebagai 501–4.

| AGUSTUS 2010 475

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 475 7/23/2010 10:34:40 PM


GERAI

Dalam kegiatan 3rd China Indonesia Joint Symposium


on Hepatobilliary Medicine & Surgery (3rd CISHMS)
yang tahun ini digabung bersama Simposium Liver
Update, PT. Kalbe Farma Tbk. berpartisipasi dalam
pameran dengan menampilkan produk Lancid, Rillus,
Hepatosol dan Aminofusin Hepar.

Ibu Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono


membuka 3rd China Indonesia joint Sym-
posium on Hepatobilliary Medicine & Sur-
gery (3rd CISHMS) pada hari Kamis, 24 Juni
2010 di hotel Grand Melia Jakarta. Hadir
pula Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih,
MPH, Dr.PH selaku Menteri Kesehatan dan
Duta Besar Luar Biasa China Zhang Qi Yue
serta ketua panitia Prof. Dr. L.A Lesmana,
Ph.D, SpPD-KGEH.

PT. Kalbe Farma Tbk., berkon-


tribusi dalam acara Simpo-
sium Endokrinologi Klinik VIII
2010, yang dilaksanakan pada
tanggal 23 – 25 Juli 2010 di
Hotel Hyatt Regency – Ban-
dung. Acara ini merupakan
hasil kerjasama antara Perkeni
(Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia) Cabang Bandung
dengan Bagian Penyakit Da-
lam FK UNPAD/ RS. Dr. Hasan
Sadikin Bandung.

476 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 476 7/26/2010 5:37:21 PM


ANTAR SEJAWAT

1) Saya sangat tertarik dengan artikel2 dan jurnal2 ilmiah 3) Hai CDK,
yang dimuat CDK, apalagi yang versi Ebooknya. Cuma Sekedar saran, bagaimana kalau artikel mengenai penyakit
alangkah lebih baik kalau CDK Online dibuatkan web- infeksi menular (ITD) dan update terapi hadir di setiap edisi
site tersendiri yang lebih interaktif, hal ini akan membuat CDK, mengingat di Indonesia merupakan “sarang” terbe-
para praktisi medis merasa lebih eksklusif dan ada ruang sar di dunia untuk penyakit infeksi menular. Terima kasih
tersendiri untuk berinteraksi dengan redaksi maupun pem-
baca lainnya. Dr Sam Ginting
Bogor
Dr. Faizal Arief Nurokhman *)
Surabaya Jawab : Kami berusaha agar artikel yang diterbitkan selalu
mutakhir; tetapi tentu tergantung dari para kontributor.
Jawab : CDK online yang tersendiri sudah dalam pe- Beberapa artikel mengenai infeksi antara lain DBD dan
mikiran; tetapi memerlukan persiapan yang matang, teru- malaria akan kami terbitkan di edisi mendatang. Jika seja-
tama layanan interaktif; semoga tidak lama lagi bisa terlak- wat mempunyai artikel sejenis, kami akan dengan senang
sana sehingga sejawat lebih cepat mengakses CDK kami. hati menerbitkannya. Artikel CDK yang telah diterbitkan
Kami sangat senang jika ternyata CDK dapat membantu dapat sejawat akses (dan pilih) di www.kalbe.co.id/cdk.
aktivitas sejawat.
Mengenai sarang terbesar infeksi masih bisa diperdebat-
2) Saya bekerja pada bagian perpustakaan Akademi Kepe- kan; tetapi pada Riset Kesehatan Dasar mutakhir yang dila-
rawatan YAPENAS 21 Maros, saya tertarik untuk menda- kukan oleh Departemen Kesehatan, penyakit noninfeksi
patkan Majalah Cermin Dunia Kedokteran sebagai bahan seperti penyakit jantung dan stroke sudah merupakan
bacaan bagi mahasiswa(i) kami..Mahasiswa kami sekarang penyebab kematian yang perlu diperhatikan.
telah mencapai 1000 orang dengan 10 dosen berstatus
Dokter. 4) How is the mechanism involved in generation of convul-
sion in epilepsy?
Abdullah Hafid
Makassar Hegar Pramas
Bandung
Jawab : Majalah CDK disebarluaskan ke dokter-dokter dan
perpustakaan Faklutas Kedokteran, termasuk perpusta- Jawab : The answer to this question is rather complicated.
kaan Akademi Keperawatan. Sehubungan hal tsb., Aka- It needs an article by itself. You can look for the answer(s)
demi Keperawatan YAPENAS 21 Maros akan kami masuk- by searching several websites – www.ilae.org or www.wf-
kan dalam daftar pelanggan CDK, yang akan dikirim pada neurology.org or though google.com using keywords :
setiap penerbitan secara reguler. Selain itu CDK juga da- epilepsy, mechanism of epilepsy, pathophysiology.
pat diakses secara online di www.kalbe.co.id/cdk. Silakan
memilih sendiri artikel yang diminati.

| AGUSTUS 2010 477

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 477 7/23/2010 10:34:51 PM


AGENDA

KALENDER ACARA BULAN SEPTEMBER - OKTOBER 2010

 SEPTEMBER  OKTOBER

5th ASEAN Society of Pediatric Surgery in conjunction with 2nd Seminar & Workshop “Radiology in Daily Clinical Practice”
Multidisciplinary Pediatric Surgery Meeting
Tanggal: 02 Oktober 2010
Tanggal: 22 - 24 September 2010 Tempat: Gedung Prodia, Jl.Kramat Raya no. 150, Jakarta
Tempat: Discovery Kartika Plaza, Kuta, Bali Kalangan: Dokter umum dan perawat
Kalangan: Dokter anak, dokter bedah, dokter umum Sekretariat: Laboratorium Prodia, Jl. Kramat Raya no. 150, Jakarta
Sekretariat: EO Pharma Pro Phone: 081386339424
Phone: 0856-845-5050; 0813-1785-7586 Fax: 021-3908082
Email: 5asps@pharma-pro.com Email:radiologi2010@gmail.com
URL: www.bedahanakfkui-rscm.com Contact Person: Mathilda Albertina
Contact Person: Lia, Tiolan

23rd European Society of Intensive Care Medicine (ESICM) Annual


The Fourth Scientific Meeting of the Asia Pacific Menopause Congress 2010
Federation 2010
Tanggal: 09 - 13 Oktober 2010
Tanggal: 26 - 29 September 2010 Tempat: CCIB (Centre Convencions Internacional Barcelona), Barcelona, Spain
Tempat: Sydney Convention and Exhibition Centre, Darling Harbour, Kalangan: Intensivist
Sydney, Australia
Sekretariat: European Society of Intensive Care Medicine (ESICM)
Kalangan: Doctor, paramedic, nurse
Rue Belliard, 19 B-1040 Brussels, Belgium
Sekretariat: APMF 2010 Meeting Managers c/o Arinex pty ltd. Postal GPO
Box 128 Sydney, NSW, 2001 Australia Phone: +32 2 559 03 55/71
Phone: + 61 2 9265 0700 Fax: +32 2 559 03 69
Fax: + 61 2 9267 5443 URL: http://www.esicm.org/
Email: apmf2010@arinex.com.au
URL: http://www.apmf2010.com/program.asp Konker & PIT 2010 Pernefri

Tanggal: 21 - 24 Oktober 2010


14th Congress of the European Federation of Neurological Societies Tempat: Hotel Patra Jasa Semarang
(EFNS 2010)
Kalangan: Dokter spesialis, dokter umum
Tanggal: 25 - 28 September 2010 Sekretariat: Sub Bagian Nefrologi Hipertensi SMF Penyakit Dalam FK
UNDIP/RS Dr. Kariadi Semarang
Tempat: Geneva, Switzerland
Phone: 024-8446757
Kalangan: Dokter
Fax: 024-8446758
Sekretariat: Kenes International, Global Congress Organisers and
Association Management Services 1-3 rue de Chantepoulet, P.O. Box 1726, Email: nefro_smg@yahoo.com
1211 Geneva 1, Switzerland Contact Person: Dr. Dwi Lestari S., SpPD
Phone: +41 22 908 04 88
Fax: +41 22 906 91 40 18th United European Gastroenterology Week (UEGW) 2010
Email: efns2010@kenes.com
URL: www.kenes.com/efns2010 Tanggal: 23 - 27 Oktober 2010
Tempat: Centre Convencions International Barcelona, Spain
Kalangan: Dokter
23rd Scientific Meeting of the International Society of Hypertension
Sekretariat: UEGF Secretariat, Barcelona, Spain
Tanggal: 26 - 30 September 2010 Phone: +4319971639
Tempat: Vancouver, Canada Fax: +4319971639
Kalangan: Dokter Email: office@uegf.org
Sekretariat: Sea to Sky Meeting Management Inc. Suite 206, 201 Bewicke Contact Person: UEGF Secretariat
Avenue, North Vancouver, BC, Canada, V7M 3M7 URL: www.uegw10.uegf.org
Phone: +1 604-984-6448
Fax: +1 604-984-6434 Metabolic, Endocrinology and Social Pediatric Meeting
Email: info@vancouverhypertension2010.com
URL: http://www.vancouverhypertension2010.com Tanggal: 30 - 31 Oktober 2010
Tempat: Hotel Gumaya Semarang
Kalangan: Dokter
Sekretariat: SMF Ilmu Kesehatan Anak Jl. Dr. Sutomo 16-18 Semarang
Phone: 024-8414296
1. Informasi ini sesuai pada saat dicetak. Apabila ingin mengetahui Fax: 024-8414296
lebih lanjut, silakan akses http://www.kalbe.co.id/calendar Email: ikarsdk@gmail.com
2. Apabila kegiatan ilmiah Anda ingin dipublikasikan, kirim pembe- Contact Person: Cicik
ritahuannya ke cdk.redaksi@yahoo.co.id URL: www.pediatrics-undip.com

| AGUSTUS 2010 479

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 479 7/23/2010 10:34:53 PM


RPPIK

RUANG PENYEGAR DAN PENAMBAH ILMU KEDOKTERAN


Dapatkah sejawat menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini?

Jawablah B jika benar, S jika salah

Rinitis Alergi sebagai Validasi Foto Polos Sinus


Faktor Risiko Otitis Media Paranasal 3 Posisi untuk Diagnosis
Supuratif Kronis Rinosinusitis Kronik

Tutie Ferika Utami, Kartono Sudarman, Bambang Udji Vimala Acala, Kartono Sudarman, Anton Christanto,
Djoko Rianto, Anton Christanto Slamet Widodo

1. Pada Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) selalu 1. Sinus paranasalis dilapisi oleh epitel kolumner ber-
dijumpai perforasi membran timpani. lapis semu bersilia.

2. Sekret pada OMSK selalu purulen. 2. Mukosa sinus paranasalis berhubungan dengan
mukosa hidung.
3. Otitis Media Supuratif dikatakan kronis jika berlang-
sung lebih dari 6 bulan. 3. Sinus paranasalis berfungsi antara lain untuk mene-
tralisir bakteri udara pernapasan.
4. Pada OMSK benigna, tuba auditoria tidak ikut ter-
infeksi. 4. Nyeri pada sinusitis maksilaris dirasakan di daerah
sela mata.
5. Tonsilitis kronis bisa merupakan faktor predisposisi
OMSK. 5. Foto polos sinus paranasal dapat dilakukan dengan
posisi Towne.
6. Bakteri yang tersering diisolasi pada OMSK ialah
Pseudomonas aeruginosa. 6. Gambaran air-fluid level bisa dijumpai pada keada-
an polip sinus.
7. Alergi dapat menyebabkan OMS menjadi kronis.
7. Diagnosis sinusitis pada foto polos antara lain jika
8. Keadaan alergi menyebabkan berkurangnya sekresi penebalan mukosa > 12 mm.
sel goblet.
8. Teknik CT scan yang terbaik untuk gambaran sinus
9. Rinitis alergi dikaitkan dengan peranan IgE. adalah potongan koronal.

10. Otitis media dapat berisiko rinitis kronis akibat dis- 9. Teknik endoskopi lebih unggul dibandingkan den-
fungsi mukosilier. gan CT scan untuk diagnostik sinusitis.

10. Untuk mendapatkan gambaran sinusitis yang baik,


pada pemeriksaan CT scan, posisi pasien adalah te-
lungkup (prone).

10.B 9.B 8.S 7.B 6.B 5.B 4.S 3.S 2.S JAWABAN ; 1.B 10.B 9.S 8.B 7.S 6.B 5.B 4.S 3.S 2.B JAWABAN: 1.B

480 | AGUSTUS 2010

CDK ed_179 Agustus-September'10 DR.indd 480 7/23/2010 10:34:56 PM

Anda mungkin juga menyukai