Anda di halaman 1dari 17

Peter Kasenda

Babak Pertama : Partai Komunisme Indonesia

Ketika buku ini diterbitkan, Partai Komunis Indonesia (PKI) bertumbuh dari sebuah kelompok
yang beranggotakan beberapa ribu yang menjadi partai Komunis terbesar yang tidak pernah
memerintah di dunia. PKI mengklaim adanya tiga juta anggota partai dan duapuluhsatu juta
anggota organisasi massanya. Peragaan dukungannya yang berdisiplin begitu mengesankan dan
membuat banyak orang beranggapan bahwa bobot kehadirannya saja dapat membawa partai itu
pada kekuasaan, tetapi segera pudar setelah percobaan kekerasaan yang lain (yang ketiga).
Apakah PKI akan bangkit kembali, sejarah yang akan menyatakannya, tetapi agaknya situasi
internasional, terlebih lagi kondisi dalam negeri Indonesia sendiri menentangnya. Beberapa
dekade terakhir, dunia tidak menguntungkan bagi Marxisme-Leninisme. Uni Soviet telah
menjadi sejarah masa lampau, sementara Cina lebih memilih jalan kapitalis ketimbang sosialis.

Buku yang ditulis setengah abad yang lalu dan sekarang baru diterjemahkan ini ternyata masih
bermanfaat. Inilah buku yang harus diperhitungkan sebagai telaah yang paling mendalam
mengenai gerakan komunisme Asia. Ruth McVey berhasil mengisahkan kemunculan PKI
hingga pemberontakan yang gagal pada 1926/1927, di mana semua maksud dan tujuan
pemberontakan itu mengakhiri babak pertama setengah abad sejarah PKI. Arti penting PKI
dalam gerakan komunis internasional bermula dari kenyataan bahwa PKI adalah salahsatu dari
segelintir partai komunis yang ada di Asia yang membangun organisasi dengan basis massa
pengikutnya di tahun-tahun awal pembentukan Komunis Internasional (Komintern).
Perkembangan PKI tidak bisa dilepas dari pengaruh dalam negeri maupun faktor internasional.
Salah satu tugas utama yang dibebankan ke pundak Komintern oleh para pendirinya ialah
menciptakan peranan komunisme di panggung drama revolusioner Asia.

PKI adalah satu-satunya partai komunis yang dapat melakukan kegiatan politik di bawah
kekuasaan negara Eropa. Ia mempunyai hubungan lebih dekat dengan Komintern ketimbang
rekan-rekan partai komunis yang bergerak dibawah tanah atau tidak memiliki kekuatan politik di
negeri-negeri jajahan serta mampu menggalang hubungan aktif dan berdayaguna dengan

1
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Komintern. Namun demikian, PKI mampu melakukan pergerakan dan pencapaian politik dengan
upaya mereka sendiri. PKI memiliki kepentingan dan konsep dalam menempuh jalan untuk
meraih kekuasaan. Partai Komunis Indonesia adalah Partai Komunis yang pertama yang
dibentuk di Asia di luar perbatasan bekas kekaisaran Rusia. Pada akhir tahun 1920 partai tersebut
memutuskan untuk bergabung dengan Komunis Internasional (Komintern) yang pada waktu itu
baru saja dibentuk di Moskow sebagai suatu forum dan pusat eksekutif bagi partai-partai
komunis di seluruh dunia. Para pemimpin PKI tidak melihat adanya pertentangan antara putusan
mereka ini dan keikutsertaan mereka dalam gerakan kemerdekaan Indonesia dan PKI tidak
pernah patuh pada Komunis Internasional (Komintern) seperti yang dilakukan oleh banyak partai
Komunis di Barat,

2
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Marxisme diperkenalkan secara resmi ke Indonesia adalah pada tahun 1914 bersamaan dengan
berdirinya Indische Sociaal Democratische Vereeninging (ISDV). Serikat ini aktif baik sebagai
organisasi politik juga sebagai organisasi marxis pertama yang berdiri di Asia. Para pendirinya
adalah sekelompok orang Belanda yang dipimpin oleh Hendricus Josephus Fransiscus Marie
Sneevliet. Mereka segera bergabung dengan beberapa mantan anggota Nationale Indische Partij
serta orang-orang Belanda, Eurasia, dan Indonesia. Tugas pokok ISDV ialah melakukan
propaganda prinsip-prinsip sosialisme di Indonesia. Kekuatan sosialisme dapat memiliki
peranan langsung di daerah jajahan, terutama mendorong sikap revolusioner anti-imperialisme.

Mulanya ia bergabung sebagai staf editorial Soerabajaasch Handelsblaad, corong penting


sindikat perusahaan gula. Ia kemudian menjadi menjadi sekretaris anggota asosiasi dagang
(Semarang Handelsvereninging). Semarang menjadi pusat Vereeninging van Spoor en Tramweg
Personeel (VSTP). Secara alamiah Sneevliet tertarik mengingat kemiripan organisasi tersebut
dengan yang ada di Belanda sebelumnya. VSTP merupakan salah satu organisasi buruh tertua di
Indonesia yang dibentuk lima tahun sebelumnya. Ia segera terlibat dalam puncak perdebatan
mengenai masa depan VSTP. Ia dengan sangat tegas menyatakan bahwa serikat-serikat
perdagangan dalam sebuah koloni haruslah tidak berbeda dengan yang ada di Eropa yaitu peran
mereka untuk membela kepentingan para buruh terhadap kaum kapitalis dan pemerintah yang
dikontrol kaum kaum kapitalis. Ia mendesak serikat-serikat perdagangan di Hindia Belanda
untuk tidak hanya multirasial, tetapi juga harus bekerja atas nama mayoritas masyarakat
Indonesia yang dibayar rendah. Dengan pimpinan Sneevliet, VSTP, yang merupakan organisasi
buruh terbesar yang pertama di Indonesia, yang menjadi radikal.

Eksekutif Pusat VSTP dengan pengaruh Sneevliet, memutuskan untuk merekut anggota-anggota
Indonesia dan memberi kepada mereka peran di dalam kepemimpinan serikat. Dalam Rapat
Umum VSTP bulan Februari 1914, disetujui untuk mencadangkan 3 dari 7 posisi Eksekutif Pusat
untuk pribumi. Pada akhir tahun 1913, VSTP hanya memiliki 1242 anggota ( 673 orang Eropa
dan 669 orang Indonesia), tetapi sampai pada bulan Januari 1915 perkumpulan memiliki 2.292
anggota, dengan mayoritas jelas (1439) adalah orang Indonesia. Sampai tahun 1920, dari jumlah
total keanggotaan sebanyak 6.494, hanya terdapat 236 orang Eropa. Hal ini menandai terjadinya
transformasi VSTP menjadi sebuah serikat yang dikontrol oleh masyarakat Indonesia.

3
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

VSTP mampu merekut lebih banyak buruh kereta api karena terlihat sukses dalam membela
kepentingan-kepentingan mereka. Organisasi ini membuat survei-survei secara teratur mengenai
penghasilan, konsesi, jam kerja, dan kondisi penghidupan mereka, serta menghadirkan kasus-
kasus terperinci dan tepat untuk pembangunan manajemen pada dua perusahaan swasta besar dan
perusahaan Kereta Api Negara. Tekanan yang dilancarkan oleh VSTP, mampu memaksa pihak
manajemen kereta api untuk meninjau ukuran gaji mereka lebih sering daripada yang sudah
mereka lakukan. Membuat mereka lebih sadar akan kebutuhan-kebutuhan para buruh Indonesia,
dan menjadi lebih waspada terhadap aksi ketidakadilan yang jelas-jelas terjadi. VSTP adalah
suara yang lebih dikenal atas tenaga kerja Indonesia yang berhadapan dengan manajemen-
manajemen kareta api dan dipersiapkan lebih baik untuk mendiskusikan masalah-masalah
industrial dengannya. Meskipun menolak pengakuan resmi, Serikat dilihat oleh anggota-
anggotanya sebagai tempat untuk menyalurkan keluhan-keluhan.

Kendati ISDV makin banyak anggotanya dan makin radikal marxismenya. Tetapi tampaknya
pemimpin Eropa itu mampu menarik sedikit orang Indonesia, sehingga hanya memperoleh
sedikit dukungan massa. Sneevliet menyadari bahwa tanda dukungan semacam itu, keberhasilan
suatu revolusi yang bertujuan untuk memperoleh kemerdekaan politik dan suatu organisasi
ekonomi sosialis tidak akan pernah berhasil Dukungan semacam ini perlu didapat untuk
memperoleh banttuan Indonesia bagi dasar ajaran Marxisme yang revolusioner. Ia membuat
hubungan dengan para pemimpin Indonesia yang cenderung sosialistis dari Sarekat Islam,
tergabung dalam ISDV, dan dengan penuh semangat menarik anggota bagi ISDV. Menjelang
1917, tampak suatu gelombang revolusioner dalam Sarekat Islam dengan Semaoen dan Darsono
keduanya pemimpin cabang SI Semarang yang juga paling berhasil menambah anggota ISDV.

Kendati pada awalnya didominasi oleh kaum sosialis Belanda, partai Marxis pertama Asia ini
berhasil membangun hubungan karib dengan embrio pergerakan buruh Indonesia yang
kebanyakan dari mereka merupakan anak didiknya. Kekariban tersebut khususnya dengan
sarekat pekerja terkuat dan paling tua di Indonesia, yaitu Vereeninging voor Spoor en Tremweg
Personel (VSTP). Organisasi inilah yang mensuplai kekuatan inti proletariat bagi ISDV dan
belakangan untuk PKI, partai yang didirikan pada bulan Mei 1920.
4
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Blok di dalam

Perlunya membangun ikatan dengan massa yang lebih luas, memaksa ISDV menggunakan
strategi “blok di dalam“ atau “block within“ sejak 1916 menggunakan strategi dalam Sarekat
Islam. Strategi ini membawa keuntungan besar bagi ISDV maupun PKI pada masa terkemudian.
Maksud dari taktik ini adalah mengembangkan propaganda dan koneksitas di antara massa
dengan membuat semacam sel-sel di dalam tubuh partai induk. Pendeknya, partai Marxis
melakukan inflitrasi terhadap partai lain. Strategi ini menyebar luas, apalagi didukung oleh
karakter desentralisasi Sarekat Islam serta akibat dari sanksi pemerintah Hindia Belanda terhadap
organisasi nasional. Akibat dari taktik tersebut, beberapa cabang SI lokal de facto berada di
bawah cengkraman ISDV. Hal ini terjadi beberapa tahun sebelum kecenderungan sayap kanan
muncul di SI dan pada akhirnya PKI terpaksa melepaskan politik “ blok di dalam”nya dari SI
pada tahun 1921.

Perembesan ke dalam cabang-cabang Sarekat Islam oleh organisasi Sneevliet sama sekali bukan
hal yang kebetulan, bahkan perlu diperhatikan makin dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di
Rusia. Sneevliet mengakui, bahwa Sarekat Islam yang kerakyatan dan tumbuh dengan pesat itu,
merupakan perantara ideal bagi kelompoknya untuk bekerja hingga tuntas dengan maksud
membentuk hubungan dengan memperoleh dukungan dari massa Indonesia. Peraturan
pemerintah yang memaksa Sarekat Islam secara organisasi terpecah belah, sehingga keadaan-
keadaan itu memungkinkan perembesan tersebut. Perembesan oleh organisasi Sneevliet itu
begitu berhasil, sehingga pada tahun 1922, berdasarkan pengalamannya dengan Sarekat Islam,
Sneevliet yang berdiri sebagai delegasi Komintern pertama ke Tiongkok, mengusulkan kepada
Partai Komunis Cina, agar “ kaum komunis bergabung dengan Kuomintang dan menfaatkan
struktur organisasi Koumintang yang sangat longgar itu sebagai suatu sarana untuk
mengembangkan propaganda, dan hubungan di kalangan massa rakyat. Ternyata pandangan
Sneevliet diterima dengan baik dan diterapkan di Cina.

5
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Baik di Indonesia maupun di Cina strategi di dalam blok terbukti efektif dengan terjadinya
percepatan ekspansi pengaruh partai komunis dalam gerakan revolusioner nasional. Aliansi
nasionalis-komunis sebenarnya bagi partai komunis bersifat sementara. Kepemimpinan
nasionalis mungkin saja melakukan konsolidasi dengan tidak membiarkan kaum komunis
memiliki cukup peluang untuk mengenbangkan kekuatan mereka sendiri; atau kaum komunis
bisa saja membangun popularitas sehingga suatu posisi subordinasi seperti saat itu tidak lagi
diperlukan atau tidak menguntungkan. Sebagaimana dikatakan Stalin, gerakan nasionalis borjuis
pada saatnya akan terperas, seperti jeruk dan kemudian dibuang. Persoalan bagi partai komunis
harus memastikan kapan jeruk itu siap dibuang.

Tetapi penerapan program ini telah membuat partai komunis Cina nenuai bencana besar oleh
Chiang Kai-Sek pada tahun 1927. Tidak lama setelah Indonesia berontak kudeta antikomunis
Chiang Kai Shek menghancurkan istana pasir yang dibangun oleh Komintern tentang
perkembangan komunisme di Cina Politik “di dalam blok“ di Indonesia tidak pernah benar-
benar dianggap sebagai kebijakan Komintern. Meskipun demikian, sesungguhnya politik “di
dalam blok“ tersebut pertama kali dikembangkan di Indonesia. Terbukti penerapan garis politik
tersebut sesuai dengan keadaan iklim politik Indonesia dan sebaliknya tidak cocok untuk Cina.

Pada fase awal keanggotaan rangkap kurang bermanfaat dalam membawa anggota ISDV
bergabung pada SI – kaum revolusioner Eropa tidak mungkin bergabung dalam organisasi
Muslim. Sebaliknya kelompok muda radikal berbakat SI masuk ISDV, mereka dididik dalam
semangat sosialis revolusioner. Dalam hal ini Sneevliet dan Baars memperoleh sukses besar
Mereka segera dapat menghimpun sekelompok idealis muda yang tidak suka dengan
opportnunisme dan ketidakjujuran pimpinan CSI. Mereka menemukan alternatif yang
memberikan inspirasi berupa idealisme :ilmiah” tanpa kompromi yang diajarkan para mentor
revolusioner.

6
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Figur yang paling menonjol di antara kelompok Marxis Indonesia pertama ialah Semaun yang
menjadi juru bicara ISDV pada kongres SI tahun 1916. Semaun menjadi seorang juru bicara
berbakat dan penuh semangat dalam kelompok tersebut Pada saat yang sama posisi kaum
revolusioner muda SI sangat meningkat karena bergabungnya Semaun ke dalam mesin politik
yang dinamis. Para pemimpin SI Semarang banyak mengeritik kepemimpinan CSI sebagaimana
mengeritik pemerintah dan pemilik modal asing. Ia bergabung pada SI cabang Surabaya pada
1914, dan segera menjadi sekretaris cabang tersebut. Pada 1915 ia bergabung ke dalam ISDV.
Setahun kemudian ia menjadi wakil ketua cabang Surabaya. Semaun masih sangat muda ketika
muncul sebagai tokoh pergerakan revolusioner Indonesia. Pada tahun 1916 ketika memulai
perjalan politiknya, ia baru berusia 17 tahun.

Selain Darsono, ISDV memiliki pemimpin terbaiknya yakni Darsono, seorang bangsawan Jawa
muda yang hadir pada pengadilan Sneevliet pada 1917 dan menjadi seorang sosialis
revolusioner. Ia salahsatu rekan kerja terdekat Sneevliet selama akhir tahun kepemimpinannya di
Hindia Belanda. Darsono adalah salahsatu dari segelintit pemimpin komunis Indonesia yang
secara serius mendalam ilmu Marxisme. Namun demikian ia terkadang menghadapi masalah
dalam menerapkan gagasan-gagasan komunis yang dipelajarinya dengan kondisi setempat.

Karena tekanan yang makin berat dari makin banyaknya cabang Sarekat Islam yang makin
berorientasi Marxis, dan karena tidak mempunyai sarana yang efektif untuk mendisiplinkan
semua unsur-unsur yang berbeda itu, maka pemimpin pusat organisasi itu lambat laun terpaksa
mengkompromikan ajaran-ajaran Islam modernis yang semula jadi pedomannya, dengan tujuan
marxisme yang revolusioner. Meskipun tidak bertentangan dengan ajaran Islam modernis, usaha
menghilangkan “kapitalisme yang berdosa “ ini, jelas disebabkan oleh tekanan dari cabang-
cabang yang dikuasai komunis. Dalam mempertahankan dukungan dari pada pengikutnya yang
lama, yaitu pedagang Indonesia, sambil menyesesuaikan diri dengan tuntutan minimum
pengaruh Marxis yang tumbuh dengan cepat dalam banyak cabang setempat yang paling penting.
Sesekali Tjokroaminoto menyelesaikan antitesis ini dengan menyebut kapitalisme asing sebagai
“ kapitalisme yang berdosa” dan menyimpulkan bahwa kapitalisme Indonesia dapat diterima.

7
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Tidak hanya karena perlu mengawasi cabang-cabangnya yang berorientasi Marxis, tetapi juga
karena sadar bahwa buruh-buruh kota dan kaum tani yang lebih miskin memberi reaksi yang
simpatik kepada slogan-slogan Marxis, maka pimpinan pusat Sarekat Islam merasa tergugah
untuk bergerak lebih jauh mendukung program politik yang revolusioner dan gagasan-gagasan
Marxis. Dalam kongres ketiga Sarekat Islam bulan Oktober, 1918, karakter revolusionernya yang
potensial dan meningkatnya tekanan sosialistis organisasi tersebut menjadi jelas.

Selama 1919 para pemimpin ISDV Indonesia meningkatkan usaha mereka dalam mempengaruhi
Sarekat Islam ke arah tujuan radikal, dan situasi ekonomi terus mendukung rencana mereka.
Pada saat itu inflasi dan gagal panen menyebabkan kemungkinan bahaya kelaparan di beberapa
wilayah. Persedian besar sangat sedikit sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan kewajiban
pengumpulan beras. Hal ini menimbulkan kemarahan di antara para petani yang menolak
sebagian hasil panen mereka dengan harga yang ditetapkan pemerintah.

Di daerah pedesaan gelombang protes kian menjadi. Para petani di daerah perkebunan tebu
membakar perkebunan, sedangkan di daerah yang mengalami kelaparan seperti Kediri, pasukan
tentara dikerahkan melawan kekacauan. Di Jawa Barat perintah pengumpulan besar
menimbulkan banyak insiden. Yang lebih mengkhawatirkan pemerintah dengan adanya gerakan
sporadik dan ganguan tak terencana, terlihat jelas adanya keterlibatan kelompok-kelompok
politik dalam gerakan perlawanan. Gerakan yang berlangsung selama enam bulan tersebut
dipimpin oleh Haji Misbach, pemimpin de facto Insulinde di wilayah Surakarta. Ia juga anggota
aktif SI dan wakil ketua ISDV yang didukung oleh Perhimpunan Kaum dan Buruh Tani (PKBT).
Atas dukungan yang diberikan kepemimpinan nasional Isulinde terhadap usaha yang dilakukan
oleh Haji Misbach, yang khotbahnya mengenai doktrin bahwa Islam dan Komunisme adalah hal
yang sama menjadikan dirinya terkenal sebagai “haji merah“. Pemerintah memutuskan Isulinde
bertanggung jawab terhadap perubahan sikap kaum tani dari sekedar tidak puas menjadi protes
nyata. Haji Misbach sendiri kemudian ditangkap .

Cepatnya peningkatan pengaruh Marxis mencerminkan tidak hanya keadaan ekonomi yang
bertambah buruk tapi juga semakin tegangnya hubungan antara pemerintah kolonial dan gerakan

8
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

politik Indonesia. Berita tentang Revolusi Bolshevik di Rusia dan revolusi-revolusi di Eropa
yang menyertai kekalahan Jerman di tahun 1918 mengguncangkan pemerintah kolonial dan
mendorong timbulnya semangat revolusioner di kalangan orang-orang Indonesia. Untuk
sementara pemerintah memberikan konsesi-konsesi – yang terpenting pembentukan Volksraad –
tetapi dengan meredanya gelombang revolusioner di Eropa, kaum konservatif baik di negeri
Belanda maupun di Hindia merasa kedudukan mereka lebih kuat, para penguasa kolonial secara
dratis membatasi kemungkiman gerakan politik Indonesia. Semua partai Indnesia menderita
akibat tindakan tindakan ini, yang paling sedikit adalah kaum sosialis radikal. Pertama-tama
mereka memperoleh keuntungan dari semakin bertambahnya rasa jengkel di kalangan orang-
orang Indonesia, yang menyebabkan lebih banyak lagi dari mereka yang berpikir tentang
revolusi.

Mereka juga menarik keuntungan dari kenyataan bahwa para pemimpin Indonesia yang
dirintangi dalam kegiatan politik mengalihkan perhatian pada serikat-serikat buruh, yang pada
permulaan didorong pemerintah karena beranggapan bahwa hal tersebut kurang berbahaya bagi
pemerintah kolonial. Oleh karena kaum sosialis sangat terlibat dalam kegiatan buruh yang
berpusat di Semarang dan Surabaya, mereka dengan sendirinya sudah berada di tengah-tengah
pusat kegiatan. Akan tetapi, ISDV tidak sepenuhnya mendominir perburuhan: dua pemogokan
utama yang pertama di Indonesia – oleh kaum buruh gula dalam tahun 1920 dan para petugas
pajak gadai dalam tahun 1922 – tidaklah dipimpin oleh serikat buruh Marxis. Akan tetapi,
barangkali ini pun menguntungkan kaum radikal, sebab pemerintahan dan para majikan
mengambil sikap yang begitu keras terhadap mereka yang mogok sehingga pemogokan mereka
itu berakhir dengan kegagalan total dan melunturkan semangat semua kecuali golongan yang
paling kiri. Setelah tahun 1922, hanya kaum Komunislah yang benar-benar terlibat dalam
kegiatan buruh.

Suatu keuntungan lain yang tidak disadari sebagai akibat tindakan penindasan dari rezim yang
berkuasa ialah diusir nya dari Hindia kebanyakan dari orang-orang Belanda yang mendirikan
ISDV; ini memungkinkan beralihnya dengan lancar penguasaan atas perkumpulan itu dari tangan
Belanda ke tangan Indonesia. Dalam bulan Mei 1920 peralihan itu diresmikan dengan memberi
ISDV sebuah nama baru dalam bahasa Indonesia, Ia menjadi PKI – yang mula-mula berarti

9
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Perserikatan Komunis di Hindia dan kemudian, sejak tahun 1924, menjadi Partai Komunis
Indonesia. Digantinya kata-kata ”Sosial-Demokrat” dengan “Komunis “ hanya menegaskan apa
yang senantiasa merupakan kenyataan – yaitu bahwa gerakan itu dikendalikan oleh sayap
revolusionernya.

Pada 25 Desember tahun itu juga kelompok itu memutuskan bergabung dengan Komunis
Internasional ( Komintern ) di Moskow .Bahkan sebelum itu terjadi, Indonesia sudah diwakili
dalam Kongres kedua Komintern (Juli-Agustus 1920) oleh Sneevliet, yang mengangkat diri
sendiri mewakili massa orang Indonesia. Komintern, pada masa itu, sudah mengeluarkan
beberapa pernyataan mengenai kebijakannya terhadap masalah kolonial. Ia menuliskan di dalam
programnya penghapusan tanpa kecuali semua kontrol Eropa dan Amerika atas daerah jajahan
asing, tapi juga merumuskan aturan taktis untuk membimbing organisasi-organisasi lokal dalam
aksi mereka.

Propaganda PKI kini menunjukkan bahwa partai ini telah menjadi benar-benar bersifat
Indonesia. PKI kurang menekankan doktrin-doktrin teoritis Marx dan Lenin, melainkan lebih
banyak berbicara dengan bahasa yang menarik bagi rakyat Indonesia, khususnya kaum abangan
Jawa. Masyarakat tanpa kelas dikemukakan sebagai penjelmaan kembali dari negara Majapahit
yang diromantiskan, yang dipandang sebagai zaman persamaan derajat yang mulia sebelum
datangnya bangsa Belanda dan secara berarti, sebelum Islam. Pahlawan-pahlawan PKI adalah
Dipanegara, Kyai Madja, dan Sentot dari Perang Jawa. Ramalan-ramalan yang bersifat
mesianitis mengenai Ratu Adil juga dimanfaatkan sebagai daya tarik PKI.

Kapitalisme digambarkan dengan eksploitasi yang serakah, khususnya eksploitasi atas Indonesia
oleh Belanda; sedang perjuangan kelas sebagai perjuangan manusia Indonesia yang disamakan
dengan kaum proletar, melawan penguasa Barat. Revolusi sering disamakan dengan datangnya
Ratu Adil, seorang raja yang adil yang akan mendai sebuah era baru, era Komunimse, yang
digambarkan sebagai kemerdekaan dalam artian paling luas. Di bawah komunisme tidak akan
ada kemiskinan. Orang akan bekerja dan mengerjakan tugas yang mereka sukai, tidak akan ada
majikan, pembantu dan pencarian laba. Pemerintah adil yang akan dimulai oleh Ratu Adil adalah
Komunisme yang akan menyebar ke seluruh dunia .
10
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Penerimaan disiplin partai dalam Kongres Oktober 1921 mengakhiri adanya blok di dalam CSI
tapi tidak dalam Sarekat Islam secara keseluruhan Kontradiksi yang jelas terlihat ini muncul
karena perkumpulan tersebut dilarang berorganisasi berdasarkan basis terpusat, hanya
memungkin fungsi koordinasi pada CSI. Dewan Pusat hanya dapat mengeluarkan rekan-
rekannya sendiri ; hak untuk menentukan siapa yang boleh dan tidak boleh bergabung dengan
Sarekat Islam dipegang oleh pengurus di tingkat lokal. Satu usulan untuk mengubah Sarekat
Islam menjadi partai yang dikontrol secara sentral disampaikan dalam Kongres Oktober 1921
tersebut, tapi tidak ada langkah apa pun yang dilakukan pada saat itu; akibatnya keputusan
disiplin partai hanya diterapkan pada para anggota CSI dan mereka yang mewakili cabang-
cabang Sarekat Islam dari daerah-daerah di bawah CSI.

Anggota PKI kini dikeluarkan dari CSI, tetapi pertikaian tetap harus diselesaikan di setiap
cabang SI. Sebagai akibatnya SI terpecah dalam cabang “SI Merah” dan “SI Putih”. Semaun
meninggalkan Indonesia menuju ke Uni Soviet, sedangkan Tjokroaminoto kini dipenjarakan.
Dengan tidak adanya kedua tokoh ini, Tan Malaka melakukan beberapa usaha untuk
memulihkankan kerjasama PKI-SI namun sia-sia saja. Pada tahun 1922 meletus pemogokan
besar-besaran pertama di dalam serikat buruh pengadian yang dipim[pin Abdul Muis dari CSI.
PKI merasa wajib menyatakan dukungannya. Pemogokan tersebut dapat dipatahkan oleh
pemerintah hanya dengan memecat para pegawai yang mogok, sedangkan Abdul Muis dan Tan
Malaka, kedua-duanya disasingkan.

Pada bulan Mei 1922 Semaun berhasil memasuki kancah yang nyata-nyata merupakan
malapetaka. Dia segera berusaha untuk mendirikan kembali serikat-serikat sekerja PKI serta
menegakkan kembali pengaruh PKI pada cabang-cabang dan sekolah-sekolah SI. Tjokroaminoto
dibebaskan dari penjara pada bulan Mei 1922, dia bertekad melepaskan diri selama-lamanya dari
PKI. Dalam Kongres SI pada bulan Februari 1923 dia mendirikan Partai Sarekat Islam yang
memiliki disiplin partai dan bertekad untuk mendirikan cabang partai ini di mana saja yang ada
cabang “SI Merah.” Cabang-cabang “SI Merah” kini diberi nama baru Sarekat Rakyat. dan
pertikaian dilanjutkan dengan sengit lagi. Ketika CSI kian menjauhkan diri dari setiap aksi
politik yang penting, maka PKI mulai melancarkan kampanyenya yang terakhir untuk

11
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

mengambil alih kepemimpinan atas pergerakan rakyat yang nyaris padam. Kini kancah utama
perjuangan berada di tangan apa yang tersisa dari cabang-cabang SI pedesaan yang seperti biasa
sukar dikendalikan .

Tekanan terbesar datang dari serikat-serikat buruh. Karena depresi, negara maupun perusahaan-
perusahaan swasta menurunkan upah dan memberhentikan kaum pekerja. Para pekerja kereta
api, yang serikat buruhnya, VSTP merupakan andalan kaum Komunis mendesak dilancarkan
pemogokan terhadap rencana-rencana untuk mengurangi upah bagi para pekerja yang paling
rendah bayarannya. Para pemimpin serikat buruh itu dan partai ragu-ragu sebab mereka tahu
pemerintah akan menggunakan suatu pemogokan sebagai alasan untuk menghancurkan gerakan
buruh. Tetapi kaum pekerja telah putus asa dan dan menuntut dilancarkannya aksi, dan para
pemimpin mereka akhirnya mengalah.

Walaupun pemogokan itu gagal dan banyak pemimpin kiri ditangkap atau diasingkan, Partai
Komunis bertambah kuat selama tahun berikutnya – tahun 1924 – dan mulai menyebarkan
pengaruhnya secara cukup berarti ke luar lingkungan kaum proletar kota dan ke luar Jawa.
Akibat dari tindakan keras pemerintah, ditambah lagi dengan penderitaan yang disebabkan oleh
depresi , membuat orang lebih banyak marah daripada patah semangat, dan mereka datang
mengajukan protes kepada PKI. Yang mereka harapkan dari kaum Komunis ialah aksi
revolusioner; menurut mereka hanya penggulingan pemerintah Belanda yang akan dapat
membawa penyelesaian yang sesungguhnya, dan mereka tidak mau lagi mendengarkan
argumentasi tentang perlunya persiapan sang sabar.

Pada waktu yang bersamaan, PKI telah kehilangan sebagian besar dari para pemimpinnya yang
lebih berpengalaman dan moderat, sehingga gerakan itu semakin jatuh ke tangan mereka yang
berkepala panas yang keinginannya melancarkan suatu revolusi jauh melebihi kemampuan
melaksanakannya Pada akhir tahun 1924 partai tersebut mengambil suatu putusan dalam prinsip
untuk mempersiapkan revolusi. Selama satu satu-setengah tahun berikutnya PKI semakin
dipengaruhi dorongan-dorongan anarkis, lebih suka menurutkan keinginan naluri untuk
memberontak daripada memperhitungkan realitas kekuasaan.

12
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Terdapat suatu unsur Muslim yang kuat dalam proses agitiasi ini : sebab walaupun ada pertikaian
antara para pemimpin PKI dan Sarekat Islam, pada waktu itu tidak begitu dirasakan
ketidaksesuaian antara Komunisme dan Islam. Pemimpin-pemimpin seperti Haji Misbach di
Jawa Tengah dan Haji Datuk Batuah di Sumatera Barat mencoba menggabungkan ajaran-ajaran
Islam dan Komunisme, dan ketika pemberontakan PKI pecah – dalam bulan November tahun
1926 di Banten dan di bulan Januari tahun 1927 di Minangkabau – kejadian ini adalah dua
daerah yang paling kuat Islamnya di Indonesia, di mana kaum tani, para pengrajin dan pedagang
serta para pemimpin agama dan juga kaum pekerja merasa bahwa mereka tidak sanggup lebih
lama lagi di bawah pemerintah kolonial.

Pemberontakan 1926/1927

Pemberontakan didahului dengan konfrensi Prambanan, yang digelar pada 25 Desember 1925,
yang dihadiri sekitar sebelas pemimpin utama partai. Mereka berpendapatan bahwa situasi telah
mencapai titik perlunya membuat rencana nyata untuk pemberontakan. Sardjono sebagai ketua
eksekutif PKI mengusulkan aksi dimulai dengan pemogokan dan memuncak pada kekerasan
senjata, dengan upaya menarik kaum tani dan prajurit ke dalam pemberontakan di pihak
komunis. Dalam Konferensi Prambanan telah diputuskan pemberontakan bersenjata pertama
akan terjadi di Padang, markas kelompok kuat komunis Sumatra Barat, setelah itu akan diperluas
di ke Jawa. Tujuannya untuk menarik kekuatan Belanda dari Jawa dan kemudian memberikan
dorongan utama pada pulau itu sebuah kesempatan yang lebih baik untuk sukses.

Mereka percaya akan mendapat dukungan dari Moskow, apapun taktik yang mereka pakai.
Dalam kenyataan, Moskow sangat menentang kebijakan yang akan menyia-nyiakan sumber daya
komunisme internasional dalam usaha-usaha revolusioner yang tidak bermanfaat. Lenin sering
mengatakan : “ usaha revolusi yang tidak terencana dengan baik lebih buruk daripada kejahatan,
ia adalah kesalahan.“ Moskow tahu benar bahwa pemberontakan lokal di Indonesia pada 1926
pasti akan gagal. Administrasi koloni berfungsi mulus dan tentara kolonial, termasuk serdadu

13
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Indonesia, setia. Tapi kalangan Komunis Indonesia tidak mau bergeser dari rencana mereka.
Peringatan Moskow dan agen tertingginya di Asia Tenggara, Tan Malaka, tidak digubris.

Pemberontakan berlangsung di Jawa Barat dan Sumatra Barat. Banten menjadi daerah
pemberontakan paling luas dengan karakter religius; mereka yang berpartisipasi di dalamnya
merasa diri terikat dalam sabillah (perang suci) dan menyiapkan diri untuk itu dengan ritual yang
layak. Seperti di daerah lainnya, mereka dipersenjatai sebagian besar dengan pisau dan
kelewang, hanya beberpa orang yang membawa senjata api. Pemberontakan di Silungkang
menyusul ; perlawanan lebih berat daripada di Jawa dan pemberontakan tampaknya dipersenjatai
dengan lebih baik. Meskipun demikian, perlawanan yang meletus semuanya berakhir dalam
waktu singkat. Seperti halnya di Jawa, seorang Eropa terbunuh.

Ketika semua kejadian ini berlangsung, Alimin dan Musso berangkat perlahan sekembalinya
mereka dari Moskow dan berbicara dengan pemimpin Komintern di sana mengenai keputusan
Prambanan ini, Ketika sampai di Shanghai, mereka mendengar tentang pemberontakan di Jawa.
Alimin dan Musso melanjutkan perjalanan ke Kanton. Kemudian pergi lewat Hongkong dan
Bangkok ke Singapura. Pada tanggal 18 Desember Musso dan Alimin ditangkap. Ketika itu
mereka membawa uang kontan sebesar 2.500, yang mereka nyatakan sebagai pemberian
simpatisan dari Filipina, tampaknya semua bantuan finansial dari Komunis Internasional.
Dengan ini petulangan yang dimulai oleh PKI pada Desember 1924 menuju akhir yang
memalukan.

Pemberontakan di Jawa Barat dengan mudah dihancurkan tentara Belanda, walaupun


sekelompok pemberontakan berhasil menduduki kantor telpon pusat Batavia selama beberapa
jam, Pecahnya pemberomtakan di Sumatra dan tidak dimulai sebelum pemberontakan di Jawa
berakhir. Pemerintah membalas dengan berbagai langkah keras. Represi oleh militer memang
keras dan kejam. Sejumlah besar orang komunis, dan orang lain yang dianggap komunis atau
terlibat dalam pemberontakan, ditangkap dan dibuang ke kamp di hulu sungai Digul di Papua.
Para tahanan terputus dari semua komunikasi dengan dunia luar. Jarak besar yang terhampar
antara kamp dan pantai, hutan lebat dan penduduknya yang suka mengayau menjadi pagar yang
lebih efektif daripada pagar berduri mana pun. Tidak ada yang berhasil kabur dari kamp itu.

14
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Namun ada beberapa ( yang paling dikenal di antaranya adalah Sardjono) yang bertahan secara
fisik dan ideologi untuk kemudian kembali ikut serta dalam gerakan setelah kejahtuhan rezim
Hindia Belanda.

Penutup

Pemberontakan itu lebih merupakan suatu tindakan putus-asa daripada suatu percobaan yang
dapat dianggap untuk merebut kekuasaan.” Kami menganggap adalah lebih baik mati berjuang
daripada mati tanpa berjuang ,” demikian dikatakan oleh salah seorang pemimpin PKI kemudian
kepada komunis internasional. Pemberontakan itu dengan mudah ditumpas oleh pemerintah, oleh
karena organisasi Komunis pada waktu itu tidak terkoordinasi dan hanya lokal sifatnya.

Namun demikian, ia merupakan bukti betapa meluas dan mendalamnya rasa tidak puas orang
Indonesia. Akan tetapi, pemerintah tidak menganggap bahwa peringatan itu dengan perubahan.
Malahan, sebagai pencerminan dari suasana reaksioner waktu itu, dilakukannya penindasan
secara besar-besaran. PKI hancur dalam proses tersebut; sebuah kamp konsentrasi diadakan di
sebuah daerah terpencil di Irian Barat, Boven Digul, dan banyak kaum pemberontak dan kader-
kader Komunis mengakhiri hidup mereka di sana.

Pemberontakan komunis di Jawa pada November 1926 dan di Sumatra Barat pada Januari 1927
menjadi titik yang menentukan dalam sejarah pergerakan. Dengan dibantainya PKI beserta masa
pengikutnya unsur yang paling aktif dan paling berkomitmen dalam pergerakan tersiingkir dari
arena politik. Pergerakan, yang lahir dengan bangkitnya SI di zaman kemajuan, mati secara
mengenaskan dalam usaha merebut kukuatan negara dan menciptakan dunia yang baru dan
bebas. Pemerintah Hindia dan aparaturnya secara ekstensif dan efektif selalu mengawasi dengan
sangat waspada dan siap setiap saat untuk menumpas setiap gerakan “subversif”. Di samping itu,
bayangan menakutkan tentang Boven Digul yang nun jauh di Irian Barat telah menghantui setiap
orang yang punya harapan akan datangnya pembebasan. Akibat dari semua itu, gerakan rakyat
baru tumbuh lagi di Indonesia sesudah Perang Dunia II.

15
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Walaupun gagal, gerakan Komunis di zaman kolonial memang meninggalkan pengaruh yang
dalam dalam kehidupan politik di Indonesia. Kita dapat menyaksikan hal ini dengan terus
kuatnya pengaruh konsep-konsep Marxis dan tujuan sosialisme, dalam cara pendekatan yang
lebih ditekankan untuk orang-orang biasa daripada golongan atas, dan peranan yang dini dari
organisasi buruh. Cukup banyak orang yang terkesan oleh ide-ide ini dan oleh perjuangan yang
bersemangat biarpun sia-sia dari partai itu melawan melawan pemerintahan kolonial untuk
mempengaruhi pada perkembangan partai-partai nasionalis setelah tahun 1927 dan
memungkinkan bangkitnya kembali Komunisme Indonesia pada tahun 1945.

Meskipun PKI tidak pernah menjadi sebuah partai besar pada masa kolonial, kedudukan partai
tersebut di dunia politik Indonesia telah melebihi ukurannya sebagai sebuah partai kecil pada
masa itu. Sejak dini PKI telah memberikan sumbangannya dalam aksi-aksi serta gagasan
menyusun gerakan kemerdekaan. Kontribusinya dalam perpolitikan Indonesia telah membuat
kita mengakui eksistensi partai ini sebagai partai politik terkemuka di Indonesia pada 1960-an.
Kendati PKI sekarang telah tiada, tetapi masalah sosial dasar yang diangkat PKI tidaklah hilang.
Terdapat sejumlah persoalan dewasa ini yang dihadapi seluruh bangsa bisa ditarik pelajaran dari
gagasan PKI di waktu lampau yang akan memainkan perannya, sadar atau tidak sadar dalam
membangun Indonesia ke depan.

16
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

17
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai