Anda di halaman 1dari 40

Bab 1

DASAR-DASAR PEMILIHAN
ZHINENG QIGONG

“ YIN SHUI SI YUAN (飲水思源)

- MINUM AIR, INGATSUMBERNYA ”

(Chinese Saying )

1.1. Filosofi dan Kearifan Tiongkok Kuno

Kebahagiaan, pada umumnya merupakan tujuan hidup ideal yang paling


mendasar bagi umat manusia di dunia. Salah satu syarat penunjang bagi
manusia untuk dapat menikmati kebahagiaan tersebut adalah kesehatan.
Jika seseorang sering sakit, maka yang lebih dirasakan ialah penyakitnya,
bukan kesehatan. Terutama kesehatan yang terkait dengan kesejahteraan
batin sebagai unsur utama kebahagiaannya. Namun demikian, perlu sekali
disadari bahwa dengan memprioritaskan kesehatan bukan berarti harus
dengan begitu saja mengabaikan kenyataan tentang adanya kesakitan atau
kondisi sakit. Karena sehat dan sakit itu pada hakikatnya seperti dua sisi
dari satu mata uang yang sama. Orang akan lebih menghargai makna
sehat jika pernah menderita sakit.

Kesadaran manusia tentang adanya hubungan kausal antara sehat dan


sakit tersebut, pada prinsipnya dapat diasosiasikan dan konotasikan
dengan filosofi dan kearifan Tiongkok Kuno tentang konsep ‘Taiji’ (tàijí, 太
極/太极), yang oleh bangsa Barat disebut great ultimate, supreme ultimate,
supreme grand ultimate). Secara singkat dan harfiah, Taiji dapat diartikan
sebagai sesuatu yang terakhir yang maha besar dan agung. Yakni, sesuatu
konsep filosofis tentang kosmologi yang esensinya mengajarkan bahwa
alam semesta yang meliputi alam dan manusia itu pada hakikatnya
merupakan satu kesatuan tempat kehidupan yang maha luas tanpa batas
akhir, yang harus dijaga, dipelihara, dan dicintai bersama tanpa pamrih!.

Itulah salah satu kearifan Timur, yang sudah ada sejak ribuan tahun SM,
dan hingga kini masih relevan dan menjadi dasar kearifan hidup di banyak
bidang kehidupan manusia termasuk bidang kesehatan. Dalam konteks ini,

8
perlu disadari bahwa filosofi dan kearifan Tiongkok Kuno yang
dikemukakan di sini hanyalah yang terpenting karena mendasar dan alami.
Namun entah mengapa maka nilai hikmah kebijaksanaan ini seakan
menghilang bersama embusan angin, dan dilupakan serta diabaikan begitu
saja. Lalu, setelah sampai batas tertentu, ketika ilmu pengetahuan mutakhir
dunia Barat -- setelah melewati masa pencerahan di abad 18 yang disebut
Renaissance atau Aufklarung dan memasuki era globalisasi atau masa
Information Technology di abad 21 yang dianggap modern -- mengalami
kebuntuan dalam memecahkan problema tertentu, barulah kebenaran
alami yang hakiki dicari kembali dari dunia Timur yang dianggap kuno.

Dunia Timur, disamping dikonotasikan sebagai kuno, juga dianggap pula


sebagai tidak ilmiah, semata karena ‘pada umumnya’ … tidak kasatmata,
tidak kuantitatif, tidak terukur, tidak tertimbang, sehingga dipersepsikan
tidak bermanfaat untuk dihidupkan kembali. Disini dengan sengaja disebut
‘pada umumnya’, karena dalam realitanya, hasil pengolahan ala TCM
(Traditional Chinese Medicine) dalam pengobatan / penyembuhan suatu
penyakit dilakukan berdasarkan pola pikir dan prosedur yang berbeda. Jadi,
jika input dan process-nya berbeda maka output pengolahan TCM itu juga
jelas berbeda!.

Dengan mulai diacukannya TCM itu, hal ini dapat diibaratkan sebagai kisah
tentang kembalinya anak yang hilang. Sehingga, mau tidak mau atau suka
tidak suka, perlu dengan sabar dan secara bertahap dipahami kembali
ajaran berdasarkan filosofi dan kearifan Tiongkok kuno tentang konsep
‘Kesatuan’ (得一) dan konsep ‘Taiji’ /’Yin-Yang’ (yīnyáng, 陰陽 / 阴阳).

Disini, ajaran ini hanya akan dikemukakan secara singkat, beberapa hal
pokok yang berkaitan dengan objek, konsepsi, dan simbolisasinya, sebagai
berikut:
• konsep ‘Kesatuan’ (oneness, unity),

Baik ditinjau dari sudut ‘alam + manusia’ secara integral, terdiri


dari :
(1) alam semesta, yang (dalam Ilmu Falak / Kosmologi) tergolong
macro cosmic, dan
(2) manusia, yang tergolong micro cosmic;

Maupun ditinjau dari sudut ‘manusia’ yang berdiri sendiri secara


individual atau parsial, terdiri dari :
(1) tubuh (body),
(2) pikiran (mind),
(3) perasaan (emotion), dan
(4) jiwa (soul)
yang semuanya terdapat di dalam diri manusia; dan

• konsep keseimbangan dan keselarasan yang disebut ‘Yin-Yang’,


yang merupakan dua polaritas (liangyi), yang pada hakikatnya
merupakan dua aspek dari satu konsep ‘Kesatuan’.

9
Konsep ‘Kesatuan’ yang filosofis dan sistematis tentang alam dan manusia
tersebut, secara ilmiah memang dapat dibedakan, namun secara hakiki
merupakan satu kesatuan yang sempurna. Konep ‘Yin-Yang’ ajaran Dao
ini sumbernya adalah kitab klasik Tiongkok yang paling kuno. Yakni, Kitab
Perubahan (‘Yi-Jing’ / ‘I-Ching’, atau orang Barat menyebutnya Book of
Changes / Classic of Changes) yang telah ada ribuan tahun yang lalu.
Konon, secara legendaris, konsep dan simbol ini berasal dari seorang
Kaisar Agung bernama Fu Xi (2953-2838 SM). Fu Xi inilah yang
mengajarkan tentang hakikat perubahan, baik tentang perubahan
Fenomena Alam Semesta maupun tentang perubahan corak Kehidupan
Manusia.
‘Yin’ dilambangkan sebagai gelap, dingin, negatif, pasif, sedih, feminin,
dan sebagainya. Sebaliknya, ‘Yang’ diasosiasikan dengan terang, panas,
positif, aktif, gembira, maskulin, dan sebagainya. ‘Yin-Yang’ ini digambar
dalam bentuk lingkaran yang dibagi menjadi dua bagian (seperti bentuk
dua ekor ikan), masing-masing dengan warna hitam dan putih (seperti
mata ikan masing-masing), dimana dalam warna hitam ada titik / lingkaran
kecil berwarna putih, dan sebaliknya, dalam warna putih ada titik /
lingkaran kecil berwarna hitam. Adanya dua titik / lingkaran kecil ini
menunjukkan adanya faktor ketidaksempurnaan, baik pada alam maupun
pada manusia.

Sehubungan dengan filosofi Tiongkok Kuno tentang kondep ‘Kesatuan’


dari sesuatu yang maha besar yang disebut ‘Taiji’, yang pada hakikatnya
mempresentasikan konsep ‘Dao/Tao’ (道) dan konsep ‘Wu Ji’ (勿吉, void,
kekosongan, kehampaan) yang bersifat mutlak dan tak terbatas.
Sedangkan konsep ‘Yin-Yang’ hanyalah aspek dari konsep Taiji. Konsep
Yin-Yang ini dalam praktek juga dikaitkan dengan konsep ‘Wu Xing’ (五行)
tentang asal-usul segala sesuatu.

Dan, pada gilirannya konsep ‘Wu Xing’ ini pun juga berkaitan dengan dua
konsep lainnya, yakni :
- konsep ‘Wu Wei’ (wúwéi, 無 為 / 无 为 ) -- yang berfokus pada faktor
“pembiaran” (segala sesuatu yang berkaitan dengan gejala alam /
perilaku manusia untuk berproses menurut jalannya sendiri) atau “do
less achieve more”. Dalam hal ini, sesungguhnya, dasarnya yang lebih
mendalam, adalah filosofi Lao Zi tentang konsep ‘Dao/Tao’. Dalam
Daoisme (berdasarkan ilmu Kosmologi) segala sesuatu di alam raya itu
sudah ada yang mengatur dengan baik dan sempurna, yang olehnya
disebut Dao/Tao. Misalnya, bagaiman mekanisme kerja dala hubungan
antara matahari dan bulan, siang dan malam, atau hubungan antara
matahari dan timbuh2an, dan sebagainya. Jadi, pada hakikatnya,
manusia tak perlu lagi mencampurinya; dan

- konsep ‘Wu Chang’ (wuchang, 無常 / 无常) -- yang berfokus pada faktor


kebajikan ajaran Confucius yang dikembangkan oleh pengikutnya yakni
Meng Zi tentang konsep ‘lima kebajikan’ ( 德 / de / virtue) yang terdiri
dari :

10
1. (ai 愛, ren 仁) = kasih, empati;
2. (yi 宜, yi 義) = kesopanan, keadilan;
3. (li 理, li 禮) = ketertiban, tatacara;
4. (tong 通, zhi 智) = pengertian, kearifan;
5. (shou 守, xin 信) = pemeliharaan, kepercayaan;

Namun, mengingat relevansinya, konsep ‘Wu Wei’ dan konsep ‘Wu Chang’
dengan sadar tidak akan penulis bahas lebih lanjut. Lagi pula agar tak
terkesan bahwa isi buku ini terlalu jauh menyimpang dari tema / topik
tentang Zhineng Qigong. Dalam konteks ini, perlu ditegaskan bahwa :

*konsep ‘Yin-Yang’, pada hakikatnya mengejawantahan empat


karakteristik alam dan manusia, yakni adanya :
(1) faktor keseimbangan, yang harus selalu ada antara dua sifat yang
saling bertentangan namun saling membutuhkan, misalnya di bidang
kesehatan (agar orang tidak sakit dan tetap sehat) antara lain adanya
keseimbangan antara kegiatan kerja vs istirahat, kondisi tubuh vs
kondisi pikiran; dan di bidang usaha bisnis (agar kelancaran usaha
tetap stabil dan rendabel) antara lain adanya keseimbangan antara
harga produk vs mutu produk, penerimaan hutang vs pelunasan
hutang;
(2) faktor dualisme, bahwa dalam kehidupan senantiasa ada dua prinsip
yang saling bertentangan yang harus dijaga agar tidak timbul
dampak negatifnya, antara lain akibat adanya kebaikan vs kejahatan,
kejujuran vs keculasan;
(3) faktor perubahan yang abadi, yang harus senatiasa diantisipasi dan
dilakukan penyesuaian agar tidak berpengaruh negatif akibat adanya
transformasi yang terus menerus, misalnya di bidang teknologi
antara lain kuno vs modern; dan di bidang perdagangan antara lain
pasar ramai vs pasar sepi; serta di bidang pertanian antara lain
musim penen raya vs musim peceklik;
(4) faktor ketidaksempurnaan / relativitas, bahwa di dunia tidak ada
yang serba sempurna, misalnya di bidang kepandaian antara lain
adanya orang pandai vs orang yang lebih pandai; dan di bidang
restoran antara lain adanya masakan enak vs masakan yang lebih
enak; dan sebagainya, sehingga ada peribahasa yang mengatakan
“diatas langit masih ada langit yang lain”.
(5) faktor keterkaitan, bahwa konsep ‘Yin-Yang’, dalam prakteknya
bukan saja berhubungan dengan konsep ‘Wu Xing’ (yang analisisnya
berfokus pada dimensi atau faktor unsur alam dan manusia), tapi
juga berhubungan dengan ilmu metafisika Tiongkok Kuno lainnya,
yakni ilmu Ba Zi (yang fokus analisisnya pada faktor waktu
perjalanan hidup alam dan manusia), dan ilmu Feng Shui (yang fokus
analisisnya pada faktor tempat atau arah mata angin dimana alam
dan manusia berada).

1.2. Logika Dasar, Konsep, dan Lambang Filosofi Tiongkok Kuno

11
Traditional Chinese Medicine (TCM) atau (中醫/中医/zhōngyī) adalah seni
pengobatan Tiongkok kuno yang telah ada sekitar 5000 tahun yang
lampau. Pada prinsipnya, TCM merupakan hasil sinergi dari beberapa
filosofi dan kearifan Tiongkok kuno yang terutama berdasarkan konsep
‘Yin-Yang’ dan ‘Wu Xing’.

Pada zaman sangat kuno tersebut tentu saja belum ada bentuk tulisan
dengan karakter seperti sekarang. Maka, masing-masing konsep Yin-Yang
dan Wu Xing itu dilengkapi dengan bentuk visualisasinya berupa gambar,
lambang, atau simbol.

Sehubungan dengan itulah maka butir 1.1. diatas, perlu dilengkapi dan
dipertajam dengan ditambahkan penjelasan tentang logika dasar, konsep,
bentuk, dan lambang Yin-Yang (yang merupakan lambang Taiji), dan Wu
Xing, sebagai berikut :

(a) Prinsip dan konsep Yin-Yang

Pada prinsipnya, dalam filosofi dan kearifan Tiongkok kuno dipercaya


bahwa segala sesuatu di alam raya mengandung dua unsur yaitu unsur
Yin dan unsur Yang. Keduanya terus-menerus bergerak dan tetap
mengalami perubahan, namun senantiasa berada dalam posisi yang
seimbang dan selaras, yang dilambangkan dalam bentuk Gambar 2
tentang ‘Taiji’ / ‘Yin-Yang’.

Secara konseptual, lambang tersebut mempresentasikan tiga


pengertian, yakni adanya:
* perlawanan yang seimbang dinamis (dynamic balance of opposites),
* perkembangan peristiwa-peristiwa (evolution of events), dan
* perubahan tak terhindarkan yang harus diterima (acceptance of the
inevitability of change).

Sedangkan lambang itu sendiri merupakan hasil perkembangan dari


konsep ‘Wuji‘ yang wujudnya seperti tampak pada Gambar 1.
Lingkaran kosong ini melambangkan asal muasal segala sesuatu di
alam semesta yang wujudnya dipercaya sebagai suatu kegelapan atau
keheningan. Dengan situasi dan kondisi ini maka tidak diketahui yang
mana titik ujungnya dan yang mana titik pangkalnya. Kekosongan yang
hampa ini melambangkan pula keadaan alam semesta yang pada
awalnya belum ada isinya. Secara konseptual, hal ini juga
diejawantahkan sebagai sesuatu yang tak terjangkau oleh daya pikir
manusia, yang tidak tahu secara pasti seperti apa sesungguhnya alam
semesta itu.

Dan, secara filosofis, kekosongan itu juga melambangkan tidak adanya


ego, dan tidak adanya pertentangan. Dengan demikian, secara politis,
kekosongan itu dapat pula dianggap melambangkan tidak adanya
bentuk-bentuk perilaku negatif seperti egoisme, egosentrisme,

12
sektarianisme, etnosentrisme, nepotisme, diskriminasi rasial, dan
dikotomi antagonistik ‘aku dan kamu’ atau ‘aku dan bukan aku’. Maka,
secara otomatis akan ada perdamaian di dunia manusia!.

Disamping gambar ‘Wuji’, sebenarnya masih ada dua gambar lingkaran


yang lain. Yakni, yang satu berupa lingkaran dengan sebuah titik hitam
ditengah, sedangkan yang satunya lagi berupa lingkaran yang terbagi
seimbang antara warna putih (terang) dan warna hitam (gelap). Kedua
keduanya ini melambangkan mulai adanya ego dan pertentangan,
sehingga perdamaian di alam semesta mulai terganggu.

Namun, dalam konteks ini, dirasa cukup dijelaskan dengan Gambar 1


dan Gambar 2 dibawah ini :

Gambar 1: WUJI

Gambar 2: TAIJI, YIN-YANG *

(a.1.) Gambar 1, berupa lingkaran kosong, yang melambangkan


kehampaan, tempat asal mula terjadinya segala sesuatu, yang
kemudian berubah menjadi Gambar 2;

(a.2.) Gambar 2, berupa lingkaran yang terbagi dalam dua unsur / ikan
yang selalu bergerak dalam keseimbangan dan keselarasan
antara unsur / ikan warna putih disebut ‘Yang’, dan unsur / ikan
hitam disebut ‘Yin’. Secara harfiah, Yin berarti bulan, lambang
malam / dingin / mati / negatif, dsb. dan Yang berarti matahari,
lambang siang / panas / hidup / positif, dsb.. Namun, keduanya
merupakan satu kesatuan yang selaras maka disebut “dualisme
dalam keharmonian”;

Jadi, konsep negatif atau positif tersebut seyogianya tidak


dikonotasikan sebagai buruk atau baik. Karena, sesuai dengan
konsep dalam buku tentang perubahan (‘Yi-Jing’ / ‘I-Ching’),
keduanya merupakan unsur alam semesta yang terus-menerus
berubah, disebabkan adanya interaksi antara dua kekuatan

13
negatif (Yin) dan positif (Yang) yang berlawanan, namun saling
melengkapi. Itulah sebabnya maka tidak ada hal atau peristiwa
yang murni positif atau negatif. Karena, di dalam yang negatif
terdapat unsur positif, dan sebaliknya di dalam positif juga
terdapat unsur negatif. Analognya, dalam tubuh pria terdapat
unsur wanita berasal dari ibunya, dan sebaliknya di dalam tubuh
wanita juga terdapat unsur pria berasal dari ayahnya. Kedua
unsur ini saling bergantung dan saling membutuhkan, sehingga
selalu terdapat adanya keseimbangan yang harmonis.

(a.3.) Yin dan Yang melambangkan sifat atau watak unsur alam
semesta yang saling bertolak belakang atau saling menjauhi,
namun merupakan pasangan yang saling membutuhkan atau
saling melengkapi. Hubungan ini tidak bersifat realistis,
melainkan metaforis. Misalnya:

- Matahari (terang / panas / membakar) vs Bulan (redup / dingin


memadamkan);
- Positif (baik / mulia / meguntungkan) vs Negatif (buruk / jahat /
merugikan);
- Pria (suami /kuat / kasar / kaku) vs Wanita (isteri / lemah /
halus / gemulai);
- Tubuh / Jasmani ( tampak) vs Pikiran-Perasaan-Jiwa / Rohani
(tak tampak);
- dan sebagainya.

(a.4.) Dalam ikan putih terdapat titik / mata hitam, dan dalam ikan hitam
terdapat titik / mata putih; hal ini melambangkan bahwa segala
sesuatu di ala semesta tidak ada yang sempurna; dan

(a.5.) Dalam Yin-Yang terdapat empat prinsip saling berhubungan dan


saling berinteraksi, yakni:

* segala sesuatu lahir dari dan karenanya mengandung dua jenis


energi, yakni energi Yin dan energi Yang;

* Yin-Yang saling melengkapi dan merupakan satu kesatuan;

* Yin-Yang saling berubah, dimana sampai batas ekstrem,Yin


akan berubah menjadi Yang, dan sebaliknya sampai batas
ekstrem yang lain, Yang akan berubah menjadi Yin; dan

* Yin-Yang terus berinteraksi dan mencitakan perubahan, artinya


jika Yin atau Yang terlalu berlebihan akan membawa
perubahan dan menciptakan ketidakseimbangan dan konflik.
Dan, dalam konteks kesehatan, dalam kondisi inilah timbulnya
penyakit, gangguan kesehatan, atau kematian (apabila energi
Yin danYang hilang).

14
Hubungan interaktif terus-menerus yang menyebabkan adanya
perubahan dinamis yang merupakan suatu siklus yang tak
berujung pangkal (visious circle) tersebut, secara psikologis juga
berpotensi menimbulkan adanya sifat ego dan pertentangan
antar manusia, disamping menimbulkan kondisi sehat, sakit, dan
mati tersebut.

(b) Prinsip dan konsep Wu Xing

Apabila dalam filosofi Barat, disamping adanya manusia dan hewan,


juga dinyatakan bahwa alam semesta pun memiliki tumbuh-tumbuhan,
meneral, dan empat elemen dasar, yakni tanah, air, udara, dan api.
Hali ini berbeda dengan filosofi Tiongkok Kuno, yang beranggapan
pada prinsipnya segala sesuatu yang ada di alam raya dipengaruhi oleh
lima unsur alam, yang disebut ‘WǓXÍNG’ (WX). Berdasarkan konsep
WX inilah Traditional Chinese Medice (TCM) antara lain menjelaskan
hasil diagnosanya tentang gejala fisiologis dan patologis suatu penyakit
seorang pasien.

Dan, konsep WX tersebut ternyata juga digunakan di banyak bidang


antara lain bidang peramalan ala Fengshui, dan bidang olah raga
beladiri ala silat (martial art) khas Tiongkok misalnya Taijiquan, Wushu,
Qigong, Taiji Qigong, disamping bidang kesehatan ala TCM, dan
sebagainya. Bahkan, dalam bidang ilmu dan seni politik dan sosial,
seperti strategi dan taktik perang dan manajemen bisnis, konsep ini pun
dipraktekkan.

Menurut Ando Lu laoshi,

fenomena alam, dalam filosofi dan kearifan Tiongkok


‘tradisional’ atau ‘kuno’, dapat diklasifikasikan dalam ‘Lima Unsur’ atau
‘Lima Elemen’ yang disebut ‘WǓXÍNG’ ( 五 行 ). Secara sistematis dan
metodis, kelima elemen ini disusun berurutan meliputi kayu (= MÙ, 木 ),
api (= HUǑ, 火), tanah (= TǓ, 土), logam (= JĪN, 金), air (= SHUǏ, 水).
Secara teoretis, WǓXÍNG dianggap sebagai salah satu prinsip utama
yang dapat diterapkan dalam banyak bidang, antara lain bidang
peramalan (Fengshui), bidang pengobatan (umum dikenal sebagai
TCM / Traditional Chinese Medicine), bidang strategi dan taktik perang
ala Sunzi, bidang beladiri (silat), dan bidang karakter / siklus kehidupan
(life cycle) manusia.
Siklus kehidupan tersebut dibagi dalam lima tahapan atau masa, yakni:
(1) MASA KANAK-KANAK, berelemen KAYU sebagai simbol yang
melambangkan watak PERTUMBUHAN. Yakni budi pekerti, tabiat
atau sifat batin yang berpengaruh atas pertumbuhan atau

15
perkembangan fisik, pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang.
Misalnya, dari aspek fisik, seorang anak yang tubuhnya tidak tumbuh
dia pasti tidak normal atau dalam kondisi sakit;
(2) MASA REMAJA, berelemen API sebagai simbol SEMANGAT.
Seorang remaja yang tidak mempunai tekad dan keberanian
misalnya belajar keluar negeri untuk menuntut ilmu, berdemo bila
ada kebijakan pemerintah yang tidak beres, atau juga ‘berani’
mencari pasangan hidup, pada umumnya dianggap kurang normal
atau penakut;
(3) MASA DEWASA, berelemen TANAH sebagai simbol
KETENANGAN. Seseorang yang berusia 30 keatas pada umumnya
bersikap tenang. Sebaliknya, apabila di usia ini masih ‘terlalu
bersemangat’ dapat dikatakan ‘belum dewasa’, yang berarti
perkembangan siklus kehidupannya terlambat. Di masa ini hidup
manusia pada umumnya sudah mantap dan tenang menekuni
bidang profesinya. Dia bekerja untuk sukses dalam penghasilan,
posisi, kekuasaan, dan kekayaan;
(4) MASA PASCA DEWASA, berelemen LOGAM atau EMAS sebagai
simbol KEMAKMURAN dan KENIKMATAN. Seseorang yang berusia
50 tahun keatas dapat dianggap sebagai memasuki usia emas. Dan,
dia memanen dan menikmati hasil kerja di masa muda (masa
remaja dan masa dewasa) nya. Tetapi, sebaliknya, logam juga
berpotensi menimbulkan KARAT atau ANCAMAN, dimana berbagai
macam penyakit bisa tiba-tiba muncul dan menimbulkan
penderitaan! Maka, pada masa ini adalah saat manusia terutama
harus memperhatikan KESEHATAN-nya. Bila dapat lolos dari semua
amcaman itu, manusia masuk ke…
(5) MASA TUA, yang berelemen AIR sebagai simbol KEBIJAKSANAAN.
Air pada hakikatnya selalu mengalir dengan adil ketempat-tempat
yang lebih rendah. Di masa ini, manusia diharapkan suka berbagi
dengan ber-AMAL dan banyak melakukan KERJA SOSIAL dengan
MELAYANI sesama.
***
Dan, sebagai catatan, bagi mereka yang tertarik dengan tahapan
masa siklus kehidupan tersebut ada sebuah buku karya seorang
rohaniwan Katolik,

Dr. Paul Suparno, SJ. berjudul Seksualitas


1
Kaum Berjubah. Dimana untuk zaman ‘modern’ ini pentahapan
masa tersebut lebih dirinci lebih lanjut. Sehingga dalam garis
besarnya meliputi (I) MASA KANAK-KANAK, yang dibagi lagi
menurut usia, yakni umur lahir sampai 7 tahun, umur sekitar 1,5
sampai 5 tahun, dan umur taman kanak-kanak sampai pubertas; (II)

16
MASA REMAJA, yang dibagi lagi, yakni umur 8-12 tahun, dan umur
13-19 tahun; (III) MASA DEWASA (MD), yang dibagi lagi, yakni MD
Awal (20-40 tahun), MD Tengah (40-60 tahun), dan MD Lanjut (60
tahun keatas). Masing-masing masa tersebut juga ditandai dengan
ciri-ciri tertentu, yang tidak akan dibahas lebih lanjut disini.
1) Vide halaman 20-32

***
Itulah filosofi dan kearifan Tiongkok kuno untuk direnungkan
kebenarannya, dan diambil sebanyak mungkin hikmahnya !

Sebagaimana telah dikemukakan diatas, kelima unsur alam tersebut


meliputi:

(1) kayu.................(木, MÙ, wood),


(2) api....................(火, HUǑ, fire),
(3) tanah................(土, TǓ, earth),
(4) emas / logam...(金, JĪN, gold / mineral), dan
(5) air.....................(水, SHUǏ, 水, water);

yang secara visual digambarkan dalam bentuk logo seperti yang tampak
dalam Gambar 3 dibawah ini :

Gambar 3: WU XING

Tentu saja kelima unsur alam tersebut juga hanya bersifat metaforis. Yakni,
yang menggambarkan adanya kondisi saling berhubungan, yang
menunjukkan adanya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Oleh
karena itu maka disamping untuk bidang kesehatan, paradigma ini juga
dapat diberlakukan untuk sejumlah bidang yang lain, misalnya di bidang
peramalan dalam Fengshui, bidang strategi kemiliteran, bidang poilitik
pemerintahan, bidang kebijakan ekonomi, dan sebagainya.

Namun, dalam konteks ini, secara khusus diberlakukan dalam bidang


pengobatan / penyembuhan penyakit, dimana masing-masing unsur alam

17
tersebut dilambangkan sebagai lima organ vital utama tubuh manusia
yakni :

- Hati  unsur kayu,


- Jantung  unsur api,
- Limpa  unsur tanah,
- Paru-Paru  unsur logam, dan
- Ginjal  unsur air.

Kelima organ vital utama manusia yang tergolong ‘Fu’ dengan energi ‘Yin’
tersebut saling berhubungan, atau saling berinteraksi dan saling
mempengaruhi, dalam bentuk :

• siklus saling mendukung / menumbuhkan ( 生 , Sheng)  xiang


sheng, dan
• siklus saling mengendalikan / menghalangi (克, Ke)  xiang ke,

apabila pada salah satu atau kombinasi unsur organ Fu / Yin tersebut
terjadi pertentangan karena tidak adanya keseimbangan yang harmonis
maka akan terjadi gangguan kesehatan yang bentuknya berupa
menderita penyakit. Misalnya :

• Hati (kayu) mendukung Jantung  Jantung (api) mendukung


Limpa  Limpa (tanah) mendukung Paru-paru  Paru-Paru
(logam) mendukung Ginjal  Ginjal (air) mendukung Hati (kayu)
 .dst.
• Hati (kayu) menghalangi Limpa  Limpa (tanah) menghalangi
Ginjal  Ginjal (air) menghalangi Jantung  Jantung (api)
menghalangi Paru-paru  Paru-Paru (logam) menghalangi Hati
(kayu)  dst.

Simbol ‘Wu Xing’ itu menggambarkan adanya saling berhubungan,


dalam bentuk saling berinteraksi dan saling mempengaruhi (yang
ditunjukkan oleh panah luar dan panah dalam) antar unsur:

(b.1.) Untuk mempelajari konsep atau paradigma tentang ‘Wu Xing’


berupa lima unsur alam yang berpengaruh pada “”, yakni :

- unsur kayu (mu, 木, wood)…………. Hati (warna hijau),


- unsur api (huo, 火, fire)……………... Jantung (warna
merah),
- unsur tanah (tu, 土, earth)………….. Limpa (warna kuning),
- unsur emas/logam (jin, 金/mineral)  Paru-Paru (warna
putih),
- unsur air (shui, 水, water)…………... Ginjal (warna hitam).

tentunya harus mengetahui dan mengerti adanya konsep xiang


sheng, dan konsep xiang ke tersebut;

18
(b.2.) Dalam beberapa literatur, konsep ‘Wu Xing’ juga banyak
disinggung dalam ajaran Dao (Tao) tentang konsep ‘Kesatuan’
dan konsep ‘Yin–Yang’. Disini pun diperperlukan adanya
pengetahuan dan pengertian tentang sifat hubungan antar unsur
yang:

* saling mendukung / melancarkan / menghidupkan  siklus


menumbuhkan (disebut xiang sheng); dan
* saling menghalangi / menaklukkan / mematikan  siklus
mengendalikan (disebut xiang ke); dimana

** Siklus hubungan xiang sheng (tergambar dalam panah-panah


di luar), yakni : unsur kayu  (menghidupkan / saling
mendukung unsur api  unsur tanah unsur emas  unsur
air dst.; dan
** Siklus hubungan xiang ke (tergambar dalam panah-panah di
dalam), yakni unsur air  (mematikan / saling menghalangi )
unsur api  unsur emas  unsur kayu  unsur tanah 
unsur air  dst.

Untuk lebih jelasnya, siklus pembuatan dan siklus pengendalian pada


unsur alam tersebut, secara visualisasi dapat digambarkan sebagai
berikut :

Siklus Saling Mendukung (xiang sheng) :

• Kayu mendukung Api  Kayu dibakar menghasilkan Api;


• Api mendukung Tanah  Api membakar benda jadi abu /Tanah;
• Tanah mendukung Logam  Tanah mengandung Logam;
• Logam mendukung Air  Logam dapat menjadi cair / Air; dan
• Air mendukung Kayu  Air menumbuhkan Kayu;

yang digambarkan sebagai berikut:

19
Gambar 4: Siklus Saling Mendukung (Xiang Sheng)

Siklus Saling Menghalangi (xiang ke) :

• Kayu menghalangi Tanah  Kayu menyerap makanan dari Tanah;


• Tanah menghalangi Air  Tanah menyerap / membendung Air;
• Air menghalangi Api  Air memadamkan Api;
• Api menghalangi Logam  Api melelehkan Logam; dan
• Logam menghalangi Kayu  Logam (=gergaji) memotong Kayu;

yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5: Siklus Saling Menghalangi (Xiang Ke)

***

Bahkan, dalam buku berjudul Hidup Sehat Menurut Tao – Seni


Penyembuhan Cina Pa Chin Hsien karangan Chee Soo 1) ,

konsep Wu Xing atau Lima Unsur Alam


tersebut dengan tegas juga dihubungkan dengan konsep Lima
Organ Vital manusia, dan juga dengan konsep Yin-Yang. Hal ini
dapat disimak dalam kedua tabel “A” dan “B” berikut ini:

Tabel “A”

Unsur Organ Yang Organ Yin


kayu kandung empedu hati
api usus kecil Jantung
tanah lambung pankreas/limpa
logam/emas usus besar paru-paru
air kandung kemih ginjal

20
Tabel “B”

Kayu : Ch’ang ming


(makanan+minuman alami)
Api : Penyembuhan spiritua
Tanah : Terapi jamu
Logam : Akupunktur
Air : Termogenesis
1) Halaman 30-31

***

Semua proses yang diilustrasikan ini tentu saja sudah


disederhanakan dari proses sesungguhnya yang lebih kompleks.
Namun, bagaimanapun juga, hal ini cukup menggambarkan adanya
hubungan yang manunggal, antara alam semesta dan manusia, dan
antara unsur pokok pikiran dan tubuh manusia. Proses dan
hubungan tersebut cukup unik, apabila dibandingkan dengan
sistem-ilmu kedokteran dan teknik-prosedur pengobatan Barat.

Dalam ilmu kedokteran Barat, keberadaan manusia seakan-akan di


kavling-kavling alias dipisah-pisahkan. Tubuh dan jiwa manusia
seakan terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Maka, tidak
mengherankan apabila disamping adanya “dokter umum” juga (atas
dasar hasil masa studi “plus”) ada berbagai jenis spesialisasi profesi
dokter, misalnya:

* dokter internis, bagian tubuh yang umum”, yakni yang khusus


untuk pengobatan penyakit organ-organ “non-spesifik” tubuh
bagian dalam;
* dokter internis, bagian tubuh yang khusus”, yakni yang khusus
untuk pengobatan penyakit organ-organ “spesifik” tubuh bagian
dalam lainnya, seperti mata, paru-paru, ginjal, jantung, kulit &
kelamin, hati, saluran pencernaan, wanita, anak-anak, dsb.;
* dokter spesialis jiwa”, yakni yang khusus untuk pengobatan
penyakit spesifik (dan melulu) mental-otak manusia;
* dan sebagainya.

Pendekatan dan kemajuan ala ilmu pengetahuan kedokteran Barat


abad 21 yang dianggap modern ini, secara prinsip, tentu saja tidak
alami, dan bahkan menentang hukum alam. Secara ilmiah
(scientific), memang dapat saja dilakukan pembedaan melalui
metode atau teknik abstraksi. Namun, secara alami (natural), tidak
mungkin dipisah-pisahkan, karena (dalam konteks ini) diri atau
tubuh manusia itu memang merupakan satu kesatuan yang utuh.
Dengan memecah-mecah dalam spesialisasi yang terkotak-kotak itu
merupakan upaya yang mirip dengan perilaku seorang buta ketika

21
mendefinisikan apa itu gajah. Karena, bukankah dengan hanya
memegang bagian-bagian tertentu dari seekor gajah itu hanya akan
memberikan fakta yang jauh dari realitasnya?. Dan, dengan
demikian, bukankah cara tersebut malah akan semakin menjauhkan
upaya pencapaian suatu kebenaran yang hakiki?.

Dunia ilmu pengetahuan modern memang semakin berkembang,


dan memungkinkan seorang ilmuwan memperoleh pengetahuan dan
pemahaman yang semakin mendalam tentang suatu objek dengan
permasalahannya. Namun, bagaimanapun –dan pada saat yang
sama -- ilmu pengetahuan tersebut juga cenderung semakin
spesialistis / reduksionalistis, sehingga hanya akan melahirkan
seorang intelektual yang picik (blind) dan berat sebelah (one-sided).
Maklumlah, dunia ilmu pengetahuan yang kini sudah dipecah-
pecah dalam kotak-kotak spesialisasi yang semakin tak terbatas
tersebut, ternyata menjadi semakin jauh dari kearifan alam. Padahal,
penyembuhan seorang pasien pada hakikatnya harus bersifat alami
dan holistik!. Maka, tidaklah mengherankan apabila kini, seiring
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
juga terdengar nyaring adanya ungkapan-ungkapan back to basic
dan back to nature!.

***
Jadi, jika dibandingkan dengan ilmu dan seni pengobatan ala Barat yang
modern, justru keunikan ilmu dan seni pengobatan dan penyembuhan ala
Tiongkok Kuno itulah letak keunggulannya. Suatu keunggulan yang
bersumber pada penerapan filosofi dan kearifan yang lebih tepat. Yakni,
yang samasekali tidak berlawanan, melainkan justru bersinergi dengan
hukum alam semesta.

Dengan mengungkapkan fakta ini, tidak lalu dengan serta merta dan
dengan membabi buta penulis berpendapat bahwa adanya spesialisasi-
spesialisasi dalam ilmu kedokteran modern ala Barat itu tidak diperlukan.
Sebaliknya, secara teoretis, dan sampai batas tertentu juga harus diakui
adanya segi praktis yang penulis sangat menghargainya! Salah satu
contohnya adalah metode cangkok organ tubuh sesama manusia, yang
terbukti juga dapat lebih cepat menyelematkan jiwa manusia, sepanjang
dapat dilakukan dengan benar dan tepat. Memang, disini masih dapat
dipermasalahkan faktor kealamiahan atau naturalnya, terutama bagi
mereka yang berpandangan ekstrem. Apalagi bagi mereka yang masih
berpikiran serba mutlak, padahal segala sesuatu dibawah matahari serba
relatif adanya. Untuk memperkuat argumentasi ini, rasanya tidak ada
seorangpun yang akan menolak penemuan (penerangan) lampu (yang
tidak alami) yang dapat menggantikan adanya (penerangan) matahari
(yang alami) di waktu malam hari. Memang, mana ada kebenaran mutak,
kecuali Tuhan YME, sang Maha Pencipta.

Namun, dalam praktek pada umumnya pasti masih akan ada masalah.
Misalnya, apakah akan selalu ada sinergi dalam bentuk team-work dokter
yang senantiasa siap di tempat untuk dapat bekerjasama, dalam

22
penanganan penyakit seorang pasien, kecuali seorang pasien berduit tebal
atau pasien pejabat tinggi atau mantan pejabat tinggi? Adakah pasien rata-
rata yang mampu membayar biaya-biaya pengobatan dan perawatan bagi
team dokter? Adakah lembaga pemerintahan atau lembaga sosial yang
demikian manusiawinya, sehingga selalu standby dalam memberikan
bantuannya secara holistik dengan melibatkan team dokter?

Atas dasar permasalahan dan kenyataan itulah maka siapapun, apapun,


dan bagaimanapun posisinya, seyogianya ia tetap rendah hati dan dengan
tulus mau mengakui keterbatasan kemampuannya. Kepentingan jiwa
pasien seyogianya diatas kepentingan dokter medisnya! Bukankah ada
peribahasa yang mengatakan bahwa diatas matahari masih ada matahari
yang lain? Untuk semua permasalahan yang paradoksal dan delematis
itulah perlunya difahami dan dipedomani nilai kebenaran filosofi tentang
kearifan Tiongkok Kuno yang namanya ‘Yin-Yang’.

1.3. Dasar Filosofis Traditional Chinese Medicine

Traditional Chinese Medicine (TCM) tidak dapat dilepaskan dari filosofi


dan kearifan Tiongkok Kuno tentang pengintegrasian atau penyatuan
terutama dari tiga konsep dasar. Yakni, konsep ‘Yin-Yang’, konsep ‘Wu
Xing’, dan konsep ‘Kesatuan’. Gabungan ketiga konsep ini telah
melahirkan suatu teori yang sistematis dan metodis serta unik dalam
dunia pengobatan / penyembuhan ala Tiongkok Kuno. Di abad 21 ini, teori
ini semakin dikenal, diakui, dan dimanfaatkan secara luas di hampir
seluruh dunia.

Dalam filosofi Tiongkok Kuno, secara alami setiap ciptaan dikategorikan


dalam ‘Yin’ sebagai vital essence (intisari atau zat kehidupan) dan ‘Yang’
sebagai vital enegy (tenaga atau energi kehidupan). Dalam konteks TCM,
tubuh manusia juga dikategorikan dalam ‘Yin’ dan ‘Yang’, serta ‘Fu’ dan
‘Zang’, misalnya:

- tubuh bagian luar (Yang) vs tubuh bagian dalam (Yin);


- tubuh bagian atas (Yang) vs tubuh bagian bawah (Yin);
- tubuh bagian punggung (Yang) vs tubuh bagian dada + perut (Yin);
- 5 organ tubuh yang disebut ‘Zang’, yakni Hati, Jantung, Limpa, Paru-
Paru, dan Ginjal (Yang) vs 5 organ tubuh lainnya yang disebut ‘Fu’,
yakni Saluran Empedu, Usus Kecil, Perut, Usus Besar, dan Kandung
Kemih (Yin)

Atas dasar konsep adanya hubungan saling mendukung (xiang


sheng) dan saling menghalangi (xiang ke) antara Yin/Zang dan
Yang/Fu, yang berlangsung terus menerus tanpa diketahui ujung
pangkalnya (vicious circle) ini, maka hanya akan ada tiga
kemungkinan kondisi seseorang, yakni:

23
(1) Sehat (apabila ada keseimbangan antara Yang dan Yin);
(2) Sakit (apabila ada ketidakseimbangan antara Yang dan Yin); &
(3) Mati (apabila tidak ada / hilangnya Yang dan Yin dari tubuh
manusia).

Untuk lebih lengkap dan jelasnya, silakan simak kedua tabel dibawah ini,
yang penulis peroleh dari Bapak Handjojo, seorang pengarang buku
terkenal antara lain yang terbit tahun 2007 berjudul Mengenal Kitab I-
CHING :

Kedua tabel ini, masing-masing tentang Alam dan


tentang Tubuh Manusia, seyogianya dapat dijadikan satu tabel, namun
karena kesulitan teknis maka dipisahkan menjadi dua tabel, sebagaimana
terlihat dibawah ini:

Tabel 1: A L A M

5 Perubahan 5 Jenis
5 Unsur 5 Rasa Bentuk 5 Arah 5 Warna Energi

1.Kayu Asam Pengecambaan Timur Hijau Angin


2.Api Pahit Pertumbuhan Selatan Merah Panas
3.Tanah Manis Perwujudan Pusat Kuning Lembab
4.Logam Pedas Pemanenan Barat Putih Kering
5.Air Asin Penyimpanan Utara Hitam Dingin

Tabel 2: TUBUH MANUSIA

5 Organ
VitalYin / 5 Organ Vital 5 Organ
Zang Yang / Fu Pengindera 5 Perwujudan 5 Emosi

1.Hati Sal. Empedu Mata Urat Saraf Marah


2.Jantung Usus Kecil Ludah P’buluh Darah Gembira
3.Limpa Perut/Pankreas Mulut Otot Merenung
4.Paru2 Usus Besar Hidung Kulit & Rambut Gelisah
5.Ginjal Kand. Kemih Telinga Tulang Panik

Sesuai dengan pemahaman TCM, organ tubuh manusia berfungsi secara


berpasangan (in pair) antara :

24
* 5 organ ‘Zang’ (zàng, 臟 / 脏) / Yin = hati, jantung, limpa, paru-paru, &
ginjal; dan

* 5 organ ‘Fu’ (fǔ, 腑) / Yang = saluran empedu, usus keci, perut/lambung,


usus besar, & kandung kemih.

Fungsi utama dari organ ‘Fu’ adalah mengubah makanan menjadi energi
dan mengeluarkan sisa-sisa makanan, sedangkan organ Zang mengontrol
penyimpanan bahan-bahan vital yang masuk kedalam tubuh kita.

Sebagai contoh konkret dari dampak hubungan antar organ tubuh manusia
dengan sifat-sifatnya yang khas tersebut, yang terbukti kebenarannya
berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, antara lain adalah:
* orang yang sangat panik  dapat terkencing-kencing (terkait dengan
Ginjal); * orang yang terlalu gembira  dapat meninggal (terkait dengan
Jantung); * rasa pahit dari nikotin (unsur api)  dapat merusak Paru-Paru
(unsur logam); * kebanyakan rasa asam (unsur kayu)  dapat membuat
sakit perut / Lambung (unsur tanah), dan seterusnya.

Jadi, sesungguhnya, Tuhan telah menciptakan manusia dengan sangat


sempurna. Secara alami, manusia dilengkapi-Nya dengan sistem
penyembuhan diri sendiri yang luar biasa. Manusia akan sehat secara
alami dan holistik, apabila kelima organ Zang/Yin dan kelima organ
Fu/Yang -- yang dalam TCM kesemuanya itu digolongkan dalam “Three
Treasures of Life”, yang dianggap sebagai essential components, dan
disebut ‘Jing ( 精 ) Qi ( 氣 ) Shen ( 神 )’ -- yang dapat berfungsi dan
mempunyai power atau kekuatan apabila dalam kondisi seimbang dan
harmonis. Masing-masing komponen ini, secara harfiah dapat
diterjemahkan secara bebas:
* Jing = esens / (inti) sari / bibit / zat kehidupan  dlm. Bhs. Inggris Mind,
* Qi = daya / kekuatan / tenaga / energi kehidupan  idem Body, dan
* Shen = semangat / jiwa / roh kehidupan  idem Soul / Spirit.
Namun, agar tidak terlalu jauh melebar atau menyimpang dari konsep
Zhineng Qigong (ZNQG) maka teori dan konsep ‘Jin-Qi-Shen’ ini tidak
akan dibahas lebih lanjut. (Vide konsep ‘WU Xing’ di Gambar 4 dan
Gambar 5 diatas).

1.4. ‘Sosok Modern’ Zhineng Qigong dengan ‘Jiwa Kuno’ Qigong


Diantara beberapa sumber Zhineng Qigong (ZNQG), konon paham atau
ideologi Daoisme merupakan salah satu sumber utamanya. Dan, menurut
filosofi dan sistem kearifan dalam ilmu pengobatan Tiongkok Kuno, semua
sumber itu saling berhubungan antara Traditional Chinese Medicine (TCM)
dengan konsep ‘Wu Xing’ (Lima Unsur) nya. Namun, bagaimana pun,
semua sumber tersebut berasal dari sebuah sumber yang paling kuno,
yang dikenal sebagai ‘Yi Jing’ (I-Ching) atau Kitab Perubahan, yang
kemudian dikembangkan oleh Lao Zi (LaoTze / Lao Zu) menjadi Dao De
Jing (Tao Te Ching, 道 德 經) atau Kitab Kebajikan. Dan, dari sumber inilah

25
mengalirnya konsep ‘Kesatuan’, konsep ‘Wu Xing’, dan konsep ‘Taiji’ /
‘Yin-Yang’.
Inti sari Kitab Perubahan tersebut adalah bahwa segala sesuatu di alam
semesta ini tidak ada yang diam atau pasif, melainkan aktif atau terus-
menerus mengalir dan mengalami perubahan yang abadi. Atau,
berdasarkan kerangka berpikir filosofis Barat yaitu seorang filsuf Jerman
bernama (Georg Wilhelm Friedrich) Hegel yang mengatakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat di alam raya itu merupakan hasil pertentangan dua
hal, yang kemudian menimbulkan hal baru yang lain, dan demikian pula
seterusnya. Proses pertentangan yang evolusioner ini dalam terminologi
modern dikenal sebagai konsep dialektika, yang bentuknya dapat
digambarkan sebagai suatu siklus: (1) tesis  anti tesis  sintesis 
(2) tesis’  anti tesis’  sintesis’  (3) tesis’’  anti tesis’’  sintesis’’
 (4) dan seterusnya.

Mengingat filosofi dan kearifan Yijing yang dialektis tersebut juga


mendasari metode Traditional Chinese Medicine (TCM) dan ilmu Qigong
(QG) tradisional Tiongkok Kuno, maka dengan sindirinya metode dan ilmu
tersebut juga mengalami perubahan dan perkembangan seiring dengan
jamannya. Jadi, tidaklah mengherankan apabila ZNQG – yang disamping
tujuan uniknya sebagai metode peningkatan zhi neng ( 智 能 ) *) atau
kemampuan kecerdasan -- juga dijiwai oleh TCM dan QG dengan dasar
filosofi dan kearifan yang sama. Namun, anehnya, dalam kenyataan
emperisnya (karena salah kaprah) justru yang lebih menonjol adalah
anggapan bahwa ZNQG merupakan metode pengobatan atau
penyembuhan diri sendir dan orang lain.
*)
Catatan kaki:
Secara harfiah, sebenarnya karakter zhi (智) berarti kemampuan dan keterampilan,
sedangan neng (能) berarti kecerdasan dan kearifan.

1.5. Perbedaan Tujuan Utama antara Qigong dan Zhineng Qigong

Qigong (QG) yang merupakan seni dan ilmu (pengetahuan) kuno tersebut

oleh Prof.Pang (He) Ming sejak tahun 1980 dikombinasikan


dan disesuaikan secara ilmiah dengan pendekatan Zhineng (ZN) yang
khas dan unik, sehingga menjadi ilmu pengetahuan Zhineng Qigong
(ZNQG). Dan, sebagai suatu sistem dan metode dalam rangka mencapai
suatu tujuan tertentu, maka baik QG maupun ZNQG tentunya mempunyai
orientasi / tujuan (ends) utama dan pendekatan / metode (means) masing-
masing.

26
Secara umum, QG tradisional lebih dikenal sebagai metode dalam bidang
penyembuhan penyakit – yang pencapaiannya juga dapat dilakukan oleh
metode-metode lainnya seperti halnya Xiantian Qigong, Wuji Qigong, Nei
Gong, Zhong Gong, Falun Gong, dsb. Dan, dimana perlu, juga di
kombinasikan secara sinergis dengan pengobatan ala Traditional Chinese
Medicine (TCM). Secara spesifik, tujuan utama QG tradisional meliputi
penyembuhan penyakit, pemeliharaan kesehatan, pengembangan
kemampuan, dan pencapaian umur panjang melalui pendekatan / metode
tertentu.

ZNQG pun dapat mencapai semua tujuan QG tradisional tersebut, namun


cara pencapaiannya melalui baik pendekatan / metode maupun tujuan yang
berbeda. Secara teoretis, ZNQG di dirancang dengan tujuan utamanya
yang khas dan unik yaitu dalam peningkatan kecerdasan (zhi neng).

Namun, dengan demikian erat hubungan antara QG dengan ZNQG maka


di web site tertentu di Internet (maaf, penulis lupa mencatat sumbernya)
ada yang mendefinikan ZNQG sebagai “a set of Qigong practice through
which human intelligence may be developed, and human ability may be
enhanced. It helps to enhance our intelligence as well as developing super-
inlelligence – sebuah rangkaian pelaksanaan Qigong dimana kecerdasan
manusia dikembangkan, dan kemampuan manusia ditingkatkan. Ia
membantu meningkatkan baik kecerdasan maupun kecerdasan-unggul”.
Bahkan ZNQG dinyatakan sebagai “the modernisation of traditional
Qigong – modernisasi Qigong kuno”. Jadi, dalam konteks ini, hubungan
ZNQG dan QG menjadi semakin jelas.

Selain itu, karena keunikan sifat ZNQG, yang hanya fokus ke peningkatan
kecerdasan tersebut maka ada yang menyebut ZNQG sebagai suatu
metode pengolahan prana kecerdasan. Alasannya adalah bahwa secara
harfiah Qigong berarti pengolan Qi / Prana, dan Zhineng artinya
Kecerdasan. Dan, atas dasar tujuan dan pendekatan yang khas dan unik
itulah maka tidak mengherankan apabila di Tiongkok daratan ZNQG
banyak diajarkan dan dipraktekkan secara luas di sekolah-sekolah sejak
sekolah dasar, seperti tampak pada foto Prof. Pang Ming yang terpampang
diatas. Jadi, ZNQG itu sesungguhnya lebih menonjol sifat preventif /
pencegahannya daripada sifat kuratif / penyembuhannya seperti halnya
pada QG. Namun, apa boleh buat, karena dalam kenyataannya -- secara
emperis atau dalam prakteknya -- ZNQG pada umumnya (secara salah
kaprah) juga telah dikenal sebagai metode penyembuhan penyakit maka di
wilayah Peijing juga telah didirikan Huaxia Medicineless Hospital yang
paling besar di dunia..

1.6. Perbedaan Objek Utama antara Qigong dan Zhineng Qigong

Qigong (QG), yang objek utama olahannya berupa “Qi” itu – yang secara
resmi (formal) dan dalam praktek / pelaksanaan (material) nya --
sumbernya Qi manusia yang berada di dalam tubuh manusia (human Qi,

27
internal Qi). Sedangkan Zhineng Qigong (ZNQG), secara formal dan
material, objek utama yang diolah adalah kombinasi sinergis antara dua
macam Qi, yakni Qi alam semesta (cosmoc Qi, external Qi) dan Qi manusia
(human Q, internal Qi) yang dipersatukan menjadi “hunyuan Qi”. Teknik
penyatuannya akan dijelaskan dalam bab-bab dan bitir-butir selanjutnya.

Jadi, jelaslah bahwa -- baik secara formal maupun secara material -- objek
ZNQG dalam bentuk hunyuan Qi (sebagai hasil akhir atau output) yang
merupakan kombinasi antara Q di luar tubuh dan Qi di dalam tubuh
(sebagai input atau bahan dasar) tersebut, sangat bebeda dengan objek
QG yang hanya berupa Qi di dalam tubuh saja.

1.7. Persamaan Dasar Filosofis antara Traditional Chinese Medicine,


Qigong, dan Zhineng Qigong

Atas dasar adanya hubungan yang erat antara Traditional Chinese


Medicine (TCM, 中 医 / 中 醫), Qigong (QG, 气 功 / 氣 功 ) dan Zhineng
Qigong (ZNQG, 智 能 气 功 ) sebagaimana tersebut dalam butir 1.4. dan
butir 1.5. tersebut diatas, dengan sendirinya nilai filosofis konsep Kesatuan
dan konsep Yin-Yang, yang sangat strategis dalam peradaban dan kearifan
Tiongkok kuno sejak 5000 tahun yang lampau itu, tentu saja masih melekat
pada ZNQG. Dan, ZNQG memang diciptakan oleh Prof. Pang Ming
berdasarkan kombinasi dari kebajikan-kebajikan dan nilai-nilai yang terbaik
bangsa China, praktek QG tradisional, dasar-dasar ilmu pengetahuan, ilmu
kedokteran, dan filosofi.

Dengan demikian maka filosofi dan kearifan Tiongkok kuno tersebut tentu
saja tetap melekat dan bahkan dijadikan pedoman ZNQG di jaman modern
di abad 21 sekarang ini. Terutama, ketika para dokter spesialis medis
modern ala Barat sudah tidak mampu untuk mengobatinya lagi, dalam
rangka penyembuhan terhadap penyakit kronis seperti Kanker, yang telah
mengancam jiwa pasiennya. ZNQG merupakan kombinasi dari kebajikan
dan nilai-nilai yang terbaik bangsa China, praktek QG tradisional, dan
dasar-dasar ilmu pengetahuan.

Filosofi dan kearifan Tiongkok Kuno yang mendasari TCM, QG, dan ZNQG
tersebut, memang terbukti masih relevan dalam jaman modern di abad 21,
yang ditandai dengan perkembangan dan kemajuan yang pesat dan
berkelanjutan sampai sekarang ini di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal ini antara lain dapat dilihat dari adanya banyak buku-buku
ilmiah Barat yang berjudul “Dao (Tao) of…”. Adapun sumber-sumber
pokok yang lain, yang menginspirasi dan mendasari kehidupan TCM, QG,
dan ZNQG tersebut adalah ajaran-ajaran tentang kepercayaan atau
keagamaan terutama Daoisme, Confucianisme, dan Buddhisme. Semua
sumber pokok tersebut terutama mengajarkan nilai-nilai tentang kesadaran
moral dan perilaku mulia yang bersifat metafisik atau spiritual, disamping
tentang kesehatan fisik dan psikis.
***

28
Upaya pencapaian nilai-nilai kesadaran dan kesehatan tersebut antara lain
dilakukan dengan pengolahan energi kehidupan yang disebut Qi. Yakni,
pengolahan Qi (Chinese), vital-energy / bio-energy / body-mind energy
(English), Prana (Indian), atau Ki (Japanese) melalui aneka ragam metode
relaksasi seperti Meditasi, Reiki, Prana Cultivation, Self-hypnosis, Yoga,
dan sebagainya. Semua kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan
kondisi tubuh-pikiran-perasaan-jiwa yang rileks-tenang-positif-bersih (bebas
dari ketegangan saraf-saraf tubuh) untuk mengontrol antara lain
keseimbangan dan keharmonisan, antara:

* sistem saraf simpatis dan saraf parasimpatis (konsep pengobatan fisik


ala Barat), ataupun mekanisme kerja otak kanan dan otak kiri (konsep
penyembuhan psikis ala Barat); atau
* unsur Yin dan unsur Yang, ataupun unsur di dalan sel dan energi di luar
sel dari organ tubuh (konsep pengobatan / penyembuhan TCM ala
Timur).

Kondisi seimbang dan harmonis itu selanjutnya akan melancarkan aliran


darah dan energi kehidupan tersebut. Dan, dengan demikian maka akan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, yang pada akhirnya akan
menyembuhkan diri sendiri.
***

Khusus untuk mencapai kesehatan yang lebih fokus pada aspek fisik, juga
dapat dilakukan dengan melatih kelenturan dan kekuatan tubuh dengan
berbagai ilmu dan seni bela diri seperti Taijiquan, Wushu, dan Qigong
(yang umumnya dianggap sebagai ilmu “tenaga dalam” yang bermanfaat
untuk ilmu bela diri), dan sebagainya, yang semuanya juga bertumpu
pada filosofi dan ajaran Tiongkok Kuno tersebut. Bahkan, untuk adanya
keseimbangan dan keselarasan dalam hidup dan usaha manusia, juga
digunakan ilmu Fengshui, yang dalam mekanisme operasionalnya
didukung oleh beberapa jenis alat bantu. Beberapa diantaranya berupa
ilmu dan teknik seperti Yijing atau I-Ching (analis Heksagram), Bazi
(analisis Pilar) dan Lopan (kompas Fengshui). Dalam prakteknya, ilmu
Fengshui tersebut selain digunakan sebagai alat untuk prediksi /
peramalan, juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengatur kondisi dan
perilaku alam dan manusia melalui aliran Qi yang dianggap dapat
mempengaruhi faktor kesehatan dan kesejahteraan di banyak aspek
kehidupan manusia.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa TCM, QG, dan ZNQG itu tidak berdiri
sendiri, melainkan terkait erat terutama dengan aneka sumber filosofi dan
kearifan Tiongkok Kuno. Namun, di era modern abad 21 sekarang ini,
ternyata bahwa kekunoan tersebut masih tetap relevan dan diakui nilai
kebenaran dan kemanfaatannya dalam banyak bidang kegiatan manusia,
termasuk bidang pengobatan dan penyembuhan diri sendiri dan orang lain
dari penyakit kronis.

Terutama, penyakit kronis seperti kanker yang paling umum dikenal


sebagai pengancam jiwa, yang sistem dan metode pengobatan medis

29
modern ala Barat sudah angkat tangan. Dan, terbukti pula bahwa ZNQG
dengan TCM-nya memang mempunyai vitalitas yang mampu untuk tumbuh
dan berkembang seiring dengan perubahan dan kemajuan jaman, justru
karena mempunyai sumber kehidupan yang menjadi dasar dan landasan
yang kuat dan alami tersebut.
***

Dalam konteks ini, penemuan Masaru Emoto,

seorang doktor non-medis -- penulis beberapa buku


antara lain berjudul The Hidden Messages of Water yang juga berkiprah di
bidang pengobatan alternatif, dan sekaligus sebagai peneliti Jepang
tentang hakikat air – dapat dijadikan salah satu rujukan yang relevan untuk
menjelaskan dan mendukung nilai kebenaran filosofi Yin-Yang tersebut.
Masaru Emoto ternyata telah menghebohkan dunia ilmu pengetahuan di
seluruh dunia. Temuannya tentang kristal air melalui foto-foto yang
menggambarkan bentuk-bentuk perubahannya, telah terbuktikan bahwa air
seakan merupakan makhluk hidup. Air ternyata dapat merespon sikap dan
perilaku pikiran dan perasaan manusia.1 Pembuktian ini membenarkan
adanya hubungan alami antara perilaku air dan filosofi penyembuhan
penyakit.

Dengan suatu tinjauan metaforis, Masaru Emoto mengatakan bahwa tubuh


manusia yang terdiri atas 60 triliun sel itu dapat diibaratkan sebagai sebuah
alam semesta tersendiri. Dimana masing-masing sel itu membawa
tanggungjawabnya sendiri-sendiri, dan menyelaraskan diri dengan sel-sel
lain dengan cara yang sempurna, sehingga mewujud dalam diri kita
masing- masing. Semua organ, saraf, dan sel-sel tubuh itu mempunyai
getaran dengan frekuensi unik masing-masing. Tubuh manusia ini
diibaratkan pula sebagai sebuah orkestra besar yang terdiri atas
harmonisasi aneka ragam gelombang getaran atau frekuensi suara. Ketika
terjadi sesuatu yang salah di suatu tempat pada tubuh, maka terjadilah
ketimpangan nada pada salah satu suara. Dan ketika satu suara saja
sumbang, maka seluruh komposisi tidak terdengar sebagaimana mestinya.2

Sebagai bahan renungan tambahan, disamping filosofi tentang air tersebut,


masih ada bukti lain yang bersifat supranaturalis. Secara alkitabiah, ada
sabda Tuhan yang juga mendukung filosofi tentang hakikat ‘satunya’ Yin-
Yang tersebut. Bagi yang beragama Nasrani, antara lain dapat dibaca
dalam Efesus 5:22-33. Konsep ‘kesatuan’ tersebut secara khusus terangkai
dalam tiga ayat Efesus tersebut, yakni:
* ayat 28 (Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti
tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya
sendiri);

30
* ayat 29 (Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri,
tetap..dst);
* ayat 30 (Karena kita adalah anggota tubuhnya)

***

Temuan Masaru Emoto tersebut berawal pada bulan September 1994.


Saat itu ia bersama seorang rekannya bernama Kazuya Ishibashi (seorang
ilmuwan muda di program doktor di Universitas Kumamoto dalam sains
terapan) sedang melakukan penelitian dengan menggunakan mikroskop
berkecepatan tinggi. Dengan alat ini mereka berhasil mengambil gambar
kristal air es yang ternyata menunjukkan bentuk-bentuk yang berbeda. Dan
yang paling indah adalah bentuk persegi enam (hexagonal) yang hanya
dihasilkan oleh air bersih setelah dipengaruhi oleh sikap pikiran dan
ucapan / doa yang positif manusia. Gambar kristal air ini merupakan yang
pertama di dunia yang pernah diambil. Ketika ide membekukan air
mewujud, dan melihat kristal-kristal airnya dipublikasikan pada bulan
November 2004, dunia terkejut. Apalagi setelah terbukti bahwa air seakan
merupakan makhluk hidup yang dapat merespon pikiran dan perasaan
yang disampaikan, serta apa yang dipaparkan oleh menusia padanya. Air
seakan dapat melihat, membaca, dan mendengar!

Hasil penelitian Masaru Emoto telah secara visual menunjukkan struktur air
ketika membeku, dan sekaligus memperlihatkan konsekuensi langsung
pikiran manusia pada bentuk-bentuk kristalnya. Terbukti bahwa ‘frekuensi
getaran pikiran dan perasaan manusia’ dapat mempengaruhi ‘frekuensi
getaran air’ -- yang disebutnya hado -- yang berdampak pada kesehatan
manusia (dimana sekitar 70% nya terdiri dari air!). Apabila kedua frekuensi
getaran tersebut diseimbangkan dan diselaraskan maka hado air akan
berdaya menyembuhkan panyakit dan meningkatkan kesehatan manusia.

Jadi, sebenarnya, prinsip pengobatan hado tersebut tidak berbeda dengan


apa yang terjadi pada frekuensi dan gelombang siaran radio atau TV, yang
jika diatur pada gelombang atau frekuensi siaran yang tepat maka akan
menghasilkan suara yang bening atau gambar yang tajam. Dan kebenaran
ini tak berbeda dengan apa yang dihasilkan oleh kegiatan manusia yang
disebut meditasi, dimana terjadi keseimbangan dan keselarasan
gelombang alpha (atau yang lebih tinggi disebut delta atau teta) antara
otak kanan dan otak kirinya, yang ternyata dapat meningkatan sistem
kekebalan tubuh, yang pada gilirannya dapat menyembuhkan penyakit, dan
diperolehnya kembali atau ditingkatkannya kesehatan.
1)
Buku THE SECRET LIFE OF WATER tentang Pengarang, hlm. terakhir.
2)
Buku THE TRUE POWER OF WATER, mulai hal. XV s/d hlm. 5.

1.8. Pemahaman Baru tentang Hubungan Jiwa, Pikiran, dan Penyakit

Sampai dengan memasuki abad 21 di era millennium ke-III sekarang ini,


masih sering terdengar nyaring adanya pertanyaan yang memerlukan
jawaban dibalik suatu pernyataan jujur dari John Gray, Ph.D.

31
seorang penyembuh alternatif, dan penulis buku
best-seller asal Amerika Serikat. Nama John Gray dan judul buku-bukunya
sudah demikian terkenal di dunia. Salah satu bukunya yang tergolong
klasik modern berjudul MEN ARE FROM MARS, Women Are From Venus.
Dengan jujur John Gray mengakui -- dalam Kata Pengantar untuk buku
karangan Dr. Xiu Zang Sha

seorang dokter medis-pengobatan ala Barat yang


mengkombinasikannya dengan sistem dan metode penyembuhan ala
Tiongkok Kuno tentang “Daya Penyembuhan: Empat Kunci untuk
Membangkitkan Energi di Dalam Tubuh, Pikiran dan Jiwa”, yang diberi
judul Power Healing -- bahwa “di dunia Barat yang telah mengalami
kemajuan pesat di segala bidang, kita juga sedang mengalami suatu krisis
di bidang medis”.

Menurut John Gray, para dokter di Barat kini telah mulai mengakui banyak
manfaat yang mengagumkan dari Traditional Chinese Medicine (TCM)
yang berumur 5000 tahun. Yang tidak diketahui dengan baik adalah
banyaknya rahasia tentang teknik-teknik penyembuhan diri sendiri, yang
tidak tergantung pada obat dan dokter. Dengan menerapkan teknik-teknik
rahasia tersebut, orang dapat hidup sampai usia lebih dari 100 tahun tanpa
jatuh sakit. Dan kini banyak dari rahasia yang sudah ribuan tahun
terpendam itu menjadi terbuka untuk kali pertama dengan terbitnya buku
Power Healing tersebut. 1

Dalam konteks ini, perlu disadari bahwa memang masih ada cukup banyak
jenis penyakit tertentu yang tak tersembuhkan oleh sistem dan metode
pengobatan medis modern ala Barat. Namun, terbukti berhasil
disembuhkan oleh sistem dan metode penyembuhan alternatif ala Timur,
khususnya oleh TCM. 2 Bahkan, John Gray -- yang telah mengalami sendiri
-- berani mengatakan bahwa buku Power Healing itu tentang rahasia-
rahasia tentang teknik-teknik pengobatan/penyembuhan yang radikal,
revolusioner, dan sederhana.

Jadi, melalui TCM, manusia ternyata mempunyai kekuatan penyembuhan


diri sendiri yang sangat mengagumkan. Bayangkan, bukan saja penderita
kanker atau penyakit kronis lainnya, yang tak tersembuhkan oleh dokter
medis ala Barat modern, ternyata dapat disembuhkan oleh dirinya sendiri,

32
malah ia bisa menyembuhkan penderita kanker atau penyakit kronis
lainnya, justeru dengan penyakit kanker yang dideritanya! Ya, penyakit
mengobati penyakit, memang terdengar aneh! Silakan baca Bab 14, buku
Power Healing.

Demi objektivitasnya, bagi meraka yang berminat, dan menginginkan untuk


mengenal dan memahami lebih lanjut tentang kebenaran pernyataan John
Gray tersebut, silakan membaca buku Power Healing tersebut diatas. Dan,
masih banyak buku-buku tentang peyembuhan alternatif yang ditulis oleh
para pakar kesehatan berpendidikan kedokteran Barat lainnya, yang
mengakui keunggulan dari metode penyembuhan diri sendiri berdasarkan
pendekatan hakikat penyakit ala Timur.
1)
Buku POWER HEALING, hlm. Iv s/d Ix.
2)
Para saksi lainnya dengan berbagai kesaksian emperisnya antara lain dapat dibaca di buku 101
MIRACLES of NATURAL HEALING oleh Luke Chan.

1.9. Traditional Chinese Medicine dan Zhineng Qigong

Seperti halnya peribahasa Tiongkok kuno yang mengatakan bahwa ‘minum


air jangan lupa sumbernya’, atau kata pepatah Indonesia “jangan sampai
kacang lupa kulitnya” . Dan, demikian pula dengan sabda Tuhan Yesus
dalam Alkitab yang mengatakan bahwa “What is a man profited, if he shall
gain the whole world. And lose his own soul? – Apa gunanya seorang
memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Matthew, XVI.
26).

Maka, demikian pula kiranya dengan Zhineng Qigong (ZNQG)., yang


takkan lupa akan Traditional Chinese Medicine (TCM) yang merupakan
sumber yang menjiwainya. ZNQG merupakan salah satu cara atau metode
pengobatan yang umum dilakukan oleh TCM.

Jadi, dalam bidang pengobatan, ZNQG dapat dianggap sebagai bagian


dari keseluruhan metode TCM yang terdiri atas enam jenis 1, antara lain :

1. metode Pengobatan China,


2. metode Akupunktur dan Moksa,
3. metode Pemijatan/Pengurutan,
4. metode Pantang Makanan Tertentu,
5. medote Penyembuhan dengan cara Kebatinan, dan
6. metode Qigong (QG) atau Zhineng Qigong (ZNQG),

Disamping berbagai metode tersebut, dalam pengobatan khusus, masih


dipraktekkan beberapa cara lain. Antara lain, yang berhubungan dengan
cuaca (panas, kering, dingin, sejuk, basah), kondisi tubuh seorang pasien
seperti warna organ tubuh (merah, kuning, pucat, kebiru-biruan, hitam), cita
rasa (manis, asam, pahit, asin, pedas), dan sebagainya, juga digunakan
metode-metode lainnya. Vide tabel di butir 1.3. diatas.

33
Metode pengobatan TCM tersebut, pada dasarnya sesuai benar dengan
pandangan aksiomatis pengetahuan dan kebijaksaan pengobatan Tiongkok
kuno, bahwa penyebab penyakit itu ada tiga faktor, yakni faktor internal
tubuh, faktor eksternal tubuh, dan faktor kecelakaan (misalnya: ditabrak
mobil, dipatuk ular berbisa, dan sebagainya). Dalam hal faktor penyebab
timbulnya penyakit ini, pandangan Barat pada prinsipnya memang berbeda
dengan pandangan pengobatan TCM. Kini, pada umumnya, dunia medis
Barat memandang kondisi stres dan tekanan darah tinggi yang dominan
sebagai faktor penyebab penyakit, baik fisik, mental, maupun emosional,
versi Dr. Sha dalam Bab 2 dari bukunya yang berjudul Power Healing. Ilmu
pengetahuan dan kebijaksanaan tentang TCM ini cakupannya memang
sangat luas dan dalam sekali. Namun, bukan kapasitas dan tujuan buku ini
untuk membahasnya lebih lanjut.
1)
buku ESSENCE of TRADITIONAL CHINESE MEDICINE, hlm. 49 s/d 131.

1.10. Nilai Ilmiah Traditional Chinese Medicine

Disamping keunikan-keunikan tersebut, pada dasarnya Traditional Chinese


Medicine (TCM) itu tidak menjauhi, tapi sebaliknya malahan bersentuhan
dengan ciri ilmiah. Karena,TCM itu juga menerapkan pendekatan-
pendekatan:

(a) disatu sisi mengarah ke ilmu pengetahuan murni yang bersifat teoretis
dan esoterik, yang melibatkan susunan atau struktur pemikiran
tertentu, dan
(b) dilain sisi mengarah ke ilmu pengetahuan terapan, yang bersifat praktis
dan generik, yang melibatkan cara atau teknik pelaksanaan tertentu.

Semua pendekatan tersebut terbukti ketika kini hampir semua obat-obat


herbal ala TCM – sebelum digunakan oleh pasien – harus di dahului oleh
uji klinis dan laboris, bahwa telah bebas racun dan tanpa pengaruh
sampingan seperti menjalar ke organ lain yang sebelumnya tidak sakit,
atau pun menjadi ketergantungan pada obat-obat herbal tersebut.

Dan, hal tersebut juga terbukti dengan adanya ilmu pengetahuan ZNQG
yang tentu saja bersifat objektif-ilmiah, berdasarkan prinsip-prinsip teoretis
dan teknik-teknik aplikatifnya. Dengan demikian maka kini metode
penyembuhan ZNQG telah diakui dan dimanfaatkan sebagai sarana yang
modern pula, dan setara dengan pengobatan medis modern ala Barat
yang tidak alami itu!.

1.11. Kesatuan Tubuh dan Penyakit ala Filosofi Tiongkok Kuno

Sistem dan metode pengobatan kedokteran medis modern ala Barat


berbeda dengan sistem dan metide pengobatan atau penyembuhan ala
Tiongkok Kuno. Terutama, dalam kasus pengobatan atau penyembuhan
penyakit kronis misalnya kanker, yang bahkan telah mengancam jiwa

34
pasien. Ternyata, dalam hal ini, yang kuno lebih unggul daripada yang
modern. Keunggulannya, terutama terletak pada dasar filosofi dan konsep
yang unik dalam cara pandang / pendekatan / anggapan tentang apa
hakikat suatu penyakit, dan bagaimana hubungan penyakit dengan diri si
penderita penyakit tersebut.

Pada sistem dan metode pengobatan kedokteran medis modern ala Barat,
penyakit itu dipandang sebagai mikroorganisme asing, misalnya bakteri /
kuman atau virus, yang datang menyerang dari luar yang masuk ke dalam
tubuh pasien. Karenanya, penyakit itu dianggap sebagai musuh yang
harus diperangi. Sebagai musuh, penyakit itu harus diusir / ditaklukkan
secara habis-habisan. Harus diserang secara frontal dengan berbagai
cara, seperti pemberian obat-obatan kimiawi, pembedahan,
pencangkokan, kemoterapi, penyinaran dengan x-ray atau dengan sinar
laser, dan sebagainya.

Akibatnya, musuh tersebut terpaksa harus lari kalang kabut kesana-kemari


dan dengan membabi buta melakukan balas dendam dengan menyerang
balik sekenanya. Misalnya, dalam kasus penyakit kanker pada suatu organ
tubuh tertentu, maka serangan balik tersebut berupa penyebaran
(metastasis) penyakit kanker tersebut ke organ-organ lainnya. Salah satu
yang kasat mata adalah penyebaran serangan ke sel rambut, sehingga
kepala pasien menjadi gundul!.

Kenyataan itu berarti bahwa sistem dan metode pengobatan medis


modern ala Barat tidak secara tuntas (tidak holistik) dan tidak alami dalam
penyembuhan suatu penyakit. Artinya, bukan menghasilkan kesembuhan
yang sebenarnya dan aman, karena seandainya bisa sembuh pun masih
akan diikuti oleh risiko adanya side-effect, selain masih mungkin...kambuh
kembali! Sebaliknya, berdasarkan sistem dan metode pengobatan kuno
ala TCM atau ZNQG, penyebab penyakit itu diyakini sebagai suatu
endapan energi kehidupan atau Qi dalam bentuk bekuan darah yang tidak
bisa mengalir lancar. Dan, tanpa adanya aliran yang lancar ini maka
timbullah suatu penyakit, sebagai akibat tidak adanya keseimbangan dan
keharmonisan kerja antara unsur didalan sel dan energi di laur sel salah
satu organ tertentu dari tubuh pasien. Maka, kondisi ini merupakan
gangguan yang terjadi di internal organ tertentu, yang notabene adalah
bagian tubuh pasien sendiri.

Keyakinan bahwa penyakit itu juga merupakan bagian tubuhnya sendiri


maka ia tidak dipandang sebagai musuh yang harus diperangi, tapi justru
diperlakukan sebagai partner yang harus dikasihani dan diajak kerjasama
untuk mengatasi gangguan tersebut. Artinya, penyakit tersebut justru
diajak bersama-sama secara sinergis dan holistik untuk melancarkan
kembali aliran yang tersumbat tersebut. Hasilnya, terjadi kembali
keseimbangan yang harmonis, dan peningkatan kekebalan tubuh pasien.
Dengan demikian, terjadilah kesembuhan dirinya sendiri secara secara

35
total (holistik), alami, tanpa obat kimiawi, dan aman, karena tanpa adanya
side-effect dan tanpa adanya kemungkinan kambuh kembali.

Dalam konteks ini, perlu dikemukakan pula bahwa metode TCM dalam
pengobatan herbal pun, prinsip penyakit tidak dianggap sebagai musuh
yang harus diperangi tersebut, tetap diperlakukan dengan konsisten.
Artinya, bukan penyakitnya yang diobati, melainkan kekebalan tubuh
pasien sendiri yang harus ditingkatkan dengan pemberian obat yang
bersangkutan. Bahkan, ada kalanya, bukan organ yang sakit, melainkan
organ lain yang menyebabkan sakit tersebut yang harus diobati. Dan, jenis
obat yang diberikan tetap harus bersifat alami, yang pada umum berbentuk
herbal (tumbuh-tubuhan) atau hewan / bagian tubuh hewan tertentu.
Disamping itu, obat tersebut (misalnya untuk penyakit kanker) harus efektif
menghambat dan mengatasi sel yang menderita kanker, tanpa merugikan
sel lain yang masih normal, serta harus bebas racun dan bebas efek
samping. Dalam konteks ini, ada tiga kasus konkret yang patut dicermati,
dipahami, dan diambil hikmahnya oleh pengobatan medis modern ala
Barat.

Kasus pertama
Di kantor tempat kerja penulis, ada seorang rekan kerja yang mengalami
gangguan serius pada “tulang” punggungnya. Kondisi ini mengakibatkan
yang bersangkutan sangat menderita, dan gerakan tubuhnya mirip robot.
Baberapa dokter spesialis tulang ala Barat yang terkenal pandai telah
mengobatinya dengan berbagai cara yang fokus ke…tulangnya. Mereka
beranggapan bahwa ‘umur kronologis tulangnya’ telah menjadi tua duluan
ketimbang ‘umur biologis orangnya’. Tapi, sayangnya, semua dokter
spesialis tersebut tidak ada yang berhasil menyembuhkannya. Ternyata,
rekan tersebut sembuh (walau tidak 100%), justru setelah diobati oleh
seorang sinse dengan cara pengobatan herbal yang fokus ke…”ginjal”
nya!.

Kasus kedua
Ada seorang saudara sepupu penulis, yang oleh para dokter spesialis
penyakit dalam ala Barat yang paling pandai telah didiagnose mengalami
gangguan penyakit ‘pengapuran’. Akibatnya, ia sangat menderita
kesakitan yang luar biasa. Dan, karena ia mempunyai kemampuan
mengakses siapa pun dokter yang terpandai dan dimana pun beradanya,
maka semua upaya tersebut sudah ditempuhnya. Namun, tidak ada satu
pun yang berhasil menyembuhkannya. Tapi, anehnya, penyakit tersebut
kini telah sembuh total, dan ia telah sehat kembali, serta mampu
beraktivitas kembali sambil menikmati sisa hidupnya, hingga detik ini.
Padahal, ‘obat’-nya hanya berupa ‘limbah’, yakni ‘kencing’nya sendiri,
yang di minumnya setiap pagi selama hanya dua bulan, dan sembuh …
total!.

Kasus ketiga

36
Di rumah penulis, ada seorang anggota keluarga, yang oleh seorang
dokter spesialis penyakit dalam ala Barat yang ternama telah didiagnose
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium bahwa dia menderita penyakit
‘pengentalan darah’. Karena begitu percayanya pada omongan yang
sangat sugestif dari sang dokter, maka dia begitu patuh untuk tetap secara
rutin setiap minggu (ya, setiap minggu) – sudah berjalan sejak beberapa
tahun yang lampau -- memeriksakan diri dengan disedot darahnya di
laboratorium tertentu untuk diperiksa, dan hasil pemeriksaannya dia
teruskan ke dokter tersebut yang berdomisili di luar kota sejauh sekitar 100
km.
Sampai sejauh ini dia tetap menelan obat berdasarkan resep yang
diberikan sang dokter, tanpa batasan waktu sampai kapan penyakitnya
dapat sembuh; dan juga tanpa pemberitahuan dari sang dokter tentang
apa side-effect-nya apabila dia harus menelan obat selama bertahun-
tahun tersebut (mungkin untuk seumur hidupnya?!). Jadi, tanpa ada
kepastian apapun bagi sang pasien, dan ironisnya juga tanpa ada
tanggungjawab dan risiko apapun bagi sang dokter terhadap side-effect
dan nasib sang pasien tersebut. Tapi, yang pasti, setiap minggu selama
bertahun-tahun, sang pasien harus tetap ‘setor duit’ ke kas laboratorium,
dan juga harus tetap “setor duit” ke kantong sang dokter.

Tampaknya, faktor perikemanusiaan dan faktor etika kedokteran tetap


diabaikan oleh sang dokter. Buktinya, walaupun dia tahu bahwa
penyakitnya telah dalam kondisi kronis, dan dia seharusnya juga tahu
bahwa dia sudah tidak mampu lagi untuk menyembuhkannya, toh tetap
ingin dapat menerima ‘setoran duit’ tersebut, tanpa sekalipun
mengupayakan dengan misalnya menunjuk cara pengobatan alternatif.

1.12. Qi Healing ala Traditional Chinese Medicine

Menurut dokter Xiu Zang Sha (dalam bukunya yang berjudul Power
Healing, keunggulan dalam penyembuhan kanker oleh Traditional Chinese
Medicine (TCM) itu berlandaskan filosofi Tiongkok Kuno yang sangat
sederhana. Teori penyembuhan penyakit tumor atau kanker itu dalilnya
berbunyi “Qi ju ze cheng xing; Qi san ze cheng feng - 气 聚 则 成 型; 气散
则 成 凤”. Dengan catatan, disini ejaan ‘Chi’ penulis ganti dengan ejaan
hanyu pinyin ‘Qi’ dan ‘shan’ dengan ‘san’. Artinya (dalam terjemahan
bebas) “Penumpukan Qi menyebabkan terbentuknya tumor atau kanker.
Penghilangan Qi melenyapkan tumor atau kanker tersebut, ibarat
berlalunya angin.” *

Itulah teori dengan dalil penting dalam TCM, yang secara empiris telah
dipraktekkan sejak 5000 tahun yang lalu dalam tradisi pengobatan /
penyembuhan Tiongkok Kuno. Teori kuno dan sederhana tersebut
ternyata masih relevan hingga sekarang. Dan, bahkan tetap dijadikan
pedoman dalam praktek pengobatan klinis untuk terapi penyakit tumor
dan kanker di era modern abad 21 sekarang ini.

37
Sejalan dengan keunggulan khasTCM dalam penyembuhan penyakit
kanker tersebut maka secara otomatis juga menjadi keunggulan khas
Zhineng Qigong (ZNQG). Artinya, metode ZNQG dalam penyembuhan diri
sendiri dari penyakit kanker pun berdasarkan sepasang teori kuno dan
sederhana tersebut. Yakni, yang pertama fokus ke teori tentang proses
terbentuknya dan lenyapnya sel-sel kanker; dan yang kedua fokus ke teori
tentang anggapan bahwa pada dasarnya sel-sel kanker itu merupakan
bagian integral dari internal diri/tubuh pasien sendiri. Hal ini ternyata sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh

Dr. Joseph Murphy **) -- yang dapat dianggap mewakili


dunia Barat -- bahwa daya penyembuh berada didalam daya batin bawah sadar
berupa kepercayaan. Dan, kepercayaan ibarat benih tanaman yang bila ditanam
ditanah akan tumbuh jenis tanaman yang sama. Begitu pun suatu ide ibarat benih
didalam pikiran atau batin, yang apabila ‘diairi’ dan ‘dipupuk’ dengan keyakinan
maka akan menjelma menjadi suatu bentuk tertentu. Penyembuhan ajaib
disebabkan oleh imajinasi atau gambaran didalam batin dan kepercayaan buta
(karena apakah objek kepercayaan itu benar atau palsu, hasilnya tetap akan
mewujud atau menjelma sesuai dengan tanggapan batin bawah sadar terhadap
pikiran dalam batin) yang berada didalam batin bawah sadar, dan melepas daya
penyembuhan. Menurut Murphy, semua penyakit bersumber di batin, dan tidak
ada suatu pun akan menjelma di badan kecuali terdapat pola mental yang sesuai
dengan yang ada didalam batin tersebut.

Jadi, pada prinsipnya, panyakit tidak dianggap atau bukan sebagai benda
asing yang harus dimusuhi. Karena timbulnya penyakit itu akibat tersumbat
atau terbendungnya aliran unsur di dalam, dan aliran Qi di luar sel darah
dari tubuh atau organ tertentu tubuhnya sendiri.

Teori TCM dan teori Zhineng (sebagaimana disebut dalam buku Power
Healing itu pada hakikatnya adalah Zhineng Qigong) tentang Kanker versi
Xiu Zang Sha ini pada dasarnya tidak berbeda dengan yang versi Pang
Ming. Maklumlah, sumbernya memang dari filosofi dan kearifan kuno yang
sama. Vide: Bab 5 butir 5.7.

*) Buku POWER HEALING, hlm. 258.


**) Buku THE POWER OF YOUR SUBCONCIOUS MIND, hlm. 85-87.

1.13. Pengaruh Traditional Chinese Medicine terhadap Pengobatan


Barat

TCM memang unik, dan terbukti lebih unggul sebagaimana telah


dikemukakan diatas. Salah satu sifat unik yang paling menonjol adalah

38
dimasukkannya unsur alam atau lingkungan kedalam bidang pengobatan
dan penyembuhan penyakit. Sehingga tidak bertentangan dengan hukum
alam, melainkan sebaliknya terjadi sinergi antara potensi alam dan potensi
manusia. Dan, justru keunikan dunia Timur inilah yang telah membuahkan
keajaiban di bidang seni pengobatan dan penyembuhan diri sendiri secara
alami.

Usia ilmu dan seni pengobatan dan penyembuhan tersebut sudah lebih
dari 5.000 tahun yang lampau, sejak sebelum diterbitkannya buku ilmu
pengobatan Tiongkok kuno atas dasar Daoisme (Taoisme) yang disebut
“Huangdi Neijing”. Buku ini merupakan kodifikasi pertama, yang hingga kini
masih digunakan sebagai pedoman dalam TCM. Konon, buku pedoman ini
merupakan hasil kerjasama Huangdi -- yang lebih dikenal sebagai Yellow
Emperor (Kaisar Kuning) -- dan penasihat medisnya yang bernama Qi Bo.
Dalam legenda, Huangdi / 黄 帝 dianggap sebagai nenek-moyang rakyat
Tiongkok. Dan, TCM juga dikenal sebagai ‘The Skill of Qi and Huang’ atau
‘Qi Huang’/ 气 黄/氣 黄 *
Namun -- sampai memasuki abad 21 di millennium ketiga ini -- TCM masih
tetap relevan, dan diakui serta mulai dimanfaatkan oleh dunia pengobatan
medis modern ala Barat. Karena, apa yang dulunya masih berupa teori
yang bersifat hipotetis, kini – setelah dapat dibuktikan berdasarkan
penelitian ilmiah dengan peralatan high-tech yang canggih oleh para
ilmuwan Barat – telah mulai dianggap sebagai hukum yang dapat
dijadikan pedoman yang bersifat mengikat. Pada dasarnya, hukum alam
memang bersifat tetap, dan selamanya tidak akan berubah.

Kini, bahkan telah terbuktikan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini
pada hakikatnya – antara lain berdasarkan hasil temuan para ilmuwan
fisika kuantum dalam penelitiannya -- adalah berupa getaran yang unik
dan bergerak dinamis, dan dinamika ini akan menuju pada pola yang tetap
tidak berubah. Vide penjelasan tentang Zhineng Qigong (ZNQG) dan Vital-
Energy (Qi) dalam bagian Persemaian. Atas dasar keunikan alami yang
diadopsi TCM (dan ZNQG) inilah maka secara tidak langsung juga
menjelaskan mengapa TCM itu hingga kini masih tetap eksis. Dan,
bahkan, diakui serta dimanfaatkan sebagai suatu kebenaran yang konkret
dan materiil. Maka, kini telah lahir “Iptek Kedokteran Generasi III” yang
merupakan gabungan atau kombinasi ala Timur dan ala Barat.
*) Op. cit. hlm. 25.

1.14. Kecenderungan Dunia terhadap Pengobatan & Penyembuhan

Dunia kedokteran Barat kini cenderung untuk menyadari tentang


kebenaran adanya hubungan yang tak terpisahkan di satu pihak antara
manusia dan alam semesta. Dan, atas dasar kesadaran inilah maka kini
timbul konsep back to basic dan back to nature. Disamping kesadaran ini,
kini dunia Barat bahkan telah mau meyakini pula tentang adanya hubungan
yang tak terpisahkan antara badan dan jiwa manusia. Keyakinan ini
terutama timbul setelah adanya rahasia penyembuhan yang disebut

39
placebo effect 1 yang pada prinsipnya merupakan penyembuhan penyakit
badani yang bersifat “psychosomatic”.

Dalam konteks ini, dikemukakan bahwa placebo effect adalah contoh


tipikal yang baik tentang kekuatan penyembuhan dari hypnosis-diri (self-
hypnosis). Bahwa, pada dasarnya, apa yang menyembuhkan adalah
kepercayaan dalam dirinya bahwa “obat akan bekerja”. Kepercayaan ini
diterima oleh pikiran sadar nya dan direkam oleh pikiran bawah sadar nya,
yang selanjutnya bertindak sesuai dengan itu dan memerintahkan tubuh
untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Padahal, apa yang dipercaya
sebagai “obat” itu hanyalah berupa permen atau vitamin belaka! Efek
placebo ini pada dasarnya merupakan temuan secara kebetulan dan tipikal
Emile Coue.2 Ia seorang ahli farmasi Prancis, dengan “teori sugesti positif”.

Suatu teori yang pada intinya mengatakan bahwa yang menyembuhkan


pasien adalah kepercayaan dalam dirinya bahwa obat yang diberikan
kepadanya akan menyembuhkannya. Kesembuhan ini pun pada umumnya
masih dilihat sebagai suatu kebetulan yang oleh orang awam juga
dianggap sebagai suatu keajaiban.

Maka, tidak mengherankan apabila kini dunia kedokteran Barat mulai


bersinergi dengan dunia pengobatan dan penyembuhan Timur. Dengan
demikian maka terjadi metode gabungan, yang mengerjasamakan secara
sinergis keunggulan dari masing-masing metode. Sinergi ini ternyata
berdampak positif, dalam arti kelemahan masing-masing metode yang ada
setidak-tidaknya dapat diminimalisasikan, dan bahkan sedapat mungkin
dihilangkan, dengan tetap mempertahankan efektivitas atau keunggulan
masing-masing. Kebijaksanaan ini pada dasarnya juga terkait dengan
pandangan hidup atau filosofi hasil kebudayaan dan peradaban Tiongkok
kuno tentang Kesatuan makro dan mikro kosmos dan tentang Yin-Yang.
1)
Buku KEKUATAN PIKIRAN, hlm. 181.
2)
Ibid. hlm. 180.

1.15. Zhineng sebagai Dasar Filosofis

Prof. Pang Ming, selain seorang master dalam berbagai seni ilmu bela diri
Tiongkok kuno dan ahli TCM, juga seorang dokter yang telah mengikuti
program studi dalam ilmu pengetahuan pengobatan model Barat. Dengan
sendirinya ia juga mengerti dan faham tentang anatomi dan fisiologi tubuh
manusia. Karenanya, dalam menciptakan Zhineng Qigong (ZNQG) pada
tahun 1980, ia tentu saja telah menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dan
pengobatan yang terbaik. Dan, mempunyai alasan yang kuat, dan tidak
sembarangan dalam memilih dan menekankan kata atau istilah Zhineng
(ZN) pada konsep Qigong (QG).

ZN terdiri dari dua suku kata, yakni kata Zhi yang artinya kecerdasan /
kearifan (yang mungkin dapat diidentikkan dengan konsep kapasitas yang
bersifat kualitatif), dan kata Neng yang artinya kemampuan/kecakapan
(yang mungkin dapat dipersamakan dengan konsep kapabilitas yang

40
bersifat kuantitatif). Dalam konteks ini, pendekatan Prof. Pang Ming
memang lebih cenderung ke aspek atau dimensi psikis atau pikiran
manusia (yang disebutnya dengan konsep Zhineng), ketimbang condong
ke aspek atau dimensi fisik atau tubuh manusia. Karena, bagaimanapun,
otak (yang direpresentasikan oleh pikiran manusia itu) lebih penting dan
lebih menentukan kondisi tubuh manusia. Otak atau pikiran manusia de
facto memang berfungsi dalam memberikan komando atau mengatur
mekanisme kerja semua organ tubuh (termasuk sel-selnya) yang lain.

Lebih dominannya otak atau pikiran itu juga didukung oleh adanya
kenyataan bahwa manusia kemungkinan besar akan mati apabila otak /
pikirannya tak berfungsi lagi. Sebaliknya, manusia masih mampu hidup,
sekalipun misalnya kaki dan tangannya putus, asalkan otak/pikirannya
masih berfungsi. Dalam konteks ini, akan lebih jelas, apabila kita
memahami salah satu konsep kedokteran Barat yang disebut placebo
effect. Ataupun, adanya penyakit yang bersifat psychosomatic, dimana
terbukti bahwa faktor kondisi psikis benar-benar menentukan faktor kondisi
fisik.

1.16. Zhineng seabagai Dasar Empiris

Contoh konkret tentang lebih dominannya otak / pikiran manusia antara lain
dapat dibaca artikel Mang Ucup di Jerman, yang terkirim melalui e-mail ke
situs web “tionghoa-net@yahoogroups.com”. Dimana dikatakan bahwa
menurut laporan dari New England Journal of Medicine, ternyata lebih dari
sepertiga obat-obatan yang diberikan oleh para dokter di Amerika Serikat
kepada pasiennya adalah obat bohong yang hanya sekedar untuk
menyenangkan pasiennya saja. Sedangkan hasil penelitian di Israel
ternyata lebih dari 60% dokter hanya sekedar pura-pura mengobati
dihadapan pasiennya. Dan, di Jerman setiap tahunnya lebih dari 190.000
operasi kaki bagi para pasien penyakit radang sendi (osteoartritis) yang
dapat menimbulkan rasa yang sangat nyeri. Hanya saja, perlu diketahui,
bahwa lebih dari 40% dari para dokter tersebut sebenarnya hanya
melakukan operasi dagelan alias bohongan, hanya just for show yang
bersifat psikologis semata. Namun demikian, harus diakui bahwa menurut
Prof. Erland Erdmann dari Universitas Koeln, efek plasebo tesebut terbukti
dapat menghasilkan kesembuhan yang efektif, dan bukan hanya bersifat
sementara, melainkan bertahun-tahun. Bahkan, penulis sendiri pernah
membaca empat buah artikel tentang fenomena luar biasa, yakni:

1. Kesembuhan ajaib seorang penderita kanker di Rusia,


2. Hasil penelitian di Amerika Serikat tentang sumber penyakit,
3. Seorang pasien kanker di Taiwan yang ternyata dapat sembuh total,
setelah berpariwisata ke tempat idamannya, dan
4. Seorang mantan Presiden Direktur di Jepang yang sembuh dari kanker
ginjal yang dideritanya, setelah setiap bangun tidur pagi hari naik ke
atas genting, sambil bersyukur pada matahari dan penyakitnya;

Semua fenomena tersebut seakan membenarkan adanya "penyembuh


ajaib” yang sumbernya berupa adanya suatu daya / tenaga / kekuatan yang

41
potensial di dalam diri setiap manusia. Daya potensial ini dalam buku-buku
tentang TCM lazim disebut sebagai life-energy, vital-energy, universal-
energy, bio-energy, bio-electron, bio-electricity, bio-magnet, prana, hado,
ki, hunyan qi, zhineng qigong (intelligence-energy, energi-kecerdasan),
dan sebagainya..

Fenomena 1
Pernah diberitakan di media massa yang menceritakan tentang adanya
seorang pasien di Rusia (yang ateis!) yang menderita penyakit kanker
ganas stadium terakhir. Dokter sudah tidak mampu lagi mengobatinya.
Namun sang pasien masih tetap hidup. Sehingga dokter yang
bersangkutan terpaksa memberinya beberapa butir ‘obat’ yang
dikatakannya sebagai ‘obat’ terakhir yang paling manjur yang pernah
diberikannya. Aneh bin ajaib! Tenyata penyakit kankernya hilang. Padahal
apa yang disebutnya sebagai ‘obat”’itu hanyalah sejenis ‘permen’ saja.

Keanehan tersebut lalu diteliti secara ilmiah, dan terbukti bahwa


kepercayaan dan keyakinan yang begitu mantap dari sang pasien telah
berhasil merangsang kelenjar endokrin dalam tubuhnya. Selanjutnya,
kelenjar ini terangsang untuk menghasilkan hormon kekebalan tubuh sang
pasien. Dan, kekebalan tubuh inilah yang berhasil menyembuhkannya!

Dalam konteks ini, penulis menyimpulkan bahwa keperacyaan (belief) atau


keyakinan (faith) yang kuat ternyata mampu mengusir sumber penyakitnya.
Dan, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Brian Tracy tentang
the law of belief (hukum kepercayaan) bahwa “Whatever you believe, with
conviction, becomes your reality – Apapun yang anda percayai, dengan
keyakinan, menjadi kenyataan”. 1

Fenomena 2
Hasil penelitian di Mayo Clinic di Rochester, Amerika Serikat, menunjukkan
bahwa 80% penyakit disebabkan terutama oleh faktor psikosomatik.
Sebagai catatan, kata psikosomatik berasal kata ‘psyche’ berarti pikiran,
dan ‘soma’ artinya tubuh. Jadi, sumber penyakit itu terletak di dalam
pikiran manusia. Penyakit psikosomatik memang berawal di pikiran
sebelum muncul di tubuh.2 Berarti pikiranlah yang mengundang bakteri,
virus, dan sebangsanya yang menyebabkan munculnya penyakit!.

Fenomena 3
Bersumber pada makalah Prof. Hung Zhao Guang berjudul “Gaya Hidup
Warga Usia Pertengahan & Usia Lanjut, dan Pengaruhnya Terhadap
Kesehatan”. Makalah ini beredar di Internet via web site tionghoa-
net@yahoogroups.com. Dimana diceritakan tentang adanya seorang
pasien kanker tertentu di Taiwan, yang sudah berada pada stadium puncak
yang paling gawat. Dengan demikian tidak mungkin dapat diobati dan
disembuhkan lagi. Maka, pasien ini oleh dokternya dianjurkan untuk
merayakan hidupnya, dengan makan makanan yang enak-enak dan
bertamasya kemana saja sesuka hatinya, sambil menunggu panggilan…

Suatu saat, sang majikan / pemilik perusahaan dimana sang pasien bekerja
datang menjenguknya, dan memberinya sejumlah uang untuk bertamasya

42
ke Tiongkok. Untuk dapat menimati keajaiban dunia yakni “wan li chang
cheng” (“tembok raksasa dunia”), dan menyaksiskan “the forbidden city”
(“kota terlarang”), yang memang pernah dikemukakan sang pasien /
pegawai kepada sang majikan sebagai impiannya. Sebagai mendapat
durian runtuh, maka berangkatlah sang pasien dengan ditemani seorang
temannya ke Tiongkok. Setelah puas dapat mewujudkan impiannya
tersebut, maka sang teman, yang menemaninya dalam perjalanan tersebut,
mengajak sang pasien untuk melakukan general chec-up di rumah sakit
spesialis kanker di Beijing. Mumpung ada kesempatan, kata temannya.
Ibarat menggosok lampu Aladdin, hasil check-up tersebut ternyata sangat
mengejutkan mereka berdua. Apa yang terjadi? Suatu keajaiban! Hasilnya
menyatakan negatif alias sembuh total dari penyakit kanker maut tersebut.

Fenomena 4
Dalam buku karangannya berjudul The Secret Life of Water, Masaru Emoto
menceritakan tentang kesembuhan ajaib seorang pasien kanker ginjal.
Bahwa Shinchiro Terayama – seorang mantan direktur Japan Holistic
Medical Society, adalah pebisnis yang tekun dan bersemangat -- saat
menderita kanker ginjal tersebut, membiasakan diri bangun pagi dan naik
ke atap apartemennya untuk menyongsong matahari terbit.

Pada saat itulah ia menyadari bahwa hidup adalah anugerah, dan kata-
kata ‘terimakasih’ mulai terucap. Tanpa mengalihkan perhatian mata
batinnya dari sel-sel kanker di dalam tubuhnya, ia mengucapkan kata-kata
penghargaan kepada sel-sel kankernya. Hasilnya, semua semua sel itu
mulai pulih. Kanker-nja mereda sampai ia dinyatakan sembuh.3 Terbukti,
bahwa hati yang senang dan penuh rasa syukur mampu menyembuhkan
dirinya sendiri

Lalu, tibalah kita pada pemikiran, apakah semuanya itu suatu kebetulan
atau keberuntungan yang aneh bin ajaib dan penuh rahasia?. Marilah, kita
bersama-sama mencari mengapa hal itu dapat terjadi, dengan meneruskan
membaca isi buku pengantar tentang Zhineng Qigong ini.

1) Buku CHANGE YOUR THINKING, CHANGE YOUR LIFE, hlm. 82.


2)
Buku KEKUATAN PIKIRAN, hlm. 172.
3)
Buku THE SECRET LIFE OF WATER, hlm. 18.

1.17. Pandangan Objektif Dunia

Sekarang, Zhineng Qigong (ZNQG) telah menjadi kecenderungan dunia


internasional. Siapa pun (utamanya Anda sendiri!) dapat
memanfaatkannya. Baik dalam upaya kuratif sebagai pengganti dan / atau
sebagai pelengkap dalam penyembuhan atau pengobatan suatu penyakit.
Maupun dalam upaya preventif sebagai sarana pencegahan penyakit agar
tubuh tetap sehat, pikiran tetap cemerlang, emosi tetap terkontrol, dan jiwa
tetap tercerahkan. Maka, tidaklah salah dan bahkan cukup bijak apabila
Anda pun mulai melakukan pengenalan terhadap keberadaan ZNQG
tersebut.

43
Terutama, untuk mengetahui dan memahami fakta serta data tentang apa
dan mengapa ZNQG itu dapat menciptakan suatu keanehan, keajaiban
atau mukjizat yang bersifat rahasia. Yakni, yang berwujud kemampuan
dalam penyembuhan diri sendiri dan orang lain. Untuk ini memang
diperlukan pengetahuan secukupnya tentang dasar-dasar filosofis dan
mekanisme kerjanya. Agar pilihan yang akan diputuskan dan ditetapkan
dapat lebih mantap, sebelum dapat memanfaatkan ZNQG itu sebagai
suatu tujuan untuk dapat hidup sehat dalam arti yang seluas-luasnya.
Namun, di era keterbukaan informasi dan komunikasi sekarang ini memang
ada banyak pilihan atau alternatif, yang ditawarkan melalui media massa.
Disamping untuk tujuan tertentu seperti dalam meningkatkan keterampilan
di bidang manajemen, dan bidang pengembangan diri, beberapa
diantaranya juga dapat digunakan sebagai metode dan teknik untuk
mengakses kesehatan. Terutama, yang tergolong metode penyembuhan
energi -- yang antara lain disebut Vital-energy, Bio-energy, Bio-electriciy,
Bio-magnet, Qi, Ki, Hado, Prana, dll. – atau penyembuhan spiritual, dan
sebagainya. Yakni, teknik penyembuhan penyakit yang dapat dilakukan
dari dalam dirinya sendiri dengan mensinergikan, mensinkronisasikan, dan
menyeimbangkan gelombang getaran otak kanan dan otak kiri yang
mempengaruhi kondisi tubuh dan pikiran melalui apa yang disebut sebagai
kegiatan Meditasi.

Kegiatan meditatif itu, dalam konsep pengobatan medis ala Barat di bidang
psikologi, merupakan pengolahan daya atau kemampuan kerja otak kanan
yang masih tertidur untuk dapat memasuki alam pikiran bawah sadarnya
(gelombang alpha) yang bersifat imaginatif-intuitif-kreatif -- atau gelombang
yang lebih tinggi yang disebut gelombang theta, dan delta -- yang
tujuannya untuk mencapai hal-hal diluar kemampuan kerja otak kiri yang
kritis di alam pikiran sadarnya (gelombang beta). Dalam rangka pencapaian
kreativitas dengan memasuki paling sedikit gelombang alpha inilah maka
banyak ditawarkan berbagai metode relaksasi untuk menciptakan keadaan
rileks seperti Reiki, Hypnotherapy, Self-hypnotherapy, Meditasi, Yoga,
Neuro Lingguistic Progamming (NLP), Penyembuhan Prana, Auratherapy,
Taiji, Qigong, Zhineng Qigong, dan sejenisnya.1

Sebagai telah dijelaskan di Lampiran berjudul Pembibitan, ZNQG pada


hakikatnya juga merupakan bentuk latihan yang bersifat meditatif, dengan
gerakan tubuh yang lentur/rileks disertai visualisasi terfokus dalam rangka
mencapai keseimbangan kerja otak kiri yang bersifat matematis-logis dan
otak kanan yang bersifat imaginatif-intuitif. Dengan demikian maka akan
melancarkan aliran Qi atau Prana yang tersumbat atau buntu di saluran-
saluran darah, utamanya dalam pusat-pusat energi tubuh, sehingga
tercapailah kesembuhan dan kesehatan yang alami dan holistik.

Maka, pada prinsipnya, semua teknik itu baik dan bermanfaat, sepanjang
kita dapat menyikapinya dengan wajar, dan melaksanakannya dengan
benar dan bijaksana. Kita memang harus bijaksana, dan selalu sadar
bahwa apa yang dianggap sebagai suatu keunggulan itu, apapun dan
bagaimanapun wujudnya tetap bersifat relatif. Bahkan, seorang yang
benar-benar ahli dalam bidang pengobatan atau penyembuhan penyakit

44
pada umumnya hidupnya sederhana, dan bersikap rendah hati. Seperti
yang diungkapkan dalam sebuah cerita kuno, bahwa pada suatu
kesempatan, seorang bangsawan Tiongkok Kuno bertanya kepada
tabibnya yang berasal dari keluarga ahli pengobatan disana, siapa diantara
anggota keluarganya yang paling unggul dalam bidang pengobatan?. Tabib
yang reputasinya sangat menonjol dalam ilmu pengobatan tradisional
Tiongkok Kuno tersebut menjawab: “Abangku yang tertua, sanggup melihat
roh penyakit, dan menghancurkannya sebelum mewujud, dan hal ini
membuat namanya tak dikenal orang; Abangku yang kedua, mengobati
penyakit saat penyakit itu masih ringan, sehingga namanya pun tidak
dikenal diluar lingkungan tetangganya; dan Aku sendiri, memeriksa
pembuluh darah, membuat resep, dan memijat tubuh, sehingga namaku
dikenal orang, dan didengar di kalangan bangsawan”. 2

Jadi, dengan banyaknya penawaran dan pilhan tersebut, tentunya cukup


membingungkan bagi orang awam. Namun, sebagai satu-satunya makhluk
yang diciptakan lengkap dengan akal-budi dan kehendak bebas,
seyogianya kita dapat melakukan pilihan secara bebas berdasarkan
pertimbangan yang rasional dan bijak. Hanya saja, pada kesempatan ini
perlu diingat dengan bijak pula apa yang dikemukakan oleh Ajahn Brahm.
Ia seorang Inggris kelahiran London tahun 1951 dan lulusan Cambridge
University di bidang Fisika Teori. Setelah selama sembilan tahun belajar
dan berlatih dalam tradisi meditasi hutan di Thailand dibawah bimbingan
Ajahn Chah, kini Ajahn Brahm telah menjadi seorang bhikkhu dalam tradisi
bhikkhu hutan Buddhisme Theravada di Perth, Australia. Ia pernah
mengatakan: “Seseorang gatal-gatal di pantatnya. Ia menggaruk-garuk
kepalanya. Gatalnya tidak akan hilang”.
1)
Bagi yang berminat, dan belum puas dengan paparan tersebut, antara lain dapat ditemukan definisi
dan penjelasannya dalam Kamus, Ensiklopedia, dan / atau melalui browsing di Internet untuk
memasuki ensiklopedia di dunia maya “http://en.wikipedia.org”
2)
buku SENI PERANG SUN TZU, hlm. ix – x.

1.18. Pandangan Subjektif Pribadi

Dalam konteks ini, pada dasarnya tidak ada niat penulis untuk
menyarankan agar Anda memilih salah satu metode atau teknik seperti
yang kini banyak ditawarkan melalui media cetak (koran, majalah, dll.)
atau media elektronik (TV, Radio, Internet, SMS, dll.). Karena, penulis
berpendapat bahwa semua yang ditawarkan itu baik dan bermanfaat.
Namun, apa-bagaimana-dimana-kapan pun pasti ada salah satu yang
memiliki kelebihan atau keunggulan tertentu. Dengan demikian, kita pun
dituntut untuk dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan secara
arif dan mandiri. Jadi, pilihan itu 100% ditangan Anda.

Namun demikian, sepanjang yang penulis ketahui dan yakini, Zhineng


Qigong (ZNQG) itu merupakan salah satu metode penyembuhan diri sendiri
yang dilakukan dengan teknik latihan khas ZNQG. Tentang tingkat
keunggulannya, mungkin dapat kita bayangkan bagaimana ZNQG yang
umurnya sudah lebih dari 5000 tahun, namun tetap eksis dan relevan serta
dipraktekkan di banyak tempat di dunia. Tidak seperti angin yang bertiup

45
lalu menghilang tak berbekas dan tak terasa lagi, melainkan seperti rumput
bergoyang yang tetap mempunyai daya hidup yang luar bisa, bisa tetap
hidup sekalipun diatas batu padas, diinjak, dan bahkan dikencingi..!

Kini, ZNQG bahkan sudah dimodernisasikan sebagai ilmu pengetahuan


yang rasional, objektif, unik dan komprehensif. Lengkap dengan sistem
strukturalnya dan metodologi ilmiahnya yang mutakhir. Sehingga dunia
internasional di bidang ilmu kedokteran Barat pun sudah mengakui dan
mensinergikannya kedalam prinsip dan teknik pengobatannya. Lagipula,
sebagaimana diketahui, ZNQG merupakan teknik yang terbuka, sederhana,
dan mudah dilakukan siapa saja, tanpa memandang latarbelakang
seseorang. Dengan demikian, semua orang yang ingin memaksimalkan
potensi terpendam mereka, dalam rangka mencapai impiannya untuk dapat
sehat lahir-batin secara ‘alami’ dan ‘holistik’ melalui dan oleh dirinya sendiri,
dapat memanfaatkan keunggulan ZNQG ini. Dan, dalam hal inipun
seyogianya kita sadari bahwa ‘fenomena alam’ senantiasa memerlukan
proses atau waktu tertentu, dan tidak mekanistik yang bersifat instan.
Bukankah untuk perubahan hari ‘dari pagi sampai menjadi pagi lagi’ saja
dibutuhkan waktu selama 24 jam? Segala sesuatu yang telah dikemukakan
sebagai keunggulan tersebut memang baru bersifat deskriptif-kualitatif.
Sebenarnya, masih ada yang bersifat empiris-kuantitatif, lengkap dengan
fakta dan data statistiknya. Namun data empiris ini tentunya dapat
diperoleh dalam buku khusus tentang penjelasan yang bersifat testimonial,
misalnya buku Luke Chan yang berjudul 101 Miracles of Natural Healing.

Jadi, mungkin ungkapan yang cocok untuk buku ini adalah seperti apa yang
dikatakan oleh Owen Meredith dalam Clytemnestra-nya: “We are but as the
instrument of Heaven. Our work is not design, but destiny – Kita hanya
sebagai alat Tuhan YME. Karya kita bukan perencanaan, melainkan
tujuan”. Dan semoga ungkapan ini cukup untuk menjelaskan tentang
keterbatasan isi buku ini, yang pada dasarnya hanya sekadar ingin
mengajak orang lain (termasuk para pembaca) untuk juga ingin tahu dan
sekaligus ingin mecoba dan merasakan sendiri kemanfaatan metode
ZNQG sebagai sarana untuk sehat tanpa obat.

Dalam konteks ini, sebaiknya tetap disadari perlunya konsisten dengan


filosofi dan kearifan Tiongkok kuno tentang konsep kembar tentang
Kesatuan dan Yin-Yang yang diejawantahkan dalam keseimbangan yang
harmonis antara belajar dan bertindak. Karena, bukankah alam senantiasa
mengandung kebenaran yang hakiki atau yang sejati, sesuai dengan
hukum alam yang bersifat tetap, seperti halnya waktu terbit dan
tenggelamnya matahari yang selalu di Timur dan di Barat. Apalagi ada dua
ajaran yang saling melengkapi dari dua orang bijak yakni Confucius yang
mengajarkan agar orang tetap belajar sepanjang umurnya, namun Laozi
mengajarkan agar orang disamping belajar seyogianya juga bertindak atau
mempraktekkan apa yang telah dipelajarinya. Alasan Laozi -- sebagaimana
dijelaskan dengan kata-kata Yusuf Sutanto, penulis buku

46
Kearifan Timur – “Betapa pun giatnya belajar, kita
tidak juga bisa memahami sepenuhnya, karena kalau rasa pedasnya cabai
saja tidak bisa diterangkan dengan kata-kata kecuali dengan makan
sendiri. Namun setelah makan, kita juga kehilangan kata-kata untuk
menjelaskannya”. *

Atas dasar kearifan pemikiran filosofis tersebut, kiranya lebih bijak apabila
sains ZNQG tidak semata dimanfaatkan sebagai penambah pengetahuan,
melainkan juga sebagai pendorong untuk mempraktekkan pengetahuan
tersebut. Yakni, baik untuk terapi (yang bersifat kuratif) penyakit kronis
tertentu yang sudah dideritanya dan tidak ada cara pengobatan lain yang
mampu menyembuhkannya maupun untuk pencegahan (yang bersifat
preventif) sebelum datangnya serangan penyakit apa pun juga.
*)
Buku KEARIFAN TIMUR, hlm. 61.

47

Anda mungkin juga menyukai